• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. para fuqaha dengan adanya pemecahan li al-darurah dan li al-hajah. Hingga pada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. para fuqaha dengan adanya pemecahan li al-darurah dan li al-hajah. Hingga pada"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fikih sebagai ilmu yang mempelajari hukum-hukum syari’ah yang berkaitan dengan perbuatan mukalaf, memerlukan berbagai pendekatan dalam pembelajaran di kelas. Karena titik tekan pembahasan fikih adalah perbuatan-perbuatan mukalaf. Fikih merupakan pelajaran penting yang wajib diketahui oleh setiap muslim atau manusia dan masyarakat. Keterkaitan fikih dengan konteks kehidupan yang nyata dan dinamis dapat dibaca ketika menelusuri cara-cara interprestasi yang menghubungkan suatu hukum dengan latar belakang konstektual lingkungan, dengan mempertimbangkan asbab nuzul ayat dan asbab wurud hadis.

Demikian juga bila menelusuri cara-cara pemecahan masalah yang diterapkan oleh para fuqaha’ dengan adanya pemecahan li al-darurah dan li al-hajah. Hingga pada tingkatanmaslahah daruriyah, hajiyah dantahsiniyah. Ini berarti bahwa kondisi-kondisi konstektual mulai dari yang terburuk sampai pada yang terbaik, menjadi pertimbangan dalam ketentuan hukum fikih. Apabila keterkaitan fikih dengan konteks kehidupan nyata dikaitkan dengan pendekatan pembelajaran, salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan belajar apa adanya, seperti dalam kehidupan sehari-hari adalah pendekatan humanistik.

Menurut teori pendekatan ini, belajar bukan sekedar pengembangan kualitas kognitif saja, melainkan sebuah proses yang terjadi dalam individu yang melibatkan seluruh

(2)

aspek domain yang ada, baik kognitif, afektif maupun psikomotorik. Teori ini terwujud dalam teori Bloom dalam bentuk Taksonomi Bloom. Salah satu tokoh aliran kognitif Ausabel, juga mewujudkan teori pendekatan ini dengan pembelajaran bermakna atau meaningful learning.

Untuk mengoptimalkan pendekatan humanistik, diperlukan pendekatan pembelajaran lain yang menyediakan berbagai pengalaman belajar pada siswa, sehingga memungkinkan mereka untuk mengembangkan berbagai potensi kecerdasan yang mereka miliki. Pendekatan pembelajaran tersebut adalah pendekatan multiple intelligences yang ditemukan oleh Howard Gardner. Salah satu dari kecerdasan beragam yang dikemukakan oleh Gardner adalah kecerdasan interpersonal. Pembelajaran fikih dengan pendekatan interpersonal merupakan suatu metode pembelajaran yang menekankan penguasaan aspek afektif dan psikomotorik siswa. Dalam hal ini tujuan diterapkannya metode membelajaran ini adalah untuk membiasakan siswa menghargai perbedaan, memahami teman, serta peka terhadap lingkungan.

Pendidikan agama di sekolah-sekolah umum tidak jauh berbeda dengan pendidikan agama pada sekolah madrasah. Perbedaannya hanyalah jika pada sekolah umum pendidikan agama disajikan dalam satu mata pelajaran yang dikenal dengan Pendidikan Agama Islam (PAI) yang diajarkan oleh seorang guru, sedangkan pada madrasah pendidikan agama lebih terurai meliputi pelajaran al-Qur’an hadits, Aqidah

(3)

akhlak, Fikih, Bahasa Arab, dan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Setiap mata pelajaran diajarkan oleh seorang guru yang mampu di bidang tersebut.

Pendidikan fikih di madrasah ibtidaiyah sebagai bagian yang integral dari pendidikan agama bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan dalam pembentukan watak dan kepribadian siswa. Namun secara substansial mata pelajaran ini memiliki kontribusi penting dalam menanamkan dasar-dasar ibadah kepada siswa. Artinya bahwa setiap anak yang telah mempelajari fikih di madrasah diharapkan telah mengetahui, memahami dan mampu melaksanaan ibadah baik ibadah yang berhubungan langsung dengan Allah swt, maupun ibadah yang berhubungan antar makhluk ciptaan Allah swt.

Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Kecamatan Poso Kota sejak berdirinya telah mengajarkan mata pelajaran fikih kepada siswanya. Dalam pembelajaran siswa dibekali dengan pengetahuan dan pemahaman tentang pokok-pokok hukum Islam secara menyeluruh baik berupa dalil naqli dan aqli, sesuai kurikulum madrasah ibtidaiyah (MI) pelajaran fikih diajarkan mulai dari kelas I s.d VI, sehingga membutuhkan strategi yang tepat pada setiap kelas. Pengetahuan dan pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman hidup bagi kehidupan pribadi dan sosial siswa, juga diharapkan dapat melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar agar dapat menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum Islam dengan disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.

(4)

Kemampuan minimal yang harus ditanamkan dan dikuasai oleh siswa selama menempuh pembelajaran fikih pada madrasah ibtidaiyah berorientasi pada perilaku afektif dan psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat keimanan, ketakwaan dan ibadah kepada Allah swt. Kemampuan dasar ini merupakan penjabaran dari kemampuan dasar umum yaitu: mampu mengenal lima rukun Islam, terbiasa melakukan hidup bersih, mampu berwudu, dan mengenal salat fardu. Mampu melakukan salat dengan menserasikan bacaan, gerakan dan syarat sah salat dan membatalkannya, terbiasa melakukan azan dan iqamah, hafal bacaan qunut dalam salat dan melakukan dzikir dan doa. Mampu memahami dan melakukan salat berjamaah, salat jum’at, salat sunah rawatib, tarawih, witir dan salat id dan memahami tata cara salat bagi orang sakit. Mampu memahami dan melakukan puasa ramadhan. Memahami ketentuan puasa sunah dan puasa yang diharamkan, memahami hukum zakat, sadaqah dan infaq dan memahami manasik haji.Memahami ketentuan makanan dan minuman yang halal dan yang haram. Memahami ketentuan binatang yang halal dan haram, dan memahami serta melakukan khitan. Mampu memahami dan melakukan mandi pasca haid, memahami ketentuan jual beli dan mampu melakukannya dan memahami ketentuan pinjam meminjam dan mampu melakukannya.

Seperti tergambar dalam kemampuan dasar umum di atas, mata pelajaran fikih di Madrasah Ibtidaiyah dikelompokkan dalam dua unsur pokok yaitu fikih ibadah dan fikih muamalah. Namun dalam penelitian ini penulis hanya akan mengamati masalah fikih ibadah.

(5)

Fikih ibadah yang menjadi dasar penelitian ini merupakan serangkaian ibadah pokok yang menjadi rukun islam yang dimulai dengan ucapan syahadat, tata cara salat yang tentunya didahului dengan wudu (tahara), zakat, puasa, dan pengenalan tentang ibadah haji.

Ibadah mempunyai pengaruh besar dalam pendidikan anak dan perkembangannya. Dengan ibadah kepada Allah seorang anak akan merasa ada ikatan yang kuat dengan Allah sang pencipta, sehingga ia akan berprilaku lurus dan bersifat istiqomah serta tidak terkuasai oleh hawa nafsu. Oleh karena itu tugas penting seorang guru fikih yang tentunya mengajarkan materi-materi ibadah haruslah mampu menanamkan dasar-dasar ibadah tersebut pada anak didiknya, karena pada tingkat Madrasah Ibtidaiyah merupakan tingkat penanaman nilai, pelatihan, pengasahan, dan pendidikan agar suatu hari nanti ia sampai pada tahap kesiapan untuk menerima beban perintah atau larangan diusia baliq. Dengan demikian ia tidak mendapat kesulitan dalam menjalankan kewajiban-kewajiban agama yang harus diamalkannya.

Pembiasan ibadah tidak hanya dilaksanakan di sekolah, namun di lingkungan keluarga sangat dianjurkan. Jika dalam lingkungan rumah yang didalamnya anggota keluarga tidak mementingkan ibadah, atau merasa tidak bertanggung jawab terhadap permasalahan agama, atau mereka rajin mengerjakan ibadah namun tidak mendorang anak-anaknya untuk mengerjakan ibadah, maka pasti anak-anak yang ada dalam keluarga tersebut tidak akan mementingkan ibadah lainnya. Hal ini menjadi tantangan dan problema bagi seorang guru

(6)

fikih dimana dia harus mencari cara agar seluruh siswanya mau dan terbiasa melaksanakan ibadah baik di sekolah ataupun di rumah.

Kenyataan yang penulis temui di madrasah masih terdapat siswa yang belum mampu melaksanakan ibadah dengan benar. Banyak siswa madrasah yang tidak melaksanakan salat. Selain karena mereka malas mengerjakannya, juga karena siswa tersebut tidak tahu bacaan salat, tata cara berwudu yang benar dan tidak mau melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Seharusnya siswa sekolah madrasah yang notabene adalah sekolah yang berciri khas Islam dengan jumlah jam untuk pelajaran agama lebih banyak dari sekolah umum diharapkan lebih baik pelaksanaan ibadahnya dibanding dengan siswa dari sekolah-sekolah umum lainnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, penulis merumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam tesis ini, yaitu:

1. Bagaimana strategi pembelajaran fikih pada Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Kecamatan Poso Kota.

2. Bagaimana minat dan perhatian siswa dalam pembelajaran fikih pada Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Kecamatan Poso Kota.

3. Bagaimana penerapan pelajaran fikih ibadah terhadap pelaksanaan ibadah siswa sehari-hari

(7)

C. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Definisi operasional

Penelitian ini mengambil judul Strategi Pembelajaran Fikih dalam Menanamkan Dasar-Dasar Ibadah pada Siswa Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Kecamatan Poso Kota. Pembelajaran fikih ditetapkan sebagai variabel pertama dan menanamkan dasar-dasar ibadah ditetapkan sebagai variabel kedua. Kedua variabel tersebut akan dijelaskan agar tidak memunculkan salah pengertian.

a. Strategi Pembelajaran Fikih

Kata strategi dapat diartikan sebagai rencana yang cermat mengenai kagiatan untuk mencapai sasaran khusus. Kata pembelajaran yang mengacu pada pengertian pembelajaran pada pasal 1 ayat 20 Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa ”Pembelajaran adalah prosesinterksi peserta didik dengan pendidikdan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Sedangkan kata fikih adalah ilmu tentang hukum hukum syari yang bersifat amaliah yang digali dan ditemukan dari dalil-dalil yang tafsili. Atau secara singkat fikih itu adalah ilmu tentang hukum-hukum Islam.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Strategi Pembelajaran Fikih adalah : Rencana kegiatan yang disusun oleh guru untuk melakukan interaksi antara siswa dengan guru dalam konteks belajar mengajar fikih.

(8)

Kata menanamkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan memasukkan sesuatu. Kata dasar-dasar adalah bentuk kata ulang yang asal katanya adalah dasar. Kata dasar diartikan alas atau pondasi. Sedangkan kata ibadah dalam bahasa Arab diartikan dengan berbakti, berkhidmad, tunduk, patuh, mengesakan dan merendahkan. Adapun dalam penelitian ini kata ibadah diartikan sebagai perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah yang didasari ketaatan untuk mengerjakan perintahnya dan menjauhi larangannya. Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami bahwa menanamkan dasar-dasar ibadah adalah memasukkan alas atau pondasi ibadah pada anak agar ia mampu melaksanakan apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang Allah swt.

Dari keseluruhan uraian tersebut dapat diambil kesimpulan pengertian bahwa pengertian strategi pembelajaran fikih dalam menanamkan dasar-dasar ibadah pada siswa madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah kecamatan Poso kota adalah rencana kegiatan yang disusun oleh guru untuk melakukan proses belajar mengajar fikih dalam menanamkan dasar-dasar ibadah agar siswa Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Kecamatan Poso Kota mampu melaksanakan apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang oleh Allah swt.

2. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini terfokus pada strategi pembelajaran yang digunakan guru fikih dalam menanaman dasar-dasar ibadah, minat dan perhatian siswa pada pelajaran fikih, dan penerapan pelajaran fikih ibadah pada pelaksanaan ibadah siswa sehari-hari.

(9)

Dalam kajian pustaka ini peneliti akan memaparkan beberapa variabel penelitian antara lain meliputi:

1. Strategi pembelajaran

Kajian tentang strategi pembelajaran telah banyak dibahas oleh pakar-pakar kependidikan. Namun sebelumnya, akan dipaparkan lebih dahulu tentang upaya membelajarkan siswa agar siswa dapat belajar, dalam proses pembelajaran menunjukkan adanya interaksi antara guru dan siswa, di satu pihak guru melakukan kegiatan atau perbuatan-perbuatan yang membawa siswa ke arah tujuan, lebih dari itu siswa dapat melakukan serangkaian kegiatan yang disediakan guru yaitu kegiatan belajar yang terarah pada tujuan yang ingin dicapai.

Hamzah B. Uno dalam bukunya Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan Efektif mengatakan bahwa strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses pembelajaran. Pemilihan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

Dalam buku tersebut ia juga membahas tentang komponen strategi pembelajaran, metode pembelajaran, tehnik pembelajaran dan pendekatan pembelajaran. Pembahasan tentang berbagai model pembelajaran serta contoh-contoh terapan yang disertai dengan berbagai insrumen pengukuran keefektifan suatu model pembelajaran juga termuat

(10)

didalamnya. Namun pembahasan yang khusus mengenai strategi pembelajaran fikih dalam menanamkan dasar-dasar ibadah tidak penulis temui dalam buku tersebut.

Zakiah Daradjat dalam buku Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam mengkaji pula tentang strategi pembelajaran. Dalam buku tersebut khusus membahas mengenai beberapa metode pengajaran yang dapat diterapkan dalam menyusun strategi pembelajaran Agama Islam. Ia mengatakan bahwa pengajaran yang diharapkan akan berjalan dengan baik dimulai dengan pemilihan metode mengajar dan kemudian atas dasar metode yang dipilih itu dipersiapkan peghidangan bahan pelajaran. Kita ketahui bahwa dalam menyusun strategi pembelajaran metode yang dipilih oleh guru merupakan salah satu penentu dalam pencapaian tujuan. Oleh karena itu guru harus mampu memilih metode-metode apa saja yang dapat ia gunakan dalam pembelajaran. Dalam buku ini Zakiah Daradjat tidak membahas secara khusus metode-metode apa yang cocok digunakan oleh guru fikih dalam menyusun strategi pembelajaran dalam menanamkan dasar-dasar ibadah pada Madrasah Ibtidaiyah.

Buku lain yang menjadi rujukan penulis adalah Model Pembelajaran pada Madrasah Tsanawiyah. Buku ini merupakan kumpulan karya tulis ilmiah yang dibukukan dan diedit oleh M. Amin Thalib, et.el. Dalam buku ini tedapat hasil penelitian guru-guru madrasah tsanawiyah tentang strategi mereka dalam melakukan proses pembelajaran. Salah satu hasil penelitian itu adalah model pembelajaran insan kamil. Model pembelajaran ini yang dilakukan oleh Abdul Syukur, seorang guru madrasah tsanawiyah negeri Brebes Jawa

(11)

Tengah. Dalam penelitiannya ia menerapkan strategi pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran yang variatif pada madrasah. Model pembelajaran insan kamil berupaya memadukan pencapaian tujuan dari lima mata pelajaran agama yang ada di madrasah. Namun penelitian tesebut tidak dilakukan di madrasah ibtidaiyah dan tidak mengkhususkan pula pada strategi pembelajaran fikih seperti yang menjadi fokus penelitian dalam tesis ini.

2. Fikih

Fikih sebagai ilmu yang mempelajari hukum syariah yang berkaitan dengan perbuatan mukalaf, memerlukan berbagai pendekatan dalam pembelajaran di kelas. Karena titik tekan pembahasan fikih adalah perbuatan-perbuatan mukalaf. Dengan kata lain sasaran dari fikih adalah manusia dan masyarakatnya. Keterkaitan fikih dengan konteks kehidupan yang nyata dan dinamis dapat dibaca ketika menelusuri cara-cara interprestasi yang menghubungkan suatu hukum dengan latar belakang konstektual lingkungan, dengan mempertimbangkan asbab nuzul ayat dan asbab wurud hadis.

Demikian juga bila menelusuri cara-cara pemecahan masalah yang diterapkan oleh para fuqaha’ dengan adanya pemecahan li al-darurah dan li al-hajah. Hingga pada tingkatanmaslahah daruriyah, hajiyah dantahsiniyah. Ini berarti bahwa kondisi-kondisi konstektual mulai dari yang terburuk sampai pada yang terbaik, menjadi pertimbangan dalam ketentuan hukum fikih. Apabila keterkaitan fikih dengan konteks kehidupan nyata dikaitkan dengan pendekatan pembelajaran, salah satu pendekatan pembelajaran yang

(12)

menekankan belajar apa adanya, seperti dalam kehidupan sehari-hari adalah pendekatan humanistik.

Menurut teori pendekatan ini, belajar bukan sekedar pengembangan kualitas kognitif saja, melainkan sebuah proses yang terjadi dalam individu yang melibatkan seluruh aspek domain yang ada, baik kognitif, afektif maupun psikomotorik. Teori ini terwujud dalam teori Bloom dalam bentuk Taksonomi Bloom. Salah satu tokoh aliran kognitif Ausabel, juga mewujudkan teori pendekatan ini dengan pembelajaran bermakna atau meaningful learning. Dan untuk mengoptimalkan pendekatan humanistik, diperlukan pendekatan pembelajaran lain yang menyediakan berbagai pengalaman belajar pada siswa, sehingga memungkinkan mereka untuk mengembangkan berbagai potensi kecerdasan yang mereka miliki. Pendekatan pembelajaran tersebut adalah pendekatan multiple intelligences yang ditemukan oleh Howard Gardner dalam tulisan Mahmud Samir Al-Munir bahwa salah satu dari kecerdasan beragam yang dikemukakan oleh Gardner adalah kecerdasan interpersonal. Pembelajaran fikih dengan pendekatan interpersonal merupakan suatu metode pembelajaran yang menekankan penguasaan aspek afektif dan psikomotorik siswa. Dalam hal ini tujuan diterapkannya metode membelajaran ini adalah untuk membiasakan siswa menghargai perbedaan, memahami teman, serta peka terhadap lingkungan.

Fikih adalah ilmu tentang hukum-hukum syara’ yang ‘amaliah (praktis) yang diambil dari dalil-dalil yang terperinci. Al-Jurzaniy memberikan definisi lain sehubungan

(13)

dengan pengertian fikih seperti dikutip Djazuli, yaitu sebagai suatu ilmu yang diperoleh dengan menggunakan pemikiran. Fikih yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sub bidang studi pendidikan agama Islam yang diajarkan di Madrasah Ibtidayah Muhammadiyah Kecamatan Poso Kota.

3. Penanaman dasar-dasar ibadah

Pendidikan tingkat dasar merupakan salah satu bentuk pendidikan yang sangat urgen bagi setiap individu. Dalam Proses kegiatan belajar mengajar (KBM), siswa adalah subjek dan objek dari kegiatan pengajaran, karena itu inti proses pengajaran adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran yang bisa tercapai bila anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya.

Pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan terencana untuk mengkondisikan seseorang atau sekelompok orang agar bisa belajar dengan baik. Adapun unsur

pembelajaran adalah siswa sebagai peserta didik.

Mata pelajaran fikih di madrasah ibtidaiyah adalah salah satu bagian mata pelajaran pendidikan agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, dan mengamalkan hukum islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman.

(14)

Asumsi di atas menggambarkan bahwa penanaman dasar-dasar ibadah pada siswa sangat tepat dilakukan melalui pembelajaran fikih di madrasah ibtidaiyah termasuk Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Kecamatan Poso Kota.

E. Kerangka Teoretis

Secara teoretis pembelajaran fikih sejak dini menjadi sesuatu yang menarik untuk dikaji. Hal ini sangat penting berdasarkan perkembangan dan pertumbuhan seseorang sejak usia dini, bahwa usia anak yang paling gampang dan serius untuk belajar adalah usia sekolah dasar yakni sekitar antara 5 – 12 tahun. Pada usia ini merupakan usia di mana seseorang anak dapat meniru dan mendemonstrasikan apa yang pernah ia lihat (pelajari). Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai ibadah sejak dini sangat penting dilakukan agar di samping menjadi pendidikan bagi anak sejak dini, juga menjadi pembiasaan dan pelatihan bagi anak untuk membiasakan diri menjalankan ibadah rutin sehingga kelak (setelah aqil baliq) merasa tidak tenang jika secara tidak sengaja meninggalkan kewajibannya setelah dewasa (aqil baliq).

Asumsi di atas terdapat beberapa teori penunjang yang telah dirumuskan oleh beberapa ahli, antara lain:

Abdul Aziz dalam bukunya Kurikulum dan Hasil Belajar Fiqh MI menegaskan pentingnya penanaman teori pembelajaran fikih pada usia dini, terutama pada siswa kelas IV s/d kelas VI madrasah ibtidaiyah. Abdul Aziz menuturkan bahwa pembelajaran fikih

(15)

pada usia sekolah dasar, pada intinya adalah pembinaan melalui pembiasaan pelaksanaan ibadah seperti salat pada kehidupan sehari-hari siswa.

Di samping itu, lanjut Abdul Aziz pembelajaran fikih pada tingkat Madrasah Ibtidaiyah bukan hanya merupakan ajang pembiasaan bagi siswa tetapi pada usia SD/Ibtidaiyah merupakan usia tepat untuk menanamkan dasar-dasar ibadah, sehingga dasar-dasar ibadah yang mereka terima melalui proses atau kegiatan pembelajaran dengan mudah dapat mereka fahami.

Sementara itu, menurut Amir Syarifuddin bahwa penanaman nilai-nilai dasar ibadah sangat tepat dilakukan pada anak usia sekolah dasar (Ibtidaiyah/Diniyah).

Alaidin Koto mengemukakan bahwa penanaman nilai-nilai dasar ibadah pada siswa sejak dini, dapat menjadikan anak terbiasa menjalankan ajaran-ajaran Islam. Karena itu, pembelajaran agama sejak dini yang dimulai dari lingkungan rumah tangga sampai pada lingkungan sekolah (madrasah Ibtidaiyah/Diniya) akan mendorong siswa untuk terbiasa menjalankan ibadah kepada Allah swt. Jadi pembelajaran dan penanaman nilai-nilai dasar ibadah pada siswa sejak dini dapat diibaratkan sebagai pondasi yang kuat sehingga kelak setelah mereka dewasa sudah terbiasa menjalankan ibadah kepada Allah swt.

Dari beberapa konsep teoretis tentang penting dan perlunya penanaman dasar-dasar ibadah pada siswa sejak dini, di mana dapat disimpulkan bahwa pembinaan kehidupan keagamaan bagi setiap muslim hendaknya dilakukan sejak usia dini, karena usia mudah termasuk usia yang masih dapat dibujuk untuk melakukan sesuatu dan masih mudah

(16)

untuk dipengaruhi. Namun, dalam penanaman dasar-dasar ibadah tersebut tentu memerlukan suatu strategi yang dapat meningkatkan perhatian dan minat siswa untuk mempelajari dan menjalankan ibadah yang mereka pelajari.

Kerangka Teori tesis ini dapat digambarkan seperti berikut ini :

Varibel Bebas Variabel Terikat

Berdasarkan kerangka teori di atas penulis berpendapat bahwa terdapat hubungan antara penanaman dasar-dasar ibadah dengan strategi pembelajaran dan minat serta perhatian siswa.

F. Tujuan dan Kegunaan 1. Tujuan penelitian

a. Untuk mengetahui strategi pembelajaran fikih di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Kecamatan Poso Kota.

b. Untuk mengetahui minat dan perhatian siswa terhadap pembelajaran fikih di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Kecamatan Poso Kota

c. Untuk mengetahui penerapan pelajaran fikih ibadah terhadap pelaksanaan ibadah pada siswa sehari-hari. STRATEGI PENANAMAN DASAR-DASAR IBADAH MINAT & PERHATIAN

(17)

2. Kegunaan penelitian a. Kegunaan ilmiah

1) Sebagai sarana untuk mengembangkan pengetahuan penulis khusus dalam bidang pendidikan.

2) Sebangai sumbangan pemikiran bagi para pendidik dalam melaksanakan pembelajaran khususnya pelajaran fikih di Madrasah Ibtidaiyah.

b. Kegunaan Praktis

1) Sebagai bahan reverensi bagi guru fikih dalam melaksanakan tugas profesinya. 2) Sebagai masukan bagi guru fikih di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah

Kecamatan Poso Kota sehingga dengan penelitian ini menjadi ukuran keberhasilan pembelajaran yang ia laksanakan.

G. Garis Besar Isi Tesis

Untuk memperoleh deskripsi tentang isi tesis ini, mengetengahkan secara singkat sistematika pembahasan sebagai berikut:

Bab pertama merupakan bab pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, definisi operasional dan ruang lingkup penelitian, kajian pustaka, kerangka teoritis, tujuan dan kegunaan penelitian, serta garis-garis besar isi tesis.

Pada Bab kedua merupakan Tinjauan teoritis, meliputi tinjauan tentang

pembelajaran fikih Pada Madrasah Ibtidaiyah, metode dan tujuan pembelajaran fikih, materi dasar-dasar ibadah pada madrasah Ibtidaiyah. Serta kerangka pikir

(18)

Bab ketiga yaitu metode penelitian yang meliputi: Jenis dan Lokasi Penelitian, Pendekatan Penelitian, sumber data penelitian, populasi dan sampel, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data.

Bab keempat yaitu hasil penelitian dan pembahasan, yang meliputi: Gambaran Umum Lokasi Penelitian, hasil penelitian yang meliputi; Strategi Pembelajaran Fikih di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Kecamatan Poso Kota, Minat dan Perhatian Siswa pada Pembelajaran Fikih di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Kecamatan Poso Kota,serta Pengaruh Pembelajaran fikih terhadap pelaksanaan ibadah siswa pada Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Kecamatan Poso Kota

Dan terakhir bab kelima ini sebagai penutup untuk menguraikan hasil dari rangkaian ulasan yang diawali dengan mengemukakan kesimpulan, dan untuk mengakhiri pembahasan dikemukanan implikasi penelitian hasil dari penelitian mengenai Strategi Pembelajaran Fikih dalam Menanamkan Dasar-Dasar Ibadah pada Siswa Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Kecamatan Poso Kota.

Referensi

Dokumen terkait

Mempelajari berbagai macam kosa kata untuk menambah pengetahuan tentang kosakata bahasa Inggris khususnya pada kata benda (noun) dan kata sifat (adjective) sesuai

Berdasarkan uji hipotesis Topic Intrusion task 1 dan Topik Intusion task 2, disimpulkan bahwa kedua sampel memiliki variance yang berbeda namun Means yang

Keadaan ini dapat timbul spontan atau adanya sejenis antibodi dalam darah yang merangsang kelenjar tiroid, sejenis antibodi dalam darah yang merangsang kelenjar

Tulisan ini bertujuan untuk mengungkapkan upaya yang perlu dilakukan untuk Pengembangan Kawasan Pertanian di Kabupaten Sigi, yang meliputi: (1) tata ruang termasuk

LEARNING STRATEGIES USED BY THE FIFTH GRADE STUDENTS IN IMPROVING VOCABULARY AT SDN KEBRAON II

Secara etimologis, istilah semiotika berasal dari kata Yunani, yaitu semeion yang berarti tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu yang berdasar

stimulasi produksi ASI dengan menerapkan tindakan yang ada dalam paket edukasi postnatal yang berisi tentang perawatan payudara ibu menyusui, pijat

Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh efisiensi manajemen yang berasal dari sudut pandang teknik Data Envelopment Analysis