Jurnal Anatomi Indonesia, Vol. 2 No. 01 Agustus 2007
VOLUME 02 No. 1 Agustus2007 Halaman 47 - 56
Ukuran dan bentuk dada penduduk di
dataran tinggi Samigaluh dan dataran
rendah Galur Kulon Progo Yogyakarta
Janatin Hastuti
Bagian Anatomi, Embriologi dan Antropologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
ABSTRACT
Background: High altitude plain has unique environmental stress that is different from low altitude land. People residing at high altitude have specific anatomical and physiological adaptation, which accommodate capacity to work in that environment. Chest size and shape are some of anatomical characteristics that influenced by high altitude environment.
Objective: The aims of this research are to investigate chest size and shape of people living in Samigaluh highland and Galur lowland, and to find whether there are significant differences between both populations. Methods: Investigation was conducted in 1275 people that consisted of 618 people living in Samigaluh highland and 657 people living in Galur lowland. The samples were classified by place, sex, and age group. They were measured on stature, chest width, depth, and circumference during inspiration, normal, and expiration. The index calculated was chest index and chest circumference index. Statistical analysis used was student t-test to find out differences in chest size and indexes between both populations and chi square test to detect differences in index distribution.
Result: The results show that Samigaluh men and women have smaller chest circumferences and chest index than Galur people. There are no differences in chest width in both populations, however, Samigaluh people have relatively greater chest depth. Based on chest index, Samigaluh people are dominated by medium chest shape. According to chest circumference index, both male populations mostly have average chest shape, whereas male populations commonly have broad chest.
Conclusions: In summary, there are several differences in chest size and shape of people living in Samigaluh highland and Galur lowland. Samigaluh people have smaller chest width and circumferences; on the contrary, they have greater chest depth in compare to Galur people. Moreover, people in Samigaluh have more rounded chest than that of people in Galur.
Key words:chest size; chest shape; Samigaluh highland; Galur lowland
PENGANTAR
Penelitian terhadap populasi yang tinggal di dataran tinggi perlu dilakukan dalam rangka mempelajari proses adaptasi manusia terhadap
lingkungan dan evolusi manusia1. Daerah dataran
tinggi memiliki stress lingkungan unik yang berbeda dengan dataran rendah, terutama dalam hipoksia, radiasi matahari tinggi, suhu udara rendah, kelembaban, kecepatan angin tinggi, nutrisi terbatas,
dan topografi yang terjal2. Disamping itu dapat
disebutkan beberapa faktor lagi seperti komposisi udara, tekanan udara, cuaca, jenis dan komposisi tanah, dan habitat yang membutuhkan jenis dan besar aktivitas fisik yang berbeda di lingkungan
Penduduk yang tinggal di daerah tinggi menunjukkan tiga hal penting dalam adaptasi, yakni: perubahan fisiologis jangka pendek, modifikasi selama pertumbuhan dan perkembangan serta
modifikasi unggun gena4
. Penduduk di daerah tinggi mempunyai penyesuaian anatomis dan fisiologis yang khas, yang memberinya kapasitas untuk dapat bekerja pada udara pegunungan yang tipis. Mereka cenderung mempunyai kaki pendek, tumbuh lebih lambat dan volume dada yang besar, dada yang membulat dan tulang dada yang dapat mengakomodasi paru-paru lebih besar sehingga
kapasitas vital paru-paru menjadi lebih besar5
.
Menurut Beall et al.6
▸ Baca selengkapnya: bentuk dada normal chest
(2)merupakan faktor intrinsik (genetik) yang tidak dipengaruhi oleh ketinggian, sehingga pada penduduk Qunchua Bolivia yang lahir maupun pindah ke tempak tinggi akan memiliki karakteristik
tersebut. Sementara menurut Frisancho6penduduk
Quenchua yang tinggal di tempat tinggi akan mempunyai ukuran dada yang lebih besar daripada mereka yang lahir di dataran rendah, sehingga karakteristik tersebut kemungkinan dipengaruhi oleh lingkungan asalnya.
Beberapa penelitian tentang respon ventilasi dan kapasitas paru-paru, saturasi oksigen, dan kaitannya terhadap beberapa ukuran dada telah dilaporkan pada beberapa populasi di Pegunungan Andes, Bo-livia, dan Tibet dengan pendekatan secara genetis
dan antropometris1,6,7,8,9,10,11,12,13. Sementara itu di
In-donesia penelitian pada populasi di dataran tinggi masih sedikit sekali yang mungkin juga disebabkan terbatasnya populasi dataran tinggi di Indonesia dan ketinggian yang tidak begitu besar seperti di Andes,
Bolivia maupun Tibet. Penelitian yang
membandingkan ukuran dan bentuk dada pada populasi di dataran tinggi dan dataran rendah khususnya di wilayah Kabupaten Kulon Progo belum pernah dilakukan. Untuk itu penelitian ini perlu dilakukan dalam rangka mencari signifikansi perbedaan bentuk dan ukuran pada kedua populasi tersebut sehubungan dengan kondisi lingkungan yang berbeda.
Kecamatan Samigaluh termasuk dalam wilayah Kabupaten Kulon Progo yang mempunyai daerah dengan ketinggian diatas 500 m hingga 1 000 m lebih dari 50% wilayahnya. Sementara lebih dari 90% wilayah Kecamatan Galur merupakan dataran rendah dan pantai dengan ketinggian antara 0-7 m. Kedua daerah tersebut mempunyai kondisi lingkungan yang sangat berbeda namun komposisi penduduk dan jenis aktivitas kehidupannya hampir sama.
Berdasarkan latar belakang di atas permasalah-an ypermasalah-ang muncul adalah apakah terdapat perbedapermasalah-an dalam ukuran dan bentuk dada antara penduduk yang tinggal di dataran tinggi Samigaluh dan dataran rendah Galur, serta apakah terdapat perbedaan antar penduduk laki-laki dan perempuan kedua daerah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji ukuran dan bentuk dada penduduk di dataran tinggi dan dataran rendah, serta untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan pada kedua populasi tersebut. Penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu
donesia serta sebagai bahan perbandingan dalam kajian adaptasi dan evolusi manusia.
CARA PENELITIAN
Subjek pada penelitian ini adalah 1 275 orang penduduk Samigaluh dan Galur Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta, terdiri atas 618 orang penduduk Samigaluh dan 657 orang penduduk Galur. Subjek terdiri atas penduduk laki-laki dan perempuan umur 20-60 tahun dan dikelompokkan dalam umur 20-30; 31-40; 41-50 dan 51-60 tahun. Terhadap semua subjek penelitian dilakukan pengukuran tinggi badan, lebar dada, dalam dada, serta lingkar dada normal, inspirasi dan ekspirasi. Selanjutnya dihitung indeks dada dan indeks lingkar dada.
Alat-alat yang digunakan, yaitu antropometer untuk mengukur tinggi badan, kaliper rentang untuk mengukur lebar dan dalam dada, serta pita meter untuk mengukur lingkar dada. Cara-cara pengukuran
dilakukan menurut Lohman et al. (1988)15
.
Penentuan indeks menurut Olivier16
. 1) Indeks dada16= (cm) dada dalam 100 x (cm) dada lebar Kategori16: dada membulat 120 dada rerata 121149 dada datar 150
2) Indeks lingkar dada16=
(cm) badan tinggi 100 x (cm) dada lingkar Kategori (Brugsch)17: dada sempit 51,0 dada rerata 51,155,9 dada lebar 56,0
Analisis statistik uji t dikerjakan untuk mengetahui letak signifikansi perbedaan antara ukuran dan bentuk dada antara penduduk Samigaluh dan Galur laki-laki, serta penduduk Samigaluh dan Galur perempuan pada tiap kelompok umur. Perbedaan distribusi kategori bentuk dada antara penduduk Samigaluh dan Galur laki-laki serta penduduk Samigaluh dan Galur perempuan dianalisis dengan uji nonparametrik kai kuadrat. Semua analisis data dikerjakan dengan komputer melalui
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret - Mei 2003. Lokasi penelitian di daerah dataran tinggi meliputi Desa Pagerharjo dan Desa Gerbosari (Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulon Progo). Ketinggian dari permukaan laut berkisar antara 910 – 1 010 m. Sementara lokasi penelitian di dataran rendah dilaksanakan di Desa Banaran Kecamatan Galur yang memiliki ketinggian 0-7 m di atas permukaan laut.
Hasil rerata ukuran dada penduduk Samigaluh dan Galur laki-laki dan perempuan disajikan pada
TABEL 1 dan 2. Tampak pada TABEL 1 bahwa lebar dada tidak jauh berbeda antara kedua penduduk, berkisar antara 25-26 cm, namun dalam dada ditemukan lebih besar secara signifikan pada penduduk Samigaluh. Lingkar dada normal dan ekspirasi sebaliknya lebih besar secara signifikan pada penduduk Galur pada semua kelompok umur. Lingkar dada saat inspirasi juga lebih besar pada penduduk Galur, namun signifikansi hanya dijumpai pada kelompok umur 20-30 dan 40-50 tahun.
TABEL 1 Rerata ukuran dada penduduk laki-laki Samigaluh dan Galur Kulon Progo menurut kelompok umur.
Kelompok Umur (tahun)
No Variabel N 20-30 S G 78 84 31-40 S G 86 80 41-50 S G 72 63 51-60 S G 43 69 1. 2. 3. 4. 5. Lebar dada (cm) Dalam dada (cm) Lingkar dada normal (cm) Lingkar dada inspirasi (cm) Lingkar dada ekspirasi (cm)
x
sdx
sdx
sdx
sdx
sd 26,12* 26,82 1,28 1,68 17,34 17,06 1,08 1,44 83,04** 85,83 3,67 4,41 87,26** 89,78 3,44 4,37 80,67** 84,32 3,29 4,61 26,69 26,74 1,27 1,83 18,00** 17,17 1,34 2,06 84,88** 87,22 4,35 4,82 89,59 90,63 4,72 5,03 83,60** 85,34 4,15 4,79 26,34 26,49 1,25 1,90 18,57** 17,23 1,44 1,70 84,23* 86,97 3,59 6,20 88,19** 90,84 3,74 6,26 82,84** 85,56 3,39 6,29 25,82 26,21 2,02 2,13 18,63** 17,24 1,15 1,36 25,40* 26,42 2,14 2,55 86,89 87,62 5,96 5,31 81,09* 83,35 5,77 5,22Pada penduduk perempuan, meskipun terdapat perbedaan yang signifikan pada lebar dada kedua populasi namun perbedaan rerata ukuran tidak begitu besar seperti ditampilkan pada TABEL 2. Pada kelompok umur 20-30 dan 51-60 tahun lebar dada penduduk Samigaluh lebih besar daripada penduduk Galur, namun sebaliknya lebih kecil pada kelompok umur 31-40 dan 41-50 tahun. Dalam dada penduduk
perempuan Samigaluh pada semua kelompok umur lebih besar, meskipun signifikansi hanya terdapat pada kelompok umur 20-30 dan 51-60 tahun. Lingkar dada normal, inspirasi dan ekspirasi pada kelompok umur 20-30 tahun menunjukkan lebih besar secara signifikan pada penduduk Samigaluh, namun pada umur selanjutnya lebih besar pada penduduk Galur. .
TABEL 2 Rerata ukuran dada penduduk perempuan Samigaluh dan Galur Kulon Progo menurut kelompok umur
Kelompok Umur (tahun) No. Variabel N 20-30 S G 82 88 31-40 S G 108 123 41-50 S G 92 70 51-60 S G 57 80 Lebar dada (cm) Dalam dada (cm) Lingkar dada normal (cm) Lingkar dada inspirasi (cm) Lingkar dada ekspirasi (cm)
x
sdx
sdx
sdx
sdx
sd 25,45** 24,59 1,89 1,70 17,49** 15,65 1,76 1,47 87,56** 84,98 6,33 7,02 90,03** 86,39 6,19 7,58 86,03** 82,99 6,62 7,22 24,75** 25,60 1,57 1,97 17,16 16,85 1,30 1,57 83,79** 88,51 5,45 7,59 86,72** 90,98 5,68 7,39 81,33** 87,09 8,72 7,87 25,11** 26,33 1,76 2,43 17,13 17,47 1,77 1,71 85,69* 91,91 6,49 9,15 88,50** 93,87 6,36 8,64 84,19** 90,13 7,12 9,30 25,14 24,90 1,70 1,84 17,64* 16,92 1,59 2,02 84,96 86,18 6,55 7,88 87,49 88,21 6,20 7,78 83,53 84,73 6,95 8,06Ket: S= Samigaluh; G = Galur; * P<0,05; ** P<0,01 Hasil penghitungan rerata indeks dada pada penduduk Samigaluh dan Galur laki-laki dan perempuan pada tiap kelompok umur dirangkum dalam TABEL 3. Penduduk laki-laki maupun perempuan Galur pada hampir semua kelompok umur memiliki indeks dada lebih besar secara signifikan daripada penduduk Samigaluh. Terdapat kecenderungan penurunan indeks dada dengan bertambahnya umur pada kedua populasi kecuali pada penduduk perempuan Samigaluh umur 41-50
tahun. Perubahan indeks lingkar dada dengan bertambahnya umur tidak begitu besar seperti pada indeks dada dan tidak ditemukan perbedaan yang signifikan pada penduduk laki-laki kedua daerah. Pada penduduk perempuan, indeks lingkar dada tampak lebih besar secara signifikan pada penduduk Samigaluh umur 20-30 tahun, namun pada kelompok umur 31-40 dan 41-50 tahun lebih besar pada penduduk Galur, meskipun pada kelompok umur selanjutnya tidak berbeda signifikan.
TABEL 3. Rerata indeks dada dan indeks lingkar dada penduduk Samigaluh dan Galur Kulon Progo menurut jenis kelamin dan kelompok umur
Kelompok Umur (tahun)
No. 20-30 S G S31-40G S 41-50G S 51-60G 1. 2. 1. 2. Laki-laki Indeks dada Indeks lingkar dada Perempuan Indeks dada Indeks
x
sdx
sdx
sdx
151,01**158,08 9,30 14,57 52,29 52,10 2,86 2,93 146,82**157,91 16,97 12,01 59,00** 55,19 149,08**157,82 13,79 22,37 53,20 53,53 2,79 3,11 144,62**152,48 9,33 10,54 56,16** 58,07 142,62**154,61 12,05 13,06 54,25 53,42 2,63 3,92 147,74 151,32 14,38 12,19 57,34** 60,76 139,07**152,89 13,86 17,57 53,49 53,15 2,52 3,24 143,04**148,53 9,57 14,33 57,48 57,37Hasil uji kai kuadrat sebaran kategori indeks dada dan indeks lingkar dada kedua populasi seperti ditampilkan pada TABEL 4 menujukkan terdapat perbedaan signifikan pada sebaran kategori kedua
indeks tersebut antara penduduk laki-laki maupun antara perempuan kedua daerah, kecuali indeks lingkar dada penduduk laki-laki.
TABEL 4. Hasil uji kai kuadrat sebaran kategori indeks dada dan indeks lingkar dada penduduk Samigaluh dan Galur Kulon Progo
Signifikansi No. Variabel Laki-laki Perempuan 1. 2. Indeks dada Indeks lingkar dada
0,000 0,188
0,000 0,000
Secara umum frekuensi bentuk dada berdasar-kan indeks dada pada penduduk kedua populasi baik laki-laki maupun perempuan daisajikan pada GAMBAR 1. Penduduk laki-laki Samigaluh sebagian besar mempunyai bentuk dada rerata (55%), sebagian mempunyai dada datar (35%), dan sebagian kecil dada membulat (3%). Sebaliknya penduduk laki-laki Galur lebih banyak mempunyai dada datar (64%), sebagian dada rerata (36%) dan sangat sedikit dada membulat (0,7%). Namun demikian tidak terdapat perbedaan bentuk dada berdasarkan indeks lingkar dada yang didominasi oleh bentuk dada rerata (56-60%), dada sempit berkisar 23-29%, dan selebihnya 15-17% dada lebar (GAMBAR 2).
dada sem pi t 10.25%
dada r erata 29.64%
dada lebar 60.11%
Galur Sam igaluh
dada sem pi t 3.54%
dada r erata 38.94%
dada lebar 57.52%
Laki-laki
Galur Sam igaluh
dad a r erata 42.11% dad a datar 57.89% dad a m embulat 2.36% dad a rerata 68.44% dad a datar 29.20% Perempuan
GAMBAR 1. Bagan bulat sebaran kategori indeks dada pada penduduk laki-laki dan perempuan di
Samigaluh dan Galur Kulon Progo
GAMBAR 2. Bagan bulat sebaran kategori indeks lingkar dada pada penduduk laki-laki dan perempuan di Samigaluh dan Galur Kulon Progo
Galur Samiga luh
dada sem pi t 29.49% dada r erata 55.93% dada l ebar 14.58% dada sem pi t 22.94% dada r erata 59.86% dada l ebar 17.20% Laki-laki
dada sem pit 10.25%
dada rerata 29.64% dada l ebar 60.11%
Galur Samigaluh
dada sem pit 3. 54%
dada rerata 38.94% dada lebar 57.52%
Perempuan
Perbedaan bentuk dada pada penduduk perempuan berdasarkan indeks dada maupun indeks lingkar dada nampak jelas. Penduduk perempuan Samigaluh sebagian besar mempunyai bentuk dada rerata (68%) dan sedikit dada membulat (2%), sebaliknya penduduk perempuan Galur lebih banyak mempunyai dada datar (56%) dan selebihnya dada rerata tanpa terdapat dada membulat (GAMBAR 1). Namun berdasarkan indeks lingkar dada kebanyakan penduduk kedua daerah mempunyai dada lebar (58-60%), diikuti dada rerata dan paling sedikit dada sempit (4-10%) (GAMBAR 2).
TABEL 5 menyajikan perbedaan tinggi badan, lebar, dan dalam dada penduduk dewasa laki-laki dan perempuan di Samigaluh dan Galur serta
dataran tinggi. Secara umum penduduk di dataran tinggi Samigaluh memiliki tinggi badan maupun lebar
dan dalam dada yang paling rendah disbandingkan dengan populasi lainnya.
TABEL 5. Rerata tinggi badan, lebar, dan dalam dada penduduk dewasa di Samigaluh dan Galur Kulon Progo dan beberapa populasi lain
Tinggi badan Lebar dada Dalam dada Populasi
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
Galur Kulon Progo (0-7 m) N
x
sd 229 162,77 5,76 361 152,16 5,01 295 26,59 1,89 361 25,34 2,07 295 17,17 1,66 361 16,69 1,79 Samigaluh Kulon Progo (1000 m) Nx
sd 279 157,58 5,95 339 148,89 4,44 279 26,31 1,43 339 25,08 1,74 279 18,06 1,37 339 17,31 1,61 Aymara Bolivia (3 900-4 000 m)1 Nx
SEM 166 160,50 0,39 134 149,20 0,39 169 28,90 0,15 134 28,00 0,16 169 21,00 0,15 134 18,90 0,16 Aymara Bolivia (3 900-4 000 m)2 Nx
sd 229 160,00 5,00 210 149,00 5,00 228 29,10 1,80 208 28,10 1,80 230 21,10 2,00 208 19,00 1,700 Tibet (3 800-4 065 m)2 Nx
sd 87 165,00 7,00 122 153,00 5,00 86 28,00 1,50 121 25,60 1,60 87 20,70 1,30 120 19,30 1,40 Uighurstan Asia Tengah (600 m)3 Nx
sd 72 168,80 5,67 72 29,97 2,31 71 20,06 1,95 Kirghiztan Asia Tengah (900 m)3 Nx
sd 90 169,30 4,98 90 30,25 2,38 90 19,82 1,79 Kazakhstan Asia Tengah (2 100 m)3 Nx
sd 114 169,30 6,44 112 29,44 1,81 111 19,91 1,58 Kirghiztan Asia Tengah (3 200 m)3 Nx
sd 94 168,20 6,28 94 28,10 2,45 89 19,60 1,73 Ket.: 1) Beallet al.199913; 2)Beal let al. 199712; 3) Fioriet al. 200011Indeks dada dan indeks lingkar dada seperti tampak pada TABEL 6 menunjukkan bahwa penduduk Samigaluh mempunyai bentuk dada yang mirip dengan penduduk lain yang tinggal di dataran tinggi penduduk Kazakhstan dan Kirgihiztan di Asia
tengah. Sementara penduduk Gslur yang tinggal di dataran rendah dataran rendah memiliki indeks dada paling besar, yakni 156,06 cm, namun indeks lingkar dada tidak jauh berbeda dengan populasi lainnya.
TABEL 6. Indeks dada dan indeks lingkar dada penduduk Samigaluh dan Galur dibandingkan dengan populasi lain.
Indeks dada Indeks lingkar dada Populasi
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
Galur Kulon Progo (0-7 m)
Samigaluh Kulon Progo (1 000 m)
Uighurstan Asia Tengah
(600 m)
Kirghiztan Asia Tengah (900 m)1
Kazakhstan Asia Tengah (2 100 m)1
Kirghiztan Asia Tengah (3 200 m)1 N
x
sd Nx
sd Nx
sd Nx
sd Nx
Sd Nx
sd 296 156,06 17,48 280 146,41 12,98 71 150,0 11,11 90 153,2 10,52 114 148,5 12,48 94 143,6 13,58 296 152,70 12,53 280 145,73 13,05 361 53,01 3,31 339 53,26 2,81 71 55,6 4,07 90 56,4 4,36 114 54,1 3,19 94 53,4 3,62 361 57,74 5,45 339 57,39 4,22 PEMBAHASANUkuran lebar dan dalam dada pada penduduk yang tinggal di dataran rendah Galur dan dataran tinggi Samigaluh menunjukkan kecenderungan yang agak berbeda. Secara umum tampak bahwa penduduk Samigaluh cenderung mempunyai ukuran lebar dada yang lebih kecil dibandingkan penduduk Galur, hal ini tampak wajar jika dilihat dari tinggi badan penduduk Samigaluh yang lebih rendah
daripada penduduk Galur20, namun penduduk
Samigaluh memiliki ukuran dalam dada lebih besar. Dibandingkan dengan populasi lain yang tinggal di daerah tinggi seperti di Kirghiztan dan Kazakhztan Asia Tengah, serta populasi Aymara di Bolivia dan
populasi di Dataran Tinggi Tibet12,13penduduk
Samigaluh memiliki tinggi badan serta lebar dan dalam dada yang paling kecil. Kemungkinan faktor ras dan lingkungan turut berberan besar pada perbedaan tersebut. Baik penduduk di dataran tinggi di Asia Tengah dan Tibet merupakan keturunan
jauh lebih tinggi. Sementara dengan populasi Aymara
yang merupakan keturunan ras Mongolid6,12,
perbedaan tidak begitu besar (TABEL 5). Menurut
Greksa et al. (1988)21 lebar dan dalam dada
merupakan faktor determinan antropometrik yang paling penting pada kapasitas paru-paru penduduk Aymara yang tinggal di dataran tinggi.
Indeks dada menggambarkan bentuk rongga
dada, menurut Olivier (1969)16ada tiga kategori, yakni
dada datar, sedang atau rerata, dan membulat13.
Indeks dada bervariasi pada tipe morfologis yang berbeda, juga berubah dengan pertambahan umur. Penduduk di daerah panas biasanya mempunyai nilai indeks besar, sementara penduduk di daerah dingin dan daerah tinggi cenderung mempunyai nilai indeks yang lebih kecil seperti juga terdapat pada anak-anak.
Indeks dada pada penduduk Samigaluh dan Galur menunjukkan adanya perbedaan yang signifi-kan pada semua kelompok umur, baik penduduk laki-laki maupun perempuan. Untuk semua umur rerata
penduduk Samigaluh. Hasil serupa terdapat pada populasi di Asia Tengah dataran rendah dan dataran tinggi, ternyata indeks dada pada populasi Kirghiztan dataran tinggi lebih kecil secara signifikan daripada populasi Uighustan dan Kirghiztan di dataran
rendah11. Perbedaan tersebut disamping karena efek
hipoksia juga disebabkan oleh pola penyebaran
lemak yang berbeda11.
Penyebaran kategori indeks dada pada kedua populasi berbeda signifikan baik pada penduduk laki-laki maupun perempuan. Penduduk Galur laki-laki-laki-laki dan perempuan mempunyai frekuensi indeks dada paling besar kategori dada datar kecuali umur 51-60 tahun, sedang penduduk Samigaluh laki-laki dan perempuan semua kelompok umur mempunyai frekuensi terbesar dada rerata. Dapat dikatakan bahwa penduduk Samigaluh mempunyai bentuk rongga dada yang lebih membulat daripada penduduk Galur. Pembesaran rongga dada disertai meningkatnya kapasitas vital paru-paru merupakan cirri adaptif penduduk yang tinggal di daerah tinggi
seperti pada beberapa populasi di Andes6. Faktor
lingkungan dan genetik diperkirakan turut mempengaruhi fenotip pada populasi tersebut.
Menurut Greksaet al. (1985)10yang meneliti
adaptasi ketinggian populasi dataran tinggi (3 600 m) La Paz Bolivia keturunan Eropa menemukan bahwa perbadingan ukuran lebar dan tebal dada berpengaruh signifikan terhadap kapasitas vital penduduk. Melihat perbedaan ketinggian yang tidak begitu besar pada penduduk Galur dan Samigaluh (1 000 m), serta tidak terdapat perbedaan signifikan
dalam kapasitas vital kedua populasi20kemungkinan
lebih kecilnya indeks dada pada penduduk Samigaluh lebih banyak dipengaruhi oleh kapasitas kerja yang lebih besar; atau kemungkinan perbedaan pola pertumbuhan yang terjadi pada masa anak-anak. Faktor hipoksia seperti pada populasi Kirghiztan tidak mungkin terjadi di sini karena pada ketinggian tersebut belum terjadi hipoksia. Peranan faktor perbedaan pola penyebaran lemak tidak diketahui dengan jelas mengingat rerata tebal lipatan kulit suprasternal tidak diukur pada penelitian ini, meskipun tebal lipatan kulit infrascapular pada penduduk Samigaluh lebih kecil daripada penduduk Galur.
Ukuran lingkar dada pada kedua populasi menunjukkan bahwa penduduk Samigaluh baik laki-laki maupun perempuan mempunyai lingkar dada lebih kecil secara signifikan pada semua kelompok
kecil secara signifikan daripada penduduk Kirghiztan dataran rendah. Hal tersebut berlawanan dengan penelitian pada penduduk di dataran tinggi yang biasanya memiliki lingkaran dada lebih besar daripada penduduk di dataran rendah. Kemungkinan hal tersebut dipengaruhi oleh penurunan massa lemak pada penduduk di dataran tinggi. Penduduk di dataran tinggi mempunyai lapisan lemak terutama pada daerah infrascapula lebih kecil yang turut mempengaruhi ukuran lingkaran dada.
Berbeda dengan indeks dada, maka indeks lingkar dada lebih menggambarkan volume subjek dan perototan daripada kapasitas pernafasan. Penduduk laki-laki berdasarkan klasifikasi indeks
lingkar dada16, termasuk dalam kategori dada
sedang atau rerata, sementara penduduk perempuan termasuk kategori dada lebar.
Perbedaan distribusi frekuensi kategori indeks lingkar dada menurut uji kai kuadrat berbeda signifi-kan pada penduduk laki-laki maupun perempuan. Penduduk laki-laki pada semua kelompok umur mempunyai kategori indeks paling banyak yakni dada sedang, sementara penduduk perempuan mempunyai kecenderungan kategori paling banyak yakni dada lebar. Dibandingkan penelitian pada
penduduk Kirghiztan11 ditemukan bahwa indeks
lingkar dada secara signifikan semakin kecil nilainya pada penduduk yang tinggal di daerah tinggi. Pada penelitian ini tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada indeks lingkar dada penduduk laki-laki Samigaluh dan Galur, meskipun penduduk Samigaluh menunjukkan indeks lebih besar. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh perbedaan ketinggian yang tidak begitu besar antara kedua wilayah. Namun mengingat penduduk laki-laki Samigaluh memiliki tebal lipatan kulit infrascapula yang lebih rendah, hal tersebut mungkin perlu ditinjau sebagai suatu kondisi yang berbeda. Biasanya penduduk dataran rendah mempunyai indeks lingkar dada yang lebih
besar11.
Menurut Fioriet al. (2000)11perbedaan indeks
lingkar dada dapat dipengaruhi oleh perbedaan pola penyebaran lemak bawah kulit yang berbeda.
Sementara Olivier (1969)16juga menyebutkan bahwa
indeks ini dipengaruhi oleh perbedaan sosial dan pekerjaan. Perempuan cenderung mempunyai perkembangan yang relatif lebih kecil, seperti ditemukan pada penduduk Perancis perempuan mempunyai indeks 52,2 dan laki-laki 53,8. Perbedaan rasial tidak begitu berpengaruh; pada
kemudian menurun sampai masa pubertas, lalu terjadi kenaikan cepat pada lebar dada hingga mencapai indeks lingkar dada normal. Setelah masa pertumbuhan postpubertal pada perempuan indeks ini meningkat tajam.
Ditinjau dari sudut konstitusi badan, indeks lingkar dada lebih memberikan informasi tentang volume dan perototan subjek daripada kapasitas
pernafasan16. Hal tersebut tampak lebih sesuai
dengan penelitian ini. Penduduk Samigaluh
mempunyai kapasitas kerja yang lebih besar sehingga volume dan perototan lebih berkembang, akibatnya memiliki bentuk dada relatif lebih besar. Pada penduduk perempuan tampaknya tidak menunjukkan hal demikian, karena penduduk Galur mempunyai tebal lipatan kulit infrascapular yang lebih
besar20sehingga kemungkinan pengaruh lapisan
lemak cukup besar terhadap indeks ini dan bukan karena perkembangan massa ototnya. Volume dada
yang besar dan dada yang membulat
mengakomodasi paru-paru lebih besar merupakan penyesuaian anatomis penduduk pada tempat tinggi sehingga kapasitas vital paru-paru menjadi lebih
besar5. Meskipun ditemukan bahwa kapasitas vital
pada penduduk Samigaluh dan Galur tidak berbeda signifikan baik pada penduduk laki-laki maupun
perempuan pada semua kelompok umur20, namun
diduga daya tampung udara dalam paru-paru atau kemampuan dada dalam mengakomodasi kapasitas paru-paru lebih besar pada penduduk Samigaluh baik laki-laki maupun perempuan. Hal ini tampak dari selisih ukuran lingkar dada saat inspirasi dan ekspirasi yang lebih besar pada penduduk Samigaluh.
SIMPULAN
1. Penduduk di dataran tinggi Samigaluh baik
laki-laki maupun perempuan memiliki lingkar dada dan indeks dada lebih kecil daripada penduduk dataran rendah Galur.
2. Tidak terdapat perbedaan dalam ukuran lebar
dada pada penduduk kedua populasi, namun penduduk Samigaluh memiliki dalam dada yang relative lebih besar.
3. Tidak terdapat perbedaan dalam indeks lingkar
dada pada penduduk laki-laki kedua populasi, namun terdapat perbedan pada penduduk perempuan kelompok umur 31-40 dan 41-50 tahun.
4. Berdasarkan indeks dada, penduduk Samigaluh
lebih banyak memiliki bentuk dada rerata, sementara penduduk Galur lebih banyak
5. Berdasarkan indeks lingkar dada penduduk
laki-laki kedua daerah mempunyai bentuk dada kebanyakan adalah dada rerata, namun kebanyakan penduduk perempuan mempunyai bentuk dada lebar
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Prof dr. Soedjono Aswin, PhD, Prof. drg. Etty Indriati, PhD, Dra. Neni T. Rahmawati, MKes, dan Rusyad Adi Suriyanto, SSos, MHum atas segala saran dan dukungannya hingga dapat terlaksana penelitian ini. Penulis juga berhutang budi pada Prof Dr. T Jacob (Alm) atas semua bimbingan dan perhatiannya. Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya juga penulis sampaikan kepada semua penduduk di Kecamatan Samigaluh dan Galur atas kerjasama yang baik dan kesediannya menjadi subjek penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
1. Beall CM. Andean, Tibetan, and Ethiopian patterns of adaptation to high-altitude hypoxia. Integrative and Comparative Biol. 2006; 46(1): 18-24.
2. Frisancho AR. Human Adaptation a Functional Interpretation. London: CV Mosby Co., 1979. 3. Pyle GF. Applied Medical Geography. Washington
DC: V.H. Winston & Sons, 1979.
4. Lasker GW. Physical Anthropology. Springfield: Charles C Thomas Publisher, 1976.
5. McElroy A dan Townsend PK. Medical Anthropology in Ecological Perspective. Colorado: Westview Press Inc., 1985.
6. Rupert JL, Hochachka PW. Genetic approaches to understanding human adaptation to altitude in the Andes. J of Exp Biol. 2001; 204: 3151-60.
7. Majumder PP, Basu A, Bharati P, Gupta R, Masali M, Mukhopadhyay B, Roy SK, SloanAW. Effect of altitude, ethnicity-religion, geographical distance, and occupation on adult anthropometric characters of Eastern Himalayan Populations. Am J Phys Anthropol. 1986; 70(3): 377-93.
8. Beall CM, Blangero J, Williams-Blangero S, Goldstein MC. Major gen for percent of oxygen saturation of arterial hemoglobin in Tibetan highlanders. Am J Phys Anthropol. 1994; 95(3): 271-6.
9. Leonard WR. Nutritional determinants of high-altitude growth in Nunoa, Peru. Am J Phys Anthropol. 1989; 80(3): 341-52.
10. Greksa LP, Paredes-Fernandez L, Spielvogel H. Maximal exercise capacity in adolescent European and Amerindian high-altitude natives. Am J Phys Anthropol. 1985; 67(3): 209-16.
size and hematological variation in low-, medium-, and high-altitude Central Asian population. Am J Phys Anthropol. 2000; 113(1): 47-59.
12. Beall CM, Strohl KP, Blangero J, Williams-Blangero S, Almasy LA, Decker MJ, Worthman CM, Goldstein MC, Vargas E, Villena M, Soria R, Alarcon AM, Gonzales C. Ventilation and hypoxic ventilatory response of Tibetan and Aymara high altitude natives. Am J Phys Anthropol. 1997; 104: 427-47. 13. Beall CM, Almasy LA, Blangero J, Williams-Blangero
S, Brittenham GM, Strohl KP, Decker MJ, Vargas E, Villena M, Soria R, Alarcon AM, Gonzales C. Percent of saturation of arterial hemoglobin among Bolivian Aymara at 3,900-4,000 m. Am J Phys Anthropol. 1999; 108(1): 41-51.
14. Beall CM, Song K, Elston RC, Goldstein MC. Higher offspring survival among Tibetan women with high oxygen saturation genotypes residing at 4,000 m. The National Acad of Sci of the USA, 2004. 15. Lohman TG, Roche AF, Martorel R (Eds).
Anthro-pometric Standardization Reference Manual. Champaign: Human Kinetics Books, 1988.
16. Olivier G. Manual of Physical Anthropology. Springfield: Charles C Thomas Publisher, 1969. 17. Comas J. Manual of Physical Anthropology.
Springfield: Charles C Thomas Publisher, 1960. 18. Santoso S. SPSS Versi 10, Mengolah Data Statistik
Secara Profesional. Jakarta: Alex Media Computindo, 2002.
19. Sugiyono dan Wibowo E. Statistika Penelitian dan Aplikasinya dengan SPSS 10.0 for Windows. Bandung: Alfabeta, 2001.
20. Hastuti J, Jacob T, Aswin S. Ciri-ciri antropometris dan kapasitas vital penduduk di dataran tinggi Samigaluh dan dataran Rendah Galur. Sains Kesehataan. 2005; 18(2): 261-76.
21. Greksa LP, Caceres E, Paredes-Fernandez L, Paz-Zamora M, Spielvogel H. Effect of altitude on the lung function of high altitude residents of European ancestry. Am J Phys Anthropol. 1988; 75(1): 77-85.