DIREKTORAT JENDERAL BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Oleh : DR. RIZARI, MBA, M.Si
DIREKTUR DEKONSENTRASI, TUGAS PEMBANTUAN DAN KERJASAMA JAKARTA
2015
1
KEBIJAKAN DAN IMPLEMENTASI
KERJASAMA ANTAR DAERAH DI BIDANG
PERENCANAAN WILAYAH
Mengatur Mengurus
1. Pemda berhak menetapkan kebijakan daerah dalam menyelenggarakan otda dan TP, sepanjang sesuai kewenangannya
1. Pemda mempunyai kekuasaan mengurus penyediaan barang/jasa publik atau penyediaan barang/jasa dlm rangka pemberdayaan warga negara
2. Dalam membuat kebijakan, Daerah harus tetap tunduk pada undang-undang yang dibuat pemerintah pusat beserta seluruh aturan yang diperintahkan UU.
2. Dalam melakukan pengurusan harus sesuai dengan kewenangannya dengan
memperhatikan efektivitas fungsi
manajemen dan pengelolaan unsur manajemen yg menyertainya
3. Hasil yang diharapkan adalah
terpenuhinya kebutuhan hidup warga masyarakat terhadap barang/jasa
4. Mengadakan kerjasama yg didasarkan
Aspek Penyelenggaraan
Urusan Pemerintahan Daerah
Anatomi & Klasifikasi Urusan Pemerintahan
(UU 23 / 2014)Urusan Pemerintahan
Urusan Pemerintahan
Absolut
Absolut
Konkuren
Konkuren
Pilihan Wajib Non Yandas Non Yandas Yandas Yandas
Umum
Umum
Urusan Pemerintahan Yang Sepenuhnya Menjadi Kewenangan Pemerintah Pusat Urusan Pemerintahan Yang Sepenuhnya Menjadi Kewenangan Pemerintah Pusat Urusan Pemerintahan Yang Dibagi AntaraPemerintah Pusat, Daerah Prov, dan Daerah Kab/Kota Urusan Pemerintahan
Yang Dibagi Antara Pemerintah Pusat, Daerah Prov, dan Daerah Kab/Kota Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Presiden Sebagai Kepala Pemerintahn. yg di daerah dilaks oleh Gub,
Bup/Wal, dan dilimpahkan ke pelaks kpd Camat Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Presiden Sebagai Kepala Pemerintahn. yg di daerah dilaks oleh Gub,
Bup/Wal, dan dilimpahkan ke pelaks kpd Camat APBN APBN Instansi Vertikal Instansi Vertikal APBN APBN Dibantu Instansi Vertikal Dibantu Instansi Vertikal Urusan Pemerintahan Yang Wajib Diselenggarakan oleh semua Daerah Urusan Pemerintahan Yang Wajib Diselenggarakan oleh semua Daerah Urusan Pemerintahan Yang Wajib Diselenggarakan oleh Daerah sesuai potensi yg dimiliki Daerah Urusan Pemerintahan Yang Wajib Diselenggarakan oleh Daerah sesuai potensi yg dimiliki Daerah
Prinsip Pembagian Urusan Pemrthn Konkuren
Akuntabilitas
: ditentukan berdasarkan kedekatannya
dengan luas, besaran, dan jangkauan dampak yang
ditimbulkan oleh penyelenggaraan suatu Urusan
Pemerintahan.
Efisiensi
ditentukan berdasarkan perbandingan tingkat
daya guna yang paling tinggi yang dapat diperoleh.
Eksternalitas
, ditentukan berdasarkan luas, besaran, &
jangkauan dampak yg timbul akibat penyelenggaraan
suatu Urusan Pemerintahan.
Kepentingan Strategis Nasional
,
ditentukan
berdasarkan pertimbangan dalam rangka menjaga
keutuhan dan kesatuan bangsa, menjaga kedaulatan
Penentuan Pembagian Urusan
Pembagian urusan pemerintahan konkuren
antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi
dan Daerah kab/kota
tercantum dlm Lampiran
yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Undang-Undang ini
.
Urusan pemerintahan konkuren yg tidak
tercantum dlm Lampiran Undang-Undang ini
menjadi kewenangan tiap tingkatan atau
susunan pemerintahan yang
penentuannya
menggunakan prinsip dan kriteria pembagian
urusan pemerintahan konkuren,
ditetapkan
dengan
Peraturan Presiden
U R U S A N P E M E R I N T A H A N
KONKUREN
ABSOLUT
PILIHAN (8) WAJIB (24) PELAYANAN DASAR (6) NON PELAYANAN DASAR (18)S P M
1. PENDIDIKAN 2. KESEHATAN 3. PU & P.RUANG 4. PERUMAHANRAKYAT & KAW PERMUKIMAN 5. TRAMTIBUM & LINMAS 6. SOSIAL 1. PERTAHANAN 2. KEAMANAN 3. AGAMA 4. YUSTISI 5. POLITIK LUAR NEGERI 6. MONETER & FISKAL
NSPK
PEMERINTAHAN UMUM 1. Pembinaan wawasanKebangsaan dan Ketahanan Nasional.
2. Pembinaan Persatuan dan Kesatuan Bangsa. 3. Pembinaan kerukunan
antarsuku dan Intrasuku, umat bergama, ras dan gol lainnya 4. Penanganan Konflik Sosial. 5. Koordinasi Pelaksanaan tugas
antar instansi pemerintahan yang ada di Wilayah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota. 6. Pengembangan kehidupan
demokrasi berdasarkan Pancasila.
7. Pelaksanaan semua Urusan Pemerintahan yang bukan
Peranan tersebut sebagai implementasi dari
UU No 23 Thn 2014 ttg Pemerintahan Daerah
BAB XVIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 373
(1) Pemerintah Pusat melakukan pembinaan dan pengawasan terhadappenyelenggaraan Pemerintahan Daerah provinsi.
(2) Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kabupaten/kota.
(3) Pembinaan dan pengawasansebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara nasional dikoordinasikan oleh Menteri
PEMBINAAN TEKNIS OLEH MENTERI TERKAIT
UU 5/ 1974 Ttg Pokok-Pokok Pemerintahan
di Daerah
(Sentralistik)
1. Beberapa Pemerintah Daerah dapat menetapkan Peraturan Bersama untuk mengatur kepentingan Daerahnya secara bersama-sama. 2. Dalam hal tidak
tercapainya kata sepakat maka pejabat yang berwenang mengambil keputusan. 3. Menteri Dalam Negeri
menetapkan Peraturan untuk melancarkan pelaksanaan kerja sama antar Pemerintah Daerah. 4. Perselisihan antar
Pemerintah Daerah diselesaikan Gubernur dan Mendagri sesuai cakupan wilayah kerjanya
UU 22/ 1999 Ttg Pemerintahan Daerah
(Otonomi seluas-luasnya)
1.Beberapa Daerah dapat mengadakan kerja sama antar-Daerah yang diatur dengan keputusan bersama.
2.Daerah dapat membentuk Badan Kerja Sama Antardaerah. 3. Daerah dapat mengadakan kerja sama dengan badan lain yang diatur dengan keputusan bersama
4. Keputusan bersama dan/atau badan kerja sama, harus mendapatkan persetujuan DPRD masing-masing
1. Daerah dapat mengadakan kerja sama dengan lembaga/badan di luar negeri
1. Perselisihan antar-Daerah diselesaikan oleh Pemerintah secara musyawarah hingga tingkat Mahkamah Agung. UU 32/ 2004 Ttg Pemerintahan Daerah (Otonomi luwes/ terbatas) 1. Daerah dapat mengadakan kerja sama dengan daerah lain yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektifitas pelayanan publik, sinergi dan saling menguntungkan. 2. Kerja sama dapat
diwujudkan dalam bentuk badan kerjasama antar daerah yang diatur dengan keputusan bersama. 3. Dalam penyediaan
pelayanan publik, daerah dapat bekerja sama dengan pihak ketiga. 4. Kerja sama harus
mendapatkan persetujuan DPRD. 4. Apabila daerah tidak
melaksanakan kerja sama maka dapat dilaksanakan oleh Pemerintah. 1. . Perselisihan antar Pemerintah Daerah diselesaikan Gubernur UU 23/ 2014 Ttg Pemerintahan Daerah (Otonomi terbatas) DPRD Prov, Kab/Kota memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengan Daerah lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan Daerah provinsi 1. Kerja sama dapat dilakukan dengan :Daerah lain, pihak ketiga; dan/atau Lembaga atau pemerintah daerah di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 3. Kerja sama dikategorikan menjadi kerja sama wajib dan kerja sama sukarela.
Kerja Sama Wajib
1. Kerja sama antar-Daerah yang memiliki eksternalitas lintas Daerah dan penyediaan layanan publik
3. Bila kerja sama wajib stidak dilaksanakan oleh Daerah, Gubernur dan Pemerintah Pusat mengambil alih pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang dikerjasamakan.
Kerja Sama Sukarela
9
KERJA SAMA ANTAR DAERAH
DASAR HUKUM KERJASAMA DAERAH
UU 32/2004
PP 50/2007
Permendagri 22/2009PERGUB /
PERDA KSD
Permendagri 19/2009
“
Pedoman PeningkatanKapasitas Pelaksana
Kerja Sama Daerah”
PP 27/2014 : Asset
PP 38/2007 : Kwnangn
Perpres 67/2005 : KS Infstrk
Perpres 54/2010 : Brg Jasa
Permen PPN 3/2012
Perda2 terkait.
Permendagri 69/2007 “Kerjasama Pengembangan Perkotaan1 1
Pasal 363 UU No 23 Tahun 2014 :
(1) Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat,
Daerah dapat mengadakan kerja sama yang
didasar-kan pada pertimbangan efisiensi dan efektifitas
pela-yanan publik serta saling menguntungkan.
(2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilakukan oleh Daerah dengan :
a. Daerah lain;
b. Pihak ketiga; dan/atau
c. Lembaga atau pemerintah daerah di luar negeri
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan
(3) Kerja sama dengan Daerah lain sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a dikategorikan menjadi kerja sama
wajib dan kerja sama sukarela.
UU NO 23 TAHUN 2014
TUJUAN PERENCANAAN WILAYAH
•
Menciptakan suatu kehidupan yang aman,
nyaman, efisien, lestari untuk mewujudkan
kesejahteraan manusia
PENGERTIAN PERENCANAAN
•
Penetapan langkah-langkah yang digunakan
untuk mencapai tujuan tertentu
•
Dilakukan agar pencapaian tujuan tidak
menemui masalah, & jika menemukan
masalah dapat diantisipasi pemecahannya
•
Merupakan
bagian
dari
pengambilan
keputusan
PERENCANAAN WILAYAH
•
Penetapan langkah-langkah yg digunakan untuk wilayah
tertentu sesuai dengan tujuan yang ditetapkan
Menetapkan tujuan, meramalkan suatu yg akan terjadi,
memperkirakan masalah yg akan muncul, menetapkan lokasi
tempat kegiatan akan dilaksanakan
•
Perencanaan penggunaan ruang wilayah dan perencanaan
aktivitas pada ruang wilayah
Perencanaan
penggunaan
ruang
dituangkan
dalam
perencanaan tata ruang wilayah
Perencanaan
aktivitas
dituangkan
dalam
rencana
pembangunan wilayah
PENDEKATAN PERENCANAAN WILAYAH
•
Pendekatan Sektoral
pendekatan didasarkan pada sektor-sektor kegiatan yang ada di
wilayah tersebut
•
Pendekatan Kewilayahan
melihat pemanfaatan ruang serta interaksi berbagai kegiatan
dalam ruang wilayah
pengelompokkan suatu wilayah dapat dilakukan berdasar batas
administrasi
memandang wilayah terdiri dari bagian-bagian wilayah yang
lebih kecil dg potensi dan daya tariknya masing-masing
PEMERINTAH DAERAH
MP3EI
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
KEK UU 39/2009 tentang KEK KAWASAN INDUSTRI UU 3/2014 tentang Kawasan Industri FTZ UU 36/2000 tentang FTZ
KAWASAN EKONOMI, INDUSTRI, DAN PERDAGANGAN BEBAS
KAWASAN KHUSUS
PP 43/2010 Tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Khusus
KAPET
Keppres 150/2000 tentang KAPET
BATAS DAERAH BATAS DAERAH
TAMBANG UU 4/2009 PERKEBUNAN
1 7
KERJA SAMA ANTAR DAERAH
DI BIDANG PERENCANAAN
WILAYAH ?
CONTOH BENTUK KERJASAMA
Gubernur Sulawesi Barat dan Gubernur Kalimantan Selatan,
Rabu, (29 JULI 2015) menandatangani
Kesepakatan Bersama
(MoU) untuk pengelolaan sumber daya alam minyak dan gas
bumi
di kedua provinsi. Penandatanganan disaksikan secara
langsung oleh Wapres Jusuf Kalla, Mendagri Tjahjo Kumolo
dan MESDM Sudirman Said. Penandatanganan MoU ini
menandai kerjasama kedua Provinsi dalam proses eksplorasi
dan eksploitasi Blok Sebuku. Kedua Pemerintah Provinsi
Sulawesi Barat dan Kalimantan Selatan tersebut
berkesempatan secara bersama-sama untuk terlibat atas
participating interest (PI) 10% pada pengelolaan di Blok migas
hukum
“Pihak
ketiga”
adalah
Kementerian/Lembaga
Pemerintah
Non
Kementerian atau sebutan lain,
perusahaan
swasta
yang
berbadan
hukum,
Badan
Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik
Daerah,
Koperasi, Yayasan
, dan lembaga
lainnya di dalam negeri yang
berbadan
hukum
19“Kerja sama daerah” adalah
kesepakatan
antara
Gubernur dengan Gubernur atau Gubernur dengan
Bupati/Walikota atau antara Bupati/Walikota
dengan Bupati/Walikota yang lain, dan atau
Gubernur, Bupati/Walikota dengan Pihak Ketiga,
yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak
dan kewajiban
KERJASAMA DAERAH (PP 50/2007)
- Bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat;
- Sarana untuk lebih memantapkan hubungan dan
keter-kaitan daerah yang satu dengan daerah yang lain
dalam kerangka NKRI;
- Menyerasikan pembangunan daerah;
- Mensinergikan potensi antar daerah dan/atau dengan
pihak ketiga
- Meningkatkan pertukaran pengetahuan, teknologi dan
kapasitas fiskal;
- Mengurangi kesenjangan daerah dalam penyediaan
pelayanan umum khususnya di wilayah terpencil,
SUBJEK KERJA SAMA
•
Gubernur
dengan
Gubernur
;
•
Bupati/Walikota
dengan
Bupati/Walikota
; dan/atau
•
Gubernur, Bupati/Walikota
dengan
Pihak Ketiga/Swasta
OBJEK KERJA SAMA
•
Seluruh urusan pemerintahan yang telah menjadi
kewenangan daerah otonom dan dapat berupa
penyediaan pelayanan publik.
•
Contoh : Persampahan, Air Limbah, Pendidikan,
Kesehatan, Air Minum, dsb
•
Lingkup kerja sama bidang pengelolaan sampah
mencakup (Permendagri No 33/2010) :
a. penyediaan/pembangunan TPA
b. sarana dan prasarana TPA
c. pengangkutan sampah dari TPS/TPST ke TPA
d. pengelolaan TPA; dan/atau
e. pengolahan sampah menjadi produk lainya yg ramah
lingkungan
BADAN KERJA SAMA
•
Badan Kerja Sama dibentuk apabila masa
kerja sama paling singkat 5 (lima) tahun
•
Bukan Perangkat Daerah.
•
Ditetapkan dengan Keputusan Bersama.
•
Dalam Undang Undang No 23 Tahun 2014,
disebut sebagai Sekretariat Kerja Sama.
TUGAS BADAN KERJA SAMA
•
Membantu melalukan pengelolaan
monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan
kerja sama;
•
Memberikan masukan dan saran kepada
Kepala Daerah masing-masing mengenai
langkah - langkah yang harus dilakuan
apabila ada permasalahan dan
•
Melaporkan pelaksanaan tugas kepada
(Permendagri No. 22 Tahun 2009
Tentang : Petunjuk Teknis Tata Cara Kerjasama Daerah)
1. PERSIAPAN
2. PENAWARAN
3. PENYIAPAN KESEPAKATAN
4. PENANDATANGANAN
KESEPAKATAN
(Permendagri No. 22 Tahun 2009
Tentang : Petunjuk Teknis Tata Cara Kerjasama Daerah)
1.
PRAKARSA DAERAH
2.
PERSIAPAN
3.
PENAWARAN
4.
PENYIAPAN KESEPAKATAN
5.
PENANDATANGANAN KESEPAKATAN
6.
PENYIAPAN PERJANJIAN
7.
PENANDATANGANAN PERJANJIAN
8.
PELAKSANAAN
BAB XVII KERJA SAMA DAERAH
Pasal 363
1. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, Daerah dapat mengadakan kerja sama yang
didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik serta saling menguntungkan
2. Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh Daerah dengan : a. Daerah lain;
b. Pihak ketiga; dan/atau
c. Lembaga atau pemerintah daerah di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Kerja sama dengan Daerah lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dikategorikan menjadi
kerja sama wajib dan kerja sama sukarela.
Lanjutan --->
UU NO. 23 Tahun 2014
Paragraf 1 Kerja Sama Wajib Pasal 364
1. Kerja sama wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 363 ayat (3) merupakan kerja sama antar-Daerah yang berbatasan untuk penyelenggaraan Urusan Pemerintahan:
a. yang memiliki eksternalitas lintas Daerah; dan
b. penyediaan layanan publik yang lebih efisien jika dikelola bersama
2. Kerja sama wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup: a. kerja sama antar-Daerah provinsi;
b. kerja sama antara Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota dalam wilayahnya; c. kerja sama antara Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota dari provinsi yang berbeda; d. kerja sama antar-Daerah kabupaten/kota dari Daerah provinsi yang berbeda; dan e. kerja sama antar-Daerah kabupaten/kota dalam satu Daerah provinsi.
3. Dalam hal kerja sama wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a sampai dengan huruf d tidak dilaksanakan oleh Daerah, Pemerintah Pusat mengambil alih pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang dikerjasamakan.
4. Dalam hal kerja sama wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e tidak dilaksanakan oleh Daerah kabupaten/kota, gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat mengambil alih pelaksanaannya.
Paragraf 2 Kerja Sama Sukarela Pasal 365
Kerja sama sukarela sebagaimana dimaksud dalam Pasal 363 ayat (3) dilaksanakan oleh Daerah yang berbatasan atau tidak berbatasan untuk penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah namun dipandang lebih efektif dan efisien jika dilaksanakan dengan bekerja sama.
Paragraf 3
Pelaksanaan Kerjasama Daerah
Pasal 366
1. Kerja sama Daerah dengan pihak ketiga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 363 ayat (2) huruf b meliputi:
a.kerja sama dalam penyediaan pelayanan publik;
b.kerja sama dalam pengelolaan aset untuk meningkatkan nilai tambah yang memberikan pendapatan bagi Daerah;
c. kerja sama investasi; dan
d. kerja sama lainnya yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
PASAL 369
• Ketentuan lebih lanjut mengenai kerja sama diatur dengan peraturan pemerintah.
BERDASARKAN UU 23 TAHUN 2014
PASAL 101
DPRD PROVINSI
•
memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama
dengan Daerah lain atau dengan pihak ketiga yang
membebani masyarakat dan Daerah provinsi
PASAL 154
DPRD KAB/KOTA
•
memberikan persetujuan terhadap rencana kerja
samadengan Daerah lain atau dengan pihak
ketiga yang membebani masyarakat dan Daerah
LEMBAGA ATAU PEMERINTAH DAERAH
DI LUAR NEGERI
(UU 23 Tahun 2014 ps. 367)
1. PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
DAN TEKNOLOGI
2. PERTUKARAN BUDAYA
3. PENINGKATAN KEMAMPUAN TEKNIS
DAN MANAJEMEN PEMERINTAHAN
4. PROMOSI POTENSI DAERAH; DAN
5. KERJASAMA LAINNYA YANG TIDAK
BERTENTANGAN DENGAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
KERJASAMA DAERAH DENGAN
LEMBAGA ATAU PEMERINTAH DAERAH
DI LUAR NEGERI
(UU 23 Tahun 2014 ps. 367)
1. PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
DAN TEKNOLOGI
2. PERTUKARAN BUDAYA
3. PENINGKATAN KEMAMPUAN TEKNIS
DAN MANAJEMEN PEMERINTAHAN
4. PROMOSI POTENSI DAERAH; DAN
5. KERJASAMA LAINNYA YANG TIDAK
BERTENTANGAN DENGAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
KEWAJIBAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA
BERDASARKAN UU NO 23 THN 2014
Pasal 67
Kewajiban kepala daerah dan wakil kepala daerah meliputi:
a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan
memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. menaati seluruh ketentuan peraturan perundangundangan;
c. mengembangkan kehidupan demokrasi;
d. menjaga etika dan norma dalam pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah;
e. menerapkan prinsip tata pemerintahan yang bersih dan baik;
f. melaksanakan program strategis nasional; dan
g. menjalin hubungan kerja dengan seluruh Instansi Vertikal di Daerah dan semua
Perangkat Daerah.
Penjelasan Pasal 67 Huruf f
Yang dimaksud dengan “program strategis nasional” dalam ketentuan ini adalah program yang ditetapkan Presiden sebagai program yang memiliki sifat strategis secara nasional dalam upaya meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan pembangunan serta menjaga pertahanan dan keamanan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
LANJUTAN..,KEWAJIBAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL
KEPALA BERDASARKAN UU NO 23 THN 2014
Pasal 68
(1) Kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah yang tidak melaksanakan
program strategis nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 huruf f
dikenai sanksi administratif berupa teguran tertulis oleh Menteri untuk
gubernur dan/atau wakil gubernur serta oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah
Pusat untuk bupati dan/atau wakil bupati atau wali kota dan/atau wakil wali kota.
(2) Dalam hal teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah
disampaikan 2 (dua) kali berturut-turut dan tetap tidak dilaksanakan, kepala
daerah dan/atau wakil kepala daerah diberhentikan sementara selama 3
(tiga) bulan.
(3) Dalam hal kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah telah selesai menjalani
pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tetap tidak
melaksanakan program strategis nasional, yang bersangkutan diberhentikan
KEWAJIBAN KEPALA DAERAH DALAM PEMBERIAN PERIZINAN
BERDASARKAN UU NO 23 THN 2014 TTG PEMERINTAHAN DAERAH
Pasal 350
(1) Kepala daerah wajib memberikan pelayanan perizinan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Dalam memberikan pelayanan perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Daerah membentuk unit
pelayanan terpadu satu pintu.
(3) Pembentukan unit pelayanan terpadu satu pintu sebagaimana yang dimaksudkan pada ayat (2) berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Kepala daerah yang tidak memberikan pelayanan perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi administratif.
(5) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berupa teguran tertulis kepada gubernur oleh Menteri dan kepada bupati/wali kota oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat untuk pelanggaran yang bersifat administrasi.
(6) Dalam hal teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (5) telah disampaikan 2 (dua) kali berturut-turut dan tetap tidak dilaksanakan oleh kepala daerah, Menteri mengambil alih pemberian izin yang
menjadi kewenangan gubernur dan gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat mengambil alih pemberian izin yang menjadi Kewenangan bupati/wali kota.
PIDANA Pasal 398
Kepala daerah yang tidak memberikan pelayanan perizinan sesuai dengan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 350 ayat (1) dikenai sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan apabila pelanggarannya bersifat
pidana.
CONTOH KERJASAMA DAERAH
1. Implementasi Kerjasama Antar Daerah di Indonesia
Kerjasama regional level provinsi, contoh: Badan
Kerjasama Pembangunan (BKSP) JABODETABEKJUR
yang telah dirintis semenjak tahun 1975
2. Kerjasama antar kab/kota, contoh: Sekretariat
Bersama
KARTAMANTUL
(Kab
Sleman,
Kota
Yogyakarta dan Kab Bantul);
3. Pengembangan
kawasan
segitiga
Joglosemar
(Jogja, Solo, dan Semarang)
4. Pengembangan
kawasan
Pawonsari
(Pacitan,
Wonogiri, dan Wonosari)
LANGKAH STRATEGIS KERJASAMA ANTAR DAERAH
DLM BID. PERENCANAAN WILAYAH
1. Kebijakan Tata Ruang Wilayah Nasional dan
Kebijakan Tata Ruang Wilayah Daerah harus
sinkronisasi
dan
konsisten
dalam
pelaksanaannya;
2. Perencanaan tata ruang kota dengan
daerah
interlandnya yang berbatasan harus saling
mendukung;
3. Perlu adanya kesepakatan bersama antar daerah
yang
berbatasan
dalam
mengembangkan
kerjasama antar daerah;
4. Peningkatan kualitas SDM dalam pengelolaan
kerjasama antar daerah.
37
SEKIAN
DAN
LAMPIRAN
Bagian Keempat Belas
Kerjasama dan Perselisihan Antar Daerah
-
Pasal 65
(1) Beberapa Pemerintah Daerah dapat menetapkan Peraturan Bersama untuk
mengatur kepentingan Daerahnya secara bersama-sama.
(2) Peraturan Bersama yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, demikian pula
mengenai perubahan dan pencabutannya, berlaku sesudah ada pengesahan
pejabat yang berwenang.
(3) Dalam hal tidak tercapainya kata sepakat mengenai perubahan dan atau
pencabutan yang dimaksud dalam ayat (2) pasal ini, maka pejabat yang berwenang
mengambil keputusan.
(4) Menteri Dalam Negeri menetapkan Peraturan untuk melancarkan pelaksanaan kerja
sama antar Pemerintah Daerah.
-
Pasal 66
(1) Perselisihan antar Pemerintah Daerah Tingkat I dan antara Pemerintah Daerah
Tingkat I dengan Pemerintah Daerah Tingkat II dan perselisihan antar Pemerintah
Daerah Tingkat II yang tidak terletak dalam Daerah Tingkat I yang sama
diselesaikan oleh Menteri Dalam Negeri.
(2) Perselisihan antar Pemerintah Daerah Tingkat II yang terletak dalam Daerah
Tingkat I yang sama, diselesaikan oleh Gubernur Kepala Daerah yang
BAB IX
KERJA SAMA DAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN
Pasal 87
1.
Beberapa Daerah dapat mengadakan kerja sama antar-Daerah yang diatur dengan
keputusan bersama.
2. Daerah dapat membentuk Badan Kerja Sama Antardaerah.
3. Daerah dapat mengadakan kerja sama dengan badan lain yang diatur dengan keputusan
bersama
4. Keputusan bersama dan/atau badan kerja sama, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(2), dan ayat (3), yang membebani masyarakat dan Daerah harus mendapatkan persetujuan
DPRD masing-masing
Pasal 88
1. Daerah dapat mengadakan kerja sama yang saling meng-untungkan dengan lembaga/badan
di luar negeri, yang diatur dengan keputusan bersama, kecuali menyangkut kewenangan
Pemerintah, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
2. Tata cara, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Pemerintah
Pasal 89
1. Perselisihan antar-Daerah diselesaikan oleh Pemerintah secara musyawarah.
2. Apabila dalam penyelesaian perselisihan antar-Daerah, sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), terdapat salah satu pihak yang tidak menerima keputusan Pemerintah, pihak tersebut
dapat mengajukan penyelesaian kepada Mahkamah Agung.
UU NO. 22 Tahun 1999
BAB IX
KERJA SAMA DAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN
Pasal 195
1. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, daerah dapat mengadakan kerja sama dengan daerah lain yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektifitas pelayanan publik, sinergi dan saling menguntungkan. 2. Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diwujudkan dalam bentuk badan kerjasama antar daerah yang
diatur dengan keputusan bersama.
3. Dalam penyediaan pelayanan publik, daerah dapat bekerja sama dengan pihak ketiga.
4. Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) yang membebani masyarakat dan daerah harus mendapatkan persetujuan DPRD.
Pasal 196
1. Pelaksanaan urusan pemerintahan yang mengakibatkan dampak lintas daerah dikelola bersama oleh daerah terkait. 2. Untuk menciptakan efisiensi, daerah wajib mengelola pelayanan publik secara bersama dengan daerah sekitarnya
untuk kepentingan masyarakat.
3. Untuk pengelolaan kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), daerah membentuk badan kerja sama.
4. Apabila daerah tidak melaksanakan kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), pengelolaan pelayanan publik tersebut dapat dilaksanakan oleh Pemerintah.
Pasal 197
Pasal 198
1. Apabila terjadi perselisihan dalam penyelenggaraan fungsi pemerintahan antar
kabupaten/kota dalam satu provinsi, Gubernur menyelesaikan perselisihan
dimaksud.
2. Apabila terjadi perselisihan antarprovinsi, antara provinsi dan kabupaten/kota
di wilayahnya, serta antara provinsi dan kabupaten/kota di luar wilayahnya,
Menteri Dalam Negeri menyelesaikan perselisihan dimaksud.
3. Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) bersifat final.
BAB XVII
KERJA SAMA DAERAH DAN PERSELISIHAN
Pasal 363
1. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, Daerah dapat mengadakan kerja sama yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik serta saling menguntungkan 2. Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh Daerah dengan :
a. Daerah lain; b. Pihak ketiga; dan/atau
c. Lembaga atau pemerintah daerah di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Kerja sama dengan Daerah lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dikategorikan menjadi kerja sama wajib dan kerja sama sukarela.
Lanjutan --->
Paragraf 1 Kerja Sama Wajib Pasal 364
1. Kerja sama wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 363 ayat (3) merupakan kerja sama antar-Daerah yang berbatasan untuk penyelenggaraan Urusan Pemerintahan:
a. yang memiliki eksternalitas lintas Daerah; dan
b. penyediaan layanan publik yang lebih efisien jika dikelola bersama
2. Kerja sama wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup: a. kerja sama antar-Daerah provinsi;
b. kerja sama antara Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota dalam wilayahnya; c. kerja sama antara Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota dari provinsi yang berbeda; d. kerja sama antar-Daerah kabupaten/kota dari Daerah provinsi yang berbeda; dan e. kerja sama antar-Daerah kabupaten/kota dalam satu Daerah provinsi.
3. Dalam hal kerja sama wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a sampai dengan huruf d tidak dilaksanakan oleh Daerah, Pemerintah Pusat mengambil alih pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang dikerjasamakan.
4. Dalam hal kerja sama wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e tidak dilaksanakan oleh Daerah kabupaten/kota, gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat mengambil alih pelaksanaannya.
5. Biaya pelaksanaan kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) diperhitungkan dari APBD masingmasing Daerah yang bersangkutan.
Paragraf 2 Kerja Sama Sukarela Pasal 365
Kerja sama sukarela sebagaimana dimaksud dalam Pasal 363 ayat (3) dilaksanakan oleh Daerah yang berbatasan atau tidak berbatasan untuk penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah namun dipandang lebih efektif dan efisien jika dilaksanakan dengan bekerja sama.
Paragraf 3
Pelaksanaan Kerjasama Daerah Pasal 366
1. Kerja sama Daerah dengan pihak ketiga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 363 ayat (2) huruf b meliputi:
a.kerja sama dalam penyediaan pelayanan publik;
b.kerja sama dalam pengelolaan aset untuk meningkatkan nilai tambah yang memberikan pendapatan bagi Daerah;
c. kerja sama investasi; dan