• Tidak ada hasil yang ditemukan

Angkatan Balai Pustaka Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Sastra Dosen Achmad Abbi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Angkatan Balai Pustaka Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Sastra Dosen Achmad Abbi"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Angkatan Balai Pustaka

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Sastra Dosen Achmad Abbi

Disusun oleh

1. Aulia Nurfadhilah 2001045088 2. Firda Parhana 2001045104 3. Regan Bahtiar 2001045056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA 2021

(2)

1. LATAR BELAKANG

Dalam sejarahnya awal mula Balai Pustaka terbentuk ketika pemerintahan Kolonial Belanda mendirikan komisi untuk bacaan sekolah pribumi dan bacaan rakyat, pada 14 September 1908 melalui keputusan Gubernemen dengan nama awal yaitu Commissie voor de inlandsche school en volkslectuur diketuai oleh Dr. G.A.J. Hazeu. dan Balai Pustaka baru menghasilkan bacaan pada tahun 1910 yang dipimpin oleh Dr. D.A. Rinkes sampai tahun 1916 dengan tugasnya adalah memajukam moral dan budaya serta meningkatkan apresiasi sastra. Kemudian pada tahun 1917 pemerintahan Kolonial Belanda mendirikan Kantoor voor de volkslectuur atau Kantor Bacaan Rakyat yaitu Balai Pustaka. Tujuan didirikannya Balai Pustaka ialah untuk mengembangkan bahasa – bahasa seperti bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Melayu tinggi dan bahasa Madura. Serta mencegah pengaruh buruk dari bacaan yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar) yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah.

Tujuan inti didirikannya Komisi Bacaan Rakyat adalah meredam dan mengalihkan gejolak perjuangan bangsa Indonesia lewat media tulisan dan tidak bertentangan dengan kepentingan Belanda. Tujuan lainnya adalah menerjemahkan atau menyadur hasil sastra Eropa hal ini bertujuan agar rakyat Indonesia tidak buta terhadap informasi yang berkembang di negaranya sendiri. Adapun usaha – usaha positif yang dilakukan yaitu mengadakan perpustakaan di tiap – tiap sekolah, mengadakan peminjaman buku – buku dengan tarif murah secara teratur, dan memberikan bantuan kepada usaha – usaha swasta untuk menyelenggarakan taman bacaan. Jadi, beberapa faktor berikut inilah yang menjadi penyebab perjalanan kesusastraan Indonesia berkembang mengikuti idiologi kolonial:

1. Pendirian Balai Pustaka telah menafikan keberadaan karya – karya terbitan swasta yang ecara sepihak dituding sebagai “bacaan liar”. Karya – karya sastra yang dipublikasikan lewat surat kabar dan majalah, dianggap tidak ada.

2. Pemberlakuan sensor melalui Nota Rinkes menyebabkan buku – buku terbitan Balai Pustaka, khasnya novel – novel Indonesia sebelum perang, cenderung menampilkan tokoh – tokoh yang terkesan karikaturs.

3. Penetapan bahasa melayu mendorong munculnya sastrawan – sastrawan yang menguasai bahasa Melayu. Dan mereka datang dari Sumatera. Maka, sastrawan yang berasal dari Sumatera itulah yang kemudian mendominasi peta kesusastraan Indonesia.

Sastra Balai Pustaka adalah sastra rakyat yang berpijak pada kultur Indonesia abad 20. Hal ini dengan jelas nampak dari roman – roman Balai Pustaka dalam bahasa jawa, sunda, dan melayu tinggi. Sastra Balai Pustaka sebenarnya adalah “sastra daerah”, bukan saja dalam arti menggunakan bahasa daerah tetapi juga menggarap tema – tema kedaerahan, bisa dilihat dari karya – karya yang lahir pada saat itu. Saat itu buku – buku yang diterbitkan Balai Pustaka dapat dibagi tiga; pertama, buku untuk anak – anak. Kedua, buku hiburan dan penambahan pengetahuan dalam bahasa daerah. Ketiga, buku hiburan dan penambahan pengetahuan dalam bahasa melayu dan kemudian menjadi bahasa Indonesia. Pada masa pendudukan jepang (1942-1945) Balai Pustaka

(3)

masih tetap eksis namun menggunakan nama lain yaitu, Gunseikanbo Kokumin Tosyokyoku yang artinya Biro Pustaka Rakyat Pemerintah Militer Jepang. Zaman keemasan Balai Pustaka sekitar tahun 1948 hingga pertengahan tahun 50-an ketika dipimpin oleh K.St. Pamoentjak dan mendominasi penerbitan buku – buku sastra dan sejumlah pengarang Indonesia bermunculan seperti H.B.Jassin, Idrus, M.Taslim, dan lain – lain.

2. KARAKTERISTIK BALAI PUSTAKA

Sastra Balai Pustaka lahir sekitar tahun 20-an, di mana kehidupan masyarakat kita dalam masa penjajahan. Di bawah penindasan kaum penjajah, masyarakat kita memiliki sikap, cita-cita, dan adat istiadat yang isinya memberontak. Hal tersebut disebabkan oleh dalam kehidupan mereka selalu diwarnai peristiwa-peristiwa sosial dan budaya yang sengaja diciptakan oleh pihak penjajah, yakni pemerintah Belanda. Hal inilah yang menjadi ciri atau karakteristik sastra pada masa itu. Umumnya karakteristik sastra suatu periode dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu: (1) situasi dan kondisi masyarakat, (2) sikap hidup dan cita-cita para pengarang, dan (3) sikap dan persyaratan yang ditentukan oleh penguasa atau pemerintah.

Bertolak dari hal-hal tersebut di atas, karakteristik sastra Angkatan Balai Pustaka adalah sebagai berikut.

▪ Bahasa sastra adalah bahasa Indonesia masa permulaan perkembangan, yang disebut bahasa Melayu Umum.

▪ Sastra Balai Pustaka umumnya bertema masalah kawin paksa atau tema adat masyarakat (terutama kaum ibu) beranggapan bahwa perkawinan urusan orang tua. Orang tua memiliki kekuasaan mutlak dalam menentukan jodoh anaknya. ▪ Latar belakang sosial sastra angkatan Balai Pustaka berupa pertentangan paham

antara kaum muda dengan kaum tua. Contoh Novel salah Asuhan, Sicebol Rindukan Bulan, yang memiliki kecenderungan simpati kepada yang lama, bahwa yang baru tidak semua membawa kebaikan.

▪ Unsur Nasionalitas pada sastra Balai Pustaka belum jelas, Pelaku-pelaku novel angkatan Balai Pustaka masih mencerminkan kehidupan tokoh-tokoh yang berasal dari daerah-daerah.

▪ Masih mengunkan bahasa klise seperti pribahasa dan papatah-petitih ▪ Gaya menceritakan terpengaruh oleh sastra melayu yang mendayu-dayu. ▪ Puisinya berupa syair dan pantun

(4)

▪ Isi karya sastranya bersifat didaktis ▪ Aliran bercorak romantik.

3. Tokoh Sastra Populer Angkatan Balai Pustaka 1. Merari Siregar

2. Marah Roesli 3. Muhammad Yamin 4. Nur Sutan Iskandar 5. Aman Datuk Madjoindo

4. Karya-Karya Angkatan Balai Pustaka a. Azab dan Sengsara (Merari Siregar)

Azab dan sengsara merupakan novel tahun 1920 yang ditulusi oleh merari siregar dan angkatan balai pustaka, novel ini mengisahkan tentang sepasang kekasih, aminuddin dan mariamin yang tidak diperbolehkan menikah dan menderita. Novel ini dianggap sebagai novel modern pertama di Indonesia.

b. Sitti Nurbaya (Marah Rusli)

Sitti nurbaya adalah novrl yang ditulis oleh Marah Rusli dan diterbitkan pada tahun 1922. Sitti nurbaya menceritakan tentang cinta remaja antara samsul bahri dan sitti nurbaya yang hendak menjalin cinta tetapi terpisah kettika samsul diharuskan pergi ke Batavia untuk pendidikan. Belum lama kemudian sittu mengajukan diri untuk menikah dengan datuk meringgih yang kaya tapi kasar agar ayahnya bias hidup bebas tanpa hutang; nurbaya kemudian dibunuh oleh meringgih. Pada akhir cerita samsul kemudian menjaddi tentara colonial belanda membunuh meringgih dalam suatu revolusi lalu meninggal akibat lukanya.

c. Apa Dayaku Karena Aku Perempuan (Nur Sutan Iskandar)

Novel ini merupakan karya dari tokoh sastra yaitu Nur Sutan Iskandar yang iterbitkan pada tahun 1922. Novel ini menceritakan tentang seorang perempuan bernama Ani. Kisahnya berlatar budaya Minangkabau. Ceritanya menekankan pertentangan antara kaum muda dann kaum tua. Ani dan kekasihnya ingin menikah di usia yang sudah matang dan

(5)

dapat mandiri secara fiinansial. Namun ayah ani dan tetua adat menentangnya, mereka menganggap bahwa menikah di usia dewasa adalah penjajah. Terjaddi pergulatan batin yang kuat pada tokoh utama.

d. Pertemuan Jodoh (Abdul Muis)

Pertemuan jodoh adalah salah novel karya abdul muis yang diterbitkan pada tahun 1932. Novel ini bercerita tentang dua murid kelas yang terpisah karena perbedaan kelas dan akhirnya menikah.

e. Sengsara Membawa Nikmat (Sutan Sati)

Novel ini merupakan karya dari tokoh sastra yaitu Sutan Sati yang diterbitkan pada tahun 1929. Novel ini mennceritakan tentang seorang anak bernama midun seorang anak yang berbudi luhur disalah satu desa di Minangkabau. Midun sering bercekcok dengan Kacak, yang merupakan anak orang kaya. Midun pun memutuskan berguru pada Haji Abas hingga dia pandai main silat.

5. Ciri-Ciri Karya Sastra Angkatan Balai Pustaka

a. Karya sastra angkatan balai pustaka pada umumnya hanya berceritakan mengenai kejadian-kejadian yang berkaitan dengan kehidupan massyarakat sehari-hari

b. Karya-karya angkatan balai pustaka tidak membicarakan hal politik, kemiskinan, dan nilai-nilai sekularisasi

c. Para penulis lebih bersifat kompromistis terhadap keadaann politik pada masa itupengarang berusaha terlihat ramah dan baik terhadap pemerintah colonial agar karya-karya yang mereka hasilkan dapat diterbitkan.

6. Peristiwa Sastra Angkatan Balai Pustaka

a. 1812 – Tentara rusia membakar moskwa agar tidak direbut napoleon b. 1886 – Pita mesin ketik dipatenkan

c. 1901 – Presiden AS William McKinley dibunuh dalam upaya pembunuhan rahasia

(6)

e. 1960 – OPEC didirikan

f. 1999 – Kiribati, Nauru dan Tonga bergabung dengan PBB

g. 2003 – Melalui refendrum, swedia menolah untuk mengadopsi mata uang euro

h. 2003 – Refendrum di Estonia menyetujui untuk bergabung dengan Uni Eropa

i. 2007 – Jepang meluncurkan Kaguya, pesawat luar angkasa pertamanya dalam misi ke bulan

Referensi

Dokumen terkait

Artinya: “Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur’an, agar kami menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.”

Dari sekian banyak tarekat terdapat dekurang-kurangnya tujuh aliran tarekat yang berkembang di Indonesia, yaitu traekat Qadariyah, Rifaiyah, Naqsyabandiyah, Sammaniyah,

Yang dimaksud kepadanan adalah keseimbangan antara pikiran (gagasan)dan struktur bahasa yang digunakan.kesepadanan kalimat ini dperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang

a) Yang menjadi warga Negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang- orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga Negara. b) Penduduk ialah

Dalam mengistinbath ( mengambil dan menetapkan) suatu hukum, dalam kitab Ar-Risalah, Imam Syafi’i menjelaskan bahwa ia memakai lima dasar, yaitu Al-Qur’an,

Didalam setiap isim arobi yang lebih dari tiga huruf dan huruf sebelum terahir bukan ya‟ contoh dan kalau huruf sebelum terakhir berupa ya‟ maka ditulis alif

1 Darji Darmodiharjo, dkk., Santiaji Pancasila, (Surabaya: Usaha Nasional, 1970), hlm.. negara atau pancasila merupakan suatu dasar untu mengatur dalam penyelenggaraan negara.

Semua para mujtahid yang melakukan ijtihadnya tanpa adanya penyandaran kepada Al-Qur’an, Al-Hadits, Ijma’ maupun Qiyas, maka ijtihad itu disebut dengan Istihsan,