• Tidak ada hasil yang ditemukan

KECENDERUNGAN PERILAKU BERBUDI PEKERTI LUHUR ATLET PENCAK SILAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KECENDERUNGAN PERILAKU BERBUDI PEKERTI LUHUR ATLET PENCAK SILAT."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

KECENDERUNGAN PERILAKU BERBUDI PEKERTI LUHUR ATLET

PENCAK SILAT

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Olahraga

OLEH

Dedi Dasmon

1202641

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA

SPs UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

KECENDERUNGAN PERILAKU BERBUDI PEKERTI LUHUR ATLET

PENCAK SILAT

Oleh Dedi Dasmon

SPs Universitas Pendidikan Bandung, 2014

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pascasarjana Programm Studi Pendidikan Olahraga

© Dedi Dasmon 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

DEDI DASMON

KECENDERUNGAN PERILAKU BERBUDI PEKERTI LUHUR ATLET PENCAK SILAT

disetujui dan disahkan oleh pembimbing : Pembimbing I

Dr. Mulyana, M.Pd NIP. 19710804 199802 1 001

Pembimbing II

Prof. Danu Hoedaya, Ph.D NIP.19450731 197303 1 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Olahraga Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

Dedi Dasmon, 2014

Kecenderungan Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Atlet Pencak Silat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN PENGESAHAN

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Rumusan Masalah ... 10

D. Tujuan Penelitian... 11

E. Manfaat Penelitian ... 11

F. Struktur Organisasi ... 12

(5)

Dedi Dasmon, 2014

Kecenderungan Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Atlet Pencak Silat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Pembelajaran Berbudi Pekerti Luhur Melalui Pencak Silat 22

3. Pencak Silat Sebagai Pendidikan Nilai ... 24

4. Kategori Pertandingan Pencak Silat ... 43

5. Implementasi Ajaran Falsafah Budi Pekerti Luhur Dalam Pertandingan Pencak Silat ... 50

B. Penelitian Yang Relevan ... 63

C. Kerangka Berfikir/ Asumsi ... 65

D. Hipotesis Penelitian ... 68

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 69

B. Desain Penelitian ... 71

C. Metode Penelitian ... 72

D. Definisi Operasional ... 72

E. Instrumen Penelitian ... 74

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 75

G. Teknik Pengumpulan Data ... 80

H. Teknik Analisis Data ... 80

(6)

Dedi Dasmon, 2014

Kecenderungan Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Atlet Pencak Silat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Pembahasan dan Analisis Temuan ... 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 97

(7)

Dedi Dasmon, 2014

Kecenderungan Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Atlet Pencak Silat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Halaman

Tabel 2.1 : Pembagian kelas pertandingan putra ... 46

Tabel 2.2 : Pembagian kelas pertandingan putri ... 47

Tabel 2.3 : Perbedaan karakteristik antara putra dan putri ... 49

Tabel 3.1 : Rincian jumlah sampel penelitian ... 70

Tabel 3.2 : Kisi-kisi perilaku berbudi pekerti luhur ... 74

Tabel 3.3 : Butir-butir pernyataan ujicoba instrumen ... 78

Tabel 4.1 : Deskripsi perilaku berbudi pekerti luhur atlet pencak silat ... 86

Tabel 4.2 : Uji normalitas pesilat kategori Tanding... ... 87

Tabel 4.3 : Uji normalitas pesilat kategori TGR... 88

Tabel 4.4 : Uji perbedaan rata-rata ... 88

Tabel 4.5 : Uji normalitas pesilat putra ... 89

Tabel 4.6 : Uji normalitas pesilat putri... 89

Tabel 4.7 : Uji perbedaan rata-rata ... 89

(8)

Dedi Dasmon, 2014

Kecenderungan Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Atlet Pencak Silat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

(9)

Dedi Dasmon, 2014

Kecenderungan Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Atlet Pencak Silat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Halaman

Lampiran 1 : Angket Ujicoba Instrumen ... 106

Lampiran 2 : Data Hasil ujicoba Angket ... 111

Lampiran 3 : Angket Penelitian ... 119

Lampiran 4 : Data Penelitian... ... 123

Lampiran 5 : Hasil Penelitian... ... 138

(10)

Dedi Dasmon, 2014

Kecenderungan Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Atlet Pencak Silat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KECENDERUNGAN PERILAKU BERBUDI PEKERTI LUHUR

ATLET PENCAK SILAT

Dedi Dasmon

(dedidasmon@rocketmail.com)

Abstrak: Tujuan penelitian ini Melihat secara objektif perbedaan perilaku berbudi pekerti luhur atlet pencak silat berdasarkan kategori yang dipertandingkan yaitu atlet pencak silat kategori tanding dengan atlet pencak silat kategori Tunggal, Ganda, Regu. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Desain penelitian kausal secara deskriftif membandingkan kecenderungan perilaku berbudi pekerti luhur atlet pencak silat. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh atlet pencak silat Kejurnas Pencak silat tahun 2014 di Jakarta. Penentuan sampel dengan Purposive Sampling yaitu sampel diambil dari total populasi berdasarkan 4 kelompok responden yaitu: tanding putra, tanding putri, TGR putra dan TGR putri. Total sampel sebanyak 109 atlet. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan rumus mann whitney u-test. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan kecenderungan perilaku berbudi pekerti luhur yang signifikan antara: pesilat tanding putra dengan TGR putra dan tanding putri dengan TGR putri.

(11)

Dedi Dasmon, 2014

Kecenderungan Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Atlet Pencak Silat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

THE TEDENCY OF BEHAVIOR NOBLE CHARACTER OF

PENCAK SILAT ATHLETE

Dedi Dasmon

(dedidasmon@rocketmail.com)

Abstract: This research aims to know the differences of ethical behavior of sublime

athlete pencak silat category Tanding with Tunggal categories, Ganda, and Regu. Data is collected by using questionnaire method. Design research causal in deskriftif comparing tedency behavior virtuous manner of sublime athletes pencak silat. Data conducted using a questionnaire Sample in this study are all pencak silat athletes who participate on 2014 Pencak Silat Championship at Jakarta. Sample is collected by using Purposive Sampling which is sample is collected from total sample based on 4 respondent groups, namely: mens bout, womens bout, mens TGR and womens TGR. Sample total are 109 athletes. Data which is collected then is analyzed by using mann whitney u-test formula. The result showed there was no distinction behavior virtuous manners of a significant between sublime, namely: mens athlete with mens TGR and womens athlete with womens TGR.

(12)

Dedi Dasmon, 2014

Kecenderungan Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Atlet Pencak Silat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Penelitian

1. Pendidikan Nilai

Pendidikan nilai berperanan penting dalam upaya mewujudkan manusia Indonesia yang utuh. Pembinaan nilai sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan dapat menjadi sarana ampuh dalam menangkal pengaruh-pengaruh

negatif, baik pengaruh internal maupun eksternal. Pengaruh internal dari dalam diri manusia itu sendiri dan pengaruh eksternal dari lingkungan sekitarnya.

Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS), dan arus informasi sekarang ini,dapat mempengaruhi kehidupan manusia baik pengaruh positif maupun negatif. Pendidikanlah yang dapat menangkal pengaruh-pengaruh

tersebut. Namun, sekarang ini tampak ada gejala di kalangan anak muda, bahkan orang tua yang menunjukkan bahwa mereka mengabaikan nilai dan moral dalam

tata krama pergaulan yang sangat diperlukan dalam suatu masyarakat yang beradab (civil society).

Namun sayangnya di Era reformasi sekarang ini seolah-olah mereka bebas berbuat apa saja sesuai dengan kehendaknya. Pelanggaran etika seperti, perkelahian massal, penjarahan, pemerkosaan, pembajakan kendaraan umum,

penghujatan, perusakan tempat ibadah, lembaga pendidikan, kantor-kantor pemerintahan dan sebagainya, masih terjadi.

(13)

oleh keserakahan, ketamakan, kekuasaan, kekayaan dan kehormatan. Dengan pergeseran fungsi dan kedudukan nilai itu, kehidupan bermasyarakat dan

berbangsa dirasakan semakin hambar dan keras, rawan terhadap kekerasan, kecemasan, bentrok fisik (kerusuhan) dan merasa tidak aman. Dekadensi moral

juga tercermin dalam sikap dan perilaku masyarakat yang tidak dapat menghargai orang lain, hidup dan perikehidupan bangsa dengan manusia sebagai indikator harkat dan martabatnya.

Pencak silat sebagai beladiri tradisional masyarakat Indonesia di yakini mengajarkan nilai-nilai moral. Namun pembelajaran Pencak Silat yang hanya

fokus pada aspek olahraga tanpa dilandasi oleh pemahaman berfalsafah yang kuat akan menumbuhkan citra negatif pada pencak silat itu sendiri. Kekhawatiran bahwa olahraga pencak silat akan tergerus ketika pencak silat diidentikkan hanya

sebagai olahraga, sehingga pencak silat merupakan seni agresif, tanpa estetika dan falsafah yang diolah.

Sebagai bukti bahwa Pencak silat mengalami pedangkalan nilai terlihat pada peristiwa di media sosial beberapa waktu yang lalu. Pelanggaran dan

ketidakadilan dalam kompetisi Pencak Silat mengurangi "karakter keluhuran" pencak silat dalam prakteknya. Mungkin kasus yang paling kontroversial baru-baru ini adalah final Sea Games 26 (2011) di Kelas Pertandingan kategori A Pria

(berat 45-50 kg) antara Choopeng Anothai dari Thailand dan Dian Kristanto dari Indonesia, Dian yang cedera lutut kanan terlihat menghindari pertarungan, dan

(14)

3

tertangkap kamera melakukan tindakan seperti menggigit lawan saat terdesak. Di ambil dari vivanews.com (2011).

Kasus ini seolah menjadi bukti bahwa atlet Pencak Silat sering mengabaikan dimensi mental, spiritual, serta tidak lagi mematuhi nilai-nilai

budaya dan budi pekerti luhur yang menjadi falsafah pencak silat dari dulunya. Untuk itu perlu dihidupkan kembali program khusus dalam pencak silat tentang pendidikaan karakter untuk tercapainya falsafah budi pekerti luhur yang menjadi

falsafah dalam pencak silat itu sendiri.

2. Falsafah Budi Pekerti Luhur dan Falsafah Pencak Silat

Pencak silat merupakan cabang beladiri tradisional yang ada di Indonesia, lahir dan berkembang sebagai budaya lokal. Dalam pengertian yang lebih umum Pencak silat adalah merupakan suatu pendidikan jasmani, rohani, kesenian, dan

warisan budaya bangsa, serta mempunyai nilai untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mempertinggi kecerdasan, keterampilan,

memperkokoh kepribadian dan mempertebal rasa percaya diri.

Pencak silat sebagai seni beladiri dan bagian dari budaya Indonesia yang

bernilai luhur, terkandung dalam jati dirinya yang meliputi 3 hal pokok sebagai satu kesatuan, yaitu: a) Budaya Indonesia sebagai asal dan coraknya, 2) Falsafah budi pekerti luhur sebagai jiwa dan sumber motivasi penggunaannya 3)

Pembinaan mental spiritual / budi pekerti, bela diri, seni dan olah raga sebagai aspek integral dari substansinya. Pencak silat sebagai bagian dari kebudayaan

(15)

bertujuan untuk menjamin keamanan dan kesejahteraan bersama, Pencak silat diajarkan kepada masyarakat, dalam aneka ragam situasi geografis dan etnologis

serta perkembangan zaman yang dialami oleh bangsa Indonesia, sehingga pencak silat dibentuk oleh situasi dan kondisi tersebut.

Kini Pencak Silat dikenal sebagai olahraga dengan berbagai aspek-aspeknya. Pencak silat sejalan dengan Pasal 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2005 tentang sistem Keolahragaan Nasional disebutkan:

“Keolahragaan nasional bertujuan memelihara dan meningkatkan

kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menambah nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat, martabat, dan kehormatan bangsa.”

Menyimak tujuan keolahragaan dalam undang-undang tersebut, maka pencak silat adalah media yang tepat untuk mewujudkan tujuan keolahragaan

tersebut, dalam pencak silat diajarkan bagaimana cara untuk menjaga kestabilan antara raga dan batin. Di Indonesia, pencak silat merupakan hasil krida budi

leluhur bangsa Indonesia dan telah dikembangkan secara turun temurun. Krida budi adalah suatu karya pengolahan akal, kehendak dan rasa secara terpadu. Karya

ini dilakukan bagi kepentingan hidup bermasyarakat yang baik dan bermanfaat serta untuk meningkatkan pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karya ini juga dilandasi kesadaran bahwa menurut kodratnya manusia adalah

mahluk pribadi dan mahluk sosial ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Suatu hasil krida budi yang dimaksudkan untuk kebaikan dan kemanfaatan hidup serta

(16)

5

pendidikan untuk mewujudkan kehidupan pribadi dan sosial yang baik dan bermanfaat serta untuk meningkatkan kehidupan bersama.

Olahraga pencak silat Pencak Silat sebagai sistem beladiri, yang berasal dari budaya masyarakat-masyarakat lokal dan etnis Nusantara, juga mempunyai

basis falsafah atau ajaran moral yang dijunjung tinggi dan dipatuhi oleh masyarakat-masyarakat yang bersangkutan. Falsafah atau ajaran moral ini sebagai dimensi kejiwaan yang merupakan satu kesatuan dan satu paket dengan dimensi

jasmaniah. Pengajaran dan pelatihan teknik-teknik pencak silat dan kiat-kiatnya harus dilakukan bersama-sama dan sejajar dengan pendidikan falsafah atau ajaran

moral yang merupakan jiwa, pengendali dan sumber motivasi penggunaan pencak silat itu sendiri. Tanpa adanya pengendali, Pencak Silat dapat digunakan secara tidak bertanggung jawab, sehingga akan membahayakan manusia dan masyarakat

itu sendiri.

Pencak silat pada dasarnya merupakan perpaduan kerohanian, akal,

kehendak, kesadaran pada kodratnya sebagai mahluk pribadi dan sosial ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, meliputi empat aspek yaitu: akhlak/rohani, bela diri, seni

dan olahraga, sesuai dengan aspek-aspek tersebut, fungsi Pencak silat adalah seni membela diri, pendidikan, akhlak/rohani dan olahraga.

Pada tahun 1900-an, pencak silat dipertandingkan secara tradisional

sebagai bagian dari acara seremonial dan sebagai hiburan di pasar malam atau pesta rakyat. Pertandingan seperti itu dianggap sebagai bentuk pamer yang

(17)

mencoba untuk mengelola bentuk pertandingan yang lebih modern dengan menggunakan peraturan kompetisi sebagai upaya melestarikan pencak silat.

Maryono, (1998, hlm. 127).

Falsafah Pencak Silat dinamakan falsafah budi pekerti luhur. Hal ini

disebabkan karena falsafah ini mengandung ajaran budi pekerti luhur. Falsafah budi pekerti luhur berpandangan bahwa masyarakat "tata-tentrem karta-raharja" (masyarakat yang aman-menentramkan dan sejahtera-membahagiakan) dapat

terwujud secara maksimal apabila semua warganya berbudi pekerti luhur. Karena itu, kebijaksanaan hidup yang harus menjadi pegangan manusia adalah

membentuk budi pekerti luhur dalam dirinya.

Budi adalah dimensi kejiwaan dinamis manusia yang berunsur cipta, rasa dan karsa. Ketiganya merupakan bentuk dinamis dari akal, rasa dan kehendak.

Pekerti adalah budi yang terlihat dalam bentuk watak. Semuanya itu harus bersifat luhur, yakni ideal atau terpuji. Yang ingin dicapai dalam pembentukan budi

pekerti luhur ini adalah kemampuan mengendalikan diri, terutama di dalam menggunakan "jurus".

Menurut Notosoejitno (1997, hlm. 62) "Jurus" hanya dapat digunakan untuk menegakkan kebenaran, kejujuran dan keadilan dalam rangka menjunjung tinggi nilai-nilai dan kaidah-kaidah agama dan moral masyarakat maupun dalam

rangka mewujudkan masyarakat "tata-tentrem karta-raharja."

Dalam kaitan itu falsafah budi pekerti luhur dapat disebut juga

(18)

7

tinggi, manusia akan dapat nemenuhi kewajiban luhurnya sebagai mahluk Tuhan, mahluk pribadi, mahluk sosial dan mahluk alam semesta, yakni taqwa kepada

Tuhannya, meningkatkan kualitas dirinya, menempatkan kepentingan masyarakat di atas kepentingan sendiri dan mencintai alam lingkungan hidupnya. Manusia

yang demikian dapat disebut sebagai manusia yang taqwa, tanggap, tangguh, tanggon dan trengginas. Manusia yang dapat memenuhi kewajiban luhurnya adalah manusia yang bermartabat tinggi.

3. Nilai-Nilai Esensial Olahraga Dalam Pembentukan Karakter

Bangsa Indonesia menghadapi tantangan cukup berat, terutama dalam

menghadapi era persaingan di segala bidang yang ketat. Untuk menghadapi tantangan tersebut, bangsa Indonesia perlu mempersiapkan masyarakat yang sehat, bugar, berprestasi, produktif, beretos kerja tinggi, dan menjunjung tinggi

nilai-nilai kemuliaan. Hal itu dapat diperoleh dengan melakukan kegiatan olahraga. Olahraga merupakan wahana yang efektif dan strategis dalam

menciptakan masyarakat yang sportif dan madani.

Partisipasi yang tinggi dalam olahraga disebabkan karena olahraga dapat

memberikan peningkatan kesempatan yang ideal untuk menyalurkan tenaga yang baik dalam lingkungan persaudaraan dan persahabatan. Persatuan yang sehat dan suasana yang akrab dan gembira, menuju kehidupan serasi, selaras, dan seimbang

untuk mencapai kebahagiaan hidup yang sejati (Engkos Kosasih, 1983, hlm. 1). Diantara cabang olahraga yang ada dan cukup banyak dilakukan oleh

(19)

integritas terhadap lingkungan hidup dan alam sekitarnya, untuk mencapai keselarasan hidup, guna meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan

Yang Maha Esa. Hal tersebut mengandung makna, bahwa pencak silat mengajarkan pengenalan diri sebagai insan atau mahluk hidup, yang percaya atas

adanya kekuasaan yang lebih tinggi, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Pencak silat di dalam intensitasnya terdiri dari olahraga rekreasi, olahraga prestasi dan olahraga masal.

Pencak Silat sebagai seni, harus menuruti ketentuan-ketentuan, keselarasan, keseimbangan dan keserasian, antara wirama, wirasa dan wiraga.

Sementara sebagai olahraga masal yang bersifat penyegaran jasmani, telah menghasilkan program Senam Pagi Indonesia, yang hingga saat ini masih sering dilakukan oleh masyarakat, khususnya di setiap jenjang lingkungan pendidikan.

Endang Sumardi, (2008).

Filosofi ”ilmu padi” dalam dunia pencak silat perlu sekali, yaitu semakin

tinggi ilmu yang dimiliki oleh pesilat maka akan semakin merunduk. Hal ini bisa di lihat dengan: selalu mengembangkan rasa mulad sariro hangroso wani, ing

ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso dan tut wuri handayani, yang berarti bahwa pesilat selalu berani berintropeksi atas dirinya, dan selalu memberi suri tauladan saat memimpin, selalu memberi semangat saat berada ditengah dan

memberikan dorongan.

Olahraga pencak silat selalu syarat dengan makna filosofis. Dalam filsafat

(20)

9

kehidupan masyarakat ilmiah Wibisono, K. (2001, hlm. 3). Lebih jauh Eldon S (1983, hlm. 45) menyatakan bahwa adanya nilai-nilai positif dalam olahraga,

karena dalam olahraga merupakan mikro kosmos yang menentukan pokok-pokok dan mencerminkan nilai-nilai sosial. Nilai-nilai yang terungkap dalam olahraga,

selanjutnya akan menggambarkan fungsi olahraga dalam masyarakat. Nilai-nilai sosial itu pada akhirnya akan kembali dan yang menikmati adalah masyarakat pelakunya sendiri.

Dalam perspektif pendidikan, saat ini Kemendikbud sedang menggiatkan pentingnya pendidikan karakter. Olahraga pencak silat sesuai dengan dasar

filosofinya berdayaguna dan multiguna untuk menumbuh kembangkan karaker yang mulia. Untuk itulah penelitian ini akan mengungkap perilaku berbudi pekerti luhur pesilat peserta kejuaraan nasional pencak silat katagori dewasa tahun 2014.

B. Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah

Saat ini, banyak perguruan pencak silat yang lebih memfokuskan untuk

melatih jurus-jurus untuk digunakan dalam kompetisi. Kekhawatiran muncul ketika olahraga pencak silat identik sebagai olahraga semata, sehingga pencak

silat merupakan seni agresif, tanpa estetika dan falsafah. Pelanggaran dan ketidakadilan dalam kompetisi Pencak Silat mengurangi "karakter keluhuran" pencak silat dalam prakteknya.

Olahraga pencak silat sebagai bagian dari program pendidikan jasmani dan olahraga adalah salah satu wahana yang bisa menumbuh kembangkan nilai-nilai

(21)

sebagai coraknya, falsafah budi pekerti sebagai sumber motivasinya, pembinaan mental spiritual, beladiri, seni, dan olahraga sebagai aspek integral Mulyana.

(2013, hlm. 95).

Sesungguhnya pencak silat bukan semata aktivitas fisik untuk mengolah

kekuatan dan keterampilan tubuh. Namun, pencak silat sebagai produk budaya bangsa, sejak lama telah diyakini mengandung unsur-unsur pendidikan termasuk pendidikan karakter peserta didik. Lewat pencak silat, diharapkan dapat

mempertegas citra bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berbudaya dan bermartabat.

Namun kenyataanya para pesilat sering mengabaikan dimensi mental, spiritual, serta tidak lagi mematuhi nilai-nilai budaya dan budi pekerti luhur. Kemenangan dalam kompetisi seolah-olah menjadi tujuan utamanya, sehingga

sering melanggar peraturan pertandingan. Kecenderungan perilaku yang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantara adalah faktor kategori pertandingan,

faktor dari jenis kelamin atlet pencak silat dan faktor-faktor lainnya. .

Berdasarkan uraian diatas penelitian ini melihat gambaran kecenderungan

perilaku berbudi pekerti luhur atlet pencak silat kejurnas pencak silat dewasa tahun 2014. Untuk itu peneliti tertarik untuk melihat Kecenderungan perilaku berbudi pekerti luhur Atlet Pencak Silat Peserta Kejuaran Nasional Kategori

Dewasa Tahun 2014.

C. Rumusan Masalah

(22)

11

pekerti luhur atlet pencak silat antara pesilat kategori tanding dengan pesilat kategori Tunggal, Ganda, dan Regu pada peserta kejurnas pencak silat dewasa

tahun 2014?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah secara umum adalah : Melihat secara objektif perbedaan perilaku berbudi pekerti luhur atlet pencak silat berdasarkan kategori

yang dipertandingkan yaitu atlet pencak silat kategori tanding dengan atlet pencak silat kategori TGR (Tunggal, Ganda, Beregu).

E. Manfaat Penelitian

Dari perspektif teori, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam pengembangan Sport Pedagogy yang berkenaan dengan pengetahuan nilai-nilai

berbudi pekerti luhur dalam penerapan pada cabang olahraga pencak silat, manfaat praktis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat mengatasi kecurangan

dan ketidak adilan dalam penerapan peraturan pertandingan dan menjaga hal-hal yang berkaitan dengan nilai-nilai etika baik selama di dalam pertandingan dan di

luar pertandingan. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi wasit dan juri, pelatih dan sasaran yang paling utama adalah pelatih dan atlet itu tersebut. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai dasar pijakan bagi

penelitian berikutnya yang berkenaan dengan kontribusi pencak silat terhadap aspek-aspek nilai berbudi pekerti luhur. Dengan demikian program latihan dan

(23)

F. Struktur Organisasi

Struktur organisasi penulisan dalam tesis ini berdasarkan panduan penulisan karya ilmiah UPI tahun 2013. Bab I berupa pendahuluan yang berisi

latar belakang masalah, identifikasi dan perumusalan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi.Bab II berisikan kajian pustaka,

(24)

Dedi Dasmon, 2014

Kecenderungan Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Atlet Pencak Silat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Jakarta, bersamaan dengan Kejuaraan Nasional Pencak silat kategori dewasa tanggal 10 s/d 19 Mei 2014 di Padepokan Pencak

Silat Nasional Indonesia (PPNSI).

2. Subjek Penelitian

2.1. Populasi

Populasi dalam penelian adalah keseluruhan objek penelitian sebagai target dari hasil akhir suatu penelitian, Sukardi, (2003, hlm 53). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh atlet pencak silat yang terdaftar pada Kejurnas

Pencak silat tahun 2014 di Padepokan Pencak Silat Nasional Indonesia (PPNSI) berjumlah 473 orang atlet pencak silat kategori dewasa dari 34 provinsi di

Indonesia. Dari jumlah atlet tersebut terdapat pengelompokan jumlah atlet dan dapat diperoleh sebanyak: 214 orang pesilat tanding putra, 112 pesilat tanding putri, 73 orang pesilat TGR putra dan 74 orang pesilat TGR putri. Kemudian

untuk pembagian kelompok variabelnya adalah atlet pencak silat tanding putra, tanding putri, TGR putra dan TGR Putri.

(25)

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi, Soekidjo Notoatmodjo, (2010, hlm, 115). Dasar pengambilan sampel dalam

penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik purposive sampling menurut Conseulo, (1993). Purposive sampling. Langkah penentuan sampel dengan purposive sampling dengan cara dari keseluruhan populasi disini adalah seluruh atlet peserta

kejurnas tahun 2014 di jakarta di ambil 4 orang tiap-tiap kontingen daerah peserta kejurnas. Pengambilan sampel sesuai dengan kriteria/ pembagian kategori dalam pencak silat dan jenis kelamin. Untuk menentukannya diambil berdasarkan pengelompokan sampel antara lain: (a) 32 orang pesilat putra kategori Tanding, (b) 31 orang pesilat putri kategori tanding, (c) 24 orang pesilat putra Kategori TGR, dan (d) 22 orang pesilat putri kategori TGR peserta kejurnas Pencak silat dewasa tahun 2014 dengan total sampel/ responden 109 atlet. Sampel penelitian ini satu orang tiap kontingen per kategori, jadi 1 kontingen terpilih 4 orang dan berdasarkan kelompok responden.

Tabel 3.1

Rincian Jumlah populasi dan sampel atlet pesilat Peserta kejurnas tahun 2014

(26)

71

B. Desain Penelitian

Desain pada penelitian adalah studi hubungan kausal secara deskriftif dapat

mengaplikasikan metode perbandingan kausal. Menurut Fraenkel (2012, hlm.100)

Use their judgment to select a sample that they believe,based on prior information,will

provide the data they need”. Dengan menggunakan pertimbangan untuk memilih sampel yang mereka percaya berdasarkan informasi sebelumnya. akan menyediakan data yang dibutuhkan. Untuk penelitian ini objek yang akan diteliti

dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini:.

(27)

Desain Penelitian Causal-Comparative (Sumber : Fraenkel, dkk. 2012, hlm. 370)

Pada gambar di atas dapat diceritakan perbandingan yang akan diteliti dengan membandingkan kecenderungan perilaku berbudi pekerti luhur atlet pencak silat terhadap pesilat kategori tanding putra dengan TGR putra dan pesilat tanding putri

dengan TGR putri.

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Nawawi (2003, hlm. 64) metode deskriptif yaitu metode-metode penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau

fenomena yang bersifat aktual pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya

diiringi dengan interprestasi yang rasional dan akurat.

Dengan demikian penelitian ini akan menggambarkan fakta-fakta dan membandingkan. Pada penelitian ini yang akan membandingkan kecendrungan

perilaku berbudi pekerti luhur atlet pencak tergadap kategori pertandingan antara pesilat tanding putra dengan pesilat TGR putra dan antara pesilat tanding putri

dengan pesilat TGR putri. D. Definisi Operasional

Pesilat dibagi sesuai dengan jenis kelamin (Putra dan Putri) dan Kategori yang ada pada pertandingan Pencak Silat terdiri dari :

1. Kategori Tandingyang menampilkan 2 (dua) orang Pesilat dari sudut yang

(28)

73

serangan yaitu menangkis/ mengelak/ mengena/ menyerang pada sasaran dan menjatuhkan lawan, menggunakan teknik dan taktik bertanding, ketahanan

stamina dan semangat juang, menggunakan kaidah dengan memanfaatkan kekayaan teknik dan jurus.

2. Kategori Tunggal yang menampilkan seorang pesilat memperagakan

kemahirannya dalam Jurus Tunggal Baku secara benar, tepat dan mantap, penuh penjiwaan, dengan tangan kosong dan bersenjata serta tunduk kepada

ketentuan dan peraturan yang berlaku untuk kategori tunggal.

3. Kategori Ganda yang menampilkan 2 (dua) orang Pesilat dari tim yang sama, memperagakan kemahiran dan kekayaan teknik jurus serang bela yang

dimiliki. Gerakan serang bela ditampilkan secara terencana, efektif, estetis, mantap dan logis dalam sejumlah rangkaian seri yang teratur, dimulai dari

tangan kosong dan dilanjutkan dengan bersenjata serta tunduk kepada ketentuan dan peraturan yang berlaku untuk kategori ganda.

4. Kategori Reguyang menampilkan 3 (tiga) orang Pesilat dari tim yang sama

memperagakan kemahirannya dalam Jurus Regu Baku secara benar, tepat, mantap, penuh penjiwaan dan kompak dengan tangan kosong serta tunduk

kepada ketentuan dan peraturan yang berlaku untuk kategori regu.

5. Menurut Groot dan Notosoejitno (2006, hlm. 19) Perilaku Berbudi Pekerti

Luhur adalah kehendak, perasaan, penalaran dan akhlak yang mulia berdasarkan pada keimanan dan ketaqwaan yang teguh kepada tuhan : 1) Taqwa; adalah beriman dan teguh dalam mengamalkan ajaran-ajaran kepada

(29)

kreatif, cerdas, peka dan cermat dalam mengatasi persoalan dan dapat memanfaatkan peluang dan bertanggung jawab. Groot dan Notosoejitno

(2006, hlm. 46). 3) Tangguh; adalah keuletan, pantang meyerah dan sanggup mengembangkan kemampuannya dalam menjawab tantangan dalam menanggulangi kesulitan demi menegakkan kebenaran, kejujuran dan

keadilan.Groot dan Notosoejitno (2006, hlm. 47). 4) Tanggon; adalah tahan uji dalam menghadapi godaan dan cobaan, berdisiplin dan tanggung jawab

serta mentaati norma-norma hukum, sosial, dan agama. Groot dan Notosoejitno (2006, hlm. 47). 5) Trengginas; adalah kelincahan, kegesitan, dan ketrampilan yang dinamis. enerjik, korektif, efisien, dan efektif untuk

mengejar kemajuan. Groot dan Notosoejitno (2006, hlm. 47)

E. Instrumen Penelitian

Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Atlet Pencak silat adalah hasil yang diperoleh dari jawaban responden terhadap pemahamanatlet pencak silat tentang konsep Perilaku Berbudi Pekerti Luhur yang tertuang dalam 1)Taqwa, 2) Tanggap, 3)

Tangguh, 4) Tanggon, 5) Trengginas.

Table 3.2

Kisi-kisi Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Dalam Pencak Silat

Konsep Dimensi Indikator Sub. Indikator

Budi Pekerti Luhur

Memohon kekuatan lahir dan batin

(30)

75

kepada tuhan. mengatasi persoalan dan dapat memanfaatkan

tantangannya. Membina hubungandengan orang lain

Perilaku Berbudi Pekerti Luhur dalam pertandingan Pencak silat terdiri dari 52 butir dan setiap butir mempunyai 4 alternatif jawaban yaitu: (Selalu) diberi skor 4,

(Sering) diberi skor 3, (Kadang-kadang) diberi skor 2, dan (Tidak pernah) diberi skor 1. Selanjutnya untuk pernyataan yang negatif kebalikan dari skor pernyataan

positif.

(31)

1. Langkah-Langkah Penentuan Instrumen

Langkah-langkah yang dilakukan sehingga mendapat item-item pernyataan

yang digunakan untuk diujicobakan agar menemukan pernyataan-pernyataan yang layak. Langkah pertama diambil sebuah konsep yaitu perilaku berbudi pekerti luhur dan diturunkan menjadi sebuah indikator kemudian di turunkan lagi menjadi

sub indicator sehingga muncul beberapa pernyataan dari sub indikator tersebut. Setiap indikator – indikator tersebut harus berdasarkan beberapa teori dari ahli.

Indikator – Indikator yang digunakan untuk pembuatan instrumen penelitian berdasarkan beberapa teori adalah takwa, tanggap, tangguh,tanggon, dan trengginas menurut Mulyana (2013, hlm101-103).

2. Kalibrasi Instrumen

Kuesioner sebelum digunakan untuk mengumpulkan data penelitian, terlebih

dahulu dikalibrasi dengan uji validitas dan uji reliabilitas.

2.1. Uji Validitas dilakukan untuk melihat sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya .Notoadmodjo, S(2010,

hlm. 164).

Kaidah pengujiannya adalah item dinyatakan valid jika indeks koefisien

(32)

77

Rxy = Koefisien korelasi produk momen ∑ x = Jumlah skor item

∑ y = Jumlah skor total

∑xy = Jumlah perkalian antara skor item dan skor total n = Banyaknya subjek

2.2. Uji Reliabilitas untuk melihat sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat

dipercaya. Suatu hasil pengukuran hanya dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama, diperoleh hasil pengukuran yang relatif sama, selama aspek yang

diukur dalam diri subyek memang belum berubah. Menurut Notoatmodjo, (2010, hlm. 37) realibilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana

suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat dihandalkan.

Jadi pengukuran reliabilitas berkenaan dengan konsistensi dan keakuratan pengukuran. Uji validitas menggunakan rumus Korelasi productMoment dari

pearson (Sudjana, 1995), sedangkan uji reliabilitas menggunakan formula

Alphacronbach (hasil pelaksanaan uji coba dan analisis dapat dilihat pada

lampiran).

3. Laporan Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen Kecenderungan Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Atlet

Pencak silat dilakukan terhadap 19 responden atlet pencak pencak silat Jawa Barat. Uji coba instrumen ini bertujuan untuk memilih butir-butir instrumen yang

(33)

Instrumen yang diujicobakan dianalisis dengan tujuan untuk memilih butir-butir yang valid. Analisis instrumen tersebut memberikan informasi butir-butir-butir-butir

yang dijawab dengan penilaian yang tidak jauh berbeda dengan kebanyakan atlet pencak silat Jawa Barat. serta menginformasikan butir-butir yang disediakan dapat mewakili indikator variable yang diukur.

Uji validitas keterkaitan skor setiap butir dengan skor total dalam variable ini menggunakan rumus korelasi Product Moment dari Pearson. Valid tidaknya suatu

butir ditentukan oleh perbandingan r hitung dengan r tabel. Butir pernyataan

dinyatakan valid jika rhitung lebih besar dari rtabel, sebaliknya butir pernyataan tidak

valid jika rhitung lebih kecil dari rtabel.

Uji coba instrumen untuk penelitian ini dengan menyebarkan angket dengan jumlah sebanyak 56 pernyataan. Setelah dilakukan uji validitas dengan

menggunakan rumus person maka diketahui hasil dari uji coba angket sebanyak 52 penyataaan, ditemukan sebanyak 4 butir pernyataan yang tidak valid. Dari hasil tersebut diperoleh rhitung = 0,859 sedangkan rtabel untuk n = 19 dan a = 0,05

adalah 0,456 berarti rhitung> rtabel, berarti data tersebut valid.

2.2Uji Reliabilitas

Koefisien reliabilitas instrumen digunakan untuk melihat konsistensi jawaban yang diberikan oleh responden. Hasil analisis reliabilitas instrumen variabel

Perilaku Berbudi pekerti Luhur dalam pertandingan pencak silat setelah dikurangi dengan butir yang gugur diperoleh besaran koefisien reliabilitas sebesar 0,959.

(34)

79

Setelah dilakukan uji statistik untuk kelayakan instrumen penelitian maka pada tabel 3.2 terlihat deskripsi butir-butir penyataan yang telah layak digunakan

untuk penelitian. Butir – butir pertanyaan tersebut ada di Tabel 3.3. Tabel 3.3

Butir – butir pernyataan uji coba instrumen penelitian

Konsep Dimensi Indikator sebelum Pertanyaan sesudah Drop

(35)

menghadapi godaan

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner yaitu bentuk pertanyaan secara tertulis yang telah disusun untuk diberikan kepada responden guna mendapatkan tanggapan atau informasi tentang

apa yang diinginkan peneliti.

H. Teknik Analisis Data

Jenis analisis data yang digunakan adalah statistic non Parametrik dengan menggunakanMann Whitney U Test. Sebelum itu, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner serta uji normalitas data.Statistik deskriptif

tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran karakteristik penyebaran skor setiap responden yang diteliti dengan perhitungan rata-rata, simpangan baku,

(36)

81

Statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan teknik analisis Komparasi dengan menggunakan Mann Whitney U Test dibantu

dengan menggunakan program SPSS 16.Sebelum pengujian hipotesis terlebih dulu dilakukan uji persyaratan analisis yang terdiri dari uji normalitas.

1. Uji Persyaratan Analisis

Pengujian perssyaratan ini yang dilakukan adalah Uji distribusi normal adalah uji untuk mengukur apakah data yang didapatkan memiliki distribusi normal

sehingga dapat dipakai dalam statistik parametrik (statistik inferensial). Dengan kata lain, uji normalitas adalah uji untuk mengetahui apakah data empirik yang didapatkan dari lapangan itu sesuai dengan distribusi teoritik tertentu. Dalam

kasus ini, distribusi normal. Dengan kata lain, apakah data yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal.Apabila data yang normal maka dilakukan

uji statistic parametric dan apabila tidak normal dilakukan dengan uji statistic non parametric.

2. Pengujian Hipotesis

Pengujian Hipotesis pada penelitian ini dengan menggunakan uji Mann

Whitney U Test dibantu dengan program SPSS 16.00. uji ini adalah uji non

parametris yang digunakan untuk mengetahui perbedaan median 2 kelompok bebas apabila skala data variabel terikatnya adalah ordinal atau interval/ratio

tetapi tidak berdistribusi normal. Berdasarkan definisi di atas, uji Mann Whitney U

Test mewajibkan data berskala ordinal, interval atau rasio. Apabila data interval

(37)

Mann Whitney U Test disebut juga dengan Wilcoxon Rank Sum Test.Merupakan pilihan uji non parametris apabila uji Independent T Test tidak

dapat dilakukan oleh karena asumsi normalitas tidak terpenuhi. Tetapi meskipun bentuk non parametris dari uji independent t test, uji Mann Whitney U Test tidak menguji perbedaan Mean (rerata) dua kelompok seperti layaknya uji Independen

T Test, melainkan untuk menguji perbedaan Median (nilai tengah) dua kelompok. Persyaratanuji Mann Whitney U Testa) Data berskala ordinal, interval atau

rasio. b) Terdiri dari 2 kelompok yang independent atau saling bebas. c) Data kelompok I dan kelompok II tidak harus sama banyaknya harus sama banyaknya. d) Data tidak harus berdistribusi normal. sehingga tidak perlu uji normalitas

Prosedur pengujian dapat dilakukan sebagai berikut : a) Susun kedua hasil Pengamatan menjadi satu kelompok sampel, b) Hitung jenjang/ rangking untuk

tiap – tiap nilai dalam sampel gabungan, c) Jenjang atau rangking diberikan mulai dari nilai terkecil sampai terbesar, d) Nilai beda sama diberi jenjang rata –rata, e) Selanjutnya jumlahkan nilai jenjang untuk masing-masing sampel, f) Hitung Nilai

statistik uji U.

Ada dua macam tehnik U-test ini, yaitu U-test untuk sampel-sampel kecil dimana n ≤ 20 dan U-test sampel besar bila n > 20. Oleh karena pada sampel

besar bila n > 20, maka distribusi sampling U-nya mendekati distribusi normal,

maka test signifikansi untuk uji hipotesis nihilnya disarankan menggunakan harga kritik Z pada tabel probabilitas normal. Sedangkan test signifikansi untuk sampel kecil digunakan harga kritik U . Adapun formula rumus Mann-Whitney Test.

(38)

83

Untuk menghitung nilai statistik uji Mann-Whitney, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Dimana:

U = Nilai uji Mann-Whitney N1= sampel 1

N2= sampel 2

Ri = Ranking ukuran sampel

3. Hipotesis Statistik

Hipotesis Statistik adalah pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih

populasi. Benar atau salah suatu hipotesis tidak pernah diketahui dengan pasti, kecuali jika seluruh populasi diperiksa. hipotesis yang paling sering kita dengar adalah “menerima” dan “menolak”. Kalimat menolak dalam hipotesis dapat

bermakna bahwa hipotesis yang diberikan adalah salah, sebaliknya kalimat menerima hanya semata-mata mengimplikasikan bahwa kita tidak mempercayai

penolakan hipotesis tanpa ada bukti-bukti lebih lanjut. Oleh karena itu beberapa statistikawan maupun peneliti memilih menggunakan kata-kata “belum dapat diterima”, “tidak lebih baik daripada”, “tidak ada perbedaan antara”, dan lain-lain daripada harus menggunakan kata “menerima” atau “menolak”. Baru setelah ia

melakukan pengujian, hipotesis tersebut akan ditolak. Untuk hipotesis statistik

pada penelitian ini dapat digambarkan dengan pernyataan dibawah ini:

(39)

Ha: terdapat perbedaan perilaku berbudi pekerti luhur

atau

H0: µ Tanding = µ TGR

Ha: µ Tanding≠ µ TGR

Kriteria pengujian

1. Jika signifikan < 0.05 maka H0ditolak danHaditerima

(40)

Dedi Dasmon, 2014

Kecenderungan Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Atlet Pencak Silat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uji hipotesis diperoleh kesimpulan bahwa: Tidak

terdapat perbedaan kecenderungan perilaku berbudi pekerti luhur atlet pencak silat yang signifikan terhadap kategori pertandingan antara pesilat Tanding putra dengan TGR putra, dan pesilat Tanding putri dengan TGR putri.

Data analisa dari hasil angket perilaku berbudi pekerti luhur terhadap kelompok pesilat tanding putra, TGR (Tunggal, Ganda, Beregu) putra dan TGR (Tunggal,

Ganda, Beregu) putri. Ternyata dari keempat kelompok tersebut masing-masing memberikan pengaruh yang tidak berbeda secara signifikan terhadap perilaku berbudi

pekerti luhur. Pembahasan hasil dan diskusi penemuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat peluang yang sangat terbuka untuk mengembangkan ajaran budi pekerti luhur, merupakan salah satu jati diri pencak silat sebagai jiwa dan sumber

motivasi. Pencak silat dilaksanakan dan digunakan secara bertanggungjawab sesuai dengan falsafahnya yang mengandung keluhuran sikap, perilaku dan perbuatan

manusia yang diperlukan untuk mewujudkan cita-cita agama dan moral masyarakat. Budi terkait dengan aspek kejiwaan yang mempunyai unsur cipta, rasa dan karsa. Pekerti artinya watak atau akhlak, sedangkan luhur artinya mulia atau terpuji. Jadi

(41)

dan menggunakan ilmu pencak silat, baik dalam bersikap, berbuat, dan bertingkah laku. Maryono, O’ong (1998, hal 79) menyatakan bahwa manusia sebagai makhluk

Tuhan wajib mematuhi dan melaksanakan secara konsisten dan konsekuen nilai-nilai keTuhanan dan keagamaan, baik secara vertikal maupun horizontal.

Falsafah budi pekerti luhur berkaitan erat dengan pembentukan karakter pesilat, karena hal tersebut memberi landasan untuk membentuk sikap dan perilaku pesilat dalam upaya pencapaian kedisiplinan dan penanaman etika yang baik. Nilai-nilai

luhur pencak silat merupakan dasar untuk membentuk manusia yang beretika tinggi dan mempunyai disiplin terhadap diri sendiri dan lingkungannya dalam hal

menjalankan tugas kewajiban yang diemban.

Kegiatan olahraga pencak silat bila dihubungkan dengan sikap para pelakunya

terhadap keberadaan bangsa dan negaranya dapat memberikan sumbangan yang cukup besar dan positif. J. Coakley (1978, hlm 94) mengutip pendapat Douglas Mac Arthur mengatakan, olahraga merupakan pembuat karakter yang penting.

Dalam dunia olahraga pencak silat untuk mencapai prestasi secara optimal perlu dikembangkan budaya sinergis berbagai unsur yang berkarakter, antara lain sinergis

dari lembaga pendidikan (perguruan tinggi), lembaga pemerintahan, dan stakeholder. Pencapaian prestasimerupakan salah satu perwujudan dari pilar olahraga prestasi. Tripilar olahraga sebagai penyangga pencapaian prestasi, kebugaran dan pendidikan

(42)

99

Sebagai sebuah fenomena sosial dan kultural, olahraga pencak silat tidak bisa melepaskan diri dari ikatan moral kemodernan, yang kompleks. Penerimaan

eksistensinya secara sosiologis dijamin oleh kemampunnya menyesuaikan diri dengan pasar/masyarakat, atau sebaliknya, masyarakat yang akan menjadikannya

sebagai sasaran ekstensifikasinya. B.Saran

Penelitian ini sudah dilakukan secara maksimal mungkin sesuai dengan

metodologi penelitian dan bimbingan untuk melaksanakan penelitian dan menyajikannya, tetapi masih terdapat beberapa keterbatasan dan kelemahan.

Keterbatasan perlu dikemukakan sebagai pertimbangan dalam menginterpretasi dan menggeneralisasikan hasil penelitian yang dicapai. Keterbatasan-keterbatasan yang

Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Penelitian ini masih dapat dikembangkan dengan metoda penelitian lain dan

mengubah variabel penelitian sehingga dapat diketahui faktor-faktor lain yang

juga mempengaruhi terhadap perilaku berbudi pekerti luhur atlet pencak silat. 2. Penelitian ini hanya dilakukan di satu tempat, yaitu pada kegiatan kejuaraan

nasional tahun 2014 di Padepokan Pencak Silat Nasional Indonesia (PPNSI) TMII Jakarta, sehingga generalisasi hasil penelitian ini hanya pada tingkat yang memiliki karakteristik yang sama dengan tempat penelitian dilakukan.

3. Penelitian ini hanya dibatasi pada peserta kejuaraan nasional pencak silat kategori dewasa tahun 2014, sebenarnya masih banyak atlet pencak silat lainnya, dan masih

(43)

provinsi dan atlet pemula lainnya yang sedang mengikuti latihan pada perguruan masing-masing.

4. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner sebagai alat pengumpul data, dan masih mempunyai kelemahan dalam hal, misalnya, ketidak cermatan disaat

(44)

101

Dedi Dasmon, 2014

Kecenderungan Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Atlet Pencak Silat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta : Rineke Cipta

Bagus Lorens (2002), Kamus Filsafat, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.

Bartens, K. (2004), Etika, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.

Bull, N. J. (1969). Moral Judgment from Childhood to Adolescence. London: Routledge & Kegan Paul.

Chaplin, J.P. (2002). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Dahar, R. (1991). Teori-teori Belajar. Bandung: Gelora Aksara Pratama.

Darmiyati Zuchdi dkk. (2009). Pendidikan Karakter: Grand Design dan Nilai-nilai

Target. Yogyakarta: UNY Press. Cet. I.

Darmiyati Zuchdi (2010). Humanisasi Pendidikan: Menemukan Kembali

Pendidikan yang Manusiawi. Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet. III.

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, (2006) Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang

Maha Esa, Jakarta: Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni, dan Film.

Djahiri, K. (1992). Menelusuri Dunia Afektif untuk Moral dan Pendidikan Nilai

Moral. Bandung: LPPMP.

Djamil, F, (1999), Filsafat Hukum Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Djatnika, R. (1996). Sistem Etika Islami (Akhlak Mulia). Jakarta: Pustaka Panjimas. Doni Koesoema A. (2007). Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman

Global. Jakarta: Grasindo. Cet. I.

(45)

Dedi Dasmon, 2014

Kecenderungan Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Atlet Pencak Silat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Echols, J.M. & Hassan, S. (1987). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia. Cet. XV.

Eldon E, Snyder and Etmer A, Spalitzer. (1983). Social Aspects of Sport. New Jersey: Prentice Hall, Inc

Elmubarok, Z. 2009. Membumikan pendidikan nilai. Bandung: Alfabeta.

Fraenkel, JR, Wallen, NE. (2008). How To Design and Evaluate Research in

Education. USA: McGraw Hill, Inc.

Geertz, Clifford, (1973), The Interpretation of Culture, New York : Basic.

Groot. George F. dan Notosoejitno. (2006). Pencak Silat Seni Beladiri Indonesia. Bandung: PT. Granesia.

Hamzah Ya’qub. (1988). Etika Islam: Pembinaan Akhlaqulkarimah (Suatu Pengantar). Bandung: CV Diponegoro. Cet. IV.

Haricahyono, C. (1995). Dimensi-dimensi Pendidikan Moral. Semarang: IKIP Semarang Press.

Harsuki. (2003). Perkembangan Olahraga Terkini. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

http://id.wikipedia.org/wiki/IPSI diakses 2 pebruari 2014.

IPSI, (2013). Hasil Revisi Peraturan Pertandingan Pencak Silat. Jakarta.

Ismail, F. (1988). Paradigma Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Titihan Ilahi Press.

Johansyah, L. (2014), Panduan praktis Pencak Silat. Jakarta: Raja Grafindo.

Kattsoff, L, (Alih Bahasa: Soejono Soemargono), (2004), Pengantar Filsafat, Yogyakarta, Tiara Wacana Yogya.

(46)

103

Dedi Dasmon, 2014

Kecenderungan Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Atlet Pencak Silat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

………. (1992b). Asas-asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Kevin Ryan & Karen E. Bohlin. (1999). Building Character in Schools: Practical

Ways to Bring Moral Instruction to Life. San Francisco: Jossey Bass.

Kirschenbaum, H. (1995). 100 Ways to Enhance Values and Morality in Schools

and Youth Settings. Massachusetts: Allyn & Bacon.

Kunandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT.Raja Grafindo.

Lickona, T. (1991). Educating for Character: How Our School Can Teach

Respect and Responsibility. New York, Toronto, London, Sydney, Aucland:

Bantam books.

M. Otok Iskandar & Soemardjono, (1992) Pencak Silat, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Maryono, O’ong, (1998a). Pencak Silat Merentang Waktu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

………. (1999b). Pencak Silat Merentang Waktu. Yogyakarta: Benang Merah

Marzuki. (2009). Prinsip Dasar Akhlak Mulia: Pengantar Studi Konsep-konsep

Dasar Etika dalam Islam. Yogyakarta: Debut Wahana Press-FISE UNY.

Moh. Nazir. Ph. D, (2003). Metode Penelitian, Jakarta: PT. Ghalia Indonesia.

Muka Sa’id. (1986). Etika Masyarakat Indonesia. Jakarta: Pradnya Paramita.

Mulyana, R. (2004), Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Bandung, Alfabeta.

Mulyana (2013), Pendidikan Pencak Silat Membangun Jati Diri dan Karakter

Bangsa. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Munas IPSI (1994), AD/ART IPSI dan Istilah-Istilah teknik pencak silat. Jakarta. Murhananto, (1993) Menyelami Pencak Silat, Jakarta: Puspa Swara.

(47)

Dedi Dasmon, 2014

Kecenderungan Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Atlet Pencak Silat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Nasution, M.A.(2004). Metode Research, Bumi Aksara, Jakarta.

Nurul Zuriah. (2008) Pendidikan Moral & Budi Pekerti Dalam Perpektif

Perubahan. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Notoatmodjo, S (2010). metodologi penelitian kesehatan, Jakarta: PT rineka cipta.

Notosoejitno, (1997). Khasanah Pencak Silat. Jakarta: CV Sagung Seto.

Oyong Karmayuda. (2005). Prospek Pengembangan Pencak Silat di Kalangan Perguruan Tinggi ASEAN. Jakarta: Pondok Pustaka.

PB IPSI. 1993. Beladiri Pencak Silat. Jakarta. Bahan Penataran Nasional Tingkat Muda.

PB.IPSI. (1995). Peraturan Petandingan Pencak Silat. Jakarta: IPSI.

Pedoman Fair Play Olimpiade Olahraga Siswa Nasional-I (OOSN-I) Sekolah Dasar. Depdiknas Tahun 2008.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa. Cet. I.

Pustakaraya Safari. (2004). Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.

Quintin Chambers & Donn F. Draeger (1979). Javanese Silat: The Fighting Art of

Perisai Diri. ISBN 0-87011-353-4.

Rusli Lutan. (1988a). Belajar Keterampilan Motorik: Pengantar Teori dan

Metode. Jakarta: Dirjen Dikti-Depdikbud.

………. (1993b). Hakekat dan Karakteristik Penjaskes dalam Kurikulum D-II

PGSD. Jakarta: Dirjen Dikti-Depdikbud.

………. (1998c). Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Penjaskes. Jakarta: Depdikbud-Dikdasmen.

………. (1999d). Krisis Global Pendidikan Jasmani (Reinterpretasi Hasil

(48)

105

Dedi Dasmon, 2014

Kecenderungan Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Atlet Pencak Silat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keolahragaan Jerman). Makalah. Lokakarya KBK, Jurusan Pendidikan

Olahraga, FPOK-UPI.

……… & Cholik, T. (1997e). Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan

Kesehatan. Buku Materi Pokok, Depdikbud-Dikdasmen, P2MG Penjaskes

Setara D-II, Universitas Terbuka, Jakarta.

……….. (2001f). Olahraga dan Etika Fair Play. Direktorat Pemberdayaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Olahraga.

Saifuddin, A. (2008). Sikap Manusia dan Teori Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sevilla, C.G. (1993). Pengantar Metode Penelitian. alih bahasa Alimuddin

Tuwu. Jakarta: UI Pres.

Setyobroto, S. (1989) Psikologi Olahraga, Jakarta : PT Anem Kosong Anem.

Shamsuddin, S (2010). The Malay Art Of Self-defense: Silat Seni Gayong. North Atlantic Books. ISBN 1-55643-562-2.

Shields dan Bredemeir. (1995). Charakter Development and Physical Activity, United States of America: Human Kinetic..

Sukardi, (2003) Metodologi Penelitian Pendidikan Jakarta: PT bumi aksara jakarta.

Sukmadinata, N.S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sumantri, E. (2003). Resume Perkuliahan Filsafat Nilai dan Moral. Bandung: Pascasarjana UPI.

Sumardianto. (2000). Sejarah Olahraga. Departemen Pendidikan Kebudayaan. Suseno, Magnis F. (1984). Etika Umum. Jakarta: STF Driyakara.

Teaching Values, an Olympic Education Toolkit. IOC.2007

(49)

Dedi Dasmon, 2014

Kecenderungan Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Atlet Pencak Silat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Vrendenbreg. (2005) Metode Penelitian. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

W. Gulo. (2005) Metode Penelitian. Jakarta: PT Gramedia Widiasrana Indonesia. Wibisono, K. 2000. “Strategi Integrasi Pengembangan Sain dan Moral pada

Gambar

Gambar 3.1 14 DI Yogyakarta 4 4 2 5  15  1  1  1  1  4 15 Jawa Timur 10 4 6 6 26 1 1 1 1 4 16 Bali 11 7 6 6 30 1 1 1 1 4 17 NTB 5 4 1 1 11 1 1 1 1 4 18 NTT 2 4 1 1 8 1 1 1 1 4 19 Kalimantan Utara 4 4 4 1 7 1 1 1 1 4 20 Kalimantan Barat 7 4 6 1 18 1 1 1 1 4

Referensi

Dokumen terkait

Dilakukan juga tinjauan mengenai Kabupaten Gianyar, perkembangan pada bidang kesehatan khususnya kesehatan gigi dan mulut di kota tersebut, serta program - program

Analisis Pengaruh Harga, Kualitas Produk, Kualitas Pelayanan Produk Surabi Terhadap Kepuasan Wisatawan Domestik Se-Kota BAndung. Universitas Pendidikan Indonesia |

Sahabat MQ/ Pelaksanaan sistem pendidikan yang buruk/ membuat lulusan sekolah kalang kabut// ratusan siswa SMK di Surabaya memperoleh ijazah kelulusan sekolah ganda dari

Pada hari ke-7 setelah telur di masukan dalam incubator dilakukan penerawangan menggunakan lampu dan didapatkan telur yang tidak mengandung embrio sebanyak 10 butir

daging babi menjadikan konsumen mendapatkan daging yang tidak sesuai

Analisis Pengaruh Harga, Kualitas Produk, Kualitas Pelayanan Produk Surabi Terhadap Kepuasan Wisatawan Domestik Se-Kota BAndung.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Dampak yang dihasilkan akan baik tidak hanya untuk peternak budidaya ikan patin di Indonesia tetapi juga seluruh pihak yang terkait dalam usaha tersebut,

Tahap selanjutnya yaitu perumusan masalah ke dalam tiga rumusan permasalahan yaitu (1) apakah faktor–faktor internal dan eksternal pada pemberdayaan koperasi tani