• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA NILAI TUGAS (TASK VALUE) MATA KULIAH PSIKODIAGNOSTIK DENGAN ORIENTASI TUJUAN PADA MAHASISWA JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA NILAI TUGAS (TASK VALUE) MATA KULIAH PSIKODIAGNOSTIK DENGAN ORIENTASI TUJUAN PADA MAHASISWA JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA NILAI TUGAS (TASK VALUE) MATA KULIAH PSIKODIAGNOSTIK DENGAN ORIENTASI TUJUAN PADA MAHASISWA

JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Jurusan Psikologi

Oleh: Nur Kamila

0901878

JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

MAHASISWA JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Oleh:

Nur Kamila

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan

© Nur Kamila 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)
(4)
(5)

Kamila, Nur (0901878). Hubungan antara Nilai Tugas (Task Value) Mata Kuliah Psikodiagnostik dengan Orientasi Tujuan pada Mahasiswa Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Skripsi, Jurusan Psikologi FIP UPI, Bandung (2014).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap hubungan antara nilai tugas

(task value) mata kuliah Psikodiagnostik dengan orientasi tujuan. Nilai tugas terdiri atas nilai pencapaian, nilai ketertarikan/kesenangan, dan nilai kegunaan. Sedangkan, orientasi tujuan terbagi atas orientasi tujuan penguasaan dan orientasi tujuan performa. Subjek dalam penelitian ini adalah 168 mahasiswa jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia yang dipilih dengan metode sampling aksidental. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara tiga komponen nilai tugas dengan orientasi tujuan penguasaan, namun hanya satu komponen nilai tugas yang berkorelasi positif dan signifikan dengan orientasi tujuan performa, yaitu nilai pencapaian.

(6)

Kamila, Nur (0901878). The Relationship between The Task Value of Psychodiagnostics Subject and Goal Orientation on Students Majoring Psychology at Faculty of Education in Indonesia University of Education. S1 Thesis, Department of Psychology, Faculty of Education, Indonesia University of Education, Bandung (2014).

The aim of this research was to reveal the relationship between the task value of Psychodiagnostics Subject and goal orientation. Task value consisted of attainment value, intrinsic or interest value, and utility value. Meanwhile, goal orientation was divided into mastery and performa goal orientation. The participants of this research were 168 students majoring Psychology, Faculty of Education, Indonesia University of Education, who were choosen by accidental sampling. This research used quantitative approach with a correlational method. The results showed that there were positive and significant relationships among

the three of the task value’s components and mastery goal orientation. On the

other hand, only one of the task value’s components namely attainment value, which was positively and significantly correlated with performance goal orientation.

(7)

Hal A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian ... 9

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 10

BAB II ORIENTASI TUJUAN DAN NILAI TUGAS A. Nilai Tugas (Task Value) ... 11

1. Pengertian Nilai Tugas ... 11

2. Komponen Nilai Tugas ... 12

3. Faktor-faktor yang Membentuk Nilai Tugas ... 13

B. Orientasi Tujuan ... 14

1. Pengertian Orientasi Tujuan ... 14

2. Jenis-jenis Orientasi Tujuan ... 15

3. Faktor-faktor yang Membentuk Orientasi Tujuan ... 18

C. Mata Kuliah Psikodiagnostik ... 20

D. Kerangka Pemikiran ... 22

E. Hipotesis Penelitian ... 24

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian ... 26

1. Lokasi Penelitian ... 26

2. Populasi Penelitian ... 26

3. Sampel dan Teknik Sampling Penelitian ... 27

B. Metode Penelitian ... 28

C. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 28

1. Variabel Penelitian ... 28

(8)

1. Kuesioner Orientasi Tujuan ... 32

2. Kuesioner Nilai Tugas ... 36

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 39

1. Uji Validitas Instrumen ... 40

2. Analisis Item ... 40

3. Uji Reliabilitas Instrumen ... 43

4. Uji Keterbacaan Instrumen ... 45

G. Analisis Data ... 45

1. Untuk Mengetahui Gambaran Umum Nilai Tugas dan Orientasi Tujuan Mata Kuliah Psikodiagnostik ... 46

2. Untuk Mengetahui Korelasi antara Nilai Tugas dan Orientasi Tujuan Mata Kuliah Psikodiagnostik ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 49

1. Gambaran Umum Responden ... 50

2. Gambaran Umum Nilai Tugas Mata Kuliah Psikodiagnostik ... 51

3. Gambaran Umum Orientasi Tujuan Mata Kuliah Psikodiagnostik ... 53

4. Hubungan antara Nilai Tugas dan Orientasi Tujuan Mata Kuliah Psikodiagnostik ... 54

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 56

1. Gambaran Umum Nilai Tugas Mata Kuliah Psikodiagnostik ... 56

2. Gambaran Umum Orientasi Tujuan Mata Kuliah Psikodiagnostik ... 58

3. Hubungan antara Nilai Tugas dan Orientasi Tujuan Mata Kuliah Psikodiagnostik ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 67

LAMPIRAN ... 70

(9)

No. Judul Tabel Hal

2.1 Perbandingan Karakteristik Orientasi Tujuan ... 17

3.1 Jumlah Mahasiswa Psikologi Angkatan 2009-2011 ... 26

3.2 Penyekoran Kuesioner ... 33

3.3 Rumus Empat Kategori ... 34

3.4 Kategorisasi Orientasi Tujuan Penguasaan ... 35

3.5 Kategorisasi Orientasi Tujuan Performa ... 35

3.6 Kategori Nilai Tugas ... 37

3.7 Kategori Skala Nilai Tugas Dimensi Nilai Pencapaian ... 38

3.8 Kategori Skala Nilai Tugas Dimensi Nilai Ketertarikan/ Kesenangan ... 39

3.9 Kategori Skala Nilai Tugas Dimensi Nilai Kegunaan ... 39

3.10 Kisi-kisi Instrumen Orientasi Tujuan Setelah Uji Coba ... 42

3.11 Kisi-Kisi Instrumen Nilai Tugas Mata Kuliah Psikodiagnostik Setelah Uji Coba ... 43

3.12 Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach ... 44

3.13 Hasil Uji Normalitas ... 47

3.14 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi ... 48

4.1 Kategorisasi Responden berdasarkan Jumlah Mata Kuliah Psikodiagnostik ... 50

4.2 Kategorisasi Responden berdasarkan Jenis Kelamin ... 51

4.3 Kategorisasi Nilai Tugas Mata Kuliah Psikodiagnostik ... 51

4.4 Kategorisasi Komponen Nilai Pencapaian ... 52

4.5 Kategorisasi Komponen Nilai Ketertarikan/Kesenangan ... 52

4.6 Kategorisasi Komponen Nilai Kegunaan ... 53

4.7 Matriks Gambaran Umum Orientasi Tujuan Responden ... 53

(10)

No. Judul Gambar Hal

(11)

Hal

Lampiran 1 Surat Keputusan Pengangkatan Dosen Pembimbing ... 71

Lampiran 2 Kartu Bimbingan ... 72

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian ... 73

Lampiran 4 Kisi-Kisi Instrumen Nilai Tugas ... 74

Lampiran 5 Kisi-Kisi Instrumen Orientasi Tujuan ... 76

Lampiran 6 Hasil Uji Keterbacaan Instrumen ... 82

Lampiran 7 Kuesioner (Uji Coba) ... 83

Lampiran 8 Kuesioner (Ambil Data) ... 87

Lampiran 9 Skor Mentah Nilai Tugas (Uji Coba) ... 95

Lampiran 10 Skor Mentah Orientasi Tujuan (Uji Coba) ... 96

Lampiran 11 Skor Mentah Nilai Tugas (Ambil Data) ... 97

Lampiran 12 Skor Mentah Orientasi Tujuan (Ambil Data) ... 103

Lampiran 13 Hasil Analisis Item Nilai Tugas ... 109

Lampiran 14 Hasil Analisis Item Orientasi Tujuan ... 110

Lampiran 15 Hasil Uji Reliabilitas Nilai Tugas ... 112

Lampiran 16 Hasil Uji Reliabilitas Orientasi Tujuan ... 113

Lampiran 17 Hasil Uji Normalitas ... 115

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Mata Kuliah Psikodiagnostik merupakan mata kuliah khas dari program studi Psikologi. Mata kuliah ini menjadi khas karena hanya program studi Psikologi yang diperbolehkan memberikan mata kuliah tersebut. Selain itu, mata

kuliah Psikodiagnostik, khususnya di jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), tidak hanya mengandalkan kuliah teori di kelas, tetapi juga diadakan role play serta praktikum. Oleh karena itu, mahasiswa Psikologi tidak hanya dituntut untuk dapat menguasai teori mengenai Psikodiagnostik, tetapi juga harus mampu mengaplikasikannya di dunia nyata.

Pada awal pertemuan hingga menjelang ujian tengah semester biasanya dosen akan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab untuk menyampaikan teori-teori yang berkaitan dengan mata kuliah Psikodiagnostik yang dipelajari (misalnya tes intelegensi, tes minat bakat, inventori kepribadian dan sebagainya). Setelah itu akan diadakan role play mengenai prosedur pengetesan, mulai dari prolog sampai epilog yang harus disampaikan dalam tes tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan praktikum pengambilan data sebagai ujian akhir semester, dimana setiap mahasiswa diwajibkan untuk membawa subjek (OP) masing-masing (http://silabus.upi.edu/Direktori/FIP/Psikologi, 2012).

(13)

mahasiswa harus melampirkan surat dokter) atau memiliki urusan yang sangat mendesak (http://silabus.upi.edu/Direktori/FIP/Psikologi, 2011).

Dalam wawancara (2013) yang dilakukan oleh peneliti dengan tiga orang mahasiswa jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia angkatan 2009, dua orang diantaranya menyatakan bahwa mereka lebih sering mengikuti kuliah Psikodiagnostik dibandingkan dengan mata kuliah lain yang non-psikodiagnostik. Alasannya adalah bahwa di dalam mata kuliah Psikodiagnostik, mereka diberikan dasar-dasar mengenai pemeriksaan psikologi.

Dasar tersebut yang nantinya akan menjadi bekal penting bagi seorang mahasiswa Psikologi setelah meraih gelar sarjana. Selain itu, salah satu narasumber menambahkan bahwa di dalam mata kuliah Psikodiagnostik, mahasiswa tidak hanya mempelajari teori saja, tetapi juga diadakan praktikum, sehingga mata kuliah ini tidak membosankan. Kemudian, narasumber terakhir menyatakan bahwa mata kuliah Psikodiagnostik dan mata kuliah lain merupakan hal yang sama-sama penting untuk dipelajari karena psikologi merupakan cabang ilmu yang sangat luas cakupan bahasannya. Bahkan, menurutnya materi kuliah yang didapatkan di bangku perkuliahan rasanya belum cukup baginya.

Penilaian yang diberikan oleh ketiga narasumber yang peneliti wawancara bisa didasari oleh penilaian para narasumber tersebut tentang nilai (value) yang dimiliki oleh tugas-tugas yang harus mereka kerjakan dalam sebuah proses pembelajaran sebuah mata kuliah. Penilaian tersebut dikenal dengan istilah task value atau nilai tugas. Menurut Pintrich (Pintrich & Schunk, 2002) nilai tugas adalah penilaian individu tentang pentingnya/berharganya suatu tugas, di mana penilaian ini dapat mempengaruhi tingkah laku seperti dalam pemilihan tugas,

keuletan dalam menyelesaikan tugas, serta dalam pencapaian prestasi aktual.

Nilai (value) menurut Pintrich (Pintrich & Schunk, 2002) merujuk pada

perbedaan keyakinan individu mengenai alasan mengapa mereka memilih untuk terlibat dalam suatu tugas. Dalam istilah sehari-hari, nilai ini akan menjawab

pertanyaan “apakah saya ingin melakukan tugas ini?” dan “mengapa saya ingin melakukan tugas tersebut?”. Setiap mahasiswa tentu mempunyai jawaban yang

(14)

karena tugas tersebut dirasa menyenangkan, tugas tersebut dirasa berguna bagi mereka, ingin menyenangkan orang tua dan dosen, atau karena mereka tidak ingin mendapat nilai yang buruk.

Setiap orang bisa saja merasa yakin bahwa mereka dapat mengerjakan tugas dengan baik, tetapi jika mereka merasa bahwa tugas tersebut tidak bernilai atau berharga bagi mereka, maka kemungkinan mereka untuk terlibat dalam tugas tersebut akan lebih kecil. Hampir sama dengan hal tersebut, seseorang bisa saja yakin bahwa suatu tugas atau aktivitas menarik dan berguna bagi mereka, tetapi

jika mereka tidak berpikir bahwa mereka dapat mengerjakan tugas tersebut, akhirnya mereka juga tidak akan terlibat di dalam tugas atau aktivitas tersebut (Pintrich & Schunk, 2002).

Eccles & Wigfield (Woolfolk, 1993: 373) menyebutkan bahwa nilai tugas terdiri atas tiga komponen yaitu nilai pencapaian (attainment value), nilai minat atau intrinsik (intrinsic or interest value), dan nilai kegunaan (utility value). Nilai pencapaian adalah derajat keberartian suatu tugas bagi individu, artinya seberapa penting pencapaian prestasi terhadap tugas tersebut bagi mereka. Kemudian, nilai ketertarikan/kesenangan adalah ketertarikan individu terhadap suatu tugas. Sedangkan nilai kegunaan adalah manfaat suatu tugas bagi individu, termasuk untuk tujuan jangka panjang atau tujuan karirnya. Secara umum, setiap individu memiliki penilaian tertentu mengenai ketiga komponen nilai tugas tersebut (Eccles & Wigfield, 2000; Eccles & Wigfield, 1992; Pintrich & Schunck, 2002).

Teori harapan-nilai (expectancy-value theory) merupakan salah satu model sosial kognitif yang membahas mengenai nilai tugas. Teori ini berfokus pada peran harapan peserta didik terhadap kesuksesan akademik dan nilai (value) yang dipersepsikan individu dalam tugas akademik. Menurut teori ini, dua prediktor penting dari perilaku berprestasi adalah harapan dan nilai tugas (Pintrich &

Schunck, 2002). Teori harapan-nilai berhipotesa bahwa nilai tugas merupakan salah satu faktor yang menentukan orientasi tujuan mahasiswa dalam belajar (Eccles et al., 1983; Wigfield & Eccles, 2000, dalam Lim, Lau, & Nie, 2008).

(15)

keyakinan tersebut akan mengarahkan seseorang pada perbedaan cara dalam mencapai, melibatkan diri, dan berespon terhadap berbagai situasi prestatif.

Dari berbagai literatur yang ada, terdapat berbagai macam istilah yang digunakan para ahli untuk menjelaskan tentang orientasi tujuan, diantaranya adalah istilah goal orientation (Meece, Blumenfeld, & Hoyle, 1988; Pintrich & Schunck, 2002) dan achievement goals (Ames & Archer, 1988; Elliot & Harackiewicz, 1996). Selain itu, para ahli juga membedakan jenis-jenis orientasi tujuan. Ada beberapa ahli yang membedakan orientasi tujuan atas learning dan

performance goals (Dweck & Leggett; Elliot & Dweck dalam Pintrich & Schunk, 2002: 214), task-involved dan ego-involved goals (Nicholls dalam Pintrich & Schunk, 2002: 214), mastery dan performance goals (Ames; Ames & Archer dalam Pintrich & Schunk, 2002: 214), atau task-focused dan ability-focused goal

(Maehr & Midgley dalam Pintrich & Schunk, 2002: 214). Walaupun istilah yang digunakan para ahli tersebut berbeda-beda, ternyata terdapat hubungan konseptual pada kelompok konsep learning goal, task-involved dan mastery goal, serta pada kelompok konsep performance goal, ego-involved dan ability-focused goal.

Dalam penelitian ini, istilah yang akan digunakan untuk menjelaskan jenis-jenis orientasi tujuan adalah istilah yang digunakan oleh Ames & Archer (1988), yaitu orientasi tujuan penguasaan (mastery goals) dan orientasi tujuan performa

(performance goals).

Individu-individu dengan orientasi tujuan penguasaan lebih berfokus pada tugas daripada terhadap kemampuan mereka, memiliki afek positif (memberi kesan bahwa mereka menikmati tantangan tersebut), dan membangkitkan strategi-strategi berorientasi solusi yang meningkatkan kinerja mereka. Sedangkan, bagi individu dengan orientasi tujuan performa, kemenangan adalah hal penting, dan kebahagiaan diyakini sebagai hasil dari kemenangan (Santrock, 2009: 214-215).

(16)

mengalami kegagalan, yang lazim terjadi saat kita sedang mempelajari sesuatu yang baru. Sebaliknya, individu-individu dengan orientasi tujuan penguasaan akan menerima kegagalan sebagai suatu informasi penting yang akan membantu mereka untuk memperbaiki diri. Kegagalan dan kritik dari orang lain tidak akan membuat mereka menyerah, karena mereka memahami bahwa proses belajar membutuhkan waktu. Pada intinya, orientasi tujuan penguasaan berfokus pada tugas, sedangkan orientasi tujuan performa lebih berfokus pada diri (Maehr & Kaplan, 2000; Nicholls, 1992 dalam Ormrood, 2003: 467).

Salah satu faktor yang ikut mempengaruhi terbentuknya orientasi tujuan adalah penilaian terhadap tugas. Meece, Blumenfeld, Hoyle (1988) menemukan bahwa seseorang akan mengembangkan orientasi tujuan penguasaan terhadap tugas jika ia menganggap bahwa apa yang dipelajari sangat menyenangkan dan berguna baginya.

Hal ini diperkuat oleh beberapa penelitian, salah satunya adalah hasil penelitian Asif (2011) yang menyebutkan bahwa orientasi tujuan penguasaan yang dimiliki seseorang dapat meningkatkan motivasi intrinsik dalam mengikuti proses pembelajaran. Penelitian ini mendukung penelitian-penelitian sebelumnya, misalnya penelitian Harackiewicz et al. (1998, dalam Pintrich & Schunck, 2002)

(17)

orientasi tujuan performa, sehingga orientasi tujuan tersebut yang menjadi dominan. Sedangkan situasi yang difokuskan kepada penguasaan, peserta didik akan lebih memaknai orientasi tujuan belajar (learning goals), terutama jika peserta didik tersebut melihat bahwa hal yang dipelajari tersebut berguna, menarik, serta jika peningkatan kemampuan ditonjolkan.

Salah satu kompetensi utama dari sarjana Psikologi menurut Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) adalah memahami prinsip dasar Psikodiagnostik, mampu menerapkan prinsip observasi dan wawancara, serta

mampu mengadministrasikan, menskor dan menginterpretasikan tes psikologi tertentu (Kolokium Psikologi Indonesia, 2010). Hal ini tentu juga menjadi faktor yang membuat mahasiswa Psikologi menilai mata kuliah Psikodiagnostik penting untuk dipelajari.

Berdasarkan penelitian-penelitian dan salah satu kualifikasi sarjana Psikologi dari KKNI yang telah dipaparkan sebelumnya, peneliti berasumsi bahwa mahasiswa yang menganggap mata kuliah Psikodiagnostik berharga (penting untuk dikuasai, menyenangkan, dan bermanfaat bagi tujuan masa depan) akan membawa mereka dalam pengadopsian orientasi tujuan penguasaan. Sedangkan, mahasiswa yang dengan orientasi tujuan performa bisa menilai lebih rendah keberhargaan mata kuliah Psikodiagnostik jika dibandingkan dengan mahasiswa dengan orientasi tujuan penguasaan. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk menguji secara empiris tentang bagaimana hubungan antara nilai tugasmata kuliah Psikodiagnostik dengan orientasi tujuan dalam mata kuliah tersebut pada mahasiswa jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Mata kuliah Psikodiagnostik, khususnya di jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), merupakan mata kuliah

(18)

standar kompetensi tersebut bisa mempengaruhi penilaian setiap mahasiswa terhadap mata kuliah Psikodiagnostik. Penilaian ini dikenal dengan istilah nilai tugas. Kemudian, taraf penilaian terhadap mata kuliah Psikodiagnostik (task value) yang berbeda pada masing-masing mahasiswa bisa mempengaruhi pengadopsian orientasi tujuan yang berbeda pula.

Oleh karena itu, secara umum fokus permasalahan yang dikaji dalam

penelitian ini adalah “Bagaimanakah hubungan antara nilai tugas mata kuliah Psikodiagnostik dengan orientasi tujuan pada mahasiswa jurusan Psikologi

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia?”

Berdasarkan permasalahan umum di atas, maka dijabarkan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran nilai tugas mata kuliah Psikodiagnostik menurut

mahasiswa jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia?

2. Bagaimana gambaran orientasi tujuan dalam mata kuliah Psikodiagnostik

pada mahasiswa jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia?

3. Apakah terdapat hubungan antara nilai pencapaian mata kuliah

Psikodiagnostik dengan orientasi tujuan penguasaan pada mahasiswa jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia?

4. Apakah terdapat hubungan antara nilai ketertarikan/kesenangan mata kuliah

Psikodiagnostik dengan orientasi tujuan penguasaan pada mahasiswa jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia? 5. Apakah terdapat hubungan antara nilai kegunaan mata kuliah

Psikodiagnostik dengan orientasi tujuan penguasaan pada mahasiswa jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia? 6. Apakah terdapat hubungan antara nilai pencapaian mata kuliah

(19)

7. Apakah terdapat hubungan antara nilai ketertarikan/kesenangan mata kuliah

Psikodiagnostik dengan orientasi tujuan performa pada mahasiswa jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia? 8. Apakah terdapat hubungan antara nilai kegunaan mata kuliah Psikodiagnostik

dengan orientasi tujuan performa pada mahasiswa jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui gambaran umum nilai tugas mata kuliah Psikodiagnostik

menurut mahasiswa jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

2. Mengetahui gambaran umum orientasi tujuan dalam mata kuliah

Psikodiagnostik pada mahasiswa jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

3. Mengetahui apakah terdapat hubungan antara nilai pencapaian mata kuliah

Psikodiagnostik dengan orientasi tujuan penguasaan pada mahasiswa jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia?

4. Mengetahui apakah terdapat hubungan antara nilai ketertarikan/kesenangan

mata kuliah Psikodiagnostik dengan orientasi tujuan penguasaan pada mahasiswa jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia?

5. Mengetahui apakah terdapat hubungan antara nilai kegunaan mata kuliah

Psikodiagnostik dengan orientasi tujuan penguasaan pada mahasiswa jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia?

6. Mengetahui apakah terdapat hubungan antara nilai pencapaian mata kuliah

Psikodiagnostik dengan orientasi tujuan performa pada mahasiswa jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia?

7. Mengetahui apakah terdapat hubungan antara nilai ketertarikan/kesenangan

(20)

mahasiswa jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia?

8. Mengetahui apakah terdapat hubungan antara nilai kegunaan mata kuliah

Psikodiagnostik dengan orientasi tujuan performa pada mahasiswa jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia?

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan manfaat yang bersifat teoritis dan

manfaat yang bersifat praktis. 1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis yang dapat diberikan oleh penelitian ini yaitu sebagai berikut:

a. Memperkaya teori mengenai nilai tugas dan orientasi tujuan.

b. Memperkaya pengetahuan mengenai kaitan antara nilai tugas dengan

orientasi tujuan pada mahasiswa jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang dapat diberikan dari penelitian ini yaitu bagi: a. Pendidik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pendidik agar mampu membuat situasi kelas yang membuat mahasiswa menilai suatu mata kuliah memiliki nilai tugas yang tinggi sehingga mahasiswa akan lebih banyak mengadopsi orientasi tujuan penguasaan dibandingkan dengan orientasi tujuan performa.

b. Mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi mahasiswa agar lebih berusaha mencari informasi mengenai manfaat serta alasan mengenai

(21)

c. Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan

Indonesia

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah sumber keilmuan mengenai hubungan antara nilai tugas dengan orientasi tujuan yang nantinya dapat dijadikan masukan bagi jurusan Psikologi untuk merancang kurikulum yang mampu mengembangkan dan meningkatkan ketiga komponen nilai tugas pada setiap mata kuliah sehingga membuat mahasiswa mengadopsi orientasi tujuan penguasaan.

d. Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya khususnya yang berkaitan dengan nilai tugas dan orientasi tujuan mahasiswa.

E. Struktur Organisasi Skripsi

(22)

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia yang berlokasi di Jalan Dr. Setiabudhi No. 229,

Bandung.

2. Populasi Penelitian

Menurut Furqon, “populasi dapat didefinisikan sebagai sekumpulan objek,

orang, atau keadaan yang paling tidak memiliki satu karakteristik umum yang

sama” (Furqon, 2011: 146). Populasi dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswa

jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia yang telah atau sedang mengontrak mata kuliah Psikodiagnostik IV-VII.

Berikut adalah jumlah mahasiswa Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia angkatan 2009-2011 yang menjadi populasi penelitian ini:

Tabel 3.1

Jumlah Mahasiswa Psikologi Angkatan 2009-2011

Angkatan Jumlah Mahasiswa

2009 115

2010 103

2011 73

(23)

3. Sampel dan Teknik Sampling Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif (Sugiyono, 2013: 118).

Penentuan jumlah sampel mengacu pada standar kelayakan jumlah sampel yang dikemukakan oleh Roscoe dalam Sugiyono (2013), yaitu sebanyak 30 – 500

orang. Sedangkan menurut Slovin (Umar, 2008: 65), untuk menentukan jumlah sampel yang layak adalah menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

n = jumlah sampel N = jumlah populasi

e = presisi (peran kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir/diinginkan yaitu sebesar 5% atau 0,05).

Berdasarkan perhitungan di atas, maka jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 168 responden.

(24)

karakteristik sampel maka orang tersebut yang dijadikan sampel penelitian (Riduwan & Akdon, 2010: 247).

Adapun yang menjadi kerangka sampel (sample frame) dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Merupakan mahasiswa yang masih aktif kuliah di jurusan Psikologi

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

b. Sudah pernah atau sedang mengontrak mata kuliah Psikodiagnostik IV-VII, karena mahasiswa tersebut sudah dianggap memiliki pengalaman

yang memadai sehingga dapat menilai mata kuliah Psikodiagnostik secara lebih komprehensif.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2013: 14).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Menurut Arikunto (2006), penelitian yang bersifat korelasional bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan, seberapa erat hubungan, serta berarti atau tidaknya hubungan tersebut. Koefisien korelasi menunjukkan tinggi atau rendahnya hubungan antar variabel. Sedangkan, tanda positif atau negatif menunjukkan arah hubungan variabel (Susetyo, 2012: 115).

C. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel Penelitian

(25)

maupun kualitatif. Dengan kata lain, variabel dalam suatu penelitian dapat diartikan sebagai objek penelitian atau apa saja yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006).

Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel yang diteliti, yaitu variabel orientasi tujuan dan nilai tugas.

2. Definisi Operasional Variabel Penelitian

a. Definisi Operasional Orientasi Tujuan

Orientasi tujuan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua macam, yaitu

orientasi tujuan penguasaan dan orientasi tujuan performa. Dimensi-dimensi yang dijadikan acuan untuk mengukur kedua orientasi tujuan tersebut diantaranya adalah:

1) Definisi Kesuksesan

Mahasiswa dengan orientasi tujuan penguasaan akan merasa sukses ketika mampu menguasai keterampilan baru, ketika merasa ada peningkatan di dalam dirinya, sedangkan mahasiswa dengan orientasi tujuan performa akan merasa sukses ketika memperoleh nilai yang lebih tinggi dari orang lain atau ketika mampu membuktikan kemampuan yang dimiliki melalui kesuksesan yang dicapai.

2) Nilai Utama

Mahasiswa dengan orientasi tujuan penguasaan menganggap sesuatu yang utama adalah berusaha, oleh sebab itu mereka menyukai tugas yang menantang. Sedangkan mahasiswa dengan orientasi tujuan performa akan berusaha menghindari kegagalan karena hal tersebut dianggap sebagai sesuatu yang utama.

3) Alasan Berusaha

Mahasiswa dengan orientasi tujuan penguasaan akan berusaha ketika menemukan makna intrinsik dan personal dari aktivitas yang dilakukan. Sedangkan mahasiswa dengan orientasi tujuan performa akan berusaha

(26)

4) Kriteria Evaluasi

Mahasiswa dengan orientasi tujuan penguasaan menggunakan kriteria evaluasi yang absolut, yaitu membandingkan apa yang diperoleh dengan dirinya sendiri untuk melihat kemajuan yang dialami. Sedangkan mahasiswa dengan orientasi tujuan performa menggunakan kriteria evaluasi yang sifatnya normatif, yaitu apa yang diperolehnya akan dibandingkan dengan apa yang diperoleh orang lain.

5) Pandangan terhadap kesalahan

Mahasiswa dengan orientasi tujuan penguasaan memandang kesalahan yang dilakukan sebagai bagian dari belajar karena kesalahan tersebut akan memberikan informasi bagi dirinya. Sedangkan mahasiswa yang memiliki orientasi tujuan performa akan berpikir bahwa dirinya tidak mampu ketika melakukan suatu kesalahan.

6) Pola atribusi

Mahasiswa dengan orientasi tujuan penguasaan memiliki pola atribusi yang adaptif. Mereka menganggap kegagalan disebabkan oleh kurangnya usaha, sedangkan keberhasilan yang diraih bergantung pada usaha yang telah dilakukan. Sedangkan mahasiswa dengan orientasi tujuan performa memiliki pola atribusi yang maladaptif. Jika ia mengalami kegagalan, ia akan menganggap kegagalan tersebut disebabkan kurangnya kemampuan yang bersifat stabil.

7) Afeksi

Mahasiswa dengan orientasi tujuan penguasaan akan merasa puas ketika usaha yang dilakukan berbuah kesuksesan. Namun, ia akan merasa bersalah jika kurang berusaha. Ia juga memiliki sikap positif dan minat intrinsik dalam

belajar. Sedangkan mahasiswa dengan orientasi tujuan performa akan mengalami perasaan negatif setelah ia melakukan suatu kesalahan atau saat mengalami kegagalan.

(27)

Mahasiswa dengan orientasi tujuan penguasaan menggunakan proses kognitif yang lebih mendalam, serta menggunakan strategi belajar yang didasarkan pada pengaturan diri yang lebih efektif seperti perencanaan, waspada, dan pengawasan diri. Sedangkan mahasiswa dengan orientasi tujuan performa menggunakan strategi belajar yang dangkal, misalnya menghapal. 9) Perilaku

Mahasiswa dengan orientasi tujuan penguasaan lebih terbuka terhadap tugas-tugas baru, mereka menyukai tugas yang lebih menantang. Mereka

akan merasa bosan ketika mendapatkan tugas yang mudah. Berbeda dengan mahasiswa yang memiliki orientasi tujuan performa, mereka lebih menyukai tugas-tugas yang mudah.

b. Definisi Operasional Nilai Tugas

Nilai tugas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penilaian mahasiwa terhadap mata kuliah Psikodiagnostik yaitu seberapa menarik, berguna, dan pentingnya pencapaian prestasi di dalam mata kuliah tersebut.

Dimensi nilai tugas yang digunakan mengacu pada komponen nilai tugas yang dikemukakan oleh Eccles & Wigfield (1985, dalam Woolfolk, 1993), yaitu:

1) Nilai pencapaian yaitu seberapa penting atau berharga mata kuliah

Psikodiagnostik bagi mahasiswa.

2) Nilai ketertarikan/kesenangan yaitu seberapa menarik materi mata kuliah

Psikodiagnostik serta seberapa menyenangkan proses pembelajaran mata kuliah tersebut bagi mahasiswa.

3) Nilai kegunaan yaitu seberapa berguna mata kuliah Psikodiagnostik bagi

(28)

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada mahasiswa Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia yang sesuai dengan karakteristik dari kerangka sampel dan secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti. Kuesioner adalah

“sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden” (Arikunto, 2006: 151).

E. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner Orientasi Tujuan

a. Spesifikasi Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen Orientasi Tujuan yang dikembangkan oleh peneliti dengan menurunkan langsung kesembilan aspek orientasi tujuan dari Ames (1992b), Anderman & Maehr (1994), Maehr & Midgley (1991) yang sudah dirangkum oleh Pintrich & Schunck (2002). Instrumen ini menggunakan skala Likert dan menggali dua jenis orientasi tujuan, yaitu orientasi tujuan penguasaan dan orientasi tujuan performa. Setiap dimensi masing-masing menggali sembilan aspek dari orientasi tujuan. Total item pada dimensi orientasi tujuan penguasaan berjumlah 21 item dengan skor reliabilitas Cronbach’s Alpha sebesar 0.907 setelah menggugurkan empat item. Sedangkan, total item pada dimensi orientasi tujuan performa berjumlah 24 item dengan skor reliabilitas Cronbach’s Alpha sebesar 0.883 setelah menggugurkan satu item.

b. Pengisian Kuesioner

Responden mengisi kuesioner dengan cara memilih atau menentukan salah satu dari empat pilihan jawaban yang sesuai dengan yang dirasakan oleh

(29)

memberi tanda ceklis () pada kolom pilihan jawaban yang tersedia, sesuai

dengan jawaban yang menjadi pilihannya. Pilihan jawaban terdiri dari empat kategori yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), atau sangat tidak sesuai (STS).

c. Penyekoran

Penyekoran jawaban responden pada instrumen orientasi tujuan dilakukan

dengan tahapan sebagai berikut.

1) Setiap pernyataan dalam kuesioner disertai alternatif jawaban yang terdiri

dari empat kategori yang harus dipilih responden. Jawaban dari setiap penyataan tersebut dinilai dengan angka sebagai berikut.

Tabel 3.2

Penyekoran Kuesioner

Pilihan Jawaban Nilai Sangat Sesuai 4

Sesuai 3

Tidak Sesuai 2

Sangat Tidak Sesuai 1

2) Menjumlahkan seluruh skor pada masing-masing instrumen orientasi tujuan

penguasaan dan orientasi tujuan performa yang diperoleh responden sehingga

diperoleh skor total (X) pada masing-masing orientasi tujuan tersebut.

3) Menentukan mean dan standar deviasi yang kemudian dibuat kategorisasi

berdasarkan mean dan standar deviasi tersebut.

d. Kategorisasi Skala Instrumen Orientasi Tujuan

Azwar mengemukakan bahwa “tujuan kategorisasi adalah untuk

menempatkan individu ke dalam kelompok terpisah secara berjenjang menurut

suatu kontinum berdasar atribut yang diukur” (Azwar, 2012: 147). Untuk

(30)

maksimal yang mungkin diperoleh responden dikurangi dengan skor minimal yang mungkin diperoleh responden, kemudian rentang skor tersebut dibagi enam (Azwar, 2012). Berikut adalah rumus yang digunakan untuk membuat kategorisasi dalam penelitian ini.

Skor Maksimal Instrumen = Jumlah soal x skor skala terbesar Skor Minimal Instrumen = Jumlah soal x skor skala terkecil Mean teoretik ) = ½ (Skor maksimal + Skor Minimal) Standar Deviasi Populasi ( = ⁄ (Skor maksimal – Skor minimal)

Berdasarkan perhitungan di atas, setiap responden akan digolongkan ke dalam empat kategori sebagai berikut.

Tabel 3.3

Rumus Empat Kategori

Rentang Skor Kategori

X > +1 Tinggi

< X  +1 Cukup Tinggi

-1 < X  Cukup Rendah

X  -1 Rendah

Keterangan:

X = Skor total setiap responden

Berikut adalah perhitungan untuk menentukan kategorisasi instrumen orientasi tujuan.

1) Kategorisasi Orientasi Tujuan Penguasaan

Skor Maksimal = 21 x 4 = 84 Skor Minimal = 21 x 1 = 21

= ⁄ (Skor Maksimal + Skor Minimal) = ⁄ (84 + 21)

= 52,5

(31)

= ⁄ (84 – 21) = 10,5

Berdasarkan perhitungan di atas, maka kategori untuk orientasi tujuan penguasaan adalah sebagai berikut.

Tabel 3.4

Kategori Orientasi Tujuan Penguasaan

Rentang Skor Kategori

X > 63 Tinggi

52,5 < X  63 Cukup Tinggi

42 < X  52,5 Cukup Rendah

X  42 Rendah

2) Kategorisasi Orientasi Tujuan Performa

Skor Maksimal = 24 x 4 = 96 Skor Minimal = 24 x 1 = 24

= ⁄ (Skor Maksimal + Skor Minimal) = ⁄ (96 + 24)

= 60

= ⁄ (Skor Maksimal – Skor Minimal)

= ⁄ (96 – 24) = 12

Berdasarkan perhitungan di atas, maka kategori untuk orientasi tujuan performa adalah sebagai berikut.

Tabel 3.5

Kategori Orientasi Tujuan Performa

Rentang Skor Kategori

X > 72 Tinggi

60 < X  72 Cukup Tinggi

48 < X  60 Cukup Rendah

(32)

2. Kuesioner Nilai Tugas

a. Spesifikasi Instrumen

Instrumen yang digunakan untuk mengukur penilaian mahasiswa terhadap mata kuliah Psikodiagnostik adalah instrumen Nilai Tugas. Instrumen ini mengacu pada aspek-aspek nilai tugas dari Eccles & Wigfield (1985, dalam Woolfolk, 1993). Instrumen ini menggunakan skala Likert dan menggali tiga

aspek dari nilai tugas yaitu nilai pencapaian, nilai ketertarikan/kesenangan dan nilai kegunaan, dimana jumlah keseluruhan item yang digunakan adalah sebanyak 14 item dengan skor reliabilitas Cronbach’s Alpha sebesar 0,898 setelah menggugurkan satu item.

b. Pengisian Kuesioner

Responden mengisi kuesioner dengan cara memilih atau menentukan salah satu dari empat pilihan jawaban yang sesuai dengan yang dirasakan oleh responden pada setiap item pernyataan. Penentuan jawaban dilakukan dengan

memberi tanda ceklis () pada kolom pilihan jawaban yang tersedia, sesuai

dengan jawaban yang menjadi pilihannya. Pilihan jawaban terdiri dari empat kategori yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), atau sangat tidak sesuai (STS).

c. Penyekoran

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyekoran instrumen nilai tugas ini tidak jauh berbeda denan langkah-langkah penyekoran yang dilakukan pada instrumen orientasi tujuan, yaitu menyekor jawaban setiap responden sesuai dengan pilihan jawaban, kemudian menjumlah seluruh skor instrumen nilai tugas sehingga didapatkan skor total masing-masing responden (X), kemudian membuat

kategorisasi berdasarkan mean dan standar deviasi yang diperoleh berdasarkan hasil perhitungan yang akan dipaparkan pada sub bab kategorisasi skala instrumen

(33)

d. Kategorisasi Skala Instrumen Nilai Tugas

Untuk membuat kategorisasi instrumen nilai tugas (task value), rumus serta kategorisasi yang digunakan sama dengan yang dilakukan pada instrumen orientasi tujuan. Berikut adalah perhitungan kategorisasi instrumen nilai tugas yang digunakan dalam penelitian ini.

1) Kategorisasi Instrumen Nilai Tugas

Berikut adalah perhitungan untuk menentukan kategorisasi instrumen nilai

tugas.

Skor Maksimal = 14 x 4 = 56

Skor Minimal = 14 x 1 = 14

= ⁄ (Skor Maksimal + Skor Minimal)

= ⁄ (56 + 14) = 35

= ⁄ (Skor Maksimal – Skor Minimal)

= ⁄ (56-14) = 7

Berdasarkan perhitungan di atas, maka kategorisasi untuk instrumen nilai tugas adalah sebagai berikut.

Tabel 3.6

Kategori Nilai Tugas

Rentang Skor Kategori

X > 42 Tinggi

35 < X  42 Cukup Tinggi

28 < X  35 Cukup Rendah

X  28 Rendah

(34)

a) Kategorisasi Skala Nilai Tugas Dimensi Nilai Pencapaian

Skor Maksimal = 4 x 4 = 16

Skor Minimal = 4 x 1 = 4

= ⁄ (Skor Maksimal + Skor Minimal)

= ⁄ (16 + 4) = 10

= ⁄ (Skor Maksimal – Skor Minimal)

= ⁄ (16 – 4) = 2

Berdasarkan perhitungan di atas, maka kategori untuk nilai tugas dimensi nilai pencapaian adalah sebagai berikut.

Tabel 3.7

Kategori Nilai Tugas Dimensi Nilai Pencapaian

Rentang Skor Kategori

X > 12 Tinggi

10 < X  12 Cukup Tinggi

8 < X  10 Cukup Rendah

X  8 Rendah

b) Kategori Skala Nilai Tugas Dimensi Nilai Ketertarikan/Kesenangan

Skor Maksimal = 5 x 4 = 20

Skor Minimal = 5 x 1 = 5

= ⁄ (Skor Maksimal + Skor Minimal)

= ⁄ (20 + 5) = 12,5

= ⁄ (Skor Maksimal – Skor Minimal)

= ⁄ (20 – 5) = 2,5

(35)

Tabel 3.8

Kategori Nilai Tugas Dimensi Nilai Ketertarikan/Kesenangan

Rentang Skor Kategori

X > 15 Tinggi

12,5 < X  15 Cukup Tinggi

10 < X  12,5 Cukup Rendah

X  10 Rendah

c) Kategori Skala Nilai Tugas Dimensi Nilai Kegunaan

Karena jumlah item instrumen nilai tugas dimensi nilai ketertarikan/kesenangan dan dimensi nilai kegunaan adalah sama, yaitu lima item, maka kategori nilai tugas dimensi nilai kegunaan dibuat sama seperti kategori nilai tugas dimensi nilai ketertarikan/kesenangan yaitu sebagai berikut.

Tabel 3.9

Kategori Nilai Tugas Dimensi Nilai Kegunaan

Rentang Skor Kategori

X > 15 Tinggi

12,5 < X  15 Cukup Tinggi

10 < X  12,5 Cukup Rendah

X  10 Rendah

F. Proses Pengembangan Instrumen

Proses pengembangan instrumen dilakukan dengan cara melakukan uji coba.

(36)

1. Uji Validitas Instrumen

Validitas merupakan “sejauhmana ketepatan atau kecermatan suatu

instrumen pengukur dalam melakukan fungsi ukurnya” (Azwar, 2010: 173).

Suatu alat ukur dikatakan valid jika memberikan hasil ukur yang akurat. Sebaliknya, alat ukur yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan diadakannya pengukuran dikatakan sebagai alat ukur yang memiliki validitas rendah (Azwar, 2010). Untuk mengetahui validitas instrumen yang digunakan

dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengujian berdasarkan validitas isi.

Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau oleh professional judgment (Azwar, 2004).

Professional judgement dalam penelitian ini dilakukan oleh dua orang dosen jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

2. Analisis Item

Untuk mengetahui item yang layak, peneliti melakukan pengujian daya diskriminasi. Menurut Azwar (2012: 80) daya beda atau daya diskriminasi item adalah sejauh mana item mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur. Pengujian daya diskriminasi ini dilakukan dengan cara menghitung koefisien korelasi antara distribusi skor item dengan distribusi skor skala itu sendiri dimana komputasinya akan menghasilkan koefisien korelasi item total (Azwar, 2012: 80-81). Korelasi item-total ini memiliki bias karena sekor total skala itu di dalamnya termasuk sekor item yang dikorelasikan itu sehingga akan cenderung menghasilkan korelasi agak lebih tinggi karena item itu juga berkorelasi dengan dirinya sendiri. Untuk menghilangkan bias ini dibuatlah koreksi terhadap korelasi item-total atau

(37)

Teknik yang digunakan untuk menghitung corrected item-total correlation

tersebut adalah teknik korelasi Pearson Product Moment. Rumusnya adalah sebagai berikut:

(Azwar, 2012: 84)

Keterangan:

= Koefisien korelasi item total setelah dikoreksi

= Koefisien korelasi item total sebelum dikoreksi

= Deviasi standar skor item yang bersangkutan

= Deviasi standar skor skala

Azwar (2012) mengemukakan bahwa semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya bedanya dianggap memuaskan. Namun apabila item yang lolos masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, peneliti dapat mempertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria koefisien korelasi dari 0,30 menjadi 0,25 sehingga jumlah item yang diinginkan dapat tercapai. Peneliti menetapkan batas koefisien korelasi minimal 0,25 untuk memilih item yang layak digunakan dalam penelitian ini.

a. Analisis Item Instrumen Orientasi Tujuan Mata Kuliah Psikodiagnostik

Untuk mengetahui item-item yang layak untuk dipergunakan dalam penelitian ini, maka dilakukan perhitungan daya diskriminasi terhadap 50 item yang telah diuji-cobakan. Berdasarkan hasil tersebut, diperoleh 45 item yang memiliki indeks

daya diskriminasi yang dianggap memuaskan.

(38)

individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur, adapun kisi-kisi instrumen orientasi tujuan pada mata kuliah Psikodiagnostik dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.10

Kisi-kisi Instrumen Orientasi Tujuan

Setelah Uji Coba

Dimensi Aspek Item Sebelum Uji Coba

Item Setelah Uji

b. Analisis Item Instrumen Nilai Tugas Mata Kuliah Psikodiagnostik

Setelah dilakukan perhitungan daya diskriminasi terhadap 15 item yang

(39)

Item-item yang dianggap layak kemudian digunakan dalam instrumen penelitian yang sebenarnya, sedangkan item yang tidak terpilih tersebut dihapus dan tidak dipergunakan kembali dalam instrumen penelitian yang sebenarnya, adapun kisi-kisi instrumen nilai tugas pada mata kuliah Psikodiagnostik dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.11

Kisi-Kisi Instrumen Nilai Tugas Mata Kuliah Psikodiagnostik

Setelah Uji Coba

Dimensi

Item Sebelum Uji Coba Item Setelah Uji Coba

Item Jumlah Item Jumlah

(40)

[ ] [ ]

(Ihsan, 2009: 104) Keterangan:

= Koefisien Reliabilitas Instrumen

n = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal Vi = Jumlah varians butir

Vt = Varians skor total

Menurut Guilford, kriteria koefisien reliabilitas Alpha Cronbach dapat dikategorikan seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.12

Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach

Kriteria Koefisien

Sangat Reliabel >0.900 Reliabel 0.700 – 0.900

Cukup Reliabel 0.400 – 0.700

Kurang Reliabel 0.200 – 0.400

Tidak Reliabel <0.200

(Guilford, dalam Sugiyono, 2007: 183)

a. Instrumen Orientasi Tujuan pada Mata Kuliah Psikodiagnostik

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan Cronbach’s Alpha, diperoleh koefisien reliabilitas instrumen orientasi tujuan penguasaan sebesar 0,907. Koefisien reliabilitas ini menunjukkan bahwa instrumen orientasi tujuan penguasaan pada mata kuliah Psikodiagnostik tergolong sangat reliabel.

(41)

b. Instrumen Nilai Tugas Mata Kuliah Psikodiagnostik

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan Cronbach’s Alpha diperoleh koefisien reliabilitas instrumen nilai tugas sebesar 0,898. Koefisien reliabilitas ini menunjukkan bahwa instrumen nilai tugas pada mata kuliah Psikodiagnostik tergolong reliabel.

c. Uji Keterbacaan Instrumen

Selain uji validitas dan reliabilitas, dilakukan juga uji keterbacaan instrumen. Uji keterbacaan ini dilakukan sebelum uji validitas dan reliabilitas, dan

dimaksudkan untuk mengetahui efektifitas dari kalimat-kalimat yang dipakai. Hal ini penting dilakukan agar tidak terjadi kesalahan persepsi antara maksud yang ingin dinilai oleh peneliti dengan persepsi responden terhadap setiap item kuesioner. Pada penelitian ini, peneliti melakukan uji keterbacaan terhadap tiga orang teman peneliti yang juga merupakan mahasiswa jurusan Psikologi FIP UPI.

a. Instrumen Orientasi Tujuan Mata Kuliah Psikodiagnostik

Setelah dilakukan uji keterbacaan, enam item dalam instrumen orientasi tujuan diperbaiki susunan kalimatnya. Perubahan susunan kalimat pada setiap item dapat dilihat pada lampiran enam.

b. Instrumen Nilai Tugas Mata Kuliah Psikodiagnostik

Setelah melakukan uji keterbacaan, tidak ada item yang diperbaiki susunan kalimatnya karena sudah mampu terbaca, artinya ada kesamaan persepsi antara maksud yang ingin dinilai oleh peneliti dengan persepsi responden terhadap setiap item kuesioner tersebut.

G. Analisis Data

(42)

menguji hipotesis yang telah dirumuskan” (Sugiyono, 2013: 333). Berikut akan

dipaparkan teknik analisis data yang digunakan untuk menjawab rumusan-rumusan masalah di dalam penelitian ini.

1. Untuk Mengetahui Gambaran Umum Nilai Tugas dan Orientasi Tujuan

Mata Kuliah Psikodiagnostik

Untuk mengetahui gambaran umum orientasi tujuan dan nilai tugas pada mata

kuliah Psikodiagnostik (rumusan masalah nomor satu dan dua), peneliti membuat kategorisasi berdasarkan mean teoretik dan standar deviasi populasi sesuai dengan

cara perhitungan yang dijelaskan oleh Azwar (2012). Berdasarkan mean teoretik dan standar deviasi populasi pada masing-masing variabel, selanjutnya responden dikelompokkan ke dalam empat kelompok, yaitu kelompok tinggi, cukup tinggi, cukup rendah, dan rendah. Setelah dikelompokkan, selanjutnya dapat dilihat sebaran jumlah responden pada masing-masing kategori, dengan demikian dapat dilihat gambaran umum nilai tugas dan orientasi tujuan pada mata kuliah Psikodiagnostik. Penjelasan mengenai kategorisasi ini dapat dilihat secara lebih rinci pada sub bab kategorisasi skala instrumen nilai tugas dan kategorisasi skala instrumen orientasi tujuan.

2. Untuk Mengetahui Korelasi antara Nilai Tugas dengan Orientasi Tujuan

Mata Kuliah Psikodiagnostik

Untuk mengetahui korelasi antara masing-masing komponen nilai tugas dengan kedua jenis orientasi tujuan (rumusan masalah nomor tiga sampai delapan), maka dilakukan uji korelasi.

Sebelum melakukan uji korelasi, peneliti melakukan uji normalitas terlebih dahulu. Uji normalitas data digunakan untuk menentukan teknik statistik yang digunakan pada pengolahan data selanjutnya. Apabila penyebaran datanya normal, maka akan digunakan statsistik parametris. Akan tetapi jika penyebaran datanya tidak normal, maka akan digunakan tenik statistik nonparametris. Sesuai

(43)

Aturan dari pengambilan keputusan yaitu jika signifikansi yang diperoleh lebih besar dari 0,05, maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal, namun jika signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari 0,05, maka sampel bukan berasal dari populasi yang normal. Berikut dapat dilihat hasil uji normalitas dengan menggunakan one sample Kolmogorof-Smirnov.

Tabel 3.13

Hasil Uji Normalitas

Kolmogorov-Smirnova

Statistic Df Sig.

OTPenguasaan .081 168 .009

OTPerforma .086 168 .004

NilaiPencapaian .162 168 .000

NilaiMinat .095 168 .001

NilaiKegunaan .121 168 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan tabel 3.13, diperoleh angka signifikan di bawah 0,05 pada setiap dimensi instrumen penelitian, baik itu instrumen orientasi tujuan maupun instrumen nilai tugas. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kedua instrumen tidak berdistribusi normal. Setelah mengtahui distribusi data, selanjutnya peneliti menentukan teknik korelasi yang digunakan.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik korelasi Spearman’s Rho. Uji korelasi Spearman’s Rho digunakan untuk data yang berdistribusi tidak normal. Menurut Furqon (2011: 99), “besaran koefisien korelasi menunjukkan

(44)

Tabel 3.14

Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap

Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

(Sugiyono & Wibowo, 2001: 172)

Furqon menyebutkan bahwa “hubungan positif menunjukkan bahwa skor

yang tinggi pada suatu peubah berkaitan dengan skor tinggi pula pada peubah lain, dan skor rendah berkaitan dengan skor rendah pula. Hubungan yang negatif, di lain pihak, menunjukkan keterkaitan yang sebaliknya” (Furqon, 2011: 98).

(45)

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan memaparkan kesimpulan dari analisis yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, serta akan memaparkan saran berkaitan dengan hasil penelitian yang telah diperoleh.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan

sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagian besar mahasiswa jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia mempersepsikan mata kuliah Psikodiagnostik memiliki nilai tugas yang tinggi. Artinya, sebagian besar mahasiswa tersebut menilai mata kuliah Psikodiagnostik sebagai mata kuliah yang penting untuk dikuasai, menarik dan berguna.

2. Sebagian besar mahasiswa jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia memiliki orientasi tujuan penguasaan tinggi dan orientasi tujuan performa cukup rendah. Artinya, di dalam mata kuliah Psikodiagnostik, sebagian besar mahasiswa tersebut berfokus pada penguasaan materi atau keterampilan baru, menghargai proses pembelajaran, serta berpandangan bahwa hasil yang dicapai tergantung pada usaha yang dilakukan. Selain itu, mereka mencapai kesuksesan berkat usaha maksimal dan tidak mudah putus asa ketika menghadapi tugas yang sulit.

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara nilai pencapaian mata kuliah

Psikodiagnostik dengan orientasi tujuan penguasaan pada mahasiswa jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

4. Terdapat hubungan yang signifikan antara nilai ketertarikan/kesenangan mata

(46)

jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

5. Terdapat hubungan yang signifikan antara nilai kegunaan mata kuliah

Psikodiagnostik dengan orientasi tujuan penguasaan pada mahasiswa jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

6. Terdapat hubungan yang signifikan antara nilai pencapaian mata kuliah

Psikodiagnostik dengan orientasi tujuan performa pada mahasiswa jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

7. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara nilai ketertarikan/kesenangan

mata kuliah Psikodiagnostik dengan orientasi tujuan performa pada mahasiswa jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

8. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara nilai kegunaan mata kuliah

Psikodiagnostik dengan orientasi tujuan performa pada mahasiswa jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka diajukan beberapa saran, yaitu sebagai berikut:

1. Bagi Jurusan Psikologi

(47)

tujuan penguasaan, maka mereka akan berfokus pada penguasaan materi, menghargai proses pembelajaran, serta ulet dalam mengerjakan tugas.

2. Bagi Mahasiswa Jurusan Psikologi

Sebaiknya mahasiswa lebih berusaha mencari informasi mengenai manfaat, nilai intrinsik, serta alasan mengapa suatu mata kuliah yang akan diambil itu penting untuk dikuasai agar terdorong untuk menguasai materi yang

diberikan pada mata kuliah tersebut.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Ames, C.& Archer, J. (1988).“Achievement Goals in the Classroom: Students’ Learning Strategies and Motivation Processes”. Journal of Educational Psychology. 80, (3), 260-267.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI). Jakarta: PT Rineka Cipta.

Asif, M. M. (2011). Achievement Goals and Intrinsic Motivation: A Case of IIUM. International Journal of Humanities and Social Science,

1, (6), 196-206.

Azwar, S. (2004). Dasar-dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2010). Tes Prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bidang Akademik Jurusan Psikologi FIP UPI. (2008). Deskripsi Mata Kuliah dan Daftar Dosen. Bandung: Jurusan Psikologi FIP UPI.

Eccles, J. S., Wigfield, A. (1992). The Development of Achievement Task Values: A Theoritical Analysis. Developemental Review, 12, 265-310.

Eccles, J. S., Wigfield, A.(2000). “Expectancy-Value Theory of Achievement Motivation”. Contemporary Educational Psychology,

25, 68-81.

Furqon. (2011). Statistika Terapan Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

(49)

pada Siswa Sekolah Dasar. Skripsi: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Ihsan, H. (2009). Metode Skala Psikologi. Bandung: Tidak Diterbitkan

Kolokium Psikologi Indonesia. (2010). Kompetensi Pendidikan Bidang Psikologi. [Online] Tersedia: (http://ap2tpi.or.id/ index.php?option=comk2&view=item&task=download&id=6&Ite mid=116) [20 Januari 2014]

Liem, Lau, &Nie.(2008). “The Role of Self-Efficacy, Task Value, and Achievement Goals in Predicting Learning Strategies, Task Disengagement, Peer Relationship, and Achievement Outcome”.

Contemporary Educational Psychology. 33, 486–512.

Meece, J.L., Blumenfeld, P.C., & Hoyle, R.H. (1988).“Students’ Goal Orientations and Cognitive Engagement in Classroom Activities”.

Journal of Educational Psychology. 80, (4), 514-523.

Ormrood, J. E., (2003). Human Learning, Fourth Edition. New Jersey: Pearson Merril Prentice Hall.

Penyusun. ____. Silabus Psikodiagnostik IV – Tes Inteligensi. [Online]. Tersedia: (http://silabus.upi.edu/Direktori/FIP/Psikologi/SEMES TER%20GANJIL/Smt%205_PG434_PD%20IV%20-%20Inteligen si.pdf) [17 November 2012]

Penyusun. 2011. Silabus Psikodiagnostik PD IV – Tes Inteligensi. [Online]. Tersedia: (http://silabus.upi.edu/Direktori/FIP/Psiko logi/SEMESTER%20GANJIL/silabus%20pede4.doc) [20 Januari 2014]

Pintrich, P. R &Schunk, D. H. (2002). Motivation in Education (Theory, Research, and Applications) Second Edition. Ohio: Merril Prentice Hall

(50)

Santrock, J. W. (2009). Psikologi Pendidikan (Educational Psychology) buku dua, edisi ke-tiga. Jakarta: Salemba Humatika

Sugiyono & Wibowo, E. (2001). Statistika Penelitian dan Aplilkasinya dengan SPSS 10.00 for Windows. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono.(2013). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Susetyo, B. (2012). Statistika untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: PT Refika Aditama.

Umar, H. (2008) . Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Wade, C. & Travis, C. (2007). Psikologi, Jilid 2, edisi ke-9. Jakarta: Erlangga.

Gambar

Tabel 3.1 Jumlah Mahasiswa Psikologi Angkatan 2009-2011
Tabel 3.2 Penyekoran Kuesioner
Tabel 3.3 Rumus Empat Kategori
Tabel 3.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adakah hubungan antara mata kuliah micro teaching dan minat menjadi guru terhadap kesiapan mengajar dalam mata kuliah praktik program pengalaman lapangan pada

menunjukkan ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara regulasi diri dengan prokrastinasi menyelesaikan tugas pada asisten mata kuliah praktikum. Semakin

Abstraksi : Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara regulasi diri dengan prokrastinasi menyelesaikan tugas pada asisten mata kuliah

Tujuan penelitian yaitu memperoleh informasi dan gambaran mengenai : (1) Bagaimana penerapan peraturan tata guna lahan pada tugas Mata Kuliah Studio Perancangan

Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai tipe parent involvement mana yang paling berpengaruh terhadap academic achievement, bagaimana pengaruh

Mata kuliah ini membahas tentang bagaimana menganalisis pendidikan dan hal-hal yang terkait dengannya, dimulai dari pengenalan setting pendidikan, penyusunan

Oleh sebab itu perkembangan (development) dapat didefinisikan sebagai perubahan sepanjang hayat (changes over time) baik melalui proses pertumbuhan, kematangan,

NASKAH TUGAS TUTON MATA KULIAH STATISTIKA PENDIDIKAN UNIVERSITAS TERBUKA SEMESTER: 2023.2 Fakultas : FKIP Program Studi : S1 Pendidikan Matematika Kode/Nama MK : PEMA 4210/Statistika