PENERAPAN METODE INTERVAL TRAINNING UNTUK
MENINGKATKAN KONDISI FISIK WASIT SEPAK BOLA
DI KABUPATEN BELITUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh :
Surya Ditya Gunawan
0900502
JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
PENERAPAN METODE INTERVAL TRAINNING UNTUK
MENINGKATKANKONDISI FISIK WASIT SEPAK BOLA
DI KABUPATEN BELITUNG
Oleh:
SURYA DITYA GUNAWAN
Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
© Surya Ditya Gunawan 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
November 2013
Hak Cipta dilindungi Undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN
SURYA DITYA GUNAWAN 0900502
PENERAPAN METODE INTERVAL TRAINNING UNTUK
MENINGKATKAN KONDISI FISIK WASIT SEPAK BOLA DI BELITUNG
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Dr. Nuryadi, M.Pd NIP. 197101171998021001
Pembimbing II
Arif Wahyudi, S.Pd NIP. 197405202001121001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
ABSTRAK
Surya Ditya Gunawan. Judul : Penerapan Metode Interval Trainning Untuk Meningkatkan Kondisi Fisik Wasit Sepak Bola di Kabupaten Belitung. Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. FPOK UPI. Pembimbing I : Dr. Nuryadi, M.Pd. Pembimbing II : Arif Wahyudi, S. Pd.
Seorang wasit sepak bola harus memiliki kondisi fisik yang baik untuk memimpin jalannya pertandingan sepak bola. Penulis beranggapan bahwa kondisi fisik wasit sepak bola di Kabupaten Belitung masih kurang dan perlu adanya peningkatan. Karena kondisi fisik yang kurang baik akan mempengaruhi kualitas dan penampilan wasit pada saat di lapangan. Untuk itu penulis melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui dampak metode interval trainning terhadap kondisi fisik wasit sepak bola di Kabupaten Belitung. Interval trainning yang diberikan berupa Speed Endurance Exercise dari yang merupakan program latihan FIFA khusus wasit sepak bola sebanyak 16 kali pertemuan. Metode penelitian yang dipakai penulis adalah menggunakan metode eksperimen dengan jumlah sampel wasit sepak bola di Kabupaten Belitung sebanyak 12 orang. Penulis melakukan tes awal dan tes akhir berupa Physical Fitness Test Referee dari FIFA yang bertujuan untuk melihat kondisi fisik seorang wasit sepak bola khususnya daya tahan dan kecepatan. Penulis mengunakan program komputer Statistical Product Solutions Service (SPSS) untuk mengolah data dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Setelah pengujian hipotesis didapatkan bahwa untuk daya tahan skor P-value 0,185 sedangkan untuk kecepatan skor P-value 0,329. Dari hasil ini P-value ≥ 0,05 ; maka tidak terdapat dampak yang signifikan. Tetapi jika dilihat dari hasil rata-rata perbandingan tes awal dan tes akhir, untuk daya tahan mengalami peningkatan sebesar 28,32% sedangkan kecepatan mengalami peningkatan sebesar 2,27%. Jadi kesimpulan penelitian ini adalah “tidak terdapat dampak peningkatan yang signifikan kondisi fisik wasit sepak bola di Kabupaten Belitung melalui metode Interval Trainning”.
ABSTRACT
Surya Ditya Gunawan. Tittle : Application of interval training method to improve the physical conditions in the district referee Belitung. Courses of Physical Education Health and Recreation. FPOK UPI. Mine Supervision : Dr. Nuryadi, M.Pd. Co Supervision : Arif Wahyudi, S. Pd.
A football referee must have a good physical condition to lead the football game . The author assumes that the physical condition of a football referee in Belitung province is still lacking and need for improvement . Due to the poor physical condition will affect the quality and appearance of the referee at the time in the field . To the authors conducted a study in order to know the impact of the interval trainning methods of the physical condition of football referees in Belitung province . Interval trainning given in the form of Speed Endurance Exercise of which is a special exercise program FIFA football referee as much as 16 sessions . The research method used is a writer using the experimental method with a sample of a football referee in Belitung Regency 12 people . The author conducted the initial test and a final test of the Referee Physical Fitness Test FIFA aimed to look at the physical condition of a football referee in particular endurance and speed . The author uses the computer program Statistical Product Service Solutions ( SPSS ) to process the data from the research that has been done . After hypothesis testing showed that endurance scores for P-value score of 0.185 , while for speed P-value 0.329 . From these results the P - value ≥ 0.05, then there is no significant impact . But when seen from the comparison of the average initial test and final test , for durability increased by 28.32 % while the rate increased by 2.27% . So the conclusion of this study is " there is no significant increase in the impact of the physical condition of a football referee in Belitung province through Trainning Interval method " .
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR………Error!
Bookmark not defined.
UCAPAN TERIMA
KASIH……….Error! Bookmark not
defined.
ABSTRAK………iv
DAFTAR ISI………..i
DAFTAR TABEL………iv
DAFTAR GAMBAR………..viii
BAB I PENDAHULUAN……….1
A. Latar Belakang………1
B. Rumusan Masalah………...6
C. Tujuan Penelitian………6
D. Manfaat Penelitian………..6
E. Batasan Masalah………..7
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS………8
A. Sepak Bola………...8
B. Kondisi Fisik………..20
C. Metode Latihan Interval……….25
D. Hakikat Wasit Sepak Bola……….27
E. Hipotesis………39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN……….40
A. Metode Penelitian………..40
B. Teknik Pengolahan Data………40
C. Populasi dan Sampel……….44
D. Design Penelitian...45
E. Instrumen Penelitian ... 45
F. Langkah-langkah Penelitian ... 49
G. Agenda Penelitian ... 50
H. Program Latihan ... 51
BAB IV HASIL PENGOLAHAN DATA ... 61
A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data ... 61
1. Uji Normalitas ... 65
2. Uji Homogenitas ... 66
C. Uji Hipotesis...67
D. Diskusi Penemuan ... 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 74
A. Kesimpulan ... 74
B. Saran ... 74
DAFTAR PUSTAKA ... 76
LAMPIRAN ... LAMPIRAN 1 : DESKRIPSI DATA...78
LAMPIRAN 2 : UJI NORMALITAS...79
LAMPIRAN 3 : UJI HOMOGENITAS DAN HIPOTESIS...80
LAMPIRAN 4 : AGENDA PENELITIAN...82
LAMPIRAN 5 : PROGRAM LATIHAN INTERVAL...84
LAMPIRAN 6 : DATA HASIL PHYSICAL FITNESS TEST REFEREE KABUPATEN BELITUNG...93
LAMPIRAN 7 : DATA HASIL PHYSICAL FITNESS TEST REFEREE KOTA BANDUNG...97
LAMPIRAN 8 : DATA HASIL PHYSICAL FITNESS TEST REFEREE NASIONAL...99
LAMPIRAN 9 : DAFTAR HADIR PENELITIAN... 101
LAMPIRAN 10 : SURAT KETERANGAN PENGESAHAN JUDUL SKRIPSI...103
LAMPIRAN 11 : SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN...107
LAMPIRAN 12 : SURAT KETERANGAN TELAH MELAKSANAKAN PENELITIAN...108
LAMPIRAN 13 : PHYSICAL FITNESS TEST REFEREE...109
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Agenda penelitian...50
Tabel 3.2 Program latihan...52
Tabel 4.1 Data mentah hasil tes awal...62
Tabel 4.2 Data mentah hasil tes akhir...63
Tabel 4.3 Hasil perbandingan daya tahan dan kecepatan pada tes awal dan tes akhir...64
Tabel 4.4 Data hasil uji normalitas...65
Tabel 4.5 Hasil pengujian homogenitas...66
Tabel 4.6 Hasil pengujian hipotesis...67
Tabel 4.7 Persentase peningkatan tes awal dan tes akhir...68
Tabel 4.8 Data usia wasit sepak bola di Kabupaten Belitung...70
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Ukuran Lapangan Sepak Bola...10
Gambar 2.2 Bola di dalam dan di luar Permainan...13
Gambar 2.3 Cara Mencetak Gol...13
Gambar 2.4 Posisi ofsaid...14
Gambar 2.5 Posisi ofsaid...15
Gambar 2.6 Posisi onsaid...15
Gambar 2.7 Tendangan pinalti...18
Gambar 2.8 Lemparan ke dalam...19
Gambar 2.9 Pergerakan wasit...30
Gambar 2.10 Signal asisten wasit bola keluar...30
Gambar 2.11 Signal asisten ofsaid, ofsaid dekat, ofsaid tengah, ofsaid jauh...31
Gambar 2.12 Signal asisten wasit tendangan sudut...32
Gambar 2.13 Signal asisten wasit pergantian pemain...32
Gambar 2.14 Signal asisten wasit tendangan gawang...33
Gambar 3.1 Physical Fitness Test Referee yang pertama...47
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orang pasti pernah mendengar kata olahraga. Tidak sedikit orang
menjadikan olahraga sebagai hobi atau kesenanganya. Beberapa cabang olahraga
yang sangat diminati seperti sepak bola, bola voli, bola basket, dan bulutangkis.
Salah satu yang paling sering kita dengar adalah sepak bola. Sepak bola adalah
olahraga yang sangat populer dan sangat diminati oleh semua kalangan
masyarakat dari anak-anak sampai orang dewasa. Sepak bola merupakan salah
satu olahraga invasi atau saling menyerang masing-masing tim menjadikan
permainan ini sangat menarik untuk ditonton. Sucipto, dkk (1999:7)menjelaskan
pengertian sepak bola adalah sebagai berikut :
Sepak bola merupakan permainan beregu, masing-masing regu terdiri dari 11 pemain dengan seorang penjaga gawang, yang dimainkan dengan mengunakan kaki, kecuali penjaga gawang yang boleh yang boleh menggunakan lengannya di daerah tendangan hukuman.
Lebih lanjut lagi, Kosasih (1991 : 103) menjelaskan adalah sebagai berikut:
Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang terdiri dari dua regu dengan setiap regu minimal 7 orang pemain, maksimal 11 orang pemain yang berada di lapangan. Bola dimainkan oleh seluruh tubuh kecuali dengan tangan (kecuali penjaga gawang) dengan dibatasi oleh aturan-aturan tertentu, yang bertujuan untuk memasukan bola sebanyak mungkin ke gawang lawan dan menjaga gawang sendiri dari serangan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa olahraga sepak bola adalah salah satu
olahraga menyerang yang bertujuan mencetak gol ke gawang lawan yang
dimainkan oleh sebelas lawan sebelas orang dengan menggunakan teknik
permainan sepak bola seperti passing, shooting, dan dribbling.Dari beberapa
pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa permainan ini sangat membutuhkan
konsentrasi dan kemampuan fisik yang baik. Karena setiap pemain harus mampu
2
dirinya untuk menghasilkan suatu peluang yang dapat menguntungkan untuk
timnya.
Pada sebuah pertandingan biasanya terdapat pengadil, juri, atau yang
dikenal dengan wasit. Dalam pertandingan sepak bola terdapat wasit yang
berfungsi untuk menjadi pengadil dan memimpin jalannya suatu pertandingan
sepak bola. Wasit adalah “seorang yang memiliki wewenang untuk mengatur
jalannya suatu pertandingan olahraga”.(id.wikipedia.org)
Pada olahraga sepak bola terdapat seorang wasit yang memimpin
pertandingan dan beberapa pembantu wasit yang berfungsi memudahkan kinerja
wasit. Di dalam buku Law of the Game FIFA (2010) dijelaskan dalam peraturan
permainan pasal 5 tentang wasit adalah “Wasit yang memimpim pertandingan
sejumlah satu orang dibantu dua orang sebagai hakim garis. Kemudian dibantu
wasit cadangan yang membantu apabila terjadi pergantian pemain dan mengumumkan tambahan waktu”.
Di Dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya banyak sekali
kontroversi mengenai wasit yang menjadi pengadil di lapangan hijau ini.
Beberapa keputusan wasit sering kali tidak diterima oleh pihak yang merasa
dirugikan, baik para pemain, pelatih, maupun pendukung tim. Sehingga
menimbulkan protes yang berlebihan terhadap wasit. Salah satu tindakan yang
sangat berlebihan adalah perbuatan Pieter Rumaropen, pemain dari klub Persiwa
Wamena asal Papua yang memukul wasit pada pertandingan Pelita Bandung Raya
melawan Persiwa Wamena. Perbuatan tercela tersebut membuat dirinya dihukum
tidak boleh bertanding sepak bola seumur hidup. Tindakan yang dilakukan oleh
Pieter Rumaropen ini adalah salah satu bentuk ketidakpuasan terhadap kinerja
wasit yang memimpin jalannya pertandingan. (http://bola.viva.co.id : 2013)
Setiap kejadian-kejadian pelanggaran yang dilakukan oleh pemain harus
mendapat pengawasan yang ketat oleh wasit agar tidak salah dalam mengambil
keputusan. Wasit sebaiknya berada didekat terjadinya pelanggaran minimal 10
meter terhadap kejadian. Jadi sudah seharusnya wasit harus selalu aktif bergerak
3
memutuskan suatu kejadian. Hal ini tentunya akan memudahkan wasit dalam
menentukan apakah terjadi pelanggaran atau tidak.
Wasit sepak bola pada khususnya lebih mengandalkan konsentrasi penuh
dan juga ketahanan fisik yang baik dalam melaksanakan tugasnya memimpin
pertandingan selama 2x45 menit. Jadi sudah seharusnya seorang wasit
mempersiapkan kondisi fisiknya secara baik sebelum memimpin pertandingan
agar dapat memberikan dampak yang positif bagi penampilannya nanti. Dengan
kondisi fisik yang baik wasit bisa menjadi tenang, berkonsentrasi penuh pada
pertandingan, tidak ragu-ragu, sehingga tidak mengalami bentuk-bentuk
kesalahan dalam pengambilan keputusan.
Kardjono (2008 : 4) menjelaskan “Keadaan kondisi fisik yang baik akan
mempengaruhi pula terhadap aspek-aspek kejiwaan seperti peningkatan motivasi
kerja, semangat kerja, rasa percaya diri, ketelitian dan sebagainya”.Mengenai pengertian dari kondisi fisik, Sidik, dkk (2007:51) menjelaskan “Kondisi fisik adalah salah satu persyaratan yang sangat diperlukan dalam usaha peningkatan
prestasi seorang atlet bahkan dapat dikatakan sebagai keperluan yang tidak dapat
ditawar-tawar lagi”.Selain itu Harsono (1988) menjelaskan :
Kondisi fisik yang baik akan berpengaruh terhadap fungsi dan sistem organisme tubuh antara lain : (1) Akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung ; (2) Akan ada peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina dan komponen kondisi fisik lainnya ; (3) Akan ada ekonomi gerak pada waktu latihan ; (4) Akan ada pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan ; (5) Akan ada respon yang lebih cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktu-waktu respon demikian diperlukan.
Jadi kondisi fisik adalah merupakan suatu keadaan fisik seseorang yang
menyatakan bahwa seseorang tersebut dikatakan siap dan bugar untuk melakukan
aktivitas-aktivitas atau tugas diberikan. Apabila kondisi fisik seseorang baik maka
ia dapat melakukan berbagai aktivitas dengan mudah. Wasit sepak bola juga harus
memiliki kondisi fisik yang baik untuk mendapatkan penampilan yang baik pula
pada saat memimpin jalannya pertandingan. Tidak hanya bagi atlet melainkan
4
sepak bola kondisi fisik perlukan untuk memimpin jalnnya pertandingan sepak
bola agar memudahkan kinerja wasit. Berbeda dengan atlet yang membutuhkan
kondisi fisik yang baik untuk mencapai prestasi tertinggi.
Sidik (2007:61-77) menjelaskan beberapa komponen dari kondisi fisik
diantaranya adalah :
1. Kekuatan (Strenght) adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi guna membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan...
2. Kelentukan (Flexibility) adalah kemampuan gerak dalam ruang sendi yang seluas-luasnya...
3. Kecepatan (Speed) adalah „kapasitas dari anggota tubuh atau bagian dari sistem pengungkit tubuh atau kecepatan dari seluruh tubuh yang dilaksanakan dalam waktu yang singkat...
4. Daya tahan (Endurence) adalah kemampuan fisik seseorang untuk melakukan kerja dalam waktu yang relatuf lama...
Beberapa komponen fisik diatas biasanya disesuaikan dengan cabang
olahraga tertentu. Karena setiap cabang olahraga biasanya lebih membutuhkan
beberapa komponen kondisi fisik yang dominan diantara yang lainnya. Khusus
untuk wasit sepak bola yang bukan termasuk atlet dalam cabang olahraga
biasanya hanya mengutamakan kondisi fisik yang baik bukan digunakan untuk
bertanding dan meraih prestasi tertinggi, melainkan untuk memimpin jalannya
sebuah pertandingan sepak bola. Komponen yang lebih dominan digunakan untuk
mendapatkan fisik yang baik adalah daya tahan dan kecepatan. “Karena wasit
sepak bola harus meminpin pertandingan selama waktu 2 x 45 menit yang relatif
lama”. (Law of the Game : 2010).
Salah satu metode yang cocok untuk melatik kondisi fisikwasit sepak
bola adalah dengan interval trainning. Metode latihan interval adalah suatu
metode latihan yang jarak, waktu, dan istirahatnya telah ditentukan. Dengan
menggunakan latihan semacam ini dapat meningkatkan daya tahan seseorang.
Pernyataan ini sejalan dengan yang telah dijelaskan dalam buku IAAFyang ditulis
oleh Ballesteros (diterjemahkan oleh SDS (1993:17) bahwa „Latihan untuk daya
5
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Harsono (1988:156) yang mengatakan : “Interval trainningadalah suatu sistem latihan yang diselingi oleh interval-interval yang berupa masa-masa istirahat”.Sedangkan Sukadiyanto (2010:
41) menjelaskan :
Latihan interval adalah suatu metode latihan yang diselingi oleh interval yang berupa istirahat. Interval trainning untuk daya tahan biasanya intensitas larinya rendah sampai medium sekitar 50% -70% dari kemampuan maksimal.” Ada beberapa faktor yang harus dipenuhidalam menyusun interval training yaitu : (1) Lamanya latihan ; (2) Intensitas latihan ; (3) Ulangan ; (4) Masa istirahat setiap repetisi latihan.
Latihan ini dianggap cocok untuk para wasit yang lebih membutuhkan
daya tahan dan kondisi fisik yang prima. Di mana pada saat memimpin suatu
pertandingan sepak bola, pergerakan wasit ada kalanya harus berlari, jogging,
ataupun berjalan. Hal ini dilakukan terus-menerus selama pertandingan
berlangsung 2x45 menit. Sepanjang memimpin jalannya suatu pertandingan
seorang wasit biasanya memerlukan lari cepat, jogging, atau berjalan.Ini
dilakukan agar dapat memantau dan melihat setiap kejadian atau pelangggaran
yang dilakukan oleh pemain. Dapat ditarik kesimpulan bahwa wasit sepak bola
yang ideal adalah harus memiliki kondisi fisik daya tahan yang baik. Dan salah
satu bentuk latihannya adalah interval trainning yang dilakukakan dengan proses
latihan yang diselingi masa istirahat.
Dari beberapa uraian di atas, penulis yang telah mengamati keadaan
perwasitan di Kabupaten Belitung Provinsi Kepulauan Bangka Belitung hanya
terdapat 12 orang wasit yang aktif. Jumlah ini dinilai sangat sedikit dan kurang
diminati oleh masyarakatnya. Dari penampilannyadi lapangan dinilai sangat
kurang karena tidak pernah mendapatkan pelatihan khusus atau tes penyegaran
kondisi fisik khusus wasit. Data juga menunjukan bahwa untuk wasit sepak bola
di Kabupaten Belitung berbeda dengan keadaan wasit di Kota lain, misalnya Kota
Bandung dari segi persyaratan sertifikasi wasit yang menggunakan finess test. Di
Kabupaten Belitung khusus untuk wasit sepak bola yang bersertifikasi C-III
(tingkat Kabupaten) dan C-II (tingkat Provinsi) hanya diberikan pengarahan
6
merupakan salah satu persyaratan wasit bersertifikasi. Permasalahan di atas
mengakibatkan kondisi fisik wasit sepak bola di Kabupaten Belitung sulit
ditingkatkan. Maka dari itu penulis mengambil sebuah judul penelitian yaitu : “Penerapan Metode Interval Trainning Untuk Meningkatkan Kondisi Fisik Wasit Sepak Bola Di Kabupaten Belitung.”
B.Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut didapatkan bahwa wasit sepak bola di
Kabupaten Belitung memiliki kondisi fisik yang kurang karena tidak pernah
mendapatkan pelatihan khusus wasit sepak bola. Jadi berdasarkan masalah
tersebut maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimanakah dampak metode interval trainning terhadap kondisi fisik wasit sepak bola di Kabupaten Belitung?”
C.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan yang dapat diambil dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak dari metode interval trainning
terhadap kondisi fisik wasit sepak bola di Kabupaten Belitung.
D.Manfaat Penelitian
Dari judul yang diambil dari peneliti maka penelitian ini dapat
bermanfaat antara lain :
1. Manfaat teoritis :
a. Sebagai sumbangsih keilmuan yang bermanfaat tentang peningkatan kondisi
fisik melaluiinterval trainning.
b. Sebagai bahan informasi data mengenai wasit di daerah Pengcab PSSI
Kabupaten Belitung.
c. Sebagai data untuk perwasitan di Indonesia pada umumnya dan bagi Pengurus
7
2. Manfaat praktis
a. Sebagai pedoman dan acuan bagi para wasit di daerah lainnya untuk
meningkatkan kondisi fisik melalui interval trainning.
b. Sebagai sumbangsih terhadap Pengcab PSSI Kabupaten Belitung dalam upaya
memeningkatkan kualitas wasit sepak bola di Kabupaten Belitung.
c. Sebagai acuan untuk berprestasi dan menciptakan wasit Nasional yang berasal
dari Kabupaten Belitung.
E.Batasan Penelitian
Untuk mendapatkan data yang jelas dan penelitian yang lebih efektif,
penulis memberikan beberapa batasan masalah seperti yang diuraikan, diantaranya
adalah :
1. Variabel bebas dari penelitian ini adalah metode interval trainning.
2. Variabel terikatnya adalah dari penelitian ini adalah kondisi fisik wasit sepak
bola di Kabupaten Belitung.
3. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh wasit sepak bola di Kabupaten
Belitung yang bersertifikasi C-III (tingkat Kabupaten), C-II (tingkat Provinsi),
dan C-I (tingkat Nasional) yaitu berjumlah 12 orang. Sedangkan sampel yang
digunakan adalah seluruh dari jumlah populasi yaitu sebanyak 12 orang.
4. Komponen kondisi fisik yang lebih diutamakan dari penelitian ini adalah daya
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Dalam sebuah penelitian ilmiah dalam mencapai tujuannya selalau
menggunakan metode. Metode yang tepat akan akan membantu dalam
keberhasilan suatu penelitian. Bentuk dan jenis metode penelitian yang digunakan
biasanya disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dari sebuah penelitian.
Metode dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah cara teratur yang
digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang
dikehendaki atau cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu
kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
Dalam menyelesaikan suatu penelitian biasanya terdapat berbagai jenis
metode penelitian yang digunakan. Sugiyono (2009) menjelaskan “Bila dilihat
dari tingkat kealamiahan (setting) tempat penelitian terdapat tiga metode
penelitian, yaitu penelitian eksperimen, survey dan naturalistik (kualitatif)”.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian eksperimen.
Mengenai metode penelitian eksperimen Sugiyono (2009) menjelaskan :
Metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Dalam penelitian eksperimen ada perlakuan (treatment), sedangkan dalam penelitian naturalistik/kualitatif tidak ada perlakukan.
Jadi penulis menggunakan metode penelitan eksperimen karena di dalam
penelitian ini terdapat treatmen atau perlakuan. Dalam penelitian ini tidak terdapat
kelompok kontrol.
B. Teknik Pengolahan Data
Setelah data diperoleh, maka akan dilakukan pengolahan dan analisis data,
41
menyimpulkan hasil penelitian. Pengolahan data dilakukan dengan metode
statistka agar diperoleh hasil yang tepat. Teknik pengolahan data dalam penelitian
ini menggunakan penghitungan komputerisasi program SPSS (Statistical Product
Service Solutions) dengan alasan bahwa program ini memiliki kemampuan
analisis statistik cukup tinggi serta sistem manajemen data pada lingkungan grafis
menggunakan menu-menu dekriptif dan kotak-kotak dialog sederhana, sehingga
mudah dipahami cara pengoperasiannya (Sugianto, 2007: 1).
Pengolahan data menurut Hasan (2006:24) meliputi kegiatan:
1. Editing, yaitu memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan.
2. Coding (Pengkodean), yaitu memberikan kode numeric (angka) terhadap data yang terdiri dari beberapa kategori.
3. Pemberian skor atau nilai
4. Tabulasi, yaitu membuat tabel-tabel yang berisi data dan diberi kode sesuai dengan kebutuhan analisis.
Sudjana (1989) menjelaskan rumus-rumus statistika yang digunakan
dalam pengolahan data adalah sebagi berikut :
1. Menguji Normalitas
Pengujian normalitas yaitu untuk mengetahui apakah data berdistribusi
normal atau tidak. Selain itu juga sebagai upaya untuk dapat menentukan jenis uji
statistik berikutnya. Karena jumlah sampel termasuk ke dalam kelompok kecil,
maka uji normalitas menggunakan kolmogorov-smirnov. Format pengujiannya
dengan membandingkan nilai probabilitas (p-value) atau signifikansi (Sig.) dengan derajat kebebasan (dk) α = 0,05. Uji kebermaknaannya adalah sebagai berikut:
a. Jika nilai Sig. Atau P-value > 0,05 maka data dinyatakan normal
b. Jika nilai Sig. Atau P-value < 0,05 maka data dinyatakan tidak normal.
Selain itu, jika menggunakan rumus manual dengan menggunakan uji
42
a. Membuat tabel penolong untuk mengurutkan data terkecil sampai terbesar,
kemudian mencari rata-rata dan simpangan baku.
b. Mencari nilai Z1, Z2,...,Zn yaitu dengan rumus Z =
1−
�
c. Menghitung peluang F(Zi) = P(Z-Zi)
d. Menghitung proporsi Z1, Z2, ... Zn yang lebih kecil atau sama dengan Z1. Proporsi ini dinyatakan dengan rumus :
�( �) = � � �� 1, 2,… � �
e. Menghitung selisih F(Z1) – S(Zi)
f. Ambil harga terbesar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut, sebutlah harga tersebar itu α untuk menerima dan menolak hipotesis nol maka Lo dibandingkan dengan nilai kritis L yang diambil dari uji Lilliefors dengan
taraf nyata 0,05 kriterianya adalah ditolak hipotesis nol, bila populasi
berdistribusi normal jika Lo yang diperoleh dari perhitungan lebih besar
dibandingkan L tabel, dalam hal lain hipotesis diterima.
2. Uji Homogenitas
Langkah selanjutnya setelah uji normalitas adalah uji homogenitas data.
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data memiliki varians yang sama atau
tidak, dengan kata lain apakah data berasal dari satu populasi yang homogen atau
tidak. Selain untuk menguji homogen tidaknya data, uji homogenitas juga untuk
menentukan langkah pengolahan selanjutnya, yaitu jenis statistik apa yang akan
digunakan. Jika data homogen, maka pengolahan dilanjutkan dengan statistik
parametrik, sedangkan jika data tidak homogen maka dilanjutkan dengan
pengolahan statistik non-parametrik.
Pengujian homogenitas data dalam hal ini yang penulis gunakan adalah
lavene tes statistik. Uji kebermaknaannya adalah sebagai berikut:
a. Jika nilai Sig. Atau P-value > 0,05 maka data dinyatakan homogen
43
Apabila pengujian menggunakan pengolahan data manual dapat
ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Sebelum menentukan nilai pendekatan statistik untuk uji homogenitas, maka
penulis menentukan pasangan hipotesis yang akan diuji dengan ketentuan
sebagai berikut:
Ho = 12 22
H1 =12 22
b. Menentukan pendekatan statistik dengan rumus sebagai berikut:
terkecil Variansi
terbesar Variansi
F
c. Menentukan kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis adalah sebagai
berikut :
Tolak hipotesis (Ho) jika F > Fα
Terima hipotesis (Ho) jika F < Fα
d. Menentukan batas kritis penolakan dan penerimaan hipotesis dengan
menentukan dk pembilang dan dk penyebut dengan masing-masing dk dikurangi 1 dan ketentuan α = 0,05.
e. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil dari penghitungan uji homogenitas.
3. Menguji hipotesis :
Untuk menentukan diterima atau ditolaknya hipotesis dengan
menggunakan pendekatan statistik uji t, dalam uji ini penulis juga menggunakan
program komputer SPSS. Uji kebermaknaan hipotesis adalah sebagai berikut :
a. Jika P-value ≤ 0,05: maka tidak terdapat dampak yang signifikan
b. Jika P-value > 0,05 : maka terdapat dampak yang signifikan
Jika pengujian hipotesis menggunakan secara manual dapat ditempuh
44
t = � �
�
Keterangan :
t = derajat peningkatan yang dicari
� = rata-rata beda
� = simpangan baku beda � = jumlah sampel
Langkah-langkah dalam menghitung untuk uji t adalah sebagai berikut :
a. Menghitung rata-rata beda
b. Menghitung simpangan baku beda
c. Mencari nilai t hitung
d. Mencari batas penerimaan hipotesis pada t tabel
e. Membandingkan t hitung dengan t tabel
Adapun t hitung berada di luar daerah penerimaan hipotesis, maka hipotesis
ditolak. Begitu juga sebaliknya, apabila t hitung berada di dalam daerah
penerimaan, maka hipotesis diterima.
C. Populasi dan Sampel
Sugiyono (2009) mengatakan “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.” Populasi dari penelitian ini adalah seluruh wasit sepak bola di
Kabupaten Belitung yang bersertifikasi C-III (tingkat Kabupaten, C-II (tingkat
Provinsi), dan C-I (tingkat Nasional). Total dari jumlah populasi dari penelitian
ini adalah berjumlah 12 orang.
Dalam sebuah penelitian biasanya terdapat sampel yang diambil dari
populasi. Pengambilan sampel dimaksudkan agar subjek yang akan diteliti dapat
45
sepak bola di Kabupaten Belitung. Pada penelitian ini peneliti mengambil sampel
dari seluruh jumlah populasi yaitu sebanyak 12 orang. Hal ini bertujuan agar hasil
yang didapat mewakili dari seluruh jumlah populasi.
D.Design Penelitian
Pada penelitian ini, penulis menggunakan design penelitian
pretest-posttest design. Di mana nantinya akan dilakukan tes sebanyak dua kali, yaitu tes
awal dan tes akhir. Diantara tes tersebut akan diberi perlakuan berupa Interval
trainning. Pada design ini tidak terdapat kelompok kontrol.
Ket :
O1 = Tes awal
O2 = Tes akhir
X = Treatment (perlakuan, diberikan interval trainning)
E. Instrumen Penelitian
Pada prinsipnya sebuah penelitian adalah melakukan pengukuran, maka
harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan
instrument penelitian. Mengenai instrumen penelitian Sugiyono (2009) menjelaskan “instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”. Di dalam penelitian ini
penulis menggunakan suatu instrumen atau alat ukur yang digunakan khusus
46
Mengenai salah satu tes fisik yang dilakukan para wasit sepak bola,
Physical Fitness Test Referee of FIFA (2010) menjelaskan ada dua macam tes
untuk kebugaran wasit sepak bola yaitu : (1) Tes sprint 40 meter sebanyak 3 kali
dengan waktu istirahat maksimal 1 menit 30 detik. (2) Interval Test. Tes ini
merupakan tes lari sejauh 150 meter, berjalan 50 meter, lari 150 meter dan
berjalan 50 meter. Tes ini juga diberikan kepada calon wasit yang yang akan
mengikuti sertifikasi untuk tingkat C-III (tingkat Kabupaten, C-II (tingkat
Provinsi), C-I (tingkat Nasional), dan juga penyegaran wasit sepak bola. Bentuk
tes ini merupakan bentuk tes yang telah baku yang ditetapkan sendiri oleh badan
sepak bola tertinggi di Dunia, Federation International Football Association
(FIFA). Physical Fitness Test Referee merupakan tes yang dilakukan oleh para
calon wasit untuk melihat daya tahan dan kecepatan yang dimilikinya. Dimana
untuk lari 150 meter, jalan 50 meter untuk melihat daya tahan (endurance)
sedangkan sprint 40 meter untuk melihat kecepatan yang dimiliki seorang wasit
dalam sepak bola.
Instrumen atau alat ukur pada penelitian ini diberikan pada tes awal dan
tes akhir untuk mengukur bagaimana tingkat kondisi fisik dari wasit sepak bola.
Physical Fitness Test Referee ini terdiri dari dua macam yang kedua-duanya tidak
dapat dipisahkan dalam pelaksanaannya. Tes yang pertama adalah tes lari cepat 40
meter sebannyak enam kali. Di mana waktu istirahat yang diberikan setiap kali
lari adalah 90 detik. Tes ini merupakan salah satu tes kecepatan yang harus
dimiliki wasit dan juga asisten wasit. Untuk waktu yang harus diperhatikan adalah
tes 40 meter ini tidak boleh melebihi waktu 6,6 detik. (Physical Fitness Test
47
Gambar 3.1 : Physical fitness test referee yang pertama
Setelah itu tes kedua yang dilakukan adalah Interval test yaitu berlari
pada lintasan atletik sejauh 150 meter, kemudian istirahat (berjalan 50 meter), dan
kemudian kembali berlari 150 meter dan istirahat (berjalan kembali 50 meter). Tes
ini bertujuan untuk melihat daya tahan yang harus dimiliki oleh wasit sepak bola.
Untuk waktu yang ditentukan, FIFA memberikan klasifikasi untuk waktu dari tes
ini. Klasifikasi tersebut adalah :
1. Wasit laki-laki internasional :
Lari 150 meter ≤ 30 detik, jalan 50 meter ≤ 35 detik. 2. Wasit laki-laki nasional :
Lari 150 meter ≤ 30 detik, jalan 50 meter ≤ 40 detik. 3. Wasit wanita internasional :
Lari 150 meter ≤ 35 detik, jalan 50 meter ≤ 40 detik. 4. Wasit wanita nasional :
Lari 150 meter ≤ 35 detik, jalan 50 meter ≤ 45 detik.
Dari beberapa klasifikasi waktu tersebut, peneliti mengambil waktu untuk wasit wanita nasional yaitu berlari 150 meter ≤ 35 detik dan berjalan 50 meter ≤ 40 detik. Hal ini dikarenakan bahwa waktu yang digunakan adalah waktu yang sesuai dan biasa dilakukan dalam penyegaran kondisi fisik wasit sepak bola
48
Gambar 3.2 : Physical fitness test referee yang kedua
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa seorang wasit atau calon wasit
yang melaksanakan fitness interval test ini harus melakukan lari 150 meter,
berjalan 50 meter, kenudian berlari lagi 150 meter dan berjalan 50 meter. Jadi
dalam satu putaran lintasan atletik ia harus berlari sejauh 300 meter (yang
dihitung hanya lari saja). Hal ini terus dilakukan selama 10 putaran atau sejauh
3000 meter. Seseorang dinyatakan tidak berhasil dan tidak boleh melanjutkan tes
ini apabila ia telah dua kali gagal atau terlambat sesuai dengan perhitungan waktu
yang telah ditentukan. Biasanya untuk tes ini menggunakan audio atau sumber
49
F. Langkah-Langkah Penelitian
WASIT SEPAK BOLA DI KABUPATEN BELITUNG YANG
BERJUMLAH 12 ORANG
TES AWAL
TES AKHIR
PENGOLAHAN DATA UJI
NORMALITAS
UJI HIPOTESIS (t)
HASIL
TREATMENT (PERLAKUAN) : METODE INTERVAL TRAINNING
Diberikan metode interval trainning dengan speed endurance exercise selama
16 kali pertemuan / latihan
50
G.Agenda Penelitian
Dalam penelitian ini penulis membuat agenda penelitian yang akan
diberikan kepada wasit sepak bola di Kabupaten Belitung. Tempat penelitian
adalah di Stadion Pangkallang, Kecamatan Tanjungpandan, yang bertempat di
Jalan Jendral Ahmad Yani, Tanjungpandan Belitung. Penelitian dilakukan pada
Bulan September 2013 sampai dengan 6 Oktober 2013. Pada tes awal dimulai
pada tanggal 1 September 2013 dari pukul 08.00 pagi sampai dengan selesai.
Sedangkan tes akhir dilaksanakan pada tanggal 13 Oktober 2013. Jadi penelitian
ini dilakasanakan selama satu setengah bulan dengan 18 kali pertemuan.
Tabel 3.1
Agenda penelitian wasit sepak bola di Kabupaten Belitung
No Hari/Tanggal Waktu Tempat Materi Alat Bantu Ket
1 Minggu/1 September 2013 08.00 s.d selesai Std. Pangkallalang Fitness interval test Peluit, Cones, Stopwatch Pretest
2 Selasa/3 September 2013 16.00 s.d selesai Std. Pangkallalang Speed endurence 1 Cones, Peluit, Stopwatch Treatment
3 Kamis/5 September 2013 16.00 s.d selesai Std. Pangkallalang Speed endurence 2 Cones, Peluit, Stopwatch Treatment
4 Sabtu/7 September 2013 16.00 s.d selesai Std. Pangkallalang Speed endurence 3 Cones, Peluit, Stopwatch Treatment
5 Senin/9 September 2013 16.00 s.d selesai Std. Pangkallalang Speed endurence 4 Cones, Peluit, Stopwatch Treatment
6 Rabu/11 September 2013 16.00 s.d selesai Std. Pangkallalang Speed endurence 5 Cones, Peluit, Stopwatch Treatment
7 Jumat/13 September 2013 16.00 s.d selesai Std. Pangkallalang Speed endurence 6 Cones, Peluit, Stopwatch Treatment
51
9 Rabu/18 September 2013 16.00 s.d selesai Std. Pangkallalang Speed endurence 8 Cones, Peluit, Stopwatch Treatment
10 Jumat/20 September 2013 16.00 s.d selesai Std. Pangkallalang Speed endurence 9 Cones, Peluit, Stopwatch Treatment
11 Senin/23 September 2013 16.00 s.d selesai Std. Pangkallalang Speed endurence 10 Cones, Peluit, Stopwatch Treatment
12 Rabu/25 September 2013 16.00 s.d selesai Std. Pangkallalang Speed endurence 11 Cones, Peluit, Stopwatch Treatment
13 Jumat/27 September 2013 16.00 s.d selesai Std. Pangkallalang Speed endurence 12 Cones, Peluit, Stopwatch Treatment
14 Senin/30 September 2013 16.00 s.d selesai Std. Pangkallalang Speed endurence 13 Cones, Peluit, Stopwatch Treatment
15 Rabu/2 Oktober 2013 16.00 s.d selesai Std. Pangkallalang Speed endurence 14 Cones, Peluit, Stopwatch Treatment
16 Jumat/4 Oktober 2013 16.00 s.d selesai Std. Pangkallalang Speed endurence 15 Cones, Peluit, Stopwatch Treatment
17 Senin/7 Oktober 2013 16.00 s.d selesai Std. Pangkallalang Speed endurence 16 Cones, Peluit, Stopwatch Treatment
18 Minggu/13 Oktober 2013 08.00 s.d selesai Std. Pangkallalang Fitness interval test Peluit, Cones, stopwatch Posttest
H. Program Latihan (Treatment)
Pada penelitian ini seperti yang telah dijelaskan dalam langkah-langkah
penelitian, diantara tes awal dan tes akhir akan diberikan latihan interval yang
merupakan treatment dari penelitian ini. Pada interval trainning ini penulis
memberikan materi speed endurance exercise yang merupakan salah satu bentuk
dari interval trainnning yang dikhususkan bagi wasit sepak bola. Latihan ini akan
dilakukan di Stadion Pangkallalang Jalan Jendral Ahmad Yani, Kecamatan
Tanjungpandan Beltung. Latihan dimulai pada 3 September sampai 4 Oktober
52
Tabel 3.2
Program latihan (Speed endurance exercise of FIFA 2010 : 2-17)
No Hari/Tanggal Materi
1 Selasa/3
September
2013
Pemanasan : Senam statis, jogging, senam dinamis. (10 menit).
Inti : Speed endurence exercise 1 (30 menit)
Ket : Lari intesitas tinggi
Berjalan
Dimulai dari tepi daerah penalti, berlari dengan intensitas tinggi
menuju daerah tepi daerah kotak penalti yang lain waktu yang
harus ditempuh adalah 15 detik. Kemudian berjalan dengan
waktu 45 detik. Dilakukan sebanyak 8 kali pengulangan, selama
2 set. Waktu istirahat 4 menit setiap setnya.
Pendinginan : Cooling down (10 menit)
2 Kamis/5
September
2013
Pemanasan : senam statis, jogging, senam dinamis (10 menit)
53
Pendinginan : Cooling down (10 menit)
3 Sabtu/ 7
September
2013
Pemanasan : senam statis, jogging, senam dinamis (10 menit)
Inti : Speed endurance exercise 3 (30 menit)
Pendinginan : Colling down (10 menit)
54
September
2013
Inti : Speed endurance exercise 4 (30 menit)
Pendinginan : (10 menit)
5 Rabu/11
September
2013
Pemanasan : senam statis, jogging, senam dinamis (10 menit)
Inti : Speed endurance exercise 5 (30 menit)
55
6 13 September
2013
Pemanasan : senam statis, jogging, senam dinamis (10 menit)
Inti : Speed endurance exercise 6 (30 menit)
Pendinginan : Colling down (10 menit)
7 Senin /16
September
2013
Pemanasan : senam statis, jogging, senam dinamis (10 menit)
Inti : Speed endurance exercise 7 (30 menit)
56
8 Rabu/18
September
2013
Pemanasan : senam statis, jogging, senam dinamis (10 menit)
Inti : Speed endurance exercise 8 (30 menit)
Pendinginan : Cooling down (10 menit)
9 Jumat/20
September
2013
Pemanasan : senam statis, jogging, senam dinamis (10 menit)
Inti : Speed endurance exercise 9 (30 menit)
57
10 Senin/23
September
2013
Pemanasan : senam statis, jogging, senam dinamis (10 menit)
Inti : Speed endurance exercise 10 (30 menit)
Pendinginan : Cooling down (10 menit)
11 Rabu/25
September
2013
Pemanasan : senam statis, jogging, senam dinamis (10 menit)
Inti : Speed endurance exercise 11 (30 menit)
58
12 Jumat/27
September
2013
Pemanasan : senam statis, jogging, senam dinamis (10 menit)
Inti : Speed endurance exercise 12 (30 menit)
Pendinginan : Cooling down (10 menit)
13 Senin/30
September
2013
Pemanasan : senam statis, jogging, senam dinamis (10 menit)
Inti : Speed endurance exercise 13 (30 menit)
59
14 Rabu/2
Oktober 2013
Pemanasan : senam statis, jogging, senam dinamis (10 menit)
Inti : Speed endurance exercise 14 (30 menit)
Pendinginan : Cooling down (10 menit)
15 Jumat/4
Oktober 2013
Pemanasan : senam statis, jogging, senam dinamis (10 menit)
Inti : Speed endurance exercise 14 (30 menit)
60
16 Jumat/4
Oktober 2013
Pemanasan : senam statis, jogging, senam dinamis (10 menit)
Inti : Speed endurance exercise 14 (30 menit)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, maka hasil kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : “Tidak terdapat dampak peningkatan yang signifikan kondisi fisik wasit sepak bola di Kabupaten Belitung melalui
metode interval trainning.”
B.Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, penulis dapat menyampaikan
beberapa saran sebagai berikut :
1. Secara Khusus :
a. Bagi wasit sepak bola di Kabupaten Belitung hendaknya selalu menjaga
kondisi fisiknya dengan cara berlatih secara rutin agar memperoleh kebugaran
jasmani yang baik pada saat penampilan di lapangan.
b. Bagi ketua komisi wasit sepak bola di Kabupaten Belitung supaya dapat
melihat kondisi persediaan wasit yang ada dan menempatkan atau menugaskan
kepada yang lebih memiliki kondisi fisik yang prima untuk memimpin
pertandingan-pertandingan sepak bola yang keras dan cepat sesuai dengan
kebudayaan masyarakat Belitung. Karena dengan demikian akan
mempengaruhi kualitas penampilan wasit di lapangan yang memerlukan
kondisi fisik yang bugar dan juga konsentrasi yang penuh.
c. Bagi Ketua Pengurus Kabupaten (Pengkab) Belitung hendaknya melakukan
regenerasi bagi para wasit sepak bola dengan cara melaksanakan pencarian
bibit-bibit muda wasit berbakat melalui pengadaaan kursus wasit C-III tingkat
Daerah Kabupaten dengan bekerjasama dengan pengurus cabang Provinsi
75
d. Penelitian ini merupakan gambaran kondisi perwasitan di Kabupaten Belitung
yang merupakan daerah yang sangat mencintai olahraga sepak bola dan selalu
menjadikan setiap pertandingan sepak bola menjadi hal yang menarik untuk
ditonton sehingga masyarakat Belitung dapat menilai penampilan wasit di
lapangan terutama kondisi fisik yang harus diperhatikan.
2. Secara Umum :
a. Bagi Federation International Football Association (FIFA) agar dapat
memberikan program latihan khusus untuk wasit sepak bola yang memiliki
usia di atas 45 tahun yang lebih mudah dan praktis bagi usia lanjut tersebut.
b. Bagi seluruh Pengkab di Provinsi supaya menjadi bahan pertimbangan untuk
mengkoreksi kondisi fisik perwasitannya agar menciptakan wasit-wasit sepak
bola yang berkualitas baik di tingkat Provinsi maupun di tingkat Nasional.
c. Perlunya dibuat aturan secara tertulis tentang perlunya menjaga kondisi fisik
DAFTAR PUSTAKA
Abduljabar, Kusumah. 2010. Modul Aplikasi Statistika dalam Penjas. Bandung.
FPOK UPI
Arfina, Yani. 1994. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya : Tiga Dua.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Giriwijoyo, Santosa. 2010. Ilmu Faal Olahraga. Bandung. FPOK UPI
Giriwijoyo, dkk. 2005. Manusia dan Olahraga. Bandung : ITB Bandung
Habibudin, Tjetjep. 2009. Ilmu Faal I. Bandung. FPOK UPI
Harsono, Prof. Drs, Sc. (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam
Coaching. Bandung : Tambak Kusuma CV.
Husyadi. 2008. Makalah Penataran Wasit. Bandung
Kardjono. 2008. Pembinaan Kondisi Fisik. Bandung. FPOK UPI.
Kosasih, Engkos. 1991. Olahraga : Teknik dan Program Latihan. Jakarta : CV.
Akademika Pressindo
Nurhasan. (2007). ModulTes Dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. FPOK UPI
Bandung.
Sajoto.1988. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Jakarta : Direktorat
77
Satriya, Sidik, D. Z, dan Imanudin, I. (2007). Modul Metodelogi Kepelatihan
Olahraga. Bandung, FPOK UPI Bandung.
Sidik, Dikdik Zafar. 2011. Pembinaan Kondisi Fisik. Bandung. FPOK UPI
Soekintaka. 1973. Dasar-dasar Umum Perwasitan. Jakarta : Direktorat Jendral
Olahraga dan Pemuda. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Subarjah, Herman. 2005. Latihan Kondisi Fisik. Bandung. FPOK UPI
Sucipto.et al (1999). Sepak Bola. Jakarta: Depdikbud. Dirjen Pendidikan Dasar
dan Menengah. Bagian Proyek Penataran Guru SLTP setara, D-III Tahun
1999-2000
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta
Sukintaka (1983). Permainan. Jakarta: Depdikbud
Universitas Pendidikan Indonesia (2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. UPI
FIFA. 2010. Speed Endurance Exercise. FIFA
FIFA. (2010). Law of the game FIFA.2010
Fitness interval test of FIFA. 2010.FIFA
http://en.wikipedia.org/wiki/FIFA
77