• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peresmian Indonesia-Taiwan Education Center

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peresmian Indonesia-Taiwan Education Center"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Peresmian Indonesia-Taiwan

Education Center

UNAIR NEWS – Rektor Universitas Airlangga Prof. Dr. Mohammad

Nasih bersama Wakil Rektor Universitas Asia Professor Huei-Chen Ko resmi membuka Indonesian-Taiwan Education Center (ITEC). Pembukaan ITEC ditandai dengan pengguntingan bunga rampai di ruangan ITEC, Kantor Manajemen UNAIR, Selasa (12/9). Seremoni peresmian ITEC yang dilangsungkan di lantai satu Rektorat UNAIR dihadiri oleh pejabat Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, representatif Kantor Dagang dan Ekonomi Taipei Indonesia dan Surabaya, serta para pimpinan perguruan tinggi di Indonesia.

(2)

Bioreaktor

Kurangi

Ketergantungan Impor Bahan

Baku Obat

UNAIR NEWS – Berdasarkan riset yang dilakukan Prof. Dr.

Yosephine Sri Wulan Manuhara, M.Si, 95-96 persen bahan baku obat-obatan di Indonesia didapat dari impor, terutama dari Tiongkok dan India. Walaupun Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya biodiversitas, namun pemenuhan bahan baku obat dari sumber tanaman asli masih mempunyai beberapa kelemahan.

Di antaranya, kebutuhan lahan yang terbatas karena harus bersaing dengan tanaman budidaya untuk memenuhi kebutuhan pangan, seringkali senyawa yang dihasilkan tidak stabil karena dipengaruhi oleh iklim dan tanah tempat tumbuhnya, dan eksploitasi berlebihan terhadap tanaman tersebut akan menyebabkan kepunahan.

Prof. Manuhara yang dikukuhkan sebagai profesor Biologi Fakultas Sains dan Teknologi mengembangkan teknik budidaya tanaman di dalam suatu bioreaktor. Ada beberapa keuntungan penggunaan bioreaktor. Pertama, planlet dalam jumlah besar

(3)

dapat diproduksi dalam satu tahap.

Kedua, mengurangi jumlah bejana (botol kultur) dan tempat inkubasi sehingga dapat mengurangi biaya produksi. Ketiga, seluruh permukaan eksplan selalu kontak dengan medium, sehingga nutrisi lebih mudah diserap oleh eksplan yang pada akhirnya meningkatkan kecepatan pertumbuhan. Selain itu, suplai oksigen berperan dalam meningkatkan kecepatan pertumbuhan dan biomasa.

“Di Indonesia belum ada yang melakukan ini. Saya berharap ini sebagai pilot project,” ucap Prof Manuhara.

Dua tanaman potensial yang digunakan Prof. Manuhara sebagai bahan baku obat yaitu ginseng Jawa dan sambung nyawa. Senyawa bioaktif tanaman ginseng Jawa adalah saponin yang banyak dijumpai di dalam organ akar.

“Khasiatnya (ginseng Jawa) sebagai penambah vitalitas. Sedangkan, sambung nyawa bermanfaat sebagai antioksidan, a n t i k a n k e r , a n t i i n f l a m a s i , a n t i h i p e r g l i k e m i k , antihiperlipidemik, dan anti mikroba,” tambah perempuan kelahiran Tulungagung, 3 Maret 1964 itu.

Sejak tahun 2012 hingga saat ini, Prof. Manuhara telah melakukan penelitian untuk meningkatkan biomassa dan senyawa bioaktif kedua tanaman tersebut di atas menggunakan bioreaktor dalam skala laboratorium.

Prof. Manuhara dan tim akan mengembangkan bioreaktor yang cukup besar dengan kapasitas 20 liter. Dalam waktu tiga tahun ke depan, Kemenristekdikti memberi dukungan pendanaan.

“Saya berharap, produk ini bisa ditawarkan ke industri dan bisa menjawab kekurangan Indonesia akan produksi bahan baku obat,” terang Prof Manuhara. (*)

Penulis: Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S

(4)

Mendukung Indonesia Menuju

Pemerintahan yang Terbuka

UNAIR NEWS – Perguruan tinggi memiliki andil dalam mendukung open government atau pemerintahan yang terbuka. Agie Nugroho

Soegiono dosen muda Departemen Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga menuturkan, pemerintahan Indonesia saat ini berupaya secara signifikan menuju open government. Namanya, Satu Data Indonesia.

Hanya saja data dan informasi dari pemerintah masih bersifat mentah (raw material) sehingga tidak dapat dibaca dengan mudah oleh masyarakat awam. Namun, para akademisi di perguruan tinggi dapat menterjemahkan sehingga bisa dimanfaatkan oleh pihak-pihak berkepentingan.

“Ada pergantian yang dulunya close by default jadi open by

default. Pemerintah sudah memiliki beberapa peraturan hukum

yang mendukung implementasi open government. Kita (Indonesia) punya freedom of expression karena tahun 2008 ada keterbukaan informasi publik. Itu berarti bahwa setiap pemerintah harus mempublikasi data atau informasi yang dimiliki kepada publik,” ujar Agie kepada UNAIR News.

Inisiatif pemerintah menuju open government diperkuat dengan keterlibatan Indonesia bersama tujuh negara lainnya dalam mendirikan Open Government Partnership (OGP). Tujuh negara itu adalah Amerika Serikat, Brasil, Meksiko, Inggris, Norwegia, Afrika Selatan, dan Filiphina. Di situ, kata Agie, pemerintah Indonesia belajar dari negara lain yang lebih maju terkait implementasi open government.

Salah satu hasilnya adalah pencarian informasi tidak harus memakai surat, menunggu, dan lama mendapatkan hasilnya.

(5)

Semuanya tersedia dengan data yang interoperable atau dapat dioperasikan seperti data mentah yang bisa dianalisis ulang. Agie menuturkan, saat ini pun Indonesia sudah memiliki sistem

complaint handling system yang memungkinkan laporan dari

masyarakat dapat terekam. Fungsinya adalah untuk melihat jejak komplain yang dilakukan masyarakat kepada pemerintah. Seperti, kepada siapa komplain diajukan, sudah sampai tahap apa, serta bagaimana tanggapan pemerintah terkait.

“Dari situ kita mulai bisa untuk komplain yang lebih terorganisir. Kita punya nomor-nomor report yang bisa dilacak untuk memberikan feedback (tanggapan),” ucapnya.

Sejak tahun 2012 lalu, pemerintah memiliki layanan aspirasi pengaduan rakyat bernama Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat (LAPOR!). Saat ini, pemerintah sedang dalam upaya menyusun regulasi terkait Satu Data Indonesia. Upaya ini dilakukan mengingat pemerintah belum memiliki definisi khusus terkait sesuatu yang dimaksud dengan ‘data’.

“Keterbukaan informasi publik itu terkait informasi data yang sudah diolah. Sedangkan kita sendiri belum punya definisi yang sesuai dengan landasan hukum. Alhasil, ketika orang minta informasi yang berkaitan dengan data di pemerintah, itu bentuknya macam-macam,” ungkap lulusan Universitas Edinburgh, Inggris.

Apakah segala usaha pemerintah menuju Open government sudah menuju langkah yang baik? Menurut Agie, usaha pemerintah cukup mengarah ke sana. Hanya saja, baru sedikit pemerintah daerah yang menerapkan open government.

Selain itu, open government layaknya pedang bermata dua. Informasi yang kurang tepat untuk dibagikan ke publik dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan tertentu yang kontra dengan pemerintah.

(6)

provinsi oleh Ahok, misalnya. Itu salah satu bentuk open

government. Mungkin orang yang oposisi akan melihat itu

sebagai umpan, cara untuk menggulingkan pemerintah yang sedang berkuasa,” paparnya.

Namun, terlepas dari itu, sudah banyak pemerintah daerah yang menerapkan open government. Sebagai contoh, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro yang terpilih mewakili Indonesia sebagai d a e r a h p e r c o n t o h a n p a d a a j a n g “ O p e n G o v e r n m e n t Partnership (OGP) Sub-national Government Pilot Program” atau Percontohan Pemerintah Daerah Terbuka pada April 2016 silam. Pemkab Bojonegoro bersanding sejajar dengan negara-negara maju seperti Paris dan London untuk menerapkan open government.

“Itu juga prestasi tersendiri dalam mendukung open government. Walaupun mereka belum punya teknologi yang cukup mutakhir,” paparnya. (*)

Penulis: Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S

Indonesia Perlu Memperkuat

Diplomasi Ekonomi

UNAIR NEWS – Indonesia perlu memperkuat diplomasi ekonomi

dalam forum 20 negara-negara dengan ekonomi terkuat, G-20. Pasalnya, selama ini Indonesia dianggap memiliki inisiatif yang bagus namun tak diimbangi dengan penguatan posisi diplomasi ekonomi.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh pengajar Departemen Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(7)

Universitas Airlangga, Joko Susanto, M.Sc., Jumat (25/8).

“Kita punya inisiatif yang bagus tapi pada saat yang sama kita masih belum jelas posisinya,” tutur Joko dalam sarasehan bertajuk “Optimalisasi Pembangunan Daerah melalui Diplomasi Ekonomi Indonesia pada Forum G-20”.

“Indonesia is a big boy at the crossroads. Reformasi membawa kita pada persimpangan. Namun, pada aspek ekonomi, kita lebih menekankan pada scale dibandingkan effective power. Ini lebih memuat aspek politik dibandingkan kinerja ekonomi,” tambahnya. Airlangga Pribadi Kusman, Ph.D., dalam forum yang sama, mengatakan ada sejumlah fenomena di Indonesia yang mendorong kalangan intelektual melakukan intervensi kebijakan terhadap pemerintah. Mengutip laporan Bank Dunia, problem ketimpangan di Indonesia menunjukkan harta separuh penduduk Indonesia setara dengan satu persen kelompok masyarakat.

Namun, pengajar Departemen Ilmu Politik FISIP memaparkan sejumlah persoalan akademis yang dihadapi kaum intelektual. “Produksi karya ilmiah peneliti Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara-negara ASEAN. Publikasi internasional oleh peneliti Indonesia berada di peringkat 61 di bawah Malaysia, Singapura, dan Thailand,” terang doktor lulusan Universitas Murdoch, Australia.

Selain akademisi, sarasehan tersebut juga dihadiri oleh kalangan pemerintahan. Kepala Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Aparatur Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota Pemkot Surabaya Wawan Windarto menyampaikan, pembangunan ruang-ruang publik adalah sebuah upaya Kota Pahlawan mensejajarkan diri dengan negara-negara anggota G-20.

“Pemkot Surabaya senantiasa membuat ruang terbuka untuk publik, misalnya dengan membuat taman aktif sebagai tempat masyarakat untuk berinteraksi dan bersosialisasi,” tutur Windarto.

(8)

Direktur Pembangunan, Ekonomi, dan Lingkungan Hidup Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia Muhsin Syihab mengapresiasi pelaksanaan sarasehan yang diselenggarakan oleh lembaganya dan UNAIR.

Menurut Syihab, gagasan-gagasan yang disampaikan dalam sarasehan ini banyak memberi masukan konstruktif kepada Kemenlu RI.

“Analisis dari kelompok akademisi mengenai kekuatan dan kekurangan forum G-20 akan dijadikan sebagai rujukan untuk memanfaatkan peran Indonesia secara maksimal. Harapannya, kehadiran kami dapat menjadi stimulan dan inspirasi bagi mahasiswa FISIP UNAIR untuk membaca dan melakukan riset terkait G-20 dan relevansinya terhadap pembangunan di Indonesia,” pinta Syihab kepada sivitas akademika yang hadir di Aula Soetandyo FISIP UNAIR.

Penulis: Defrina Sukma S

Indonesia

Harus

Menjadi

Negara yang Mandiri

UNAIR NEWS – Koordinator protokol Pusat Informasi dan Humas

Universitas Airlangga, Aditya Gita Rohmatulloh, memaknai kemerdekaan secara luas. Namun baginya, memasuki usia kemerdekaan ke-72 tahun ini, yang tidak boleh hilang dalam memaknai kemerdekaan adalah rasa cinta tanah air sebagai warga negara Indonesia.

Karyawan UNAIR yang biasa bertugas mendampingi pimpinan ini menuturkan, tantangan utama yang dihadapi bangsa Indonesia dalam mengisi kemerdekaan adalah kurangnya kesadaran akan

(9)

pentingnya persatuan dan kesatuan untar bangsa.

“Media sosial yang membuat semua orang gampang berkomentar dan menghakimi tanpa berpikir panjang. Berbagai masalah yang ditimbulkan oleh pejabat publik yang membuat rakyat semakin tidak percaya, serta mementingkan suku, golongan, agama di atas kepentingan nasional,” ucap Komandan Unit Kegiatan Mahasiswa Resimen Mahasiswa (UKM Menwa) UNAIR tahun 2012 ini. Maka dari itu, menurutnya generasi penerus harus siap memberikan solusi yang tepat untuk kemajuan bangsa Indonesia. Di usia kemerdekaan ke-72 tahun ini, Adit memiliki harapan agar Indonesia dapat berdiri menjadi negara yang mandiri dan berdiri di atas kaki sendiri.

“Bangsa ini harus bisa berdiri diatas kaki sendiri. Indonesia bisa jadi tuan rumah di negara sendiri. Miris ketika harus melihat barang-barang impor. Seolah-olah kita belum merdeka di negara sendiri,” ucapnya.

Untuk itu, UNAIR sebagai institusi pendidik diharapkan dapat mencetak generasi penerus pembangunan bangsa yang dapat membawa Indonesia menjadi negara yang mandiri.

“UNAIR harus bisa menghasilkan generasi penerus bangsa yang mempunyai sikap nasionalisme tinggi dan membangun Indonesia agar dapat bersaing di dunia international untuk kemajuan bersama,” ujar alumnus Fakultas Perikanan dan Kelautan UNAIR itu.

Untuk mengisi kemerdekaan, sebagai karyawan yang ikut membangun kemajuan pendidikan universitas, ia ingin untuk ikut berperan dalama menjaga keutuhan NKRI dan menjunjung tinggi nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika. Peran yang bisa dilakukan untuk memperbaiki Indonesia adalah ikut berperan dalam menjaga keutuhan NKRI dan menjunjung tinggi nilai nilai Bhinneka Tunggal Ika.

(10)

“Tanamkan nilai toleransi, keadilan, gotong royong dalam kegiatan sehari-hari. Bisa dicontohkan dengan hidup rukun dengan tetangga yang berbeda suku, agama, ras, dan antar golongan. Hal tersebut dapat menanamkan rasa persatuan dan ksatuan bangsa,” tutupnya. (*)

Penulis: Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S

Besok Senin, UNAIR dan

Australia Langsungkan Diskusi

Kemaritiman

UNAIR NEWS – The Perth USAsia Centre dan Universitas Airlangga

mengundang sivitas akademika untuk hadir dalam diskusi panel yang membahas tentang peluang dan tantangan bidang maritim yang dihadapi Indonesia dan Australia.

Diskusi panel bertema “The Blue Zone: Environment, Security and Resources in the Indo-Pacific Maritime Realm” akan diselenggarakan di Aula Garuda Mukti, Kantor Manajemen Kampus C UNAIR, Senin (22/5). Diskusi tersebut dihadiri empat panelis yang merupakan pakar di bidangnya.

Keempat panelis tersebut adalah Dino Patti Djalal (mantan Duta Besar RI untuk Amerika Serikat), dan Prof. Stephen Smith (mantan Menteri Hubungan Luar Negeri dan Pertahanan Australia).

Selain kedua panelis di atas, ada pula Prof. Erika Techera (pengajar The University of Western Australia Oceans Institute), dan Prof. Sri Subekti Bendryman (pengajar UNAIR

(11)

dan Sekretaris Jenderal Konsorsium Mitra Bahari Jawa Timur) sebagai panelis.

Dalam diskusi panel The Blue Zone tersebut, Rektor UNAIR Prof. Dr. Mochammad Nasih, Duta Besar Australia untuk Indonesia Paul Grigson, serta Menteri Pertambangan dan Minyak Bumi Australia Barat Bill Johnston akan memberikan sambutan.

Acara yang berlangsung pada pukul 14.30 sampai 16.00 tersebut akan dipandu oleh Prof. Gordon Flake sebagai moderator.

Acara diskusi panel ini merupakan bentuk kerjasama

sister-province antara Jawa Timur dan Australia Barat. Selain itu,

diskusi panel ini merupakan bagian dari konferensi tahunan “In The Zone” yang digelar Perth USAsia Centre.

Penulis: Defrina Sukma S

Mahasiswa FH Juarai Ajang

Pemilihan Puteri Indonesia

Jatim 2017

UNAIR NEWS – Fatma Ayu Husnasari, mahasiswa semester tujuh

Fakultas Hukum (FH) Universitas Airlangga berhasil menjuarai ajang pemilihan Puteri Indonesia Jawa Timur (Jatim) tahun 2017. Pemilihan berlangsung Jumat malam (6/1) di Rama Ballroom – Wyndham Hotel (d.h. Pullman), Surabaya.

Berbagai tahapan telah Fatma lewati, mulai dari mengikuti workshop bertajuk Smart, Independence & Creative, melakukan proses pendaftaran, dan dilanjutkan dengan sesi photoshoot. Fatma dan 11 finalis lainnya dari berbagai kota di Jawa Timur, juga mengikuti karantina selama dua hari terhitung sejak Kamis

(12)

– Jumat (5-6/1).

Fatma bercerita, ketika proses karantina, setiap finalis melakukan unjuk bakat dan deep interview yang dinilai oleh dewan juri. Saat unjuk bakat, Fatma menampilkan kebolehannya dalam menabuh drum.

Fatma yang saat ini tengah menyelesaikan skripsi, mengaku tidak ada persiapan khusus sebelum mendaftar PI Jatim. Keikutsertaannya dalam PI Jatim dapat dikatakan secara tiba-tiba. Meski demikian, Fatma merupakan orang yang menyukai tantangan, sehingga ia akan mencoba banyak hal dan membekali dirinya dengan kegiatan positif guna membentuk pribadinya.

“Tidak dapat dilupakan bahwa untuk turut serta dalam kompetisi ini bukan sesuatu yang instan. Ada proses yang harus saya jalani,” ujarnya.

Sebelumnya, di tahun 2014, gadis yang memiliki tinggi badan 173 cm ini pernah menjadi Diajeng Kota Blitar. Ia juga menjadi Duta Lalu Lintas Jawa Timur (Jatim) di tahun yang sama. Pada tahun 2015, ia memperoleh Juara Harapan II Raki Jatim.

Tidak hanya itu, prestasi akademik kerap kali dikantongi Fatma, seperti Juara III National Moot Court Competition Piala Mahkamah Agung 2014, Juara II Mahasiswa Berprestasi FH tahun 2014, dan Juara III Mahasiswa Berprestasi FH tahun 2015. Selain itu, ia sempat menjadi Delegasi Lomba Debat Nasional Padjajaran Law Fair 2015 serta Delegasi pada Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidyatullah Law Fair 2015.

Di FH UNAIR, Fatma tergabung dalam kegiatan mahasiswa Badan Semi Otonom (BSO) Asian Law Studens Association (ALSA) dan Masyarakat Yuris Muda airlangga (MYMA). Ia juga menjadi mentor Pembinaan Baca Al-Qur’an (PBA) tahun 2014 dan 2015. Nilai Indeks Prestasi Semester (IPS) yang diperoleh Fatma pun selalu

cumlaude.

(13)

Seperti Finalis Top Guest majalah AnekaYess tahun 2012 dan Semifinalis Wajah Femina 2016. Ia juga sempat membintangi beberapa iklan, seperti iklan provider Telkomsel.

Sosok inspiratif yang menjadikan Fatma hingga dalam posisi ini adalah sang ibunda. Fatma mengaku, ibunda lah yang membimbing ia sejak kecil. Sosok ibunda juga selalu menemani Fatma ketika mengikuti berbagai ajang perlombaan mulai dari model, mayoret drumband, lomba MTQ, dan lomba-lomba lainnya.

“Saya ditinggal sama bapak sejak TK umur 5 tahun. Ibu saya adalah single fighter. Mendidik kedua anak perempuannya untuk tetap tegar dan mandiri tidaklah mudah. Apa yang saya lakukan ini untuk ibu. Bagi saya ibu nomor satu. Ibu yang membimbing saya dari kecil dan ikut wira-wiri ketika saya ikut lomba maupun kegiatan lainnya,” ungkap Fatma. (*)

Penulis : Pradita Desyanti Editor : Binti Q. Masruroh

Kembangkan Potensi Sumber

Daya Alam Negeri Sendiri

UNAIR NEWS – Dinamika yang ada dalam negeri, salah satunya

dinamika politik, akan menjadi tantangan yang akan dihadapi Indonesia di masa mendatang. Hal tersebut diungkapkan oleh perwakilan dari Ikatan Alumni Universitas Airlangga (IKA UA) Achmad Cholis Hamzah, yang turut serta dalam memberikan pemikirannya untuk masa depan pada diskusi bersama bertajuk Outlook 2017. Acara tersebut dihelat di Hotel Bumi Surabaya pada Kamis, (1/12) malam.

(14)

seharusnya mendapatkan perhatian dan persiapan yang lebih matang, agar bangsa Indonesia bisa memiliki daya saing yang kuat dan tumbuh menjadi negara yang mandiri.

Menurutnya, Indonesia harus mengoptimalkan sumber daya alam yang ada. Sehingga bisa bermanfaat bagi masyarakat. Cholis menganggap bahwa Indonesia sudah mampu untuk menggali potensi – potensi yang ada, hal inilah yang kemudian mampu menjadi sumber kesejahteraan masyarakat.

Dalam kesempatan tersebut, pria yang merupakan alumnus Fakultas Ekonomi dan Bisnis tahun 1973 ini mengungkapkan betapa pentingnya Indonesia dalam memperhatikan perubahan politik di Amerika dan Eropa, agar bisa mengimbangi perkembangan pasar internasional.

“Kita harus memperhatikan geopolitik luar negeri, USA dan Eropa. Agar Indonesia mampu memasuki pagar internasional,” paparnya.

Indonesia memerlukan kesigapan dalam menganalisa pasar dan target target masa depan. Pasalnya, keterlambatan dalam menganalisa akan menyebabkan timbulnya uncertainty atau ketidakpastian.

Di akhir pemaparannya, Cholis juga menambahkan bahwa ia dan IKA UNAIR akan mendiskusikan gagasan – gagasan baru untuk berkontribusi dalam pembentukan rekomendasi kebijakan yang nantinya bisa digunakan oleh pemerintah.(*)

Penulis : Faridah Hari Editor : Dilan Salsabila

(15)

Wabah Flu Burung Hambat

Perekonomian Indonesia

UNAIR NEWS – Selama Indonesia masih belum terbebas dari virus

flu burung, selama itu pula Indonesia akan terkekang dari ekonomi dagang ternak. Pasalnya, sejak memasuki Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), Indonesia belum bisa mengekspor hasil ternak karena belum dinyatakan bebas dari penyebaran virus tersebut.

Hal inilah yang kemudian mendorong Dr. Iswahyudi, drh., M.P untuk menulis disertasi berjudul “Karakterisasi Asam Amino Virus Flu Burung di Pulau Jawa Periode 2012-2015 sebagai Landasan Kebijakan Pengendalian Penyakit Flu Burung di Indonesia”. Disertasi tersebut diuji dan dipertahankan saat sidang terbuka di Ruang Tanjung Adiwinata, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga, Senin, (30/5).

“Penyakit flu burung di Indonesia sejak tahun 2003 sampai sekarang belum selesai, sehingga kami ingin mengetahui karakter virus yang ada di Indonesia itu seperti apa. Sehingga penyakit flu burung itu kedepannya bisa diselesaikan sebagaimana negara lainnya yang sudah bebas dari flu burung,” jelas pria kelahiran Lamongan tersebut.

Sebagaimana yang ia utarakan dalam disertasi miliknya, Iswahyudi mengemukakan bahwa virus flu burung di Indonesia selama ini memang selalu bermutasi. Menurutnya, untuk mengendalikan flu burung, harus ada kebijakan khusus untuk pemutakhiran master seed dalam proses vaksinasi.

“Seharusnya ada standart khusus untuk pemutakhiran master seed ini, agar vaksin yang didapatkan lebih kompatibel di lapangan,” seru Iswahyudi.

Dalam kesempatan tersebut, Iswahyudi berkomentar bahwa kebijakan pemerintah yang menetapkan adanya kompensasi terkait

(16)

pengendalian penyakit pada hewan memang sudah tepat, namun implementasinya masih kurang maksimal. Ia menyarankan agar sebuah kebijakan yang masih berkaitan dengan flu burung, diberikan anggaran yang cukup.

Ia memberikan contoh data, vaksinasi membutuhkan hampir 57 juta dosis untuk setiap tahunnya. Namun, pemerintah hanya mampu menyiapkan 4 hingga 5 juta dosis saja.

“Kenapa pemerintah tidak bisa menyediakan, karena pembagian anggaran masih belum bisa merata. Di satu sisi, ketika penyakit itu sudah meloncat dari hewan ke manusia, akan diselesaikan dengan segera. Sedangkan, kalau penyakit itu masih menjangkiti hewan, maka akan dianggap itu penyakit yang biasa,” jelas Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur tersebut.

Ketika disanggah mengenai dampak flu burung terhadap ekonomi, ia menanggapi bahwa negara Indonesia merupakan gudang ternak unggas. Saat perunggasan Indonesia mulai carut marut oleh wabah flu burung, ada tiga kerugian yang dialami oleh warga dan negara. Pertama, kehilangan proses produksi. Pasalnya, penyakit flu burung memiliki angka kematian seratus persen. “Kalau unggasnya sudah mati, apa yang mau diproduksi,” jelasnya.

Kedua, kerugian akan menimpa sebagian besar masyarakat Indonesia. Pasalnya, sebagian besar mata pencaharian masyarakat Indonesia memiliki latarbelakang sebagi peternak. Sedangkan ketiga, sumber daya alam Indonesia tidak akan dimanfaatkan dengan baik, khususnya dalam persaingan perdagangan bebas.

“Kalau saja Indonesia sudah bebas dari flu burung, maka Indonesia menjadi raja telur tingkat dunia, mereka (negara lain,-red) tidak bisa menerima produk kita karena kita belum bebas dari penyakit flu burung,” terangnya.

(17)

Iswahyudi berharap agar Indonesia dapat segera terbebas dari wabah flu burung. Dengan cara mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang sudah diatur, yaitu dengan memenuhi syarat dan ketentuan yang dibutuhkan.

“Untuk itulah alasan kami melakukan penelitian ini, Karena Indonesia belum bebas, dipasar nasional kita juga belum bisa apa-apa,” seru Iswahyudi. (*)

Penulis : Dilan Salsabila Editor : Defrina Sukma S.

Prodi Ilmu Politik Tingkatkan

Kualitas Dosen dan Riset

UNAIR NEWS – Seperti halnya akreditasi yang terlaksana pada

beberapa program studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNAIR, Prodi Ilmu politik melihat perlunya peningkatan kapasitas dalam berbagai hal, khususnya prodi itu sendiri. Sebagaimana elemen penting yang terlibat dalam akreditasi pada beberapa minggu lalu (22/3), mahasiswa, dosen, alumni dan pengguna alumni dinilai sangat strategis dalam mengembangkan prodi.

Prodi yang sebelumnya terakreditasi A oleh BAN-PT tersebut menyakini bahwa peningkatan kapasitas dapat dilakukan melalui beberapa program. Drs. Kris Nugroho MA., selaku ketua prodi menjelaskan, dari aspek tenaga pengajar atau dosen, akan dicanangkan peningkatan ke jenjang doktoral (S3) untuk memperluas ilmu dan kualitas pengajar serta mendorong budaya riset bagi para dosen.

(18)

terjun langsung atau riset ke lapangan untuk meninjau seperti apa fenomena yang sedang terjadi itu akan kami kembangkan,” ujarnya.

Kris juga menambahkan bahwa pengembangan riset nantinya akan dilakukan kerjasama dengan lembaga ataupun institusi terkait yang fokus pada bidang yang sama. Hal tersebut dilakukan tidak lain untuk mendapatkan info terkini seputar perkembangan isu kontermporer.

“Dosen berbasis riset sangat penting bagi kami, agar ilmu yang diberikan bukan sekedar text-book lagi,” tambahnya.

Tidak hanya itu, Kaprodi Ilmu Politik tersebut juga menginginkan keikutsertaan dosen dalam seminar profesi keilmuan, baik domestik maupun internasional. Aktif dalam studi pengembangan, dalam Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI). Publikasi jurnal juga tidak kalah penting, akreditasi jurnal akan dan terus menerus ditingkatkan konten dan isinya. Hal ini tentu saja mendorong setiap dosen untuk mampu bersikap professional. (*)

Penulis: Ahalla Tsauro Editor: Nuri Hermawan

Referensi

Dokumen terkait

Penciptaan fotografi kuliner ini menggunakan metode eksplorasi dan improvisasi, dengan mengambil data berbagai jenis makanan khas yang tersebar di 5 kabupaten

Mereka hanya mengetahui bahwa si Bungsu sudah mati ditebas Saburo dan anak buahnya sekitar dua tahun yang lalu!. Apakah si Bungsu menyangka bahwa kebocoran rahasia

'omponen utama pada bagian ini adalah aksial "low compressor, ber"ungsi untuk mengkompresikan udara yang berasal dari inlet air section hingga  bertekanan

Menentukan kondisi operasi yang optimal (daya microwave , lama waktu ekstraksi, dan rasio antara bahan baku yang akan diekstrak dengan pelarut yang digunakan) dari

Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan larutan berpengaruh terhadap lama masa simpan buah mangga, masa simpan tersingkat ditunjukkan oleh sampel tanpa

mendayagunakan zakat secara produktif sebagai pemberian modal usaha yang tujuannya adalah supaya zakat tersebut dapat berkembang. Zakat didayagunakan dalam rangka

Jika pendapat ulama’ LDII tentang poligami tanpa meminta persetujuan dari isteri pertama di kaikan dengan peraturan undang- undang, maka sangatlah bertentangan,

lain pada bauran promosi yang mempengaruhi keputusan pembelian selain periklanan, promosi penjualan dan hubungan masyarakat dalam menggunakan Traveloka. 2)