A.
A. LATAR BELAKANG
LATAR BELAKANG
Pembangunan daerah Kabupaten Bantaeng akan terlaksana
Pembangunan daerah Kabupaten Bantaeng akan terlaksana
dengan baik, terarah dan sinergis jika didukung dengan perencanaan
dengan baik, terarah dan sinergis jika didukung dengan perencanaan
yang matang dan profesional. Sejalan dengan berlakunya otonomi
yang matang dan profesional. Sejalan dengan berlakunya otonomi
daerah, maka pemerintah Kabupaten Bantaeng memiliki kewenangan
daerah, maka pemerintah Kabupaten Bantaeng memiliki kewenangan
yang lebih luas dan
yang lebih luas dan mandiri untuk menentuk
mandiri untuk menentukan arah pembangunan di
an arah pembangunan di
daerahnya. Sistem informasi merupakan suatu kebutuhan yang pada
daerahnya. Sistem informasi merupakan suatu kebutuhan yang pada
era sekarang ini menjadi suatu hal yang sangat penting didalam
era sekarang ini menjadi suatu hal yang sangat penting didalam
menunjang kemajuan, perkembangan suatu daerah dan
menunjang kemajuan, perkembangan suatu daerah dan pemerintaha
pemerintahan
n
Sistem informasi yang dibangun tepat akan memberikan sebuah
Sistem informasi yang dibangun tepat akan memberikan sebuah
gambaran kinerja yang akurat bagi penggunanya dalam pengambilan
gambaran kinerja yang akurat bagi penggunanya dalam pengambilan
keputusan. Selain itu, Oleh karena itulah yang saat ini dimanfaatkan
keputusan. Selain itu, Oleh karena itulah yang saat ini dimanfaatkan
oleh
oleh pemerintah
pemerintah untuk memantau perkembangan
untuk memantau perkembangan pemerintah
pemerintah dengan
dengan
membangun sebuah sistem yang disebut sebagai
membangun sebuah sistem yang disebut sebagai Sistem Informasi
Sistem Informasi
Pembangunan Daerah.
Pembangunan Daerah.
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Bagian Ini Berisi Gambaran
Bagian Ini Berisi Gambaran
Latar Belakang, Tujuan,
Latar Belakang, Tujuan,
Sasaran Dan Manfaat
Sistem Informasi Pembangunan Daerah merupakan amanah
Sistem Informasi Pembangunan Daerah merupakan amanah
dari
dari UU 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
UU 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional
Nasional dan UU 32 Tahun 2004 tentang Pemerntahan Daerah yang
dan UU 32 Tahun 2004 tentang Pemerntahan Daerah yang
telah ganti dengan
telah ganti dengan UU 23 Tahun 2014.
UU 23 Tahun 2014. Kebijakan ini kemudian
Kebijakan ini kemudian
bentuk dalam sebuah
bentuk dalam sebuah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8
Tahun 2014 t
Tahun 2014 tentang
entang Sistem Info
Sistem Informasi Pem
rmasi Pembangunan Daerah
bangunan Daerah menjadi
menjadi
pedoman bagi pemerintah dalam pelaksanaannya. Berdasarkan
pedoman bagi pemerintah dalam pelaksanaannya. Berdasarkan
Permendagri nomor 8 Tahun 2014
Permendagri nomor 8 Tahun 2014,, Sistem Informasi Pembangunan
Sistem Informasi Pembangunan
Daerah
Daerah selanjutnya di singkat SIPD adalah suatu sistem yang
selanjutnya di singkat SIPD adalah suatu sistem yang
mendokumentasikan, mengadministrasikan, serta mengolah data
mendokumentasikan, mengadministrasikan, serta mengolah data
pembangunan daerah menjadi informasi yang disajikan kepada
pembangunan daerah menjadi informasi yang disajikan kepada
masyarakat dan bahan pengambilan keputusan dalam rangka
masyarakat dan bahan pengambilan keputusan dalam rangka
perencan
perencanaan, pelaksanaan,
aan, pelaksanaan, evaluasi kinerja
evaluasi kinerja pemerintah daerah.
pemerintah daerah. SIPD
SIPD
pada dasarnya memiliki nilai yang sangat strategis bagi kepentingan
pada dasarnya memiliki nilai yang sangat strategis bagi kepentingan
Pusat dan Daerah, apabila keseluruhan aspek data yang telah
Pusat dan Daerah, apabila keseluruhan aspek data yang telah
ditetapkan dapat dipenuhi.
ditetapkan dapat dipenuhi.
B.
B. TUJUAN, SASARAN DAN MANFAAT
TUJUAN, SASARAN DAN MANFAAT
Adapun
Adapun tujuan
tujuan dari
dari Kegiatan
Kegiatan Sistem
Sistem Informasi
Informasi Pembangunan
Pembangunan
Daerah (SIPD) adalah :
Daerah (SIPD) adalah :
1.
1. Menyediakan dukungan data dan informasi bagi pengambilan
Menyediakan dukungan data dan informasi bagi pengambilan
keputusan dan kebijakan, baik didaerah maupun di pusat.
keputusan dan kebijakan, baik didaerah maupun di pusat.
2.
2. Meningkatkan komitmen Pemerintah Daerah untuk membangun
Meningkatkan komitmen Pemerintah Daerah untuk membangun
pola kerja berbasis data dan
pola kerja berbasis data dan informasi
informasi
3.
3. Membangun
Membangun Database
Database Pembangunan
Pembangunan Daerah
Daerah Kabupaten
Kabupaten yang
yang
menggambarkan seluruh potensi dan sumberdaya yang dimiliki
menggambarkan seluruh potensi dan sumberdaya yang dimiliki
oleh daerah
oleh daerah Kabupaten Bantaeng.
Kabupaten Bantaeng.
4.
4. Memudahk
Memudahkan sarana
an sarana Informasi bagi semua kalangan
Informasi bagi semua kalangan masyarakat.
masyarakat.
Sasaran Kegiatan SIPD adalah :
1.
1. Meningkatnya
Meningkatnya
kapasitas
kapasitas
daerah
daerah
dalam
dalam
penyelenggaraan
penyelenggaraan
Pemerintah dan pembangunan di daerah.
Pemerintah dan pembangunan di daerah.
2.
2. Tersedianya data dan informasi secara cepat dan mudah bagi
Tersedianya data dan informasi secara cepat dan mudah bagi
pengambilan keputusan dan penyusunan kebijakan di
pengambilan keputusan dan penyusunan kebijakan di daerah.
daerah.
3.
3. Terbangunnya sistem informasi database Pembangunan Daerah
Terbangunnya sistem informasi database Pembangunan Daerah
daerah.
daerah.
4.
4. Terlaksananya manajemen pengelolaan database
Terlaksananya manajemen pengelolaan database Pembangun
Pembangunan
an
Daerah yang baik dan akurat.
Daerah yang baik dan akurat.
Adapun manfaat
Adapun manfaat dari kegiatan
dari kegiatan Sistem Informasi
Sistem Informasi Pembanguna
Pembangunan
n
Daerah (SIPD) adalah berfungsi sebagai sebuah jejaring dalam
Daerah (SIPD) adalah berfungsi sebagai sebuah jejaring dalam
pengumpulan data secara terpadu, realtime dan online di pusat dan
pengumpulan data secara terpadu, realtime dan online di pusat dan
daerah dengan menggunakan teknologi informasi, sebagai dukungan
daerah dengan menggunakan teknologi informasi, sebagai dukungan
dalam
perencanaan
program
dan
kegiatan
serta
evaluasi.
dalam
perencanaan
program
dan
kegiatan
serta
evaluasi.
Pembangunan daerah secara rasional, efektif dan efisien. Tentunya
Pembangunan daerah secara rasional, efektif dan efisien. Tentunya
Sistem informasi tersebut dapat juga digunakan untuk mendukung
Sistem informasi tersebut dapat juga digunakan untuk mendukung
integrasi
pemanfaatan
data
terkait
dengan
Perkembangan
integrasi
pemanfaatan
data
terkait
dengan
Perkembangan
Pembangunan pada masing-masing instansi pemerintah. Selain itu,
Pembangunan pada masing-masing instansi pemerintah. Selain itu,
fungsi lain dari kegiatan SIPD adalah sebagai media akuntabilitas
fungsi lain dari kegiatan SIPD adalah sebagai media akuntabilitas
publik yang memungkinkan masyarakat mengevaluasi kinerja
publik yang memungkinkan masyarakat mengevaluasi kinerja
pemerintah, mengevaluasi program-program pembangunan, dan
pemerintah, mengevaluasi program-program pembangunan, dan
sekaligus mengevaluasi
sekaligus mengevaluasi capaian-cap
capaian-capaian
aian pembangunan
pembangunan..
Mencermati tujuan, sasaran dan manfaat kegiatan SIPD
Mencermati tujuan, sasaran dan manfaat kegiatan SIPD
tersebut, maka tidak hanya pusat yang akan diuntungkan, namun
tersebut, maka tidak hanya pusat yang akan diuntungkan, namun
daerah secara langsung juga sangat diuntungkan. Bersama data dan
daerah secara langsung juga sangat diuntungkan. Bersama data dan
informasi, maka penyusunan perencanaan pembangunan di Provinsi
informasi, maka penyusunan perencanaan pembangunan di Provinsi
Kabupaten/Kota, dapat lebih akurat dan mendekati kebutuhan riil
Kabupaten/Kota, dapat lebih akurat dan mendekati kebutuhan riil
masyarakat.
masyarakat.
Oleh Karena itu, Bappeda Kabupaten Bantaeng sebagai instansi
Oleh Karena itu, Bappeda Kabupaten Bantaeng sebagai instansi
yang
mengkoordinir
kegiatan
SIPD,
berkewajiban
untuk
mengembangkan sistem ini lebih lanjut secara implementatif teknis,
sehingga berbagai tujuan dan sasaran yang akan dicapai dapat
direalisasikan secara optimal. Hal ini yang mendasari penyusunan
Modul Sistem Informasi Pembangunan Daerah Kabupaten Bantaeng
sehingga pembangunan daerah Kabupaten Bantaeng akan terlaksana
dengan baik, terarah dan sinergis jika didukung dengan perencanaan
yang matang dan profesional.
Sistem Informasi Pembangunan Daerah ini merupakan sistem
informasi
yang
menyajikan
informasi
pembangunan
daerah
Kabupaten Bantaeng dalam bentuk Modul yang menggambarkan
seluruh potensi dan sumberdaya yang dimiliki Kabupaten Bantaeng,
data ini bersumber dari SKPD dan Kantor terkait yang ada di
Pemerintah Kabupaten Bantaeng. Modul SIPD ini diharapkan dapat
membantu masyarakat dan stakeholder untuk mencari informasi
tentang perkembangan dan potensi yang ada di Kabupaten Bantaeng.
Selain itu SIPD ini diharapkan bisa menjadi salah satu Pintu Gerbang
penghimpun, penyedia data yang akurat dan terbaru untuk
perencanaan di Kabupaten Bantaeng.
Gambar 2.1 Peta Kabupaten Bantaeng
Bagian Ini Berisi Gambaran Tentang
Sejarah Kabupaten Bantaeng
BAB 2
BANTAENG BUTTA TOA
DALAM SEJARAH
A. SEJARAH BANTAENG
Pada awal mula lahirnya Kabupaten Bantaeng masih dibawah
Pemerintahan Kerajaan yakni dikenal dengan Kerajaan Bantayan.
Sejumlah literatur menyebutkan jika raja pertama yakni, Raja
Mula Tau, memiliki 7 pemimpin dari 7 kawasan kerajaan yang
berada
di
kawasan
yang
dikuasainya
untuk
membantu
pemerintahan Raja Mula Tau.
Dalam sejarah peradaban budaya di Bantaeng, warga asli
Bantaeng berkaitan erat dengan
komunitas Onto. Komunitas Onto
memiliki sejarah tersendiri yang
menjadi cikal bakal Bantaeng.
Konon daerah Bantaeng dahulunya
masih berupa lautan dan hanya
beberapa tempat tertentu saja yang
berupa dataran yaitu daerah Onto
dan beberapa daerah di sekitarnya
yaitu Sinoa, Bisampole, Gantarang
Keke, Mamampang, Katapang dan
Lawi-Lawi.
Sedangkan masing-masing daerah ini memiliki
pemimpin sendiri-sendiri yang disebut dengan Kare’. Konon dalam
tutur sejarah Kabupaten Bantaeng diceritakan bahwa suatu
ketika para Kare' yang berjumlah tujuh orang bermufakat untuk
mengangkat satu orang yang akan memimpin mereka semua.
Sebelum itu mereka sepakat untuk melakukan pertapaan lebih
dulu, untuk meminta petunjuk kepada Dewata (Yang Maha
Kuasa) siapa kira-kira yang tepat menjadi pemimpin mereka.
Lokasi pertapaan yang dipilih adalah daerah Onto.
Ketujuh Kare' itu kemudian bersemedi di tempat itu. Tempat-tempat
semedi itu sekarang
disimbolkan dengan
Balla Tujua (tujuh
rumah kecil yang
beratap, berdinding
dan
bertiang
(bambu). Pada saat
mereka
bersemedi,
turunlah cahaya ke
Kare' Bisampole (Pimpinan daerah Bisampole) dan terdengar suara:
” Apangaseng antu Nuboya Nakadinging-dinginganna” (Apa yang
engkau cari dalam cuaca dingin seperti ini). Lalu Kare' Bisampole
menjelaskan maksud kedatangannya untuk mencari orang yang tepat
memimpin mereka semua, agar tidak lagi terpisah-pisah seperti
sekarang ini. Lalu kembali terdengar suara: “Ammuko mangemako
rimamampang ribuangayya Risalu Cinranayya” (Besok datanglah
kesatu tempat permandian yang terbuat dari bambu).Keesokan
harinya mereka mencari tempat yang dimaksud di daerah Onto. Di
tempat itu mereka menemukan seorang laki-laki sedang mandi.
“Inilah kemudian yang disebut dengan To Manurunga ri Onto”. Lalu
ketujuh Kare' menyampaikan tujuannya untuk mencari pemimpin,
sekaligus meminta Tomanurung untuk memimpin mereka.
Tomanurung menyatakan kesediaannya, tapi dengan syarat: “Eroja
nuangka anjari Karaeng, tapi nakkepa anging kau leko kayu, nakke
je’ne massolong ikau sampara mamanyu” (saya mau diangkat menjadi
raja pemimpin kalian tapi saya ibarat angin dan kalian adalah ibarat
daun, saya air yang mengalir dan kalian adalah kayu yang hanyut),”
kata Tomanurung.
Ketujuh Kare'
yang
diwakili
oleh
Kare'
Bisampole
pun
menyahut; “Kutarimai
Pakpalanu
tapi
kualleko
pammajiki
tangkualleko pakkodii,
Kualleko
tambara
tangkualleko racung.”
(Saya
terima
permintaanmu
tapi
kau
hanya
kuangkat
jadi
raja
untuk
mendatangkan kebaikan dan bukan untuk keburukan, juga engkau
kuangkat jadi raja untuk jadi obat dan bukannya racun). Maka jadilah
Tomanurung ri Onto ini sebagai raja bagi mereka semua. Pada saat ia
memandang ke segala penjuru maka daerah yang tadinya laut
berubah menjadi daratan. Tomanurung ini sendiri lalu mengawini
gadis Onto yang dijuluki Dampang Onto (Gadis jelitanya Onto).
Setelah itu mereka berangkat ke arah suatu tempat yang sekarang
disebut Gamacayya. Di satu tempat mereka bernaung di bawah pohon
lalu bertanyalah Tomanurung pohon apa ini, dijawab oleh Kare'
Bisampole: Pohon Taeng sambil memandang kearah enam kare' yang
lain. Serentak keenam kare' yang lain menyatakan Ba’ (tanda
membenarkan dalam bahasa setempat). Dari sinilah kemudian
muncul kata Bantaeng dari dua kata tadi yaitu Ba’ dan Taeng jelas
Karaeng Imran Masualle.
Dalam sejarahnya daerah Onto menjadi daerah sakral dan menjadi
tempat perlindungan bagi keturunan raja Bantaeng bila mendapat
masalah yang besar. Maka bagi anak keturunan kerajaan tidak boleh
sembarangan memasuki daerah ini, kecuali diserang musuh atau
dipakaikan dulu tanduk dari emas. Angka 7 (tujuh) menunjukkan
simbol Balla Tujua di Onto dan Tau Tujua yang memerintah dimasa
lalu, yaitu: Kare' Onto, Bissampole, Sinoa, Gantarangkeke,
Mamampang, Mamampang, Katapang dan Lawi-Lawi.
Menurut Prof. Nurudin Syahadat, Bantaeng sudah ada sejak tahun
500 Masehi, sehingga dijuluki Butta Toa atau Tanah Tuo (Tanah
bersejarah). Selanjutnya laporan peneliti Amerika Serikat Wayne A.
Bougas menyatakan bahwa daerah Bantayan merupakan wilayah
kekuasaan Kerajaan Makassar awal tahun 1200-1600, yang
dibuktikan dengan ditemukannya penelitian arkeologi dan para
penggali keramik pada bagian penting wilayah Bantaeng yakni
berasal dari Dinasti Sung (960-1279) dan dari DinastiYuan
(1279-1368).
Naskah peta Kerajaan Singosari pada tahun 1254 masa pemerintahan
Raja Kertanegara, wilayah Bantaeng sudah tertera dalam peta
tersebut guna memperluas wilayahnya ke daerah timur Nusantara
untuk menjalin hubungan niaga pada tahun 1254-1292. Penemuan
otentik peta Singosari ini jelas membuktikan Bantaeng sudah ada dan
eksis ketika itu.
Pada masa penjajahan Hindia Belanda, Bantaeng atau Bantayan
dijadikan sebagai
Afdeling
atau
pusat
pemerintahan
yang
mengkoordinir beberapa wilayah di sekitarnya. Bersamaan itu pula
tepatnya sejak 11 Nopember 1737, nama Bantayan akhirnya diubah
menjadi Bonthain oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Sejarah mencatat pada tanggal 7 Juli 1667 terjadi perang Makassar,
dimana tentara Belanda mendarat lebih dahulu di Bantaeng sebelum
menyerang Gowa karena letaknya yang strategis sebagai bandar
pelabuhan dan lumbung pangan Kerajaan Gowa. Serangan Belanda
tersebut gagal, karena ternyata dengan semangat patriotisme rakyat
Bantaeng sebagai bagian Kerajaan Gowa pada waktu itu mengadakan
perlawanan besar-besaran.
Nama raja-raja Bantaeng yang pernah memerintah Bantaeng mulai
dari kerajaan Bantaeng awal tahun 1254 hingga masa kemerdekaan
tahun 1952 dapat dijelaskan sebagai berikut.
Bantaeng pada awalnya sebagai Kerajaan yakni tahun 1254
-1293 yang mana diperintah oleh Mula Tau yang bergelar To Toa
yang memimpin Kerajaan Bantaeng yang terdiri dari 7 Kawasan
yang masing-masing diantaranya dipimpin oleh Karaeng, yaitu
Kare'
Onto,
Kare'
Bissampole,
Kare'
Sinoa,
Kare'
Gantarang.Keke, Kare' Mamampang, Kare' Katampang dan Kare'
Lawi-Lawi, yang semua Kare' tersebut dikenal dengan nama
“Tau Tujua”
Raja kedua yang memerintah yaitu Raja Massaniaga pada tahun
1293.
Tahun 1293 - 1332 dipimpin oleh To Manurung atau yang
bergelar Karaeng Loeya.
Tahun 1332 - 1362 dipimpin oleh Massaniaga Maratung.
Tahun 1368 - 1397 dipimpin oleh Maradiya.
Tahun 1397 - 1425 dipimpin oleh Massanigaya.
Tahun 1425 - 1453 dipimpin oleh I Janggong yang bergelar
Karaeng Loeya.
Tahun 1453 - 1482 dipimpin oleh Massaniga Karaeng Bangsa
Niaga.
Tahun 1482 - 1509 dipimpin oleh Daengta Karaeng Putu Dala
atau disebut Punta Dolangang.
Tahun 1509 - 1532 dipimpin oleh Daengta Karaeng Pueya.
Tahun 1560 - 1576 dipimpin oleh I Buce Karaeng Bondeng Tuni
Tambanga.
Tahun 1576 - 1590 dipimpin oleh I Marawang Karaeng Barrang
Tumaparisika Bokona.
Tahun 1590 - 1620 dipimpin oleh Massakirang Daeng
Mamangung Karaeng Majjombea Matinroa ri Jalanjang Latenri
Rua.
Tahun 1620 - 1652 dipimpin oleh Daengta Karaeng Bonang yang
bergelar Karaeng Loeya.
Tahun 1652 - 1670 dipimpin oleh Daengta Karaeng Baso To
Ilanga ri Tamallangnge.
Tahun 1670 - 1672 dipimpin oleh Mangkawani Daeng Talele.
Tahun 1672 - 1687 dipimpin oleh Daeng Ta Karaeng Baso (kedua
kalinya).
Tahun 1687 - 1724 dipimpin oleh Daeng Ta Karaeng Ngalle.
Tahun 1724 - 1756 dipimpin oleh Daeng Ta Karaeng Manangkasi.
Tahun 1756 - 1787 dipimpin oleh Daeng Ta Karaeng Loka.
Tahun 1787 - 1825 dipimpin oleh Ibagala Daeng Mangnguluang
Tunijalloka ri Kajang.
Tahun 1825 - 1826 dipimpin oleh La Tjalleng To Mangnguliling
Karaeng Tallu Dongkonga ri Bantaeng yang bergelar Karaeng
Loeya ri Lembang.
Tahun 1826 - 1830 dipimpin oleh Daeng To Nace (Janda
Permaisuri, Kr. Bagala Dg. Mangnguluang Tunijalloka ri
Kajang).
Tahun 1830 - 1850 dipimpin oleh Mappaumba Daeng To
Magassing.
Tahun 1850 - 1860 dipimpin oleh Daeng To Pasaurang.
Tahun 1866 - 1877 dipimpin oleh Karaeng Butung.
Tahun 1877 - 1913 dipimpin oleh Karaeng Panawang.
Tahun 1913 - 1933 dipimpin oleh Karaeng Pawiloi.
Tahun 1933 - 1939 dipimpin oleh Karaeng Mangkala.
Tahun 1939 - 1945 dipimpin oleh Karaeng Andi Mannapiang.
Tahun 1945 - 1950 dipimpin oleh Karaeng Pawiloi (kedua
kalinya).
Tahun 1950 - 1952 dipimpin oleh Karaeng Andi Mannapiang
(kedua kalinya).
Tahun 1952-Karaeng Massoelle (sebagai pelaksana tugas).
B. Sejarah Masa Kemerdekaan
Setelah masa kemerdekaan secara resmi Bonthain akhirnya diubah
menjadi Kabupaten Daerah Tingkat II Bantaeng melalui
Undang-undang Nomor 29/1959 dengan pengangkatan Bupati pertama, A Rivai
Bulu, berdasarkan Kepmendagri Nomor UP 7/2/38-375 tanggal 28
Januari
1960
dan
dilantik
tanggal
1
Pebruari
1960.(http://rakyatsulsel.com/spirit-the-new-bantaeng.html).
Setelah terbentuknya Kabupaten Daerah Tingkat II Bantaeng
berdasarkan UU Nomor 29 Tahun 1959, Bupati Kepala Daerah
Tingkat II yang pertama A. Rivai Bulu dilantik pada tanggal 1
Pebruari 1960. Kabupaten Bantaeng resmi menjadi daerah otonomi
yang dipimpin secara demokratis dan menganut kaidah pemerintahan
modern.
Sejak saat itulah Kabupaten Bantaeng resmi memulai kiprahnya
sebagai daerah otomomi yang secara bergantian dipimpin beberapa
bupati. Adapun pejabat pemerintahan sejak terbentuknya Kabupaten
Bantaeng hingga saat ini adalah sebagai berikut:
1.A. Rivai Bulu (1960-1965)
2.Aru Saleh (1965-1966)
3.Solthan (1966-1971)
4.H. Solthan (1971-1978)
5.Drs. H. Darwis Wahab (1978-1988)
6.Drs. H. Malingkai Maknun (1988-1993)
7.Drs. H. Said Saggaf (1993-1998)
8.Drs. H. Azikin Solthan, M.Si (1998-2008)
9.Prof.Dr.Ir.H.M Nurdin Abdullah,M.Agr (2008-sekarang).
Dalam penetapan hari jadi Kabupaten Bantaeng, terjadi dinamika dan
proses diskusi yang panjang. Pada tanggal 2-4 Juli 1999, sesuai
kesepakatan yang telah dicapai oleh para pakar sejarah, sesepuh dan
tokoh masyarakat Bantaeng memutuskan tanggal 7 Desember sebagai
Hari Jadi Kabupaten Bantaeng. Hasil musyawarah ini kemudian
dituangkan dalam Keputusan Mubes KKB Nomor 12/Mubes
KKB/VII/1999 tanggal 4 Juli 1999 tentang Penetapan Hari Jadi
Bantaeng pada
tanggal 7 bulan 12 tahun 1254 yang kemudian
diperkuat dengan terbitnya Peraturan Daerah Nomor 28 Tahun 1999
tentang Hari Jadi Kabupaten Bantaeng.
A. KONDISI WILAYAH KABUPATEN BANTAENG
Kabupaten Bantaeng secara geografis terletak ± 120 km arah
selatan Makassar, Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dengan posisi
5°21’13’’-5°35’26’’ Lintang Selatan dan 119°51’42’’-120°05’27’’ Bujur
Timur.
Kabupaten Bantaeng terletak di daerah pantai yang memanjang
pada bagian barat ke timur kota yang salah satunya berpotensi untuk
perikanan, dan wilayah daratannya mulai dari tepi laut Flores sampai
ke pegunungan sekitar Gunung Lompobattang dengan ketinggian
tempat dari permukaan laut 0-25 m sampai dengan ketinggian lebih
dari 1.000 m di atas permukaan laut.
Kabupaten Bantaeng dengan ketinggian antara 100-500M dari
permukaan laut merupakan wilayah yang terluas atau 29,6 persen
dari luas wilayah seluruhnya, dan terkecil adalah wilayah dengan
ketinggian dari permukaan laut 0-25 m atau hanya 10,3 persen dari
luas wilayah.
Letak geografi Kabupaten Bantaeng yang strategis memiliki
alam tiga dimensi, yakni bukit pegunungan, lembah dataran dan
pesisir pantai, dengan dua musim. Iklim di daerah ini tergolong iklim
tropis basah dengan curah hujan tahunan rata-rata setiap bulan 14
Bagian Ini Berisi Gambaran Kondisi
Wilayah, Pemerintahan, dan Keadaan
Penduduk Kabu aten Bantaeng
BAB 3
KONDISI KABUPATEN
mm. Dengan adanya kedua musim tersebut sangat menguntungkan
bagi sektor pertanian.
Kabupaten Bantaeng terletak di bagian selatan propinsi
Sulawesi Selatan yang berbatasan dengan:
Sebelah Utara : Kabupaten Gowa dan Kabupaten Bulukumba
Sebelah Timur : Kabupaten Bulukumba
Sebelah Selatan : Laut Flores
Sebelah Barat : Kabupaten Jeneponto
B. PEMERINTAHAN
Kabupaten Bantaeng terdiri atas 8 wilayah Kecamatan yaitu,
Kecamatan Bissappu, Uluere, Bantaeng, Eremerasa, Tompobulu,
Pa’jukukkang, Sinoa dan Gantarangkeke. Kecamatan Bissappu terdiri
dari 4 desa dan 7 kelurahan, Kecamatan Uluere terdiri dari 6 desa,
Kecamatan Bantaeng terdiri dari 1 desa dan 8 kelurahan, Kecamatan
Eremerasa terdiri dari 9 desa, Kecamatan Tompobulu terdiri dari 6
desa dan 4 kelurahan, Kecamatan Pa’jukukkang terdiri dari 10 desa,
Kecamatan Sinoa terdiri dari 6 desa dan Kecamatan Gantarangkeke
terdiri dari 4 desa dan 2 kelurahan. Adapun luas wilayah setiap
kecamatan dan jumlah desa setiap kecamatan sebagaimana terdapat
pada Tabel berikut :
Tabel 3.1 Luas Wilayah menurut Kecamatan dan Desa
/Kelurahan
Kecamatan
Desa/
Kelurahan
Status
(D/K)
Luas
(km
2)
Persentase Terhadap
Luas
Kecamatan
Kabupaten
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Bissappu
32,84
8,30
Bonto Jai
D
3,63
11,05
0,92
Bonto Manai
K
3,73
11,36
0,94
Bonto Lebang
K
1,01
3,08
0,26
Bonto Sunggu
K
2,74
8,34
0,69
Bonto Rita
K
1,64
4,99
0,41
Bonto Atu
K
1,71
5,21
0,43
Bonto Salluang
D
3,61
10,99
0,91
Bonto Langkasa
K
3,59
10,93
0,91
Bonto Cinde
D
3,69
11,24
0,93
Bonto Loe
D
3,74
11,39
0,94
Bonto Jaya
K
3,75
11,42
0,95
Uluere
67,29
17
Bonto Rannu
D
4,72
7,01
1,19
Bonto Tallasa
D
7,04
10,46
1,78
Bonto Tangnga
D
6,85
10,18
1,73
Bonto Daeng
D
10,31
15,32
2,60
Bonto Marannu
D
19,20
28,53
4,85
Bonto Lojong
D
19,17
28,49
4,84
Sinoa
43
10,86
Bonto Matene
D
3,39
7,88
0,86
Bonto
Majannang
D
10,31
23,98
2,60
Bonto Maccini
D
6,26
14,56
1,58
Bonto Bulaeng
D
6,27
14,58
1,58
Bonto Tiro
D
3,34
7,77
0,84
Bonto Karaeng
D
13,43
31,23
3,39
Bantaeng
28,85
7,29
Tappanjeng
K
0,82
2,84
0,21
Pallantikang
K
0,93
3,22
0,23
Letta
K
0,79
2,74
0,20
Mallillingi
K
0,84
2,91
0,21
Lembang
K
2,97
10,29
0,75
Lamalaka
K
2
6,93
0,51
Karatuang
K
7,07
24,51
1,79
Onto
K
4,69
16,26
1,18
Kayuloe
D
8,74
30,29
2,21
Eremerasa
45,01
11,37
Ulugalung
D
2,63
5,84
0,66
Mamampang
D
3,75
8,33
0,95
Mappilawing
D
4,75
10,55
1,20
Pabentengan
D
4,97
11,04
1,26
Lonrong
D
4,68
10,40
1,18
Barua
D
6,55
14,55
1,65
Parangloe
D
3,94
8,75
1,00
Kampala
D
7,21
16,02
1,82
Pabumbungan
D
6,53
14,51
1,65
Tompobulu
76,99
19,45
Lembang
Gantarangkleke
K
6,37
8,27
1,61
Pattallassang
D
10,34
13,43
2,61
Bonto-Bontoa
D
4,09
5,31
1,03
Banyorang
K
2,70
3,51
0,68
Campaga
K
5,01
6,51
1,27
Bonto
Tappalang
D
5,50
7,14
1,39
Balumbung
D
6,08
7,90
1,54
Ereng-Ereng
K
4
5,20
1,01
Labbo
D
13,81
17,94
3,49
Pattaneteang
D
19,09
24,80
4,82
Pajukukang
48,9
12,35
Rappoa
D
3,25
6,65
0,82
Biangloe
D
3,93
8,04
0,99
Lumpangan
D
4,70
9,61
1,19
Biangkeke
D
3,11
6,36
0,79
Nipa-Nipa
D
6,12
12,52
1,55
Pajukukang
D
5,85
11,96
1,48
Borongloe
D
8,40
17,18
2,12
Papanloe
D
7,35
15,03
1,86
Baruga
D
3,17
6,48
0,80
Batukaraeng
D
3,02
6,18
0,76
Gantarangkeke
52,95
13,38
Tanahloe
K
7,84
14,81
1,98
Layoa
D
12,78
24,14
3,23
Bajiminasa
D
5,65
10,67
1,43
Kaloling
D
17,46
32,97
4,41
Tombolo
D
6,11
11,54
1,54
Gantarangkeke
K
3,11
5,87
0,79
Sumber: Badan Pertanahan Kabupaten Bantaeng
Adapun banyaknya desa, kelurahan, lingkungan, dusun, RW dan
RT dapat secara lengkap dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.2 Banyaknya Desa, Kelurahan, Lingkungan,
Dusun, RT dan RW
Kecamatan
Desa
Kelurahan
Lingkungan
Dusun
RW/
RK
RT
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Bissappu
4
7
2
22
64
163
Uluere
6
-
-
19
45
92
Sinoa
6
-
-
20
50
100
Bantaeng
1
8
8
10
76
186
Eremerasa
9
-
-
22
65
141
Tompobulu
6
4
6
19
75
190
Pajukukang
10
-
52
94
178
Gantarangkeke
4
2
6
16
53
120
Jumlah
46
21
22
180
522
1 170
C. KEADAAN PENDUDUK KABUPATEN BANTAENG
Jumlah penduduk Kabupaten Bantaeng sebanyak 179 505 jiwa
yang terdiri dari laki-laki 86 950 jiwa dan perempuan 92 555 jiwa.
Tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Bantaeng adalah
sebanyak 453,5 orang/km
2
. Data mengenai keadaan penduduk
Kabupaten Bantaeng secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Tabel 3.3
Kepadatan Penduduk Kabupaten Bantaeng Menurut
Kecamatan Tahun 2012
Sumber: BPS Kabupaten Bantaeng
Kecamatan
Luas
(km
2)
Jumlah
Penduduk
(orang)
Kepadatan
Penduduk
(orang/km
2)
Banyaknya
Rumah
tangga
Kepadatan
Penduduk
per Rumah
tangga
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Bissappu
32,84
31 422
956,8
7 931
4
Uluere
67,29
10 986
163,3
2 504
4
Sinoa
43
12 014
279,4
3 158
4
Bantaeng
28,85
37 301
1 292,9
8 795
4
Eremerasa
45,01
18 910
420,1
4 506
4
Tompobulu
76,99
23 277
302,3
5 822
4
Pajukukang
48,9
29 478
602,8
7 187
4
Gantarangkeke
52,95
16 117
304,4
4 224
4
Jumlah
395,83
179 505
453,5
44
27
4
Berdasarkan tabel di atas, Kecamatan dengan kepadatan
penduduk paling padat berada di Kecamatan Bantaeng sebesar
1.292,9 orang/km
2
.
Sedangkan kecamatan dengan
kepadatan
penduduk paling renggang berada di Kecamatan Uluere sebesar 163,3
orang/km
2
.
D. PEMBANGUNAN KABUPATEN BANTAENG
Kondisi awal Kabupaten Bantaeng di masa pemerintahan
Bupati Prof. Dr. Ir. H. M. Nurdin Abdullah periode pertama tahun
2008 cukup memprihatinkan jika dilihat dari penduduk Kabupaten
Bantaeng sebanyak 182 ribu jiwa (2007) yang mendiami wilayah
seluas 451 km2 atau 0,8 persen total luas Provinsi Sulawesi Selatan
(Sulsel), ternyata masih dominasi penduduk miskin. Saat itu,
Kabupaten Bantaeng masuk daftar 199 kabupaten tertinggal
berdasarkan data Kementerian Pemberdayaan daerah Tertinggal
(KPDT).
Membangun ekonomi Bantaeng bukan perkara mudah dan
sederhana. Mengingat daerah ini mempunyai spesifikasi topografi dan
kondisi geografis yang lengkap dan unik. Terdapat dataran rendah
dan pasisir, tapi ada pula dataran tinggi yang merupakan kawasan
rawan bencana alam, tetapi menjanjikan potensi ekonomi yang besar.
Pembangunan Kabupaten Bantaeng dimulai dengan memetakan
masalah dan kondisi wilayah yang ada. Meski Bantaeng masih miskin
dan tertinggal, namun menyimpan potensi besar untuk maju bahkan
menjadi ikon pertumbuhan ekonomi wilayah Sulawesi Selatan.
Mengacu pada pengembangan tiga pilar pembangunan
Kabupaten Bantaeng, yaitu Kota Jasa, Pusat Benih (pertanian dan
perikanan) serta
pusat pengembangan industri yang berbasis
pertanian yang kuat. Bermula dari tiga pilar pembangunan inilah
Kabupaten Bantaeng terus membangun dengan serius yang didukung
seluruh unsur masyarakat terbukti sukses mensinergikan seluruh
potensi dan kekuatan di daerah untuk mempercepat pembangunan
dan kesejahteraan warganya. Oleh karena itu, pemerintah
mencanangkan zona pembangunan.
Tiga zona pembangunan Kabupaten Bantaeng memiliki
keterkaitan dengan kekuatan dan potensi masing-masing. Semua
daerah atau zona yang ada di Bantaeng dibangun dan diberdayakan
untuk kepentingan rakyat dan bangsa.
Pembangun Zona I untuk wilayah pantai dan pesisir Bantaeng.
Langkah yang dilakukan adalah dengan melakukan penataan kota,
pembangunan pelabuhan, menyiapkan gudang, RS Modern dan
revitalisasi saran dan prasarana umum yang ada. Daerah ini
dipersiapakn menjasi salah satu simpul logistik yang kuat dan
terpadu sehingga mampu menghemat biaya distribusi sekaligus
memberikan nilai tambah tinggi pada rakyat.
Selanjutnya, membangun industri berbasis pertanian dan
perikanan, budidaya rumput laut, merintis industri sekala rumah
tangga, membangun objek wisata pantai diantaranya mengembangkan
Pantai Seruni, Pantai Marina dan Pantai Lamalaka yang saat ini
menjadi ikon wisata pesisirKabupaten Bantaeng.
Pembangunan Zona II, daerah dataran rendah. Daerah ini
dikembangkan menjadi sentra pertanian tanaman pangan, dengan
tiga komoditas unggulan yaitu padi,
jagung dan talas.
Daerah
Bantaeng ini cocok untuk budi daya pertanian tanaman pangan,
apalagi setengah dibangun cekdam sebagai antstipasi banjir di musim
hujan serta cadangan air atau irigasi ke daerah pertanian terdekat di
Bantaeng.
Zona III yaitu daerah pegunungan atau dataran tinggi.
Kawasan ini difungsikan sebagai daerah konservasi air dan
perlindungan lingkungan. Oleh karena itu, daerah dataran tinggi
dikembangkan menjadi hutan desa seeprti yang ada di Kecamatan
Tompobulu serta agrowisata di Kecamatan Ulu’ere. Objek wisata agro
di Kabupaten Bantaengmenjadi salah satu destinasi wisataunggulan,
sekaligus bagian dari upaya pelestarian lingkungan dan hutan daerah
ini. Sehingga objek wisata di Kabupaten Bantaengtergolong cukup
lengkap, baik di dataran tinggi berhawa sejuk sampai di daerah pesisir
pantai. Pola pembangunan yang dikembangkan di Kabupaten
Bantaengsudah menggunakan pendekatan integralistik, berkelanjutan
sekaligus melestarikan lingkungan dan alam.
Untuk membangun ekonomi Bantaeng, Kabupaten Bantaeng
membangun infrastruktur dan fasilitas umum mulai dari sarana jalan,
jembatan, cekdam sebagai bentuk antisipasi banjir di musim hujan
sekaligus cadangan air dan sumber irigasi untuk pertanian di
Kabupaten Bantaeng sendiri.
Implikasi dari penambahan infrastruktur dan fasilitas umum di
Bantaeng serta sinergitas pembangunan yang terus bergerak maju
berdampak pada perbaikan taraf hidup masyarakat Bantaeng.
Kesehatan rakyat meningkat, pendapatan mereka bergerak naik dan
kesejahteraan juga makin bagus. Lapangan kerja baru terbuka unatuk
rakyat sehingga mampu menyerap pengangguran yang menjadi
momok pembangunan termasuk di Bantaeng.
Pertumbuhan ekonomi yang mencapai 8,43 persen dengan
pendapatan perkapita yang meninjan menjadi Rp12,2 juta serta angka
pengangguran yang sangat rendah 4 persen. Selain itu, angka
kemiskinan berada di bawah 10 persen atau di bawah rata-rata
nasional.
Data SIPD terdiri dari 8 (delapan) kelompok data. Tiap
kelompok data diuraikan ke dalam jenis data. Pengumpulan data
didaerah bersumber dari data yang dimiliki oleh seluruh SKPD
dan/atau sumber lainnya yang sah dan di wilayah Kabupaten
Bantaeng. Jenis data secara detail berisikan elemen-elemen data.
Penjabaran kelompok data SIPD berdasarkan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi
Pembangunan Daerah (SIPD) adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Kelompok Data SIPD
NO
KELOMPOK
DATA
JENIS DATA
1
Data Umum
1
Geografi
2
Pemerintahan (Administrasi Pemerintahan,
Aparatur Negara, Administrasi
Kepegawaian)
3
Demografi
Bagian Ini Berisi Gambaran Tentang
Cakupan Sistem Informasi Daerah
Kabupaten Bantaeng
BAB 4
SISTEM INFOMASI PEMBANGUNAN
DAERAH KABUPATEN BANTAENG
2
Sosial/Budaya
4
Kesehatan
5
Pendidikan, Kebudayaan Nasional,Pemuda
dan Olahraga
6
Kesejahteraan Sosial
7
Agama
3
Sumberdaya
Alam
8
Pertanian, Kehutanan, Kelautan,Perikanan,
Peternakan, Perkebunan
9
Pertambangan dan Energi
10
Lingkungan Hidup, Tata Ruang dan
Pertanahan
4
Infrastruktur
11 Perumahan dan Permukiman
12 Pekerjaan Umum
13
Pariwisata, Pos, Telekomunikasi dan
Informatika
14
Perhubungan dan Transportasi
5
Ekonomi
15
Industri, Perdagangan, Pengembangan
Usaha Nasional, Lembaga Keuangan dan
Koperasi
16
BUMD, Perbankan Daerah dan Lembaga
Keuangan Daerah
6
Keuangan
Daerah
17 Pengelolaan Aset atau Barang Daerah
18 Ekpor Produk Domestik Regional Bruto
19 Ringkasan APBD
20 Dana Perimbangan
21 Pinjaman Daerah
22 Pajak Daerah/Provinsi
23 Retribusi Daerah
7
Politik, Hukum,
dan Keamanan
24 Politik Dalam Negeri dan Pengawasan
25 Hukum
26 Keamanan, Ketertiban Masyarakat
8
Insidensial
27 Bencana Alam
28 Penyakit Menular
29 Pencurian Ikan
30 Kebakaran Hutan
Pengelompokan kedalam 8 (delapan) jenis kelompok data
tersebut merupakan standar yang terdapat dalam SIPD sehingga
daerah-daerah lain di Indonesia yang melaksanakan pendataan dalam
kemasan SIPD juga melaksanakan pendataan dalam 8 jenis kelompok
data dengan harapan bahwa kondisi masing-masing daerah dapat
dibandingkan secara nasional.
A. Data Umum
Data umum terdiri dari 3 jenis data yaitu data mengenai
keadaan
geografi,
pemerintahan
(administrasi
pemerintahan,
aparatur Negara, dan administrasi kepegawaian), serta keadaaan
demografi kabupaten Bantaeng.
1. Geogafi
Kabupaten Bantaeng secara geografis terletak ± 120 km arah
selatan Makassar, Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dengan posisi
5°21’13’’-5°35’26’’ Lintang Selatan dan 119°51’42’’-120°05’27’’ Bujur
Timur. Letak geografi Kabupaten Bantaeng tergolong unik karena
memiliki alam tiga dimensi, yakni bukit pegunungan, lembah dataran
dan pesisir pantai, dengan dua musim
Informasi keadaaan geografi kabupaten Bantaeng secara
lengkap dapat dilihat dari tabel data di bawah ini:
Tabel4. 2
Keadaaan Geografi Kabupaten Bantaeng
Nama Satuan 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber
Data
I. Luas Wilayah ** Km2 1. 580,65 1.580,65 1.580,65 1.580,65 1.580,65 1.580,65 BPS
1. Daratan Km2 395,83 395,83 395,83 395,83 395,83 395,83 BPS
2. Laut 12 Mil dari Darat Km2 144 144 144 14 4 144 144 BPS
3. Zona Laut ** Km2 1. 040,82 1.040,82 1.040,82 1.040,82 1.040,82 1.040,82 BPS
1). Laut Teritorial Km2 22,22 22,22 22,22 22,22 22,22 22,22 BPS
3). Laut Landasan Kontinen Km2 648,2 648,2 648,2 648,2 648,2 648,2 BPS
4. Panjang Garis Pantai Km 21 21 21 21 2 1 21 BPS
II. Topografi *
1. Luas Lahan Berdasarkan Kelas Lereng * 1). Datar (0-2 Derajat) Ha 5.932 5.932 5.932 5.932 5.932 5.932 BPS 2). Bergelombang (2-15 Derajat) Ha 16.877 16.877 16.877 16.877 16.877 16.877 BPS 3). Curam (15-40 De rajat) Ha 8.186 8.186 8.186 8.186 8.186 8.186 BPS 4). Sangat curam (>40 Derajat) Ha 8.588 8.588 8.588 8.588 8.588 8.588 BPS 2. Ketinggian di atas Permukaan Laut m 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 BPS
III. Luas Lahan * 3,449 3,449 3,449 Dinas
Kehutanan
1. Luas Lahan Hutan ** Ha 4.035 4.035 4.035 4.035 3.449 3.449 Dinas Kehutanan
1). Hutan Produksi Tetap Ha 2.773 2.773 2.773 2.773 1.262 1.262 Dinas Kehutanan
2). Hutan Produksi Terbatas Ha 1.262 1.262 1.262 1.262 2.187 2.187 KehutananDinas
2. Jumlah Lahan Persawahan ** Ha 7.253 7.253 7.253 7.253 7.253 7.253 Dinas Pertanian
1). Sawah Irigasi Ha 0 0 0 0 0 0 Dinas
Pertanian
2). Sawah Pasang Surut Ha 0 0 0 0 0 0 PertanianDinas
3). Sawah Lainnya Ha 7.253 7.253 7.253 7.253 7.253 7.253 Dinas
Pertanian
3. Jumlah Lahan Kering ** Ha 32.330 32.330 32.330 32.330 32.330 32.330 Dinas Pertanian
1). Belum / Tidak Diusahakan Ha 32.330 32.330 32.330 32.330 32.330 32.330 Dinas Pertanian
4. Luas Penggunaan Lahan
Bukan Sawah ** Ha 30.313 30.313 30.313 30.313 30.313 30.313 BPS 1). Kolam/Empang/Tambak Ha 49 49 49 49 49 49 BPS 2). Danau/Telaga Alam Ha BPS 3). Ladang/Tegalan/Kebun/Padang Rumput Ha 15.410 15.410 15.410 15.410 15.410 15.410 BPS 4). Kebun Campuran Ha 7.145 BPS 5). Perkebunan Ha 7.145 7.145 7.145 7.145 7.107 7.145 BPS 6). Hutan Ha 7.107 7.107 7.107 7.107 7.107 BPS
10). Non Sawah Sementara
yang Tidak Diusahakan Ha 82 82 82 82 82 82 BPS
11). Waduk (Buatan) Ha BPS
12). Lainnya Ha 520 520 520 520 520 520 BPS
IV. Keadaan Iklim Rata-Rata * BPS
1. Suhu * BPS
2). Suhu Tertinggi °C 28,8 28,8 28,8 28,8 28,8 28,8 BPS 2. Kelembaban Udara * BPS 1). Kelembaban Udara Terendah % 70,25 70,25 70,25 70,25 70,25 70,25 BPS 2). Kelembaban Udara Tertinggi % 80,45 80,45 80,45 80,45 80,45 80,45 BPS 3. Curah Hujan * BPS
1). Curah Hujan Terendah mm/th 2,67 2,67 2,67 2,67 2,67 2, 67 BPS
2). Curah Hujan Tertinggi mm/th 86,33 86,33 86,33 86,33 86,33 86,33 BPS
4. Kecepatan Angin * BPS
1). Kecepatan Angin
Terendah Knot 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 BPS
2). Kecepatan Angin
Tertinggi Knot 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1 BPS
V. Jumlah Gunung ** Buah 2 2 2 2 2 2 BPS
1. Aktif Buah BPS
2. Non - Aktif Buah 2 2 2 2 2 2 BPS