• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI TERHADAP PENGEMBANGAN SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN SOPPENG TAHUN SKRIPSI. Oleh SURYANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS STRUKTUR EKONOMI TERHADAP PENGEMBANGAN SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN SOPPENG TAHUN SKRIPSI. Oleh SURYANI"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh

SURYANI

105710207014

JURUSAN ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2018

(2)
(3)

iv

saudara, sahabat dan rekan-rekan seangkatan yang telah membantu dan

memberikan saran untuk kelancaran dalam penulisan skripsi ini.

MOTTO HIDUP

(4)
(5)
(6)
(7)

viii

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti di berikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai manakala penulisan skipsi yang berjudul “Analisis Stukrur Ekonomi Terhadap Pengembangan Sektor Unggulan di Kabupaten Soppeng Tahun 2012-2016”.

Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua penulis bapak Takdir Asy’ari dan ibu Misem Rahayu yang senantiasa memberi harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tanpa pamrih. Dan saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis menjadi ibadah dan cahaya penerangan kehidupan di dunia dan akhirat.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada:

(8)

ix

1. Bapak Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE.,MM., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu, Hj. Naidah Rusidy SE., M.Si., selaku Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak H.Sultan Sarda,SE,MM, selaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi selesai dengan baik.

5. Bapak Ismail Rasulong,SE,MM., selaku Pembimbing II yang telah berkenan membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.

6. Bapak/Ibu dan aisten dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.

7. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah.

8. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Sudi Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Angkatan 2014 yang selalu belajar bersama yang tidak sedikit bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi penulis. 9. Terima kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu

yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi, dan dukungannya sehingga penulis dapat merampungkan penulisan Skripsi ini.

Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para

(9)

pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritikannya demi kesempurnaan Skirpsi ini.

Mudah-mudahan Skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak utamanya kepada Alamamater Kampus Biru Universitas Muhammadiyah Makassar.

Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Makassar, 5 September 2018

(10)

xi

Unggulan di Kabupaten Soppeng Tahun 2012-2016, Skripsi Program Studi Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh pembimbing I H. Sultan Sarda, pembimbing II Ismail Rasulong.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pergeseran struktur ekonomi dan mengetahui sektor unggulan di Kabupaten Soppeng Tahun 2012-2016. Jenis penelitian yang di gunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Data yang diolah adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Soppeng dan Provinsi Sulawesi Selatan atas dasar harga konstan 2010 pada tahun 2012-2016 di semua sektor. Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui pergeseran struktur dan sektor unggulan yaitu Analisis Location Quotient (LQ), Analisis Shift Share (SS) dan analisis Tipologi Klassen. Hasil analisis Location Quotient (LQ) menunjukkan sektor pertanian,perikanan, dan kehutanan; sektor pengadaan listrik dan gas; konstruksi; perdagangan besar dan eceran; penyediaan akomodasi dan makan minum; real estate; administrasi pemerintahan,pertahanan dan jamsosi wajib; jasa pendidikan dan jasa kesehatan dan kegiatan social merupakan sektor unggulan di Kabupaten Soppeng. Hasil analisis Shift Share menunjukkan bahwa sektor yang mengalami pergeseran yaitu sektor pengadaan listrik, perdagangan besar dan eceran, real estate dan jasa kesehatan dengan PB>0. Sedangkan analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa sektor maju dan tumbuh cepat yaitu sektor Penyediaan akomodasi; real estate dan jasa pendidikan.

(11)

xii

Development Study Program, Faculty of Economics and Business, Muhammadiyah University of Makassar. Supervised by advisor I H. Sultan Sarda, counselor II Ismail Rasulong.

This study aims to find out the shift in the economic structure and find out the leading sectors in Soppeng Regency in 2012-2016. The type of research used is qualitative descriptive research. The data processed is the data of Soppeng Regency's Gross Regional Domestic Product (PDRB) and South Sulawesi Province at the 2010 constant prices in 2012-2016 in all sectors. Data analysis techniques were used to determine the shift in the structure and superior sectors, namely Location Quotient (LQ) Analysis, Shift Share Analysis (SS) and Klassen Typology analysis. Location Quotient (LQ) analysis results show the agriculture, fisheries and forestry sectors; electricity and gas procurement sector; construction; large and retail trade; provision of accommodation and eating drinks; real estate; government administration, defense and compulsory social security; education and health services and social activities are the leading sectors in Soppeng Regency. The results of the Shift Share analysis show that the sector experiencing a shift is the electricity supply sector, large and retail trade, real estate and health services with PB> 0. While the Klassen Typology analysis shows that the advanced and fast-growing sectors are the provision of accommodation; real estate and education services.

(12)

xiii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...iV

HALAMAN PERSETUJUAN ...v

HALAMAN PENGESAHAN ...vi

HALAMAN PERNYATAAN ...vii

KATA PENGANTAR ...viii

ABSTRAK BAHASA INDONESIA...xi

ABSTRACT...xii

DAFTAR ISI...xiii

DAFTAR TABEL ...xvi

DAFTAR GAMBAR...xviii

DAFTAR LAMPIRAN ...xix

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar belakang...1

B. Rumusan Masalah...7

C. Tujuan penelitian ...7

D. Manfaat Penelitian...7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...8

A. Struktur Ekonomi ...8

B. Teori Basis Ekonomi...10

C. Teori Pertumbuhan Ekonomi ...11

1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi...11

2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Joseph Schumpeter...12

(13)

4. Pertumbuhan Ekonomi Klasik ...14

5. Model Pertumbuhan Harrot-Domar ...14

6. Faktor-Faktor Penentu Pertumbuhan Ekonomi ...15

7. Pembangunan Ekonomi ...15

D. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) ...17

E. Penelitian Terdahulu...18

F. Kerangka fikir...22

BAB III METODE PENELITIAN ...24

A. Jenis Penelitian...24

B. Lokasi Penelitian...24

C. Jenis dan Sumber Data ...25

D. Metode Analisis Data...25

1. Analisis Deskriptif ...25

2. Analisis Location Quotient (LQ) ...26

3. Analisis Shift Share (SS) ...27

4. Tipologi Klassen ...34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...35

A. Hasil ...35

1. Gambaran umum lokasi penelitian ...35

2. Pertumbuhan PDRB ...37

3. Struktur Ekonomi ...38

4. Analisis Shift Share ...40

5. Analisis Loqation quotient...47

6. Analisis Tipologi Klassen...49

(14)

BAB V PENUTUP ...74

A. Kesimpulan...74

B. Saran ...74

DAFTAR PUSTAKA ...76

(15)

xvi

Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Menurut 5

Lapangan Usaha Kabupaten Soppeng Atas

Dasar Harga Konstan 2012 Tahun 2012 - 2016 (persen)

Tabel 3.2 Posisi relatif suatu sektor berdasarkan pendekatan 33 Pertumbuhan Proporsional (PP) dan Pertumbuhan

Pangsa Wilayah (PPW)

Tabel 3.3 Klasifikasi Tipologi Klassen Pendekatan Sektoral/Daerah 34

Tabel 4.1 Luas dan Jumlah Penduduk setiap Kecamatan Kabupaten 36 Soppeng

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio 37 Jenis Kelamin Menurut Kecamatan di Kabupaten Soppeng,

2016

Tabel 4.3 Pertumbuhan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) 38 Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan

2010 Kabupaten Soppeng Tahun 2012-2016

Tabel 4.4 Produk Domestic Regional Bruto (PDRB) Menurut 39 Lapangan Usaha Kabuapten Soppeng Atas Dasar

Harga Konstan 2010 Tahun 2012-2016 (jutaan rupiah)

Tabel 4.5 PDRB dan Rasio PDRB Kabupaten Soppeng Menurut 41 Lapangan Usaha AtasDasar Harga Konstan Tahun 2012

dan 2016

Tabel 4.6 Komponen Perubahan PDRB Kabupaten Soppeng 42 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012 dan 2016

Tabel 4.7 Perubahan Dan Persentase Perubahan PDRB Kabupaten 43 Soppeng Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012 Dan 2016

Tabel 4.8 Komponen Perubahan dan Kenaikan aktual PDRB 45 Kabupaten Soppeng Menurut Lapangan Usaha Atas

(16)

Tabel 4.9 Analisis Kuadran Pertumbuhan Proporsional (PP) 46 Dan Pertumbuhan Daya Saing Wilayah (PPW)

Tabel 4.10 Indeks Location Quotient Kabupaten Soppeng per 48 Sektor Ekonomi Tahun 2012-2016

Tabel 4.11 Hasil Analisis Tipologi Klassen Tahun 2012-2016 50

Tabel 4.12 Pemetaan Sektor Ekonomi Kabupaten Soppeng 52 Berdasarkan Pendekatan Analisis Shift Share,

(17)

xviii

(18)

xix

2. Data PDRB Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2012-2016 79 Berdasarkan Harga Konstan 2010 (miliar Rupiah)

3. Luas dan Jumlah Penduduk setiap Kecamatan 80 Kabupaten Soppeng

4. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio 80 Jenis Kelamin Menurut Kecamatan di Kabupaten Soppeng,

2016

5. Pertumbuhan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) 80 Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2010

Kabupaten Soppeng Tahun 2012-2016

6. PDRB dan Rasio PDRB Kabupaten Soppeng Menurut 81 Lapangan Usaha AtasDasar Harga Konstan Tahun 2012

dan 2016

7. Komponen Perubahan PDRB Kabupaten Soppeng 82 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012 dan 2016

8. Perubahan Dan Persentase Perubahan PDRB 83 Kabupaten Soppeng Menurut Lapangan Usaha

Tahun 2012 Dan 2016 (Jutaan Rupiah)

9. Komponen Perubahan dan Kenaikan aktual PDRB Kabupaten 84 Soppeng Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan

Tahun 2012-2016

10. Analisis Kuadran Pertumbuhan Proporsional (PP) Dan 85 Pertumbuhan Daya Saing Wilayah (PPW)

11. Perhitungan Location Quotient per Sektor Ekonomi 85 Kabupaten Bone 2006-2010

12. Indeks Location Quotient Kabupaten Soppeng per 88 Sektor Ekonomi Tahun 2012-2016

(19)

13. Hasil Analisis Tipologi Klassen Tahun 2012-2016 89 14. Analisis Tipologi Klassen Kabupaten Soppeng Tahun 2012-2016 90

15.Pemetaan Sektor Ekonomi Kabupaten Soppeng 91 Berdasarkan Pendekatan Analisis Shift Share, Location

(20)

1 I. Latar Belakang

Pembangunan di negara-negara berkembang pada umumnya termasuk di Indonesia masih memunculkan adanya dualisme yang mengakibatkan adanya gap atau kesenjangan antara daerah yang satu dengan daerah lainnya, antara kota dan desa, maupun antara dua kawasan pembangunan Indonesia yakni Kawasan Barat dengan Kawasan Timur Indonesia. Soeparmoko (2002).

Salah satu upaya untuk menjabarkan kebijaksanaan pembangunan ekonomi di tingkat daerah, maka diperlukan suatu kawasan andalan yang berorientasi untuk mengembangkan potensi daerah.

Keberhasilan pelaksanaan pembangunan ekonomi adalah jika pembangunan tersebut dilaksanakan sejalan dan sesuai dengan potensi yang dimiliki. Artinya pembangunan dilaksanakan terutama dengan berbasiskan pada apa yang dimiliki sendiri sehingga bagian terbesar dari hasil-hasil pembangunan juga kembali ke daerahnya sendiri.

Masalah pokok dalam pembangunan daerah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan, dan sumber daya fisik secara lokal (daerah). Orientasi ini mengarahkan kepada pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi.

(21)

Pembangunan ekonomi merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumber daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan kinerja daerah dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya - sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut Arsyad (2010).

Pertumbuhan ekonomi merupakan tolak ukur perekonomian suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi utama atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan. Pada pembangunan ekonomi di daerah, tujuan pembangunan itu sendiri tidak jauh berbeda dengan tujuan pembangunan nasional. Akan tetapi, proses pembangunan di daerah jauh lebih spesifik.

Tolak ukur tingkat kesejahteraan daerah, salah satunya dapat dilihat dari aspek ekonominya dapat diukur dengan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). Peningkatkan pendapatan daerah terjadi dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang positif. Pembangunan ekonomi tidak lepas dari pertumbuhan ekonomi, dengan adanya pembangunan ekonomi maka dapat mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi begitu juga sebaliknya. Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang dilaksanakan melalui

(22)

efektivitas dan efisiensi pembangunan ekonomi, maka pelaksanaan pembangunan ekonomi perlu diarahkan pada sektor-sektor yang mampu memberikan multiplier effect yang besar terhadap sektor-sektor lainnya dan perekonomian secara keseluruhan. Kabupaten Soppeng sebagai salah satu bagian dari provinsi Sulawesi Selatan, pembangunan daerahnya juga ditekankan pada pembangunan sektor yang mempunyai kontribusi besar dalam menyusun perubahan domestik regional bruto. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Soppeng menyumbang 17 sektor yaitu: Pertanian,kehutanan, perikanan; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; pengadaan listrik, gas; pengadaan air; konstruksi; perdagangan besar dan eceran, reparasi modil dan sepeda motor; transportasi dan pergudangan; penyediaan akomodasi dan makan minum; informasi dan komunikasi; jasa keuangan; real estate; administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib; jasa pendidikan; jasa kesehatan dan kegiatan sosial; jasa lainnya.

Upaya pengembangan potensi di bidang ekonomi Kabupaten Soppeng maka pemerintah daerah menyusun berbagai langkah strategis, kebijakan dan upaya untuk lebih meningkatkan perekonomian daerahnya melalui analisis pertumbuhan ekonomi (PDRB) dengan pendekatan basis ekonomi, untuk mengidentifikasi sektor-sektor mana yang paling unggul dan strategis untuk dikembangkan dan menjadi pusat-pusat perekonomian wilayah. Kawasan-kawasan yang strategis dan cepat tumbuh ini dapat berupa kawasan yang sudah menunjukkan tanda-tanda aglomerasi, seperti sentra-sentra produksi pertanian tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan industri. Kawasan cepat tumbuh juga dapat

(23)

berupa kawasan yang sengaja di bangun untuk memanfaatkan potensi sumber daya alam yang belum di olah. Kawasan-kawasan ini perlu dikenali dan selanjutnya di timbulkan dengan berbagai upaya pengembangan kegiatan ekonomi sehingga dapat diketahui sejauh mana Kabupaten Soppeng saling berkaitan satu sama lain dalam pertumbuhan ekonominya.

Kabupaten Soppeng merupakan salah satu bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan, secara administratif dibagi menjadi 8 kecamatan, yang mempunyai potensi wilayah, kondisi geografis maupun potensi khas lain yang berbeda dengan Kabupaten lainnya. Oleh karena itu penyusunan kebijakan pembangunan daerah tidak dapat serta merta mengadopsi kebijakan nasional, Provinsi maupun daerah lain yang maju. Kebijakan yang diambil harus sesuai dengan masalah, kebutuhan dan potensi daerah. Agar dapat memetakan keadaan perekonomian Kabupaten Soppeng. Kabupaten Soppeng yang diperhadapkan dengan adanya pembangunan ekonomi. Keberhasilan suatu pembangunan di daerah dapat dilihat dari berbagai aspek, terutama dapat dilihat dari pertumbuhan dan struktur perekonomian pada daerah tersebut, serta kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya baik primer maupun sekunder.

(24)

Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Soppeng Atas Dasar Harga Konstan 2010 Tahun 2012 - 2016 (jutaan rupiah)

Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015 * 2016 ** Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,291,905.6 1,329,292.9 1,429,530.1 1,450,643.7 1,617,206.5 Pertambangan dan Penggalian 129,061 138,273.8 151,299.2 158,534.5 175,714.5 Industri Pengolahan 379,561.4 444,348.7 496,639.8 529,141.1 564,498.3 Pengadaan Listrik, Gas 5,436.1 5,871.2 6,196.4 6,688.8 7,244.9

Pengadaan Air 2,807.3 3,031.1 3,063.5 3,079.4 3,155.1

Konstruksi 540.015.7 597,977.9 610,299.8 644,797.6 670,755.9 Perdagangan Besar dan Eceran, dan

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 589,745.1 627,616.2 670,911.2 718,737.9 788,531.9 Transportasi dan Pergudangan 116,983.5 126,452.9 138,291.2 150,806.4 165,273.7 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 65,294.3 69,934.5 76,102.1 80,319.1 86,675.1 Informasi dan Komunikasi 139,875.2 163,680.1 164,739.4 181,925.9 201,083.8 Jasa Keuangan 123,326.8 131,455.5 143,883.5 151,983.5 169,524.7 Real Estate 203,527.6 224,420.0 252,751.5 272,687.5 280,586.9 Jasa Perusahaan 8,681.2 10,194.8 10,692.1 11,316.4 12,291.8 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib 315,328.1 322,637.3 333,130.2 349,333.8 351,264.3 Jasa Pendidikan 240,753.9 260,258.1 274,026.4 289,837.3 317,755.9 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 76,900.1 80,318.9 87,095.2 95,081.4 103,499.8 Jasa lainnya 30,347.7 31,774.4 33,543.3 36,103.4 38,990.8 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 4,259,550.6 4,567,538.5 4,882,194.7 5,131,018.2 5,554,053.8

Sumber :BPS Kabupaten Soppeng

Tabel 1.1 menunjukkan Produk Domestik Regional Bruto menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2012-2016, pada masing-masing sektor ekonomi di Kabupaten Soppeng dari tahun ke tahun mengalami perubahan pada struktur ekonominya, dimana perubahan struktur ekonomi ini juga di tandai dengan terjadinya peningkatan nilai PDRB pada sektor-sektor ekonomi selama 5 tahun terakhir. sektor pertanian, kehutanan dan perikanan merupakan sektor yang menjadi andalan terbesar di Kabupaten Soppeng. Hal ini ditandai sumbangannya terhadap PDRB Kabupaten Soppeng yakni pada tahun 2012 sebesar 1,291,905.6 juta dan setiap tahun meningkat pada tahun 2016 sebesar 1,329,292.9, paling tinggi dibanding dengan sektor lain. Hal ini mengindikasikan bahwa peranan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sangat besar terhadap struktur ekonomi

(25)

Kabupaten Soppeng sedangkan sektor pengadaan air pada tahun 2016 memberikan sumbangan terkecil yakni 3,155.1

Pengembangan wilayah diartikan sebagai semua upaya yang dilakukan untuk menciptakan pertumbuhan wilayah yang ditandai dengan pemerataan pembangunan dalam semua sektor dan pada seluruh bagian wilayah. Pertumbuhan ekonomi dapat terjadi secara serentak pada semua tempat dan semua sektor perekonomian, tetapi hanya pada titik-titik tertentu dan pada sektor-sektor tertentu pula. Wilayah yang memiliki potensi berkembang lebih besar akan berkembang lebih pesat, kemudian pengembangan wilayah tersebut akan merangsang wilayah sekitarnya. Bagi sektor yang memiliki potensi berkembang lebih besar cenderung dikembangkan lebih awal yang kemudian diikuti oleh perkembangan sektor lain yang kurang potensial.

Kabupaten Soppeng masih terdapat kesenjangan informasi (Gap Information) tentang potensi yang bisa digali dan dikembangkan untuk menunjang pembangunan ekonomi Kabupaten Soppeng, sehingga analisis pola pertumbuhan ekonomi dan sektor potensial Kabupaten Soppeng perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Soppeng masa mendatang. Disamping itu Kabupaten Soppeng juga belum mampu memanfaatkan otonomi yang diberikan untuk mendorong stabilnya pertumbuhan ekonomi. Bertitik tolak dari hal tesebut diatas maka peneliti tertarik untuk mengkaji :“Analisis Struktur Ekonomi Terhadap Pengembangan Sektor Unggulan Di Kabupaten Soppeng Tahun 2012-2016”.

(26)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat di rumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perubahan dan pergeseran struktur ekonomi Kabupaten Soppeng Tahun 2012-2016?

2. Sektor ekonomi apakah yang menjadi sektor unggulan di Kabupaten Soppeng Tahun 2012-2016?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian pada rumusan masalah di atas tujuan penelitian adalah: 1. Untuk mengetahui perubahan dan pergeseran struktur ekonomi

Kabupaten Soppeng Tahun 2012-2016.

2. Untuk mengetahui sektor unggulan di Kabupaten Soppeng Tahun 2012-2016.

D. Manfaat Penelitian

Dengan harapan tujuan penelitian tercapai, maka selanjutnya penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. secara teoritis, kontribusi penelitian ini terhadap pengembangan ilmu (teori) khususnya dalam literatur ekonomi regional terkait dengan struktur ekonomi, sektor unggulan dan pengembangan sektor unggulan.

2. Secara praktis, sebagai masukan bagi pengambil kebijakan (pemerintah) yang berhubungan dengan pembangunan Kabupaten Soppeng dalam rangka mempersiapkan program pembangunan selanjutnya guna mendorong pertumbuhan ekonomi.

(27)

8

Struktur ekonomi merupakan komposisi atau susunan sektor-sektor ekonomi dalam suatu perekonomian. Sektor yang dominan atau yang diandalkan mempunyai kedudukan paling atas dalam struktur tersebut dan menjadi sumber mata pencaharian sebagian terbesar penduduk serta menjadi penyerap tenaga kerja yang terbesar dan menjadi ciri khas dari suatu perekonomian. Sektor ekonomi yang dominan atau handal dapat juga berarti sektor yang memberikan sumbangan terbesar terhadap produk nasional dengan laju pertumbuhan yang tinggi, yang menjadi ciri khas dari suatu perekonomian. Dikenal dengan 2 macam struktur ekonomi di Indonesia, yaitu :

1. Struktur Agraris ialah struktur ekonomi yang didominasi oleh sektor pertanian. Pada umumnya berada pada negara-negara berkembang (developing countries) termasuk Indonesia juga disebut Negara agraris & Negara-negara yang belum termasuk negara berkembang (under developed countries) yang pertaniannya masih sangat tradisional yaitu dikategorikan dengan negara agraris tradisional.

2. Struktur Industri, dimana struktur ekonomi didominasi oleh sektor industri. Sebagian terbesar produk domestik disumbangkan dan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggal disumbangkan oleh sektor industri.

Dalam Ai Siti (2016) mengatakan transformasi struktural merupakan prasyarat dari peningkatan dan kesinambungan pertumbuhan dan

(28)

penanggulangan kemiskinan, sekaligus pendukung bagi keberlanjutan pembangunan. transformasi struktur ekonomi di tandai dengan beralihnya konsentrasi ekonomi dari yang semula bertumpu pada sektor pertanian beralih pada sektor industri. Semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun, semakin tinggi pula peningkatan pendapatan masyarakat per kapita, dan semakin cepat perubahan struktur ekonomi dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu lain, seperti tenaga kerja, bahan baku, dan teknologi mendukung tersebut.

Hasani (2010) Transformasi struktural merupakan proses perubahan struktur perekonomian dari sektor primer ke sektor sekunder. Todaro (2008) mengungkapkan bahwa tingkat perubahan struktural dan sektoral yang tinggi, berkaitan dengan proses pertumbuhan ekonomi. Beberapa komponen utama perubahan struktural tersebut mencakup pergeseran yang berangsur-angsur dari aktifitas pertanian ke sektor non petanian dan dari sektor industri ke jasa.

Dalam teorinya, Arthur Lewis (dalam Ai Siti, 2016) mengasumsikan bahwa perekonomian suatu negara pada dasarnya terbagi menjadi dua, yaitu perekonomian tradisonal di pedesaan yang didominasi sektor pertanian, dan perekonomian modern di perkotaan dengan industri sebagai sektor utama. Di pedesaan, pertumbuhan penduduknya tinggi sehingga terjadi kelebihan supply tenaga kerja. Akibat over supply tenaga kerja, tingkat upah menjadi sangat rendah. Sebaliknya di perkotaan sektor industri mengalami kekurangan tenaga kerja. Hal ini menarik banyak terjadi proses migrasi dan urbanisasi.

(29)

Teori Chenery (dalam Hal Hill, 2001) Faktor – faktor penyebab transisi ekonomi yaitu:

1. Kondisi dan struktur awal ekonomi awal dalam negeri 2. Besarnya pasar dalam negeri

3. Pola distribusi pendapatan 4. Karakteristik industrialisasi

5. Kebijakan perdagangan luar negeri

B. Teori Basis Ekonomi

Dalam buku (Tarigan. 2005) Teori basis ekonomi adalah laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah di tentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Kegiatan ekonomi di kelompokkan atas kegiatan basis dan kegiatan non basis.

Menurut Saharuddin (2005), Teori basis ekonomi terdapat dua sektor kegiatan, yaitu sektor basis ekonomi dan sektor nonbasis ekonomi. Sektor basis merupakan sektor yang memiliki potensi besar dalam menentukan pembangunan menyeluruh di daerah, sedangkan sektor non basis merupakan sektor penunjang dalam pembangunan menyeluruh tersebut. Kegiatan basis merupakan kegiatan yang berorientasi ekspor barang dan jasa ke luar batas wilayah perekonomian yang bersangkutan karena sektor ini telah mencukupi kebutuhan di dalam wilayah tersebut. Kegiatan non basis adalah kegiatan menyediakan barang dan jasa yang di butuhkan oleh masyarakat yang berada di dalam batas wilayah perekonomian yang bersangkutan tanpa melakukan ekspor keluar wilayah karena kemampuan sektor tersebut untuk mencukupi kebutuhan lokal masih terbatas. Luas lingkup produksi dan pemasarannya bersifat lokal.

(30)

Kriteria sektor unggulan akan sangat bervariasi. Hal ini didasarkan atas seberapa besar peranan sektor tersebut dalam perekonomian daerah, diantaranya:

1. sektor unggulan tersebut memiliki laju tumbuh yang tinggi

2. sektor tersebut memiliki angka penyerapan tenaga kerja yang relative besar

3. sektor tersebut memiliki keterkaitan antar sektor yang tinggi baik kedapan maupun kebelakang

4. dapat juga di artikan sebagai sektor yang mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi (Sambodo dalam Usya, 2006).

C. Teori Pertumbuhan Ekonomi

1. Pengertian pertumbuhan ekonomi

Saerofi (2005) menyatakan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolak ukur adanya pembangunan ekonomi di suatu daerah. Menurut Hartini (2012) pertumbuhan ekonomi juga dapat diartikan sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila jumlah balas jasa riil terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar dari pada tahun sebelumnya. Berkelanjutan pertumbuhan ekonomi harus mengarah standar hidup yang lebih tinggi, nyata kerja meningkat.

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses peningkatan kapasitas produksi dari perekonomian secara komprehensif dan terus menerus atau berkesinambungan sepanjang waktu, sehingga menghasilkan

(31)

tingkat pendapatan nasional yang semakin lama semakin besar (Todaro, 2000).

Widodo (2006), Pertumbuhan ekonomi sering dijadikan indikator utama karena memberikan implikasi pada kinerja perekonomian makro yang lain. Pertumbuhan ekonomi merefleksikan perkembangan aktivitas perekonomian suatu daerah. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu daerah menunjukkan semakin berkembangnya aktivitas perekonomian baik aktivitas produksi, konsumsi, investasi maupun perdagangan di daerah tersebut yang kemudian berdampak pada penyerapan tenaga kerja.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan dalam kegiatan ekonomi yang ditandai dengan kenaikan output barang dan jasa sehingga berakibat pada kenaikan pendapatan perkapita.

2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Joseph Schumpeter

Menurut Joseph Schumpeter (dalam Sadono Sukirno, 2013) menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Dalam teorinya di tunjukkan bahwa para pengusaha merupakan golongan yang akan terus menerus membuat pembaharuan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi.

Di dalam mengemukakan teori pertumbuhannya Schumpeter memulai analisisnya dengan memisalkan bahwa perekonomian sedang dalam keadaan tidak berkembang. Tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama. Pada waktu keadaan tersebut berlaku, segolongan pengusaha menyadari tentang berbagai kemungkinan untuk mengadakan inovasi yang menguntungkan.

(32)

Didorong oleh keinginan mendapatkan keuntungan dari mengadakan pembaharuan tersebut, mereka akan meminjam modal dan melakukan penanaman modal. Investasi yang baru ini akan meninggikan tingkat kegiatan ekonomi negara. Maka pendapatan masyarakat akan bertambah dan seterusnya konsumsi masyarakat akan bertambah tinggi. Kenaikan tersebut akan mendorong perusahaan - perusahaan lain untuk menghasilkan lebih banyak barang dan melakukan penanaman modal baru. Menurut pandangan Schumpeter makin tinggi tingkat kemajuan ekonomi maka semakin terbatas kemungkinan untuk mengadakan inovasi. Hal inilah yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi menjadi bertambah lambat. Yang pada akhirnya akan tercapai keadaan tidak berkembang. Pada teori ini menekankan pada faktor inovasi entrepreneur sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi kapitalistik.

3. Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

Dalam (Tarigan, 2016) Teori pertumbuhan neoklasik dikembangkan oleh Robert M.Solow dari Amerika Serikat dan T.W.Swan dari Australia. Model Solow-Swan menggunakan unsur pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi, dan besarnya output yang saling berinteraksi.

(Sadono Sukirno, 2013) lebih lanjut, analisis Solow selanjutnya membentuk formula matematik untuk persamaan dan seterusnya membuat pembuktian secara kajian empiris dengan kesimpulan yaitu, faktor terpenting yang mewujudkan pertumbuhan ekonomi bukanlah pertambahan modal dan pertambahan tenaga kerja, yang paling penting adalah kemajuan teknologi dan pertambahan kemahiran dan keparan tenaga kerja.

(33)

4. Pertumbuhan Ekonomi Klasik

Teori pertumbuhan ekonomi menurut Adam Smith dalam bukunya berjudul “An Inquiry into the Nature and Causes of The Wealth of The Nations”, dalam teorinya masyarakat di beri kebebasan seluas-luasnya dalam menentukan kegiatan ekonomi apa yang di rasakan terbaik untuk di lakukan. (Dalam Tarigan, 2016).

Menurut pandangan ahli ekonomi klasik ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu: (Dalam Sadono Sukirno, 2013). 1. Jumlah penduduk

2. Jumlah stok barang modal 3. Luas tanah dan kekayaan 4. Tingkat teknologi

5. Model Pertumbuhan Harrot-Domar

(Dalam Tarigan, 2016).Teori Harrod-Domar merupakan pelengkap dari teori Keynes, dimana Keynes melihatnya dalam jangka pendek (kondisi statis) sedangkan Harrod-Domar melihatnya dalam jangka panjang (kondisi dinamis). Teori Harrod-Domar di dasarkan pada asumsi bahwa perekonomian bersifat tertutup, hasrat menabung adalah konstan, proses produksi memiliki koefisien yang tetap, serta tingkat pertumbuhan angkatan kerja adalah konstan dan sama dengan tingkat pertumbuhan penduduk.

Atas dasar asumsi-asumsi tersebut, Harrod-Domar membuat analisis dan menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap (seluruh kenaikan produksi dapat diserap oleh pasar) hanya bisa tercapai apabila terpenuhi syarat-syarat keseimbangan yaitu: tingkat pertumbuhan output, tingkat pertumbuhan modal, dan tingkat pertumbuhan angkatan kerja.

(34)

6. Faktor-faktor Penentu Pertumbuhan Ekonomi

Dalam buku Sadono Sukirno (2013) faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi yaitu:

a. Tanah dan kekayaan alam

b. Jumlah dan mutu dari penduduk dan tenaga kerja c. Barang-barang modal dan tingkat teknologi d. Sistem sosial dan sikap masyarakat

7. Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut (Arsyad, 2010).

Menurut Kuncoro (2000) pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional, karena pembangunan ekonomi bukan hanya bermakna perubahan dalam strukur ekonomi suatu negara yang diindikasikan oleh menurunnya peranan sektor pertanian dan meningkatnya peran sektor industri. Paradigma pembangunan, selama beberapa dekade terakhir terus mengalami pergeseran dan perubahan-perubahan mendasar. Berbagai pergeseran paradigm akibat adanya distorsi berupa “kesalahan” di dalam menerapkan model-model pembangunan yang ada selama ini adalah sebagai berikut:

1. Pergeseran dari situasi harus memilih antara pertumbuhan, pemerataan dan berkelanjutan sebagai pilihan-pilihan yang tidak saling menenggang

(35)

(trade off) ke keharusan mencapai tujuan pembangunan tersebut secara “berimbang”.

2. Kecenderungan pendekatan ini cenderung melihat pencapaian tujuan - tujuan pembangunan yang diukur secara makro menjadi pendekatan-pendekatan regional dan lokal.

Pembangunan daerah dilaksanakan untuk mencapai tiga tujuan penting, yaitu mencapai pertumbuhan (growth), pemerataan (equity), dan keberlanjutan (sustainability).

1. Pertumbuhan (growth), tujuan yang pertama adalah pertumbuhan ditentukan sampai dimana kelangkaan sumber daya dapat terjadi atas sumber daya manusia, peralatan, dan sumber daya alam dapat dialokasikan secara maksimal dan dimanfaatkan untuk meningkatkan kegiatan produktif.

2. Pemerataan (equity), dalam hal ini mempunyai implikasi dalam pencapaian pada tujuan yang ketiga, sumber daya dapat berkelanjutan maka tidak boleh terfokus hanya pada satu daerah saja sehingga manfaat yang diperoleh dari pertumbuhan dapat dinikmati semua pihak dengan adanya pemerataan.

3. Berkelanjutan (sustainability), sedangkan tujuan berkelanjutan, pembangunan daerah harus memenuhi syarat-syarat bahwa penggunaan sumber daya baik yang ditransaksikan melalui sistem pasar maupun diluar sistem pasar harus tidak melampaui kapasitas kemampuan produksi.

Pembangunan ekonomi daerah pada hakekatnya merupakan bentuk realisasi pembangunan nasional di suatu daerah yang disesuaikan dengan

(36)

kemampuan sumber daya manusia (SDM), sosial, tingkat ekonomi dan peraturan-peraturan yang berlaku (Purnomo dan Istiqomah, 2008: 137).

D. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik suatu negara yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu tanpa memperhatikan apakah faktor produksi yang dimiliki residen atau non - residen. Menurut BPS Penyusunan PDRB dapat dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan yaitu pendekatan produksi, pengeluaran, dan pendapatan yang disajikan atas dasar harga berlaku dan harga konstan.

a. Pendekatan produksi

PDRB menurut pendekatan produksi adalah jumlah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajiannya dikelompokan menjadi Sembilan sektor lapangan usaha yaitu: Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan, Listrik, gas, dan air bersih, Bangunan dan Konstruksi, Perdagangan, hotel dan restoran, Pengangkutan dan komunikasi, Jasa keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan, Jasa-jasa lainnya.

b. Pendekatan pengeluaran

PDRB menurut pendekatan Pengeluaran merupakan ukuran dasar (basic measure) yang menggambarkan penggunaan atas barang dan jasa (product) yang dihasilkan melalui aktivitas produksi.

(37)

c. Pendekatan pendapatan

PDRB menurut pendekatan pendapatan adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor yang ikut serta dalam proses produksi disuatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan. Perhitungan tersebut sebelum dipotong pajak.

Untuk memudahkan pemakaian data, maka hasil perhitungan PDRB disajikan menurut sektor ekonomi / lapangan usaha yang dibedakan menjadi dua macam yaitu: PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) menggambarkan jumlah nilai tambah barang dan jasa yang dihitung mengguanakan harga berlaku pada tahun berjalan. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) menggambarkan jumlah nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu yang digunakan sebagai tahun dasar. Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah diperoleh dari kenaikan PDRB atas dasar harga konstan. Dengan demikian perhitungan berdasarkan harga konstan maka perkembangan riil dari kuantum produksi sudah tidak mengandung fluktuasi harga (inflasi/deflasi). Dengan penyajian ADHK ini pertumbuhan ekonomi rill dapat dihitung. penghasilan dan pajak langsung lainnya.

E. Penelitian Terdahulu

Pada bagian ini memuat tentang penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya. Analisis yang digunakan sebagian besar adalah analisis shift - share dan LQ. Selain menggunakan analisis tersebut, ada pula yang menggunakan analisis tipology klassen.yang mendasari pemikiran penulis

(38)

dan menjadi pertimbangan dalam penyusunan skripsi ini, adapun penelitian-penelitian tersebut adalah :

1. Widya Paramawidhita (2015) menganalisis Struktur Ekonomi dan Sektor Unggulan di Kabupaten dan Kota Sukabumi (Periode Tahun 2007-2013). Penelitiannya bertujuan untuk menganalisis struktur ekonomi, pertumbuhan sektor dan sektor unggulan di Kabupaten dan Kota Sukabumi periode 2007-2013. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang digunakan dari tahun 2007 hingga 2013, dengan menggunakan analisis kontribusi sektor, shift share, location quotient, MRP dan overlay. Hasil penelitiannya dapat di simpulkan bahwa analisis shift share menunjukkan sektor yang memiliki pertumbuhan progresif di Kabupaten Sukabumi adalah sektor bangunan/konstruksi dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Sementara di Kota Sukabumi adalah sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan/konstruksi, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor pengangkutan/komunikasi. Berdasarkan analisis overlay sektor unggulan di Kabupaten Sukabumi adalah sektor pertambangan. Sedangkan sektor unggulan di Kota Sukabumi adalah sektor bangunan/konstruksi, sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor pengangkutan/komunikasi.

2. Agus.T.B dan Utari.G (2009) menganalisis penentu sektor unggulan dalam pembangunan daerah, Studi kasus di Kabupaten Ogan Komering Ilir. Penelitiannya bertujuan untuk mengidentifikasi sektor dominan di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). Dengan menggunakan pendekatan analisis MRP, Shift Share, LQ dan tipologi overlay dan Klassen. Hasil penelitiannya di simpulkan bahwa potensi ekonomi yang dimiliki

(39)

kabupaten Ogan Komering Ilir adalah sektor pertanian dan industri manufaktur yang merupakan pertumbuhan sektor dominan. Selain itu, sektor ini juga menunjukkan peningkatan struktur pertumbuhan ekonomi. Mengingat sebagian besar penduduk di wilayah kabupaten OKI masih terlibat dalam pertanian, sehingga pertanian memiliki pertumbuhan yang luar biasa dari pada sektor ekonomi lainnya. Selain itu, industri manufaktur juga merupakan sektor ekonomi dengan pertumbuhan yang luar biasa. Industri manufaktur ini di antaranya industri Kemplang dan Pempek yang banyak berkembang di provinsi Sumatera Selatan dan kabupaten OKI.

3. Januardy A.J. Hidayat (2013) menganalisis Struktur Perekonomian Di Kota Manado. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sektor-sektor ekonomi yang menjadi sektor unggulan di Kota Manado. Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis data dan mengetahui sektor-sektor ekonomi unggulaan Di Kota Manado adalah Metode location Quotient (LQ) dan Shif-Share. Data yang digunakan time series. Hasil penelitiannya disimpulkan bahwa sektor unggulan pada periode tahun 2001-2002 dengan periode tahun 2009-2010 diketahui terjadi perubahan struktur ekonomi di Kota Manado, dimana terjadi peningkatan dan perubahan pada struktur ekonomi Kota Manado di lihat dari sisi sektor ekonomi dari 4 sektor ekonomi unggulan menjadi 5 sektor ekonomi unggulan.

4. Fitria Dian Anggraini (2013) menganalisis Sektor Unggulan dan Perubahan Struktur Ekonomi di Kabupaten Blora Tahun 2006-2010 . Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sektor unggulan potensial

(40)

yang dimiliki kabupaten Blora dan mengetahui arah perubahan struktur ekonominya. Metode yang digunakan untuk menganalisis sektor unggulan dan perubahan struktur ekonomi dalam penelitian ini adalah analisis shiftshare. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua sektor ekonomi kabupaten Blora mempunyai pengaruh pertumbuhan wilayah yang positif dan sektor bauran industri ada tujuh dan sembilan Sektor ekonomi yang mempunyai keungunggulan kompetitif.

5. Arief Kurniawan (2013) Menganalisis Struktur Perekonomian Dan

Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Banten Melalui Pendekatan Lq, Shift Share. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis struktur dan Pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten. Menggunakan metode analisis LQ serta Shift Share, dan turunan dari LQ yaitu DLQ yang digunakan untuk mengetahui sektor-sektor potensial Provinsi Banten Di masa mendatang. Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS). Dari hasil penelitian menggunakan metode Location Quotient, sektor yang memiliki indeks LQ lebih besar dari satu dan merupakan sektor basis ekonomi atau sektor unggulan Provinsi Banten adalah Industri Pengolahan (2,0) dan sektor listrik, gas, dan air bersih (4,8). Dan untuk hasil Pehitungan DLQ (Dinamic Location Quotient) yang digunakan untuk proyeksi masa mendatang, ada 4 sektor yang pertumbuhannya lebih cepa dari nasional yaitu sektor pertambangan dan penggalian (1,4), Industri Pengolahan (1,1), sektor listrik, gas, dan air bersih (1,1), dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran (1,7).

(41)

F. Kerangka fikir

Perbedaan laju pembangunan ekonomi antar daerah satu dengan daerah lainnya merupakan fenomena yang sering di jumpai, terutama di negara berkembang. Namun bukan sebuah alasan yang tepat untuk kemudian membiarkan situasi tersebut terus berlangsung. Perbedaan tingkat pembangunan tersebut di pengaruhi letak geografis dan potensi ekonomi wilayah merupakan faktor utama yang menyebabkan terjadinya perbedaan ini.

Analisis tentang faktor penentu pertumbuhan ekonomi daerah dibutuhkan sebagai dasar utama untuk perumusan kebijakan pembangunan ekonomi daerah di masa mendatang. Dengan diketahuinya faktor-faktor tersebut, maka pembangunan daerah dapat diarahkan ke sektor-sektor yang secara potensial dapat mendorong percepatan pembangunan daerah.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan ukuran kinerja makro kegiatan ekonomi di suatu wilayah. PDRB suatu wilayah menggambarkan struktur ekonomi daerah, peranan sektor-sektor ekonomi dan pergeserannya, serta menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi, baik secara lokal maupun per sektor.

Berdasarkan data dan informasi yang terkandung dalam PDRB, maka dapat dilakukan beberapa analisis untuk memperoleh informasi tentang sektor basis dan non basis, kegiatan ekonomi wilayah berdasarkan teori ekonomi basis diklasifikasikan ke dalam sektor basis dan non basis. Analisis ini diperlukan untuk mengidentifikasi kegiatan ekonomi daerah yang bersifat ekspor dan non ekspor dan mengetahui laju pertumbuhan sektor basis dari tahun ke tahun. Kemudian pergeseran sektor, analisis ini dibutuhkan untuk

(42)

mengetahui pergeseran sektor pada perekonomian suatu daerah. Hasil analisis akan menggambarkan kinerja sektor-sektor dalam PDRB suatu daerah dibandingkan wilayah referensi. Apabila penyimpangan postif, maka dikatakan suatu sektor dalam PDRB memiliki keunggulan kompetitif ataupun sebaliknya.

Dengan melakukan analisis tersebut, maka dapat ditentukan sektor-sektor apa saja yang berkembang lebih cepat dibandingkan sektor-sektor-sektor-sektor lain. Dan sektor-sektor yang perkembangannya lebih cepat dari pada sektor lain, itulah yang akan menjadi sektor unggulan.

Sektor unggulan yang dimiliki suatu daerah akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah, karena akan memberikan keuntungan kompetitif atau komparatif yang selanjutnya akan mendorong pengembangan ekspor barang dan jasa. Sektor unggulan yang diperoleh melalui analisis dapat menjadi dasar pertimbangan dalam perencanaan pembangunan di masa mendatang.

Gambar 2. 1 Kerangka pikir Penelitian

Penentu Sektor Unggulan

Pergeseran Sektor Sektor Unggulan

Pertumbuhan Ekonomi Struktur Ekonomi

(43)

24 A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis deskriptif-kuantitatif, yaitu mendeskripsi secara sistematis, faktual dan akurat terhadap suatu perlakuan pada wilayah tertentu. Untuk memberikan gambaran tetntang kondisi perekonomian Kabupaten Soppeng yang di aktualisasikan melalui penafsiran tabel. Kondisi perekonomian yang ingin dijelaskan dalam analisis ini adalah mengenai struktur ekonomi Kabupaten Soppeng.

Struktur ekonomi Kabupaten Soppeng dapat dilihat melalui kontribusi tiap sektor ekonomi terhadap total PDRB atas dasar harga konstan 2010 menurut lapangan usaha periode 2012-2016. Agar penelitian lebih spesifik dalam cakupannya, maka penelitian ini menggunakan data runtun waktu (time series), yang di hitung berdasarkan data lima tahun terakhir (2012-2016).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Soppeng, yang merupakan salah satu kabupaten dari 24 kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten Soppeng dijadikan objek penelitian karena dilihat dari letak geografis, luas wilayah dan populasi penduduk, menjadikan wilayah ini memiliki peranan penting dalam perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan. Waktu penelitian berlangsung dari tanggal 14 mei hingga 14 juli 2018.

(44)

C. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder, yaitu data PDRB sektor-sektor ekonomi menurut lapangan usaha di Kabupaten Soppeng dari tahun 2012 - 2016 dan data PDRB sektor-sektor ekonomi menurut lapangan usaha di Provinsi Sulawesi Selatan periode 2012 - 2016. Data ini diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Soppeng, BPS Provinsi Sulawesi Selatan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Soppeng, berbagai literatur, situs resmi Pemerintah Kabupaten Soppeng dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, serta sumber-sumber lainnya yang terkait dengan penelitian.

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, analisis location quotient, analisis shift share, analisis Tipologi Klassen. Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan program Microsoft Excel 2007.

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif di gunakan untuk mendeskripsikan dan mempermudah penafsiran yang dilakukan dengan memberikan pemaparan dalam bentuk tabel. Dalam penelitian ini, analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran tentang kondisi perekonomian Kabupaten Soppeng yang diaktualisasikan melalui penafsiran tabel. Kondisi perekonomian yang ingin dijelaskan dalam analisis ini adalah mengenai struktur perekonomian Kabupaten Soppeng. Struktur perekonomian Kabupaten Soppeng dapat

(45)

dilihat melalui kontribusi tiap sektor ekonomi terhadap total PDRB atas dasar harga konstan 2010 menurut lapangan usaha periode 2012-2016.

2. Analisis Location Quotient (LQ)

Dalam penelitian ini menggunakan Analisis Location Quotient (LQ) untuk menentukan sektor basis dan non basis di Kabupaten Soppeng, metode ini membandingkan tentang besarnya peranan suatu sektor di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor di tingkat nasional atau di tingkat regional. Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi potensi internal yang dimiliki daerah tersebut yaitu sektor basis dan merupakan sektor non basis (Kuncoro, 2004). Secara matematis untuk menghitung nilai LQ dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

𝐿𝑄=𝑉𝑖/𝑉𝑡

𝑌𝑖/𝑌𝑡 Dimana:

Vi = PDRB setiap sektor Kabupaten Soppeng Vt = Total PDRB semua Kabupaten Sopppeng Yi = PDRB setiap sektor Sulawesi Selatan Yt = Total PDRB semua sektor Sulawesi Selatan

Berdasarkan formulasi yang di tunjukkan dalam persamaan di atas, maka ada tiga kemungkinan nilai LQ yang diperoleh yaitu:

a. Nilai LQ = 1 berarti bahwa tingkat spesialisasi sektor i di Kabupaten Soppeng adalah sama dengan sektor yang sama dalam perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan.

b. Nilai LQ > 1 berarti bahwa tingkat spesialisasi sektor i di Kabupaten Soppeng lebih besar dibandingkan dengan sektor yang sama dalam perekonomian Sulawesi Selatan.

(46)

c. Nilai LQ < 1. Ini berarti bahwa tingkat spesialisasi sektor i di Kabupaten Soppeng lebih kecil dibandingkan sektor yang sama dalam perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan.

3. Analisis Shift Share (SS)

Analisis Shift Share adalah salah satu alat analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi sumber pertumbuhan ekonomi, baik dari sisi pendapatan maupun dari sisi tenaga kerja pada suatu wilayah tertentu. Melalui analisis shift share dapat dianalisis besarnya sumbangan pertumbuhan dari tenaga kerja dan pendapatan pada masing-masing sektor di wilayah yang bersangkutan.

Menurut Brown (dalam Hadeyang : 2002) bahwa analisis ini pada hakekatnya merupakan teknik yang relatif sederhana untuk menganalisis perubahan struktural suatu perekonomian lokal dalam hubungannya dengan perkonomian acuan yang lebih besar. Pendekatan ini mengakui adanya perbedaan dan kesamaan antar wilayah, namun dalam hubungan ini analisis shift share mengasumsikan bahwa pertumbuhan suatu wilayah dapat dikelompokkan ke dalam tiga komponen, yaitu : (a) komponen pertumbuhan nasional, (b) komponen pertumbuhan proporsional, dan (c) komponen pertumbuhan daya saing wilayah.

a. Komponen Pertumbuhan Provinsi/Nasional (PN)

Merupakan perubahan produksi suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksi nasional secara umum,

dengan melihat nilai PDRB

Kabupaten Soppeng sebagai daerah pengamatan pada periode

awal yang dipengaruhi oleh pergeseran pertumbuhan ekonomi

(47)

Provinsi Sulawesi Selatan. Hasil perhitungan pertumbuhan provinsi

(PN)

akan menggambarkan peranan wilayah Provinsi Sulawesi

Selatan

yang

mempengaruhi

pertumbuhan

perekonomian

Kabupaten Soppeng.

Jika diasumsikan bahwa tidak terdapat perbedaan karakteristik ekonomi antar wilayah atau antar sektor, maka pengaruh perubahan tersebut pada berbagai wilayah dan sektor kurang lebih sama sehingga sektor akan bertumbuh sama dengan tingkat pertumbuhan provinsi.

b. Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP)

Merupakan komponen yang timbul karena perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir, ketersediaan bahan mentah, kebijakan industri (seperti kebijakan perpajakan, subsidi dan price support) dan perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar. Pertumbuhan Proporsional (PP) untuk mengetahui pertumbuhan nilai tambah bruto sektor tertentu pada Provinsi Sulawesi Selatan dibandingkan total sektor di tingkat Provinsi Sulawesi Selatan.

c. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW)

d. Komponen pertumbuhan ini timbul karena adanya peningkatan atau penurunan tingkat pendapatan suatu wilayah yang lebih cepat atau lebih lambat dari wilayah lainnya. Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW)

digunakan untuk mengetahui perbedaan antara pertumbuhan

ekonomi Kabupaten Soppeng dan nilai tambah bruto sektor yang

sama di tingkat Provinsi Sulawesi Selatan.

(48)

Adapun langkah-langkah utama dalam analisis shift share sebagai berikut: Menentukan wilayah yang akan dianalisis. Pada penelitian ini analisis dilakukan di Kabupaten Soppeng, dengan wilayah atasnya adalah Provinsi Sulawesi Selatan.

1. Menentukan indikator kegiatan ekonomi dan periode analisis. Pada penelitian ini digunakan indikator kegiatan ekonomi pendapatan yang dicerminkan oleh nilai PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 2010. Periode waktu yang akan dianalisis dari tahun 2012-2016. 2. Menentukan sektor ekonomi yang akan dianalisis. Pada penelitian ini

akan difokuskan pada semua sektor perekonomian di wilayah Kabupaten Soppeng.

3. Menghitung perubahan indikator ekonomi.

a.

PDRB Provinsi Sulawesi Selatan dari setiap sektor pada tahun dasar analisis. Keterangan : 𝑌𝑖= 𝑚

𝑗= 1 𝑌𝑖𝑗

Yi = PDRB Provinsi Sulawesi Selatan dari setiap sektor pada tahun awal analisis.

Yij = PDRB setiap sektor kabupaten Soppeng pada tahun akhir analisis.

b.

PDRB Provinsi Sulawesi Selatan dari setiap sektor pada tahun akhir analisis. Y'𝑖𝑗= 𝑚

𝑗= 1 𝑌'𝑖𝑗 Keterangan :

Y'i = PDRB Provinsi Sulawesi Selatan dari setiap sektor pada tahun awal analisis

analisis.

Y'ij = PDRB setiap sektor wilayah kabupaten Soppeng pada tahun akhir analisis.

(49)

∆𝒀𝒊𝒋=𝒀'𝒊𝒋 ‒ 𝒀𝒊𝒋 Keterangan :

ΔYij = perubahan PDRB kabupaten Soppeng.

Yij = PDRB setiap sektor kabupaten Soppeng pada tahun dasaranalisis.

Y’ij = PDRB setiap sektor kabupaten Soppeng pada tahun akhir analisis.

4. Rasio PDRB yang digunakan untuk melihat perbandingan PDRB di suatu wilayah tertentu. Rasio PDRB terbagi atas ri, Ri dan Ra, yaitu: a. ri (Rasio PDRB setiap sektor pada wilayah kabupaten Soppeng).

𝒓𝒊=𝒀

' 𝒊𝒋 𝒀𝒊𝒋 Keterangan :

Yij = PDRB setiap sektor kabupaten Soppeng pada tahun dasar analisis.

Y'ij = PDRB setiap sektor kabupaten Soppeng pada tahun akhir analisis.

b. Ri (Rasio PDRB sektor i pada wilayah Provinsi Sulawesi Selatan)

𝑹𝒊=𝒀

' 𝒊 𝒀𝒊 Keterangan :

Y'i = PDRB Sulawesi Selatan setiap sektor pada tahun akhir analisis.

Yi = PDRB Sulawesi Selatan setiap sektor pada tahun awal analisis. c. Ra (Rasio PDRB pada wilayah Provinsi Sulawesi Selatan)

𝑹𝒂=𝒀

'

..

𝒀.. Keterangan:

Y’.. = PDRB Sulawesi Selatan pada tahun akhir analisis. Y.. = PDRB Sulawesi Selatan pada tahun dasar analisis.

(50)

Dengan menggunakan notasi-notasi dan asumsi di atas, maka pertumbuhan PDRB dan tenaga kerja sektor ke-i wilayah ke-j dapat dipisahkan dalam tiga komponen, yaitu :

a. Komponen pertumbuhan provinsi / Nasional (PN) 𝑷𝑵=𝒀𝒊𝒋 ( 𝑹𝒂 ‒ 𝟏)

b. Komponen pertumbuhan proporsional (PP) 𝑷𝑷=𝒀𝒊𝒋 (𝑹𝒊 ‒ 𝑹𝒂)

c. Komponen pertumbuhan daya saing wilayah. (PPW) 𝑷𝑷𝑾=𝒀𝒊𝒋 (𝒓𝒊 ‒ 𝑹𝒂)

d. Pergeserasn bersih (PB)

𝑷𝑩=(𝒀𝒊𝒋 (𝑹𝒊 ‒ 𝑹𝒂)) +(𝒀𝒊𝒋 (𝒓𝒊 ‒ 𝑹𝒊))

Di mana:

Yij = PDRB sektor ke-i, wilayah ke-j Kabupaten Soppeng tahun awal Ra = Rasio PDRB wilayah Provinsi Sulawesi Selatan

Ri = Rasio PDRB sektor i pada wilayah Provinsi Sulawesi Selatan ri = Rasio PDRB sektor i pada wilayah Kabupaten Soppeng

Yij (Ri - 1) = Perubahan dalam PDRB yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan provinsi.

Yij (Ri - Ra) = Perubahan dalam PDRB yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan proporsional.

Yij ( ri – Ra) = Perubahan dalam PDRB/tenaga kerja yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan daya saing wilayah.

Untuk melihat besarnya persentase pergeseran atau perubahan PDRB sektor i di wilayah ke-j, dibagi dengan Yij dan hasilnya dikali dengan 100, sehinga diperoleh persentase perubahan PDRB sebagai berikut :

(51)

%∆𝒀=𝒀 ' 𝒊𝒋 ‒ 𝒀𝒊𝒋 𝒀𝒊𝒋 𝑿 𝟏𝟎𝟎 %𝑷𝑵=𝒀𝒊𝒋 (𝑹𝒊 ‒ 𝟏) 𝒀𝒊𝒋 𝑿 𝟏𝟎𝟎 %𝑷𝑷=𝒀𝒊𝒋 (𝑹𝒊 ‒ 𝑹𝒂) 𝒀𝒊𝒋 𝑿 𝟏𝟎𝟎 %𝑷𝑷𝑾=𝒀𝒊𝒋 ( 𝒓𝒊 ‒ 𝑹𝒂) 𝒀𝒊𝒋 𝑿 𝟏𝟎𝟎 dimana :

%∆Y= persentase perubahan dalam PDRB sektor i ke wilayah j

%PN = persentase perubahan dalam PDRB yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan Provinsi

%PP = persentase perubahan dalam PDRB yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan Proporsional

%PPW = persentase perubahan dalam PDRB yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan Proporsional

Komponen PP dan PPW memisahkan unsur-unsur pertumbuhan regional yang bersifat eksternal dan internal. PP merupakan akibat pengaruh unsur-unsur eksternal yang bekerja secara nasional (provinsi), sedangkan PPW adalah akibat dari pengaruh faktor-faktor yang bekerja di dalam daerah yang bersangkutan. Sektor-sektor di Kabupaten Soppeng yang memiliki PPW positif, memiliki keunggulan terhadap sektor yang sama pada kabupaten lain di Provinsi Sulawesi Selatan.

Selain itu, sektor-sektor yang memiliki nilai PPW positif berarti sektor tersebut terkonsentrasi di Kabupaten Soppeng dan mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan daerah lainnya. Apabila PPW negatif, maka tingkat pertumbuhan sektor tersebut relatif lamban.

(52)

Kemudian dari hasil perhitungan Pergeseran bersih (PB) dengan menjumlahkan komponen PP dan PPW, maka hasil yang di dapat apabila nilai PB>0, berarti pertumbuhan di sektor I wilayah j termasuk ke dalam kelompok progresif (maju). Apabila PB<0, berarti pertumbuhan di sektor tersebut termasuk lambat

Dari kedua komponen tersebut (PP dan PPW) dapat dinyatakan dalam suatubidang datar, dengan nilai PP sebagai sumbu horizontal dan nilai PPW sebagai sumbu vertikal, akan diperoleh empat kategori posisi relative dari sektor ekonomi tersebut. Keempat kategori dapat digambarkan pada tabel berikut:

Tabel 3.2

Posisi relatif suatu sektor berdasarkan pendekatan Pertumbuhan

Proporsional (PP) dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW)

Pertumbuhan Proporsional (PP) Pertumbuhan Pangsa

wilayah (PPW) Positif (+) Negatif (-)

Positif (+)

Kuadran I

Pertumbuhan Pesat BerkembangKuadran II Negatif (-) cenderung berpotensiKuadran IV TerbelakangKuadran III

1. Kuadran I (PP positif dan PPW positif) adalah sektor dengan pertumbuhan sangat pesat

2. Kuadran II (PP negatif dan PPW positif) adalah sektor dengan kecepatan pertumbuhan yang tertekan namun berkembang

3. Kuadran III (PP negatif dan PPW negatif) adalah sektor dengan peran terhadap wilayah dan juga memiliki daya saing yang lemah

4. Kuadran IV (PP positif dan PPW negatif) adalah sektor dengan kecepatan pertumbuhan cenderung berpotensi

(53)

4. Tipologi Klassen

Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah.

Teknik Tipologi Klassen dapat digunakan melalui dua pendekatan yang pertama adalah dengan pendekatan sektoral dan yang kedua adalah dengan pendekatan wilayah. Menurut Tipologi Daerah, daerah dibagi menjadi 4 klasifikasi Emilia Imelia (2006):

1. Kuadran I : Daerah cepat maju dan cepat tumbuh 2. Kuadran II : Daerah maju tapi tertekan

3. Kuadran III : Daerah berkembang cepat 4. Kuadran IV : Daerah relatif tertinggal.

Tabel 3.3

Klasifikasi Tipologi Klassen Pendekatan Sektoral/Daerah

PDRB perkapita (y) Laju Pertumbuhan (r) Yi > y Yi < y Ri > r Kuadran I

Sektor maju dan Tumbuh cepat

Kuadran II

Sektor maju tapi tertekan

Ri < r

Kuadran III

Sektor berkembang cepat

Kuadran IV

Sektor relative tertinggal

Sumber : Emilia Imelia,2006 Dimana:

Ri = laju pertumbuhan PDRB di propinsi i Yi = Pendapatan perkapita propinsi i R = Laju pertumbuhan PDRB

(54)

35

A. Hasil

1. Gambaran umum lokasi penelitian

a. Letak dan kondisi geografis

Kabupaten Soppeng merupakan salah satu bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan, Wilayah Kabupaten Soppeng memiliki luas sekitar 1.500 km2 dengan ketinggian antara 5 hingga 1500 meter dari permukaan laut, yang terbagi ke dalam 8 wilayah kecamatan. Kecamatan yang memiliki wilayah terluas yaitu kecamatan Marioriwawo dengan luas 320 Km² atau sekitar 21,3 persen dari total luas Kabupaten Soppeng. Sedangkan Kecamatan Citta merupakan kecamatan dengan luas wilayah terkecil, yaitu hanya 40 km2 atau 2,7 persen dari total luas Kabupaten Soppeng.

Kabupaten Soppeng Berada pada 4°6’00’’ hingga 4°32’00’’ Lintang Selatan dan 119°47’18” hingga 120°06’13” Bujur Timur. Kabupaten Soppeng tidak memiliki daerah pesisir, sekitar 77% dari total desa/kelurahan di Soppeng bertopografi dataran. Batas-batas administrasi Kabupaten Soppeng adalalah:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Sidenreng Rappang b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten wajo dan Kabupaten

Bone

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bone

(55)

Kabupaten Soppeng d aliri 5 sungai antara lain Sungai Langkemme, Soppeng, Lawo, Paddangeng dan Lajaroko. Sementara gunung yang ada d Soppeng antara lain Gunung Nene Conang, Sewo, Lapancu, pulu-pulu dan Paowengeng. Gunung tertinggi yaitu Gunung Nene Conang yang memiliki ketinggian puncak 1.463 meter.

b. Keadaan penduduk

Tabel 4.1

Luas dan Jumlah Penduduk setiap Kecamatan Kabupaten Soppeng

No Kecamatan Luas Km² pendudukJumlah kepadatan penduduk (/Km²)

1 Marioriwawo 300 44,791 149 2 Lalabata 278 44,845 161 3 Liliaraja 96 27,230 284 4 Ganra 57 11,441 201 5 Citta 40 8,094 202 6 Lilirilau 187 38,636 207 7 Donri-Donri 222 23,146 104 8 Marioriawa 320 28,122 88 jumlah 1500 226,305 151

Sumber: BPS Kabupaten Soppeng, 2018

Berdasarkan table 4.1 menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Soppeng berdasarkan hasil proyeksi penduduk tahun 2010-2020, jumlah penduduk Kabupaten Soppeng tahun 2016 sebanyak 226.305 jiwa. Luas wilayah Kabupaten Soppeng yaitu sekitar 1.500km², dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 151jiwa/km² dengan rata-rata jumlah penduduk di 8 Kecamatan cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di Kecamatan Liliriaja dengan kepadatan sebesar 284 jiwa/km² dan terendah di Kecamatan Marioriawa sebesar 88 jiwa/km².

(56)

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan di Kabupaten Soppeng, 2016

PENDUDUK

NO KECAMATAN

LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

RASIO JENIS KELAMIN 1 Marioriwawo 20,797 23,994 44,791 87 2 Lalabata 21,666 23,179 44,845 99 3 Liliaraja 12,837 14,393 27,230 89 4 Ganra 5,228 6,213 11,441 84 5 Citta 3,643 4,451 8,094 82 6 Lilirilau 18,012 20,624 38,636 87 7 Donri-Donri 10,825 12,321 23,146 88 8 Marioriawa 13,477 14,645 28,122 92 JUMLAH 106,485 119,820 226,305 89

Sumber: BPS Kabupaten Soppeng, 2018

Berdasarkan table 4.2 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Soppeng tahun 2016 sebanyak 226.305 jiwa yang terdiri dari 106.485 jiwa laki-laki dan 119.820 jiwa perempuan. Rasio jenis kelamin Kabupaten Soppeng sebesar 89 laki-laki di antara 100 perempuan.

2. Pertumbuhan PDRB

Kondisi perekonomian Kabupaten Soppeng telah menunjukkan peningkatannya walaupun masih terjadi fluktuasi pada tiap tahunnya. Berbagai program yang telah dilaksanakan mampu memberikan hasil yang cukup baik,hal ini tandai dengan pertumbuhan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). Gambaran kondisi pertumbuhan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kabupapten Soppeng dan Sulawesi Selatan dapat dilihat melalui data PDRB Menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 2010 Kabupaten Soppeng dan data PDRB Menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 2010 Sulawesi Selatan, dalam dua titik pengamatan yakni tahun 2012 (tahun dasar pengamatan) dan tahun 2016 (tahun akhir pengamatan).

Gambar

Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto  Menurut Lapangan Usaha Kabupaten  Soppeng Atas Dasar Harga Konstan 2010  Tahun 2012 - 2016  (jutaan rupiah)
Gambar 2. 1 Kerangka pikir PenelitianPenentu Sektor Unggulan

Referensi

Dokumen terkait

Dari Berbagai Media Tumbuh Terhadap Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)(Lepidoptera : Noctuidae) Pada Tanaman Tembakau Di Rumah Kasa ” yang merupakan salah

TRI MUTIA RAHMAH, 1111013000046, Ronggeng dalam Kebudayaan Banyumas dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari dan Implikasinya Terhadap Pembalajaran

 Rencana tetap (standing plans), merupakan pendekatan yang telah dibakukan untuk menangani situasi yang berulang kali terjadi dan yang dapat dengan

Di dalam proyek akhir ini dibahas alasan pemilihan bisnis brownis batik, penjelasan mengenai keunikan motif parang batiknya, visi-misi, penjelasan mengenai logo bisnis, target

It consists of background of the study, problem of study, limitation of the study, objective of study, benefit of the study, research paper organization.. Chapter

Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa anggaran mempunyai peranan dalam mewujudkan layanan yang sesuai dengan kebutuhan pengguna

universitas) dimana kita mengabdi semakin dikenal di masyarakat sebab individu yang sering menulis itu sering dijadikan sumber berita oleh media massa dengan cara dimintai

Induksi Ketahanan Tanaman Bawang Merah dengan bakteri rhizoplan indigenos terhadap penyakit hawar daun bakteri ( xanthomonas axonopodis pv allii ). Dalam Loekas