• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TADARUS AL-QUR AN DENGAN KELANCARAN MEMBACA AL-QUR AN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN TADARUS AL-QUR AN DENGAN KELANCARAN MEMBACA AL-QUR AN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN TUTORIAL MERANCANG MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIf UNTUK GURU PAI

Arief Ardiansyah

Universitas Islam Malang, Indonesia Arief.ardiansyah@unisma.ac.id

Abstract

Insturctional media is a component that can not be separated from instructrional activities. One format of learning media that is applied in classroom learning activities is interactive learning multimedia (MPI). However, unfortunately the teacher’s limited ability to develop it. Therefore, this research and development attempt to develop a tutorial on designing and developing learning multimedia. The method of developing this tutorial applies the stages of learning multimedia design from Lee and Owens. The subjects of this study were the teachers in Bajangan State Elementary School, Pasuruan Regency. The effectiveness of media tutorials is tested by media experts, material experts, and by media design experts. While the field testing itself is carried out by the teachers. From various tests, the tutorial media can be said to be feasible as learning media. The final form of the developed tutorial media is an excecutable (.exe) program that is packaged into compact discs.

Keywords: development, tutorial, multimedia, teacher Abstrak

Media pembelajaran merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pembelajaran. Salah satu format media pembelajaran yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di kelas adalah multimedia pembelajaran interaktif (MPI). Namun, sayangnya keterbatasan kemampuan guru untuk mengembangkannya. Oleh karena itu, penelitian dan pengembangan ini berusaha mengembangkan suatu tutorial merancang dan mengembangkan multimedia pembelajaran. Metode pengembangan tutorial ini menerapkan tahap-tahap desain multimedia pembelajaran dari Lee dan Owens. Subjek penelitian ini adalah para guru di lingkungan SD Negeri Bajangan Kabupaten Pasuruan. Keefektifan media tutorial diuji oleh ahli media, ahli materi, dan oleh ahli desain media. Sedangkan uji lapangan sendiri dilakukan oleh para guru. Dari berbagai uji tersebut, media tutorial dapat dikatakan layak sebagai media pembelajaran. Wujud akhir dari media tutorial yang dikembangkan adalah berupa program excecutable (.exe) yang dikemas ke dalam keping compact disc.

Kata kunci: pengembangan, tutorial, multimedia, guru

PENDAHULUAN

Apabila terdengar istilah “multimedia”, mungkin di antara kita akan menghubungkan istilah tersebut dengan dunia informatika, dunia hiburan seperti game, dan lain-lain. Anggapan itu tentu tidak salah karena konsep multimedia itu sendiri merupakan bidang garapan dari kedua bidang tersebut. Multimedia banyak dimanfaatkan di dalam berbagai bidang seperti di bidang entertainment atau hiburan, bisnis, transportasi, perdagangan, kesehatan, dan tak

Vol. 4 No.1 Tahun 2020, 1-11

HUBUNGAN TADARUS AL-QUR’AN DENGAN KELANCARAN MEMBACA AL-QUR’AN

Khoerunnisa, E. Bahruddin

Jurusan Pendidikan Agama Islam, Universitas Ibn Khaldun Bogor, Indonesia Khoerunnisa2020@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to describe the activities of reading the Qur’an before the learning process in SMAN 1 Kota Bogor, and to find out the relationship between the activities of reading the Qur’an before the learning process with the ability to read the Qur’an students of SMAN 1 Bogor. The research method used is Correlational Quantitative. This research was conducted on 2 March to 10 March 2020 This sampling technique was simple random sampling to 63 students. The research instrument was a questionnaire and a test of reading Qur’an competence. Correlation technique uses product moment. The data analysis technique used to test hypotheses is the t-test after the conditional test is performed, the normality test. The results of normality test data using the correlation test can be seen between the variables X and Y have a correlation coefficient of 0.378 or 0.378 α = 0.04, which means that when viewed from its interpretation it turns out to be located between 0.20 - 0.399. Then based on the hypothesis, in this research it means that Ha is accepted and Ho is rejected, that is there is a relationship between the activities of reading the Qur’an before the learning process with the ability to read the Qur’an.

Keywords: Reading activity, skill of reading, Al-Qur’an. ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kegiatan membaca al-Qur’an sebelum proses pembelajaran di SMAN 1 Kota Bogor, dan untuk mengetahui hubungan kegiatan membaca al-Qur’an sebelum proses pembelajaran dengan kemampuan membaca al-Qur’an siswa SMAN 1 Kota Bogor. Metode penelitian yang digunakan adalah Kuantitatif Korelasional. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 2 maret hingga 10 maret 2020 Teknik pengambilan sampel ini adalah simple random sampling kepada 63 siswa. Instrument penelitian adalah angket dan tes kompetensi membaca al-Qur’an. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah korelasi peson setelah terlebih dahulu dilakukan uji persyarat yaitu uji normalitas. Hasil pengujian normalitas data menggunakan uji korelasi dapat dilihat antara variabel X dan variabel Y memiliki koefisien korelasi sebesar 0,378 atau 0,378 ≥ ṣ = 0,04, yang artinya jika dilihat dari interpretasinya ternyata terletak di antara 0.20 – 0.399. Maka berdasarkan hipotesis, dalam penilitian ini berarti Ha diterima dan Ho ditolak, yaitu terdapat hubungan kegiatan membaca al-Qur’an sebelum proses pembelajaran dengan kemampuan membaca al-Qur’an siswa.

Kata Kunci: kegiatan membaca, kemampuan membaca, dan al-Qur’an PENDAHULUAN

Al-Qur’an menurut Ali Ash-Shobuni, dalam buku (Anwar, 2012) al-Qur’an adalah firman Allah yang mu’jizat, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw melalui malaikat Jibril yang tertulis dalam mushaf, diriwayatkan secara mutawatir, menjadi ibadah bagi yang

(2)

terkecuali juga di bidang pendidikan. Dengan pesatnya perkembangan tekonologi informasi dan komunikasi seperti saat ini (Pandansari & Gafur, 2016), serta tantangan di abad 21, mengharuskan pendidikan untuk dapat menyesuaikan diri. Salah satu bagian penting dari system pendidikan adalah pembelajaran (Reigeluth et al., 2017).

Pembelajaran menurut (Dick et al., 2015) adalah aktivitas yang mempunyai tujuan untuk membimbing dan mendukung terjadinya aktivitas belajar pada diri pebelajar atau peserta didik. Pembelajaran adalah pemberian bantuan secara eksternal untuk memudahkan pemrosesan informasi di dalam aspek internal pebelajar (Seel et al., 2017). Biasanya, peristiwa-peristiwa ini bersifat di luar diri pebelajar, meskipun hanya peristiwa-peristiwa-peristiwa-peristiwa yang berbentuk dalam tampilan halaman-halaman cetak atau pun ceramah seorang guru. Pembelajaran itu sendiri dapat mengikutsertakan peristiwa-peristiwa yang dihasilkan oleh sebuah halaman cetak, gambar, program televisi, gabungan objek fisik, dan tentunya seorang guru. Hal ini mengindikasikan bahwa pentingnya sistem penyampaian informasi (delivery system) dalam proses pembelajaran yang erat kaitannya dengan pemanfaatan media dalam pembelajaran.

Selama bertahun-tahun dan bahkan hingga saat ini, format utama dari proses pembelajaran (format untuk menyampaikna pesan pembelajaran) kita adalah melalui kata-kata, terutama melalui metode ceramah oleh guru dan pembahasan buku teks. Singkatnya, model presentasi verbal telah mendominaasi cara kita menyampaikan penjelasan kepada orang lain, dan belajar melalui presentasi verbal (verbal learning) telah mendominasi di sektor pendidikan kita. Sehingga, verbal learning telah menjadi fokus utama selama bertahun-tahun dari penelitian di bidang pendidikan dan pembelajaran (Clark & Mayer, 2011; Mayer et al., 2018)the base lesson (non-segmented condition.

Pada umumnya, multimedia pembelajaran disajikan melalui media komputer yang dapat disebut juga sebagai e-leanrnig. E-learning dapat diartikan sebagai pembelajaran yang disampaikan oleh perangkat digital seperti telepon pintar (smart phone) atau sebuah komputer laptop yang dirancang untuk untuk mendukung aktifitas belajar (Clark & Mayer, 2011). Pada praktiknya, multimedia pembelajaran melalui perangkat komputer lebih banyak dilakukan dalam konteks pembelajaran saat ini. Adapun jenis multimedia pembelajaran yang dikembangkan adalah jenis multimedia pembelajaran interaktif (MPI). Multimedia pembelajaran interaktif adalah pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggabungkan teks, grafik, animasi, gambar, video dan suara dengan menggabungkan link dan tool yang memungkinkan siswa melakukan navigasi, berintraksi, berkreasi dan berkomunikasi dengan materi pembelajaran (Nazalin & Muhtadi, 2016)

Banyak temuan penelitian yang terdapat pada literatur yang menyebutkan keefektifan multimedia pembelajaran dalam meningkatkan antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi hasil belajar siswa di sekolah(Fiorella & Mayer, 2016). Hampir secara keseluruhan jenis penelitian tersebut adalah penelitian dan pengembangan produk (research and development). Berdasarkan temuan studi literatur, penelitian-penelitian tersebut dapat digolongkan menjadi dua jenis model pengembangan MPI. Pertama, pengembangan produk MPI sebagai media atau sumber belajar mata pelajaran tertentu (Arifin et al., 2018; Hambali & Surjono, 2015; Hardiyantari, 2017; Hotimah & Muhtadi, 2017; Nazalin & Muhtadi, 2016; Pandansari & Gafur, 2016; Widyatmojo & Muhtadi, 2017). Kedua, pengembangan produk MPI berformat tutorial artinya MPI ini dirancang untuk mengajarkan penguasaan kemampuan yang diharapkan dikuasai oleh siswa (Meitantiwi, Masykuri, & Nurhayati, 2015).

Mengacu pada hasil temuan penelitian-penelitian terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa MPI mempunyai beberapa potensi yang efektif dalam meningkatkan antusiasme dan

membacanya, diawali dari surah Al Fatihah dan diakhiri dengan Surah An Naas. Al-Quran merupakan kitab suci umat Islam. Dimana Segala masalah yang berkaitan dengan tata cara hidup umat Islam, cara berfikir dan hukum -hukum Islam , maka rujukan pertama yang digunakan adalah al-Qur’an karena al-Qur’an merupakan sumber agama Islam pertama dan utama. Yang di dalamnya terdapat firman-firman (wahyu) Allah SWT, yang bertujuan untuk menjadi pedoman atau petunjuk bagi umat manusia dalam hidup dan kehidupannya mencapai kesejahteraan didunia ini dan kebahagian diakhirat kelak. (Mansur, 2009).

Al-Qur’an adalah petunjuk dan cahaya yang menerangi jalan hidup dan kehidupan manusia dari kegelapan. Ia adalah pemandu ke jalan yang benar. Karenanya merupakan keharusan bagi kaum muslimin dan muslimat untuk senan tiasa mentadarusi, membaca, memahami, mengamalkan dan memasyarakatan al-Qur’an. (Ahmad Annuri, 2014). Oleh sebab itu al-Qur’an menjadi pedoman hidup manusia, maka sudah seharusnya umat Islam harus bisa membaca al-Qur’an dan mengamalkan isi kandungannya. Allah SWT berfirman dalam Q.S: Fatir : 29-30

ٌرْوُفَغ ۚهَّنِا ۚۚهِل ْضَف ْنِّم ْمُهَدْيِزَيَو ْمُهَرْوُجُا ْمُهَيِّفَوُ ِل َۚرْوُبَت ْنَّل ًةَراَ ِت َنْوُجْرَّي ًةَيِن َلَعَّو اًّ ِس ْمُهٰنْقَزَر اَّمِم اْوُقَفْنَاَو َةوٰل َّصلا اوُماَقَاَو ِّٰللا َبٰتِك َنْوُلْتَي َنْيِ َّلا َّنِا ٌرْوُكَش Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.

Al-Qur’an harus dibaca, dihafalkan, difahami, diamalkan dan disiarkan dalam kehidupan sehari-hari. Segala sesuatu yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari baik dari sikap, tindakan, ucapan dan perbuatan lainnya harus sesuai dengan ajaran al-Quran. Mengamalkan isi kandungan al Quran merupakan suatu kewajiban bagi semua umat islam, untuk bisa mengamalkannya bisa dimulai dari membacanya dengan baik dan benar, menghafalkannya, memahaminya serta mengamalkannya.

Kemampuan dalam membaca al-Qur’an merupakan salah satu prestasi yang diraih oleh siswa dalam belajar al-Qur’an. Indikator dalam kemampuan membaca al-Qur’an adalah sebagai berikut: 1) Kelancaran dalam membaca al-Qur’an, 2) Ketepatan membaca al-Qur’an sesuai dengan kaidah tajwid 3) Kesesuain membaca dengan Makharijul Hurufnya. (Maulida Poetri, 2019) dan Kemampuan membaca al-Qur’an dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah metode yang dilaksanakan oleh pihak sekolah.

Kemampuan membaca Al-Qur’an dalam pendidikan Islam biasanya pembelajarannya digabungkan dengan BTQ (Baca Tulis al-Qur’an). Baca tulis Qur’an adalah kegiatan pembelajaran yang bertujuan agar siswa dapat membaca serta menulis al-Qur’an dengan baik dan benar. Baca tulis al-Qur’an ini biasanya diselenggarakan bersamaan dengan mata pendidikan agama Islam atau juga dapat diselenggarakan dalam kegiatan ekstrakurikurer dan muatan lokal. Kegiatan baca tulis Qur’an di tingkat sekolah menengah dapat dilaksanakan dalam bentuk tadarus al-Qur’an, melakukan hafalan Qur’an, ataupun membaca doa-doa harian dan shalat berjamaah. (Prameswati, 2019)

Menurut Al-Halim dan Azizah (2018) kemampuan membaca adalah kemampuan seseorang dalam memahami bacaan yang dibacanya. Sehingga dalam hal ini, kemampuan membaca al-Qur’an adalah kemampuan seorang siswa dalam memahami setiap bacaan al-Qur’an yang telah dibacanya. Bukan hanya membaca tiap-tiap huruf dalam al-Qur’an, melainkan memahami setiap makna yang terkandung di dalamnya. Sementara itu menurut Fauzan (2015) kemampuan baca al-Qur’an adalah kemampuan dasar yang perlu dikuasai oleh peserta didik karena kemampuan ini adalah kemampuan yang paling penting. Hal ini pun sejalan dengan pendapat Rauf dalam Astuti (Astuti, 2013) yang menyatakan bahwa

(3)

kemampuan membaca al-Qur’an adalah Proses belajar yang perlu dikuasai oleh anak sejak dini sebagai pengetahuan dasar. Hal ini dikarenakan banyak dikalangan muslim khususnya di Indonesia yang bacaan al-Qur’annya belum lancar baik di kalangan pelajar (SD sampai Perguruan Tinggi) maupun dikalangan masyarakat biasa sekalipun. Fauzan juga menyatakan bahwa kemampuan membaca al-Qur’an ini sangat disarankan dipelajari sejak dini agar setelah dewasa anak sudah dapat membaca serta memahami dan mengamalkan al-Qur’an dengan baik benar.

Pada kenyataannya di lapangan ditemukan banyak siswa disekolah-sekolah negeri yang kemampuan membaca al-Qur’annya tergolong belum maksimal. Hal ini ditandai dengan kurangnya minat mereka dalam membaca al-Qur’an sehingga menyebabkan bacaan mereka terbata-bata. Selain itu para siswa juga masih kurang memahami mengenai hukum tajwid, makhorijul khuruf dan pengenalan huruf hijaiyah. Rendahnya kemampuan siswa dalam membaca al-Qur’an disebabkan karena tidak rutinnya mereka membaca al-Qur’an. Padahal dengan pembiasaan membaca al-Qur’an akan dapat meningkatkatkan minat dan kemampuan dalam membaca al-Qur’an.

Kegiatan membaca merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam meningkatkan kualitas hidup manusia dimuka bumi ini. Membaca adalah salah satu proses yang sangat penting untuk mendapatkan ilmu dan pengetahuan. membaca merupakan kegiatan yang sangat mendasar sifatnya dan merupakan fitrah manusia. Dalam teknologi islam, membaca identik dengan kemampuan seseorang untuk memahami sesuatu yang tersurat (kauliyah) dan tersirat (kauniyah). Tersurat adalah sesuatu yang memang tertulis baik dalam bentuk kitab suci, buku maupun jenis lain yang dapat dibaca secara langsung, sedangkan tersirat adalah membaca sesuatu peristiwa (yang terjadi pada diri maupun luar diri) dan berbagi ciptaan Tuhan yang terbentang dibumi, laut, maupun luar angkasa. (Sudarsana, 2014 ) salah satu kegiatan membaca yang memiliki manfaat luar biasa dalam pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia dimuka bumi ini yaitu dengan membaca al-Quran.

Membaca al-Qur’an atau biasa disebut dengan tadarus merupakan kegiatan yang sangat penting bagi seluruh umat manusia karena membaca al-Qur’an adalah gerbang menuju pengetahuan islamiah seperti akidah, ibadah, akhlak dan lain sebagainya. Proses baca ini adalah proses pertama dan utama dalam membuka kunci petunjuk umat islam tersebut, sebagaimana wahyu yang pertama turun dari Allah kepada umat manusia melalui nabi Muhammad saw yaitu:“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”(QS. Al-‘Alaq : 1-5) (Kurnia, 2017)

Tadarus al-Qur’an adalah aktivitas membaca al-Qur’an secara berulang-ulang (sering dibaca) untuk memperlancar bacaan secara bersama-sama (Alvino 2018). Adapun jenis kegiatan membaca al-Qur’an yaitu membaca dan mempelajari makna ayat al-Qur’an dan mendengarkan serta menyimak bacaan al-Qur’an.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Ihsan, (2018) meneliti tentang Efektifitas Baca Tulis Al-Qur’an (BTA) Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa Kelas Vii Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 8 Sragen Tahun Pelajaran 2017/2018. Menunjukan penerapan kegiatan baca tulis al-Qur’an dapat meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an siswa. Hasil dari penelitian ini yaitu kegiatan baca tulis al-Qur’an mampu meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an pada siswa kelas VII dibuktikan dengan hasil belajar yang ditunjukan, dimana pada semester satu siswa masih ada yang belum bisa membaca al-Qur’an dan pada semester dua terdapat perubahan positif yang ditujukan siswa yakni mampu membaca al-Qur’an.

(4)

terkecuali juga di bidang pendidikan. Dengan pesatnya perkembangan tekonologi informasi dan komunikasi seperti saat ini (Pandansari & Gafur, 2016), serta tantangan di abad 21, mengharuskan pendidikan untuk dapat menyesuaikan diri. Salah satu bagian penting dari system pendidikan adalah pembelajaran (Reigeluth et al., 2017).

Pembelajaran menurut (Dick et al., 2015) adalah aktivitas yang mempunyai tujuan untuk membimbing dan mendukung terjadinya aktivitas belajar pada diri pebelajar atau peserta didik. Pembelajaran adalah pemberian bantuan secara eksternal untuk memudahkan pemrosesan informasi di dalam aspek internal pebelajar (Seel et al., 2017). Biasanya, peristiwa-peristiwa ini bersifat di luar diri pebelajar, meskipun hanya peristiwa-peristiwa-peristiwa-peristiwa yang berbentuk dalam tampilan halaman-halaman cetak atau pun ceramah seorang guru. Pembelajaran itu sendiri dapat mengikutsertakan peristiwa-peristiwa yang dihasilkan oleh sebuah halaman cetak, gambar, program televisi, gabungan objek fisik, dan tentunya seorang guru. Hal ini mengindikasikan bahwa pentingnya sistem penyampaian informasi (delivery system) dalam proses pembelajaran yang erat kaitannya dengan pemanfaatan media dalam pembelajaran.

Selama bertahun-tahun dan bahkan hingga saat ini, format utama dari proses pembelajaran (format untuk menyampaikna pesan pembelajaran) kita adalah melalui kata-kata, terutama melalui metode ceramah oleh guru dan pembahasan buku teks. Singkatnya, model presentasi verbal telah mendominaasi cara kita menyampaikan penjelasan kepada orang lain, dan belajar melalui presentasi verbal (verbal learning) telah mendominasi di sektor pendidikan kita. Sehingga, verbal learning telah menjadi fokus utama selama bertahun-tahun dari penelitian di bidang pendidikan dan pembelajaran (Clark & Mayer, 2011; Mayer et al., 2018)the base lesson (non-segmented condition.

Pada umumnya, multimedia pembelajaran disajikan melalui media komputer yang dapat disebut juga sebagai e-leanrnig. E-learning dapat diartikan sebagai pembelajaran yang disampaikan oleh perangkat digital seperti telepon pintar (smart phone) atau sebuah komputer laptop yang dirancang untuk untuk mendukung aktifitas belajar (Clark & Mayer, 2011). Pada praktiknya, multimedia pembelajaran melalui perangkat komputer lebih banyak dilakukan dalam konteks pembelajaran saat ini. Adapun jenis multimedia pembelajaran yang dikembangkan adalah jenis multimedia pembelajaran interaktif (MPI). Multimedia pembelajaran interaktif adalah pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggabungkan teks, grafik, animasi, gambar, video dan suara dengan menggabungkan link dan tool yang memungkinkan siswa melakukan navigasi, berintraksi, berkreasi dan berkomunikasi dengan materi pembelajaran (Nazalin & Muhtadi, 2016)

Banyak temuan penelitian yang terdapat pada literatur yang menyebutkan keefektifan multimedia pembelajaran dalam meningkatkan antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi hasil belajar siswa di sekolah(Fiorella & Mayer, 2016). Hampir secara keseluruhan jenis penelitian tersebut adalah penelitian dan pengembangan produk (research and development). Berdasarkan temuan studi literatur, penelitian-penelitian tersebut dapat digolongkan menjadi dua jenis model pengembangan MPI. Pertama, pengembangan produk MPI sebagai media atau sumber belajar mata pelajaran tertentu (Arifin et al., 2018; Hambali & Surjono, 2015; Hardiyantari, 2017; Hotimah & Muhtadi, 2017; Nazalin & Muhtadi, 2016; Pandansari & Gafur, 2016; Widyatmojo & Muhtadi, 2017). Kedua, pengembangan produk MPI berformat tutorial artinya MPI ini dirancang untuk mengajarkan penguasaan kemampuan yang diharapkan dikuasai oleh siswa (Meitantiwi, Masykuri, & Nurhayati, 2015).

Mengacu pada hasil temuan penelitian-penelitian terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa MPI mempunyai beberapa potensi yang efektif dalam meningkatkan antusiasme dan

METODOLOGI

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Yang dimaksud dengan penelitian kuantitatif adalah salah satu jenis penelitian yang memiliki ciri-ciri : sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya. Pengertian lain menyebutkan penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang banyak menuntut penggunaan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. (Muhyani, 2019). Adapun jenis pendekatan yang digunakan dalam Penelitian ini adalah metode pendekatan kuantitatif yang bersifat korelasional, yang bertujuan untuk melihat hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain dan menjelaskan hasil penelitian secara deskriptif.

Penelitian ini menggunakan tiga teknik dalam pengumpulan data, antara lain: 1). Metode Observasi adalah Teknik menuntut adanya pengamatan dari peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitian (Noor, 2011) yaitu untuk melihat pelaksanaan kegiatan membaca al-Qur’an sebelum pembelajaran dimulai dan pada saat melaksanakan penelitian. 2). Metode Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, dan sebagainya (Arikunto, 2013) yaitu untuk mengambil data-data penting tentang kemampuan membaca al-Qur’an siswa 3). Metode Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2016) yaitu digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pelaksanaan kegiatan membaca al-Qur’an. 4). Metode tes yaitu digunakan untuk menguji kemampuan siswa dalam membaca al-Qur’an.

Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah korelasi person setelah terlebih dahulu dilakukan uji persyarat yaitu uji normalitas. Hasil pengujian normalitas data menggunakan uji korelasi person dengan menggunakan perhitungan program SPSS versi 26 untuk menegetahui seberapa besar tingkat keeratan hubungan antar variabel terikat dengan variabel bebas dan agar hasil keputusannya dapat dipertanggung jawabkan, maka koefisien korelasi perlu di uji signifikansinya. Sedangkan data kemampuan membaca al-Qur’an siswa diperoleh dari hasil tes membaca al-Qur’an dengan indicator penilaian yaitu, pengenalan huruf, kelancaran dalam membaca, penguasaan ilmu tajwid dan makharijul huruf.

HASIL DAN DISKUSI Kondisi Awal

Peneliti terlebih dahulu melakukan observasi terhadap pelaksanaan kegiatan membaca al-Qur’an di SMA Negeri 1 Kota Bogor. Berdasarkan hasil dari observasi yang dilakukan oleh peneliti ditemukan fakta bahwa kemampuan membaca al-Qur’an siswa SMA Negeri 1 Kota Bogor belum tergolong belum maksimal karena sebagian kecil siswa masih belum lancar dalam membaca al-Qur’an khususnya kelas X hal ini dibuktikan melalui dokumentasi yang dikumpulkan oleh peneliti berupa nilai tes kemampuan membaca al-Qur’an yang telah dilaksanakan oleh pihak sekolah.

Data kemampuan membaca al-Qur’an siswa Persentase (%) keterangan

70 Lancar 22 Terbata-bata

8 Tidak bisa

Setelah itu peneliti melakukan ulang tes baca al-Qur’an kepada 63 siswa secara langsug agar menghasilkan data yang relevan. Adapun hasil tes kemampuan baca al-Qur’an dapat dilihat dari tabel berikut :

(5)

Untuk mengkategorikan hasil tes kemampuan membaca al-Qur’an diatas, maka data tersebut dikelompokan sesuai interval berikut:

Rekapitulasi Nilai Kemampuan Membaca Al-Qur’an Kategori Interval Frekuensi Sangat baik 100-88 2

Baik 87-75 36 Cukup 74-61 24 Kurang 60< 1 Sumber: Hasil Peneliti, diolah (2020)

Dari tabel diatas dapat kita diketahui skor tertinngi yaitu 36 dan 24, jadi kemampuan membaca al-Qur’an siswa berada pada kategori baik dan cukup.

Sementara itu berdasarkan hasil angket yang telah dikumpulkan oleh peneliti melalui variabel X (kegiatan membaca al-Qur’an) dibuktikan bahwasanya terdapat hubungan atau korelasi yang signifikan antara kegiatan membaca al-Qur’an sebelum proses pembelajaran dengan kemampuan membaca al-Qur’an hal ini dapat diketahui dari perhitungan korelasi person yang dihitung melalui SPSS Versi 26.

Uji normalitas dan uji hipotesis

Uji normalitas data dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dengan menggunakan kolmogrov-sminorv dan taraf signifikannya adalah α = 0,05. Untuk menguji normalitas data menggunakan bantuan program SPSS versi 26. Adapun hipotesis normalitas adalah sebagai berikut:

Ha : Sampel berdistribusi normal Ho : Sampel tidak berdistribusi normal Kriteria Pengujian :

Ha : diterima jika taraf signifikan yang diperoleh lebih besar dari 0,05. Ho : ditolak jika taraf signifikan yang diperoleh lebih kecil dari 0,05

Tabel 4.24 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Hasil Data

N 63

Normal Parametersa,B Mean ,0000000

Std. Deviation 6,81088501 Most Extreme Differences Absolute ,096 Positive ,069 Negative -,096

Test Statistic ,096

Asymp. Sig. (2-Tailed) ,200c,D

A. Test Distribution Is Normal. B. Calculated From Data.

C. Lilliefors Significance Correction.

D. This Is A Lower Bound Of The True Significance.

Tabel di atas menunjukkan nilai tes statistik kolmogrov smirnov dengan nilai signifikansi sebesar 0,200 > dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan berdistribusi normal.

Semenetara itu untuk mengetahui hubungan antara tadarus al-Qur’an dengan kemampuan membaca al-Qur’an dilakukan menggunakan rumus korelasi pearson berbantuan program SPSS versi 26. Adapun hasil pengujian disajikan melalui tabel sebagai berikut:

(6)

terkecuali juga di bidang pendidikan. Dengan pesatnya perkembangan tekonologi informasi dan komunikasi seperti saat ini (Pandansari & Gafur, 2016), serta tantangan di abad 21, mengharuskan pendidikan untuk dapat menyesuaikan diri. Salah satu bagian penting dari system pendidikan adalah pembelajaran (Reigeluth et al., 2017).

Pembelajaran menurut (Dick et al., 2015) adalah aktivitas yang mempunyai tujuan untuk membimbing dan mendukung terjadinya aktivitas belajar pada diri pebelajar atau peserta didik. Pembelajaran adalah pemberian bantuan secara eksternal untuk memudahkan pemrosesan informasi di dalam aspek internal pebelajar (Seel et al., 2017). Biasanya, peristiwa-peristiwa ini bersifat di luar diri pebelajar, meskipun hanya peristiwa-peristiwa-peristiwa-peristiwa yang berbentuk dalam tampilan halaman-halaman cetak atau pun ceramah seorang guru. Pembelajaran itu sendiri dapat mengikutsertakan peristiwa-peristiwa yang dihasilkan oleh sebuah halaman cetak, gambar, program televisi, gabungan objek fisik, dan tentunya seorang guru. Hal ini mengindikasikan bahwa pentingnya sistem penyampaian informasi (delivery system) dalam proses pembelajaran yang erat kaitannya dengan pemanfaatan media dalam pembelajaran.

Selama bertahun-tahun dan bahkan hingga saat ini, format utama dari proses pembelajaran (format untuk menyampaikna pesan pembelajaran) kita adalah melalui kata-kata, terutama melalui metode ceramah oleh guru dan pembahasan buku teks. Singkatnya, model presentasi verbal telah mendominaasi cara kita menyampaikan penjelasan kepada orang lain, dan belajar melalui presentasi verbal (verbal learning) telah mendominasi di sektor pendidikan kita. Sehingga, verbal learning telah menjadi fokus utama selama bertahun-tahun dari penelitian di bidang pendidikan dan pembelajaran (Clark & Mayer, 2011; Mayer et al., 2018)the base lesson (non-segmented condition.

Pada umumnya, multimedia pembelajaran disajikan melalui media komputer yang dapat disebut juga sebagai e-leanrnig. E-learning dapat diartikan sebagai pembelajaran yang disampaikan oleh perangkat digital seperti telepon pintar (smart phone) atau sebuah komputer laptop yang dirancang untuk untuk mendukung aktifitas belajar (Clark & Mayer, 2011). Pada praktiknya, multimedia pembelajaran melalui perangkat komputer lebih banyak dilakukan dalam konteks pembelajaran saat ini. Adapun jenis multimedia pembelajaran yang dikembangkan adalah jenis multimedia pembelajaran interaktif (MPI). Multimedia pembelajaran interaktif adalah pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggabungkan teks, grafik, animasi, gambar, video dan suara dengan menggabungkan link dan tool yang memungkinkan siswa melakukan navigasi, berintraksi, berkreasi dan berkomunikasi dengan materi pembelajaran (Nazalin & Muhtadi, 2016)

Banyak temuan penelitian yang terdapat pada literatur yang menyebutkan keefektifan multimedia pembelajaran dalam meningkatkan antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi hasil belajar siswa di sekolah(Fiorella & Mayer, 2016). Hampir secara keseluruhan jenis penelitian tersebut adalah penelitian dan pengembangan produk (research and development). Berdasarkan temuan studi literatur, penelitian-penelitian tersebut dapat digolongkan menjadi dua jenis model pengembangan MPI. Pertama, pengembangan produk MPI sebagai media atau sumber belajar mata pelajaran tertentu (Arifin et al., 2018; Hambali & Surjono, 2015; Hardiyantari, 2017; Hotimah & Muhtadi, 2017; Nazalin & Muhtadi, 2016; Pandansari & Gafur, 2016; Widyatmojo & Muhtadi, 2017). Kedua, pengembangan produk MPI berformat tutorial artinya MPI ini dirancang untuk mengajarkan penguasaan kemampuan yang diharapkan dikuasai oleh siswa (Meitantiwi, Masykuri, & Nurhayati, 2015).

Mengacu pada hasil temuan penelitian-penelitian terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa MPI mempunyai beberapa potensi yang efektif dalam meningkatkan antusiasme dan

Correlations

Kegiatan Membaca Al-Qur’an

Kemampuan Membaca Al-Qur’an Kegiatan Membaca

Al-Qur’an Pearson Correlation 1 ,378** Sig. (2-Tailed) ,002 N 63 63 Kemampuan Membaca Al-Qur’an Pearson Correlation ,378** 1 Sig. (2-Tailed) ,002 N 63 63

Sumber: Hasil Peneliti, diolah (2020)

Berdasarkan hasil hitungan diatas, dapat dilihat antara variabel X dan variabel Y memiliki koefisien korelasi sebesar 0,378 dan α = 0,02. Jika dilihat dari interpretasinya terletak antara 0,20-0,399. Dari data tersebut, diketahui bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara variabel X dan variabel Y dengan pengaruh lemah atau rendah.

Adapun untuk mengetahui seberapa besar kontribusi variabel X terhadap variabel Y digunakan rumus koefisien determinasi sebagai berikut:

KD = 14%

Berdasarkan perhitungan diatas menunjukan bahwa persentase kontribusi variabel kegiatan tadarus terhadap variabel kemampuan membaca al-Qur’an siswa sebesar 14%. Sedangkan sisanya sebesar 86% dipengaruhi atau dijelaskan variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

PEMBAHASAN

Tadarus al-Qur’an merupakan kegiatan yang penting dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, karena dengan semakin sering membaca al-Qur’an maka akan membantu dalam kemampuan membaca al-Qur’an.

Tadarus al-Qur’an sebelum proses pembelajaran di SMA Negeri 1 Kota Bogor adalah kegiatan membaca al-Qur’an yang dilakukan secara bersama-sama, yaitu seluruh siswa masuk kedalam kelas masing-masing pada pukul 06.45 untuk mengikuti kegiatan membaca al-Qur’an secara bersama-sama yang dipimpin oleh salah satu siswa yang dipilih oleh guru yang memiliki kemampuan membaca al-Qur’an dengan baik dan benar dengan menggunakan pengeras suara dan siswa lainnya mengikuti. Pembacaan al-Qur’an ini dimulai dari juz 1 sampai juz 30. Serta bagi siswa yang terlambat atau tidak mengikuti kegiatan ini maka akan mendapatkan sanksi atau hukuman yang bersifat mendidik salah satunya menyalin teks al-Qur’an beserta tejenmahannya yaitu berupa menyalin teks ayat al-Qur’an beserta terjemahannya yang akan diberikan oleh guru piket yang berjaga didepan pintu gerbang sekolah.

Berdasarkan hasil penelitian di SMAN 1 Kota bogor yang siswanya mayoritas Agama Islam sebagian besar sudah bisa membaca al-Qur’an. Kemampuan siswa dalam membaca al-Qur’an tergolong baik dan cukup. hal ini terlihat dari hasil tes baca al-Qur’an dimana

(7)

siswa mampu membedakan huruf hijaiyah, mengetahui ilmu tajwid, dan mampu melafalkan huruf hijaiyah dengan benar. Pada tes membaca al-Qur’an ini menggunakan surat al-Fiil ayat 1-5. Akan tetapi masih ada sebagian kecil siswa yang belum lancar baca al-Qur’an, menurut guru pai di SMAN 1 Kota bogor disetiap kelas X ada sekitar 7-8 orang yang belum bisa membaca al-Qur’an. Pihak sekolah memberikan perhatian khusus bagi siswa yang belum bisa membaca al-Qur’an yaitu dengan cara mengelompokkan mereka dan menyediakan alternative pembelajaran sesuai dengan kemampuannya. Dan dilakukan tes baca al-Qur’an secara berkala.

Berdasarkan hasil dari perhitungan korelasi person diatas, dapat dilihat antara variabel X dan variabel Y memiliki koefisien korelasi sebesar 0,378. Jika dilihat dari interpretasinya ternyata terletak antara 0.20 – 0.399. Dari data tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara variabel X dan variabel Y dengan pengaruh yang lemah atau rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan kegiatan membaca Qur’an sebelum proses pembelajaran yang signifikan terhadap kemampuan membaca al-Qur’an siswa SMAN 1 Kota Bogor.

Berdasarkan hipotesis, maka dalam penelitian ini berarti Ha diterima dan Ho ditolak, yakni terdapat Hubungan kegiatan membaca al-Qur’an sebelum proses pembelajaran terhadap kemampuan membaca al-Qur’an.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terdapat beberapa temuan diantaranya adalah bahwa di SMAN 1 Kota Bogor yang mayoritas siswanya beragama Islam sebagian besar dari mereka mampu membaca al-Qur’an dengan baik dimana mereka mampu membedakan huruf hijaiyah, mengetahui ilmu tajwid serta makhorijul huruf , hal ini terlihat dari hasil tes membaca al-Qur’an. Dan sebagian kecil masih ada yang belum bisa membaca al-Qur’an, dimana siswa tersebut belum bisa melafalkan huruf hijaiyah dengan benar, dan belum mengetahui ilmu tajwid.

Kemudian berdasarkan pengujian korelasi person ditemukan hasil uji hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya kegiatan membaca al-Qur’an sebelum proses pembelajaran dengan kemampuan membaca al-Qur’an siswa SMAN 1 Kota Bogor memiliki hubungan dengan nilai r hitung koefisien korelasi sebesar 0,378 dan ṣ = 0,04. Yang jika diinterpretasikan dalam angka tabel produk moment yaitu terletak antara 0.20 – 0.399. Dari data tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara variabel X dan variabel Y dengan pengaruh yang lemah atau rendah.

Berdasarkan temuan tersebut peneliti memberikan saran agar lembaga sekolah memberikan layanan terbaik berupa kegiatan tadarus al-Qur’an secara konsisten. Hal ini bertujuan agar kemampuan membaca al-Qur’an siswa dapat meningkat menjadi lebih baik. Adapun saran bagi siswa adalah dengan selalu merutinkan tadarus al-Qur’an baik di sekolah maupun di rumah. Hal ini dapat menjadi solusi permasalahan dari kurangnya kemampuan dalam membaca al-Qur’an.

ACKNOWLEDGMENT

Hasil penelitian ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak yang telah memberikan data dan informasi, penulis sampaikan terimakasih kepada kepala sekolah, guru dan seluruh siswa SMA Negeri 1 Kota Bogor khususnya kelas X yang telah bersedia untuk diteliti pada penelitian ini. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada redaksi jurnal Eddudeena yang telah berkenan memuat tulisan ini.

(8)

terkecuali juga di bidang pendidikan. Dengan pesatnya perkembangan tekonologi informasi dan komunikasi seperti saat ini (Pandansari & Gafur, 2016), serta tantangan di abad 21, mengharuskan pendidikan untuk dapat menyesuaikan diri. Salah satu bagian penting dari system pendidikan adalah pembelajaran (Reigeluth et al., 2017).

Pembelajaran menurut (Dick et al., 2015) adalah aktivitas yang mempunyai tujuan untuk membimbing dan mendukung terjadinya aktivitas belajar pada diri pebelajar atau peserta didik. Pembelajaran adalah pemberian bantuan secara eksternal untuk memudahkan pemrosesan informasi di dalam aspek internal pebelajar (Seel et al., 2017). Biasanya, peristiwa-peristiwa ini bersifat di luar diri pebelajar, meskipun hanya peristiwa-peristiwa-peristiwa-peristiwa yang berbentuk dalam tampilan halaman-halaman cetak atau pun ceramah seorang guru. Pembelajaran itu sendiri dapat mengikutsertakan peristiwa-peristiwa yang dihasilkan oleh sebuah halaman cetak, gambar, program televisi, gabungan objek fisik, dan tentunya seorang guru. Hal ini mengindikasikan bahwa pentingnya sistem penyampaian informasi (delivery system) dalam proses pembelajaran yang erat kaitannya dengan pemanfaatan media dalam pembelajaran.

Selama bertahun-tahun dan bahkan hingga saat ini, format utama dari proses pembelajaran (format untuk menyampaikna pesan pembelajaran) kita adalah melalui kata-kata, terutama melalui metode ceramah oleh guru dan pembahasan buku teks. Singkatnya, model presentasi verbal telah mendominaasi cara kita menyampaikan penjelasan kepada orang lain, dan belajar melalui presentasi verbal (verbal learning) telah mendominasi di sektor pendidikan kita. Sehingga, verbal learning telah menjadi fokus utama selama bertahun-tahun dari penelitian di bidang pendidikan dan pembelajaran (Clark & Mayer, 2011; Mayer et al., 2018)the base lesson (non-segmented condition.

Pada umumnya, multimedia pembelajaran disajikan melalui media komputer yang dapat disebut juga sebagai e-leanrnig. E-learning dapat diartikan sebagai pembelajaran yang disampaikan oleh perangkat digital seperti telepon pintar (smart phone) atau sebuah komputer laptop yang dirancang untuk untuk mendukung aktifitas belajar (Clark & Mayer, 2011). Pada praktiknya, multimedia pembelajaran melalui perangkat komputer lebih banyak dilakukan dalam konteks pembelajaran saat ini. Adapun jenis multimedia pembelajaran yang dikembangkan adalah jenis multimedia pembelajaran interaktif (MPI). Multimedia pembelajaran interaktif adalah pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggabungkan teks, grafik, animasi, gambar, video dan suara dengan menggabungkan link dan tool yang memungkinkan siswa melakukan navigasi, berintraksi, berkreasi dan berkomunikasi dengan materi pembelajaran (Nazalin & Muhtadi, 2016)

Banyak temuan penelitian yang terdapat pada literatur yang menyebutkan keefektifan multimedia pembelajaran dalam meningkatkan antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi hasil belajar siswa di sekolah(Fiorella & Mayer, 2016). Hampir secara keseluruhan jenis penelitian tersebut adalah penelitian dan pengembangan produk (research and development). Berdasarkan temuan studi literatur, penelitian-penelitian tersebut dapat digolongkan menjadi dua jenis model pengembangan MPI. Pertama, pengembangan produk MPI sebagai media atau sumber belajar mata pelajaran tertentu (Arifin et al., 2018; Hambali & Surjono, 2015; Hardiyantari, 2017; Hotimah & Muhtadi, 2017; Nazalin & Muhtadi, 2016; Pandansari & Gafur, 2016; Widyatmojo & Muhtadi, 2017). Kedua, pengembangan produk MPI berformat tutorial artinya MPI ini dirancang untuk mengajarkan penguasaan kemampuan yang diharapkan dikuasai oleh siswa (Meitantiwi, Masykuri, & Nurhayati, 2015).

Mengacu pada hasil temuan penelitian-penelitian terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa MPI mempunyai beberapa potensi yang efektif dalam meningkatkan antusiasme dan

DAFTAR PUSTAKA

Al Halim , A. Adibudin; W. N. (2018). Upaya Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Melalui Pengenalan Huruf Hijaiyah Menggunakan Metode Qoidah Baghdadiyah Ma’a Juz Amma. Jurnal Tawadhu, 2(1), 490 - 504.

Annuri , Ahmad; Bahruddin, Ending. (2014). Dalam Pembaharuan Sistem Pengajaran Baca Al-Qur’an. Ta’dibuna jurnal Pendidikan Agama Islam, 3(2), 85 - 99.

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Astuti, R. (2013). Peningkatan Kemampuan Membaca al-Qur’an Pada Anak Attention Deficith

Disorder Melalui Mtode Al-Barqy Berbasis Applied Behavior Analysis. Pendidikan Usia

Dini, 7(2).

Fauzan, A. H. (2015). Pola Pembinaan Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ) Sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur’an. Ar-Risalah, 13(1), 19-29.

Kurnia, A. (2017). Implementasi Metode Hidaiyah Dalam Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an. Jurnal Tatsqif, 70.

Poetri , Maulida; Bahruddin, Ending. (2019). Hubungan Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadist Di MTS AL-Muasyarah Bogor. Jurnal Mitra Pendidikan, 689.

Prameswati, L. N. (2019). Analisis Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an Siswa MTS Dalam Prespektif Taksonomi Bloom. Jurnal Edudeena, 3(2), 69-78.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif ,Kualitatif dan R&D . Bandung: Alfabeta, cv. Mansur, H. (2009). Lebih Dekat Dengan Al-Qur’an. Bandung: Citapustaka Media Perintis. Sudarsana, U. (2014). Pembinaan Minat Baca. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka. Muhyani. (2019). Metodologi Penelitian (Cara Mudah Melakukan Penelitian). Bogor: Uika Press. Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian ( Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: PT Reneka Cipta. Noor, J. (2011). Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana. Ihsan, Muhammad. (2018) Efektifitas Baca Tulis Al-Qur’an (BTA) Dalam Meningkatkan

Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa Kelas Vii Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 8 Sragen Tahun Pelajaran 2017/2018. Surakarta : Universitas Muhamadiyah Surakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Kategoriler tartışmaya açıldığında toplumsal cinsiyetin gerçek­ liği de krize girer: Gerçeğin nasıl gerçekdışından aynlacağı belir­ sizleşir. İşte bu

 biaya, dilatarbelakangi lemahnya akuntabilitas untuk mengelola sistem akuntansi, kurang sistem akuntansi, kurang adanya peran anggaran, dan ketidaktepatan dalam mencatat

Jika ada pekerjaan galian atau pengerukan yang dilakukan sebelum caisson, palung dan cofferdam terpasang pada tempatnya, maka setelah selesai pembuatan dasar pondasi, Kontraktor

Sumber data yang digunakan dalam kajian ini yaitu hasil uji yang dilakukan terhadap 59 orang guru dengan menggunakan tes kebahasaan yang terdiri atas 50 butir

434 Mahmudah Guru Kelas MI MII Banyurip Ageng 02 Kota Pekalongan Ujian Tulis Ulang. 435 Nur Adilah Guru Kelas MI MSI 05 Sampangan Kota

Penggunaan nilai wajar dalam menilai aset perusahaan dapat menimbulkan keuntungan atau kerugian yang tidak direalisasi keuntugan atau kerugian yang tidak

Server dan Core System (infrastruktur) kami ditempatkan di Data Center (DC) sesuai standar keamanan Internasional untuk perlindungan data dan opersional system BMT serta

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama (H1) pada penelitian ini menunjukkan bahwa variabel bid-ask spread, market value, dan variance return secara simultan