• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM HIGENE INDUSTRI II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUKU PANDUAN PRAKTIKUM HIGENE INDUSTRI II"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM

HIGENE INDUSTRI II

PROGRAM D4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2015

(2)

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM HIGENE INDUSTRI II

SEMESTER III

TIM PENYUSUN :

1. Ipop Sjarifah, Dra., M.Si

Ketua

2. Lusi Ismayenti, ST., M.Kes

Anggota

3. Khotijah, SKM., M.Kes

Anggota

4. Haris Setyawan, SKM., M.Kes

Anggota

5. Ica Yuniar Sari, SST

Anggota

6. Ervansyah Wahyu Utomo, SST

Anggota

PROGRAM D4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

PERATURAN PRAKTIKUM

1. Semua mahasiswa wajib mengikuti rangkaian kegiatan praktikum yang telah dijadwalkan sebelumnya.

2. Apabila mahasiswa tidak bisa mengikuti rangkaian kegiatan praktikum, maka harus ada pemberitahuan secara lisan maupun tertulis serta wajib mengikuti di luar jadwal praktikum.

3. Setiap kegiatan praktikum semua mahasiswa wajib membawa kartu praktikum dan menandatangani daftar hadir sebagai bukti keikutsertaan.

4. Berpakaian rapi, sopan (baju berkrah & sepatu tertutup) dan datang tepat waktu. 5. Laporan wajib dikumpulkan maksimal 1 minggu setelah praktikum/praktek

6. Dilarang melakukan hal-hal yang mengganggu suasana ketika praktikum berlangsung dan merusak peralatan praktikum.

7. Kerusakan alat yang disebabkan mahasiswa atau kelompok, maka harus memperbaiki/mengganti alat tersebut.

8. Peraturan yang belum ditetapkan akan diatur dikemudian hari.

9. Bagi pelanggar peraturan akan dikenakan SANKSI yang berhubungan dengan nilai praktikum.

10. Peraturan akan tetap berlaku sampai adanya peraturan baru.

Surakarta, Juli 2015 Ketua Program,

Ipop Sjarifah, Dra.,M.Si NIP 19560328 198503 2 001

(4)

PEDOMAN K3 UNTUK KEGIATAN PRAKTIKUM

A. PENDAHULUAN

Pada prinsipnya, untuk mewujudkan praktikum yang aman diperlukan partisipasi seluruh praktikan dan asisten pada praktikum yang bersangkutan. Dengan demikian, kepatuhan setiap praktikan terhadap uraian panduan pada bagian ini akan sangat membantu mewujudkan praktikum yang aman.

B. PEDOMAN K3 DI LABORATORIUM 1. Potensi Bahaya

a. Bahaya Listrik

Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan :

1) Perhatikan dan pelajari tempat-tempat sumber listrik (stop kontak dan

circuit breaker) dan cara menyala-matikannya. Jika melihat ada

kerusakan yang berpotensi menimbulkan bahaya, laporkan pada asisten

2) Hindari daerah atau benda yang berpotensi menimbulkan bahaya listrik (sengatan listrik/ strum) secara tidak disengaja, misalnya kabel jala-jala yang terkelupas dll.

3) Tidak melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya listrik pada diri sendiri atau orang lain

4) Keringkan bagian tubuh yang basah karena, misalnya, keringat atau sisa air wudhu

5) Selalu waspada terhadap bahaya listrik pada setiap aktivitas praktikum

Penanganan Jika terjadi Kecelakaan Akibat Bahaya Listrik

Kecelakaan akibat bahaya listrik yang sering terjadi adalah tersengat arus listrik. Berikut ini adalah hal-hal yang harus diikuti praktikan jika hal itu terjadi:

1) Jangan panik

2) Matikan semua peralatan elektronik dan sumber listrik di meja masing-masing dan di meja praktikan yang tersengat arus listrik 3) Bantu praktikan yang tersengat arus listrik untuk melepaskan diri dari

(5)

4) Beritahukan dan minta bantuan asisten, praktikan lain dan orang di sekitar anda tentang terjadinya kecelakaan akibat bahaya listrik

b. Bahaya Api Atau Panas Berlebih Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan :

1) Jangan membawa benda-benda mudah terbakar (korek api, gas dll.) ke dalam ruang praktikum bila tidak disyaratkan dalam modul praktikum 2) Jangan melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan api, percikan api

atau panas yang berlebihan

3) Jangan melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya api atau panas berlebih pada diri sendiri atau orang lain

4) Selalu waspada terhadap bahaya api atau panas berlebih pada setiap aktivitas praktikum

Penanganan Jika Terjadi Bahaya Api atau Panas Berlebih

Berikut ini adalah hal-hal yang harus diikuti praktikan jika menghadapi bahaya api atau panas berlebih :

1) Jangan panik

2) Beritahukan dan minta bantuan asisten, praktikan lain dan orang di sekitar anda tentang terjadinya bahaya api atau panas berlebih

3) Matikan semua peralatan elektronik dan sumber listrik di meja masing-masing

4) Menjauh dari ruang praktikum

c. Bahaya Benda Tajam Dan Logam Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan :

1) Dilarang membawa benda tajam (pisau, gunting dan sejenisnya) ke ruang praktikum bila tidak diperlukan untuk pelaksanaan percobaan 2) Dilarang memakai perhiasan dari logam misalnya cincin, kalung,

gelang dll.

3) Hindari daerah, benda atau logam yang memiliki bagian tajam dan dapat melukai

4) Tidak melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan luka pada diri sendiri atau orang lain

(6)

Penanganan Terjadi Kecelakaan Akibat Benda Tajam

1) Jangan panik

2) Lakukan pertolongan pertama sesuai dengan prosedur P3K

3) Beritahukan dan minta bantuan praktikan lain atau asisten mengenai kejadian tersebut

2. Penggunaan Peralatan Praktikum

Berikut ini adalah panduan yang harus dipatuhi ketika menggunakan alat-alat praktikum :

1) Sebelum menggunakan alat-alat praktikum, pahami petunjuk penggunaan alat tersebut/SOP penggunaan alat.

2) Perhatikan dengan baik penjelasan dari Asisten mengenai cara mengoperasikan alat tersebut

3) Perhatikan dan patuhi peringatan (warning) yang biasa tertera pada badan alat

4) Pahami fungsi atau peruntukan alat praktikum dan gunakanlah alat-alat tersebut hanya untuk aktivitas yang sesuai fungsi atau peruntukannya. Menggunakan alat praktikum di luar fungsi atau peruntukannya dapat menimbulkan kerusakan pada alat tersebut dan bahaya keselamatan praktikan

5) Pahami jangkauan kerja alat-alat praktikum dan gunakanlah alat-alat tersebut sesuai jangkauan kerjanya. Menggunakan alat praktikum di luar jangkauan kerjanya dapat menimbulkan kerusakan pada alat tersebut dan bahaya keselamatan praktikan

6) Pastikan seluruh peralatan praktikum yang digunakan aman dari benda/logam tajam, api/panas berlebih atau lainnya yang dapat mengakibatkan kerusakan pada alat tersebut

7) Tidak melakukan aktifitas yang dapat menyebabkan kotor, coretan, goresan atau sejenisnya pada badan alat-alat praktikum yang digunakan.

(7)

C. PEDOMAN K3 PRAKTEK KUNJUNGAN 1. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan

a. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan sebelum melaksanakan praktek kunjungan perusahaan, antara lain :

1) Mahasiswa wajib mengikuti SAFETY INDUCTION yang diberikan pembimbing lapangan.

2) Mahasiswa wajib mematuhi seluruh peraturan yang ada di tempat praktek/perusahaan

3) Mahasiswa wajib membaca label dan MSDS yang tersedia.

4) Mahasiswa wajib mengetahui jalur evakuasi diri dan titik berkumpul jika ada keadaan darurat.

5) Mahasiswa wajib memakai APD yang ditentukan oleh pihak perusahaan/instansi praktek ketika memasuki area kerja.

6) Mahasiswa wajib mengikuti seluruh instruksi pembimbing Perusahaan.

7) Mahasiswa dilarang memotret/mengambil gambar ditempat praktek tanpa seizin pihak pembimbing.

8) Jika terjadi insiden mahasiswa wajib melaporkan kejadian insiden kepada pembimbing lapangan.

9) Jika terjadi keadaan darurat, mahasiswa hendaknya menyelamatkan diri sesuai jalur evakuasi yang ada di perusahaan.

b. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat melaksanakan praktek kunjungan, antara lain :

1) Hindari daerah atau benda yang berpotensi menimbulkan bahaya listrik (sengatan listrik/ strum) secara tidak disengaja, misalnya kabel jala-jala yang terkelupas dll.

2) Tidak melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya listrik pada diri sendiri atau orang lain

3) Selalu waspada terhadap bahaya listrik pada setiap aktivitas praktikum/praktek

4) Jangan membawa benda-benda mudah terbakar (korek api, gas dll.) ke dalam ruang praktikum bila tidak disyaratkan dalam modul praktikum 5) Jangan melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan api, percikan api

(8)

6) Jangan melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya api atau panas berlebih pada diri sendiri atau orang lain

7) Selalu waspada terhadap bahaya api atau panas berlebih pada setiap aktivitas praktikum

8) Dilarang membawa benda tajam (pisau, gunting dan sejenisnya) ke ruang praktikum bila tidak diperlukan untuk pelaksanaan percobaan 9) Tidak melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan luka pada diri

sendiri atau orang lain c. Lain-Lain

Jika terjadi insiden, mahasiswa harap langsung melapor ke asisten atau pembimbing lapangan

D. SANKSI

Pengabaian uraian panduan di atas dapat dikenakan sanksi tidak lulus mata kuliah praktikum/praktek yang bersangkutan.

E. LAIN-LAIN

Dilarang membawa makanan dan minuman ke dalam ruang praktikum

Surakarta, Juli 2015

Ketua Program

Ipop Sjarifah, Dra., M.Si NIP. 19560328 198503 2 001

(9)

⃰⃰ KEBISINGAN

A. Pengukuran Kebisingan di Tempat Kerja

1. Pengukuran untuk mendapatkan data kebisingan lingkungan kerja a. Dilakukan di setiap tempat kerja yang ada bising

b. Titik pengukuran dimana ada tenaga kerja

c. Cara pengukuran mikropon diarahkan ke sumber bising yang paling dominan setinggi telinga, dengan respon indikator fast

d. Diukur dalam 1 shift atau 8 jam kerja pada setiap jam, jadi 8 x pengukuran e. Setiap pengukuran dilakukan pembacaan minimal 6 x

f. Dihitung rata-rata dan dibuat grafik sehingga dapat diketahui saat pek 2. Pengukuran untuk evaluasi sumber bising di lingkungan kerja

a. Dilakukan pada sumber bising, jika sumber bising mesin yang besar, titik pengukuran dipilih pada sisi mesin dimana terdapat bising paling tinggi b. Pengukuran dilakukan dnegan analisa frekuensi

c. Pengukuran dnegan cara mikropon diarahkan ke sumber bising paling tinggi setinggi telinga

d. Alat yang digunakan SLM yang dilengkapi dengan Ocatve Band Analyzer (Frequency Analyzer)

3. Pengukuran untuk mengetahui tingkat pemaparan bising terhadap tenaga kerja selama 8 jam kerja (1 shift) secara akumulatif

a. Alat yang digunakan Noise Dosimeter yang terpasang pada baju tenaga kerja yang akan diperiksa

b. Setiap tenaga kerja pindah lokasi diganti event baru

c. Dicatat lamanya tenaga kerja dilokasi tersebut/tiap lokasi yang ditempati d. Tingkat pemaparan bising akumulatif selama 1 shift (8 jam kerja) dapat

dihitung sebagai berikut : 𝐶1 𝑇1+ 𝐶2 𝑇2+ ⋯ + 𝐶𝑛 𝑇𝑛 = ? Dimana :

Cn = waktu pemaparan dilokasi n

Tn = waktu pemaparan yang diperkenankan di lokasi n Jika hasilnya = 1 atau <1 dianggap aman, dibawah NAB Jika hasilnya >1 dianggap tidak aman, diatas NAB

(10)

B. Pengukuran Kebisingan di Lingkungan

1. Dipilih titik yang dikehendaki, dengan mikropon diarahkan ke sumber bising yang paling dominan

2. Pengukuran dengn integrating sound level meter yang dapat mengukur Leq selama 10 menit setiap pengukuran

3. Leq = Equivalent Continous Noise Level atau tingkat kebisingan dari kebisingan yang berubah-ubah (fluktuatif) selama waktu tertentu, setara dengan tingkat kebisingan siang hari (Ls) selmaa 16 jam yaitu pada jam 06.00

– 22.00 dan pada malam hari (Lm) selama 8 jam yaitu jam 22.00-06.00

4. Setiap pengukuran harus dapat mewakili selang waktu tertentu dengan menetapkan paling sedikit 4 waktu pengukuran pada siang hari dan 3 waktu pengukuran pada malam hari, yaitu :

Siang hari :

L1 diambil pada jam 07.00 mewakili jam 06.00-09.00 (3 jam)

L2 diambil pada jam 10.00 mewakili jam 09.00-14.00 (5 jam)

L3 diambil pada jam 15.00 mewakili jam 14.00-17.00 (3 jam)

L4 diambil pada jam 20.00 mewakili jam 17.00-22.00 (5 jam)

Malam hari :

L5 diambil pada jam 23.00 mewakili jam 22.00-24.00 (2 jam)

L6 diambil pada jam 01.00 mewakili jam 24.00-03.00 (3 jam)

L7 diambil pada jam 04.00 mewakili jam 03.00-06.00 (3 jam)

 Tingkat kebisingan siang hari (Ls) dihitung dengan rumus sebagai berikut : Ls = 10 log 1

16 (T1.10 0,1L1

+ ...+ T4.100,1L4) dB A

Dimana T = jumlah waktu yang terwakili (jam)

 Tingkat kebisingan malam hari (Lm) dihitung denganr umus sebagai berikut :

Lm = 10 log 1

8 (T5.10 0,1L5

+ ...+ T7.100,1L7) dB A

Dimana T = jumlah waktu yang terwakili (jam)

 Tingkat kebisingan siang hari (Lsm) dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Lsm = 10 log 1

24 (16.10 0,1Ls

+ ...+ 8.100,1Lm) dB A

5. Hasil dievaluasi dengan membandingkan Lsm dengan nilai baku tingkat kebisingan yang ditetapkan dengan toleransi + 3 dB A

(11)

C. TITIK UKUR

1. Pada dasarnya pengukuran dilakukan di tempat dimana terdapat keluhan/dimana dilakukan pemantauan secara teratur. Tidak diizinkan untuk melakukan pengukuran di tempat dimana sehari-hari sama sekali tidak pernah ada orang lalu lalang.

2. Pengukuran harus dilakukan di tempat terbuka, berjarak 3 meter dari dinding-dinding untuk menghindari pantulan. Kalau hal ini tidak mungkin, maka diizinkan untuk melakukan pengukuran pada jarak 0,5 meter di depan jendela terbuka.

3. Tinggi alat ukur sekitar 1,2 meter di atas tanah, harus dipasang pada statif. Dalam keadaan apapun tidak diizinkan untuk memegang alat ukur terus menerus, kecuali pada saat mengubah control attenuator pada alat ukur. Jarak antara badan operator dan alat ukur harus cukup jauh agar tidak terjadi pantulan.

D. TEKNIK PENGUKURAN

1. Dalam pengukuran diperlukan 2 orang operator, satu untuk untuk membaca alat ukur dan satu untuk memberi aba-aba membaca dan mencatat hasil pengukuran.

2. Pengukuran dilakukan pada skala A. Sebelum pengukuran dilakukan, kalibrasi alat terlebih dahulu.

3. Pengukuran dilakukan dengan cara pengambilan sample serta dilakukan pada cuaca yang cerah, tidak hujan, dan kecepatan angin tidak terlalu besar. Sebagai pengaman, pada mikropon harus selalu dipasang pelindung angin (wind

screen).

4. Apabila terjadi gangguan pada saat pengukuran maka harus diambil sample baru lagi untuk mendapatkan validitas data.

(12)

E. ALAT

Alat untuk mengukur tingkat kebisingan adalah sound level meter (SLM). SLM memberikan respons kira-kira sama dengan respons telinga manusia dan memberikan pengukuran objektif serta dapat diulang-ulang untuk setiap tingkat kebisingan. Pada umumnya SLM mempunyai skala A, B, dan C. Untuk pengukuran tingkat kebisingan dipakai skala A.

F. CARA PENGUKURAN

1. Pengukuran Kebisingan Lingkungan Dan Atau Di Tempat Kerja

Alat : Sound Level Meter Merk/Type : Extech 407750/KIT

Fungsi : untuk mengukur kebisingan lingkungan dan atau di tempat kerja

CARA KERJA ALAT : a. Pasang baterai b. Kalibrasi

 Kalibrasi alat SLM menggunakan Sound Calibrator

 Pasang baterai dalam sound calibrator

 Sambungkan sound calibrator dengan alat SLM

 Hidupkan alat SLM setelah itu hidupkan sound calibrator pada range 94 dB dan 114 dB

 Lihat hasil pada layar SLM dan sesuaikan hasilnya dengan sound calibrator (94 dB atau 114 dB)

 Jika hasilnya belum sesuai maka putarlah lubang “Cal” pada alat SLM sampai hasilnya sesuai

 Matikan alat c. Pengukuran

1) Hidupkan alat dengan menekan tombol “on/off”

2) Pilih Frequency Weighting dengan menekan tombol A/C

Fungsi : mengubah signal yang terukur sesuai cara serupa seperti mekanisme pendengaran manusia

(13)

 Weighting Net Work “A”:

Respon manusia untuk tingkat suara yang rendah (Human response for low levels), untuk pengukuran kebisingan lingkungan, tempat kerja, dll

 Weighting Net Work C:

Respon manusia untuk tingkat suara yang tinggi ( Human response for high sound levels ), untuk diagnosis kerusakan pada perangkat listrik, elektronik dan mekanik

3) Pilih FAST atau SLOW dengan menekan tombol F/S

“FAST” (125 ms response) atau “SLOW” (1 second response). “FAST” digunakan untuk bising yang impulsive, “SLOW” digunakan untuk bising yang continue

4) Tekan tombol “REC” untuk merekam hasil pengukuran. Tekan tombol “REC” lagi untuk melihat nilai “MAX” atau nilai tertinggi saat pengukuran dilakukan. Tekan tombol “REC” lagi untuk melihat nilai “MIN” atau nilai terendah saat pengukuran dilakukan.

Untuk menghentikan perekaman, tekan tomnol “REC” sampai indikator “REC” di layar hilang.

catatan : setiap lokasi pengukuran dilakukan pengamatan selama 1-2 menit, dengan  6 kali pengamatan. Hasil pengukuran adalah nilai tertinggi yang ditunjukkan pada monitor.

5) Catat hasil pengukuran

6) BA (Background Noise Absorber) Mode

Jika menginginkan hasil yang akurat bisa menggunakan BA Mode. BA Mode bisa “menghilangkan background noise. Untuk mengoperasikan BA Mode sebagai berikut :

 Tekan tombol MAXHLD (ikon MAX HOLD akan muncul di layar)

 Tekan tombol BA (“F” akan muncul di layar)

 Tekan tombol MAXHLD lagi (MAX HOLD akan muncul kembali di layar)

(14)

 Jika angka hail pengukuran berubah, maka itu adalah hasil pengukuran dari alat. Tapi jika hasil pengukuran tidak berubah, berarti hasil kebisingan dari mesin hampir sama atau lebih rendah dari background noise

Background Noise bisa juga dilakukan secraa manual dengan cara sebagai berikut :

Untuk mendapatkan intensitas kebisingan mesin yang akurat terhadap bising lingkungan maka perlu faktor koreksi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara :

- ukur bising mesin hidup (Ls + n) dB - ukur bising mesin mati (Ln) dB

- hitung perbedaan antara [(Ls + n)-Ln] dB

Merupakan sumbu kemudian tarik garis sejajar sumbu Y sampai memotong garis grafik kemudian tarik garis sejajar sumbu X sampai memotong sumbu Y.

Catatan : apabila [(Ls + n)-Ln] > 10 dB maka tidak perlu koreksi grafik. Jika perbedaan ini kurang dari 3 dB maka bising lingkungan semakin tinggi.

2. Pengukuran Kebisingan Individu/Personal

Alat : Noise Dose Meter Merk/Type : Extech 407355

Fungsi : untuk mengukur kebisingan individu/personal

Cara Kerja Alat

1. Pemakaian Alat

 Nyalakan alat dengan menekan tombol power

 Jika telah menyala, tekan tombol MODE untuk memilih jenis operasi yang dikehendaki

 Untuk operasi sound level meter (SLM) maka display tampil dBA

 Range SLM : type 2.70 – 140 dB 2. Kalibrasi

 Set alat pada mode SLM

(15)

 Masukkan sensor SLM pada alat kalibrasi

 Nyalakan kalibrator pada 94 dB, lalu stel crew calibrasi hingga penunjukkan di 94 dB

 Kalibrasi sebaiknya dilakukan saat alat akan digunakan 3. Data Logging

 Saat mode SLM, alat ini bisa melakukan perekaman data

 Tekan tombol RUN untuk mengaktifkan operasi ini. Display akan tampil icon MEM yang berkedip

 Untuk mengehentikan perekaman data tekan kembali tombol RUN

 Pembacaan data dapat dilakukan melalui PC dengan software yang disertakan

4. Operasi dosimeter

 Tekan tombol MODE, lalu pilih %DOSE

 Pilih lokasi penyimpanan data (E1-E5) dengan tombol EVENT

 Pasang alat di ikat pinggang atau saku, letakkan mic di dekat telinga

 Tekan RUN dan akan tampil icon JAM pada display

 Jika akan melakukan jeda pada saat pengukuran tekan tomobl PAUSE dan untuk memulai pengukuran tekan RUN kembali

 Untuk megakhiri operasi ini tekan tombol RUN selama 3 detik

 Pembacaan data dapat dilakukan melalui PC dengan software yang telah disertakan

(16)

G. HASIL

1. Berikut contoh data hasil pengukuran tingkat kebisingan di Kota Denpasar : Tabel 1. Contoh Data Hasil Pengukuran Kebisingan

No Lokasi Titik Pengukuran Hasil Pengukur an (dB) Baku Mutu (dB) Kawasan Peruntukan 1. Prumnas Monang Maning

Tegal kerta 63,71 55 Perumahan Tegal Harum 64,27

2. Carrefour Jalan Gelogor Carik 64,24 65 Perdagangan 3. Teuku Umar Teuku Umar 1 63,88 70 Perdagangan

dan Jasa Teuku Umar 2 63,71

4. Terminal Kreneng

Utara terminal 61,76 70 Fasilitas Umum Selatan terminal 62,69

5. RS Wangaya Dalam Poliklinik 55,05 55

Rumah Sakit Di Sal 47,89 6. Taman kota Lumintang Depan SD 17 Dangin Puri 63,29 55 Ruang terbuka Hijau Utara lapangan 65,58 7. SMP 1 Denpasar

Jl Kapten Agung 68,72 55 Sekolah Jl Surapati 60,89 8. Pasar Kreneng Jl Kamboja 72,90 70 Fasilitas Umum Dalam Pasar 59,45

2. Contoh Hasil Pengukuran Kebisingan di tempat Kerja

NO LOKASI SUMBER BISING JENIS BISING HASIL PENGUKURAN (dB) 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M 6 M

1 Ruang Genset Genset Continue

utara 90.2 timur 95 selatan 92 barat 94 2 Ruang

Kontrol Genset Continue 89 3 Gudang Genset Continue 86 81 4

Ruang

Maintenance Genset Continue 87.1 80 74 5

Ruang

(17)

H. ANALISIS

1. Analisis dari contoh hasil pengukuran tingkat kebisingan di perkotaan adalah : Baku mutu tingkat kebisingan yang dipergunakan adalah Keputusan Menteri LH No. 48 Tahun 1996, yaitu : 55 dBA (untuk pemukiman), 55 dBA (untuk rumah sakit), 55 dBA (untuk sekolah), 55 dBA (untuk ruang terbuka hijau), dan 65 dBA (untuk daerah perkantoran/perdagangan), serta 70 dBA (untuk tempat-tempat umum). Berdasarkan peraturan tersebut, dapat dinyatakan bahwa :

a. Untuk kawasan perumahan, tingkat kebisingan yang terjadi sudah melebihi baku mutu lingkungan yang diperbolehkan.

b. Untuk kawasan Perdagangan/perdagangan dan jasa tingkat kebisingan yang terjadi masih di bawah baku mutu tingkat kebisingan.

c. Untuk kawasan fasilitas umum (terminal) dan RS tingkat kebisingan yang terjadi masih di bawah baku mutu tingkat kebisingan.

d. Untuk kawasan fasilitas umum (pasar), sekolah, dan ruang terbuka hijau tingkat kebisingan yang terjadi sudah melebihi baku mutu lingkungan yang diperbolehkan.

2. Analisis dari contoh hasil pengukuran tingkat kebisingan di tempat kerja adalah :

a. Hasil pengukuran kebisingan tersebut dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan berdasarkan Permenaker No. 13 tahun 2011, dimana NAB kebisingan selama 8 jam kerja/hari adalah 85 dB. Sedangkan untuk mengetahui berapa intensitas kebisingan dalam ruangan tersebut dengan hasil pengukuran kebisingan yang berubah-ubah maka kita bisa menggunakan rumus Leq.

b. Membuat peta kebisingan

1) Peta kebisingan dalam bentuk garis contour kebisingan pada (85, 88, 91, 94, 97, 100dBA, dan seterusnya)

2) Perlu dibuat gambaran daerah kebisingan dalam sekala yang benar. 3) Diperlukan denah/ lay out unit/ tempat kerja, mesin-mesin dan fasilitas

lain.

4) Peta kebisingan berguna untuk menentukan daerah yang mengharuskan pekerja menggunakan APT

(18)

5) Peta kebisingan digunakan untuk menghitung dosis paparan harian secara manual.

(19)

⃰ GETARAN MEKANIS

A. ALAT

Nama Alat : Vibration Meter

Kegunaan : Untuk mengukur getaran mekanik

Getaran mekanik yang dapat diukur meliputi :

a. Acceleration, satuan : m/det 2 b. Velocity, satuan : cm/detik.

c. Displacement, satuan : mm

Spesifikasi :

Merk : Rion

Model : Riovibro VM-63 Buatan : Jepang

B. Cara Kerja Alat

1. Mula-mula cek baterai dengan menekan tombol MEAS. Bila muncul titik dobel pada display berarti baterai harus diganti.

2. Tekan MEAS atau power ON kurang lebih 10 detik. Pilih skala pengukuran yang sesuai. Alat siap untuk pengukuran.

3. Selama pengukuran berlangsung, tombol MEAS ditekan dan tahan. Ujung alat ditempelkan pada objek yang diukur dengan posisi tegak lurus. Nilai getaran mekanik ditunjukkan pada display. Setelah itu, alat dapat dilepas dari objek. Baca dan catat angka pada display.

4. Tekan tombol MEAS kembali untuk pengukuran selanjutnya. Satu menit setelah tombol MEAS dilepas, alat akan mati secara otomatis.

(20)

C. PENGUKURAN

1. Pengujian Getaran Mekanis di Tempat Kerja

a. Segmental Vibration atau biasanya Hand Arm Vibration (HAV) Satuan : Accelerasi (m/s2)

Yang diukur : Handle mesin atau bagian mesin yang sering bersentuhan dengan tenaga kerja dan berpengaruh pada sebagian tubuh tenaga kerja

Standar : Permenakertrans RI No.Per 13/MEN/X/2011 tentang NAB faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja.

b. Whole Body Vibration (WBV) Satuan : Accelerasi (m/s2)

Yang diukur : Bagian yang menopang tubuh tenaga kerja. Bila tenaga kerja duduk pada alas duduknya dan sandarannya, bila tenaga kerja berdiri pada lantainya.

Standar : berdasarkan ISO 2631, dibagi menjadi 3 kategori yaitu : 1) Menganggu kenyamanan

2) Meningkatkan kelelahan

3) Menganggu kesehatan (batas pemaparan)

c. Getaran Mesin

Satuan : Accelerasi (mm/s2) Yang diukur : pada dasar mesin

Standar : berdasarkan ISO 2372, dibagi menjadi 3 kategori yaitu : 1) Baik (Good)

2) Dapat diterapkan (Accetable) 3) Masih diijinkan (Still Permissible) 4) Berbahaya (Dangerous)

Mesin dikelompokkan menjadi 4 group yaitu : 1) Group K (small Machines)

2) Group M (Medium Machines) 3) Group G (Large Machines) 4) Group T (Largest Machines)

(21)

Tabel 2. Standar Getaran Mesin

Kecepatan Getaran (mm/det)

Kategori Group K Group M Group G Group T

s/d 0.71 s/d 1.12 s/d 1.80 s/d 2.80 Baik (Good) 0.72-1.80 1.13-2.80 1.81-4.50 2.81-7.10 Dapat Diterapkan (acceptable) 1.81-4.5 2.81-7.1 4.51-11.2 7.11-18.0 Masih diperkenankan (still permissible)  4.5 >7.1 >11.2 >18 Membahayakan (dangerous) Sumber : ISO 2732 dan VDI 2056

2. Pengujian Getaran Mekanis di Lingkungan a. Getaran untuk Kenyamanan dan Kesehatan

Satuan : Simpangan (mikron), dapat dirubah menjadi Velocity atau Accelerasi

Yang diukur : lantai atau tanah

Baku Mutu : Kepmen LH no 49 tahun 1996 b. Getaran berdasar dampak Kerusakan

Satuan : velocity (mm/s2) Yang diukur : dinding atau pondasi

Baku Mutu : Kepmen LH no 49 tahun 1996 c. Getaran berdasar Jenis Bangunan

Satuan : velocity (mm/s2)

Yang diukur : lantai pada bangunan paling atas Baku Mutu : Kepmen LH no 49 tahun 1996

(22)

⃰⃰ SINAR ULTRAVIOLET

A. ALAT

Nama Alat : UV Light Meter Merk/Type : Lutron UVC-254

Angka pengukuran mempunyai kisaran antara 0 μW/cm2 – 19.990 μW/cm2, dengan resolusi 0,1μW/cm2

B. PROSEDUR PENGUKURAN

1. Pada saat mengadakan pengukuran disyaratkan bahwa suhu tempat kerja yang akan diukur harus antara 0oC sampai 40oC.

2. Pengukuran minimal dilakukan pada 3 titik yaitu:

a. zona penglihatan dengan jarak maksimal 30 cm dari mata;

b. setinggi siku (sesuai posisi kerja duduk atau berdiri) dengan jarak maksimal 30 cm dari bagian badan paling luar;

c. setinggi betis dengan jarak maksimal 30 cm dari betis. 3. Prosedur kerja

a. Tutup sensor dan hidupkan alat.

b. Atur tombol pengatur agar monitor menunjukkan angka nol (zero adjustment).

c. Bawa alat ke tempat pengukuran.

d. Letakkan sensor di tiap titik pengukuran dengan arah menghadap sumber sinar ultra ungu.

e. Lakukan pengukuran pada setiap titik pengukuran. f. Baca dan catat hasil pengukuran pada formulir pengisian.

C. CARA KERJA ALAT

1. Tekan tombol “Power Off/On”

2. Pilih maksimum range menggunakan “Range Switch”

Jika layar menunjukkan “_ _ _ ”, ini menandakan nilai pengukuran melebihi range yang telah dipilih, maka pilihlah range yang lebih tinggi.

3. Prosedur Zero Adjust

(23)

 Tutup UV Sensor dengan telapak tangan, sampai tidak ada lagi sinar UV yang ditangkap.

Tekan tombol Nol (Zero Button), maka layar akan menunjukkan nilai Nol.

 Letakkan UV Sensor langsung di bawah sumber cahaya. Maka layar akan menunjukkan nilai pengukuran.

4. DATA HOLD

Waktu mengukur tekan tombol „Data Hold’, maka layar akan menunjukkan nilai pengukuran. Dan layar akan menampilkan “D.H” simbol.

Untuk menghentikan fungsi data hold, tekan Tombol Data Hold sekali lagi.

5. DATA RECORD (Pembacaan nilai maksimum dan minimum).

Fungsi DATA RECORD akan menunjukkan nilai maksimum dan minimum sinar UV yang pernah terukur. Untuk memulainya tekan tombol “RECORD” sekali. Simbol “REC” akan muncul pada display LCD.

 Dengan adanya simbol “REC” pada layar :

6. Tekan “Recall Button” sekali, maka simbol “Max” dengan nilai maksimum yang pernah terukur akan muncul di layar LCD.

7. Tekan “Recall Button” sekali lagi, maka simbol “Min” dengan nilai minimum yang pernah terukur akan muncul di layar LCD.

8. Untuk menghentikan fungsi data record, tekan “Data Record Button” sekali lagi.

(24)

Karena ada keterbatasan dari struktur UV sensor, maka nilai dari sensor out put mungkin akan mengalami penyimpangan sekitar 1% setelah satu tahun pertama, dan ini adalah kondisi yang normal. Maka ini sangatlah beralasan apabila kaliberasi dilakukan secara periodik setiap tahun.

Bagian FILTER sangat sensitif terhadap kelembaban, maka penyimpanan sangatlah penting. Jika alat ini tidak digunakan dalam periode waktu yang lama, maka harus disimpan di bawah lingkungan yang mempunyai kelembaban rendah, contohnya disimpan di dalam plastik yang kering. Jika FILTER disimpan dengan cara yang benar, maka periode kaliberasi dapat bertahan dalam waktu yang lama.

UV sensor COS akan menyebarkan sinar dengan sudut 30 derajat. Signal input akan COS law (>95%). Sudut sinar 45 derajat, dengan COS law (>90%). Maka ini sangatlah perlu bahwa sudut efektif dibatas tak lebih dari 45 derajat, dan batas yang terbaik adalah 30 derajat. Kaliberasi dilakukan dengan sudut sinar 0 derajat (vertikal).

PROSEDUR UTAMA

PROSEDUR PILIHAN PADA PENGUKURAN

Power ON Pilih Range ZERO

(blank “UV sensor”)

DATA HOLD MEMORY RECORD RS 232 OUT PUT MAX, MIN

POWER MANAGEMENT

MANUAL POWER OFF AUTO POWER OFF

Di bawah fungsi “Memory Record” ATAU

Tidak bekerja selama pemilihan “Memory Record”

(25)

Bagaimana membuat Internal Zero Adjustment ?

Jika internal zero adjustment menyimpang lebih dari 20 angka, maka “Zero

Button” tidak bekerja. Maka layar akan menampilkan :

Dalam kondisi ini maka perlu dilakukan Internal Zero Adjustment dan prosedurnya adalah sebagai berikut :

a. Tekan Power OFF

b. Tekan Tombol “Zero Button” terus-menerus. Power ON sampai layar menunjukkan seperti gambar di bawah, kemudian lepas “Zero Button”.

c. Sesuaikan (adjust) VR9 (single turn VR), sampai UP DISPLAY menunjuk pada nilai nol (Zero Value).

Cara Penggantian Baterai Adalah Sebagai Berikut :

a. Ketika sudut kiri dari layar LCD menunjukkan “LBT” ini menandakan battery uot

put kurang dari 6,5-7,5 V. Maka perlu untuk mengganti battery. Namun alat masih

bisa digunakan untuk beberapa jam setelah indikator muncul, sebelum alat menjadi tidak akurat lagi.

b. Buka/copot tutup baterai dari alat dan ambil baterai yang habis tadi. c. Pasang baterai 9 V (006 P, PP3 type) dan tutup kembali tutupnya.

CAL 0

2 3

Up Display : Layar yang menunjukkan Nilai Internal Zero Down Display : Selalu menunjukkan nilai 0000

VR 9

Battery Cover

(26)

⃰⃰ PENERANGAN

A. ALAT

Nama alat : Light Meter/Lux Meter Merk/Type: Lutron LX-1102

Prinsip kerja : alat ini merupakan sebuah photo cell yang bila kena cahaya akan menghasikan arus listrik. Makin kuat intensitas cahaya akan makin besar pula arus yang dihasilkan. Besarnya intensitas cahaya dapat dilihat pada level meter. Cara menggunakan alat pada prinsipnya adalah sebagai berikut :

1. Alat dihidupkan (On)

2. Photo cell menghadap sumber cahaya. 3. Baca hasil pada display (level meter)

B. CARA KERJA ALAT

1. Hidupkan alat dengan menekan tombol Power ON

2. Pilih satuan pengukuran dengan menekan tombol ”Lux/Fc”. Layar akan menunjukkan satuan pengukuran yang dipilih, Lux atau Ft-cd

3. Pilih range menggunakan tombol ”Range”

a. Jika di layar menunjukkan ”---”, ini berarti range yang dipilih kurang tinggi dikarenakan hasil yang tinggi, pilih range yang lebih tinggi.

b. Jika di layar menunjukkan ”_ _ _ _”, ini berarti hasil yang diperoleh lebih rendah dari range tersebut, pilih range yang lebih rendah.

4. Letakkan sensor di bawah sumber cahaya 5. Zero adjusment

a. Tutup sensor menggunakan penutup sensor b. Set pada range 40.00 lux

c. Tekan tombol ”Zero”, layar akan menunjukkan ”0000” d. Buka kembali penutup sensor

6. Data Hold

Jika selama pengukuran ingin mencatat data yang dihasilkan, bisa menekan tombol ”HOLD” maka pengukuran akan berhenti untuk sementara. Jika ingin melanjutkan penugkuran, tekan kembali tombol ”HOLD”

(27)

7. Data Record

a. Data record berfungsi untuk merekan nilai maksimum dan minimum. Tekan tombol ”Rec” untuk memulai merekan data. Maka akan muncul ikon ”Rec” pada layar.

b. Jika ingin melihat nilai maksimal, tekan tombol ”REC” sekali lagi maka akan muncul ikon ”Rec Max” pada layar.

c. Jika ingin melihat nilai minimum, tekan tombol ”REC” lagi maka akan muncul ikon ”Rec Min” pada layar.

d. Untuk menghentikan data record, tekan tombol ”REC” beberapa saat sampai ikon ”REC” di layar hilang.

C. TITIK PENGUKURAN

1. Penerangan setempat (lokal)

Antara lain obyek kerja, berupa meja kerja maupun peralatan. Bila merupakan meja kerja, pengukuran dapat dilakukan di atas meja yang ada. Denah pengukuran intensitas penerangan setempat seperti pada Lampiran.

2. Penerangan umum: titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan pada setiap jarak tertentu setinggi satu meter dari lantai.

Jarak tertentu tersebut dibedakan berdasarkan luas ruangan sebagai berikut: a. Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi: titik potong garis horizontal

panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 1(satu) meter.

Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas ruangan kurang dari 10 meter persegi seperti Gambar 1.

Gambar 2. Denah pengukuran intensitas penerangan umum luas kurang dari 10 m2 1 m 1 m

(28)

b. Luas ruangan antara 10 meter persegi sampai 100 meter persegi: titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 3 (tiga) meter.

Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk luas ruangan antara 10 meter sampai 100 meter persegi seperti Gambar 2.

Gambar 3. Denah pengukuran intensitas penerangan umum luas kurang dari 10 m2 – 100 m2

c. Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi: titik potong horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak 6 meter.

Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk ruangan dengan luas lebih dari 100 meter persegi seperti Gambar 3

3 m

3 m

3 m

3 m

(29)

Gambar 4. Denah pengukuran intensitas penerangan umum luas lebih dari 100 m2

D. PROSEDUR PENGUKURAN

1. Pintu ruangan dalam keadaan sesuai dengan kondiisi tempat pekerjaan dilakukan.

2. Lampu ruangan dalam keadaan dinyalakan sesuai dengan kondisi pekerjaan. 3. Hidupkan luxmeter yang telah dikalibrasi dengan membuka penutup sensor. 4. Bawa alat ke tempat titik pengukuran yang telah ditentukan, baik pengukuran

untuk intensitas penerangan setempat atau umum.

5. Pengukuran dilakukan pada salah satu sudut ( X 1) dimana setiap photo cell menghadap sumber cahaya, alat di pegang ± 85 cm dari lantai.

6. Baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa saat sehingga didapat nilai angka yang stabil.

7. Catat hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan untuk intensitas penerangan setempat seperti pada Lampiran, dan untuk intensitas penerangan umum seperti pada Lampiran.

8. Matikan luxmeter setelah selesai dilakukan pengukuran intensitas penerangan. 6 m

6 m

6 m

(30)

E. PERHITUNGAN

1. Penerangan Lokal

Hasil pengukuran berdasarkan tiap lokasi pengukuran yang diukur. Untuk memudahkan dalam membaca hasil pengukuran, maka bisa menggunakan denah. Contoh denah dalam lampiran.

2. Penerangan Umum

Besarnya intensitas penerangan umum :

Jumlah intensitas penerangan ( Lux) = ...Lux Jumlah titik seluruh ruangan

1p1+1p2 + 1p3 + ...+ 1pn =...Lux n

3. Reflaktan

Pengukuran Reflektan :

a. Ukurlah intensitas penerangan yang jatuh pada dinding lantai, langit-langit, meja mesin atau yang akan diukur dengan Lux meter menghadap sumber cahaya. Misalnya A Lux.

b. Photo cell di balik, kemudian tarik pelan-pelan sampai jarum/angka pada display tidak bergerak/konstan. Misalnya B Lux.

Reflektan dihitung dengan rumus : Reflektan = B x 100 % =...% A

(31)

⃰⃰ TEKANAN PANAS

A. ALAT

Nama Alat : Heat Stress Area Merk : Quest Temp

Fungsi : mengukur kelembaban, suhu basah, suhu kering, radiasi Prinsip kerja : termometer yang dilengkapi sensor listrik (baterai) yang

lengkap untuk mengukur kelembaban nisbi, panas, radiasi dan mengetahui lama pendinginan karena dalam satu alat ukur psychrometer, globe thermometer dan kata thermometer sekaligus hanya dengan menekan tombol sesuai dengan apa yang akan diukur.

B. PROSEDUR PENGUKURAN

1. Alat diletakkan pada titik pengukuran sesuai dengan waktu yang ditentukan 2. Waktu pengukuran dilakukan 3 kali dalam 8 jam kerja yaitu pada awal shift

kerja, pertengahan shift kerja dan akhir shift kerja. 3. Penentuan titik pengukuran

Letak titik pengukuran ditentukan pada lokasi tempat tenaga kerja melakukan pekerjaan.

Catatan : Jumlah titik pengukuran disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan dari kegiatan yang dilakukan.

4. Cara Kerja Alat :

a. Siapkan alat dan rangkai pada statif

b. Beri air pada wet sensor bar, lalu tekan ON dan biarkan ±10 menit untuk kalibrasi

c. Tekan tombol, pilih dalam 0C atau 0F

d. Tekan tombol WBGT In/Out (sesuai dengan tempat yang akan diukur) e. Tekan tombol yang akan diukur. Lalu perhatikan angka di display, catat

hasilnya.

(32)

C. PERHITUNGAN

1. Penilaian menurut Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB).

Analisis penilaian iklim kerja dapat dilakukan antara lain dengan parameter ISBB (Indeks suhu basah dan bola). Untuk menilai tekanan panas dengan ISBB, dibedakan antara keadaan di dalam ruangan dimana tidak ada pengaruh sinar matahari dan di luar ruangan dimana terdapat pengaruh sinar matahari.

Rumus ISBB :

Untuk tempat kerja dengan kondisi yang berbeda-beda selama jam kerja, ISBB rata-rata dapat dihitung dengan rumus :

ISBB rata-rata =

Keterangan :

ISBB1,2,…n : ISBB pada tempat-tempat ke 1,2…n.

T1,2,…n : Waktu (menit) dimana tenaga kerja bekerja pada tempat ke

1,2,…n.

2. Penilaian menurut Indeks Tekanan Panas

Indeks Tekanan Panas atau Heat Stres Index (HSI) dikembangkan oleh Belding and Hatch di University of Pittsburg. Indeks ini mengkombinasikan lingkungan (panas radiasi dan konveksi) dengan panas metabolisme dalam tekanan yang ditunjukkan didalam waktu dari kebutuhan untuk penguapan keringat (Ereq).

Rumus Keseimbangan panas : M C R – E = 0

Dimana :

M : Panas yang dihasilkan oleh proses metabolik.

C : Panas yang dipancarkan/diabsorbsi dengan jalan konveksi. R : Panas yang dipancarkan/diabsorbsi dengan jalan radiasi. E : Panas yang dipancarkan oleh penguapan keringat.

n n 2 2 1 1

t

)

(ISBB

...

t

)

(ISBB

t

)

(ISBB

(33)

D. ANALISIS PERHITUNGAN

1. Evaluasi Jumlah Panas Metabolik (Beban Kerja)

Evaluasi jumlah panas metabolik tubuh dapat diperoleh dengan menggunakan estimasi pengukuran panas metabolik menurut NIOSH 1986 yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3. Estimasi Pengukuran Panas Metabolik

A Body Position and movement Kcal/min*

Sitting 0.3

Standing 0.6

Walking 2.0 - 3.0

Walking uphill Add 0.8 per meter rise

B Type of work Average Kcal/min Range Kcal/min Hand work Light Heavy Work one arm

Light Heavy Work both arms

Light Heavy Work whole body

Light Moderate Heavy Very heavy 0.4 0.9 1.0 1.8 1.5 2.5 3.5 5.0 7.0 9.0 0.2 – 1.2 0.7 – 2.5 1.0 – 3.5 2.5 – 9.0 C Basal Metabolism 1.0

D Sample calculation ** Average (Kcal/min)

Assembling work with heavy and tools

Standing Two arm work Basal metabolism Total 0.6 3.5 1.0 5.1 kcal/min * For standard worker of 70 kg body weight (154 lbs) and 1,8 m2 body

surface (19,4 ft2)

** Example of measuring metabolic heat production of worker when performing initial screening

(34)

2. Evaluasi Tingkat Beban Kerja

3. Evaluasi tingkat beban kerja diperoleh dengan mengkategorikan hasil estimasi pengukuran panas metabolisme menurut NIOSH 1986 sesuai den gan kategori OSHA pada tabel dibawah ini :

Tabel 4. Standar Pengukuran beban kerja

No BEBAN KERJA PENGELUARAN KALORI

Kcal/Jam

1 Pekerjaan ringan ≤ 200

2 Pekerjaan sedang 200-350

3 Pekerjaan berat 350-500

4 Pekerjaan sangat berat 500-600 Sumber : OSHA

4. Kriteria jenis pekerjaan menurut WHO 1) Kerja ringan

a) Laki-laki : Kerja kantor, dokter, guru, perawat, pengangguran

b) Wanita : Kerja kantor, dokter, guru, perawat. 2) Kerja sedang

a) Laki-laki : Industri ringan, mahasiswa, buruh bangunan, nelayan.

b) Wanita : Industri ringan, mahasiswi, kerja toko, kerja rumah tangga (tanpa mesin).

3) Kerja berat

a) Laki-laki : Petani (tanpa mesin), kuli, tukang kayu (tanpa mesin), tukang besi, kerja tambang.

b) Wanita : Petani (tanpa mesin), penari, atlet.

3. Evaluasi Pengukuran WORK-REST REGIMEN Jam kerja : 8 jam/hari

Jam istirahat : 1 jam/hari

 Persentase waktu istirahat yang didapat selama 8 jam bekerja (1 jam dalam 1 hari kerja) adalah :

Jam istirahat/hari (menit) X 100% = Persentase waktu istirahat Jam kerja/hari (menit)

(35)

 Persentase waktu kerja yang didapat selama 8 jam bekerja adalah :

Total jam kerja/hari (menit) X 100% = Persentase waktu kerja yang didapat selama 8 jam bekerja

4. Tekanan Panas Yang Diperkenankan

Setelah mengetahui hasil dari pengukuran, beban kerja dan variasi kerja maka kita bisa mengetahui suhu/nilai ISBB yang diperkenankan di tempat kerja dengan cara membandingkannya dengan tabel dibawah ini :

Tabel 5. Nilai ISBB yang dianjurkan menurut Permenaker No 13/MEN/X/2011 VARIASI KERJA ISBB (0C) Kerja Ringan Kerja Sedang Kerja Berat

Kerja terus menerus 30,0 26,7 25,0

Kerja 75% - istirahat 25% 30,6 28,0 25,9 Kerja 50% - istirahat 50% 31,4 29,4 27,9 Kerja 25% - istirahat 75% 32,2 31,1 30,0 Sumber : Permenaker No 13/MEN/X/2011

Keterangan :

1) Kerja terus menerus berarti tidak diperlukan istirahat yang disebabkan tekanan panas selama waktu bekerja.

2) Kerja 75% - istirahat 25% berarti dalam 1 jam kerja, orang tersebut boleh bekerja selama 45 menit diselingi istirahat 15 menit di tempat kerja, kemudian bekerja lagi selama 45 menit dan istirahat lagi selama 15 menit, dst.

3) Bila ada tempat istirahat khusus dengan ISBB kurang dari 240C maka waktu istirahat dapat diperpendek sebanyak 25%.

Untuk tempat-tempat kerja tertentu yang diperkirakan mempunyai efek-efek panas khusus, harus diperhatikan khususnya pada hal-hal sebagai berikut : a) Adanya sumber panas yang menimbulkan panas radiasi yang cukup besar.

Misalnya : tempat pengecoran logam, peleburan bahan gelas, tanur, dsb. b) Untuk tenaga kerja yang selama jam kerja harus berpindah-pindah

tempat/lokasi maka lokasi-lokasi yang mempunyai perbedaan suhu lebih dari 50C harus mendapat perhatian khusus, meskipun suhu basahnya tidak menyimpang dari persyaratan NAB.

(36)

LAMPIRAN 1 KRITERIA PENILAIAN PRETEST/POSTEST

PROGRAM D4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA FK UNIVERSITAS SEBELAS MARET TAHUN 2015

Nilai : Kedispilinan (bobot 1) + Penampilan (bobot 1) + Nilai Tes (bobot 2)

4

KETERANGAN :

1. Kedisiplinan adalah keterlambatan kedatangan dihitung per 15 menit. 2. Penampilan

a. Rapi : Jika peserta mengenakan baju/kemeja berkerah, celana panjang dan sepatu dengan rapi

b. Kurang Rapi : Jika sebagian atribut peserta tidak sesuai dengan yang di jelaskan di point RAPI (memakai kaos berkerah atau sepatu sandal)

c. Tidak Rapi : Jika peserta tidak mengenakan sepatu, tidak mengenakan baju berkerah (kaos), dan tidak mengenakan celana panjang

3. Nilai Pretes/Postest adalah nilai yang diperoleh mahasiswa setelah melaksanakan Pretest/Postest. KRITERIA PENILAIAN KEDISIPLINAN PENAMPILAN NILAI PRETEST/POSTEST KETERLAMBATAN KEDATANGAN (MENIT) 0 100 Rapi 85 1 - 15 88 Kurang Rapi 65 16 - 30 75 Tidak Rapi 25 31 - 45 63 45 - 60 50 61 - 75 48 76 - 90 35 91 - 105 23 106 - 120 10

(37)

KRITERIA PENILAIAN PRAKTIKUM

PROGRAM D4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA FK UNIVERSITAS SEBELAS MARET TAHUN 2014

KRITERIA PENILAIAN KEDISIPLINAN

PENAMPILAN KEAKTIFAN TINGKAT

PEMAHAMAN KETERLAMBATAN

KEDATANGAN (MENIT)

0 100 Rapi 85 Aktif 85 Sangat baik 100 1 – 15 88 Kurang Rapi 65 Kurang Aktif 65 Baik 80 16 – 30 75 Tidak Rapi 25 Tidak Aktif 25 Sedang 60

31 – 45 63 Kurang 40 45 – 60 50 61 – 75 48 76 – 90 35 91 – 105 23 106 – 120 10 Nilai Praktek : 5 ) 2 ( (bobot1) (bobot1) bobot1)

( Penampilan Keaktifan TingkatPemahamanbobot

an

Kedisiplin   

KETERANGAN :

1. Kedisiplinan adalah keterlambatan kedatangan dihitung per 15 menit 2. Penampilan

a. Rapi : Jika peserta mengenakan baju/kemeja berkerah, celana panjang dan sepatu dengan rapi

b. Kurang Rapi : Jika sebagian atribut peserta tidak sesuai dengan yang di jelaskan di point RAPI (memakai kaos berkerah atau sepatu sandal)

c. Tidak Rapi : Jika peserta tidak mengenakan sepatu, tidak mengenakan baju berkerah (kaos), dan tidak mengenakan celana panjang

(38)

3. Keaktifan

a. Aktif : Jika praktikan ≥80% berperan aktif dalam kegiatan praktikum dari awal sampai akhir

b. Kurang Aktif : Jika praktikan 60% - ≤80% berperan aktif dalam kegiatan praktikum dari awal sampai akhir

c. Tidak Aktif : Jika praktikan 0% - ≤60% berperan aktif dalam kegiatan praktikum dari awal sampai akhir

4. Tingkat Pemahaman

a. Sangat Baik : Jika peserta dapat menjawab pertanyaan asisten sebanyak 100%

b. Baik : Jika peserta dapat menjawab pertanyaan asisten sebanyak 80%

c. Sedang : Jika peserta dapat menjawab pertanyaan asisten sebanyak 60%

d. Kurang : Jika peserta dapat menjawab pertanyaan asisten sebanyak 40%

(39)

KRITERIA PENILAIAN LAPORAN

PROGRAM D4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA FK UNIVERSITAS SEBELAS MARET TAHUN 2014

Nilai Laporan : KRITERIA PENILAIAN Kesalahan Format Kedisplinan Jumlah Lembar Isi Hari Keterlambatan Pengumpulan Ketajaman Analisa 0 85-100 0 85-100 ≥25 85-100 Sangat Baik 100 1 84 1 80 24 84 2 83 2 75 23 83 Baik 85 3 82 3 70 22 82 Kurang Baik 70 4 81 4 65 21 81 5 80 5 60 20 80 Salah 0 6 78 6 55 19 79 7 76 7 50 18 78 8 74 8 40 17 77 9 72 9 30 16 76 10 70 10 20 15 75 11 68 >10 10 14 73 12 66 Tidak mengump ulkan 0 13 70 13 64 12 68 14 62 11 66 15 60 10 64 16 57 9 61 17 54 8 56 18 51 7 51 19 48 6 45 20 45 5 38 21 42 4 38 22 39 3 30 23 36 2 20 24 33 1 10 25 30 0 0 26 27 Keterangan :

1.Penilaian dilakukan setelah revisi pertama

2.Kesalakan format adalah kesalahan penulisan yang tidak sesuai dengan pedoman format yang diberikan

3.Kedisiplinan adalah keterlambatan hari pengumpulan laporan 4.Jumlah lembar adalah jumlah lembar laporan yang dikumpulkan

mulai dari halaman depan hingga daftar pustaka

5.Isi adalah pembandingan antara hasil yang diperoleh dengan standar perundang-undangan dan teori yang sesuai referensi

6. Penilaian 85-100, adalah hasil penilaian prerogative asisten masing-masing 27 24 28 21 29 18 30 15 >30 10 Salah semua 0 5 ) 2 ( (bobot1) (bobot1) bobot1)

( Kedisiplinan JumlahLembar Isi bobot ormat

(40)

KRITERIA PENILAIAN PRESENTASI

PROGRAM DIPLOMA 4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

TAHUN 2014

KRITERIA PENILAIAN

PENAMPILAN KEAKTIFAN CARA

PENYAMPAIAN

TANYA JAWAB

Rapi 75 - 90 Aktif 75 – 90 Sangat

baik 75 - 90 Jawab Benar 75 – 90 Kurang Rapi 60 – 74 Kurang Aktif 60 – 74 Baik 60 - 74 Jawab Kurang Benar 60 – 74 Tidak Rapi ≤ 60 Tidak

Aktif ≤ 60 Kurang ≤ 60 Jawab Salah ≤ 60 Tidak

Menjawab 0

Nilai :

Penampilan (bobot 1) + Keaktifan (bobot 1) + Cara Penyajian (bobot 1) + Tanya Jawab (bobot 2) 5

KETERANGAN :

1. Penampilan

a. Rapi : Jika peserta mengenakan baju/kemeja berkerah, celana panjang dan sepatu dengan rapi.

b. Kurang Rapi : Jika sebagian atribut peserta tidak sesuai dengan yang di jelaskan di point RAPI (memakai kaos berkerah atau sepatu sandal)

c. Tidak Rapi : Jika peserta tidak mengenakan sepatu, tidak mengenakan baju berkerah (kaos), dan tidak mengenakan celana panjang

2. Keaktifan

a. Aktif : Jika praktikan 75 – 90 % berperan aktif dalam presentasi dari awal sampai akhir

b. Kurang Aktif : Jika praktikan 60% - 74 % berperan aktif dalam presentasi dari awal sampai akhir

c. Tidak Aktif : Jika praktikan ≤ 60 % berperan aktif dalam presentasi dari awal sampai akhir

(41)

3. Cara penyampaian

a. Sangat Baik : Jika praktikan

1. Menyampaikan materi sesuai dengan tema, 2. Cara penyajian materi dengan bahasa yang benar,

3. Ketepatan menggunakan media dan ketepatan menggunakan waktu.

b. Baik : Jika penyajian praktikan tidak sesuai dengan point Sangat rapi.

c. Kurang : Jika praktikan tidak menjawab atau hanya menyampaikan satu dari point Sangat Baik.

4. Tanya Jawab

a. Jawab Benar : Jika praktikan menjawab dengan benar 75- 100 % b. Jawab Kurang Benar : Jika praktikan menjawab dengan benar jawaban

60 – 74 %

c. Jawab Salah : Jika praktikan menjawab dengan kebenaran ≤ 60 % d. Tidak Menjawab : Jika praktikan tidak menjawab semua pertanyaan

(42)

KRITERIA PENILAIAN MAKALAH

PROGRAM DIPLOMA 4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

TAHUN 2015 Nilai :

4

)

2

(

(bobot1)

(bobot1)

JumlahLemb

ar

Isi

bobot

an

Kedisiplin

KRITERIA PENILAIAN Kedisplinan Jumlah Lembar Isi Hari Keterlambatan

Pengumpulan Ketajaman Analisa

0 85-100 ≥25 85-100 Sangat Baik 100 1 80 24 84 2 75 23 83 Baik 85 3 70 22 82 Kurang Baik 70 4 65 21 81 5 60 20 80 Salah 0 6 55 19 79 7 50 18 78 8 40 17 77 9 30 16 76 10 20 15 75 >10 10 14 73 Tidak mengumpulkan 0 13 70 12 68 11 66 10 64 9 61 8 56 7 51 6 45 5 38 4 38 3 30 2 20 1 10 0 0 Keterangan :

1. Penilaian dilakukan setelah makalah dikumpulkan

2. Kedisiplinan adalah keterlambatan hari pengumpulan laporan

3. Jumlah lembar adalah jumlah lembar laporan yang dikumpulkan mulai dari halaman depan hingga daftar pustaka

4. Isi adalah pembandingan antara hasil yang diperoleh dengan standar perundang-undangan dan teori yang sesuai referensi

Gambar

Gambar 1. Contoh Peta Kebisingan
Tabel 2. Standar Getaran Mesin
Gambar 2. Denah pengukuran intensitas penerangan umum luas kurang dari 10 m 21 m 1 m
Gambar 3. Denah pengukuran intensitas penerangan umum luas kurang dari 10 m 2  –  100 m 2
+5

Referensi

Dokumen terkait

PENGAWASAN 12 PENEGAKAN HUKUM PIDANA 47 PENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN HIDUP 14 TIDAK TERBUKTI 62 DATA TIDAK LENGKAP 148 KASUS NON LHK 82 UNIT TERKAIT 393 OPERASI/ PULBAKET

Dengan kampanye ini diharapkan orang tua dapat mengenali masalah stres anak sehingga orang tua dapat membantu melepaskan stres anaknya, dan membentuk generasi yang memiliki

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 77 Tahun 2020, KKP mempunyai tugas melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya penyakit, penyakit potensial wabah,

Berdasarkan hasil penelitian, dimana bentuk komunikasi interpersonal antara Koordinator dan anggota pengelola RPTRA Kelurahan Galur dalam rangka meningkatkan kinerja

Sehubungan dengan proses Prakualifikasi yang akan dilakukan, Penyedia Barang/Jasa diminta mempersiapkan dan menyampaikan dokumen- dokumen kualifikasi yang dipersyaratkan

Setelah ditetapkannya kebijakan tax amnesty pada 1 Juli hingga akhir Agustus 2016, pergerakan dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kian menguat yang tercermin

Adapun indikator dan nilai SPM serta batas waktu pencapaian SPM bidang lingkungan hidup secara nasional untuk tiga jenis pelayanan dasar yang telah ditetapkan dalam Peraturan

PERAN PENTING KEBIJAKAN FISKAL DALAM PENANGANAN PANDEMI COVID-19 Pemerintah bergerak cepat dan terukur dalam menjaga kesehatan serta mendorong pemulihan ekonomi nasional..