• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK PENCEMARAN TERHADAP KUALITAS BAKTERIOLOGI AIR SUMUR GALIDI DAERAH PANTAI DAN MUARA DI PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN ABSTRAK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAMPAK PENCEMARAN TERHADAP KUALITAS BAKTERIOLOGI AIR SUMUR GALIDI DAERAH PANTAI DAN MUARA DI PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN ABSTRAK."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1 ABSTRAK

Indasah

Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci (bermacam-macam cucian) dan sebagainya. Menurut perhitungan WHO, di negara-negara maju tiap orang memerlukan air antara 60-120 liter per hari. Hingga saat ini penduduk Indonesia sulit terbebas dari penyakit diare, kolera, disentri hingga tifus. Sebab, semua penyakit tersebut berhubungan erat dengan air (waterborne diseases), terutama di daerah pantai dan disekitar muara, karena kebiasaan masyarakat membuang limbah domestiknya langsung ke sungai dan terakumulasi di muara, karena aliran air di muara tidak terlalu deras. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kualitas air sumur di daerah muara dan pantai di Kabupaten Lamongan.

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional komparatif dengan pendekatan cross sectional dengan menggunakan teknik purposive sampling diperoleh sampel masing-masing 5 sumur gali di daerah pantai dan muara dari 53 sumur gali. Parameter yang diukur adalah jumlah E colli pada masing-masing sampel air dari sumur yang dijadikan sampel. Signifikasi perbedaan kualitas air sumur dianalisa dengan menggunakan independent sample t-test .

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan pada sampel air sumur gali daerah muara total koliform tertinggi sebesar 240 / 100 ml dan terendah 110 / 100 ml dengan rata-rata sebesar 180 / 100 ml, sedangkan di daerah pantai, total koliform tertinggi sebesar 290 / 100 ml dan terendah 70 / 100 ml dengan rata-rata sebesar 118 / 100 ml. Hasil pengujian menunjukkan ada perbedaan kualitas air minum pada sumur gali di daerah pantai dan muara di Kabupaten Lamongan.

Tingginya angka koliform yang berada jauh diatas angka normal memerlukan sosialisasi kepada masyarakat tentang rendahnya kualitas air sumur dan cara-cara pengolahannya sehingga layak untuk dikonsumsi.

(2)

Latar Belakang

Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makanan. Didalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa, sekitar 55-60 % berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65 % dan untuk bayi sekitar 80 %. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci (bermacam-macam cucian) dan sebagainya. Menurut perhitungan WHO, di negara-negara maju tiap orang memerlukan air antara 60-120 liter per hari. Sedangkan di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, tiap orang memerlukan air 30-60 liter per hari (Notoatmodjo, 2003).

Dalam PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990, dinyatakan bahwa untuk penilaian kualitas air dari segi mikrobiologis parameter yang digunakan adalah bakteri golongan Coliform yang berasal dari tinja dan jumlah kuman. Jumlah kuman air minum adalah 0/100 ml air. Untuk memenuhi persyaratan tersebut maka perlu adanya pengolahan terhadap air yang akan digunakan sebagai air minum. Sebagian besar penduduk di Indonesia menggunakan sumur sebagai sumber air minum. Penggunaan air sumur dianggap lebih aman dibandingkan dengan memanfaatkan air sungai atau PDAM karena sebagian besar PDAM menggunakan bahan baku air sungai. Asumsi ini tidak selamanya benar, menurut Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLHD) (2006), air tanah umumnya tercemar oleh rembesan dari septic

tank yang bisa disebut black water dan juga pencemaran dari air laut akibat

intrusi ataupun sedimentasi. Sedangkan sumber pencemaran sumur air tanah antara lain dari septic tank, tempat sampah, industri, salon kecantikan, bengkel, serta saluran got dan sungai. Semakin dekat letak sumur dengan sumber pencemaran maka semakin besar air sumur tercemar. Sumber pencemar nomor

(3)

satu adalah limbah domestik. Limbah inilah yang mendominasi turunnya kualitas air bawah tanah.

Hingga saat ini penduduk Indonesia sulit terbebas dari penyakit diare, kolera, disentri hingga tifus. Sebab, semua penyakit tersebut berhubungan erat dengan air (waterborne diseases). Kontaminasi air minum yang dipasok untuk keperluan masyarakat umum dapat terjadi akibat limbah industri, domestik, limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), korosi dari pemipaan, dan juga akibat hasil samping dari proses disinfeksi dengan klorin. Pencemaran E-Colli tertinggi terjadi di daerah pantai terutama disekitar muara, karena kebiasaan masyarakat membuang limbah domestiknya langsung ke sungai dan terakumulasi di muara, karena aliran air di muara tidak terlalu deras (BPLH, 2006).

Menurut Badan Perencanaan dan Pengembangan Teknologi (BPPT) (2006), kondisi ini dpat diatasi dengan kaporit dalam jumlah tepat. Untuk satu sumur cukup dengan satu sendok makan, bekteri di dalam sumur sudah mati. Untuk sumur pompa, kaporit sebagai desinfektan dapat diberikan di bak penampungan.

Secara spesifik kejadian diare dan kecacingan di Wilayah Puskesmas Paciran pada awal musim penghujan antara bulan Nopember 2007 – Desember 2007 cukup tinggi dimana untuk bulan Nopember 2007 terdapat 127 pasien yang menderita diare, 83 pasien berasal dari daerah muara dan 44 berasal dari daerah pantai. Rumah di daerah muara sebanyak 31 dan rumah di daerah pantai sebanyak 23. Sumur di daerah muara sebanyak 26 dan sumur di daerah pantai sebanyak 18. Kondisi ini nampaknya dipicu oleh kondisi bahan baku air bersih yang berasal dari air sumur, dimana berdasarkan hasil pengamatan awal menunjukkan bahwa rasa air sumur tersebut payau dan keruh.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kualitas bakteriologi air sumur gali di daerah pantai dan muara di Paciran Kabupaten Lamongan.

(4)

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional komparatif dengan pendekatan cross sectional, dimana peneliti melakukan observasi dan pengukuran variabel sesaat. Artinya subyek diobservasi satu kali saja dan pengukuran variabel dependen dan independen dapat dilakukan pada saat pemeriksaan atau pengkajian data (Notoatmodjo, 2002).

Dalam penelitian ini langkah-langkah yang dilakukan didasarkan pada kerangka kerja sebagai berikut :

(5)

Populasi

Sumur Gali di Wilayah Kerja Puskesmas Paciran Kabupaten Lamongan dengan jumlah

53 sumur gali yang terdiri dari 31 sumur gali di daerah muara dan 22 sumur gali

di daerah pantai.

Sampel

Sebagian sumur gali di Wilayah Kerja Puskesmas Paciran

Kabupaten Lamongan Muara Pantai MPN coliform Total coliform MPN coliform Total Coliform Purposive Sampling

Uji Beda T-test Pengujian Kualitas Air :

- Pengambilan Sampel - Penyimpanan

- Pengujian Lab

Pengujian Kualitas Air : - Pengambilan Sampel - Penyimpanan

- Pengujian Lab

(6)

A. Populasi, Sampel dan Sampling

Populasi dalam penelitian ini adalah semua sumur gali di Wilayah Kerja Puskesmas Paciran Kabupaten Lamongan dengan jumlah 53 sumur yang terdiri dari 31 sumur gali di daerah muara dan 22 sumur gali di daerah pantai.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian sumur gali di Wilayah Kerja Puskesmas Paciran Kabupaten Lamongan dalam penelitian ini yang diuji adalah 5 sumur gali di daerah pantai dengan 5 sumur gali di daerah muara.

Teknik sampling yang digunakan adalah metode purposive

sampling yaitu mengambil sampel dengan kriteria tertentu yang

ditentukan oleh peneliti (Notoatmodjo, 2002). Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah batasan ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti (Notoatmojo, 2002).

Tabel 3.1. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Indikator Instrument Skala

Variabel

Independen (X) : Letak sumur Gali

Posisi sumur dengan referensi kedekatannya terhadap : a. Pantai b. Muara Variabel Dependen (Y1): Kualitas Bakteriologi air sumur gali di Daerah Pantai Kandungan coliform pada bakteriologi air sumur gali yang terletak di daerah dengan radius 1 km dari garis pasang air laut.

MPN total coliform Uji laboratorium dengan metode MPN Rasio

(7)

Variabel Definisi Operasional Indikator Instrument Skala Variabel Dependen (Y2): Kualitas Bakteriologi air sumur gali di Daerah Muara Kandungan coliform pada air sumur gali yang terletak di daerah dengan radius 1 km dari garis pertemuan antara sungai dan laut.

MPN total coliform Uji laboratorium dengan metode MPN Rasio Pengumpulan Data

1. Proses Pengumpulan Data

Langkah – langkah pengumpulan datanya adalah :

a. Memilih sebuah kran yang cukup sering digunakan (dari dari kran yang jarang digunakan sudah berubah komposisinya), melepaskan bagian unt uk aerasi atau penyaring bila ada.

b. Membakar ujung kran serta bagian dalamnya dengan nyala api misalnya dengan pembakar bunsen atau lilin selama ½ sampai 5 menit sampai steril, ujung kran dibiarkan steril (tidak disentuh).

c. Air dikeluarkan dari kran dengan debit tinggi selama  5 menit. d. Debit air dikecilkan dan dibiarkan mengalir selama 5 menit.

e. Menyiapkan botol dengan tutup yang telah disterilkan dengan sampel air kran sampai ¾ bagian volume bersih. Bagian dalam botol dan tutup tidak boleh disentuh kecuali oleh sampel sendiri.

Analisa Data

Analisa data menggunakan uji beda menggunakan Independent sample

(8)

HASIL PENELITIAN

Deskripsi Lokasi Penelitian

Kabupaten Lamongan, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Lamongan. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Gresik di timur, Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Jombang di selatan, serta Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Tuban di barat. Kabupaten Lamongan terdiri atas 27 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Lamongan. Lamongan merupakan salah satu kabupaten yang terletak di pantai utara Jawa Timur. Sebagian kawasan pesisir berupa perbukitan. Formasi ini merupakan kelanjutan dari rangkaian Pegunungan Kapur Utara. Di bagian tengah terdapat dataran rendah dan bergelombang, dan sebagian tanah berawa. Di bagian selatan terdapat pegunungan, yang merupakan ujung timur dari Pegunungan Kendeng. Bengawan Solo mengalir di bagian utara.

Pertanian merupakan sektor perekonomian yang dominan di Kabupaten Lamongan. Daerah pesisir merupakan kawasan nelayan dan tambak. Lamongan termasuk salah satu kabupaten yang tergabung dalam kawasan perkembangan Gerbangkertosusila.

Penelitian yang dilakukan difokuskan pada daerah muara dan pantai di Kecamatan Paciran. Paciran bisa dikatakan sentra pariwisata dari Kabupaten Lamongan, karena di daerah ini ada banyak kawasan pariwisata. Tinggi Pusat Pemerintahan wilayah Kecamatan Pacirandari permukaan laut 2 m2. Suhu maximum / minimum 29 ºC / 20 ºC. Jumlah hari dengan curah hujan yang terbanyak 6 hari. Banyaknya Curah Hujan 269 mm/th. Batas-batas : - Sebelah Utara : Laut Jawa, Sebelah Selatan : Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan, Sebelah Barat : Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan, Sebelah Timur : Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik.

(9)

Teluk Paciran SM1 SM3 SM2 SM4 SM5 SP1 SP2 SP3 SP4 SP5 Sungai Paciran Ke Surabaya Ke Tuban Keterangan :

Jarak sumur pada daerah muara dengan muara ± 1 km dan tidak ada ombak Jarak sumur pada daerah pantai dengan garis pantai ± 1 km dan ada ombak Kedalaman sumur ± 2 pipa

Gambar 2. Lokasi Pengambilan Sampel Air Sumur di Kabupaten Lamongan Tahun 2008

(10)

Hasil Penelitian

1. Kualitas Bakteriologi Air Sumur Gali di Daerah Muara

Kualitas bakteriologi air sumur gali di daerah muara di Paciran Kabupaten Lamongan adalah sebagai berikut :

Tabel Kualitas Bakteriologi Air Sumur Gali di Daerah Muara di Paciran Kabupaten Lamongan No. Kode Responden Total Koliform (Jumlah Per 100ml) Batas Maksimum 1 SM1 240 10 2 SM2 220 10 3 SM3 190 10 4 SM4 140 10 5 SM5 110 10 Rata-Rata 180

Berdasarkan tabel diatas nampak bahwa total koliform pada masing-masing sampel kualitas bakteriologi air sumur gali jauh diatas ambang batas normal, dengan total koliform tertinggi sebesar 240 / 100 ml dan terendah 110/100 ml dengan rata-rata sebesar 180/100 ml. 2. Kualitas Bakteriologi Air Sumur Gali di Daerah Pantai

Kualitas bakteriologi air sumur gali di daerah pantai di Paciran Kabupaten Lamongan adalah sebagai berikut :

Tabel Kualitas Bakteriologi Air Sumur Gali di Daerah Pantai di Paciran Kabupaten Lamongan . No. Kode Responden Total Koliform (Jumlah Per 100ml) Batas Maksimum 1 SP1 150,00 10 2 SP2 130,00 10

(11)

3 SP3 110,00 10

4 SP4 80,00 10

5 SP5 70,00 10

Rata-Rata 108

Berdasarkan tabel diatas nampak bahwa total koliform pada masing-masing sampel kualitas bakteriologi air sumur gali jauh diatas ambang batas normal, dengan total koliform tertinggi sebesar 150 / 100 ml dan terendah 70 / 100 ml dengan rata-rata sebesar 108 / 100 ml.

3. Perbedaan Kualitas Air Minum Gali Pada Sumur di Daerah Pantai Dan Muara

Berdasarkan hasil pengujian nilai total koliform diperoleh data nilai total koliform pada sampel air sumur didaerah muara dan pantai sebagai berikut :

Tabel Perbedaan Kualitas Bakteriologi Air Sumur Gali di Daerah Pantai di Paciran Kabupaten Lamongan .

No. Total Koliform Sampel Air Sumur Gali

Muara Pantai 1 240 190 2 220 140 3 190 110 4 140 80 5 110 70

Dengan menggunakan data diatas kemudian dilakukan pengujian dengan metode independen samples t-test. Hasil pengujian yang dilakukan diperoleh nilai F untuk uji homogenitas sebesar 1,989 dengan P-Value sebesar 0,196 yang berarti data tidak homogen atau varian antara

(12)

kelompok total koliform sampel air sumur gali di daerah pantai dengan total koliform sampel air sumur gali di daerah muara tidak sama.

Sehingga hasil pengujian independen samples t-test yang digunakan adalah equal variances not assumed sehingga diperoleh nilai t sebesar 2,524 dengan P-Value 0,041. Karena P-Value <  (5%) sehingga disimpulkan ada perbedaan kualitas air sumur gali didaerah muara dengan daerah pantai. Nilai rata-rata total koliform air sumur pada daerah pantai < nilai rata-rata total koliform air sumur pada daerah muara maka kualitas air sumur di daerah pantai lebih baik daripada kualitas air sumur di daerah muara.

(13)

13

sumur gali jauh diatas ambang batas normal, dengan total koliform tertinggi sebesar 240 / 100 ml dan terendah 110 / 100 ml dengan rata-rata sebesar 180 / 100 ml.

Hingga saat ini penduduk Indonesia sulit terbebas dari penyakit diare, kolera, disentri hingga tifus. Sebab, semua penyakit tersebut berhubungan erat dengan air (waterborne diseases). Kontaminasi air minum yang dipasok untuk keperluan masyarakat umum dapat terjadi akibat limbah industri, domestik, limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), korosi dari pemipaan, dan juga akibat hasil samping dari proses disinfeksi dengan klorin. Pencemaran E-Colli tertinggi terjadi di daerah pantai terutama disekitar muara, karena kebiasaan masyarakat membuang limbah domestiknya langsung ke sungai dan terakumulasi di muara, karena aliran air di muara tidak terlalu deras (BPLH, 2006).

Hal ini juga nampak dari hasil penelitian yang dilakukan di daerah muara pada wilayah Kabupaten Lamongan, dimana kondisi air sumur pada daerah tersebut sangat tidak layak untuk di konsumsi karena jumlah total koliformnya jauh diatas ambang batas normal yaitu 10 / 100 ml air. Untuk mengatasi permasalahan tersebut ada dua pendekatan yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Lamongan untuk menekan agar masyarakat disekitar muara tidak terserang penyakit yang disebabkan oleh tercemarnya air, yaitu melalui penyadaran kepada masyarakat agar tidak membuang limbah domestiknya ke suangai dan menyediakan air bersih melalui PDAM. Langkah menyediakan air bersih melalui PDAM ini sebenarnya telah dilakukan akan tetapi masih sedikit masyarakat yang memanfaatkannya.

(14)

Kualitas Bakteriologi Air Sumur Gali di Daerah Pantai

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa kualitas bakteriologi air sumur di daerah pantai berdasarkan total koliform pada masing-masing sampel kualitas bakteriologi air sumur gali jauh diatas ambang batas normal, dengan total koliform tertinggi sebesar 150 / 100 ml dan terendah 70 / 100 ml dengan rata-rata sebesar 108 / 100 ml.

Bersarnya kandungan koliform pada air sumur gali di daerah pantai ini tentunya akan sangat mempengaruhi kesehatan masyarakat penggunanya.

Waterborne desease banyak terjadi pada daerah pantai Kabupaten Lamongan.

Kondisi kualitas bakteriologi air sumur yang rendah ini sebenarnya dapat diatasi dengan jalan pengolahan bahan baku bakteriologi air sumur gali dengan menggunakan kaporit atau tawas, akan tetapi sedikit sekali masyarakat yang melakukannya. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang rendahnya bahan baku air minum dari sumur dan cara penanggulangannya.

Hal ini sesuai dengan pendapat Badan Perencanaan dan Pengembangan Teknologi (BPPT) (2006), kondisi bahan baku air dengan kualitas rendah dapat diatasi dengan kaporit dalam jumlah tepat. Untuk satu sumur gali cukup dengan satu sendok makan, bekteri di dalam sumur sudah mati. Untuk sumur pompa, kaporit sebagai desinfektan dapat diberikan di bak penampungan.

Perbedaan Kualitas Bakteriologi Air Sumur Gali di Daerah Pantai Dan Muara

Analisa data yang dilakukan menunjukkan bahwa ada perbedaan kualitas bakteriologi air sumur gali di daerah pantai dan muara di Paciran Kabupaten Lamongan.

Persyaratan yang harus dipenuhi dalam pembuatan sumur gali adalah jarak sumur dengan resapan air kotor minimal 10 meter, air yang dihasilkan harus memenuhi baku mutu air minum, jika merupakan sumur gali harus memenuhi

(15)

syarat disertai atap sebagai penutup, dinding sumur terdiri dari susunan batu bata atau batu kali yang direkatkan dengan PC dengan lebar dinding minimal 3 meter dari mulut sumur, dinding sumur bersifat kedap air, memiliki dinding pada mulut sumur dengan ketinggian minimal 120 cm dengan tujuan sebagai pengaman, mencegah aliran air permukaan masuk ke sumur, dasar sumur harus diberi kerikil untuk mengurangi kekeruhan atau menggunakan koagulan misalnya aluminium sulfat (tawas) (Departemen Pekerjaan Umum, 1997).

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kandungan koliform pada sumur di daerah pantai dan muara, akan tetapi pada seluruh sumur yang diteliti kandungan koliformnya jauh berada diatas batas normal. Hal ini menyebabkan pada perbedaan jumlah kasus diare di daerah muara lebih besar dibandingkan dengan kasus diare di daerah pantai. Kondisi intrusi air laut yang sudah jauh masuk ke daratan menyebabkan kondisi ini, hal ini nampak dari hasil pengamatan yang dilakukan nampak pada seluruh sumur yang diambil sampel airnya terasa payau. Untuk mengatasi kondisi ini perlu dilakukan upaya pengolahan air lebih lanjut misalnya dengan melakukan penyaringan dan pemberian tawas untuk mengurangi kadar garam dan kandungan bakterinya.

(16)

16 kesimpulan sebagai berikut :

1. Kualitas bakteriologi air sumur gali di daerah pantai menunjukkan bahwa total koliform pada masing-masing sampel bakteriologi air sumur jauh diatas ambang batas normal, dengan total koliform tertinggi sebesar 240 / 100 ml dan terendah 110 / 100 ml dengan rata-rata sebesar 180 / 100 ml. 2. Kualitas bakteriologi air sumur gali di daerah muara menunjukkan bahwa

total koliform pada masing-masing sampel bakteriologi air sumur jauh diatas ambang batas normal, dengan total koliform tertinggi sebesar 150 / 100 ml dan terendah 70 / 100 ml dengan rata-rata sebesar 108 / 100 ml. 3. Ada perbedaan signifikan kualitas bakteriologi air sumur gali di daerah

(17)

A. Saran

1. Bagi Pemilik Sumur

Bagi pemilik sumur diharapkan dapat melakukan pengolahan bahan baku yang berasal dari air sumur gali untuk mencegah terjadinya infeksi penyakit yang disebabkan oleh rendahanya kualitas bakteriologis minimal dengan cara merebus termasuk untuk sikat gigi.

2. Bagi Puskesmas

Puskesmas disarankan untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang rendahnya kualitas air sumur dan cara-cara pengolahannya sehingga layak untuk dikonsumsi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian yang telah dilakukan dengan meneliti pengaruh penggunaan air sumur gali yang tercemar ini terhadap derajat kesehatan masyarakat penggunanya.

(18)

18

Arikunto, Suharsimi. Prof. Dr. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogya : Rineka Cipta. Hal : 73

Bakorsustanal, 2003. Survey Geografi Garis Pantai Pulau Jawa. Jakarta.

Darwis, Sudarwan Danim. (2003). Metode Penelitian Kebidanan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Hal : 174

Departemen Pekerjaan Umum, 2007. Juklak Standar Pembangunan Perumahan. Jakarta.

Depkes RI. 1995. Modul Pelatihan Penyehatan Air. Jakarta.

Notoatmojo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta. Hal : 95 – 129.

Nursalam. (2000). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Hal : 73.

Nursalam dan Pariani, S. (2003). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Permenkes nomer 416/MENKES/SK/VII/2002 tentang Baku Mutu Air Minum.

Pratiknya, Ahmad Watik. 2000. Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran

dan Kesehatan. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. Hal 45.

Sugiyono, 1997. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Hal : 45. Totok Sutrisno, 2004. Penyehatan Lingkungan. Jakarta : Depkes RI. WCA, 2006. Recovering The Coast Line. Melbourne.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Kerja
Tabel 3.1. Definisi Operasional
Gambar 2. Lokasi Pengambilan Sampel Air Sumur   di Kabupaten Lamongan Tahun 2008
Tabel  Kualitas  Bakteriologi  Air  Sumur  Gali  di  Daerah  Muara  di  Paciran  Kabupaten Lamongan   No
+2

Referensi

Dokumen terkait

penyediaan layanan di Kantor Desa Kotabaru Seberida belum mencapai standar pelayanan minimal dan pola layanan dalam penyampaian jasa di Kantor Desa Kotabaru Seberida masih

Dalam program pengembangan ilmu, baik dalam ilmu alam, ilmu sosial humaniora, maupun ilmu keislaman, tidak bisa dinafikan keberadaan “asumsi dasar” yang dalam taraf tertentu bersifat

Sila ini berhubungan dengan perilaku kita sebagai manusia yang pada. hakikatnya semuanya sama

Terdapat pengaruh dari variabel lingkungan kerja, komunikasi, dan disiplin kerja secara bersama-sama (simultan) secara signifikan terhadap variabel produktivitas

Setelah dilakukan evaluasi terhadap dokumen kualifikasi yang Saudara ajukan pada pekerjaan Pengadaan Jasa Konsultansi Pengawasan Renovasi Gedung Kantor Pengadilan Agama Sumbawa

[r]

 Aspek Teknis ; mencakup strategi dan usulan kegiatan pengembangan sektor sanitasi yang terdiri dari (a) layanan sub sektor air limbah domestik, (b) layanan sub

Judul Skripsi : Efektivitas Pembelajaran Elaborasi dengan Pendekatan Pembuatan Catatan Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Logaritma Peserta Didik Kelas X Semester I