• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN DAN PRAMUWISATA. terdiri dari dua suku kata yaitu Pari dan Wisata. Pari berarti berkali-kali atau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN DAN PRAMUWISATA. terdiri dari dua suku kata yaitu Pari dan Wisata. Pari berarti berkali-kali atau"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN DAN PRAMUWISATA

2.1 Pengertian Pariwisata

Istilah “ Pariwisata “ secara etimologi berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu “ Pari dan Wisata “. Pari berarti berkali-kali atau berulang-ulang, sedangkan wisata berarti perjalanan. Maka Pariwisata adalah sebagai perjalanan yang dilakukan berulang-ulang dari suatu tempat ke tempat lain. Untuk lebih jelas, penulis telah mengutip beberapa pendapat para ahli tentang Pariwisata.

Menurut Dr. Hubbert Gulden (Yoeti, 1983 : 108) pariwisata merupakan suatu seni dari lalu lintas dimana manusia berdiam di suatu tempat asing untuk maksud tertentu, tetapi dengan kediamannya itu tidak boleh tinggal atau menetap untuk melakukan pekerjaan selama-lamanya atau meskipun sementara waktu, yang sifatnya masih berhubungan dengan pekerjaan.

Menurut Prof Hunzieker dan Prof. K. Krapt (Yoeti, 1983 : 105) memberikan batasan yang bersifat teknis, pariwisata adalah keseluruhan dari gejala-gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan pendiaman orang-orang asing serta penyediaan tempat tinggal menetap dan tidak memperoleh penghasilan dari aktivitas yang sifatnya sementara tersebut.

Menurut Prof. Kurt Morgenroth (Yoeti, 1983: 107) kepariwisataan dalam arti sempit adalah lalu lintas orang-orang yang meninggalkan tempat kediamannya untuk sementara waktu, untuk berpesiar di tempat lain, semata-mata sebagai komu nikasi

(2)

dari buah hasil perekonomian dan kebudayaan, guna memenuhi kebutuhan hidup dan budayanya atau keinginan yang beraneka ragam.

Defenisi pariwisata memang tidak dapat persis sama di antara para ahli, hal yang memang jamak terjadi dalam dunia akademis, sebagaimana juga bisa ditemui pada berbagai disiplin ilmu lain. Dari defenisi yang dikemukakan para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa pariwisata yang sesungguhnya adalah suatu perjalanan yang dilakukan sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk mencari nafkah dari tempat yang dikunjungi. Selain itu pariwisata juga dapat dikatakan sebagai sebuah industri jasa dalam bentuk pelayanan yang diberikan pada wisatawan sehingga pariwisata dikenal dengan idustri tanpa asap.

2.2 Pengertian Kinerja

Pengertian Kinerja menurut beberapa ahli :

1. Menurut Prawiro Suntor (1999) bahwa pengertian kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang ataupun sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi dalam waktu tertentu.

2. Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau

kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu telah disepakati bersama (Rivai dan Basri, 2005:50).

(3)

3. Kinerja merupakan hasil kerja dari tingkah laku (Amstrong, 1999:15). Pengertian kinerja ini mengaitkan antara hasil kerja dengan tingkah laku. Sebgai tingkah laku, kinerja merupakan aktivitas manusia yang diarahkan pada pelaksanaan tugas organisasi yang dibebankan kepadanya.

2.2.1 Tujuan Penilaian Kinerja

Menurut Mangkunegara (2005:10) tujuan evaluasi kinerja adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja karyawan.

Secara lebih spesifi, tujuan evaluasi kinerja sebagaimana dikemukakan Sunyoto dalam Mangkunegara (2005:10) adalah

1) Meningkatkan saling pengertian antara karyawan tentang persyaratan kinerja. 2) Mencatat dan mengakui hasil kerja seorang karyawan, sehingga mereka

termotivasi untuk berbuat yang lebih baik, atau sekurang-kurangnya berprestasi sama dengan prestasi yang terdahulu.

3) Memberikan peluang kepada karyawan untuk mendikusikan keinginan dan aspirasinya dan meningkatkan kepedulian terhadap karier atau terhadap pekerjaan yang diembannya sekarang.

4) Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan, sehingga karyawan termotivasi untuk berprestasi sesuai dengan potensinya.

5) Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai dengan kebutuhan pelatihan, khusus rencana diklat dan kemudian menyetujui rencana itu jika tidak ada hal-hal yang perlu diubah.

(4)

2.2.2 Kriteria Kinerja

Kriteria kinerja karyawan menurut Suistiyani dan Rosidah (2003: 288) adalah: a. Kualitas, menyangkut kesesuaian hasil dengan diingini.

b. Kuantitas, jumlah yang dihasilkan baik dalam nilai uang, jumlah unit, jumlah lingkungan aktifitas.

c. Ketepatan waktu.

d. Efektifitas biaya, menyangkut penggunaan sumber-sumber dya organisasi secara maksimal.

e. Kebutuhan supervise, menyangkut perlunya bantuan/ intervansi supervise dan pelaksanaan tugas-tugas karyawan.

f. Dampak interpersonal, menyangkut peningkatan harga diri, hubungan baik dan kerja sama diantara teman kerja maupun bawahan.

2.2.3 Cara Mengukur Kinerja

Pengukuran adalah aspek kunci dari managemen kinerja atas dasar bahwa “apabila kita tidak dapat mengukurnya maka kita tidak akan dapat meningkatkannya”, tak ada gunanya menetapkan sasaran atau standar-standar kinerja kecuali ada suatu perjanjian dan pemahaman bersama bagaimana kinerja dalam pencapaian sasaran atau standar-standar tersebut akan diukur.

Menurut Dharma (2005:93) mengatakan bahwa ukuran-ukuran kinerja seharusnya dapat memberikan bukti tentang apakah hasil yang dikehendaki telah tercapai atau tidak dan sejauh mana pemegang pekerjaan telah mencapai hasil tersebut. Pengukuran kinerja dapat bersifat subyektif atau obyektif. Obyektif berarti

(5)

pengukuran kinerja dapat juga diterima, diukur oleh pihak lain selain yang melakukan penilaian dan bersifat kuantitatif, sedangkan pengukuran yang bersifat subyektif berarti pengukuran yang berdasarkan pendapat pribadi atau standar pribadi orang yang melakukan penilaian dan sulit untuk diverifikasi oleh orang lain ukur.

2.2.4 Pengertian Kepuasan dan Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Wisatawan

Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah puas; merasa senang; perihal (hal yang bersifat puas, kesenangan, kelegaan dan sebagainya). Kepuasan dapat diartikan sebagai perasaan puas, rasa senang dan kelegaan seseorang dikarenakan mengkonsumsi suatu produk atau jasa untuk mendapatkan pelayanan suatu jasa.

Menurut Oliver (dalam Supranto, 2001) mendefinisikan kepuasan sebagai tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakannya dengan harapannya. Tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja dibawah harapan, maka pelanggan akan sangat kecewa. Bila kinerja sesuai harapan, maka pelanggan akan sangat puas. Sedangkan bila kinerja melebihi harapan pelanggan akan sangat puas harapan pelanggan dapat dibentuk oleh pengalaman masa lampau, komentar dari kerabatnya serta janji dan informasi dari berbagai media. Pelanggan yang puas akan setia lebih lama, kurang sensitive terhadap harga dan memberi komentar yang baik tentang perusahaan tersebut.

(6)

Menurut Handi Irawan dalam bukunya ”10 Prinsip Kepuasan Pelanggan” (2002:2) kepuasan pelanggan adalah hasil akumulasi dari konsumen atau pelanggan dalam menggunakan produk atau jasa.

Menurut Kotler (1988) kepuasan adalah tingkat kepuasan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya. Jadi kepuasan atau ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi antara harapan dan pengalaman sesudah memakai jasa atau pelayanan yang diberikan. Upaya untuk mewujudkan kepuasan pelanggan total bukanlah hal yang mudah, Mudie dan Cottom menyatakan bahwa kepuasan pelanggan total tidak mungkin tercapai, sekalipun hanya untuk sementara waktu (Tjiptono, 1997).

Menurut Handi Irawan dalam bukunya “10 Prinsip Kepuasan Pelanggan” (2002:37-40) ada lima faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan antara lain:

1. Kualitas produk

Pelanggan puas kalau setelah membeli dan menggunakan produk tersebut, ternyata kualitas produknya baik. Kualitas produk ini adalah dimensi yang global dan paling tidak ada 6 elemen dari kualitas produk, yaitu: performance, durability, feature, consistency, dan design.

2. Harga

Untuk pelanggan yang sensitif, biasanya harga murah adalah sumber kepuasan yang penting karena mereka mendapatkan value of money yang timggi. Komponen harga ini relatif tidak penting bagi mereka yang tidak sensitif

(7)

terhadap harga. Untuk industri ritel, komponen harga ini sungguh sangat penting dan kontribusinya terhadap kepuasan relatif besar.

3. Service Quality

Service quality sangat bergantung pada tiga hal, yaitu sistem, teknologi, dan manusia. Pembentukan sikap dan perilaku yang seiring dengan keinginan perusahaan menciptakan, bukanlah pekerjaan mudah. Sama seperti kualitas produk, maka kualitas pelayanan juga merupakan driver yang mempunyai banyak dimensi. Salah satu konsep service quality yang popular adalah ServQual. Berdasarkan konsep ini, service quality diyakini mempunyai lima dimensi yaitu reliability, responsiveness, assurance, emphaty, dan tangible.

4. Emotional Factor

Rasa bangga, rasa percaya diri, simbol sukses, bagian dari kelompok orang penting dan sebagainya adalah contoh-contoh emotional value yang mendasari kepuasan pelanggan.

5. Kemudahan

Kemudahan untuk mendapatkan produk atau jasa tersebut. Pelanggan akan semakin puas aapabila relatif mudah, nyaman dan efisien dalam mendapatkan produk atau pelayanan.

2.3 Pengertian Pramuwisata

Apabila di artikan secara etimologi, pramuwisata berasal dari dua kata yaitu “pramu dan wisata”. Kata “pramu” sangat indentik dengan kata “pramuniaga”, yaitu pelayanan took dan juga pramugara/i, yaitu pelayan dalam angkutan udara. Dan kata

(8)

“wisata” yang berarti perjalanan. Jadi pelayan bagi orang-orang yang sedang melakukan perjalanan wisata.

Dari sudut pandang wisatawan, pramuwisata adalah seseorang yang bekerja pada suatu biro perjalanan atau suatu kantor pariwisata (tourist office) yang bertugas memberikan informasi, petunjuk dan advis secara langsung kepada wisatawan sebelum dan selama dalam perjalanan wisata berlangsung.

Berikut ini adalah defenisi pramuwisata menurut beberapa sumber :

1. R.S. Damardjati (Istilah-istilah dunia Pariwisata, 2001:101) Seorang yang telah memiliki sertifikat tanda lulus ujian profesi dari instansi atau lembaga resmi pariwisata dan telah memiliki tanda pengenal (badge), sehingga berhak untuk menyelenggarakan bimbingan perjalanan serta pemberian penerangan tentang kebudayaan, kekayaan alam dan aspirasi kehiduoan bangsa Indonesia atau penduduk suatu wilayah dan/atau mengenai sesuatu objek spesialisasi khusus terhadap para wisatawan baik sebagai perorangan atau dalam suatu kelompok, dengan menggunakan satu atau beberapa bahasa tertentu.

2. Pramuwisata (Suyitno, 2005:1) adalah sesorang yang menemani memberikan informasi dan bimbingan serta saran kepada wisatawan dalam melakukan aktivitas wisatanya. Aktivitas tersebut, antara lain mengunjungi objek dan atraksi wisata, berbelanja, makan di restoran, dan aktivitas wisata lainnya dan untuk itu ia mendapatkan imbalan tertentu.

3. Drs. Oka A. Yoeti (Dalam buku Guiding System) mengatakan bahwa pramuwisata adalah orang yang memberi penerangan, penjelasan, serta penunjuk jalan kepada

(9)

wisatawan dan travellers lainnya tentang segala sesuatu yang hendak dilihat, disaksikan oleh wisatawan ataupun travellers yang bersangkutan bilamana mereka berkunjung pada suatu objek, tempat atau daerah tertentu.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pramuwisata adalah seseorang yang mengarahkan sebuah perjalanan wisata. Ia adalah kunci utama yang akan membawa wisatawan mendapatkan pengalaman-pengalaman selama tur. Pramuwisata juga merupakan seseorang yang memimpin wisatawan dan memberikan informasi tentang segala sesuatu yang memiliki daya tarik bagi wisatawan.

2.3.1 Persyaratan Pramuwisata

Secara formal untuk menjadi seorang pramuwisata (tour guide) sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi No. KM. 82/PW.102/MPPT-88 tanggal 17 Septemper 1998, khususnya dalam Pasal 8 bab III, syarat-syarat untuk menjadi pramuwisata ditentukan sebagai berikut:

1. Untuk menjadi Pramuwisata dan pengatur wisata disyaratkan memiliki sertifikasi sebagai hasil mengikuti kursus dan ujian, serta diberikan tanda pengenal (badge) sebagai ijin operasional.

2. Materi ujian, bentuk sertifikat, dan tanda pengenal (badge) pramuwisata dan pengatur wisata ditetapkan oleh Direktur Jendral Pariwisata.

3. Sertifikat dan tanda pengenal (badge) pramuwisata oleh Gubernur Kepala daerah Tingkat I atau pejabat yang ditunjuk.

Untuk mengikuti kursus dan ujian pengatur wisata disyaratkan: 1. Warga Negara Indonesia

(10)

2. Umur serendah-rendahnya 25 (duapuluh lima) tahun

3. Menguasai Bahasa Indonesia dan salah satu bahasa asing dengan lancar 4. Memiliki keterampilan membawa rombongan wisata

5. Memiliki sertifikat Pramuwisata Madya atau telah berpengalaman di bidang pramuwisata selama 5 (lima) tahun

6. Mempunyai pengatahuan dan mampu secara mendalam mengenai ilmu bumi pariwisata, kependudukan, pemerintahan, sejarah dan kebudayaan serta atraksi pariwisata di seluruh Indonesia

7. Pendidikan serendah-rendahnya Sekolah Menengah Tingkat Atas. Untuk mengikuti kursus dan ujian Pramuwisata Muda disyaratkan: 1. Warga Negara Indonesia

2. Umur serendah-rendahnya 18 (delapan belas) tahun

3. Menguasai bahasa Indonesia dan salah satu bahasa asing dengan lancar

4. Mempunyai pengetahuan dan mampu secara mendalam mengenai ilmu bumi pariwisata, kependudukan, pemerintahan, sejarah dan kebudayaan daerah Tingkat II tempat Pramuwisata Muda dan Daerah Tingkat I secara umum

5. Pendidikan serendah-rendahnya Sekolah Menengah Tingkat Atas.

Untuk mengikuti kursus dan ujian Pramuwisata Madya disyaratkan sebagai berikut:

1. Warga Negara Indonesia

2. Umur serendah-rendahnya 22(duapuluh dua) tahun

(11)

4. Mempunyai pengetahuan dan mampu secara mendalam mengenai ilmu bumi pariwiwsata, kependudukan, pemerintahan, sejarah dan kebudayaan Daerah Tingkat I tempat Pramuwisata Madya dan Indonesia secara umum

5. Memiliki kemampuan membawa rombongan wisata

6. Memiliki sertifikat Pramuwisata Muda atau telah berpengalaman di bidang Pramuwisata selama 3(tiga) tahun

7. Pendidikan serendah-rendahnya Sekolah Menengah Tingkat Atas.

Oleh karena itu setiap orang yang berkeinginan untuk menjadi seorang pramuwisata harus melalui prosedur tersebut diatas. Hal ini dianggap perlu karena pemerintahan saat ini sedang melakukan penertiban terhadap pramuwisata liar yang tidak terdaftar demi menjaga nama baik korp pramuwisata dari petualang Indonesia yang tidak bertanggungjawab serta sering citra pariwisata Indonesia.

2.3.2 Penggolongan Pramuwisata

Di dalam Pasal 2 Bab II Surat Keputusan Menteri Pariwisata, Pariwista, Pos, dan Telekomunikasi tersebut di atas sesuai dengan penggolongan yang diberikan oleh Direktorat Jendral Pariwisata, pramuwisata dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Pramuwisata Muda yaitu pramuwisata yang bertugas di wilayah Daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerha Tingkat I tempat sertifikat keahliannya diberikan.

2. Pramuwisata Madya yaitu pramuwisata yang bertugas dan beroperasi dalam wilayah Daerah Tingkat I, tempat sertifikasi keahliannya dikeluarkan.

(12)

Didalam praktek kita mengenal ada macam-macam pramuwisata, yang dibedakan dari keahlian dan tempat atau objek tempat ia bertugas. Oleh sebab itu, pramuwisata dapat dikelompokkan sesuai dengan sudut pandang berikut ini :

1. Berdasarkan ruang lingkup kegiatannya, yaitu: a. Transfer Guide

Transfer Guide adalah pramuwisata yang kegiatannya menjemput wisatawan di bandara, pelabuhan, stasiun atau terminal menuju ke hotel atau sebaliknya mengantar wisatawan dari satu hotel ke hotel lainnya.

b. Walking Guide/ Tour Guide

Walking Guide/Tour Guide adalah pramuwisata yang kegiatannya memandu wisata dalam suatu tur.

c. Local/Expert Guide

Local/Expert Guide adalah pramuwisata yang keegiatannya khusus memandu wisatawan pada suatu objek atau atraksi wisata tertentu, misalnya museum, wisata agro, river rafting, goa, gedung bersejarah dan lain-lain.

d. Common Guide

Common Guide adalah pramuwisata yang dapat melakukan kegiatan baik transfer maupun tur.

e. Driver Guide

Driver Guide adalah pengemudi yang segaligus berperan sebagai pramuwisata.Ia berfungsi mengantarkan wisatawan ke objek atau atraksi wisata yang dikehendaki sekaligus memberikan informasi yang diperlukan.

(13)

2. Berdasarkan Status, yaitu: a. Payroll Guide

Payroll Guide adalah pramuwisata yang berstatus sebagai pegawai tetap perusahaan perjalanan (travel agency) dengan mendapat gaji tetap disamping komisi dan tip yang diterima dari wisatawan.

b. Part timer / Free lance Guide

Part timer/ Free lance Guide adalah pramuwisata yang bekerja pada suatu perusahaan perjalanan tertentu dan dibayar untuk tiap pekerjaan yang dilakukan serta tidak terikat oleh suatu perusahaan perjalanan tertentu.

c. Member of guide Association

Member of guide Association adalah pramuwisata yang berstatus sebagai peserta dari suatu asosiasi pramuwisata dan melakukan kegiatannya sesuai dengan tugas yang diberikan oleh asosiasi tersebut.

d. Government Officials

Government Officials adalah pegawai pemerintahan yang bertugas untuk memberikan informasi kepada tamu tentang suatu aktivitas, objek, atau suatu wilayah tertentu.

e. Company Guide

Company Guide adalah karyawan sebuah perusahaan yang bertugas memberikan penjelasan kepada tamu tentang aktivitas atau objek perusahaan. 3. Berdasarkan karakteristik wisatawan yang dipandu, yaitu:

(14)

Individual Tourist Guide adalah pramuwisata yang khusus memandu wisatawan individu.

b. Group Tour Guide

Group Tour Guide adalah pramuwisata yang khusus memandu wisatawan rombongan.

c. Domestic Tourist Guide

DomesticTourist Guide adalah pramuwisata yang memandu wisatawan nusantara/domestik.

d. Foreign Tourist Guide

Foreign Tourist Guide adalah pramuwisata yang memandu wisatawan mancanegara. (Suyitno, 2005:5)

2.3.3 Kegiatan Pramuwisata

Secara keseluruhan kegiatan pramuwisata meliputi 1. Kegiatan pokok

a. Pelayanan transfer b. Pelayanan tur 2. Kegiatan tambahan

Selain melakukan kegiatan pokok, seorang pramuwisata dapat pula melakukan kegiatan tambahan antara lain :

a. Hotel visit/ hotel representative

Kegiatan mengunjungi tamu (yang ditransfer) atau yang menjadi tanggung jawab perusahaan tempat pramuwisata bekerja. Karena pramuiwisata yang

(15)

melakukan kegiatan ini pada intinya adalah mewakili perusahaannya untuk menangani tamu di hotel maka ia sering disebut sebagai hotel rep. (hotel representative)

b. Penjualan produk

Menjual produk wisata berupa optional tour, pertunjukkan, restoran, dan lain sebagaimya merupakan tugas tambahan pramuwisata. Dari kegiatan ini ia memperoleh komisi berdasarkan persentase tertentu dari hasil penjualan. Kegiatan dilakukan pada saat kesempatan bertemu dengan wisatawan atau bahkan sengaja mencari wisatawan misalnya melalui kunjungan hotel. (Suyitno, 2005:18)

Dilihat dari asal dan tujuan perpindahan tersebut maka transfer dapat dibedaan menjadi :

1. Transfer In atau Arrival Transfer

Adalah kegiatan penjemputan tamu dari tempat kedatangan (airport, pelabuhan atau terminal ) untuk dibawa dan melakukan chech in disuatu hotel.

2. Transfer Out atau Departure Transfer

Adalah kegiatan pengantaran tamu dari hotel ke tempat keberangkatan (airport, pelabuhan, atau terminal) untuk kembali ke tempat asal atau melanjutkan perjalanan ke tempat lain.

(16)

3. Transfer Hotel

Adalah kegiatan pengantaran kepindahan tamu dari hotel yang satu ke hotel yang lain karena sebab-sebab tertentu baik atas permintaan tamu sendiri atau keinginan pihak hotel.

4. Intercity Transfer

Adalah kegiatan pengantaran tamu dari satu kota ke kota lain. Adakalanya dalam perjalanan selama transfer tersebut diselingi dengan kegiatan tour.

Tour atau wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata (Undang-undang Nomor 9 tahun 1990, tentang kepariwisataan) (Suyitno,2005:79)

Pada tahap pelaksanaan wisata terdapat tiga rangkaian kegiatan pramuwisata yang berkesinambungan

1. Picking up service

Penjemputan wisatawan di hotel atau tempat lain yang disepakati untuk mengawali suatu tur

2. Guiding service

Layanan panduan selama tur yang berupa presentasi yang terdiri atas urutan pembukaan, panduan di perjalanan, panduan di objek dan penutup. Termasuk dalam pelayanan ini adalah apabila terjadi sesuatu terhhadap wisatawan selama pelaksanaan tur.

(17)

3. .Dropping off service

Mengantar kembali wisatawan ke hotel atau tempat lain yang disepakati.

Kegiatan yang dilakukan pramuwisata pada tiap kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Picking up service

a. Jika tamu belum siap di lobby, hubungi melalui intercom di resepsionis b. Berikan salam dan perkenalkan diri

c. Selesaikan pembayaran dengan wisatawan sebelum tur dilakukan. d. Kumpulkan voucher, tiket pertunjukan dari wisatawan dan lain-lain. 2. Guiding service

Pelayanan pemanduan wisata akan dijelaskan secara terperinci pada bagian teknik pemanduan wisata yang meliputi:

a. Pembukaan. b. di perjalanan.

c. di objek/atraksi wisata d. penutup

3. Dropping of service

a. Antarkan wisatawan ke tempat menginap masing-masing dengan rute yang baik dan aman

b. Beberapa menit sebelum tiba di hotel, ingatkan wisatawann untuk mempersiapkan barang-barang bawaannya.

(18)

c. Persilakan wisatawan turun kendaraan jika telah sampai, bantulah anak-anak, wisatawan lanjut usia atau wisatawan yang sakit.

d. Sampaikan ucapan terimakasih.

e. Persilakan wisatawan turun kendaraan, berdirilah di samping pintu kendaraan dan jabat tangan wisatawan satu persatu.

f. Setelah semua wisatawan turun, kembali ke kantor dan periksa kendaraan jikalai ada barang-barang yang tertinggal. (Suyitno, 2005:85)

2.4 Pengertian Wisatawan

Ditinjau dari segi etimologi, wisatawan berasal dari kata “wisata”, berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya “ perjalanan” yang dapat disamakan dengan kata travel dalam bahasa inggris. Jadi orang yang melakukan perjalanan dalam pengertian ini, maka wisatawan sama artinya dengan kata “traveller” karena dalam bahasa Indonesia sudah merupakan kelaziman memakai kata “wan” untuk menyatakan orang dalam profesinya, keahliannya, keadaannya, jabatannya, dan kedudukannya seseorang.

Menurut Swarbrooke dan Horner (Ismayanti, 2010 : 33) mengidentifikasikan empat jenis wisatawan yaitu :

a. Wisatawan Massal kelompok atau Organised Mass tourist b. Wisatawan Massal Individu atau Individual Mass Tourist c. Penjelajah atau Explorer

(19)

Menurut G.A. Schmoll dalam (Yoeti 1983:127) yang dimaksud dengan wisatawan adalah individu atau kelompok individu yang mempertimbangkan dan merencanakan tenaga beli yang dimilikinya untuk perjalanan rekreasi dan berlibur, yang tertarik pada perjalanan pada umumnya dengan motivasi perjalanan yang pernah ia lakukan, menambah pengetahuan, tertarik oleh pelayanan yang diberikan oleh suatu daerah tujuan wisata yang dapat menarik pengunjung dimasa yang akan datang.

Menurut P.W. Oligave seorang ahli kepariwisataan Inggris (Yoeti 1983 :129) melihat pariwisata dari segi bisnins, memberi batasan sebagai berikut “wisatawan adalah semua orang yang memenuhi dua syarat, pertama mereka meninggalkan rumah kediamannya untuk jangka waktu kurang dari satu tahun dan kedua sementara mereka pergi, mereka mengeluarkan uang di tempat mereka kunjungi tidak dengan mencari nafkah di tempat tersebut”.

Menurut Holloway (Pendit 1986 : 30) mendefenisikan wisatawan sebagai seseorang yang mengadakan perjalanan untuk melihat sesuatu yang lain dan kemudian mengeluh bila ia membayar sesuatu yang tidak sesuai”.

Wisatawan ia adalah aktor dalam kegiatan wisata. Berwisata menjadi sebuah pengalaman manusia untuk menikmati, mengantisipasi dan mengingatkan masa-masa didalam kdalam kehidupan (Ismayanti, 2010:2)

Dari berbagai defenisi diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa wisatawan sebenarnya adalah seorang ataupun sekelompok orang yang melakukan perjalanan

(20)

dari suatu tempat ke tempat lain dengan motif yang berbeda-beda tetapi bukan untuk tinggal menetap ataupun mencari nafkah.

Bila kita perhatikan batasan-batasan yang telah dikemukakan terdahulu, maka kita dapat memberi ciri tentang seorang dapat disebut wisatawan, yaitu :

1. Perjalanan itu dilakukan lebih dari 24 jam.

2. Perjalanan itu dilakukannya hanya untuk sementara waktu.

3. Orang yang melakukannya tidak mencari nafkah di tempat atau Negara yang dikunjungi.

Orang yang melakukan berbagai kegiatan pariwisata disebut sebagai wisatawan. Kegiatan pariwisata tidak akan terlaksana tanpa adanya perpindahan yang dilakukan oleh wisatawan dari tempat asalnya ke sebuah tempat tujuan wisata.

Referensi

Dokumen terkait

Penetapan kadar asam askorbat dalam sediaan tablet bewarna dengan menggunakan metode iodametri dimana sampel ditambahkan dengan air, HCl 2N dan kloroform sebagai

Oleh sebab itu, perlu adanya usaha untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia atas peran dan manfaat koperasi untuk meningkatkan taraf hidup warga masyarakat dengan

Dari pengalaman Vicky Shu tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa dimana ada kemauan disertai niat yang kuat dalam memulai suatu hal yang baru, dan kejelian dalam melihat pangsa

Maka dapat disimpulkan bahwa selama periode Tahun Anggaran 2017 akuntabilitas kinerja di Badan PengelolaanKeuangan dan Pajak Daerah Kota Surabaya mengenai laporan

menimbulkankeengganan untuk melakukan olahraga .Untuk itu ,seorang pelatih olahraga orang cacat harus memiliki kemampuan untuk membangun kepercayaan diri dan meyakinkan mereka

Menyajikan terkait bimbingan keagamaan dimana didalamnya terdapat landasan dasar bimbingan keagamaan yaitu al-Quran dan Hadits, tujuan secara umum membentuk anak untuk menjadi

Bab VI Analisis Pemecahan Masalah berisi analisis hasil pengolahan data metode NASA-TLX dan work sampling serta analisis grafik alat EEG, kemudian pemberian usulan pada rumah sakit

Lakukan gerakan kecil dengan dua atau tiga jari tangan kanan, mulai dari pangkal payudara dan berakhir dengan gerakan spiral pada daerah puting susu, selanjutnya