SKENARIO
SKENARIO
•
•
Seorang laki-laki, 35 tahun datang k
Seorang laki-laki, 35 t
ahun datang ke Poli
e Poli THT
THT
dengan keluhan sering
dengan keluhan sering kkeluar cairan dari
eluar cairan dari
telinga kanan sejak kecil disertai rasa berputar
telinga kanan sejak kecil disertai rasa berputar
bila ada perubahan posisi. Saat ini penderita
bila ada perubahan posisi. Saat ini penderita
selalu duduk di depan bila kuliah.
KATA/KALIMAT KUNCI
KATA/KALIMAT KUNCI
•
•
Laki-laki 20 tahun
Laki-laki 20 tahun
••
Keluar cair
Keluar cairan di telinga k
an di telinga kanan sejak k
anan sejak kecil
ecil
••
Rasa berputar bila ada perubahan posisi
Rasa berputar bila ada perubahan posisi
•PERTANYAAN
1. Jelaskan anatomi dan faal organ terkait!
2. Jelaskan patomekanisme tuli!
3. Jelaskan patomekanisme gejala dan
hubungannya!
4. Penyakit-penyakit yang menyebabkan
ketulian?
5. Jelaskan langkah-langkah diagnosis!
6. Jelaskan DD dari scenario!
Fisiologi
Gelombang
suara
Getaran
membran
timpani
Getaran tulang
telinga tengah
Getaran
jendela oval
Getaran cairan
didalam
kokhlea
Getaran
membran
basilaris
Menekuknya
rambut di reseptor
sel rambut dalam
organ Corti sewaktu
getaran membran
basilaris menggeser
rambut-rambut ini
secara relatif
terhadap membran
tektorium di
atasnya yang
berkontak dengan
rambut tersebut
A. Fisiologi Pendengaran :
Perubahan potensial
berjenjang {potensial
reseptor) di sel reseptor
Perubahan frekuensi ,
potensial aksi yang
dihasilkan di saraf auditorius
Peramb,atan polensial aksi
ke korteks auditorius di
lobus tremporalis otak untuk
B. Fisiologi Keseimbangan
•
Reseptor sistem ini adalah sel rambut yang terletak dalam
krista kanalis semisirkularis dan makula dari organ otolit.
Secara fungsional terdapat dua jenis sel. Sel-sel pada kanalis
semisirkularis dan organ otolit.
•
Kanalis semisirkularis mendeteksi akselerasi atau deselerasi
kepala rotasional atau angular, misalnya ketika kita mulai
atau berhenti berputar, jungkir-balik, atau menengok.
•
Organ otolit memberi informasi tenrang posisi kepala
relative terhadap gravitasi (yaitu, kepala miring statik) dan
juga mendeteksi perubahan kecepatan gerakan lurus
PATOMEKANISME TULI
A. Tuli Konduktif = gangguan pada telinga luar, telinga tengah.
Tuli konduktif terjadi jika gelombang suara tidak secara adekuat dihantarkan melalui bagian luar dan tengah telinga untuk menggetarkan cairan di telinga dalam.
Kelainan
telinga
luar
yang menyebabkan tuli konduktif ialah atresia liang telinga, sumbatan oleh serumen, otitis eksterna sirkumskripta, osteoma liang telinga.Kelainan telinga tengah
yang menyebabkan tuli konduktif ialah tuba katar/sumbatan tuba eustachius, otitis media, otosklerosis, timpanosklerosis, hemotimpanum dan dislokasi tulang pendengaran.B. Tuli Sensorineural = Gangguan pada Telinga Dalam
Pada tuli sensorineural, gelombang suara ditransmisikan ke telinga
dalam, tetapi tidak diterjemahkan menjadi sinyal saraf yang dapat
diinterpretasikan oleh otak sebagai sensasi suara.
Patomekanisme Gejala
•
Sering keluar cairan dari telinga kanan sejak kecil
Infeksi
Sitokin dan mediator-mediator inflamasi sebabkan disfungsi tubaEustachius Perubahan inflamasi di auris media Tekanan negatif di auris media Edema dan inflamasi
di mukosa Retraksi membran
timpani
Cairan terlalu banyak menyebabkan perforasi membran
timpani
Cairan mengalir ke liang telinga
Jika sekret dan pus bertambah banyak dari proses inflamasi menyebabkan pendengaran terganggu karena membran timpani dan tulang-tulang pendengaran tidak dapat bergerak bebas terhadap getaran.
Berputar saat berubah posisi
Cairan menumpuk di telinga ->bila terjadi infeksi
-> peradangan pada telinga tengah -> perforasi
membran timpani -> infeksi telinga dalam ->
menyerang labirin vestibular -> gangguan
PENYAKIT YANG MENYEBABKAN TULI
•
Otitis Eksterna Sirkumskripta
•Otitis eksterna difus
•
Otitis media efusi
•
Otitis media supuratif kronik
•Otitis media supurativa akut
•Penyakit meniere
•
Presbikusis
•labirinitis
Anamnesis
•
Identitas pasien : nama, umur, alamat,
pekerjaan
•
Keluhan utama :
–
Gangguan pendengaran/pekak (tuli)
–Telinga berbunyi (tinitus)
–
Rasa pusing berputar (vertigo)
–Nyeri di dalam telinga (otalgia)
–
Otore (sekret yang keluar dari liang telinga)
LANGKAH-LANGKAH DIAGNOSIS
Pemeriksaan telinga
Duduk berhadapan dengan penderita.
•
Inspeksi
: Mula-mula dilakukan inspeksi telinga luar,
perhatikan apakah ada kelainan bentuk telinga,
tanda-tanda peradangan, tumor dan secret yang keluar dari liang
telinga. Pengamatan dilakukan pada telinga bagian depan
dan belakang.
•
Palpasi
: lakukan palpasi pada telinga apakah ada nyeri
tekan, nyeri tarik atau tanda-tanda pembesaran kelenjar
pre dan post aurikuler.
•
Otoskopi
: pegang dan posisikan daun telinga, sorotkan
lampu kepala kedalam liang telinga, nilai keadaan liang
telinga, masukkan spekulum telinga,lalu nilai keadaan
gendang telinga.
Tes Penala
•
Tes Rinne
: tes untuk membandingkan
hantaran melalui udara dan hantaran melalui
tulang pada telinga yang diperiksa.
•
Tes Weber
: tes pendengaran untuk
membandingkan hantaran tulang telinga yang
sakit dengan telinga yang sehat.
•
Tes Schwabach
: membandingkan hantaran
tulang orang yang diperiksa dengan pemeriksa
yang pendengarannya normal.
Tes Berisik
•
Pemeriksaan ini bersifat semi-kuantitatif,
menentukan derajat ketulian secara kasar. Hal
yang perlu diperhatikan ialah ruangan yang
cukup tenang, dengan panjang minimal 6
Audiometri Nada Murni
•
Pemeriksaan Rinne dan Weber merupakan pemeriksaan
skrining. Untuk memastikan, diperlukan pemeriksaan
audiometri.
•
Pengukuran pendengaran dilakukan dengan mengamati
dua komponen, yaitu frekuensi dan intensitas bunyi.
•
Pemeriksaan audiometri dapat mengukur dan membuat
grafik pendengaran seseorang pada berbagai frekuensi dan
intensitas. Frekuensi diukur dengan siklus gelombang
perdetik [Hz] sedangkan intensitas dalam desibel [dB].
•
Pemeriksaan audiometri dapat menentukan jenis (tuli
konduktif, sensorineural, atau tuli campur) dan derajat
ketulian serta gap.
OTITIS MEDIA SUPURATIF AKUT
Definisi
Otitis media supuratif akut (OMSA) adalah infeksi akut telinga
tengah dalam waktu yang singkat yang berlangsung selama 3
minggu atau kurang karena infeksi bakteri piogenik dan
mengeluarkan nanah
Epidemiologi
60-80% bayi memiliki paling sedikit satu episode OMSA, dan
90% terjadi pada usia 2-3 tahun. frekuensi OMSA terjadi pada
masa anak-anak, remaja dan dewasa, biasanya anak laki-laki
lebih sedikit dibandingkan dengan anak perempuan.
Etiologi
Kuman penyebab utama pada OMSA adalah bakteri pyogenik,
seperti - Streprokokus hemolitikus
- Stafilokokus aureus
- Pneumokokus
- Hemofilus influenza, Escheria colli, Streptokokus
anhemolitikus, Proteus vulgaris, Pseudomonas aerugenosa
- Trauma membtan
OTITIS MEDIA SUPURATIF AKUT
Patogenesis
Gangguan tuba Eustachius
Pencegahan invasi kuman ke telinga tengah terganggu
Kuman masuk ke telinga tengah
OTITIS MEDIA SUPURATIF AKUT
Gejala Klinik
Gejala klinik otitis media supuratif akut tergantung dari
stadium penyakit dan umur penderita.
- Demam
- Nyeri di telinga
- Rasa penuh ditelinga
- Gangguan pendengaran
Gejala klinik berdasarkan umur penderita, yaitu :
Bayi dan anak kecil
Gejalanya : demam tinggi bisa sampai 390C (khas), sulit tidur,
tiba-tiba menjerit saat tidur, mencret, kejang-kejang, dan
kadang-kadang memegang telinga yang sakit.
Anak yang sudah bisa bicara
Gejalanya : biasanya rasa nyeri dalam telinga, suhu tubuh
tinggi, dan riwayat batuk pilek.
Anak lebih besar dan orang dewasa.
Gejalanya : rasa nyeri dan gangguan pendengaran (rasa
penuh dan pendengaran berkurang).
Penatalaksanaan
•
Stadium oklusi : mengembalikan fungsi tuba eustachius
secepatnya. Digunakan obat tetes yangbberfungsi sebagai
vasokonstriktor untuk mengatasi penyemoitan tuba akibat
edema. diberikan Solution efedrin 1% untuk dewasa dan
0,25%-0,5% untuk bayi dan anak-anak.
•
Stadium hiperemis : Antibiotik golongan penisilin dan
ampisilin. Terapi awal penisilin intra muscular selama 7 hari
. dosis anak 50-100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis
•
Stadium supurasi : Selain antibiotik idealnya dilakukan
Miringotomi , bila membran masih utuh, sehingga ruptur
membran thymoani bisa dihindari
•
Stadium perforasi: Obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5
Komplikasi
•
Bisa menjadi OMSK dengan riwayat keluarnya
cairan dari 1 atau 2 telinganya. Jika membran
thympani sudah oecah bisa terjadi infeksi.
OMSA tidak di atasi dapat menyebabkan
hilangnya pendengaran permanen.
Prognosis
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK
• DEFINISI
OMSK adalah stadium dari penyakit telinga tengah dimana terjadi peradangan kronis dari telinga tengah dan mastoid dan membrane timpani tidak intak (perforasi) dan ditemukan secret (otorea), purulen yang hilang timbul.
• EPIDEMIOLOGI
Prevalensi OMSK pada beberapa Negara antara lain disebabkan, kondisi social, ekonomi, suku, tempat tinggal yang padat, hygiene dan nutrisi yang jelek, Otitis media kronis merupakan penyakit THT yang paling banyak di Negara sedang berkembang.
• ETIOLOGI
Kejadian OMSK hamper selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak,jarang di mulai setelah dewasa. Factor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsillitis, rhinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba eustachius.
• PATOGENESIS
patogenesis OMSK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal ini merupakan stadium kronis dari otitis media akut(OMA) dengan perforasi yang sesudah terbentuk diikuti dengan keluarnya secret yang terus menerus
GEJALA KLINIS
1. telinga berair (otorrhoe)
Sekret bersifat purulen (kental,putih) atau mukoid (seperti air encer )
tergantung stadium peradangan secret yang mucus di hasilkan oleh
aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid
2. gangguan pendengaran
Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran, biasanya
di jumpai tuli konduktif karena daerah yang sakit ataupun
kolesteatom,dapat menghambat bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis
3. otalgia (nyeri telinga)
Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK ,dan bila ada merupakan
suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena
terbendungannya drainase pus
4. vertigo
Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya.
Keluhan vertihgo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin
akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom
TATALAKSANA
OMSK tipe benign:
•
Pembersihan liang telinga dan
kavum timpani
•
Pemberian antibiotik topikal
(bubuk/tetes telinga)
OMSK tipe maligna:
•
Mastoidektomi sederhana
(simple mastoidectomy)
•
Mastoidektomi radikal
•
Mastoidektomi radikal dengan
modifikasi
•
Miringoplasti
•Timpanoplasti
•
Timpanoplasti dengan
pendekatan ganda ( Combined
approach tympanoplasty)
KOMPLIKASI
Komplikasi ditelinga tengah : Perforasi persisten
Erosi tulang pendengaran Paralisis nervus fasial
Komplikasi telinga dalam : Fistel labirin
Labirinitis supuratif
Tuli saraf ( sensorineural) Komplikasi ekstradural : Abses ekstradural
Trombosis sinus lateralis Petrositis
Komplikasi ke susunan saraf pusat : Meningitis
Abses otak
Hidrosefalus otitis
PROGNOSIS
Pasien dengan OMSK memiliki prognosis yang baik apabila dilakukan kontrol yang baik terhadap proses infeksinya. Pemulihan dari fungsi pendengaran bervariasi dan tergantung dari penyebab. Hilangnya fungsi pendengaran oleh gangguan konduksi dapat dipulihkan melalui prosedur pembedahan, walaupun hasilnya tidak sempurna.
Keterlambatan dalam penanganan karena sifat tidak acuh dari pasien dapat menimbulkan kematian yang merupakan komplikasi lanjut OMSK yang tidak ditangani dengan segera. Kematian akibat OMSK terjadi pada 18,6% pasien karena telah mengalami komplikasi intrakranial yaitu meningitis.
Labirinitis
•
DEFINISI
Labirinitis adalah inflamasi telinga dalam dan dapat disebabkan
oleh bakteri maupun virus. Labirinitis bacterial, meskipun cukup jarang
sejak dikenalnya antibiotika, paling sering terjadi sebagai komplikasi
meningitis bakterial. Infeksi berkembang ke telinga dalam melalui
kanalis auditorius internus atau aquaduc koklear
•
Etiologi
Infeksi bakteri yang disebabkan otitis media, atau kolesteatoma, dapat
memasuki telinga tengah dengan menembus membrane jendela bulat
atau oval. Labirintitis viral merupakan diagnosis medis yang sering,
namun hanya sedikit yang diketahui mengenai kelainan ini, yang
mempengaruhi baik keseimbangan maupun pendengaran. Virus
penyebab yang paling sering teridentifikasi adalah gondongan, rubella,
rubeola, dan influenza
•
Epidemiologi
Meskipun data epidemiologi definitif masih
kurang, labirinitis virus adalah bentuk
palingumum dari labirinitis diamati dalam
praktek klinis. Prevalensi SNHL diperkirakan 1
kasus dalam10.000 orang, sampai dengan 40%
dari
pasien
mengeluh
vertigo
atau
dysequilibrium.
•
Manifestasi klinis
Labirintitis ditandai oleh awitan mendadak
vertigo yang melumpuhkan, bisanya disertai mual
dan muntah, kehilangan pendengaran derajat
tertentu, dan mungkin tinnitus. Episode pertama
biasanya serangan mendadak paling berat, yang
biasanya terjadi selama periode beberapa minggu
sampai bulan, yang lebih ringan. Pengobatan
untuk labirintitis balterial meliputi terapi
antibiotika intravena, penggantian cairan, dan
pemberian supresan vestibuler maupun obat anti
muntah. Pengobatan labirintitis viral adalah
sintomatik
dengan
menggunakan
obatanti
muntah dan antivertigo
•
Patofisiologi
Kira
–
kira akhir minggu setelah serangan akut
telinga dalam hampir seluruhnya terisi untuk
jaringan gramulasi, beberapa area infeksi tetap
ada. Jaringan gramulasi secara bertahap berubah
menjadi jaringan ikat dengan permulaan.
Pembentukan tulang baru dapat mengisi penuh
ruangan labirin dalam 6 bulan sampai beberapa
tahun
pada
50
%
kasus.
•
Tatalaksana
Terapi local harus ditujukan kesetiap infeksi yang
mungkin ada, diagnosa bedah untuk eksenterasi labirin
tidak diindikasikan, kecuali suatu focus dilabirin untuk
daerah perilabirin telah menjalar untuk dicurigai
menyebar ke struktur intrakronial dan tidak memberi
respons terhadap terapi antibiotika bila dicurigai ada
focus infeksi di labirin atau di ospretosus dapat dilakukan
drerase labirin dengan salah satu operasi labirin setiap
skuestrum yang lepas harus dibuang, harus dihindari
terjadinya trauma NUA. Bila saraf fosial lumpuh, maka
harus dilakukan dengan kompresi saraf tersebut. Bila
dilakukan operasi tulang temporal maka harus diberikan
antibiotika sebelum dan sesudah operasi.
•
Komplikasi
REFERENSI
• Adams, dkk. 2002. Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. Jakarta. EGC
• Askaroellah, Aboet.2006. Labirinitis. Medan : Majalah Kedokteran Volume 39.
No.3. September 2006
• Gould JM, Matz PS. Otitis media. Pediat rev, 2010;31(3):102-10.
• Husni, Teuku. 2011. Hubungan Infeksi Saluran Pernapasan Akut dengan Otitis
Media Akut pada Anak Bawah Lima Tahun di Puskesmas Kuta Alam Kota Banda Aceh. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. Vol. 11(3). Hal: 157-159.
• Kolegium ilmu kesehatan Telinga Hidung Tenggorok bedah kepala dan leher.radang
telinga tengah, dalam modul THT-KL,Jakarta:perhati-KL;2008
• Luhulima. J.W dkk. 2014. Buku ajar anatomi biomedik II. Makassar. Bagian Anatomi
UNHAS
• Munilson, Jacky, Yan Edwars, dan Yolazenia. Penatalaksanaan Otitis Media Akut.
Bagian THT-KL FK Universitas Andalas Padang. Hal: 1-3.
• Sherwood Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia: Dari Sel Ke Sistem, Ed.6. EGC: Jakarta • Soetirto I, dkk. 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala
& Leher, Edisi Ketujuh. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia