• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI MODEL INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SEKOLAH DASAR KHADIJAH II SURABAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI MODEL INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SEKOLAH DASAR KHADIJAH II SURABAYA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

56

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI MODEL INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SEKOLAH DASAR KHADIJAH II

SURABAYA

Liliek Wahjoeni

Mahasiswa S2 Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya

ABSTRAK

Kualitas pembelajaran IPS di Sekolah Dasar ditengarai masih menjadi problematika, dimana peserta didik masih menganggap pelajaran IPS kurang penting dan kurang menantang. Diperlukan strategi guru yang tepat guna merangsang keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu penelitian ini mencoba untuk menemukan alternatif model yang berorientasi pada model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik. Model pembelajaran inkuiri diterapkan pada pelajaran IPS di Sekolah Dasar sebagai upaya untuk meningkatkan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran. Berdasarkan fokus tersebut penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang mengacu pada siklus pembelajaran Kemmis dan Mc. Taggart yang menggunakan 4 tahap dalam setiap siklus. Pembelajaran IPS dengan menggunakan model inkuiri terbukti cukup efektif untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar peserta didik. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas IV Sekolah Dasar Khadijah II, Surabaya dapat disimpulkan bahwa model inkuiri dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik sehingga proses dan hasil belajar peserta didik meningkat. Pada siklus ke I rata-rata aktivitas peserta didik dalam pembelajaran adalah 82,49% dikategorikan baik. Hasil belajar peserta didik secara klasikal baru mencapai 76,3%. Ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus I belum tercapai. Setelah dilakukan refleksi dan perbaikan tindakan, pada siklus 2 terdapat kenaikan intensitas aktivitas peserta didik maupun hasil belajarnya. Rata-rata aktivitas peserta didik dalam pembelajaran naik menjadi 88% dan dikategorikan baik. Sedangkan hasil belajar secara klasikal mencapai 84%. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat direkomendasikan bahwa agar dalam proses pembelajaran, guru hendaknya menggunakan strategi yang menantang dan menyenangkan peserta didik, melatih keterampilan peserta didik dalam pemecahan masalah, rasa ingin tahu dan memotivasi peserta didik untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Kata Kunci : Aktivitas belajar, model inkuiri, pembelajaran IPS

PENDAHULUAN

Corak dan karakteristik pembelajaran IPS di Sekolah Dasar (SD), pada dasarnya ditandai dengan penekanan pada pengenalan kehidupan diri pribadi peserta didik sebagai makhluk sosial, pengenalan tentang diri dan lingkungan alam sekitarnya, baik lingkungan sosial, budaya, dan juga lingkungan fisik, sehingga peserta didik dapat menjadi aktif dan bisa mengembangkan diri dengan menekankan pada proses

(2)

57

pembelajaran yang bernuansa kooperatif, inkuiri dan bersifat pragmatis (Kosasih dalam Maksum, 1999).

Dengan ciri tersebut, dalam pembelajaran IPS di SD, sebenarnya peran guru adalah sebagai motivator dan fasilitator, dimana guru membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk memanfaatkan sumber belajar yang tersedia disekitarnya berdasarkan pengetahuan yang telah dimilikinya. Guru sebagai pemberi bekal pengetahuan tentang manusia dan seluk beluk kehidupannya hendaknya mengarahkan peserta didik untuk tampil memecahkan masalah sosial yang ada disekitarnya. Pelaksanaan proses pembelajaran IPS di SD haruslah diciptakan dengan kondisi yang kondusif, aktif, kreatif, dan efisien dengan memaksimalkan berbagai sarana dan prasana, serta diarahkan pada kegiatan yang mendorong peserta didik belajar secara serius dan melibatkan peserta didik aktif dalam memahami konsep-konsep IPS dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan suatu masalah.

Namun kenyataan yang ditemukan dari berbagai analisis tentang pelaksanaan pembelajaran di SD menunjukkan bahwa masih terdapat berbagai kelemahan dalam proses pembelajaran IPS di kelas. Masalah tersebut umumnya dilatarbelakangi oleh sifat pembelajaran IPS yang sangat konseptual sehingga orientasi guru dalam mengajar masih sangat kuat terhadap pencapaian target kurikulum untuk menyajikan semua bahan pelajaran sesuai dengan target kurikulum. Para peserta didik kurang tertarik dengan pendidikan IPS antara lain karena kurang dirasakan kegunaannya. Hal ini ada kaitannya dengan pendapat bahwa IPS kurang menarik minat peserta didik karena dinilai sebagai pelajaran tidak penting dan hanya mengedepankan hafalan materi.

Kondisi tersebut ditengarai disebabkan karena lemahnya poses pembelajaran di kelas, yang dinilai kurang menyentuh pengembangan kemampuan berpikir dan penanaman nilai, sehingga output yang diperoleh, baik yang bersifat kognitif, afektif maupun psikomotor, tidak banyak dapat dimanfaatkan di luar sekolah, karena kurang melibatkan secara aktif peserta didik sebagai pembelajar, pemikir dan sekaligus pengambil keputusan secara aktif dan mandiri.

Dengan kondisi di atas maka untuk lebih mewujudkan fungsi dan tujuan IPS sebagai salah satu wahana pembentukan sumber daya manusia yang kompeten, perlu dikembangkan iklim belajar yang konstruktif bagi berkembangnya potensi kreatif peserta didik, sehingga lahir gagasan baru dalam pembelajaran. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, guru hendaknya memperhatikan semua aspek pribadi peserta didik seperti potensi fisik dan kejiwaan, tingkat perkembangan pengalaman belajar, latar belakang sosial ekonomi dan lingkungan sosial budaya, bakat, minat kepribadian dan harapannya serta proyeksi yang diterapkan masyarakat serta pemerintah untuk masa depannya (Gunawan. 1996).

Untuk menumbuh kembangkan aktivitas belajar di kalangan peserta didik terutama pada tingkat SD, maka model inkuiri memiliki kemungkinan untuk dikembangkan dan dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan. Pengembangan aktivitas belajar peserta didik melalui model inkuiri ini bisa dijadikan salah satu alternatif pemecahan masalah yang dihadapi oleh guru dalam mengembangkan pembelajaran IPS menjadi lebih menarik perhatian dan minat peserta didik sekaligus memberikan makna bagi perubahan sikap dan perilaku peserta didik.

(3)

58 Model Pembelajaran Inkuiri di Sekolah Dasar

Carin dan Sund (1971) mendefinisikan inkuiri sebagai pembelajaran yang melibatkan aktivitas penelitian dan penemuan yang berkaitan dengan proses untuk mendapatkan informasi berdasarkan masalah dan penyelesaiannya dalam aktivitas pembelajaran. Sedangkan Ibrahim (2004) menjelaskan bahwa metode ilmiah atau kinerja ilmiah adalah suatu cara dalam memperoleh pengetahuan. Cara tersebut merupakan suatu rangkaian prosedur tertentu yang harus diikuti untuk mendapatkan jawaban tertentu dari pertanyaan tertentu. Proses pembelajaran inkuiri dilakukan melalui tahap merumuskan masalah, mengembangkan hipotesis, menguji jawaban tentatif, menarik simpulan, dan menerapkan simpulan (Carin dan Sund, 1971). Pembelajaran inkuiri melibatkan peserta didik dalam aktivitas penelitian dan penemuan dengan proses untuk mendapatkan informasi berdasarkan masalah dan penyelesaiannya dalam aktivitas pembelajaran.

Inkuiri artinya proses pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari masalah yang ditanyakan (Wina, 2008). Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran peserta didik dalam pendekatan ini adalah mencari dan menemukan sendiri informasi serta mengolahnya sehingga menjadi lebih bermakna, sedangkan guru berperan sebagai fasilitastor dan pembimbing peserta didik untuk belajar.

Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik diharapkan bukan hanya hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi juga hasil dari menemukan sendiri. Model Pembelajaran Inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah (Adi, Tirto. Dkk, 2011).

Selaras dengan pandangan tersebut, prinsip pembelajaran di sekolah dasar yang berdasarkan model inquiri dapat mengacu pada asas DAP (Developmentally Appropriate Practice), ketercernaan yang dicirikan oleh; (1) mulai belajar dari apa yang dekat dan dapat dijangkau peserta didik, (2) menapak dari jenjang serba faktual, (3) memikirkan segala sesuatu yang dipelajari sebagai satu kesatuan yang holistik dan integratif, serta (4) melakukan aktivitas belajar yang penuh makna (Maksum, 1999).

William dan Mc Aulay (1964) menegaskan bahwa dengan memberikan pengalaman langsung pada peserta didik melalui model inkuiri pada peserta didik adalah untuk menghindari verbalisme dan memberikan kedalaman makna (meaningful learning) kepada peserta didik. Hal ini selaras dengan ciri-ciri pembelajaran IPS menurut NCSS (1994) yaitu; meaningful, integrative, valuebased, challenging, dan active. Untuk mencapai tujuan yang rumuskan dalam pembelajaran IPS yakni knowing, doing dan carring, yang dikembangkan berdasarkan konsep learning experiences atau investigative experience (Schuncke, 1988). Dalam pembelajaran inkuiri sebagaimana pendapat Collete dan Chiappetta (dalam Adi, Tirto. Dkk, 2011), pada mata pelajaran IPS di sekolah dasar hendaknya pemilihan materi pembelajaran seharusnya berpijak pada pemahaman bahwa materi pembelajaran tersebut menyediakan aktivitas-aktivitas yang berpusat pada peserta didik.

(4)

59

Peningkatan Aktifitas Peserta Didik pada Mata Pelajaran IPS

Berdasarkan hasil observasi pada pembelajaran IPS di kelas IV Sekolah Dasar Khadijah II Surabaya, ditemukan beberapa kesimpulan bahwa; (1) penyampaian materi pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran hanya memungut apa yang ada dalam buku paket; (2) sumber belajar yang dipergunakan hanya buku paket; (3) strategi belajar mengajar yang dikembangkan tidak ada upaya untuk melibatkan peserta didik secara aktif dalam kuantitas dan kualitas yang memadai; (4) metode mengajar yang dipergunakan hanya ceramah, tanya jawab yang belum interaktif; (5) guru tidak menggunakan media yang memungkinkan materi pelajaran dapat disampaikan secara efektif; (6) peserta didik sebagian besar kurang menyukai pelajaran IPS; (7) pembelajaran IPS dianggap kurang menarik, kurang bervariasi dan kurang tantangan yang terlihat dari peserta didik yang gaduh serta kurang konsentrasi pada saat pelajaran IPS dan justru peserta didik merasa bersuka cita serta bersorak kegirangan saat pelajaran berakhir; (8) peserta didik kurang memahami manfaat atau aplikasi dari materi pelajaran dalam kehidupan mereka sehari-hari. Hasil observasi juga menunjukkan bahwa aktivitas belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS di kelas tersebut rendah dan hasil belajar peserta didik pada pelajaran IPS belum mencapai target yang diinginkan, nilai rata-rata kelas untuk ulangan harian pertama pada sejumlah 32 peserta didik di kelas IV Sekolah Dasar Khadijah II, Surabaya hanya mencapai 67, 33%.

Berdasarkan hasil observasi tersebut, salah satu solusi yang dipilih untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri, sebagaimana pendapat Nur (2008), aktivitas inkuiri dapat menjadikan peserta didik terlibat aktif dalam penyelidikan ilmiah. Aktivitas ini membuat mereka menggunakan berbagai macam keterampilan proses, bukan hanya satu metode ilmiah tunggal. Keterampilan-keterampilan proses tersebut adalah pengamatan, pengklasifikasian, penginferensian, peramalan dan pengkomunikasian.

Melalui strategi pembelajaran inkuiri diharapkan guru akan mempergunakan sejumlah teknik dan metode mengajar yang sesuai dengan dikembangkan secara terintegrasi dan diterapkan secara bervariasi seperti metode observasi, kerja kelompok, tanya jawab, demonstrasi, diskusi dan sebagainya. Melalui model pembelajaran ini peserta didik akan terlibat secara mental dan intelektual dalam pemrosesan informasi, agar diperoleh pemahaman yang bermakna, sehingga kualitas pembelajaran yang dileselenggarakan guru menjadi lebih bermakna. Kebermaknaan ini ditandai dengan aktifitas peserta didik yang tinggi, keterlibatan banyak peserta didik secara aktif dalam pembelajaran, fungsionalisasi materi pelajaran, dan terjalin kerja sama yang harmonis antar peserta didik dan guru.

Pembelajaran inkuiri berfokus pada aktivitas peserta didik mempelajari pengetahuan secara dinamis, kooperatif dengan proses yang terakumulasi. Dengan pembelajaran inkuiri, peserta didik secara berkelanjutan mengumpulkan informasi dan memanfaatkannya untuk menjawab suatu masalah dalam rangka mengonstruksi konsep. Pengalaman melihat dunia nyata di masyarakat akan membantu peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, kritis.

Melalui pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri diharapkan aktifitas peserta didik dalam pembelajaran dapat meningkat, yang pada akhirnya juga mampu meningkatkan hasil belajar. Sebagaimana pendapat Paul B Diendrich (dalam Sardiman, 1996) tentang jenis-jenis aktivitas peserta didik di kelas, kriteria keberhasilan

(5)

60

peningkatan aktivitas peserta didik dapat diukur jika peserta didik mampu menguasai kegiatan; (1) mental aktivities yang meliputi menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan; dan (2) emotional aktivities meliputi menaruh minat, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang.

Penerapan pembelajaran inkuiri yang telah diterapkan dalam penelitian ini adalah dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, yaitu dengan mengadakan kunjungan ke beberapa objek pengamatan yang letak di sekitar sekolah, dan meminta peserta didik mengungkapkan pengalaman langsung yang dialaminya, kemudian ditindaklanjuti dengan kegiatan diskusi di kelas sebagai bentuk pelaporan hasil temuan kegiatan observasi secara berkelompok. Dengan strategi pembelajaran ini peserta didik yang berusaha sendiri mengolah informasi untuk memecahkan masalah dan peserta didikpun mendapatkan sendiri pemecahan masalah sampai pada kesimpulan. Hal inilah yang mendasari peneliti melakukan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Reseach) sebagai upaya perbaikan proses belajar mengajar untuk meningkatkan aktifitas hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar Khadijah II, Surabaya.

METODE

Metode Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dilakukan di kelas IV Sekolah Dasar Khadijah II, Surabaya. Dalam penelitian ini peneliti bukan hanya sekedar memecahkan masalah pembelajaran yang ada di kelas saja, tetapi juga berupaya meningkatkan kepemilikan profesionalisme guru melalui kegiatan reflektif. Analisis data penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif yang merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data secara deskriptif yang dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian.

Dalam penelitian ini peneliti melakukan beberapa langkah yaitu; (1) melakukan observasi awal terhadap peserta didik kelas IV Sekolah Dasar Khadijah II, Surabaya, dengan jumlah 32 peserta didik, 17 laki-laki dan 15 perempuan yang dibuat berkelompok tiap kelompok terdiri dari 5-6 orang peserta didik. (2) kemudian peneliti juga melakukan observasi dan wawancara terhadap guru kelas dan peserta didik, kemudian merumuskan desain pembelajaran, dan melakukan penelitian lapangan dalam dua siklus, dimana tiap siklus terdiri dari tindakan observasi, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi dan refleksi.

Instrumen yang digunakan adalah; (1) LKS berupa permasalahan soal yang harus dikerjakan secara berkelompok yang isinya disesuaikan dengan pokok bahasan atau topik pembelajaran dalam tindakan; (2) Lembar observasi yang berfungsi untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan dan rencana tindakan dan seberapa jauh tindakan yang sedang berlangsung dapat diharapkan dan mengahasilkan perubahan yang diinginkan; (3) Lembar wawancara yang digunakan untuk mengetahui pendapat, aspirasi, harapan prestasi, keinginan, keyakinan dan lain-lain, hal ini dibutuhkan untuk mengungkapkan data secara lisan dari sumbernya; (4) Alat evaluasi diperlukan untuk mengevaluasi sejauh mana keberhasilan peserta didik dengan penerapan teknik inkuiri dalam pembelajaran.

(6)

61 HASIL PENELITIAN

Siklus I

Berdasarkan hasil penelitian tindakan ditemukan bahwa pelaksanaan pembelajaran pada siklus ke I dengan menggunakan metode field trip di lingkungan sekolah yang dilanjutkan dengan diskusi di kelas, hasil evaluasi menunjukkan rata-rata aktivitas peserta didik dalam pembelajaran adalah 82,49% atau dikategorikan baik. Berdasarkan hasil evaluasi secara individu yang dilakukan pada akhir pertemuan didapatkan bahwa ternyata 10 orang peserta didik yang mendapat nilai 6 sedang rata-rata pencapaian hasil belajar secara klasikal baru mencapai mencapai 76, 3%.

Pengembangan materi yang dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran masih belum maksimal. Muatan materi dalam buku paket masih sangat mempengaruhi guru dalam mengajar. Strategi yang dipilih guru sudah mengarah pada upaya meningkatkan partisipasi peserta didik dan metode mengajar yang dipergunakan cukup bagus dalam upaya meningkatkan partisipasi aktif peserta didik dalam pembelajaran. Hanya saja dikarenakan keterbatasan kemampuan guru menyebabkan daya proaktif peserta didik tidak berkembang seperti yang diharapkan. Media pengajaran yang dipergunakan guru cukup efektif dan fungsional, yaitu kondisi transportasi di sekitar lingkungan sekolah, serta sumber belajar yang dipergunakan guru bukan lagi buku paket, tetapi lingkungan sekitar peserta didik dalam bentuk suasana pengangkutan yang terjadi di depan sekolah.

Pada awal pelaksanaan penelitian peserta didik masih merasa asing akan inkuiri sehingga aktivitas bertanya masih kurang, pada tahap menggali pertanyaan-pertanyaan peserta didik peneliti belum memberikan keleluasaan pada peserta didik untuk menjawab pertanyaan seluas mungkin, dan pada waktu peserta didik menyampaikan hasil diskusinya kurang mendapat tanggapan dari peserta didik lainnya.

Siklus II

Hasil pelaksanaan pembelajaran pada siklus II adalah rata-rata aktivitas peserta didik dalam pembelajaran 88% atau dikategorikan baik dan meningkat dibandingkan pada siklus I. Berdasarkan hasil evaluasi secara individu yang dilakukan pada akhir pertemuan didapatkan bahwa ternyata 5 orang peserta didik yang mendapat nilai 6 sedang rata-rata dari keseluruhan peserta didik mencapai 84% sehingga upaya peneliti dalam menerapkan langkah-langkah inkuiri dapat dikatakan sudah berhasil dan dapat meningkatkan hasil belajar. Pada tindakan ke - II peneliti menemukan peningatan pemahaman peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, upaya peneliti untuk memberdayakan media atau alat bantu lain yang berupa gambar dan cerita mempermudah peserta didik menyelaraskan langkah-langkah inkuiri pada topik pemanfaatan alat transportasi, sehingga materi pelajaran dapat dipahami peserta didik dengan benar dan lebih mendalam.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat dirumuskan sebagai hasil dari penelitian ini adalah; (1) pembelajaran IPS dengan menggunakan model inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat mengembangkan aktivitas belajar peserta didik sehingga proses dan hasil belajar peserta didik lebih baik. Dalam pembelajaran IPS interaksi optimal antara guru dan peserta didik atau peserta didik dengan lingkungan sekitar

(7)

62

merupakan faktor yang sangat menentukan aktifitas belajar peserta didik dan pencapaian keberhasilan belajar peserta didik; (2) Aktivitas peserta didik dalam pembelajaran IPS dengan menggunkan model inkuiri dalam proses pembelajaran IPS dapat merangsang peserta didik menunjukkan antusias dan keceriaannya dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, dapat mengarahkan peserta didik untuk memiliki keberanian membuat pertanyaan atau jawaban serta mampu berpikir kritis, analisis dan argumentatif, hal ini tampak dari aktivitas peserta didik dalam mengemukakan pendapatnya pada diskusi kelompok dan dalam menanggapi hasil diskusi kelompok lain yang tengah dipresentasikan di depan kelas. Oleh karena itudirekomendasikan agar model pembelajaaran ini lebih sering dilaksanakan oleh guru-guru sekolah dasar, terutama pada pelajaran IPS guna meningkatkan aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Tirto., Marsiti dan Jatiningsih, Oksiana. (2011). Pengembangan Kemampuan Peserta Didik Mengkonstruksi Konsep IPS Melalui Pembelajaran Inkuiri. Jurnal PTK, Vol Khusus, Tahun 2011.

Carin, A.A. & Sund, R.B. (1971). Developing Question Techniques: A Self-Concept Approach. Columbus, OH: Charles E. Merrill.

Gunawan. (1996) Peningkatan Mutu Proses Belajar Mengajar Sekolah Dasar. Bandung: CV Siger Tengah.

Ibrahim, Muslimin. dkk. (2004). Materi Pelatihan Terintegrasi: Sains. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.

Jarolimek, J & Walter C. Parker, (1993). Social Studies in Elementary Education. Nineth edition. Macmillan Publising Company. New York.

Maksum, Arifin. (1999). Inquiry Teaching dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Jurnal Mimbar Pendidikan, No.1 Vol. 18 Tahun 1999.

NCSS. (1994). Curriculum Standard for Social Studies. (1994). NCSS: Washington DC.

Nur, M. (2008). Teori-Teori Pembelajaran Kognitif. Surabaya: Penerbit Pusat Sains dan Matematika Sekolah UNESA.

Sanjaya, Wina, (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sardiman. (1996). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Schuncke, George M, (1988). Elementary Social Studies: Knowing, Doing, Caring. USA: Macmillan Pub. Co.

William B. & Mc. Aulay, John D. (1964). Social Studies for Today's Children. USA: Appleton-Century-Croffs Meredith Pub. Co.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah perancangan Environmental graphic design ini selesai, diharapkan dapat membantu pihak Museum Sepuluh Nopember Surabaya untuk dapat membuat media informasi mengenai

Model Perkuliahan Konsep Dasar Kimia Bagi Mahasiswa PGSD Konsentrasi IPA.. Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu data. kualitatif dan data

Tanah sebagai salah satu sumber daya ekonomi memiliki perspektif dalam meningkatkan pendapatan daerah sebagai objek pajak dan retribusi daerah. Pertanahan kota adalah sangat

[r]

Jika preemptive, jika ada proses datang dengan sisa CPU burst yang lebih kecil daripada yang sedang dieksekusi, maka proses tersebut akan menggantikan proses yang sedang

(2) Di KJA Gundil Situbondo prevalensi ektoparasit pada ikan Kerapu Cantang yaitu Benedenia sebesar 100% dan Dactylogyrus sebesar 0% serta intensitas ektoparasit

Perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam terkait dosis perlakuan zeolit agar. dapat memberikan dosis

1) Guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan sifat koligatif larutan nonelektrolit. 2)