• Tidak ada hasil yang ditemukan

Quality Manual SMK3.HSE 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Quality Manual SMK3.HSE 2"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

D A F T A R I S I HALAMAN

DAFTAR ISI...…... 1 dari 12

I. TUJUAN …………...…...….………….. 2 dari 12

II. RUANG LINGKUP ... 2 dari 12

III. DEFINISI... 2 dari 12

IV. REFERENSI... 3 dari 12

V. PROSEDUR PELAKSANAAN... 3 dari 12

5.1 Pemastian Keamanan Bekerja Berdasarkan SMK3 ... 3 dari 12

5.1.1 Pemastian Keamanan Bekerja Berdasarkan SMK3 di Workshop /

Bengkel ………. 4 dari 12 5.1.2 Pemastian Keamanan Bekerja Berdasarkan SMK3 di Lokasi Proyek …... 5 dari 12 5.2 Pengawasan Terhadap K3 ………..………... 5 dari 12 5.3. Program – Program K3 ..………….………... 6 dari 12 5.4. Inspeksi K3 ..………... 6 dari 12 5.5. Lingkungan Kerja ….…………..………... 7 dari 12 5.6. Pengendalian Peralatan ……….………... 8 dari 12 5.7. Penanganan Keadaan Darurat ... 9 dari 12 5.8. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan …………... 10 dari 12 5.10. Sistim Pelaporan .…………... 11 dari 12 VI. LAMPIRAN ... 11 dari 12

(2)

I. TUJUAN

Memberikan pedoman dan prosedur dalam menetapkan strategi pelaksanaan Sistem Manajemen K3 di lokasi kerja agar pekerja dapat bekerja secara aman dan sehat dengan tidak terjadi kehilangan atau kerusakan asset perusahaan, berdasarkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

II. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pembahasan dalam prosedur ini adalah : 2.1. Pemastian Keamanan Bekerja Berdasarkan SMK3 2.2. Pengawasan terhadap K3 2.3. Program – Program K3 2.4. Inspeksi 2.5. Lingkungan Kerja 2.6. Pengelolaan Material 2.7. Pengendalian Peralatan 2.8. Penanganan Keadaan Darurat

2.9. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) 2.10.Sistem Pelaporan

III. DEFINISI

No Istilah / Singkatan Penjelasan

1. S M K 3 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2. A P D Alat Pelindung Diri

3. Lingkungan Kerja Adalah lokasi atau tempat dimana aktivitas pekerjaan

berlangsung yang dilaksanakan & menjadi tanggung jawab Perusahaan.

(3)

berpengaruh terhadap fisik pekerja seperti bising, suhu panas atau dingin, cahaya radiasi dsb.

5. Aspek Kimia Yaitu hal – hal yang mengakibatkan gangguan atau

berpengaruh terhadap fisik pekerja seperti bising, suhu panas atau dingin, cahaya radiasi dsb.

6. Aspek Biologi Yaitu hal – hal yang mengakibatkan ganguan atau

berpengaruh terhadap fisik pekerja yang disebabkan oleh organisme mikro seperti bakteri, virus juga serangga, binatang, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya.

7. Aspek Ergonomi Yaitu hal – hal yang mengakibatkan gangguan atau

berpengaruh terhadap fisik pekerja yang disebabkan oleh sikap dan cara kerja yang tidak benar, serta pemakaian peralatan yang tidak tepat.

8. Aspek Psikologi Yaitu hal – hal yang mengakibatkan gangguan atau

berpengaruh terhadap fisik pekerja yang disebabkan oleh gangguan kejiwaan yang disebakan antara lain sifat monoton pekerjaan, hubungan kerja yang tidak harmonis, job pekerjaan tidak sesuai, upah rendah dan sebagainya.

IV. REFERENSI

4.1 Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

4.2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

V. PROSEDUR PELAKSANAAN

5.1 Pemastian Keamanan Bekerja Berdasarkan SMK3

1. Pemastian Keamanan Bekerja berdasarkan SMK3 di lokasi kerja harus dipastikan penanggung jawabnya, yaitu :

a. Workshop / Bengkel b. Proyek

2. Untuk memastikan keamanan bekerja berdasarkan SMK3 dilakukan identifikasi sumber bahaya yang ditinjau dari beberapa aspek sebagai berikut :

(4)

a. Aspek Fisik b. Aspek Kimia c. Aspek Biologis d. Aspek Ergonomi e. Aspek Psikologis

5.1.1 Pemastian Keamanan Bekerja Berdasarkan SMK3 di Workshop / Bengkel

1. Mekanisme pemastian keamanan bekerja berdasarkan SMK3 dimulai dari identifikasi resiko dan sumber bahaya dari seluruh aktifitas di workshop / bengkel. Dari identifikasi resiko dan sumber bahaya akan ditentukan pengendalilan bahaya dan pengunaan APD yang dituliskan ke dalam FF/SD-001 : Safety Plan.

2. Untuk lokasi Workshop / Bengkel , Safety Plan dibuat oleh Kabid. PPC & Safety.

3. Salinan Safety Plan tersebut diserahkan ke Supervisor K3 untuk ditindaklanjuti dengan melakukan Inspeksi Safety : FF/SD-002 (harian, bulanan, tertentu) untuk pengendalian bahaya dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja di lokasi kerja.

4. Safety Plan di buat 1 tahun sekali dengan mempertimbangkan potensi bahaya, insiden dan catatan hasil inspeksi K3 sebekmnya. Dan dapat dilakukan evaluasi / revisi jika ada :

a. Perubahan proses produksi yang khusus & specifik b. Perubahan metode kerja

c. Perubahan regulasi pemerintah yang dijadikan acuan d. Perubahan lingkungan kerja dan

e. Adanya penambahan mesin baru f. Disyaratkan oleh Pelanggan

(5)

5.1.2 Pemastian Keamanan Bekerja Berdasarkan SMK3 di Lokasi Proyek 1. Setiap adanya proyek baru dan akan dimulainya pekerjaan proyek

tersebut, maka Manajer Proyek melakukan identifikasi resiko dan sumber bahaya dari seluruh aktifitas yang akan dikerjakan dengan menggunakan format FF/SD-001 : Safety Plan di masing – masing proyek.

2. FF/SD-001 : Safety Plan dimintakan persetujuannya ke Kabid. PPC & Safety.

3. Salinan Safety Plan tersebut diserahkan ke Supervisor K3 di proyek untuk ditindaklanjuti dengan melakukan Inspeksi Safety : FF/SD-002 (harian, bulanan, tertentu) untuk pengendalian bahaya dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja di lokasi kerja.

5.2 Pengawasan Terhadap K3 1. Pengawasan dibagi menjadi :

a) Pengawasan Intern yaitu oleh Kabid. PPC & Safety, Supervisor K3 atau Personil yang ditunjuk.

b) Pengawasan Extern yaitu oleh Pegawai Pengawas dari Departemen Tenaga Kerja.

c) Pengawasan oleh Pekerja.

2. Dalam pengawasan intern, pengawas berkewajiban melaksanakan :

a) Pengawasan atau pengendalian terhadap personil sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki dan resiko tugasnya.

b) Identifikasi Pengendalian Bahaya sesuai dengan FF/SD-001 : Safety Plan dan prosedur pengendaliannya.

c) Pembuatan pelaporan (akibat kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dll) dan saran – saran yang disampaikan kepada perusahaan atau wakil manajemen.

3. Pengawasan ekstern dilakukan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

4. Pengawasan oleh Pekerja dilaksanakan secara tidak langsung terhadap aktifitas yang mengandung bahaya / resiko terjadi kecelakaan kerja dengan melaporkan kondisi tersebut kepada atasan langsung.

(6)

1. Program K3 adalah rencana kerja K3 dengan item dan jangka waktu tertentu.

2. Program K3 dibedakan menurut lokasi / area kerja yang telah ditentukan, yaitu bengkel / workshop dan proyek.

3. Area bengkel / workshop, program K3 dibuat oleh Kabid. PPC & Safety. 4. Area proyek, program K3 dibuat oleh Manajer Proyek.

5. Isi pokok program K3 (semua lokasi) adalah : a. Penyelenggaraan Safety Talk

b. Penyelenggaraan Safety Patrol

c. Penyebaran informasi K3 di area kerja bisa melalui Instruksi kerja, gambar, papan pengumuman atau spanduk dll.

d. Informasi tentang Tanggap Darurat dan P3K. 5.4. Inspeksi K3

1. Inspeksi adalah kegiatan memeriksa, membandingkan dengan standar atau aturan, mengukur dan sebagainya untuk mendapartkan performance dari obyek yang diinspeksi.

2. Perencanaan inspeksi harus dibuat sebelumnya oleh personil yang ditunjuk sesuai dengan FF/SD-002 : Inspeksi Safety.

3. Sebelum membuat perencanaan inspeksi dilakukan inventarisasi dari critical part / item dari inspeksi. Tahapan untuk inventarisasi criical part / item adalah sebagai berikut :

a. Klasifikasi lingkup dari inspeksi yang akan dilakukan (misalnya, mesin, alat Bantu, material dll).

b. Tentukan penanggung jawab masing-masing.

c. Inventarisasi hal-hal yang mungkin akan menimbulkan bahaya dari lingkup di atas.

d. Tentukan hal-hal yang harus dilakukan pemeriksaan dengan acuan dari bahaya yang mungkin timbul.

e. Tentukan waktu atau frekwensi dari inspeksi yang akan dilakukan.

f. Tuliskan dalam format FF/SD-003 : Item Inspeksi (Titik Inspeksi Kritis).

(7)

5.5 Lingkungan Kerja

1. Lingkungan kerja diklasifikasikan menjadi 2 (dua) yaitu : a. Bengkel / workshop

b. Proyek

2. Setiap perubahan dari lingkungan kerja diidentifikasi sumber bahaya dan resiko yang kemungkinan terjadi oleh Penangung Jawab Lokasi Kerja masing – masing.

3. Disamping identifkasi sumber bahaya dan resiko, hal-hal yang harus dilakukan evaluasi ulang terhadap perubahan lingkungan adalah :

a. Prosedur masuk dan keluar dari lingkungan kerja.

b. Standar pengendalian resiko dan bahaya pada lingkungan kerja. c. Pemasangan rambu-rambu K3 yang memadai.

4. Supervisor K3 melakukan penilaian terhadap seluruh area pekerjaaan dan menentukan lokasi yang memerlukan “Surat Ijin Untuk Masuk Lokasi Kerja” .

5. Apabila ada lokasi yang dianggap perlu “Surat Ijin Untuk Masuk Lokasi Kerja”, maka harus diberi tanda peringatan yang mudah diketahui dan mudah dibaca oleh personil di sekitar lokasi tersebut.

6. Permintaan masuk ijin area kerja menggunakan FF/SD-004 : Surat Ijin Masuk Lokasi Kerja ditujukan kepada Supervisor K3 atau personil yang ditunjuk untuk mendapatkan persetujuan tertulis, sesuai dengan tingkat kepentingannya.

7. Supervisor K3 juga memasang rambu-rambu yang mengingatkan pentingnya K3 di lokasi tersebut.

(8)

5.6. Pengelolaan Material

1. Tersedia lay out penempatan material (baik di lokasi bengkel / workshop dan proyek) sebelum amterial dating dari pemasok ditangani oleh Kabid. QC & Safety atau Supervisor K3 dan diidentifikasi menurut resiko bahaya yang ada sesuai dengan format FF/SD-04-005 : Daftar Produk Berbahaya dan Mempunyai Batas Kadaluarsa.

2. Material di angkut menurut ketentuan yang telah dibuat oleh Kabid. QC & Safety atau mengacu pada referensi yang ada.

3. Material pasokan baik dari pelanggan atau dari pemasok disimpan sesuai dengan resiko bahaya yang ada, masing-masing diberi identitas dan tata cara penyimpanan yang benar sesuai dengan material berbahaya dan produk yang mempunyai batas kadaluarsa, sehingga terhindar dari kemungkinan terjadi ketidaksesuaian. Sesuai dengan format FF/SD-04- 005 : Daftar Produk Berbahaya dan Mempunyai Batas Kadaluarsa. 4. Cara penanganan bila terjadi sesuatu adalah Supervisor K3 atau personil

yang ditunjuk yang telah dilatih berhak menangani. Baik yang bersifat pencegahan pertama dan selanjutnya akan ditangani oleh Kabid. QC & Safety.

5. Material sisa yang dapat menimbulkan bahaya harus dibuang menurut prosedur yang berlaku atau referensi tertentu.

5.7. Pengendalian Peralatan

1. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pengendalian sarana produksi adalah :

a. Perencanaan Pemeliharaan dan Perbaikan Peralatan b. Sertifikasi Peralatan

c. Kualifikasi Operator Peralatan

d. Prosedur Pemeliharaan dan Perbaikan e. Identifikasi dan Penandaan Peralatan

f. Sistem Penguncian Peralatan (Lock Out dan Take Off System) g. Penentuan Status Peralatan

2. Supervisor K3 juga melakukan identifikasi terhadap alat-alat khusus yang memerlukan sistem penguncian atau Lock Out System.

(9)

3. Dari hasil identifikasi alat khusus yang memerlukan system penguncian, Supervisor K3 atau Personil yang ditunjuk masing-masing lokasi mendisposisikan kepada petugas peralatan untuk melakukan atau membuat system penguncian dari alat tersebut.

4. Penanggung jawab K3 lokasi kerja menetapkan persyaratan kualifikasi dari operator dan petugas pemeliharaan peralatan untuk lokasi workshop / bengkel dan proyek.

5. Persyaratan kualifikasi dari operator tersebut didistribusikan kepada Supervisor K3 atau personil yang ditunjuk dari masing-masing lokasi dan digunakan sebagai acuan dalam melakukan pengawasan.

5.8. Penanganan Keadaan Darurat

1. Apabila di proyek tersebut terdapat kondisi khusus, identifikasi bahaya dari proyek tersebut dilakukan oleh Kabid. QC & Safety, Supervisor K3 dan Penanggung Jawab K3 lokasi kerja. Haslnya dituliskan ke dalam FF/SD-00- 001 : Safety Plan dimana perhitungan item kritis beserta alasannya dituangkan ke dalam FF/SD-00-003 : Item Inspeksi (Titik Inspeksi Kritis).

2. Dimaksud dengan kondisi khusus (kritis) di proyek adalah :

a. Proyek yang memiliki item inspeksi khusus (krititis) > 50% dari aktifitas pekerjaan.

b. Dipersyaratkan oleh Pelanggan.

c. Proyek yang mengerjakan pekerjaan Migas, Underground, Offshore, dan ketinggian lebih dari 15 meter.

3. Penanganan keadaan darurat diatur dalam instruksi kerja No. IK/SD-00- 001 : Penanganan Keadaan Darurat, minimal memuat hal-hal sebagai berikut :

a. Metode identifikasi keadaan darurat (alarm, sinyal atau tanda peringatan yang memadai).

b. Personil penanggung jawab penanganan keadaan darurat. c. Metode penanganan dan penanggulangan keadaan darurat. d. Evakuasi dan penyelamatan

(10)

4. Instruksi Kerja Keadaan Darurat didistribusikan kepada personil penanggung jawab dan dipasang di papan pengumuman supaya dapat dibaca oleh semua tenaga kerja.

5. Penanggung jawab K3 lokasi kerja membentuk tim untuk penanganan keadaan darurat di lokasi workshop / bengkel, sedangkan untuk lokasi proyek personil tim ditentukan oleh Manajer Proyek.

6. Penanggung jawab K3 lokasi proyek menentukan tempat dan membuat tanda titik aman (evacuation assembling area) untuk area penyelamatan di masing-masing lokasi (Workshop / bengkel dan Proyek).

7. Penanggung jawab K3 lokasi kerja melaksanakan pelatihan, minimal penjelasan kepada seluruh tenaga kerja terhadap tim tersebut dalam hal penanganan keadaan darurat bisa berupa simulasi dari keadaan darurat yang kemungkinan terjadi di lokasi kerja masing-masing.

5.9. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

1. Penanggung jawab K3 lokasi kerja membuat metode kerja mengenai K3 (buku saku) serta di evaluasi setiap 1 (satu) tahun sekali atau dimana diperlukan.

2. Metode kerja tersebut didistribusikan kepada penanggungjawab K3 di lingkungan kerja.

3. Metode kerja tersebut menerangkan tentang : a. Metode penanganan kecelakaan

b. Standar perlengkapan dan obat-obatan untuk P3K di lokasi kerja c. Cara penanganan perlengkapan dan obat-obatan.

4. Penanggungjawab K3 Lokasi Kerja menyediakan standar obat K3 dan perlengkapannya.

5. Penanggungjawab K3 Lokasi Kerja menunjuk personil atau tim untuk dilatih masalah K3 yang nantinya akan menangani masalah K3 di area / lokasi masing-masing.

(11)

Sistim Pelaporan

1. Bila terjadi kecelakaan kerja atau insiden di tempat kerja akan dilakukan pemeriksaan khusus yang dituliskan ke dalam FF/SD-04-006 : Laporan Pemeriksaan Khusus.

2. Dan jika terjadi kecelakaan lalu lintas, maka dilakukan juga pemeriksaan khusus dan hasil pemeriksaan dituliskan ke dalam FF/SD-04-007 : Laporan Kecelakaan Lalu Lintas.

3. Setiap 1 (satu ) bulan sekali Supervisor K3 atau Petugas K3 berkewajiban untuk membuat laporan bulanan yang disetujui oleh penanggung jawab lokasi kerja (bengkel / workshop atau proyek) dan dilaporkan kepada Kabid. QC & Safety.

a. Untuk lokasi bengkel / workshop laporan yang dibuat meliputi : − FF/SD-04-008 : Laporan Pemakaian Alat Pelindung Diri − FF/SD-04-009 : Laporan Man Hours

− FF/SD-04-010 : Laporan Stock Obat-obatan − FF/SD-04-011 : Penilaian House Keeping − FF/SD-04-012 : Laporan Bulanan K3

b. Sedangkan untuk lokasi kerja proyek meliputi :

− FF/SD-04-013 : Rekapitulasi Laporan Kecelakaan Kerja (jika ada) − FF/SD-04-012 : Laporan Bulanan K3

(12)

VI. LAMPIRAN

1. IK/SD-00-001 : Penanganan Keadaan Darurat

2. FF/SD-00-001 : Safety Plan

3. FF/SD-00-002 : Inspeksi Safety

4. FF/SD-00-003 : Item Inspeksi (Titik Inspeksi Kritis)

5. FF/SD-00-004 : Surat Ijin Masuk Lokasi Kerja

6. FF/SD-04-005 : Daftar Produk Berbahaya dan Mempunyai

Batas Kadaluarsa

7. FF/SD-04-006 : Laporan Pemeriksaan Khusus

8. FF/SD/04-007 : Laporan Kecelakaan Lalu Lintas

9. FF/SD-04-008 : Laporan Pemakaian Alat Pelindung Diri

10. FF/SD-04-009 : Laporan Man Hours

11. FF/SD-04-010 : Laporan Stock Obat-obatan

12. FF/SD-04-011 : Penilaian House Keeping

13. FF/SD-04-012 : Laporan Bulanan K3

Referensi

Dokumen terkait

Para peneliti mengemukakan )ah,a kinerja )erke!inam)ungan dalam peru!ahaan terjadi pada !aat pemimpin atau manejer dalam peru!ahaan mentran!'rma!ikan peru!ahaan

[r]

Jadi pemberlakuan pengosongan atau tanda strip (-) selama ini tidak lagi berlaku dan harus diisi. Dalam pengisiannya, mengingat jumlah penghayat kepercayaan yang

1 set ayak standar disusun dalam suatu tumpukan dan diberi getaran, sehingga bahan yang ada di ayakan paling atas akan lebih mudah masuk kedalam ayakan dibawah sesuai

Tingginya nilai kekerasan penyimpanan pada suhu ruang ber-AC (S2) pada masa penyimpanan hari ke-16 menunjukkan bahwa tekstur buah pisang talas secara keseluruhan

Gaya prategang akibat jacking (jacking force) Pj = 1984.02 kN Kehilangan gaya gesek akibat gesekan angkur diperhitungkan sebesar 3% dari gaya prategang akibat jacking. Po= 97% * Pj

Pada media snyder pertama, didapatkan hasil adanya perubahan warna menjadi hijau yang menunjukkan bahwa bakteri sedang berada pada masa inkubasi pada 24

Ketiak seseorang ada dalam kondisi alpha atau theta dan sedang fokus untuk belajar maka perlahan-lahan filter tersebut akan terbuka sehingga informasi baru bisa