• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendahuluan: Modul Sistem Informasi Pembangunan Daerah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pendahuluan: Modul Sistem Informasi Pembangunan Daerah"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

 A.

 A. LATAR BELAKANG

LATAR BELAKANG

Pembangunan daerah Kabupaten Bantaeng akan terlaksana

Pembangunan daerah Kabupaten Bantaeng akan terlaksana

dengan baik, terarah dan sinergis jika didukung dengan perencanaan

dengan baik, terarah dan sinergis jika didukung dengan perencanaan

yang matang dan profesional. Sejalan dengan berlakunya otonomi

yang matang dan profesional. Sejalan dengan berlakunya otonomi

daerah, maka pemerintah Kabupaten Bantaeng memiliki kewenangan

daerah, maka pemerintah Kabupaten Bantaeng memiliki kewenangan

yang lebih luas dan

yang lebih luas dan mandiri untuk menentuk

mandiri untuk menentukan arah pembangunan di

an arah pembangunan di

daerahnya. Sistem informasi merupakan suatu kebutuhan yang pada

daerahnya. Sistem informasi merupakan suatu kebutuhan yang pada

era sekarang ini menjadi suatu hal yang sangat penting didalam

era sekarang ini menjadi suatu hal yang sangat penting didalam

menunjang kemajuan, perkembangan suatu daerah dan

menunjang kemajuan, perkembangan suatu daerah dan pemerintaha

pemerintahan

n

Sistem informasi yang dibangun tepat akan memberikan sebuah

Sistem informasi yang dibangun tepat akan memberikan sebuah

gambaran kinerja yang akurat bagi penggunanya dalam pengambilan

gambaran kinerja yang akurat bagi penggunanya dalam pengambilan

keputusan. Selain itu, Oleh karena itulah yang saat ini dimanfaatkan

keputusan. Selain itu, Oleh karena itulah yang saat ini dimanfaatkan

oleh

oleh  pemerintah

  pemerintah untuk memantau perkembangan

untuk memantau perkembangan pemerintah

pemerintah dengan

dengan

membangun sebuah sistem yang disebut sebagai

membangun sebuah sistem yang disebut sebagai Sistem Informasi

Sistem Informasi

Pembangunan Daerah.

Pembangunan Daerah.

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

Bagian Ini Berisi Gambaran

Bagian Ini Berisi Gambaran

Latar Belakang, Tujuan,

Latar Belakang, Tujuan,

Sasaran Dan Manfaat

(2)
(3)

Sistem Informasi Pembangunan Daerah merupakan amanah

Sistem Informasi Pembangunan Daerah merupakan amanah

dari

dari UU 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

UU 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional

Nasional dan UU 32 Tahun 2004 tentang Pemerntahan Daerah yang

dan UU 32 Tahun 2004 tentang Pemerntahan Daerah yang

telah ganti dengan

telah ganti dengan UU 23 Tahun 2014.

UU 23 Tahun 2014.  Kebijakan ini kemudian

  Kebijakan ini kemudian

bentuk dalam sebuah

bentuk dalam sebuah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8

Tahun 2014 t

Tahun 2014 tentang

entang Sistem Info

Sistem Informasi Pem

rmasi Pembangunan Daerah

bangunan Daerah menjadi

menjadi

pedoman bagi pemerintah dalam pelaksanaannya. Berdasarkan

pedoman bagi pemerintah dalam pelaksanaannya. Berdasarkan

Permendagri nomor 8 Tahun 2014

Permendagri nomor 8 Tahun 2014,,  Sistem Informasi Pembangunan

  Sistem Informasi Pembangunan

 Daerah

 Daerah selanjutnya di singkat SIPD adalah suatu sistem yang

selanjutnya di singkat SIPD adalah suatu sistem yang

mendokumentasikan, mengadministrasikan, serta mengolah data

mendokumentasikan, mengadministrasikan, serta mengolah data

pembangunan daerah menjadi informasi yang disajikan kepada

pembangunan daerah menjadi informasi yang disajikan kepada

masyarakat dan bahan pengambilan keputusan dalam rangka

masyarakat dan bahan pengambilan keputusan dalam rangka

perencan

perencanaan, pelaksanaan,

aan, pelaksanaan, evaluasi kinerja

evaluasi kinerja  pemerintah daerah.

  pemerintah daerah. SIPD

 SIPD

pada dasarnya memiliki nilai yang sangat strategis bagi kepentingan

pada dasarnya memiliki nilai yang sangat strategis bagi kepentingan

Pusat dan Daerah, apabila keseluruhan aspek data yang telah

Pusat dan Daerah, apabila keseluruhan aspek data yang telah

ditetapkan dapat dipenuhi.

ditetapkan dapat dipenuhi.

B.

B. TUJUAN, SASARAN DAN MANFAAT

TUJUAN, SASARAN DAN MANFAAT

 Adapun

 Adapun tujuan

tujuan dari

dari Kegiatan

Kegiatan Sistem

Sistem Informasi

Informasi Pembangunan

Pembangunan

Daerah (SIPD) adalah :

Daerah (SIPD) adalah :

1.

1. Menyediakan dukungan data dan informasi bagi pengambilan

Menyediakan dukungan data dan informasi bagi pengambilan

keputusan dan kebijakan, baik didaerah maupun di pusat.

keputusan dan kebijakan, baik didaerah maupun di pusat.

2.

2. Meningkatkan komitmen Pemerintah Daerah untuk membangun

Meningkatkan komitmen Pemerintah Daerah untuk membangun

pola kerja berbasis data dan

pola kerja berbasis data dan informasi

informasi

3.

3. Membangun

Membangun Database

Database Pembangunan

Pembangunan Daerah

Daerah Kabupaten

Kabupaten yang

yang

menggambarkan seluruh potensi dan sumberdaya yang dimiliki

menggambarkan seluruh potensi dan sumberdaya yang dimiliki

oleh daerah

oleh daerah Kabupaten Bantaeng.

Kabupaten Bantaeng.

4.

4. Memudahk

Memudahkan sarana

an sarana Informasi bagi semua kalangan

Informasi bagi semua kalangan masyarakat.

masyarakat.

Sasaran Kegiatan SIPD adalah :

(4)

1.

1. Meningkatnya

Meningkatnya

kapasitas

kapasitas

daerah

daerah

dalam

dalam

penyelenggaraan

penyelenggaraan

Pemerintah dan pembangunan di daerah.

Pemerintah dan pembangunan di daerah.

2.

2. Tersedianya data dan informasi secara cepat dan mudah bagi

Tersedianya data dan informasi secara cepat dan mudah bagi

pengambilan keputusan dan penyusunan kebijakan di

pengambilan keputusan dan penyusunan kebijakan di daerah.

daerah.

3.

3. Terbangunnya sistem informasi database Pembangunan Daerah

Terbangunnya sistem informasi database Pembangunan Daerah

daerah.

daerah.

4.

4. Terlaksananya manajemen pengelolaan database

Terlaksananya manajemen pengelolaan database Pembangun

Pembangunan

an

Daerah yang baik dan akurat.

Daerah yang baik dan akurat.

 Adapun manfaat

 Adapun manfaat dari kegiatan

dari kegiatan Sistem Informasi

Sistem Informasi Pembanguna

Pembangunan

n

Daerah (SIPD) adalah berfungsi sebagai sebuah jejaring dalam

Daerah (SIPD) adalah berfungsi sebagai sebuah jejaring dalam

pengumpulan data secara terpadu, realtime dan online di pusat dan

pengumpulan data secara terpadu, realtime dan online di pusat dan

daerah dengan menggunakan teknologi informasi, sebagai dukungan

daerah dengan menggunakan teknologi informasi, sebagai dukungan

dalam

perencanaan

program

dan

kegiatan

serta

evaluasi.

dalam

perencanaan

program

dan

kegiatan

serta

evaluasi.

Pembangunan daerah secara rasional, efektif dan efisien. Tentunya

Pembangunan daerah secara rasional, efektif dan efisien. Tentunya

Sistem informasi tersebut dapat juga digunakan untuk mendukung

Sistem informasi tersebut dapat juga digunakan untuk mendukung

integrasi

pemanfaatan

data

terkait

dengan

Perkembangan

integrasi

pemanfaatan

data

terkait

dengan

Perkembangan

Pembangunan pada masing-masing instansi pemerintah. Selain itu,

Pembangunan pada masing-masing instansi pemerintah. Selain itu,

fungsi lain dari kegiatan SIPD adalah sebagai media akuntabilitas

fungsi lain dari kegiatan SIPD adalah sebagai media akuntabilitas

publik yang memungkinkan masyarakat mengevaluasi kinerja

publik yang memungkinkan masyarakat mengevaluasi kinerja

pemerintah, mengevaluasi program-program pembangunan, dan

pemerintah, mengevaluasi program-program pembangunan, dan

sekaligus mengevaluasi

sekaligus mengevaluasi capaian-cap

capaian-capaian

aian pembangunan

pembangunan..

Mencermati tujuan, sasaran dan manfaat kegiatan SIPD

Mencermati tujuan, sasaran dan manfaat kegiatan SIPD

tersebut, maka tidak hanya pusat yang akan diuntungkan, namun

tersebut, maka tidak hanya pusat yang akan diuntungkan, namun

daerah secara langsung juga sangat diuntungkan. Bersama data dan

daerah secara langsung juga sangat diuntungkan. Bersama data dan

informasi, maka penyusunan perencanaan pembangunan di Provinsi

informasi, maka penyusunan perencanaan pembangunan di Provinsi

Kabupaten/Kota, dapat lebih akurat dan mendekati kebutuhan riil

Kabupaten/Kota, dapat lebih akurat dan mendekati kebutuhan riil

masyarakat.

masyarakat.

Oleh Karena itu, Bappeda Kabupaten Bantaeng sebagai instansi

Oleh Karena itu, Bappeda Kabupaten Bantaeng sebagai instansi

yang

mengkoordinir

kegiatan

SIPD,

berkewajiban

untuk

(5)

mengembangkan sistem ini lebih lanjut secara implementatif teknis,

sehingga berbagai tujuan dan sasaran yang akan dicapai dapat

direalisasikan secara optimal. Hal ini yang mendasari penyusunan

Modul Sistem Informasi Pembangunan Daerah Kabupaten Bantaeng

sehingga pembangunan daerah Kabupaten Bantaeng akan terlaksana

dengan baik, terarah dan sinergis jika didukung dengan perencanaan

yang matang dan profesional.

Sistem Informasi Pembangunan Daerah ini merupakan sistem

informasi

yang

menyajikan

informasi

pembangunan

daerah

Kabupaten Bantaeng dalam bentuk Modul yang menggambarkan

seluruh potensi dan sumberdaya yang dimiliki Kabupaten Bantaeng,

data ini bersumber dari SKPD dan Kantor terkait yang ada di

Pemerintah Kabupaten Bantaeng. Modul SIPD ini diharapkan dapat

membantu masyarakat dan stakeholder untuk mencari informasi

tentang perkembangan dan potensi yang ada di Kabupaten Bantaeng.

Selain itu SIPD ini diharapkan bisa menjadi salah satu Pintu Gerbang

penghimpun, penyedia data yang akurat dan terbaru untuk

perencanaan di Kabupaten Bantaeng.

(6)

Gambar 2.1 Peta Kabupaten Bantaeng

Bagian Ini Berisi Gambaran Tentang

Sejarah Kabupaten Bantaeng

BAB 2

BANTAENG BUTTA TOA

DALAM SEJARAH

(7)

 A. SEJARAH BANTAENG

Pada awal mula lahirnya Kabupaten Bantaeng masih dibawah

Pemerintahan Kerajaan yakni dikenal dengan Kerajaan Bantayan.

Sejumlah literatur menyebutkan jika raja pertama yakni, Raja

Mula Tau, memiliki 7 pemimpin dari 7 kawasan kerajaan yang

berada

di

kawasan

yang

dikuasainya

untuk

membantu

pemerintahan Raja Mula Tau.

Dalam sejarah peradaban budaya di Bantaeng, warga asli

Bantaeng berkaitan erat dengan

komunitas Onto. Komunitas Onto

memiliki sejarah tersendiri yang

menjadi cikal bakal Bantaeng.

Konon daerah Bantaeng dahulunya

masih berupa lautan dan hanya

beberapa tempat tertentu saja yang

berupa dataran yaitu daerah Onto

dan beberapa daerah di sekitarnya

yaitu Sinoa, Bisampole, Gantarang

Keke, Mamampang, Katapang dan

Lawi-Lawi.

Sedangkan masing-masing daerah ini memiliki

pemimpin sendiri-sendiri yang disebut dengan Kare’. Konon dalam

tutur sejarah Kabupaten Bantaeng diceritakan bahwa suatu

ketika para Kare' yang berjumlah tujuh orang bermufakat untuk

mengangkat satu orang yang akan memimpin mereka semua.

Sebelum itu mereka sepakat untuk melakukan pertapaan lebih

dulu, untuk meminta petunjuk kepada Dewata (Yang Maha

Kuasa) siapa kira-kira yang tepat menjadi pemimpin mereka.

Lokasi pertapaan yang dipilih adalah daerah Onto.

(8)

Ketujuh Kare'  itu kemudian bersemedi di tempat itu. Tempat-tempat

semedi itu sekarang

disimbolkan dengan

 Balla Tujua  (tujuh

rumah kecil yang

beratap, berdinding

dan

bertiang

(bambu). Pada saat

mereka

bersemedi,

turunlah cahaya ke

Kare' Bisampole (Pimpinan daerah Bisampole) dan terdengar suara:

” Apangaseng antu Nuboya Nakadinging-dinginganna”   (Apa yang

engkau cari dalam cuaca dingin seperti ini). Lalu Kare' Bisampole

menjelaskan maksud kedatangannya untuk mencari orang yang tepat

memimpin mereka semua, agar tidak lagi terpisah-pisah seperti

sekarang ini. Lalu kembali terdengar suara: “Ammuko mangemako

rimamampang ribuangayya Risalu Cinranayya”   (Besok datanglah

kesatu tempat permandian yang terbuat dari bambu).Keesokan

harinya mereka mencari tempat yang dimaksud di daerah Onto. Di

tempat itu mereka menemukan seorang laki-laki sedang mandi.

“Inilah kemudian yang disebut dengan To Manurunga ri Onto”. Lalu

ketujuh Kare' menyampaikan tujuannya untuk mencari pemimpin,

sekaligus meminta Tomanurung untuk memimpin mereka.

Tomanurung menyatakan kesediaannya, tapi dengan syarat: “Eroja

nuangka anjari Karaeng, tapi nakkepa anging kau leko kayu, nakke

 je’ne massolong ikau sampara mamanyu”  (saya mau diangkat menjadi

raja pemimpin kalian tapi saya ibarat angin dan kalian adalah ibarat

daun, saya air yang mengalir dan kalian adalah kayu yang hanyut),”

kata Tomanurung.

(9)

Ketujuh Kare'

yang

diwakili

oleh

Kare'

Bisampole

pun

menyahut; “Kutarimai

 Pakpalanu

tapi

kualleko

pammajiki

tangkualleko pakkodii,

 Kualleko

tambara

tangkualleko racung.” 

(Saya

terima

permintaanmu

tapi

kau

hanya

kuangkat

jadi

raja

untuk

mendatangkan kebaikan dan bukan untuk keburukan, juga engkau

kuangkat jadi raja untuk jadi obat dan bukannya racun). Maka jadilah

Tomanurung ri Onto ini sebagai raja bagi mereka semua. Pada saat ia

memandang ke segala penjuru maka daerah yang tadinya laut

berubah menjadi daratan. Tomanurung ini sendiri lalu mengawini

gadis Onto yang dijuluki Dampang Onto (Gadis jelitanya Onto).

Setelah itu mereka berangkat ke arah suatu tempat yang sekarang

disebut Gamacayya. Di satu tempat mereka bernaung di bawah pohon

lalu bertanyalah Tomanurung pohon apa ini, dijawab oleh Kare'

Bisampole: Pohon Taeng sambil memandang kearah enam kare' yang

lain. Serentak keenam kare' yang lain menyatakan Ba’ (tanda

membenarkan dalam bahasa setempat). Dari sinilah kemudian

muncul kata Bantaeng dari dua kata tadi yaitu Ba’ dan Taeng jelas

Karaeng Imran Masualle.

Dalam sejarahnya daerah Onto menjadi daerah sakral dan menjadi

tempat perlindungan bagi keturunan raja Bantaeng bila mendapat

masalah yang besar. Maka bagi anak keturunan kerajaan tidak boleh

sembarangan memasuki daerah ini, kecuali diserang musuh atau

(10)

dipakaikan dulu tanduk dari emas. Angka 7 (tujuh) menunjukkan

simbol Balla Tujua di Onto dan Tau Tujua  yang memerintah dimasa

lalu, yaitu: Kare' Onto, Bissampole, Sinoa, Gantarangkeke,

Mamampang, Mamampang, Katapang dan Lawi-Lawi.

Menurut Prof. Nurudin Syahadat, Bantaeng sudah ada sejak tahun

500 Masehi, sehingga dijuluki  Butta Toa  atau Tanah Tuo (Tanah

bersejarah). Selanjutnya laporan peneliti Amerika Serikat Wayne A.

Bougas menyatakan bahwa daerah Bantayan merupakan wilayah

kekuasaan Kerajaan Makassar awal tahun 1200-1600, yang

dibuktikan dengan ditemukannya penelitian arkeologi dan para

penggali keramik pada bagian penting wilayah Bantaeng yakni

berasal dari Dinasti Sung (960-1279) dan dari DinastiYuan

(1279-1368).

Naskah peta Kerajaan Singosari pada tahun 1254 masa pemerintahan

Raja Kertanegara, wilayah Bantaeng sudah tertera dalam peta

tersebut guna memperluas wilayahnya ke daerah timur Nusantara

untuk menjalin hubungan niaga pada tahun 1254-1292. Penemuan

otentik peta Singosari ini jelas membuktikan Bantaeng sudah ada dan

eksis ketika itu.

Pada masa penjajahan Hindia Belanda, Bantaeng atau Bantayan

dijadikan sebagai

 Afdeling  

atau

pusat

pemerintahan

yang

mengkoordinir beberapa wilayah di sekitarnya. Bersamaan itu pula

tepatnya sejak 11 Nopember 1737, nama Bantayan akhirnya diubah

menjadi Bonthain oleh Pemerintah Hindia Belanda.

Sejarah mencatat pada tanggal 7 Juli 1667 terjadi perang Makassar,

dimana tentara Belanda mendarat lebih dahulu di Bantaeng sebelum

menyerang Gowa karena letaknya yang strategis sebagai bandar

pelabuhan dan lumbung pangan Kerajaan Gowa. Serangan Belanda

(11)

tersebut gagal, karena ternyata dengan semangat patriotisme rakyat

Bantaeng sebagai bagian Kerajaan Gowa pada waktu itu mengadakan

perlawanan besar-besaran.

Nama raja-raja Bantaeng yang pernah memerintah Bantaeng mulai

dari kerajaan Bantaeng awal tahun 1254 hingga masa kemerdekaan

tahun 1952 dapat dijelaskan sebagai berikut.

Bantaeng pada awalnya sebagai Kerajaan yakni tahun 1254

-1293 yang mana diperintah oleh Mula Tau yang bergelar To Toa

yang memimpin Kerajaan Bantaeng yang terdiri dari 7 Kawasan

yang masing-masing diantaranya dipimpin oleh Karaeng, yaitu

Kare'

Onto,

Kare'

Bissampole,

Kare'

Sinoa,

Kare'

Gantarang.Keke, Kare' Mamampang, Kare' Katampang dan Kare'

Lawi-Lawi, yang semua Kare' tersebut dikenal dengan nama

“Tau Tujua” 

Raja kedua yang memerintah yaitu Raja Massaniaga pada tahun

1293.

Tahun 1293 - 1332 dipimpin oleh To Manurung atau yang

bergelar Karaeng Loeya.

Tahun 1332 - 1362 dipimpin oleh Massaniaga Maratung.

Tahun 1368 - 1397 dipimpin oleh Maradiya.

Tahun 1397 - 1425 dipimpin oleh Massanigaya.

Tahun 1425 - 1453 dipimpin oleh I Janggong yang bergelar

Karaeng Loeya.

Tahun 1453 - 1482 dipimpin oleh Massaniga Karaeng Bangsa

Niaga.

Tahun 1482 - 1509 dipimpin oleh Daengta Karaeng Putu Dala

atau disebut Punta Dolangang.

Tahun 1509 - 1532 dipimpin oleh Daengta Karaeng Pueya.

(12)

Tahun 1560 - 1576 dipimpin oleh I Buce Karaeng Bondeng Tuni

Tambanga.

Tahun 1576 - 1590 dipimpin oleh I Marawang Karaeng Barrang

Tumaparisika Bokona.

Tahun 1590 - 1620 dipimpin oleh Massakirang Daeng

Mamangung Karaeng Majjombea Matinroa ri Jalanjang Latenri

Rua.

Tahun 1620 - 1652 dipimpin oleh Daengta Karaeng Bonang yang

bergelar Karaeng Loeya.

Tahun 1652 - 1670 dipimpin oleh Daengta Karaeng Baso To

Ilanga ri Tamallangnge.

Tahun 1670 - 1672 dipimpin oleh Mangkawani Daeng Talele.

Tahun 1672 - 1687 dipimpin oleh Daeng Ta Karaeng Baso (kedua

kalinya).

Tahun 1687 - 1724 dipimpin oleh Daeng Ta Karaeng Ngalle.

Tahun 1724 - 1756 dipimpin oleh Daeng Ta Karaeng Manangkasi.

Tahun 1756 - 1787 dipimpin oleh Daeng Ta Karaeng Loka.

Tahun 1787 - 1825 dipimpin oleh Ibagala Daeng Mangnguluang

Tunijalloka ri Kajang.

Tahun 1825 - 1826 dipimpin oleh La Tjalleng To Mangnguliling

Karaeng Tallu Dongkonga ri Bantaeng yang bergelar Karaeng

Loeya ri Lembang.

Tahun 1826 - 1830 dipimpin oleh Daeng To Nace (Janda

Permaisuri, Kr. Bagala Dg. Mangnguluang Tunijalloka ri

Kajang).

Tahun 1830 - 1850 dipimpin oleh Mappaumba Daeng To

Magassing.

Tahun 1850 - 1860 dipimpin oleh Daeng To Pasaurang.

(13)

Tahun 1866 - 1877 dipimpin oleh Karaeng Butung.

Tahun 1877 - 1913 dipimpin oleh Karaeng Panawang.

Tahun 1913 - 1933 dipimpin oleh Karaeng Pawiloi.

Tahun 1933 - 1939 dipimpin oleh Karaeng Mangkala.

Tahun 1939 - 1945 dipimpin oleh Karaeng Andi Mannapiang.

Tahun 1945 - 1950 dipimpin oleh Karaeng Pawiloi (kedua

kalinya).

Tahun 1950 - 1952 dipimpin oleh Karaeng Andi Mannapiang

(kedua kalinya).

Tahun 1952-Karaeng Massoelle (sebagai pelaksana tugas).

B. Sejarah Masa Kemerdekaan

Setelah masa kemerdekaan secara resmi Bonthain akhirnya diubah

menjadi Kabupaten Daerah Tingkat II Bantaeng melalui

Undang-undang Nomor 29/1959 dengan pengangkatan Bupati pertama, A Rivai

Bulu, berdasarkan Kepmendagri Nomor UP 7/2/38-375 tanggal 28

Januari

1960

dan

dilantik

tanggal

1

Pebruari

1960.(http://rakyatsulsel.com/spirit-the-new-bantaeng.html).

Setelah terbentuknya Kabupaten Daerah Tingkat II Bantaeng

berdasarkan UU Nomor 29 Tahun 1959, Bupati Kepala Daerah

Tingkat II yang pertama A. Rivai Bulu dilantik pada tanggal 1

Pebruari 1960. Kabupaten Bantaeng resmi menjadi daerah otonomi

yang dipimpin secara demokratis dan menganut kaidah pemerintahan

modern.

Sejak saat itulah Kabupaten Bantaeng resmi memulai kiprahnya

sebagai daerah otomomi yang secara bergantian dipimpin beberapa

bupati. Adapun pejabat pemerintahan sejak terbentuknya Kabupaten

Bantaeng hingga saat ini adalah sebagai berikut:

(14)

1.A. Rivai Bulu (1960-1965)

2.Aru Saleh (1965-1966)

3.Solthan (1966-1971)

4.H. Solthan (1971-1978)

5.Drs. H. Darwis Wahab (1978-1988)

6.Drs. H. Malingkai Maknun (1988-1993)

7.Drs. H. Said Saggaf (1993-1998)

8.Drs. H. Azikin Solthan, M.Si (1998-2008)

9.Prof.Dr.Ir.H.M Nurdin Abdullah,M.Agr (2008-sekarang).

Dalam penetapan hari jadi Kabupaten Bantaeng, terjadi dinamika dan

proses diskusi yang panjang. Pada tanggal 2-4 Juli 1999, sesuai

kesepakatan yang telah dicapai oleh para pakar sejarah, sesepuh dan

tokoh masyarakat Bantaeng memutuskan tanggal 7 Desember sebagai

Hari Jadi Kabupaten Bantaeng. Hasil musyawarah ini kemudian

dituangkan dalam Keputusan Mubes KKB Nomor 12/Mubes

KKB/VII/1999 tanggal 4 Juli 1999 tentang Penetapan Hari Jadi

Bantaeng pada

tanggal 7 bulan 12 tahun 1254 yang kemudian

diperkuat dengan terbitnya Peraturan Daerah Nomor 28 Tahun 1999

tentang Hari Jadi Kabupaten Bantaeng.

(15)

 A. KONDISI WILAYAH KABUPATEN BANTAENG

Kabupaten Bantaeng secara geografis terletak ± 120 km arah

selatan Makassar, Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dengan posisi

5°21’13’’-5°35’26’’ Lintang Selatan dan 119°51’42’’-120°05’27’’ Bujur

Timur.

Kabupaten Bantaeng terletak di daerah pantai yang memanjang

pada bagian barat ke timur kota yang salah satunya berpotensi untuk

perikanan, dan wilayah daratannya mulai dari tepi laut Flores sampai

ke pegunungan sekitar Gunung Lompobattang dengan ketinggian

tempat dari permukaan laut 0-25 m sampai dengan ketinggian lebih

dari 1.000 m di atas permukaan laut.

Kabupaten Bantaeng dengan ketinggian antara 100-500M dari

permukaan laut merupakan wilayah yang terluas atau 29,6 persen

dari luas wilayah seluruhnya, dan terkecil adalah wilayah dengan

ketinggian dari permukaan laut 0-25 m atau hanya 10,3 persen dari

luas wilayah.

Letak geografi Kabupaten Bantaeng yang strategis memiliki

alam tiga dimensi, yakni bukit pegunungan, lembah dataran dan

pesisir pantai, dengan dua musim. Iklim di daerah ini tergolong iklim

tropis basah dengan curah hujan tahunan rata-rata setiap bulan 14

Bagian Ini Berisi Gambaran Kondisi

Wilayah, Pemerintahan, dan Keadaan

Penduduk Kabu aten Bantaeng

BAB 3

KONDISI KABUPATEN

(16)

mm. Dengan adanya kedua musim tersebut sangat menguntungkan

bagi sektor pertanian.

Kabupaten Bantaeng terletak di bagian selatan propinsi

Sulawesi Selatan yang berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Kabupaten Gowa dan Kabupaten Bulukumba

Sebelah Timur : Kabupaten Bulukumba

Sebelah Selatan : Laut Flores

Sebelah Barat : Kabupaten Jeneponto

B. PEMERINTAHAN

Kabupaten Bantaeng terdiri atas 8 wilayah Kecamatan yaitu,

Kecamatan Bissappu, Uluere, Bantaeng, Eremerasa, Tompobulu,

Pa’jukukkang, Sinoa dan Gantarangkeke. Kecamatan Bissappu terdiri

dari 4 desa dan 7 kelurahan, Kecamatan Uluere terdiri dari 6 desa,

Kecamatan Bantaeng terdiri dari 1 desa dan 8 kelurahan, Kecamatan

Eremerasa terdiri dari 9 desa, Kecamatan Tompobulu terdiri dari 6

desa dan 4 kelurahan, Kecamatan Pa’jukukkang terdiri dari 10 desa,

Kecamatan Sinoa terdiri dari 6 desa dan Kecamatan Gantarangkeke

terdiri dari 4 desa dan 2 kelurahan. Adapun luas wilayah setiap

kecamatan dan jumlah desa setiap kecamatan sebagaimana terdapat

pada Tabel berikut :

Tabel 3.1 Luas Wilayah menurut Kecamatan dan Desa

 /Kelurahan

Kecamatan

Desa/

Kelurahan

Status

(D/K)

Luas

(km

2

)

Persentase Terhadap

Luas

Kecamatan

Kabupaten

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Bissappu

32,84

8,30

Bonto Jai

D

3,63

11,05

0,92

Bonto Manai

K

3,73

11,36

0,94

Bonto Lebang

K

1,01

3,08

0,26

(17)

Bonto Sunggu

K

2,74

8,34

0,69

Bonto Rita

K

1,64

4,99

0,41

Bonto Atu

K

1,71

5,21

0,43

Bonto Salluang

D

3,61

10,99

0,91

Bonto Langkasa

K

3,59

10,93

0,91

Bonto Cinde

D

3,69

11,24

0,93

Bonto Loe

D

3,74

11,39

0,94

Bonto Jaya

K

3,75

11,42

0,95

Uluere

67,29

17

Bonto Rannu

D

4,72

7,01

1,19

Bonto Tallasa

D

7,04

10,46

1,78

Bonto Tangnga

D

6,85

10,18

1,73

Bonto Daeng

D

10,31

15,32

2,60

Bonto Marannu

D

19,20

28,53

4,85

Bonto Lojong

D

19,17

28,49

4,84

Sinoa

43

10,86

Bonto Matene

D

3,39

7,88

0,86

Bonto

Majannang

D

10,31

23,98

2,60

Bonto Maccini

D

6,26

14,56

1,58

Bonto Bulaeng

D

6,27

14,58

1,58

Bonto Tiro

D

3,34

7,77

0,84

Bonto Karaeng

D

13,43

31,23

3,39

Bantaeng

28,85

7,29

Tappanjeng

K

0,82

2,84

0,21

Pallantikang

K

0,93

3,22

0,23

Letta

K

0,79

2,74

0,20

Mallillingi

K

0,84

2,91

0,21

Lembang

K

2,97

10,29

0,75

Lamalaka

K

2

6,93

0,51

Karatuang

K

7,07

24,51

1,79

Onto

K

4,69

16,26

1,18

Kayuloe

D

8,74

30,29

2,21

(18)

Eremerasa

45,01

11,37

Ulugalung

D

2,63

5,84

0,66

Mamampang

D

3,75

8,33

0,95

Mappilawing

D

4,75

10,55

1,20

Pabentengan

D

4,97

11,04

1,26

Lonrong

D

4,68

10,40

1,18

Barua

D

6,55

14,55

1,65

Parangloe

D

3,94

8,75

1,00

Kampala

D

7,21

16,02

1,82

Pabumbungan

D

6,53

14,51

1,65

Tompobulu

76,99

19,45

Lembang

Gantarangkleke

K

6,37

8,27

1,61

Pattallassang

D

10,34

13,43

2,61

Bonto-Bontoa

D

4,09

5,31

1,03

Banyorang

K

2,70

3,51

0,68

Campaga

K

5,01

6,51

1,27

Bonto

Tappalang

D

5,50

7,14

1,39

Balumbung

D

6,08

7,90

1,54

Ereng-Ereng

K

4

5,20

1,01

Labbo

D

13,81

17,94

3,49

Pattaneteang

D

19,09

24,80

4,82

Pajukukang

48,9

12,35

Rappoa

D

3,25

6,65

0,82

Biangloe

D

3,93

8,04

0,99

Lumpangan

D

4,70

9,61

1,19

Biangkeke

D

3,11

6,36

0,79

Nipa-Nipa

D

6,12

12,52

1,55

Pajukukang

D

5,85

11,96

1,48

Borongloe

D

8,40

17,18

2,12

Papanloe

D

7,35

15,03

1,86

Baruga

D

3,17

6,48

0,80

Batukaraeng

D

3,02

6,18

0,76

Gantarangkeke

52,95

13,38

Tanahloe

K

7,84

14,81

1,98

(19)

Layoa

D

12,78

24,14

3,23

Bajiminasa

D

5,65

10,67

1,43

Kaloling

D

17,46

32,97

4,41

Tombolo

D

6,11

11,54

1,54

Gantarangkeke

K

3,11

5,87

0,79

Sumber: Badan Pertanahan Kabupaten Bantaeng

 Adapun banyaknya desa, kelurahan, lingkungan, dusun, RW dan

RT dapat secara lengkap dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.2 Banyaknya Desa, Kelurahan, Lingkungan,

 Dusun, RT dan RW

Kecamatan

Desa

Kelurahan

Lingkungan

Dusun

RW/

RK

RT

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Bissappu

4

7

2

22

64

163

Uluere

6

-

-

19

45

92

Sinoa

6

-

-

20

50

100

Bantaeng

1

8

8

10

76

186

Eremerasa

9

-

-

22

65

141

Tompobulu

6

4

6

19

75

190

Pajukukang

10

-

52

94

178

Gantarangkeke

4

2

6

16

53

120

Jumlah

46

21

22

180

522

1 170

(20)

C. KEADAAN PENDUDUK KABUPATEN BANTAENG

Jumlah penduduk Kabupaten Bantaeng sebanyak 179 505 jiwa

yang terdiri dari laki-laki 86 950 jiwa dan perempuan 92 555 jiwa.

Tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Bantaeng adalah

sebanyak 453,5 orang/km

2

. Data mengenai keadaan penduduk

Kabupaten Bantaeng secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut

ini:

Tabel 3.3

 Kepadatan Penduduk Kabupaten Bantaeng Menurut

 Kecamatan Tahun 2012

Sumber: BPS Kabupaten Bantaeng

Kecamatan

Luas

(km

2

)

Jumlah

Penduduk

(orang)

Kepadatan

Penduduk

(orang/km

2

)

Banyaknya

Rumah

tangga

Kepadatan

Penduduk

per Rumah

tangga

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Bissappu

32,84

31 422

956,8

7 931

4

Uluere

67,29

10 986

163,3

2 504

4

Sinoa

43

12 014

279,4

3 158

4

Bantaeng

28,85

37 301

1 292,9

8 795

4

Eremerasa

45,01

18 910

420,1

4 506

4

Tompobulu

76,99

23 277

302,3

5 822

4

Pajukukang

48,9

29 478

602,8

7 187

4

Gantarangkeke

52,95

16 117

304,4

4 224

4

Jumlah

395,83

179 505

453,5

44

27

4

(21)

Berdasarkan tabel di atas, Kecamatan dengan kepadatan

penduduk paling padat berada di Kecamatan Bantaeng sebesar

1.292,9 orang/km

2

.

Sedangkan kecamatan dengan

kepadatan

penduduk paling renggang berada di Kecamatan Uluere sebesar 163,3

orang/km

2

.

D. PEMBANGUNAN KABUPATEN BANTAENG

Kondisi awal Kabupaten Bantaeng di masa pemerintahan

Bupati Prof. Dr. Ir. H. M. Nurdin Abdullah periode pertama tahun

2008 cukup memprihatinkan jika dilihat dari penduduk Kabupaten

Bantaeng sebanyak 182 ribu jiwa (2007) yang mendiami wilayah

seluas 451 km2 atau 0,8 persen total luas Provinsi Sulawesi Selatan

(Sulsel), ternyata masih dominasi penduduk miskin. Saat itu,

Kabupaten Bantaeng masuk daftar 199 kabupaten tertinggal

berdasarkan data Kementerian Pemberdayaan daerah Tertinggal

(KPDT).

Membangun ekonomi Bantaeng bukan perkara mudah dan

sederhana. Mengingat daerah ini mempunyai spesifikasi topografi dan

kondisi geografis yang lengkap dan unik. Terdapat dataran rendah

dan pasisir, tapi ada pula dataran tinggi yang merupakan kawasan

rawan bencana alam, tetapi menjanjikan potensi ekonomi yang besar.

Pembangunan Kabupaten Bantaeng dimulai dengan memetakan

masalah dan kondisi wilayah yang ada. Meski Bantaeng masih miskin

dan tertinggal, namun menyimpan potensi besar untuk maju bahkan

menjadi ikon pertumbuhan ekonomi wilayah Sulawesi Selatan.

Mengacu pada pengembangan tiga pilar pembangunan

Kabupaten Bantaeng, yaitu Kota Jasa, Pusat Benih (pertanian dan

perikanan) serta

pusat pengembangan industri yang berbasis

pertanian yang kuat. Bermula dari tiga pilar pembangunan inilah

Kabupaten Bantaeng terus membangun dengan serius yang didukung

(22)

seluruh unsur masyarakat terbukti sukses mensinergikan seluruh

potensi dan kekuatan di daerah untuk mempercepat pembangunan

dan kesejahteraan warganya. Oleh karena itu, pemerintah

mencanangkan zona pembangunan.

Tiga zona pembangunan Kabupaten Bantaeng memiliki

keterkaitan dengan kekuatan dan potensi masing-masing. Semua

daerah atau zona yang ada di Bantaeng dibangun dan diberdayakan

untuk kepentingan rakyat dan bangsa.

Pembangun Zona I untuk wilayah pantai dan pesisir Bantaeng.

Langkah yang dilakukan adalah dengan melakukan penataan kota,

pembangunan pelabuhan, menyiapkan gudang, RS Modern dan

revitalisasi saran dan prasarana umum yang ada. Daerah ini

dipersiapakn menjasi salah satu simpul logistik yang kuat dan

terpadu sehingga mampu menghemat biaya distribusi sekaligus

memberikan nilai tambah tinggi pada rakyat.

Selanjutnya, membangun industri berbasis pertanian dan

perikanan, budidaya rumput laut, merintis industri sekala rumah

tangga, membangun objek wisata pantai diantaranya mengembangkan

Pantai Seruni, Pantai Marina dan Pantai Lamalaka yang saat ini

menjadi ikon wisata pesisirKabupaten Bantaeng.

Pembangunan Zona II, daerah dataran rendah. Daerah ini

dikembangkan menjadi sentra pertanian tanaman pangan, dengan

tiga komoditas unggulan yaitu padi,

jagung dan talas.

Daerah

Bantaeng ini cocok untuk budi daya pertanian tanaman pangan,

apalagi setengah dibangun cekdam sebagai antstipasi banjir di musim

hujan serta cadangan air atau irigasi ke daerah pertanian terdekat di

Bantaeng.

(23)

Zona III yaitu daerah pegunungan atau dataran tinggi.

Kawasan ini difungsikan sebagai daerah konservasi air dan

perlindungan lingkungan. Oleh karena itu, daerah dataran tinggi

dikembangkan menjadi hutan desa seeprti yang ada di Kecamatan

Tompobulu serta agrowisata di Kecamatan Ulu’ere. Objek wisata agro

di Kabupaten Bantaengmenjadi salah satu destinasi wisataunggulan,

sekaligus bagian dari upaya pelestarian lingkungan dan hutan daerah

ini. Sehingga objek wisata di Kabupaten Bantaengtergolong cukup

lengkap, baik di dataran tinggi berhawa sejuk sampai di daerah pesisir

pantai. Pola pembangunan yang dikembangkan di Kabupaten

Bantaengsudah menggunakan pendekatan integralistik, berkelanjutan

sekaligus melestarikan lingkungan dan alam.

Untuk membangun ekonomi Bantaeng, Kabupaten Bantaeng

membangun infrastruktur dan fasilitas umum mulai dari sarana jalan,

 jembatan, cekdam sebagai bentuk antisipasi banjir di musim hujan

sekaligus cadangan air dan sumber irigasi untuk pertanian di

Kabupaten Bantaeng sendiri.

Implikasi dari penambahan infrastruktur dan fasilitas umum di

Bantaeng serta sinergitas pembangunan yang terus bergerak maju

berdampak pada perbaikan taraf hidup masyarakat Bantaeng.

Kesehatan rakyat meningkat, pendapatan mereka bergerak naik dan

kesejahteraan juga makin bagus. Lapangan kerja baru terbuka unatuk

rakyat sehingga mampu menyerap pengangguran yang menjadi

momok pembangunan termasuk di Bantaeng.

Pertumbuhan ekonomi yang mencapai 8,43 persen dengan

pendapatan perkapita yang meninjan menjadi Rp12,2 juta serta angka

pengangguran yang sangat rendah 4 persen. Selain itu, angka

kemiskinan berada di bawah 10 persen atau di bawah rata-rata

nasional.

(24)

Data SIPD terdiri dari 8 (delapan) kelompok data. Tiap

kelompok data diuraikan ke dalam jenis data. Pengumpulan data

didaerah bersumber dari data yang dimiliki oleh seluruh SKPD

dan/atau sumber lainnya yang sah dan di wilayah Kabupaten

Bantaeng. Jenis data secara detail berisikan elemen-elemen data.

Penjabaran kelompok data SIPD berdasarkan Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi

Pembangunan Daerah (SIPD) adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1

 Kelompok Data SIPD

NO

KELOMPOK

DATA

JENIS DATA

1

Data Umum

1

Geografi

2

Pemerintahan (Administrasi Pemerintahan,

 Aparatur Negara, Administrasi

Kepegawaian)

3

Demografi

Bagian Ini Berisi Gambaran Tentang

Cakupan Sistem Informasi Daerah

Kabupaten Bantaeng

BAB 4

SISTEM INFOMASI PEMBANGUNAN

DAERAH KABUPATEN BANTAENG

(25)

2

Sosial/Budaya

4

Kesehatan

5

Pendidikan, Kebudayaan Nasional,Pemuda

dan Olahraga

6

Kesejahteraan Sosial

7

Agama

3

Sumberdaya

 Alam

8

Pertanian, Kehutanan, Kelautan,Perikanan,

Peternakan, Perkebunan

9

Pertambangan dan Energi

10

Lingkungan Hidup, Tata Ruang dan

Pertanahan

4

Infrastruktur

11 Perumahan dan Permukiman

12 Pekerjaan Umum

13

Pariwisata, Pos, Telekomunikasi dan

Informatika

14

Perhubungan dan Transportasi

5

Ekonomi

15

Industri, Perdagangan, Pengembangan

Usaha Nasional, Lembaga Keuangan dan

Koperasi

16

BUMD, Perbankan Daerah dan Lembaga

Keuangan Daerah

6

Keuangan

Daerah

17 Pengelolaan Aset atau Barang Daerah

18 Ekpor Produk Domestik Regional Bruto

19 Ringkasan APBD

20 Dana Perimbangan

21 Pinjaman Daerah

22 Pajak Daerah/Provinsi

23 Retribusi Daerah

7

Politik, Hukum,

dan Keamanan

24 Politik Dalam Negeri dan Pengawasan

25 Hukum

26 Keamanan, Ketertiban Masyarakat

8

Insidensial

27 Bencana Alam

28 Penyakit Menular

29 Pencurian Ikan

30 Kebakaran Hutan

(26)

Pengelompokan kedalam 8 (delapan) jenis kelompok data

tersebut merupakan standar yang terdapat dalam SIPD sehingga

daerah-daerah lain di Indonesia yang melaksanakan pendataan dalam

kemasan SIPD juga melaksanakan pendataan dalam 8 jenis kelompok

data dengan harapan bahwa kondisi masing-masing daerah dapat

dibandingkan secara nasional.

 A. Data Umum

Data umum terdiri dari 3 jenis data yaitu data mengenai

keadaan

geografi,

pemerintahan

(administrasi

pemerintahan,

aparatur Negara, dan administrasi kepegawaian), serta keadaaan

demografi kabupaten Bantaeng.

1. Geogafi

Kabupaten Bantaeng secara geografis terletak ± 120 km arah

selatan Makassar, Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dengan posisi

5°21’13’’-5°35’26’’ Lintang Selatan dan 119°51’42’’-120°05’27’’ Bujur

Timur. Letak geografi Kabupaten Bantaeng tergolong unik karena

memiliki alam tiga dimensi, yakni bukit pegunungan, lembah dataran

dan pesisir pantai, dengan dua musim

Informasi keadaaan geografi kabupaten Bantaeng secara

lengkap dapat dilihat dari tabel data di bawah ini:

Tabel4. 2

 Keadaaan Geografi Kabupaten Bantaeng

Nama Satuan 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber

Data

I. Luas Wilayah ** Km2 1. 580,65 1.580,65 1.580,65 1.580,65 1.580,65 1.580,65 BPS

1. Daratan Km2 395,83 395,83 395,83 395,83 395,83 395,83 BPS

2. Laut 12 Mil dari Darat Km2 144 144 144 14 4 144 144 BPS

3. Zona Laut ** Km2 1. 040,82 1.040,82 1.040,82 1.040,82 1.040,82 1.040,82 BPS

1). Laut Teritorial Km2 22,22 22,22 22,22 22,22 22,22 22,22 BPS

(27)

3). Laut Landasan Kontinen Km2 648,2 648,2 648,2 648,2 648,2 648,2 BPS

4. Panjang Garis Pantai Km 21 21 21 21 2 1 21 BPS

II. Topografi *

1. Luas Lahan Berdasarkan Kelas Lereng * 1). Datar (0-2 Derajat) Ha 5.932 5.932 5.932 5.932 5.932 5.932 BPS 2). Bergelombang (2-15 Derajat) Ha 16.877 16.877 16.877 16.877 16.877 16.877 BPS 3). Curam (15-40 De rajat) Ha 8.186 8.186 8.186 8.186 8.186 8.186 BPS 4). Sangat curam (>40 Derajat) Ha 8.588 8.588 8.588 8.588 8.588 8.588 BPS 2. Ketinggian di atas Permukaan Laut m 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 BPS

III. Luas Lahan * 3,449 3,449 3,449 Dinas

Kehutanan

1. Luas Lahan Hutan ** Ha 4.035 4.035 4.035 4.035 3.449 3.449 Dinas Kehutanan

1). Hutan Produksi Tetap Ha 2.773 2.773 2.773 2.773 1.262 1.262 Dinas Kehutanan

2). Hutan Produksi Terbatas Ha 1.262 1.262 1.262 1.262 2.187 2.187 KehutananDinas

2. Jumlah Lahan Persawahan ** Ha 7.253 7.253 7.253 7.253 7.253 7.253 Dinas Pertanian

1). Sawah Irigasi Ha 0 0 0 0 0 0 Dinas

Pertanian

2). Sawah Pasang Surut Ha 0 0 0 0 0 0 PertanianDinas

3). Sawah Lainnya Ha 7.253 7.253 7.253 7.253 7.253 7.253 Dinas

Pertanian

3. Jumlah Lahan Kering ** Ha 32.330 32.330 32.330 32.330 32.330 32.330 Dinas Pertanian

1). Belum / Tidak Diusahakan Ha 32.330 32.330 32.330 32.330 32.330 32.330 Dinas Pertanian

4. Luas Penggunaan Lahan

Bukan Sawah ** Ha 30.313 30.313 30.313 30.313 30.313 30.313 BPS 1). Kolam/Empang/Tambak Ha 49 49 49 49 49 49 BPS 2). Danau/Telaga Alam Ha BPS 3). Ladang/Tegalan/Kebun/Padang Rumput Ha 15.410 15.410 15.410 15.410 15.410 15.410 BPS 4). Kebun Campuran Ha 7.145 BPS 5). Perkebunan Ha 7.145 7.145 7.145 7.145 7.107 7.145 BPS 6). Hutan Ha 7.107 7.107 7.107 7.107 7.107 BPS

10). Non Sawah Sementara

yang Tidak Diusahakan Ha 82 82 82 82 82 82 BPS

11). Waduk (Buatan) Ha BPS

12). Lainnya Ha 520 520 520 520 520 520 BPS

IV. Keadaan Iklim Rata-Rata * BPS

1. Suhu * BPS

(28)

2). Suhu Tertinggi °C 28,8 28,8 28,8 28,8 28,8 28,8 BPS 2. Kelembaban Udara * BPS 1). Kelembaban Udara Terendah % 70,25 70,25 70,25 70,25 70,25 70,25 BPS 2). Kelembaban Udara Tertinggi % 80,45 80,45 80,45 80,45 80,45 80,45 BPS 3. Curah Hujan * BPS

1). Curah Hujan Terendah mm/th 2,67 2,67 2,67 2,67 2,67 2, 67 BPS

2). Curah Hujan Tertinggi mm/th 86,33 86,33 86,33 86,33 86,33 86,33 BPS

4. Kecepatan Angin * BPS

1). Kecepatan Angin

Terendah Knot 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 BPS

2). Kecepatan Angin

Tertinggi Knot 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1 BPS

 V. Jumlah Gunung ** Buah 2 2 2 2 2 2 BPS

1. Aktif Buah BPS

2. Non - Aktif Buah 2 2 2 2 2 2 BPS

Sumber: BPS Kabupaten Bantaeng

2. Pemerintahan (Administrasi Pemerintahan, Aparatur Negara,

 Administrasi Kepegawaian)

Informasi keadaaan pemerintahan (administrasi pemerintahan,

aparatur negara, administrasi kepegawaian) kabupaten Bantaeng

secara lengkap dapat dilihat dari tabel data di bawah ini:

Tabel 4.3

 Keadaaan Pemerintahan (Administrasi

 Pemerintahan, Aparatur Negara, Administrasi Kepegawaian)

NAMA

SATUAN

2010

2011

2012

2013

2014

2015

SUMBER

DATA

I. Administrasi Pemerintahan *

1. Jumlah Kecamatan

Kec.

8

8

8

8

8

8

BPS

2. Jumlah Kelurahan

Kel.

21

21

21

21

21

21

BPS

3. Jumlah Desa

Desa

46

46

46

74

46

46

BPS

4. Klasifikasi Desa **

Desa

117

67

67

74

67

67

BPS

1). Desa Swadaya

Desa

5

5

5

5

5

5

BPS

2). Desa Swakarya

Desa

62

62

62

62

62

62

BPS

3). Desa Swasembada

Desa

0

BPS

4). Desa Pesisir

Desa

7

7

BPS

5). Desa Wisata

Desa

3

BPS

(29)

6. Jumlah RT

RT

1.170

1.170

1.170

1.170

1.170

1.170

BPS

7. Jumlah Dusun

Dusun

180

202

180

180

202

202

11597

II. Perda dan Perijinan *

120

Bagian

Hukum

1. Jumlah Perda Yang

Diterbitkan

Unit

0

5

5

Bagian

Hukum

2. Jumlah Revisi Yang Dilakukan

Sejak Terbitnya Perda RTRW

Unit

0

Bagian

Hukum

3. Perda Yang Dikeluarkan

Unit

120

Bagian

Hukum

1). Jumlah Peraturan Daerah

Untuk RTRW

Unit

0

1

Bagian

Hukum

2). Jumlah IMB Yang

Dikeluarkan

Unit

84

87

92

97

Bagian

Hukum

3). Jumlah Ijin Prinsip Yang

Dikeluarkan

Unit

0

Bagian

Hukum

4). Jumlah Ijin Usaha Yang Di

Keluarkan

Unit

36

Bagian

Hukum

5). Jumlah Ijin Untuk Hak

Pengusahaan Perkebunan

Unit

0

Bagian

Hukum

6). Jumlah Ijin Untuk Hak

Pengusahaan Kehutanan

Unit

0

Bagian

Hukum

7). Jumlah ijin Untuk Hak

Pengusahaan Pertambangan

Unit

0

20

23

30

Bagian

Hukum

8). Jumlah Perijinan Investasi

PMA Yang Dikeluarkan/Setujui

Unit

0

Bagian

Hukum

9). Jumlah Perijinan Investasi

PMDN Yang Dikeluarkan/Setujui

Unit

0

Bagian

Hukum

10). Jumlah dokumen

perencanaan RPJPD yg telah

ditetapkan dgn PERDA

Unit

1

1

Bagian

Hukum

11). Jumlah dokumen

perencanaan RPJMD yg telah

ditetapkan dgn PERDA

Unit

1

0

Bagian

Hukum

12). Jumlah dokumen

perencanaan RKPD yg telah

ditetapkan dgn PERDA

Unit

1

1

Bagian

Hukum

13). Jumlah program RKPD

tahun berkenaan

Unit

2

2

Bagian

Hukum

14). Jumlah program RPJMD

yang harus dilaksanakan tahun

berkenaan

Unit

2

2

Bagian

Hukum

15). Jumlah izin lokasi

Unit

3

Bagian

Hukum

16). Jumlah pemohon izin

lokasi

Orang

3

1

Bagian

Hukum

17). Jumlah Perda yang

mendukung iklim usaha

Unit

1

1

Bagian

Hukum

(30)

18). Jumlah Pelanggaran

Perda

Unit

Bagian

Hukum

19). Jumlah Penyelesaian

Penegakan Perda

Unit

Bagian

Hukum

4. Jumlah Perda terkait perijinan

Unit

1

Bagian

Hukum

5. Jumlah Perda terkait lalu

lintas barang dan jasa

Unit

Bagian

Hukum

6. Jumlah Perda terkait

ketenagakerjaan

Unit

1

Bagian

Hukum

IV. Jumlah Sarana Prasarana

Pemerintahan *

1. Kantor Bupati/Walikota

Unit

1

1

1

5.082

1

1

BKD

2. Kantor Setda

Unit

1

1

1

4.983

1

1

BKD

1). Jumlah Staf Berdasarkan

Tingkat Pendidikan **

Orang

171

165

159

141

157

137

BKD

1. Tidak Sekolah/Belum

Tamat SD

Orang

0

BKD

2. Tamat SD atau

Sederajat

Orang

1

3

3

2

2

2

BKD

3. SMP dan Sederajat

Orang

7

15

15

11

11

10

BKD

4. SMA dan Sederajat

Orang

72

72

68

64

64

56

BKD

5. Akademi (DI, DII dan

DIII)

Orang

15

9

8

12

12

10

BKD

6. Sarjana (S1)

Orang

76

66

65

52

68

59

BKD

2). Jumlah PNS Berdasarkan

Golongan **

Orang

171

165

159

158

157

153

BKD

1. Golongan I

Orang

8

8

8

7

6

5

BKD

2. Golongan II

Orang

85

78

74

72

72

68

BKD

3. Golongan III

Orang

63

58

54

54

55

59

BKD

4. Golongan IV

Orang

15

21

23

25

24

21

BKD

3). Jumlah Pejabat Struktural

**

Orang

25

0

45

BKD

1. Eselon I

Orang

1

BKD

2. Eselon II

Orang

12

BKD

3. Eselon III

Orang

8

8

BKD

4. Eselon IV

Orang

16

25

BKD

4). Jumlah Pejabat Fungsional

Orang

24

BKD

5). Jumlah Pensiunan PNS **

Orang

4

0

0

BKD

1. Eselon I

Orang

BKD

2. Eselon II

Orang

BKD

3. Eselon III

Orang

1

BKD

4. Eselon IV

Orang

3

BKD

3. Kantor DPRD dan Sekretariat

(31)

4. Kantor Inspektorat

Unit

1

1

1

1

1

1

BKD

1). Jumlah Staf Berdasarkan

Tingkat Pendidikan

Orang

33

34

34

BKD

1. Tidak Sekolah/Belum

Tamat SD

Orang

BKD

2. Tamat SD atau

Sederajat

Orang

1

1

1

BKD

3. SMP dan Sederajat

Orang

BKD

4. SMA dan Sederajat

Orang

313

11

11

11

11

8

BKD

5. Akademi (DI, DII dan

DIII)

Orang

3

3

3

4

4

2

BKD

6. Sarjana (S1)

Orang

20

18

20

19

19

20

BKD

2). Jumlah PNS Berdasarkan

Golongan **

Orang

26

33

35

34

34

34

BKD

1. Golongan I

Orang

0

BKD

2. Golongan II

Orang

15

11

11

11

11

10

BKD

3. Golongan III

Orang

7

16

18

17

16

17

BKD

4. Golongan IV

Orang

4

6

6

6

7

7

BKD

3). Jumlah Pejabat Struktural

**

Orang

13

0

7

8

BKD

1. Eselon I

Orang

BKD

2. Eselon II

Orang

1

1

1

BKD

3. Eselon III

Orang

3

3

4

BKD

4. Eselon IV

Orang

9

3

3

BKD

4). Jumlah Pejabat Fungsional

Orang

2

2

3

12

12

11

BKD

5. Kantor Bappeda

Unit

1

1

1

1

1

BKD

1). Jumlah Staf Berdasarkan

Tingkat Pendidikan **

Orang

31

27

28

23

29

29

BKD

1. Tidak Sekolah/Belum

Tamat SD

Orang

BKD

2. Tamat SD atau

Sederajat

Orang

BKD

3. SMP dan Sederajat

Orang

1

BKD

4. SMA dan Sederajat

Orang

10

10

10

12

12

12

BKD

5. Akademi (DI, DII dan

DIII)

Orang

1

1

3

BKD

6. Sarjana (S1)

Orang

21

17

18

10

16

13

BKD

2). Jumlah PNS Berdasarkan

Golongan **

Orang

31

27

28

28

29

34

BKD

1. Golongan I

Orang

1

BKD

2. Golongan II

Orang

10

10

10

11

11

11

BKD

3. Golongan III

Orang

16

13

14

14

14

17

BKD

4. Golongan IV

Orang

5

4

4

3

4

5

BKD

3). Jumlah Pejabat Struktural

**

Orang

13

0

13

15

BKD

(32)

2. Eselon II

Orang

1

1

1

BKD

3. Eselon III

Orang

4

5

5

BKD

4. Eselon IV

Orang

8

7

9

BKD

4). Jumlah Pejabat Fungsional

Orang

4

3

4

BKD

5). Jumlah Pensiunan PNS **

Orang

3

16

0

BKD

1. Eselon I

Orang

4

BKD

2. Eselon II

Orang

4

BKD

3. Eselon III

Orang

2

4

BKD

4. Eselon IV

Orang

1

4

BKD

6. Kantor Dinas Daerah

Unit

13

13

1

13

13

13

BKD

1). Jumlah Staf Berdasarkan

Tingkat Pendidikan **

Orang

921

1.737

3.274

2.976

3.194

3.128

BKD

1. Tidak Sekolah/Belum

Tamat SD

Orang

0

BKD

2. Tamat SD atau

Sederajat

Orang

6

35

31

38

19

17

BKD

3. SMP dan Sederajat

Orang

17

40

40

42

44

30

BKD

4. SMA dan Sederajat

Orang

312

773

821

672

708

600

BKD

5. Akademi (DI, DII dan

DIII)

Orang

122

842

928

665

761

630

BKD

6. Sarjana (S1)

Orang

464

47

1.454

1.559

1.662

1.851

BKD

2). Jumlah PNS Berdasarkan

Golongan **

Orang

935

3.113

3.274

3.004

3.194

3.194

BKD

1. Golongan I

Orang

25

31

28

30

26

23

BKD

2. Golongan II

Orang

353

1.002

1.015

826

851

731

BKD

3. Golongan III

Orang

436

1.232

1.350

1.280

1.443

1.569

BKD

4. Golongan IV

Orang

121

848

881

868

874

871

BKD

3). Jumlah Pejabat Struktural

**

Orang

0

0

252

270

BKD

1. Eselon I

Orang

BKD

2. Eselon II

Orang

10

13

BKD

3. Eselon III

Orang

55

61

BKD

4. Eselon IV

Orang

187

196

BKD

4). Jumlah Pejabat Fungsional

Orang

60

2.281

2.231

2.389

2.396

BKD

7. Kantor Lembaga Teknis

Daerah

Unit

10

10

11

11

11

BKD

1). Jumlah Staf Berdasarkan

Tingkat Pendidikan **

Orang

562

571

0

597

594

241

BKD

1. Tidak Sekolah/Belum

Tamat SD

Orang

BKD

2. Tamat SD atau

(33)

3. SMP dan Sederajat

Orang

6

7

9

9

9

BKD

4. SMA dan Sederajat

Orang

96

102

98

98

98

BKD

5. Akademi (DI, DII dan

DIII)

Orang

132

119

92

92

92

BKD

6. Sarjana (S1)

Orang

323

340

396

392

39

BKD

2). Jumlah PNS Berdasarkan

Golongan **

Orang

556

571

0

597

597

597

BKD

1. Golongan I

Orang

3

2

7

7

7

BKD

2. Golongan II

Orang

193

191

149

149

149

BKD

3. Golongan III

Orang

328

342

406

406

406

BKD

4. Golongan IV

Orang

32

36

35

35

35

BKD

3). Jumlah Pejabat Fungsional

Orang

0

327

102

49

BKD

4). Jumlah Pensiunan PNS **

Orang

0

0

0

BKD

1. Eselon I

Orang

BKD

2. Eselon II

Orang

BKD

3. Eselon III

Orang

BKD

4. Eselon IV

Orang

BKD

8. Kantor Pemerintah Desa

Unit

46

46

46

46

46

BKD

1). Jumlah Aparat Pemerintah

Desa Berdasarkan Tingkat

Pendidikan **

Orang

0

0

331

331

BKD

1. Tidak Sekolah/Belum

Tamat SD

Orang

7

7

BKD

2. Tamat SD atau

Sederajat

Orang

61

61

BKD

3. SMP dan Sederajat

Orang

32

32

BKD

4. SMA dan Sederajat

Orang

172

172

BKD

5. Akademi (DI, DII dan

DIII)

Orang

10

10

BKD

6. Sarjana (S1)

Orang

49

49

BKD

9. Kantor Camat

Unit

8

8

8

8

8

8

BKD

1). Jumlah Aparat Kecamatan

Berdasarkan Tingkat Pendidikan **

Orang

325

326

327

8

365

365

BKD

1. Tidak Sekolah/Belum

Tamat SD

Orang

0

0

BKD

2. Tamat SD atau

Sederajat

Orang

2

1

1

0

1

1

BKD

3. SMP dan Sederajat

Orang

8

15

15

0

16

16

BKD

4. SMA dan Sederajat

Orang

202

217

214

0

233

233

BKD

5. Akademi (DI, DII dan

DIII)

Orang

10

13

10

0

15

15

BKD

6. Sarjana (S1)

Orang

103

80

87

8

100

100

BKD

10. Kantor Lurah *

115

21

21

BKD

1). Jumlah Aparat Kelurahan

Gambar

Gambar 2.1 Peta Kabupaten BantaengBagian Ini Berisi Gambaran Tentang
Tabel 3.1  Luas Wilayah menurut Kecamatan dan Desa  /Kelurahan Kecamatan Desa/ Kelurahan Status(D/K) Luas(km2 ) Persentase TerhadapLuas Kecamatan Kabupaten (1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6) Bissappu  32,84  8,30 Bonto Jai  D  3,63  11,05  0,92 Bonto Manai  K  3
Tabel 3.2 Banyaknya Desa, Kelurahan, Lingkungan,  Dusun, RT  dan RW
Tabel 4.22 Keadaaan Pinjaman Daerah Kabupaten Bantaeng
+4

Referensi

Dokumen terkait

Seorang karyawan akan menunjukkan kinerja optimal ketika berada pada suatu lingkungan yang tepat, dimana lingkungan tersebut membuat yang bersangkutan memiliki

Selanjutnya setelah peserta didik melakukan presentasi memaparkan hasil diskusi mereka dan siswa lain memberikan tanggapan, kemudian guru memberikan soal dalam bentuk

Penambahan papain dengan konsentrasi 12 mg/ml merupakan konsentrasi terbaik yang mampu mendegradasi kitosan dengan penurunan berat molekul kitosan tertinggi yaitu sebesar

Rata – rata hasil tekanan darah pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol didapatkan rata – rata data yang homogen atau tidak ada perbedaan yang

secara individu. Karena itu diperlukan adanya perbaikan dan penambahan siklus yaitu siklus kedua pada penelitian ini. Dari hasil ulangan harian yang dilakukan pada

Dalam menjalankan tugasnya sebagai wadah komunikasi antar organisasi etnis di Salatiga sudah tentu Forum PANTAS memiliki kelengkapan yaitu salah satunya

Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi-square menunjukkan bahwa pada penelitian ini tidak ada hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan obesitas pada wanita

Kaikista opiskelijoista 21 prosenttia vastasi, että kuukaudessa pitäisi saada enemmän kuin 300 euroa, mutta että 500 euroa tai vähemmänkin riittäisi.. Tämä vastaa