• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Kesling pengendalian vektor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Kesling pengendalian vektor"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN & TANGGAP DARURAT MAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN & TANGGAP DARURAT

PENGENDALI

PENGENDALIAN AN VEKTORVEKTOR

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Lingkungan & Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Lingkungan &

Tanggap Darurat Tanggap Darurat

Dosen Pengampu Erniyasih, SKM, MKM & Triana Srisantyorini, SKM, M.Kes Dosen Pengampu Erniyasih, SKM, MKM & Triana Srisantyorini, SKM, M.Kes

Disusun oleh: Disusun oleh: Kelompok 11 Kelompok 11 Isma Ayadini (2014710043) Isma Ayadini (2014710043) Selfi Nuryanti (2014710053) Selfi Nuryanti (2014710053)

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN

AN DAN KESEHATAN

KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2017

2017

(2)
(3)

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

 Assalamu’alaikum

 Assalamu’alaikum Wr.Wb.Wr.Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan izin dan rahmat-Nya kami dapat Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan izin dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

menyelesaikan makalah yang berjudul ““Pengendalian VektorPengendalian Vektor””  ini. Sholawat dan salam  ini. Sholawat dan salam

semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta. kami berharap makalah ini dapat menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta. kami berharap makalah ini dapat  bermanfaat untuk pembaca pada umum

 bermanfaat untuk pembaca pada umumnya dan untuk saya pada khnya dan untuk saya pada khususnya.ususnya.

Terima kasih kepada ibu

Terima kasih kepada ibu Erniyasih, SKM, MKMErniyasih, SKM, MKM && Triana Srisantyorini, SKM,Triana Srisantyorini, SKM, M.Kes

M.Kes  sebagai dosen pengampu mata kuliah Kesehatan Lingkungan & Tanggap Darurat  sebagai dosen pengampu mata kuliah Kesehatan Lingkungan & Tanggap Darurat yang telah membimbing dan memberikan ilmunya kepada kami sehingga dalam penulisan yang telah membimbing dan memberikan ilmunya kepada kami sehingga dalam penulisan makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. kami mengharapkan saran dan kritik makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini. Atas perhatian pembaca, yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini. Atas perhatian pembaca, saya mengucapkan terima kasih

saya mengucapkan terima kasih

Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, 4 April 2017 Jakarta, 4 April 2017

Isma ayadini & Selfi Nuryanti Isma ayadini & Selfi Nuryanti

(4)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 

KATA PENGANTAR ...i...i DAFTAR ISI.

DAFTAR ISI...ii...ii BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN...4...4 1.1

1.1 Latar Latar Belakang...Belakang...4...4 1.2

1.2 Rumusan Rumusan Masalah...Masalah...5...5 1.3

1.3 Tujuan Tujuan Penulisan...Penulisan...5...5 1.4

1.4 Manfaat Manfaat Penulisan...Penulisan...5...5 BAB II PEMBAHASAN

BAB II PEMBAHASAN...6...6 2.1

2.1 Definisi Definisi Pengendalian Pengendalian Vektor...Vektor...6...6 2.2

2.2 Jenis Jenis jenis jenis Vektor...Vektor...7...7 2.2.1 2.2.1 Nyamuk...Nyamuk...8...8 2.2.2 2.2.2 Lalat...Lalat...15...15 2.2.3 2.2.3 Tikus...Tikus...16...16 2.2.4 2.2.4 Kecoa...Kecoa...23...23 2.3

2.3 PengendPengendalian alian Vektor...Vektor...24...24 2.3.1 Pengendalian

2.3.1 Pengendalian Vektor Vektor Secara Secara Alami...Alami...24...24 2.3.2 Pengendalian

2.3.2 Pengendalian Vektor Vektor Secara Secara Buatan...Buatan...25...25 BAB III PENUTUP

BAB III PENUTUP...34...34 3.1 3.1 Kesimpulan...Kesimpulan...34...34 3.2 3.2 Saran...Saran...34...34 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA...36..36

(5)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki lebih dari 17.480 pulau, terletak diantara dua benua (Asia dan Australia) dan di antara dua lautan (lautan India dan Lautan pasifik). Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Indo-Australia eurasia dan Pasifik yang berpotensi menimbulkan gempa bumi apabila lempeng lempeng tersebut bertumbukan. Selain itu, indonesia juga mempunyai 127 gunung api aktif, 76 diantaranya berbahaya,  bencana alam lainnya seringkali melanda Indonesia adalah tsunami, angin topan,  banjir, tanah longsor, kekeringan serta bencana akibat ulah manusia seperti kegagalan teknologi, konflik sosial, kebakaran hutan dan lahan. Dampak kejadian bencana tersebut secara keseluruhan mengakibatkan kerugian harta benda dan korban jiwa yang tidak sedikit. Hampir seluruh provinsi di Indonesia merupakan daerah rawan  bencana (Rani, 2012).

Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang di sebabkan oleh faktor alam dan faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana yang di akibatkan oleh faktor alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor, sedangkan  bencana yang diakibatkan oleh faktor non alam antara lain berupa gagal teknologi,

gagal modernisasi, epidemik dan wabah penyakit (Rani, 2012).

Masalah umum yang dihadapi di bidang kesehatan adalah jumlah penduduk yang besar, dengan angka pertumbuhan yang cukup tinggi, serta penyebaran

(6)

 penduduk yang belum merata, di samping tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang masih rendah, Keadaan ini semua dapat menyebabkan terciptanya lingkungan fisik dan biologik yang tidak memadai, sehingga memungkinkan berkembang biaknya vektor penyakit (Myrnawati, 2004).

Pelaksanaan pengendalian vektor yang perlu mendapatkan perhatian di lokasi  pengungsi adalah pengelolaan lingkungan, pengendalian dengan insektisida, serta  pengawasan makanan dan minuman (Kemenkes, 2011)

Pengendalian vektor penyakit menjadi prioritas dalam upaya pengendalian  penyakit karena potensi untuk menularkan penyakit sangat besar seperti lalat,

nyamuk, tikus dan serangga lainnya (Kemenkes, 2011). 1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apakah pengertian pengendalian vektor ? 2. Apa saja jenis jenis vektor ?

3. Bagaimana pengendalian vektor ketika terjadi bencana ? 1.3 TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui definisi pengendalian vektor 2. Untuk mengetahui jenis jenis vektor

3. Untuk mengetahui pengendalian vektor ketika terjadi bencana 1.4 MANFAAT PENELITIAN

Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna dalam meningkatkan kualitas  pengetahuan dan informasi mengenai pengendalian vektor ketika terjadi bencana bagi  penulis dan pembaca khususnya bagi mahasiswa, dosen, dan masyarakat umum yang

membaca.

1.5 METODOLOGI PENULISAN

Dalam penulisan makalah ini menggunakan metode pustaka yaitu mencari informasi yang behubungan mengenai pengendalian vektor dari berbagai sumber seperti buku, skripsi, jurnal, artikel dan sumber lainnya di internet.

(7)

BAB II PEMBAHASAN 2.1 DEFINISI PENGENDALIAN VEKTOR

vektor adalah arthropoda atau binatang tidak bertulang belakang (invertebrata) lain yang menimbulkan penyakit infeksi pada manusia, dengan jalan memindahkan bibit  penyakit yang dibawanya pada manusia melalui gigitan pada kulit atau selaput lendir, atau meninggalkan bibit penyakit yang dibawanya pada bahan makanan atau bahan bahan lainnya, sehingga mendatangkan penyakit bagi manusia yang memakan atau mempergunakan bahan bahan tersebut (Myrnawati, 2004).

Pengendalian adalah semua usaha yang dilakukan untuk menurunkan atau menekan populasi atau densitas vektor dengan maksud mencegah penyakit yang ditularkan vektor atau gangguan gangguan yang di akibatkan oleh vektor (Sumantri, 2010).

Pengendalian vektor adalah semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk menurunkan populasi vektor serendah mungkin sehingga keberadaannya tidak lagi berisiko untuk terjadinya penularan penyakit tular vektor di suatu wilayah atau menghindari kontak masyarakat dengan vektor sehingga penularan penyakit tular vektor dapat dicegah (Kemenkes RI, 2010).

Menurut Kusnoputranto dalam Simanjuntak (2005) yang dimaksud dengan  pengendalian vektor adalah semua usaha yang dilakukan untuk menurunkan atau menekan  populasi vektor pada tingkat yang tidak membahayakan kesehatan masyarakat.

Tujuan pengendalian vektor dalam keadaan darurat :

1). Menurunkan populasi serendah mungkin secara cepat sehingga keberadaannya tidak lagi berisiko untuk terjadinya penularan penyakit di suatu wilayah

(8)

2). Menghindari kontak dengan vektor sehingga penyakit yang di tularkan melalui vektor tersebut dapat di cegah.

3). Meminimalkan gangguan yang disebabkan oleh binatang atau serangga  pengganggu.

2.2 JENIS JENIS VEKTOR

Seperti telah diketahui vektor adalah Antrhropoda yang dapat memindahkan atau menularkan suatu infectious agent dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan. Sebagian dari Anthropoda dapat bertindak sebagai vektor, yang mempunyai ciri ciri kakinya beruas-ruas, dan merupakan salah satu phylum yang terbesar jumlahnya karena hampir meliputi ± 75% dari seluruh jumlah binatang.

Anthropoda dibagi menjadi 4 kelas :

1. Kelas crustacea (berkaki 10) : misalnya udang

2. Kelas Myriapoda : misalnya binatang berkaki seribu 3. Kelas Arachinodea (berkaki 8) : misalnya Tungau 4. Kelas hexapoda (berkaki 6) : misalnya nyamuk

Dari kelas hexapoda dibagi menjadi 12 ordo, antara lain ordo yang perlu diperhatikan dalam pengendalian adalah :

a. Ordo Dipthera yaitu nyamuk, lalat

-  Nyamuk anopheles sebagai vektor malaria

-  Nyamuk aedes sebagai vektor penyakit demam berdarah - Lalat tse-tse sebagai vektor penyakit tidur

- Lalat kuda sebagai vektor penyakit Anthrax b. Ordo Siphonaptera yaitu pinjal

- Pinjal tikus sebagai vektor penyakit pes c. Ordo Anophera yaitu kutu kepala

(9)

- Kutu kepala sebagai vektor penyakit demam bolak-balik dan typhus exantyematicus.

Selain vektor diatas, terdapat ordo dari kelas hexapoda yang bertindak sebagai binatang  pengganggu antara lain :

- Ordo hemiptera, contoh kutu busuk - Ordo isoptera, contoh rayap

- Ordo orthoptera, contoh belalang - Ordo coleoptera, contoh kecoak

Sedangkan dari phylum chordata yaitu tikus sebagai binatang pengganggu, dapat dibagi menjadi 2 golongan :

1. Tikus besar (Rat)

Contoh: - Rattus norvigicus (tikus riol ) - Rattus-rattus diardiil (tikus atap)

- Rattus-rattus frugivorus (tikus buah-buahan) 2. Tikus kecil (mice)

Contoh : - Mussculus (tikus rumah)

Jenis jenis vektor yang sering terdapat di pemukiman ket ika terjadi bencana yaitu: 2.2.1 Nyamuk

 Siklus Hidup Nyamuk

 Nyamuk sejak telur hingga menjadi nyamuk dewasa, sama dengan serangga yang mengalami tingkatan (stadia) yang berbeda-beda. Dalam siklus hidup nyamuk terdapat 4 stadia dengan 3 stadium berkembang di dalam air dari satu stadium hidup dialam bebas :

(10)

 Nyamuk jantan dan betina dewasa perbandingan 1 : 1, nyamuk jantan keluar terlebih dahulu dari kepompong, baru disusul nyamuk betina, dan nyamuk jantan tersebut akan tetap tinggal di dekat sarang, sampai nyamuk betina keluar dari kepompong, setelah jenis betina keluar, maka nyamuk jantan akan langsung mengawini betina sebelum mencari darah. Selama hidupnya nyamuk betina hanya sekali kawin. Dalam  perkembangan telur tergantung kepada beberapa faktor antara lain temperatur dan

kelembaban serta species dari nyamuk.  b). Telur nyamuk.

 Nyamuk biasanya meletakkan telur di tempat yang berair, pada tempat yang keberadaannya kering telur akan rusak dan mati. Kebiasaan meletakkan telur dari nyamuk berbeda –  beda tergantung dari jenisnya.

-  Nyamuk anopeles akan meletakkan telurnya dipermukaan air satu persatu atau  bergerombolan tetapi saling lepas, telur anopeles mempunyai alat pengapung. -  Nyamuk culex akan meletakkan telur diatas permukaan air secara

 bergerombolan dan bersatu berbentuk rakit sehingga mampu untuk mengapung.

-  Nyamuk Aedes meletakkan telur dan menempel pada yang terapung diatas air atau menempel pada permukaan benda yang merupakan tempat air pada batas  permukaan air dan tempatnya. Sedangkan nyamuk mansonia meletakkkan telurnya menempel pada tumbuhan  –   tumbuhan air, dan diletakkan secara  bergerombol berbentuk karangan bungan. Stadium t elur ini memakan waktu 1  –  2 hari.

(11)

Pada perkembangan stadium jentik, adalah pertumbuhan dan melengkapi  bulu-bulunya, stadium jentik memerlukan waktu 1 minggu. Pertumbuhan  jentik dipengaruhi faktor temperatur, nutrien, ada tidaknya binatang predator.

d). Kepompong

Merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam air, pada stadium ini memerlukan makanan dan terjadi pembentukan sayap hingga dapat terbang, stadium kepompong memakan waktu lebih kurang 1  –  2 hari.

 Tempat Berkembang Biak (Breeding Places)

Dalam perkembang biakan nyamuk selalu memerlukan tiga macam tempat yaitu tempat berkembang biak (breeding places), tempat untuk mendapatkan umpan/darah (feeding places) dan tempat untuk beristirahat (reesting palces).

 Nyamuk mempunyai tipe breeding places yang berlainan seperti culex dapat berkembang di sembarangan tempat air, sedangkan Aedes hanya dapat  berkembang biak di air yang cukup bersih dan tidak beralaskan tanah langsung, mansonia senang berkembang biak di kolam  –   kolam, rawa  –   rawa, danau yang  banyak tanaman airnya dan Anopeheles bermacam breeding places, sesuai dengan  jenis anophelesnya sebagai berikut :

1. Anopheles Sundaicus, Anopheles subpictus dan anopheles vagus senang berkembang biak di air payau.

2. Tempat yang langsung mendapat sinar matahari disenangi nyamuk anopheles sundaicus, anopheles mucaltus dalam berkembang biak. 3. Breeding palces yang terlindung dari sinar matahari disenangi

(12)

4. Air yang tidak mengalir sangat disenangi oleh nyamuk anopheles vagus, indefinitus, leucosphirus untuk tempat berkembang biak.

5. Air yang tenang atau sedikit mengalir seperti sawah sangat disenangi anopheles aconitus, vagus barbirotus, anullaris untuk berkembang  biak.

 Kebiasaan menggigit

Waktu keaktifan mencari darah dari masing –  masing nyamuk berbeda –   beda, nyamuk yang aktif pada malam hari menggigit, adalah anopheles dan colex

sedangkan nyamuk yang aktif pada siang hari menggigit yaitu Aedes. Khusus untuk anopheles, nyamuk ini bila menggigit mempunyai perilaku bila siap menggigit langsung keluar rumah. Pada umumnya nyamuk yang menghisap darah adalah nyamuk betina.

 Tempat beristirahat (resting places)

Biasanya setelah nyamuk betina menggigit orang/hewan, nyamuk tersebut akan beristirahat selama 2  –   3 hari, misalnya pada bagian dalam rumah sedangkan diluar rumah seperti gua, lubang lembab, tempat yang berwarna gelap dan lain –  lain merupakan tempat yang disenangi nyamuk untuk berisitirahat.

 Bionomik nyamuk (kebiasaan hidup)

Bionomik sangat penting diketahui dalam kegiatan tindakan  pemberantasan misalnya dalam pemberantasan nyamuk dengan insectisida kita tidak mungkin melaksanakannya, bilamana kita belum mengetahui kebiasaan hidup dari nyamuk, terutama yang menjadi vektor dari satu penyakit. Pada hakekatnya serangga sebagai mahluk hidup mempunyai bermacam-macam kebiasaan, adapun yang perlu diketahui untuk pemberantasan/pengendalian misalnya :

(13)

a. Kebiasaan yang berhubungan dengan perkawinan/mencari makan, dan lamanya hidup.

 b. Kebiasaan kegiatan diwaktu malam, dan perputaran menggigitnya. c. Kebiasaan berlindung diluar rumah dan di dalam rumah.

d. Kebiasaan memilih mangsa.

e. Kebiasaan yang berhubungan dengan iklim, suhu, kelembaban dll.

f. Kebiasaan di dalam rumah atau di luar rumah yang berhubungan dengan  penggunaan.

 Penyakit yang di akibatkan oleh nyamuk 1). Penyakit Malaria

Penularan penyakit malaria terjadi lewat parasit plasmodium kepada manusia dengan vektornya adalah nyamuk Anopheles betina. Disaat nyamuk sedang menggigit seseorang yang mengalami infeksi malaria, maka nyamuk ini kemudian akan mengisap parasit tadi yang disebut dengan parasit gametocytes. Parasit ini biasanya menyelesaikan siklus dari suatu pertumbuhan yang terjadi di dalam tubuh nyamuk dan setelah itu akan merambat menuju ludah nyamuk. Dan disaat sedang menggigit manusia, nyamuk ini selanjutnya akan menyuntikkan masuk parasit ke dalam aliran darah. Dan kemudian menuju masuk ke hati dan setelah itu mulai melipatgandakan dirinya. Bentuk dari penularan yang lain ter jadi adalah misalnya penularan yang terjadi dari wanita hamil ke ja nin. Penyakit

malaria juga menular lewat transfusi darah. 2). Penyakit Demam Berdarah

 Cara Penularan

Terdapat tiga faktor penularan infeksi virus dengue, manusia, virus, dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan

(14)

nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes t ersebut dapat mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia.

Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8-10 hari sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada di dalam

tubuh nyamuk nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya Di tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 46 hari Period) sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk

hanya dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul. 3). Penyakit Chikungunya

Penyebaran Chikungunya dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk.  Nyamuk dapat menjadi berpotensi menularkan penyakit bila pernah menggigit  penderita demam chikungunya. Kera dan beberapa binatang buas lainnya juga

diduga dapat sebagai perantara (reservoir) penyakit ini. Nyamuk yang terinfeksi akan menularkan penyakit bila menggigit manusia yang sehat.

Aedes aegypti (the yellow fever mosquito) adalah vektor utama atau  pembawa Chikungunya. Aedes albopictus (the Asian tiger mosquito) mungkin  juga berperanan dalam penyebaran penyakit ini di kawasan Asia. Dan

 beberapa jenis spesies nyamuk tertentu di daerah Afrika juga ternyata dapat menyebarkan penyakit Chikungunya. Masih belum diketahui secara past i  bagaimana virus tersebut menyebar antar negara.Mengingat penyebaran

Chikungunya antar negara relatif pelan, kemungkinan penyebaran ini terjadi seiring dengan perpindahan nyamuk. Dewasa ini makin ser ing berbagai  penyakit hewan dari tengah hutan yang merebak (spill over) ke permukiman

(15)

 penduduk. Sebutlah di antaranya St Louis Encephalitis dan Sungai Nil Barat (West Nile), yang telah menimbulkan

 banyak korban. Peredaran virus memang tak bisa lagi dibatasi oleh  posisi geografi. Hutan yang tadinya tertutup menjadi terbuka, daerah yang

dulu terisolir kini bisa dengan mudah berhubungan ke mana saja. Cara

 perpindahan virus bisa berupa apa saja. Pada era globalisasi yang serba cepat seperti sekarang ini, seseorang hari ini dapat berada di Eropa atau Afrika, dan esok harinya sudah berada di benua lainnya seperti di Bali at au Jakarta.

Dengan pola perpindahan penduduk yang sangat cepat ini, sangat potensial 11 terjadi penyebaran berbagai macam penyakit termasuk virus. Orang yang tertular penyakit di suatu negara bisa saja membawanya ke Indonesia.

Penyakit yang dibawa ada yang dapat hilang dengan sendirinya, namun dapat  pula berlanjut siklusnya bila faktor pendukungnya ada. Perdagangan satwa

langka yang cukup mendapat sorotan beberapa waktu lalu, bisa saja membawa serta virus dari hutan ke tempat yang jauh di negeri orang. Belum lagi nyamuk yang dapat menyelundup ke dalam kabin pesawat terbang dan beterbangan di Indonesia.

4). Penyakit Kuning

Virus demam kuning adalah arbovirus dari genus flavivirus, dan nyamuk adalah vektor utama. Ini membawa virus dari satu host ke yang lain, terutama antara monyet, dari monyet ke manusia, dan dari orang ke orang. Beberapa spesies yang berbeda dari nyamuk Aedes dan Haemogogus

menularkan virus. Nyamuk-nyamuk berkembang biak baik di sekitar rumah (domestik), di hutan (liar) atau di kedua habitat (semi-domestik).

(16)

Penyakit ini ditularkan melalui nyamuk yang menghisap darah seseorang yang telah tertular sebelumnya. Darah yang terinfeksi dan mengandung larva dan akan ditularkan ke orang lain pada saat nyamuk yang terinfeksi menggigit atau menghisap darah orang tersebut. Tidak seperti Malaria dan Demam berdarah, Filariasis dapat ditularkan oleh 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes & Armigeres. Karena inilah, Filariasis dapat menular dengan sangat cepat.

2.2.2 Lalat

Lalat merupakan kelas insekta dari diptera, yang terpenting adalah golongan Clyptrata muscodiae bagian dari super family muscodiae.

 Genus Musca

Genus musca yang penting diketahui adalah spesies yang sering terdapat di sekitar rumah dan di dalam rumah, adapun tanda-tanda dari lalat rumah (musca domestica) tubuh berwarna coklat dan kehitam-hitaman, pada thorax terdapat 4 garis hitam dan 1 garis hitam medial pada abdomen punggung, vein ke empat dari sayap berbentuk sudut, antena mempunyai 3 segmen, mata terpisah,

methamorphosenya sempurna serta tubuh lalat jantan lebih kecil dari tubuh lalat  betina.

 Siklus hidup

Lalat memiliki bentuk telur lonjong berwarna putih, lalat betina sekali  bertelur 100 –  200 telur, stadium lamanya menetas 12 –  24 jam dipengaruhi suhu

lingkungan. Dari stadium telur sampai dewasa lamanya sampai 8 –  20 hari, temperatur optimum untuk kehidupan lalat 24 0 C –  32 0 C. Tanpa air lalat akan dapat bertahan hidup sampai ± 48 jam.

(17)

Tempat yang disenangi lalat untuk berkembang biak umumnya pada sampah –  sapah basah, kotoran manusia, binatang dan tumbuh –  tumbuhan yang membusuk.

 Cara terbang

Lalat suka terbang terus menerus, dari hasil penyelidikan jarak terbang lalat pada daerah yang padat penduduknya tidak lebih dari 0,5 km.

 Cara bertelur

Lalat masa bertelurnya 4 –  20 hari dan setiap betina dapat bertelur 4 –  5 kali seumur hidupnya, dengan jumlah sekali bertelur 100 –  150 butir.

 Penyakit yang disebabkan oleh lalat 1. Disentri

2. Diare 3. Typhoid 4. kolera 2.2.3 T i k u s

Untuk dapat mengenal tikus dalam arti sesungguhnya (family muridae) dapat dilakukan dengan indentifikasi morfologi yang menyolok pada jenis tikus,memperhatikan lingkungan hidupnya serta penelusuran secara deskripsi.

 kebiasaan –  kebiasaan tikus.

Tikus mempunyai penglihatan yang buruk tetapi mempunyai panca indera seperti penciuman yang tajam, meraba, mendengar. Pada malam hari tikus  bergerak di pandu oleh rambut, kumis yang panjang peka terhadap sentuhan. Tikus senang dengan bau harum, khususnya yang berasal dari makanan manusia. Kebiasaan waktu makan adalah pada malam hari, tikus tidak seang di tempat  –  tempat yang ramai misalnya gaduh oleh suara mesin melainkan senang di tempat

(18)

 –   tempat penyimpanan makanan. Kesukaan mencari makan adalah seperti di tempat sampah, lemari, selokan dan dapur. Umur hidup seekor tikus rata  –   rata mencapai 1 tahun dan pembiakan cepat terjadi selama musim hujan, apabila terdapat banyak makanan dan tempat untuk berlindung.

 Tanda ada atau tidaknya tikus.

1. Ada dijumpai bekas gigitan yang ditinggalkan tikus misalnya pada pintu  jendela, dll.

2. Alur jalan tikus pada umumnya kotor dan berminyak.

3. Di jumpai kotoran tikus, kotoran yang masih lembek, mengkilap berwarna gelap adalah ciri  –   ciri kotoran yang masih baru, sedangkan kotoran yang sudah lama, keras, kering dan umumnya berwarna abu –  abu.

4. Terdengar adanya suara tikus pada saat hari sudah muali gelap. Sarang tikus dijumpai pada dinding, pada pohon  –  pohon, tanam  –   tanaman dan si sela  –  sela pada rumah, dll.

 Kebiasaan dan Habitat

Tikus dikenal sebagai binatang kosmopolitan yaitu menempati hampir di semua habitat. Habitat dan kebiasaan jenis tikus yang dekat hubungnnya dengan manusia adalah sebagai berikut :

1. R. nor vegicus 

Menggali lubang, berenang dan menyelam, menggigit benda-benda keras seperti kayu bangunan, aluminium dsb. Hidup dalam rumah, toko makanan dan gudang, diluar rumah, gudang bawah tanah, dok dan saluran dalam tanah/riol/got.

(19)

Sangat pandai memanjat, biasanya disebut sebagai pemanjat yang ulung, menggigit benda-benda yang keras. Hidup dilobang pohon, tanaman yang menjalar. Hidup dalam rumah tergantung pada cuaca.

3. M . Musculus 

Termasuk rondensia pemanjat, kadang-kadang menggali lobang, menggigit hidup didalam dan diluar rumah.

 Sarang Tikus

Sarang yang dibuat biasanya mempunyai lebih dari satu pintu, pintu utama untuk jalan keluar dan masuk setiap hari, pintu darurat yang digunakan dalam keadaan yang membahayakan, misalnya pada saat dikerjar oleh predator ataupun  pada saat dilakukan gropyokan, dan pintu yang menuju ke sumber air sebagai minumnya. Pintu darurat ini disamarkan dengan cara d itutupi dengan daundaunan. Selain itu, sarang tikus juga terdiri dari lorong yang berkelok-kelok; semakin  banyak anggota keluarga tikus, semakin panjang lorong yang dib Sarang tikus  juga dilengkapi dengan ruangan/kamar yang difungsikan untuk beranak dan

kamar sebagai gudang tempat meyimpan bahan makanan.

 Penyakit yang Disebabkan Oleh Tikus

Tikus berperan sebagai tuan rumah perantara untuk beberpa jenis penyakit yang dikenal Rodent Borne Disease. Penyakit-penyakit yang tergolong Rodent Borne Disease adalah :

1. Leptospirosis

Leptospirosis merupakan infeksi akut disebabkan oleh bakteri leptospira berbentuk spiral yang menyerang mamalia dan dapat hidup di air tawar selama lebih kurang 1 bulan. Tetapi dalam air laut, selokan dan air kemih yang tidak diencerkan akan cepat mati. Bakteri ini dapat menyerang

(20)

siapapun yang memiliki kontak dengan berbagai benda maupun hewan lain yang mengalami infeksi leptospirosis. Bakteri ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui selaput lendir (mukosa) mata, hidung, kulit yang lecet atau makanan yang terkontaminasi oleh urine hewan terinfeksi leptospira.Masa inkubasi selama 4 - 19 hari.

 Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan membiasakan diri untuk ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), melalui :

 Menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar terhindar dari tikus.  Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan.Mencucui tangan, kaki

serta bagian tubuh lainnya dengan sabun setelah bekerja di sawah/ kebun/sampah/tanah/selokan dan tempat-tempat yang tercemar lainnya.  Menghindari adanya tikus di dalam rumah/gedung.

 Menghindari pencemaran oleh tikus.Melakukan desinfeksi terhadap tempat-tempat tertentu yang tercemar oleh tikus dan meningkatkan  penangkapan tikus.

 Sanitasi sekitar rumah dan lingkungan, higiene perorangannya dilakukan dengan menjaga tangan selalu bersih. Selain terkena air kotor, tangan dapat tercemar kuman dari binatang piaraan yang sudah terjangkit  penyakit dari tikus atau hewan liar.

 Hindari kontak dengan kencing binatang piaraan.

 Biasakan memakai alat pelindung diri, seperti sarung tangan karet sewaktu  berkontak dengan air kotor, pakaian pelindung kulit, beralas kaki,

(21)

 Selalu membasuh tangan sehabis menangani binatang, ternak, atau membersihkan gudang, dapur, dan tempat-tempat kotor.

 Kebersihan lingkungan, khususnya rumah, harus dilakukan secara terus menerus. Jangan memberi kesempatan tikus berkembang biak di dalam rumah.

2. Plague/Penyakit pes/Sampar/La Peste

Pes atau sampar atau plague atau la peste merupakan penyakit zoonosis yang timbul pada hewan pengerat dan dapat ditularkan pada manusia. Penyakit tikus ini menular dan dapat mewabah. Penyebaran penyakit  plague/pes Plague, disebut juga penyakit pes, adalah infeksi yang disebabkan  bakteri Yersinia pestis (Y. pestis) dan ditularkan oleh kutu tikus (flea),

Xenopsylla cheopis. Pess terbagi menjadi 2 yaitu : a. Pes Bubo

Pes Bubo merupakan penyakit yang mempunyai gejala demam tinggi, tubuh dingin, menggigil, nyeri otot, sakit kepala hebat, dan ditandai dengan pembengkakan kelenjar getah bening di pangkal paha, ketiak dan leher (bubo). Pada pemeriksaan cairan bubo di laboratorium ditemukan kuman pes (Yersinis pestis).

 b. Pes Pneumonik 

Pes pneumonik adalah penyakit yang mempunyai gejala batuk secara tiba-tiba dan keluar dahak, sakit dada, sesak nafas, demam, muntah darah.Pada pemeriksaan sputum atau usap tenggorok ditemukan kuman  pes (Yersinis pestis), dan apabila diperlukan dilakukan pemeriksaan darah

(22)

Penyakit ini menular lewat gigitan kutu tikus, gigitan/cakaran binatang yang terinfeksi plague, dan kontak dengan tubuh binatang yang terinfeksi. Kutu yang terinfeksi dapat membawa bakteri ini sampai berbulan2 lamanya. Selain itu pada kasus pneumonic plague, penularan terjadi dari dari percikan air liur penderita yang terbawa oleh udara.

 Pencegahan

 Orang atau binatang di sekitar penderita plague harus diobati dengan antibiotic selambat-lambatnya 7 hari sete lah kontak dengan penderita.  Memakai sarung tangan, baju panjang, masker, dan goggle (kacamata)

 pada waktu kontak dengan penderita plague.

 Tidak mengijinkan kucing makan tikus, kelinci atau binatang hidup  berdarah panas lainnya.

 Tidak mengijinkan kucing bermain di luar rumah, terutama di daerah yang  banyak terdapat sarang tikus.

 Mengontrol populasi tikus dan kutu di lingkungan anda.

 Vaksinasi plague apabila akan bepergian ke daerah epidemi plague. 3. Rat-Bit Fever atau demam gigitan tikus

Rat-gigitan demam (RBF) adalah penyakit sistemik yang disebabkan oleh  bakteri Moniliformis Streptobacillus yang dapat diperoleh melalui gigitan atau goresan dari binatang pengerat atau menelan makanan atau air yang terkontaminasi dengan kotoran tikus dan biasanya dialami anak-anak di bawah 12 tahun dan penyakit ini memiliki masa inkubasi selama 1 hingga 22 hari. Gejala-gejala yang disebabkan oleh penyakit ini adalah demam, mual, muntah, sakit kepala, nyeri punggung dan sendi.

(23)

Hantavirus sindrom paru (HPS) adalah penyakit mematikan yang ditularkan oleh tikus yang terinfeksi melalui urine, kotoran, atau air liur. Manusia bisa terkena penyakit ini ketika mereka menghirup virus aerosol.HPS  pertama kali diakui pada tahun 1993 dan sejak itu telah diidentifikasi di seluruh Amerika Serikat. Meskipun jarang, HPS berpotensi mematikan. Rodent control di dalam dan sekitar rumah tetap menjadi strategi utama untuk mencegah infeksi hantavirus. maka gejala yang dapat diamati adalah diare, muntah, mual, dan kram perut.

5. Salmonellisis

Salmonellisis merupakan penyaklit yang disebabkan bakteri salmonella yang dapat menginfeksi hewan dan juga manusia. Tikus yang terinfeksi  bakteri ini akan dapat menyebabkan kematian pada manusia dan salmonellisis dapat tersebar dengan melalui kontaminasi feses. Gejalanya antara lain adalah gastroenteritis, diare, mual, muntah dan juga demam yang diikuti oleh dehidrasi.

6. Murine typhus

Murine typhus adalah penyakit yang disebabkan oleh Rickettsian typhi atau R. mooseri yang dapat ditularkan melalui gigitan pinjal tikus. Gejalanya antara lain adalah kedinginan, sakit kepala, demam, prostration dan nyeri di seluruh tubuh. Ada juga bintil-bintil merah yang timbul di hari kelima hingga keenam.

7. Rabies

Rabies merupakan penyakit yang menyerang sistem saraf pusat dan memiliki gejala khas yaitu penderita jadi takut terhadap air dan karena inilah rabies juga sering disebut hidrofobia. Tikus menyebarkan penyakit ini melalui

(24)

gigitan. Gejala awal dari rabies tidaklah jelas, umumnya pasien merasa gelisah dan tidak nyaman. Gejala lanjut yang dapat diidentifikasi antara lain adalah rasa gatal di area sekitar luka, panas dan juga nyeri yang lalu bisa saja diikuti dengan sakit kepala, kesulitan menelan, demam dan juga kejang.

2.2.4 Kecoa

 Daur Hidup

Kecoa adalah serangga dengan metamorfosa tidak lengkap, hanya melalui tiga stadia (tingkatan), yaitu stadium telur, stadium nimfa dan stadium dewasa yang dapat dibedakan jenis jantan dan betinanya. Nimfa biasanya menyerupai yang dewasa, kecuali ukurannya, sedangkan sayap dan alat genitalnya dalam taraf  perkembangan.

 Habitat

Banyak spesies kecoa di seluruh dunia, beberapa diantaranya berada di dalam rumah dan sering didapatkan di restoran, hotel, rumah sakit, gudang, kantor dan  perpustakaan.

 Kebiasaan Hidup

Kecoa kebanyakan terdapat di daerah tropika yang kemudian menyebar ke daerah sub tropika atau sampai kedaerah dingin. Pada umumnya tinggal didalam rumah-rumah makan segala macam bahan, mengotori makanan manusia, berbau tidak sedap. Kebanyakan kecoa dapat terbang, tetapi mereka tergolong pelari cepat (“ cursorial“), dapat ber gerak cepat, aktif pada malam hari, metamorfosa tidak lengkap, Kerusakan yang ditimbulkan oleh kecoa relatif sedikit, tetapi adanya kecoa menunjukkan bahwa sanitasi didalam rumah bersangkutan kurang  baik.

(25)

Hubungan kecoa dengan berbagai penyakit belum jelas, tetapi menimbulkan gangguan yang cukup serius, karena dapat merusak pakaian, buku- buku dan mencemari makanan. Kemungkinan dapat menularkan penyakit secara mekanik karena pernah ditemukan telur cacing, protozoa, virus dan jamur yang  patogen pada tubuh kecoa. Seekor  P brunnea  betina yang telah dewasa dapat

menghasilkan 30 kapsul telur atau lebih dengan selang waktu peletakkan kapsul telur yang satu dengan peletakkan kapsul telur berikutnya berkisar a ntara 3 sampai 5 hari; tiap kapsul telur P.brunnea rata-rata berisi 24 telur, yang menetes rata-rata 20 nimfa dan 10 ekor diantaranya dapat mencapai stadium dewasa. Nimfa  P.brunnea  berkembang melalui sederetan instar dengan 23 kali berganti kutikula

sebelum mencapai stadium dewasa.

Hasil pengamatan di laboratorium menunjukkan bahwa seekor  P.americana betina ada yang dapat menghasilkan 86 kapsul telur, dengan selang waktu peletakkan kapsul telur yang satu dengan kapsul telur berikutnya rata-rata 4 hari. Dari seekor  N.rhombifolia  betina selama hidupnya ada yang dapat menghasilkan 66 kapsul telur, sedangkan  P.autralasiae betina dapat menghasikan 30-40 kapsul telur.

 Penyakit yang disebabkan oleh kecoa 1. Diare

2. Disentri 3. Typhoid 4. Kolera

2.3 PENGENDALIAN VEKTOR

(26)

 Lautan, gunung, danau dan sungai yang luas, dapat menghalangi penyebaran serangga

 Tidak mempunyai beberapa spesies, serangga hidup di daerah yang tinggi dari  permukaan laut

 Perubahan musim yang merupakan gangguan bagi kelestarian hidup vektor, seperti musim, iklim, angin dan curah hujan

 Adanya hewan pemangsa

2.3.2 Pengendalian vektor secara buatan

 Pengendalian secara fisik dan m ekanik

Metode pengendalian fisik dan mekanik adalah upaya-upaya untuk mencegah, mengurangi, menghilangkan habitat perkembangbiakan dan populasi vektor secara fisik dan mekanik. Contohnya: modifikasi dan manipulasi lingkungan tempat perindukan (3M, pembersihan lumut, penanaman bakau, pengeringan,  pengalihan/ drainase, dll), pemasangan kelambu, memakai baju lengan

 panjang, penggunaan hewan sebagai umpan nyamuk (cattle barrier),  pemasangan kawat.

  pengendalian secara biologi

Pengendalian secara biologi yitu pemanfaatan predator yang menjadi musuh vektor dan bioteknologi sebagai alat untuk mengendalikan vektor. Misalnya,  predator pemakan jentik (ikan, mina padi,dan lain sebagainya), pemanfaatan  bakteri, virus, fungi, manipulasi gen ( penggunaan vektor jantan mandul dan

lain sebagainya)

 Pengendalian secara kimia

Pengendalian secara kimia merupakan pengendalian vektor d engan

menggunakan pestisida kimia. Misalnya, penggunaan kelambu ber insektisida, larvasida dan lain sebagainya

(27)

  pengendalian secara biophysical

Pengawasan ini pada dasarnya merupakan perpaduan dari dua macam cara, yakni cara fisik dan cara biologik : 1. Menangkap binatang tersebut, biasanya  jenis jantan (secara fisik), 2. Kemudian disterilkan dengan menggunakan sinar

gamma (dengan cara biologik), kemudian dilepaskan kembali ke a lam tidak akan terjadi pembuahan jumlah binatang dapat dikontrol.

  pengendalian secara kultural

Menciptakan keadaan lingkungan sehingga tidak menguntungkan antropoda atau rodentia dengan jalan mengubah kebiasaan atau sikap hidup yang tidak menguntungkan.

  pengendalian terpadu

Artinya digunakan kombinasi dari berbagai cara yang disebutkan diatas sehingga kelemahan yang ada pada suatu cara dapat saling dikurangi dibedakan macam artropoda dan rodentia yang akan diawasi.

 Pengendalian legislatif

Mencegah tersebarnya serangga berbahaya antar daerah, pu lau maupun negara melalui peraturan.Pencegahan dilaksanakan d engan penyemprotan insektisida di bandara, pelabuhan, stasiun, terminal dsb. dan disediakan karantina.

 Pengendalian Lingkungan

Dilakukan atas usaha manusia. Macam-macamnya :

1. Pengendalian Lingkungan ( Environmental control )

Mengelola lingkungan (enviromental management ) yaitu mengatur lingkungan sehingga tidak cocok dan membatasi perkembangan vektor. a. Modifikasi lingkungan ( Enviromental Modification)

(28)

Cara ini paling aman terhadap lingkungan karena tidak merusak keseimbangan alam dan tidak mencemari lingkungan tetapi harus dilakukan terus menerus. Misalnya :

a). pengaturan sistem irigasi,

 b). penimbunan tempat penampung air dan c). pembuangan sampah,

d). pengeringan air yang menggenang e). pengubahan rawa menjadi sawah f). pengubahan hutan jadi pemukiman

 b. Manipulasi Lingkungan ( Enviromental Manipulation).

Membersihkan dan memelihara secara fisik tempat perindukan atau tempat istirahat serangga.

Contoh :

a). membersihkan tanaman air yang mengapung seperti ganggang dan lumut sehingga menyulitkan perkembangan Anopheles sundaicus.  b). Mengatur kadar garam di laguna sehingga menekan populasi An.  subpictus dan An. sundaicus,

c) Melestarikan tanaman bakau yang membatasi tempat perindukan An.  sundaicus,

d).Membuang atau mencabut tumbuhan air di kolam atau rawa sehingga menekan populasi Mansonia spp.

e). Melancarkan air got agar tidak jadi tempat perindukan Culex spp.

 Pengendalian Vektor Terpadu (PVT)

merupakan pendekatan yang menggunakan kombinasi beberapa metode  pengendalian vektor yang dilakukan berdasarkan azas keamanan,

(29)

rasionalitas dan efektifitas pelaksanaannya serta dengan mempertimbangkan kelestarian keberhasilannya.

2.4 pengendalian Nyamuk a. secara fisik atau mekanis

memasang kawat kasa, kelambu

memukul nyamuk dengan alat pemukul  b. secara kimia

dengan menggunakan berbagai macam insekt isida untuk:

mematikan nyamuk, mengatur pertumbuhan, membuat steril, menarik perhatian nyamuk, mengusir nyamuk.

c. Secara biologis

Misalnya dengan membiarkan hidup binatang yang aan menangkap nyamuk sebagai mangsanya, contohnya cicak, kelelawar berbagai jenis reptil dan unggas. d. Secara kultural

Dengan mengubah kebiasaan masyarakat yang buruk yang menguntungkan kehidupan nyamuk, misalnya: mengeringkan rawa rawa, memotong dedaunan yang terlalu lebat, tidak membuang kaleng kaleng bekas sembarangan dan membuat saluran air yang memenuhi syarat kesehatan.

e. Pengendalian di lingkungan

Melakukan pengaliran air yang tepat, membuat desain saluran pembuangan air yang tepat guna dan parit penahan, pengaliran atau penimbunan genangan air yang tidak mengalir (seperti kubangan, selokan), mengatur pembuangan air kotor dan sampah.

2.5 pengendalian Lalat

(30)

 perangkap lalat (flay trap), umpan kertas lengket berbentuk pita atau lembaran (sticky tapes), perangkap dan pembunuh elektronik (like trap with electrocuto), memasang kawat kasa/plastik, membuat pintu dua lapis.

 b. Secara kimiawi

Pemberantasan lalat dengan insektisida harus dilakukan hanya untuk periode yang singkat apabila sangat di perlukan, karena akan cepat resisten. Aplikasi yang efektif dari insektisida dapat memberantas lalat, dengan cepat diperlukan pada  pemberantasan KLB kholera, dysentri dan trachoma. Penggunaan pestisida ini dapat dilakukan melalui cara umpan atau baits, penyemprotan dengan efek residu (indoor recidual sparying). Penyemprotan dengan pengasapan (indoor dan outdoor space praying).

c. Secara biologi

Dengan memanfaatkan sejenis semut kecil berwarna hitam (phiedoloqelon affinis) untuk mengurangi populasi lalat rumah di te mpat tempat sampah.

2.6 pengendalian Kecoa

Menurut Depkes RI (2002), cara pengendalian kecoa dapat ditujukan terhadap kapsul telur dan kecoa yaitu:

a. secara fisik atau Mekanis

yaitu mengambil kapsul telur yang terdapat pada celah-celah dinding, celah-celah almari, celah-celah peralatan, dan dimusnahkan dengan membakar/dihancurkan. Membunuh langsung kecoa dengan alat pemukul atau tangan. Menyiram tempat  perindukkan dengan air panas. Menutup celah-celah dinding.

b. Secara biologis

Pemberantasan kecoa secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan bahan kimia (insektisida) dengan formulasi  spray (pengasapan), dust (bubuk), aerosol 

(31)

(semprotan) atau bait (umpan). Selanjutnya kebersihan merupakan kunci utama dalam pemberantasan kecoa yang dapat dilakukan dengan cara-cara seperti sanitasi lingkungan, menyimpan makanan dengan baik dan intervensi kimiawi (insektisida, repellent, attractan).

2.7 pengendalian tikus a. secara kimiawi

Pengendalian secara kimiawi dilakukan semata-mata atas pertimbangan bahwa  pengendalian secara mekanis tidak memberikan hasil yang optimal atau tidak memberikan hasil yang sesuai dengan harapan pelanggan dan atau untuk aplikasi di luar bangunan. Pengendalian secara kimiawi tidak digunakan pada lokasi yang terdapat aktifitas pengolahan/produksi makanan / farmasi/ area sensitif lainnya. Penempatan racun pada industri makanan hanya dilakukan di luar ruangan yang tidak berhubungan dengan produksi dan dilakukan untuk jangka waktu terbatas dan dibawah pengawasan yang ketat. Pengendalian dengan cara kimiawi dilakukan dengan menggunakan umpan yang mengandung rodentisida (racun tikus). Alat-alat untuk aplikasi rodentisida :

1. Tamper Resistant

Merupakan tempat racun padat yang yang dapat melindungi dari pengaruh lingkungan.

a. Kotak umpan ber-kunci (Tamper Resistant) dipergunakan untuk  pengumpanan di dalam ruangan umum dan ruangan terbuka.

 b. Tempatkan sticker petunjuk dan kartu cek list di atas setiap Kotak umpan  berkunci.

(32)

d. Setiap tempat racun umpan harus diberi nomor seri/pengenal/No.  penempatan untuk memudahkan monitoring dan pencatatan.

2. Racun Minum

Racun minuman merupakan pilihan terbaik dalam pengendalian tikus, jika ketersediaan makanan di lokasi pemasangan banyak. Aplikasi racun minuman dapat dilakukan bersamaan dengan umpan racikan dengan hasil yang lebih  baik. WARNING. Hat i-hati dalam aplikasi racun minuman, karena sifat racun

minuman yang mudah menguap sehingga dapat menyebabkan kontaminasi. 3. Penanganan Bangkai

Tikus Pasca Pengendalian Tikus Kumpulkan tikus yang terperangkap /mati, musnahkan dengan cara membakar dan dikubur dengan kedalaman sekurang-kurangnya 50 cm, begitu pula dengan setiap bahan sisa atau sisa pembungkus umpan racun.

4. Peralatan Keselamatan Dan Pakaian Kerja

Dalam melaksanakan aktivitas pengendalian tikus, kelengkapan keselamatan kerja yang harus dipenuhi meliputi :

a. Sarung tangan karet apabila berhubungan dengan rodentisida, bangkai tikus.  b. Masker penutup hidung dan mulut apabila berhubungan dengan bangkai

tikus.

c. Helmet apabila bekerja di area kolong bangunan atau daerah berbahaya atau  bila ditentukan oleh pemilik/penanggungjawab lokasi.

d. Sepatu safety dan safety glass dan tanda pengenal lainnya bila ditentukan oleh pemilik/penanggungjawab lokasi.

e. Pakaian kerja yang dipergunakan khusus melakukan pekerjaan f. Pakai Tanda Pengenal Perusahaan yang masih berlaku

(33)

b. Pengendalian di lingkungan

Bila ditemukan tempat yang sanitasinya kurang baik dan bisa menjadi faktor  penarik tikus atau bahkan sumber makanan tikus atau menjadi tempat sarang tikus, maka akan merekomendasikan diadakan perbaikan oleh klien. Tikus akan  berkembang biak dan hidup dengan baik pada situasi dimana mereka dengan mudah mendapatkan makanan, air, tempat berlindung dan te mpat inggal yang tidak terganggu. Beberapa hal yang dapt dilakukan untuk meminimalisasi gangguan tikus :

a. Minimalisasi tempat bersarang/harborages antara lain : eliminasi rumput/semak belukar

 b. Meletakkan sampah dalam garbage/tempat sampah yang memiliki konstruksi yang rapat, kuat, kedap air, mudah dibersihkan, bertutup rapi dan terpelihara dengan baik.

c. Meniadakan sumber air yang dapat mengundang tikus, karena tikus membutuhkan minum setiap hari

d. Menyimpan semua makanan atau bahan makanan dengan rapi ditempat yang kedap tikus.

e. Sampah harus selalu diangkut secara rutin minimal sekali sehar i.

f. Meningkatkan sanitasi tempat penyimpanan barang/alat sehingga tidak dapat dipergunakan tikus untuk berlindung atau bersarang.

c. Pengendalian secara biologi

Memelihara binatang pemangsa tikus (predator), seperti kucing.

d. Pengendalian Fisik dan Mekanik

(34)

Memastikan bahwa seluruh konstruksi rumah tidak adanya celah yang memungkinkan tikus masuk, baik dari bawah pintu, lubang pembuangan air, atau dari bawah saluran air, mengeliminasi sarang atau tempat persembunyian tikus serta memangkas ranting pohon yang menjulur  kebagunan, tidak membuat taman terlalu dekat dengan struktur bangunan, contohnya dengan memasang plat besi pada pohon. Pengendalian lainnya  juga dapat dilakukan dengan menggunakan perangkap, antara lain perangkap lem, perangkap jepit, perangkap massal dan perangkap elektrik. Perangkap merupakan cara yang paling disukai untuk membunuh atau menangkap tikus pada keadaan dimana tikus yang mati disembarang tempat sulit dijangkau dan dapat menimbulkan bau yang tidak sedap serta sulit.

2. Treatment Tikus (Rodent Control)

Pengendalian tikus menggunakan Rat Baiting. Penggunaan trap untuk jangka  panjang menimbulkan tikus jera umpan dan neophobia terhadap trap. Penggunaan

trap hanya untuk tempat-tempat yang sangat khusus dengan populasi tikus yang rendah. Penempatan Rodent Bait dilaksanakan pada area tertentu yang akan menarik tikus dari dalam sarang ke luar, atau ketempat yang tidak sensitive, seperti area  parkir/garden, setelah itu baru difokuskan untuk tikus yang aktifitasnya dengan radius pendek yakni tikus nyingnying (mice/Mus musculus), umpan ditempatkan di dalam. Keraguan akan adanya resiko bau bangkai dapat diatasi dengan konfigurasi  penempatan umpan untuk setiap kategori jenis tikus, jadi dengan penempatan umpan  pada suatu lokasi dapat dideteksi sampai sejauh mana lokasi tempat tikus tersebut

mati, ditambah tenaga serviceman cukup berpengalaman mengatasi masalah tikus di  puluhan Rumah (housing), Mall, industri (pergudangan), Rumah Sakit, Hotel /

(35)

BAB III PENUTUP 2.3 Kesimpulan

Pengendalian vektor adalah semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk menurunkan populasi vektor serendah mungkin sehingga keberadaannya tidak lagi berisiko untuk terjadinya penularan penyakit tular vektor di suatu wilayah atau menghindari kontak masyarakat dengan vektor sehingga penularan penyakit tular vektor dapat dicegah.

Jenis jenis vektor yang sering terdapat di pemukiman dan pengungsian ketika terjadinya bencana yaitu kecoa, nyamuk, tikus, dan lalat.

Pengendalian vektor ketika terjadinya bencana dapat dilakukan secara alamiah dan secara buatan. Secara alamiah yaitu:

 Lautan, gunung, danau dan sungai yang luas, dapat menghalangi penyebaran serangga

 Tidak mempunyai beberapa spesies, serangga hidup di daerah yang tinggi dri  permukaan laut

 Perubahan musim yang merupakan gangguan bagi kelestarian hidup vektor, seperti musim, iklim, angin dan curah hujan

 Adanya hewan pemangsa

Sedangkan secara buatan meliputi: secara fisik atau mekanik, kimia, biologi, biophysical, lingkungan, terpadu, kultural, legislatif dan PVT.

2.4 Saran

Setelah membaca makalah ini, kelompok kami berharap makalah ini dapat menambah  pengetahuan bagi para pembaca. Sehingga pembaca dapat mengetahui tentang

(36)

semua agar lebih menjaga lingkungan dengan baik karena bagaimanapun bencana yang terjadi tidak terlepas dari kita se bagai manusia yang menempati lingkungan ini.

(37)

DAFTAR PUSTAKA

(1)W, Rani. 2012, eprints.uny.ac.id/9112/1/bab%201%20(%2008110241013%20).pdf.

diakses pada tanggal 29 Maret 2017 pukul 10.13 WIB

(2)

Sumantri, Arif. 2010.  Kesehatan Lingkungan Dan Perspektif Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

(3)

Myrnawati. 2004.  Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi.

(4)

Kemenkes RI. 2011.  Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat  Bencana. Jakarta: Panduan Bagi Petugas Kesehatan yang Bekerja dalam Penanganan

Krisi Kesehatan Akibat Bencana di Indonesia.

(5)

Kemenkes RI. 2010.  Pengendalian Vektor . Jakarta: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia via http://pelayanan.jakarta.go.id/download/regulasi/peraturan-menteri-kesehatan-nomor-374-menkes-per-iii-2010-tentang-pengendalian-vector.pdf  diakses pada tanggal 29 Maret 2017 pukul 12.16 WIB

(6)

Simanjuntak, Hajopan. 2005.  Efektivitas Akar Tanaman Tuba (Derris elliptica) untuk Pengendalian Nyamuk Anopheles sp .Skripsi, Fakulltas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan.

(7)Santio Kirniwardoyo (1992), Pengamatan dan pemberantasan vektor malaria,

 sanitas. Puslitbang Kesehatan Depkes RI. Jakarta.

(8)

Adang Iskandar, Pemberantasan serangga dan binatang pengganggu , APKTS Pusdiknakes. Depkes RI. Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Anopheles yang tertangkap pada sapi lebih tinggi dibandingkan terhadap kepadatan nyamuk yang tertangkap pada orang, baik pada rumah yang

Tipe breeding habitat nyamuk tersangka vektor malaria, evaluasi kepadatan jentik pasca aplikasi bio-larvasida (piriproksifen), Dusun Berjoko/Lordes, Desa Sungai Limau,

Dilatasi pada ovarium nyamuk (porous) (Manuki, 2005) Survey kepadaon nyamuk dewasa meruPakan hal yang penting untuk

Tujuan umum penelitian diketahui hubungan kebiasaan melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan kebiasaan melakukan pencegahan gigitan nyamuk dengan kejadian DBD di

Penanggulangan fokus adalah kegiatan pemberantasan nyamuk penular DBD yang dilaksanakan dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD),

Cara yang tepat dalam pemberantasan penyakit DBD adalah melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yaitu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dalam membasmi jentik

Nyamuk • Nyamuk sering membuat suara dengungan yang bernada tinggi • Gigitan nyamuk merupakan tanda yang jelas, gangguan dimulai dari peradangan secara intens yang disertai

Kontrol larva tidak memiliki efek langsung pada jumlah penggigit nyamuk, dan mungkin beberapa hari atau minggu sebelum pengurangan jumlah mereka bisa diraih Kontrol larva memberikan