• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 20

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 20"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkah dan

karuniaNya penyusunan Buku Profil Pendataan Keluarga Tahun 2010 telah

dapat diselesaikan. Pendataan Keluarga Tahun 2010 merupakan kegiatan

pendataan yang ke 18 (delapan belas) kali. Pelaksanaan Pendataan Keluarga

Tahun 2010 didasarkan pada Instruksi Kepala BKKBN nomor,

872/HK-010/D1/2010, tanggal 26 April 2010, tentang Pelaksanaan Pendataan Keluarga

Tahun 2010 disertai Surat Edaran Menteri Dalam Negeri nomor 411.4/2180/SJ

tanggal 2 Juni 2010 yang ditujukan kepada Gubernur dan Bupati/ Walikota di

seluruh Indonesia untuk memperkuat dukungan di daerah. Proses pelaksanaan

pengumpulan kegiatan Pendataan Keluarga tahun 2010 dilakukan melalui

kunjungan rumah ke rumah oleh PLKB/PKB, para kader pendata dan tokoh

masyarakat selama 3 bulan, dari 1 Juli sampai dengan 30 September 2010,

sebagai bagian kegiatan dari Sistem Pencatatan Pelaporan Program KKB

Nasional yang telah dibakukan.

Buku Profil Keluarga Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2010 merupakan

pemutakhiran data keluarga hasil Pendataan Keluarga Tahun 2010, berisi

gambaran tentang ciri maupun keadaan umum keluarga, yang berkaitan dengan

kondisi dan potensi keluarga, dalam himpunan data demografi, data keluarga

berencana dan data keluarga sejahtera per wilayah yang sangat strategis bagi

pengelolaan Program KKB Nasional khususnya dan umumnya diminati oleh

pemerhati dan pengguna data hasil Pendataan Keluarga.

Kami menyadari masih adanya keterbatasan dalam penyusunan Buku Profil ini.

Untuk

itu

kami

mengharapkan

saran

perbaikan

dan

masukan

untuk

penyempurnaan yang akan datang. Akhirnya kepada semua pihak yang telah

mengumpulkan data keluarga serta memberikan masukan dan saran perbaikan,

kami sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga karya ini

dapat bermanfaat untuk kepentingan pengelolaan Program KKB Nasional dan

program pembangunan keluarga dan masyarakat di Indonesia.

Jakarta, Juni 2011

Direktorat Pelaporan dan Statistik

Direktur,

(4)
(5)

KATA SAMBUTAN

Dalam rangka menunjang tersedianya data dan informasi Program KKB

Nasional, sejak awal program telah dilakukan melalui pelaksanaan Sistem

Informasi Manajemen Progam KB Nasional, khususnya Sub Sistem Pencatatan

dan Pelaporan Program KKB Nasional, guna memonitor keseluruhan rangkaian

kegiatan dan hasil kegiatan program secara berkelanjutan. Berbagai perubahan

yang ada, baik perubahan lingkungan strategis, perkembangan teknologi

informasi, serta perubahan visi, misi, grand strategy BKKBN tahun 2007-2010,

makin menuntut perlunya penyediaan data dan informasi yang cepat, tepat,

akurat dan mutakhir, untuk menunjang kebutuhan dalam pengelolaan Program

KKB Nasional.

Pendataan Keluarga yang merupakan bagian dari Sub Sistem Pencatatan dan

Pelaporan Program KKB Nasional, merupakan langkah pengumpulan data

keluarga yang dilakukan setiap tahun untuk mendapatkan data dan informasi

yang mutakhir tentang data demografi, keluarga berencana, dan keluarga

sejahtera. Dalam pelaksanaan pendataan keluarga ini sesungguhnya bukan

hanya berfungsi untuk mengumpulkan data keluarga, tetapi sekaligus berfungsi

pula sebagai alat advokasi, komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) untuk

menggerakkan partisipasi masyarakat dan keluarga dalam Program KKB

Nasional. Pendataan Keluarga yang dilakukan pada tahun 2010 ini dilaksanakan

berdasarkan Instruksi Kepala BKKBN Nomor 872/HK-010/D1/2010, tertanggal

26 April 2010, tentang pelaksanaan Pendataan Keluarga, serta diperkuat dengan

Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 411.4/2180/SJ tertanggal 2 Juni

2010 kepada Gubernur dan Bupati/Walikota di seluruh Indonesia. Berbagai data

dan informasi hasil pendataan keluarga ini merupakan sebagian tugas Bidang

Informasi Keluarga

(Service Center),

guna

memberikan dukungan dalam

penyediaan data yang sangat diperlukan oleh bidang-bidang operasional, baik

Bidang KB-KR, Bidang KS-PK maupun Bidang Kependudukan

(Mission center)

,

terutama dalam mengidentifikasi target sasaran dan pencapaian Program KKB

Nasional di lini lapangan. Ditingkat lapangan hasil pendataan keluarga ini

menjadi bahan utama untuk disosialisasikan dalam forum “Sarasehan Pendataan

Keluarga” sebagai wahana mencari solusi dalam mengatasi berbagai masalah

keluarga, baik untuk kepentingan internal Program KKB maupun untuk

mengkoordinasikan

dengan

sektor-sektor

lain

terkait

dalam

program

pembangunan keluarga di daerah.

(6)

yang dapat menunjang kebutuhan penyediaan data dan informasi keluarga bagi

pengelolaan Program KKB Nasional.

Akhirnya dalam kesempatan ini pula, kami menyampaikan ucapan terima kasih

dan penghargaan yang tak terhingga kepada semua pihak, terutama para

penyusun buku, dan para Petugas Lapangan/Penyuluh KB, para Kader pendata,

dan

tokoh

masyarakat

di

lini

lapangan,

yang

telah

bersusah

payah

mengumpulkan dan melaporkannya, sehingga menjadi data dan informasi yang

sangat bermanfaat bagi pengelolaan Program KKB Nasional.

Jakarta, Juni 2011

Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan dan

Informasi,

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR

KATA SAMBUTAN

DAFTAR ISI

i

ii

iv

BAB I.

PENDAHULUAN

A.

B.

C.

D.

Latar Belakang

Tujuan

Ruang Lingkup

Manfaat Pendataan Keluarga

1

2

3

5

BAB II.

PELAKSANAAN PENDATAAN KELUARGA

A.

B.

C.

D.

Batasan Pengertian

Persiapan Pendataan Keluarga

Pelaksanaan Pendataan Keluarga

Pengolahan dan Penyajian Hasil Pendataan

6

9

10

11

BAB III.

CAKUPAN DAN HASIL PENDATAAN

A.

Cakupan Pendataan

13

1.

2.

Wilayah

Sasaran

13

14

B.

Hasil Pendataan

15

1.

2.

3.

Demografi

Keluarga Berencana

Keluarga Sejahtera

15

25

34

BAB IV.

PENUTUP

37

(8)
(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelaksanaan Pendataan Keluarga didasarkan pada Undang-Undang No. 52 tahun

2010 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera.

Sejalan dengan pencapaian salah satu sasaran dari Grand Strategi Program KB

Nasional tahun 2009–2010 yaitu menyediakan data dan informasi keluarga berbasis

data mikro yang up-to-date untuk pengelolaan program KB Nasional dan

program-program pembangunan. Dalam Sistem Informasi Manajemen Program KB Nasional

salah satu kegiatan pengumpulan data dilakukan melalui sub Sistem Pencatatan dan

Pelaporan Pendataan Keluarga. Hal ini dimaksudkan untuk dapat mendukung

pelayanan program dalam penyediaan data dan informasi yang berkualitas (cepat,

tepat, lengkap dan akurat), sehingga data dan informasi tersebut dapat digunakan

sebagai bahan perencanaan dan evaluasi Program KB Nasional disemua tingkatan

wilayah.

Kegiatan Pendataan Keluarga tahun 2010 ini merupakan kegiatan pengumpulan

data Sistem Pencatatan dan Pelaporan yang sudah dilaksanakan selama 18 (delapan

belas) kali sejak tahun 1994 untuk menyediakan data sasaran Program KB Nasional.

Oleh karena itu, Pendataan Keluarga menjadi

sarana operasional untuk para

petugas

dan

pengelola

untuk

mengetahui

sasaran

secara

seksama

guna

mempertajam

segmentasi

sasaran

program.

Pendataan

Keluarga

ini

akan

menghasilkan data dan informasi secara mikro yang meliputi aspek demografi,

keluarga berencana, keluarga sejahtera dan individu anggota keluarga sejak tahun

2001.

Pendataan Keluarga dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia dengan cara

langsung mendatangi keluarga-keluarga melalui kunjungan dari rumah ke rumah;

bertujuan untuk mendapatkan data primer tentang keluarga oleh para kader atau

petugas pendata setempat. Untuk aspek keluarga sejahtera dikumpulkan dengan

menggunakan 13 variabel yang meliputi 21 indikator sesuai dengan pemikiran para

pakar sosiologi dalam membangun keluarga sejahtera, dengan mengetahui

faktor-faktor dominan yang menjadi kebutuhan setiap keluarga, yang terdiri dari

kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psychologis, kebutuhan pengembangan, serta

kebutuhan aktuallisasi diri dalam berkontribusi bagi masyarakat di lingkungannya.

Dengan demikian hasil Pendataan Keluarga akan berguna pula bagi keluarga dan

masyarakat

untuk

membantu

dirinya

dalam

menuntaskan

keluarga

dari

ketertinggalan

dan

meningkatkan

kualitas

keluarga,

berdasarkan

tingkat

kesejahteraannya, yaitu tahap Keluarga Prasejahtera, Keluarga Sejahtera I, Keluarga

Sejahtera II, Keluarga Sejahtera III dan Keluarga Sejahtera III Plus.

Penentuan indikator-indikator dalam tahapan keluarga sejahtera yang telah

disepakati mempunyai sifat sebagai berikut :

Strategis, karena sangat esensial dan mempunyai daya ungkit tinggi;

(10)

Applicable, berarti dapat diterapkan dengan mudah, cocok dan tepat serta

mudah dilaksanakan;

Observable,

berarti dapat diamati dan dilihat, sehingga tidak sulit mengenalinya

di lapangan;

Measurable,

berarti dapat diukur dengan menggunakan ukuran volume, besar,

tingkat, luas frekuensi dan sebagainya;

Mutable,

berarti dapat diubah dan diadakan intervensi untuk memperbaiki

keadaan tersebut.

Pelaksanaan Pendataan Keluarga Tahun 2010, merupakan kegiatan pengumpulan

data keluarga dengan menggunakan formulir Pendataan Keluarga (R/I/KS). Dalam

melakukan pemutakhiran data keluarga ini

pendata mengumpulkan data

berdasarkan R/I/KS sebelumnya atau Daftar Keluarga dan Anggota Keluarga

(DKAK), untuk mendata kembali perubahan data keluarga dengan Catatan Kader

Pemutakhiran Data Keluarga (C/I/PDK-Kader) yang dihimpun dan dipindahkan

kedalam di Buku Catatan PLKB Pemutakhiran Data Keluarga (C/I/PDK-PLKB) dan

formulir Mutasi Data Keluarga (F/I/MDK). Secara berjenjang dari tingkat Dusun/RW

atau Desa/Kelurahan hasil pendataan atau pemutakhiran data ini dibuat laporan

rekapitulasi hasil pendataan keluarga sampai ke tingkat Pusat. Oleh karena itu, hasil

pendataan keluarga tahun 2010 yang diulas dalam laporan ini berdasarkan pada

laporan rekapitulasi dari tingkat tingkat provinsi.

Pada buku Profil Keluarga Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2010 ini disajikan hasil

pelaksanaan Pendataan Keluarga secara garis besar yang meliputi cakupan laporan

pendataan baik wilayah maupun sasaran, serta hasil pendataan yang meliputi data

demografi, data keluarga berencana dan data keluarga sejahtera.

Pada pendataan tahun 2010 ini, ada 3 kab/kota baru/pemekaran yang belum

melakukan Pendataan Keluarga yaitu Kab. Kepulauan Anambas di Provinsi

Kepulauan Riau, Kab. Sukamara dan Kab. Barito Timur di Provinsi Kalimantan

Tengah.

B. T u j u a n

1. Umum

Diperolehnya data basis keluarga dan individu anggota keluarga yang

memberikan gambaran secara tepat dan menyeluruh keadaan di lapangan

sampai ke tingkat keluarga tentang hasil-hasil pelaksanaan Program KB Nasional

untuk kepentingan operasional langsung di lapangan serta kepentingan

penetapan kebijakan, perencanaan, pengendalian dan penilaian oleh pengelola

dan pelaksana di semua tingkatan.

2. Khusus

a. Tersedianya data demografi meliputi :

1) Jumlah kepala rumah tangga;

(11)

5) Jumlah wanita usia subur (umur 15 – 49 tahun) dalam keluarga;

6) Jumlah jiwa menurut jenis kelamin serta menurut kelompok umur

tertentu (bayi 0-<1 tahun, balita 1-<5 tahun, 5-6 tahun, 7-15 tahun, 16-21

tahun, 22-59 tahun, dan 60 tahun ke atas);

b. Tersedianya data keluarga berencana meliputi :

1) Jumlah pasangan usia subur (PUS), menurut kelompok umur (<20 tahun,

20-29 tahun, 30-49 tahun);

2) Jumlah pasangan usia subur yang menjadi peserta KB menurut jalur

pelayanan (pemerintah dan swasta);

3) Jumlah peserta KB yang Implantnya dicabut tahun depan;

4) Jumlah pasangan usia subur bukan peserta KB (hamil, ingin anak segera,

ingin anak ditunda, tidak ingin anak lagi).

c. Tersedianya data tahapan keluarga sejahtera meliputi :

1) Jumlah Keluarga Pra Sejahtera;

2) Jumlah Keluarga Sejahtera I;

3) Jumlah Keluarga Sejahtera II;

4) Jumlah Keluarga Sejahtera III;

5) Jumlah Keluarga Sejahtera III Plus.

d. Tersedianya data individu keluarga meliputi :

1) Nama;

2) Alamat;

3) Hubungan dengan kepala keluarga;

4) Jenis kelamin;

5) Tanggal, bulan dan tahun kelahiran;

6) Pendidikan terakhir;

7) Pekerjaan;

8) Perubahan (mutasi).

C. Ruang Lingkup

1. Sasaran

Sasaran Pendataan Keluarga adalah keluarga sebagaimana yang dimaksud dan

tertuang dalam Undang-undang nomor 10 tahun 1992, yaitu keluarga dan

individu anggota keluarga disetiap wilayah. Pendataan Keluarga mencakup 4

(empat) aspek, yaitu sebagai berikut :

a. Aspek Demografi

b. Aspek Keluarga Berencana

c. Aspek Tahapan Keluarga Sejahtera

d. Aspek Individu Anggota Keluarga

(12)

1) Tahapan Pra Sejahtera;

Adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu indikator tahapan

Keluarga Sejahtera I.

2) Tahapan Keluarga Sejahtera I;

Adalah keluarga yang baru dapat memenuhi indikator-indikator berikut:

(1)

Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih;

(2)

Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah,

bekerja/sekolah dan bepergian;

(3)

Rumah yang ditempati keluarga mempunyai atap, lantai, dinding yang

baik;

(4)

Bila ada anggota keluarga sakit dibawa ke sarana kesehatan;

(5)

Bila pasangan usia subur ingin ber KB pergi ke sarana pelayanan

kontrasepsi;

(6)

Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga bersekolah.

3) Tahapan Keluarga Sejahtera II

Adalah keluarga yang sudah dapat memenuhi indikator Tahapan Keluarga

Sejahtera I (indikator 1 s/d 6) dan indikator berikut;

(7)

Pada umumnya anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai dengan

agama dan kepercayaan masing-masing;

(8)

Paling kurang sekali seminggu seluruh anggota keluarga makan

daging/ikan/ telur;

(9)

Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu pasang

pakaian baru dalam setahun;

(10) Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk setiap penghuni rumah;

(11) Tiga bulan terakhir keluarga dalam keadaan sehat, sehingga dapat

melaksanakan tugas/fungsi masing-masing;

(12) Ada seorang atau lebih anggota keluarga yang bekerja untuk

memperoleh penghasilan;

(13) Seluruh anggota keluarga umur 10 - 60 tahun bisa baca tulisan latin;

(14) Pasangan usia subur dengan anak dua atau lebih menggunakan

alat/obat kontrasepsi.

4) Tahapan Keluarga Sejahtera III

;

Adalah keluarga yang sudah memenuhi indikator Tahapan keluarga Sejahtera

I dan Indikator Keluarga Sejahtera II (Indikator 1 s/d 14) dan indikator

berikut;

(15) Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama;

(16) Sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk uang atau

barang;

(13)

(19) Keluarga memperoleh informasi dari surat kabar/majalah/radio/tv.

5) Tahapan Keluarga Sejahtera III Plus;

Adalah keluarga yang memenuhi indikator Tahapan keluarga Sejahtera I,

Indikator Keluarga Sejahtera II dan Indikator Keluarga Sewjahtera III

(Indikator 1 s/d 19) dan indikator berikut;

(20) Keluarga secara teratur dengan suka rela memberikan sumbangan

materiil untuk kegiatan sosial;

(21) Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus perkumpulan

sosial/yayasan/ institusi masyarakat.

2. Jangkauan

Jangkauan Pendataan Keluarga meliputi wilayah Rukun Tetangga (RT),

Dusun/RW, Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi sampai ke

tingkat Nasional.

D. Manfaat

Data yang dikumpulkan melalui Pendataan Keluarga terutama bermanfaat untuk :

1. Penentuan sasaran Program KB dan Keluarga Sejahtera yang lebih tajam

berdasarkan kondisi, potensi dan kebutuhan aktual dari masing-masing keluarga

yang ada di setiap tingkatan wilayah.

2. Pembuatan peta keluarga berdasarkan tingkat kesertaan KB, dan tingkat

pencapaian tahapan Keluarga Sejahtera tiap keluarga di suatu wilayah tertentu.

3. Penentuan program dukungan yang sesuai untuk setiap keluarga dan setiap

wilayah tertentu di dalam Pembangunan Keluarga Sejahtera.

4. Sarana motivasi untuk mendorong setiap keluarga meningkatkan tahap

kesejahteraannya,

serta

sekaligus

untuk

merangsang

kepedulian

keluarga-keluarga yang sudah lebih mampu untuk bersama-sama mengangkat

tingkat kesejahteraan keluarga-keluarga yang kurang mampu yang ada di

lingkungannya.

5. Kepentingan program pembangunan sektor-sektor lain, terutama yang berkaitan

dengan pembangunan dan pemberdayaan keluarga, seperti program-program

pengentasan kemiskinan atau

ketertinggalannya dalam berbagai aspek

kehidupan.

(14)

BAB II

PELAKSANAAN PENDATAAN KELUARGA

A. Batasan dan Pengertian

Di

dalam

pelaksanaan

kegiatan

Pendataan

Keluarga

ini

dipergunakan

batasan/pengertian terhadap beberapa istilah sebagai berikut :

1. Pendataan Keluarga

Adalah kegiatan pengumpulan data primer tentang data Demografi, data

Keluarga Berencana, data tahapan Keluarga Sejahtera dan data Individu yang

dilakukan oleh masyarakat bersama pemerintah (Pemda dan BKKBN) secara

serentak pada waktu yang telah ditentukan (bulan Juli sampai September setiap

tahun) melalui kunjungan ke keluarga dari rumah ke rumah.

2. Rumah Tangga

Adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh

bangunan yang biasanya tinggal bersama dan makan dari satu dapur, atau

seorang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan serta mengurus

keperluan sendiri.

3. Kepala Rumah Tangga

Adalah :

a. Orang Laki-laki atau orang perempuan dengan tanpa memandang status

perkawinan, bertempat tinggal seorang diri;

b. Orang laki-laki tanpa memandang status perkawinan, juga bertempat tinggal

dengan orang perempuan dan atau dengan anak-anak;

c. Orang perempuan dengan tidak memandang kedudukannya dalam keluarga,

bertempat tinggal dengan anak di bawah umur atau dengan anak-anaknya

sendiri;

d. Orang hidup yang bertempat tinggal seorang diri;

e. Kepala kesatrian, asrama, dan lain-lain perumahan, dimana beberapa orang

bertempat tinggal bersama-sama;

f.

Orang yang menjadi atau dianggap menjadi kuasa wakil orang yang

terganggu ingatannya;

g. Kuasa dari orang yang kehilangan hak menguasai atau mengurus harta

bendanya, menurut Keputusan Pengadilan.

4. Keluarga

(15)

5. Kepala Keluarga

Adalah laki-laki atau perempuan yang berstatus kawin, atau janda/duda yang

mengepalai suatu keluarga yang anggotanya terdiri dari istri/ suaminya dan atau

anak-anaknya.

6. Keluarga Mendapatkan Kredit Mikro/Bantuan Modal

Adalah keluarga yang pada saat pendataan sedang mendapatkan/ menggunakan

kredit mikro dari berbagai sumber, dengan batas maksimal Rp. 5.000.000,-.

7. Jumlah Jiwa dalam Keluarga

Adalah jumlah semua anggota keluarga yang terdiri dari kepala keluarga sendiri,

istri/suaminya dan atau dengan anak (anak-anak) nya serta anak angkat yang

ikut dalam keluarga tersebut yang belum berkeluarga, baik yang tinggal serumah

maupun yang tidak tinggal serumah.

8. Wanita Usia Subur

Adalah wanita yang berumur 15-49 tahun baik yang berstatus kawin maupun

yang belum kawin atau janda.

9. Bayi (umur < 1 th) yang mengikuti posyandu.

Adalah bayi yang berumur kurang dari 1 tahun pada saat Pendataan Keluarga

dilaksanakan mengikuti kegiatan posyandu.

10.Balita (umur 1 - < 5 th) mengikuti posyandu.

Adalah bayi yang berumur 1-< 5 tahun pada saat Pendataan Keluarga

dilaksanakan mengikuti kegiatan posyandu.

11.Pasangan Usia Subur

Adalah pasangan suami istri yang istrinya berumur antara 15 sampai dengan 49

tahun atau pasangan suami-istri yang istri berumur kurang dari 15 tahun dan

sudah haid atau istri berumur lebih dari 50 tahun, tetapi masih haid (datang

bulan).

12.Peserta Keluarga Berencana

Adalah pasangan usia subur yang pada saat pendataan sedang memakai atau

menggunakan salah satu alat/cara kontrasepsi modern.

Dalam pengertian ini tidak termasuk cara-cara kontrasepsi tradisional, seperti

pijat urut, jamu dan juga tidak termasuk cara-cara KB alamiah seperti pantang

berkala, senggama terputus dan sebagainya.

13.Peserta KB Pemerintah

(16)

14.Peserta KB Swasta

Adalah peserta KB yang memperoleh pelayanan KB melalui tempat-tempat

pelayanan Swasta. Misalnya: Rumah Sakit Swasta, Dokter/Bidan Praktek Swasta,

Apotek, Toko Obat dan lain-lainnya.

15.Peserta KB Implant yang Implantnya perlu dicabut tahun depan.

Adalah peserta KB Implant pada saat dilaksanakan pendataan keluarga

Implantnya perlu atau sudah saatnya untuk dicabut tahun depan.

16.Pasangan Usia Subur "Hamil"

Adalah Pasangan Usia Subur yang istrinya sedang hamil.

17.Pasangan Usia Subur Bukan Peserta KB "Ingin Anak Segera"

Adalah pasangan usia subur yang sedang tidak menggunakan salah satu

alat/cara kontrasepsi dan masih menginginkan anak dengan batas waktu kurang

dari dua tahun.

18.Pasangan Usia Subur Bukan Peserta KB "Ingin Anak Ditunda"

Adalah pasangan usia subur yang sedang tidak menggunakan salah satu

alat/cara kontrasepsi dan menginginkan kelahiran anak ditunda dengan batas

waktu dua tahun lebih.

19.Pasangan Usia Subur Bukan Peserta KB "Tidak Ingin Anak Lagi"

Adalah pasangan usia subur yang sedang tidak menggunakan salah satu

alat/cara kontrasepsi dan tidak ingin anak lagi.

20.Keluarga Pra Sejahtera

Yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (basic

needs) secara minimal, seperti kebutuhan akan pangan, sandang, papan,

kesehatan dan pendidikan dasar bagi anak usia sekolah.

21.Keluarga Sejahtera Tahap I

Yaitu keluarga-keluarga yang baru dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara

minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial

psikologisnya

(socio

psychological

needs),

seperti

kebutuhan

akan

agama/ibadah, kualitas makanan, pakaian, papan, penghasilan, pendidikan,

kesehatan dan keluarga berencana.

22.Keluarga Sejahtera Tahap II

(17)

23.Keluarga Sejahtera Tahap III

Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan

sosial psikologis dan kebutuhan pengembangannya, namun belum dapat

memenuhi

kebutuhan

aktualisasi

diri,

seperti

memberikan

sumbangan

(kontribusi) secara teratur kepada

masyarakat, dalam bentuk material dan

keuangan untuk kepentingan sosial kemasyarakatan, serta berperanserta secara

aktif, seperti menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan-yayasan

sosial, keagamaan, kesenian, olah raga, pendidikan dan sebagainya.

24.Keluarga Sejahtera Tahap III Plus

Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya,

yaitu kebutuhan dasar, sosial psikologis, pengembangan serta aktualisasi diri,

terutama dalam memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi

masyarakat. Untuk kepentingan pemetaan Keluarga Sejahtera, maka bagi setiap

tahapan keluarga sejahtera diberikan tanda dengan warna-warna khusus yaitu :

a. Keluarga Pra Sejahtera dengan warna Merah.

b. Keluarga Sejahtera Tahap I dengan warna Kuning.

c. Keluarga Sejahtera Tahap II dengan warna Coklat.

d. Keluarga Sejahtera Tahap III dengan warna Hijau.

e. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus dengan warna Biru.

B. Persiapan Pendataan Keluarga

Waktu yang digunakan untuk persiapan melaksanakan Pendataan Keluarga selama

2 (dua) minggu mulai tanggal 15 sampai dengan 30 Juni

2010, yang meliputi

persiapan sarana, tenaga, dana dan metode Pendataan Keluarga. Termasuk kegiatan

yang dilakukan dalam persiapan Pendataan Keluarga adalah :

1. Memperhitungkan secara cermat kesesuaian antara cakupan wilayah, kondisi

geografis, jumlah penduduk dan tenaga pendata yang akan terlibat dalam

pendataan dengan waktu yang disediakan untuk pelaksanaan di lapangan selama

3 bulan.

2. Melatih atau memberikan orientasi bagi petugas pelaksana pendataan, membuat

peta kerja, menyusun jadwal waktu pelaksanaan pendataan, melakukan

pematangan kondisi disemua tingkat wilayah (provinsi, Kabupaten/ Kota,

kecamatan dan Desa/Kelurahan, serta penyediaan dan pendistribusian formulir

pendataan.

3. Melakukan koordinasi dan kerjasama yang erat dengan seluruh instansi/

organisasi

yang

terkait,

untuk

menggalang

potensi

wilayah

dalam

mempersiapkan tenaga, sarana, dana dan yang terutama kesepakatan dalam pola

dan metoda operasional Pendataan Keluarga.

4. Melaksanakan

KIE

dan

penyebarluasan

informasi

tentang

pelaksanaan

Pendataan Keluarga melalui media massa dengan memanfaatkan media cetak

dan elektronik di dalam ruangan maupun di luar ruangan.

5. Membentuk Pos Koordinasi (POSKO) pendataan disemua tingkat wilayah untuk

mempermudah

pengendalian

dalam

pelaksanaan

pendataan

dengan

(18)

komunikator dan supervisor pelaksanaan Pendataan Keluarga, yang bekerja

dibawah koordinasi POSKO.

6. Menyusun dan menetapkan pola operasional Pendataan Keluarga dengan

metoda yang sesuai dengan jumlah dan kemampuan tenaga yang tersedia serta

kondisi wilayah dengan tetap mengikuti prinsip dan mekanisme pelaksanaan

pendataan yang telah ditentukan, antara lain:

a. Pendataan harus mencakup secara lengkap seluruh keluarga yang ada disuatu

wilayah kerja.

b. Pengisian formulir pendataan dilakukan melalui kunjungan dari rumah ke

rumah.

c. Data yang diisikan kedalam formulir Pendataan Keluarga dimutakhirkan

berdasarkan data dari hasil pencatatan perubahan yang ada.

C. Pelaksanaan Pendataan Keluarga

Pendataan Keluarga dilaksanakan selama tiga bulan yaitu dari tanggal 1 Juli sampai

dengan 30 September tahun 2010.

1. Tata Cara Pelaksanaan Pendataan Keluarga

a. Melakukan pencanangan dan pendataan perdana di masing-masing tingkatan

wilayah yang dilakukan oleh pimpinan wilayah, sebagai awal dimulainya

Pendataan Keluarga di setiap RT.

b. Di tingkat RT dimulai dengan inventarisasi jumlah rumah tangga dan kepala

keluarga yang di data berdasarkan data di pengurus RT setempat.

c. Berdasarkan data hasil inventarisasi petugas pendata membuat rencana

pelaksanaan kunjungan rumah dengan menggunakan sket peta.

d. Pelaksanaan pengisian R/I/KS dilakukan berdasarkan nomor urut pada sket

peta yang telah dibuat melalui kunjungan dari rumah ke rumah oleh petugas

pendata.

2. Pelaksana Pengumpulan Data melalui wawancara dan observasi

a. Terdiri dari para kader masyarakat, seperti: kader KB, kader Posyandu,

kader Dasa Wisma/PKK, Karang Taruna, Saka Kencana/Pramuka dan

tokoh-tokoh masyarakat setempat. Pendataan Keluarga dilakukan dengan

menggunakan Register Pendataan Keluarga (R/I/KS), serta Buku Catatan

Kader Pemutakhiran Data Keluarga (C/I/PDK-Kader).

b. Pemindahan

data

dari

C/I/PDK-Kader

dalam

Buku

Catatan

PLKB

(19)

3. Penanggungjawab Pengumpulan Data

Tanggungjawab pelaksanaan pengumpulan data berada di PLKB/Penyuluh KB

beserta pada para Ketua RT, Kepala Dusun/RW dan para Kepala Desa/Kelurahan

setempat.

4. Pengawas Pengumpulan Data

Pengawas pelaksanaan Pendataan Keluarga berada pada para Pengawas PLKB di

masing-masing kecamatan.

5. Bimbingan dan Pengamatan Pendataan Keluarga

a. Pelaksanaan bimbingan dan pengamatan Pendataan Keluarga dilaksanakan

oleh Tim POSKO secara berjenjang menurut tingkatan wilayah kerja.

b. Materi bimbingan dan pengamatan terdiri dari unsur-unsur :

Kelengkapan sarana formulir yang digunakan dalam Pendataan Keluarga.

Cara

pengisian

formulir

baik

dari

segi

materi

maupun

teknis

pengisiannya.

Perkembangan cakupan hasil pelaksanaan pendataan secara berkala

(mingguan) melalui penyajian laporan POSKO Pendataan Keluarga.

Permasalahan yang ditemui baik sasaran maupun petugas pendata.

6. Petugas Pembuat Peta Keluarga

Pembuatan Peta Keluarga atas dasar hasil pendataan dilakukan oleh PPKBD/Sub

PPKBD dengan bantuan para Kader dengan bimbingan Penyuluh KB/PLKB

setempat.

D. Pengolahan dan Penyajian Hasil Pendataan

Setelah selesai pelaksanaan pengumpulan data oleh kader pendata, maka

dilanjutkan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

1. Hasil Pendataan Keluarga di tingkat RT dengan mengisi Register Pendataan

Keluarga (R/I/KS/08) ditindaklanjuti dengan pembuatan peta keluarga sebagai

peta kerja dan bahan informasi dalam sarasehan di tingkat RT.

2. Setelah selesai dilakukan pendataan oleh Sub PPKBD dibuat Rekapitulasi

Pendataan

Keluarga

tingkat

Dusun/RW

dengan

menggunakan

formulir

Rek.Dus/R/I/KS/08 dan dikirimkan ke PPKBD.

3. Setelah Rek.Dus/R/I/KS/08 diterima seluruhnya oleh PPKBD lalu dibuat

Rekapitulasi

Pendataan

Keluarga

tingkat

Desa/Kelurahan

menggunakan

Rek.Des/R/I/KS/08 dan dikirim ke PLKB/Penyuluh KB.

(20)

5. Setelah Rek.Des/R/I/KS/08 diterima oleh Pengendali PLKB/Petugas KB di

tingkat Kecamatan, lalu dibuat Rekapitulasi Pendataan Keluarga tingkat

Kecamatan menggunakan Rek.Kec/R/I/KS/08 dan dikirimkan ke SKPD-KB

Kabupaten/Kota dan kepada Camat setempat.

6. Setelah Rek.Kec/R/I/KS/08 diterima oleh SKPD-KB Kabupaten/Kota lalu dibuat

laporan Rekapitulasi Pendataan Keluarga tingkat Kabupaten/Kota dengan

menggunakan Rek.Kab/R/I/KS/08 dan mengirimkan ke BKKBN Provinsi.

Disamping itu juga dilakukan pengolahan data, analisis dan penyajian oleh

Petugas Pengelola Data pada SKPD-KB Kab/Kota untuk disampaikan kepada

Bupati/Walikota dan sektor terkait di tingkat kabupaten/kota.

7. BKKBN Provinsi setelah menerima Rek.Kab/R/I/KS/08, oleh Bidang Informasi

Keluarga dan Analisis Program (IKAP) dibuat laporan Rek.Prop/R/I/KS/08 dan

mengirimkan ke BKKBN Pusat cq. Direktorat Pelaporan dan Statistik. Disamping

itu, laporan tersebut dilakukan pengolahan data, analisis dan penyajian oleh

Bidang Informasi Keluarga dan Analisis Program BKKBN Provinsi, kemudian di

dibuat laporan

ke tingkat Kabupaten/Kota dan sektor terkait di

tingkat

provinsi.

8. Direktorat

Pelaporan

dan

Statistik

melakukan

pengolahan

data

(21)

BAB III

CAKUPAN DAN HASIL PENDATAAN

A.

Cakupan Pendataan

Cakupan Pendataan ini adalah kemampuan kader KB dan PLKB/PKB mendata

jumlah keluarga dan individu yang ada pada saat pendataan Keluarga. Cakupan

pendataan terdiri dari cakupan laporan dari berbagai tingkatan wilayah yaitu

tingkat Rukun Tetangga (RT), Dusun/Rukun Warga (RW), Desa/Kelurahan,

Kecamatan, Kabupaten/Kota dan Provinsi serta cakupan sasaran Rumah Tangga,

dan Keluarga pada Pendataan Keluarga Tahun 2010.

1. Wilayah

a. Rukun Tetangga

Cakupan laporan dari tingkat Rukun Tetangga (RT) pada Pendataan Keluarga

Tahun 2010 secara nasional sebanyak 1.134.187 RT dari 1.143.708 RT yang

ada atau sebesar 99,17%.

Terdapat 19 provinsi yang cakupan laporan dari Rukun Tetangga (RT)

mencapai 100%, yaitu Provinsi Jawa Tengah, DI Yogyakata, Banten, Aceh,

Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Selatan Sulawesi

Utara, Sulawei Selatan, Bangka Belitung, Sulawesi Barat, Jambi, Bengkulu,

Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Maluku dan

Maluku Utara.

b. Dusun/Rukun Warga

Cakupan laporan dari tingkat Dusun/Rukun Warga (RW) pada Pendataan

Keluarga Tahun 2010 secara nasional sebanyak 345.275 Dusun/RW dari

352.754 Dusun/RW yang ada atau sebesar 97,88%.

Sedangkan 16 provinsi yang mempunyai cakupan laporan Dusun/RW

mencapai 100% adalah Provinsi DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Banten,

Aceh, Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi

Selatan, Bangka Belitung, Gorontalo, Sulawesi Barat, Jambi, Sulawesi

Tenggara, Maluku dan Kepulauan Riau.

c. Desa/Kelurahan

(22)

d. Kecamatan

Cakupan laporan dari tingkat Kecamatan pada Pendataan Keluarga Tahun

2010 secara nasional sebanyak 6.546 kecamatan dari 6.612 kecamatan yang

ada atau sebesar 99,00%. Provinsi yang cakupan laporan Kecamatan tidak

mencapai 100% adalah Riau, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah,

Papua, Papua Barat dan Kepulauan Riau.

e. Kabupaten/Kota

Cakupan laporan dari tingkat Kabupaten/Kota pada Pendataan Keluarga

Tahun 2010 secara nasional tercatat sebanyak 494 kabupaten/kota atau

99,40% dari 497 kabupaten/kota yang ada. Ada 3 kabupaten/kota yang yang

tidak melaporkan hasil Pendataan Keluarga yaitu Kabupaten Sukamara dan

Barito Timur di Provinsi Kalimantan Tengah serta Kabupaten Kepulauan

Anambas di Provinsi Kepulauan Riau. Untuk Kepulauan Anambas tidak

melakukan Pendataan Keluarga baik pada tahun 2010 maupun tahun 2009.

f.

Provinsi

Di tingkat Provinsi pada Pendataan Keluarga Tahun 2010 cakupan

laporannya mencapai 100%, berarti tidak ada satupun provinsi yang tidak

melapor. Informasi secara rinci dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1.

2. Sasaran

a. Rumah Tangga

Jumlah rumah tangga yang berhasil didata pada Pendataan Keluarga Tahun

2010 secara nasional sebanyak 56.793.017 rumah tangga (99,74%) dari

56.942.203 rumah tangga yang ada.

Di tingkat

provinsi, 15 (lima belas) provinsi mempunyai persentase

cakupan rumah tangga didata terhadap rumah tangga yang ada mencapai

100% yaitu Provinsi Jawa Tengah, D.I.Yogyakarta, Bali, Banten, Aceh,

Lampung, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Bangka Belitung,

Gorontalo, Sulawesi Barat, Jambi, Kalimantan Timur, Papua, dan Kepulauan

Riau.

b. Keluarga

Jumlah keluarga yang berhasil didata pada Pendataan Keluarga Tahun 2010

secara nasional sebanyak 62.390.801 keluarga (96,68%) dari 64.531.336

keluarga yang ada. Persentase cakupan keluarga yang didata pada tahun

2010 lebih rendah 2,65 point persen bila dibandingkan tahun 2009 sebesar

99,33%. Secara absolut jumlah keluarga didata meningkat dari 60.882.467

keluarga pada tahun 2009 menjadi 62.390.801 keluarga pada tahun 2010.

(23)

dan Papua Barat. Data yang lebih lengkap dan rinci dapat dilihat pada Tabel

Lampiran 2.

Perkembangan cakupan wilayah dan keluarga yang didata selama dua tahun

terakhir (2009 dan 2010) dapat dilihat pada Table 1 berikut ini.

Tabel 1

CAKUPAN WILAYAH DAN KELUARGA

HASIL PENDATAAN KELUARGA 2009 DAN 2010

Tahun Pen-dataan

PERSENTASE CAKUPAN WILAYAH

Rumah

Tangga Keluarga RT RW

Desa/

Kel Kec

Kab/

Kota Prov

2009 97,16 99,33 99,16 99,30 98,08 98,90 99,39 100

2010 99,74 96,68 99,17 97,88 98,91 99,00 99,40 100

B.

Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2010

1.

Demografi

Data demografi yang disajikan dalam laporan ini mencakup keterangan yang

berkaitan dengan keluarga, mencakup jumlah keluarga, kepala keluarga, jumlah

jiwa dalam keluarga baik dalam bentuk agregat maupun kelompok umur, dan

jumlah pasangan usia subur (PUS).

a.

Kepala Keluarga (KK)

Informasi tentang Kepala Keluarga (KK) yang dikumpulkan dalam Pendataan

Keluarga Tahun 2010 tercatat sebanyak 62.390.801 KK atau 96,68% dari

jumlah keluarga yang ada sebanyak 64.531.336 KK. Dari seluruh Kepala

Keluarga yang didata itu dapat dirinci menurut karakteristiknya, seperti

status jenis kelamin, status pekerjaan (bekerja dan tidak bekerja), status

perkawinan (kawin dan janda/duda/belum kawin), dan tingkat pendidikan

(tidak tamat SD, tamat SD-SLTP, tamat SLTA, dan tamat AK/PT).

Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2010 yang secara nasional mencatat

sebanyak 62.390.801 Kepala Keluarga ini, menurut status jenis kelamin

tercatat sebanyak 55.094.407 KK (88,31%) adalah KK laki-laki dan sebanyak

7.296.394 (11,69%) adalah KK perempuan. Daerah Provinsi yang prosentase

KK dengan jenis kelamin perempuan yang tinggi adalah di Aceh (17,59%),

Nusa Tenggara Barat (15,33%), Kepulauan Riau (14,64%), Sulawesi Selatan

(14,29%), DI Yogyakarta (14,19%), Sumatera Barat (13,94%) dan Maluku

(13,37).

Menurut status kawin para Kepala Keluarga yang didata itu sebanyak

53.816.633 KK (86,26%) berstatus kawin, dan sisanya sebanyak 8.574.168

KK (13,74%) berstatus janda/duda/belum kawin. Angka persentase

(24)

Yogyakarta (17,09%), DKI Jakarta (17,01%), dan Sulawesi Selatan (16,46%).

Sedangkan angka persentase status kawin tertinggi ada di Provinsi Bali

(92,20%), Papua (90,61%), Bengkulu (90,59%), dan Lampung (90,53%).

Menurut status pendidikan dari Kepala Keluarga pada umumnya masih

berpendidikan rendah yaitu sebanyak 69,75% dari seluruh Kepala Keluarga

itu berpendidikan Tamatan SLTP kebawah bahkan 19,03% diantaranya

tidak tamat SD. Provinsi dengan angka persentase tertinggi untuk KK

berpendidikan Tidak Tamat SD adalah Provinsi Papua (39,34%), Nusa

Tenggara Barat (34,10%), Gorontalo (32,04%) dan Nusa Tenggara Timur

(31,20%). Sebaliknya angka persentase tertinggi untuk KK berpendidikan

Tamat Akademi/Universitas adalah Provinsi DKI Jakarta (16,80%),

kemudian diikuti Provinsi Kalimantan Timur (10,86%) dan Bengkulu

(10,07%).

Menurut status pekerjaan dapat diungkapkan bahwa sebanyak 54.915.118

KK (88,02%) berstatus bekerja, dan sebanyak 7.475.683 KK (11,98%)

berstatus tidak bekerja. Provinsi dengan persentase KK tidak bekerja

tertinggi adalah Provinsi Papua (22,32%), Papua Barat (22,20%), Maluku

(19,39%), Banten (18,98%), Kalimantan Timur (18,85%), Jawa Barat

(17,74%), Nusa Tenggara Barat (16,58%), dan DKI Jakarta (16,43%).

Sebaliknya angka persentase KK dengan status bekerja tertinggi adalah

Provinsi Bali (95,54%), Nusa Tenggara Timur (94,74%), Jambi (93,83%),

Kalimantan Tengah (93,74%), Bengkulu (92,99%), Maluku Utara (92,42%),

Lampung (92,42%), Kalimantan Selatan (92,42%), Kalimantan Barat

(92,31%), Sumatera Utara (92,27%), Sumatera Selatan (91,98%) dan

Sulawesi Tenggara (91,50%).

4.46 5.24 6.176.26 7.017.42 7.58 7.58 7.69 7.73 8.02 8.50 8.708.86 8.99 9.56 9.71 9.939.99 10.07 10.47 10.64 12.4313.64 14.3516.43 16.5817.74 18.85 18.9819.39 22.2022.32

B a l i Nu sa Ten ggara Timur J a m b i Kaliman tan Teng ah B e n g k u l uMaluku Utara Lampun g Kalim an tan Selatan Kalimantan Barat Su matera Utara Sumatera Selatan Su lawesi Ten ggara Goron taloR i a u Sulawesi BaratJawa T eng ah Ban gka Belitung Sulawesi Teng ahSulawesi Utara Jawa Timur DI Yogyakarta Su matera Barat Aceh Kepulauan Riau Sulawesi Selatan DKI Jakarta N usa Tenggara BaratJawa Barat Kalim antan Timur Banten Maluku Papua BaratPap ua

(25)

Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2010 menunjukkan bahwa secara nasional

sebanyak 4.618.347 KK atau 7,40% dari 62.390.801 keluarga yang didata

berstatus mendapat bantuan modal. Angka persentase KK yang mendapat

bantuan modal terendah ada di Provinsi Sumatera Utara (1,35%), Lampung

(1,90%), Kalimantan Tengah (2,10%), Maluku Utara (2,54%), dan Bangka

Belitung (2,63%). Sementara itu angka persentase tertinggi terdapat di

Provinsi Gorontalo (26,28%), Nusa Tenggara Timur (16,70%), dan Sulawesi

Utara (12,75%).

Secara rinci karakteristik Kepala Keluarga menurut status jenis kelamin,

status pekerjaan, status kawin dan status pendidikan serta status bantuan

modal masing-masing Provinsi dapat dilihat pada Lampiran 3, 4 dan 5.

Perkembangan karakteristik kepala keluarga selama dua tahun terakhir

tidak banyak perubahan besar seperti terlihat pada tabel 2. Angka

persentase kepala keluarga yang berstatus kawin relatif stabil (86%) pada

tahun 2009 dan tahun 2010.

(26)

Tabel 2

PERSENTASE KK MENURUT

STATUS KAWIN PENDIDIKAN, PEKERJAAN DAN BANTUAN MODAL

HASIL PENDATAAN KELUARGA 2009 DAN 2010

Tahun Jumlah Kepala Keluarga % KK Kawin

TINGKAT PENDIDIKAN (%) % KK

Ber-status Bekerja % KK Dapat Bantuan Modal Tidak Tamat SD Tamat SD -SLTP Tamat SLTA Tamat AK/PT

2009 60.882.467 86,4 19,9 50,7 23,1 6,4 87,3 6,7

2010 62.390.801 86,3 19,0 50,7 23.7 6.6 88,02 7,4

b.

Jumlah dan Rata-rata Jiwa per Keluarga

Jumlah jiwa dalam keluarga yang terekam dalam pendataan keluarga tahun

2010 tercatat sebanyak 231.485.456 jiwa. Terdiri dari jumlah jiwa dengan

jenis

kelamin

laki-laki

sebanyak

115.821.598

jiwa

dan

sebanyak

115.663.858 jiwa perempuan atau sex ratio 100.

1,030,490 1,077,044 1,122,331 1,155,849 1,479,648 1,582,616 1,719,085 1,721,201 2,204,930 2,284,137 2,533,719 2,708,878 2,918,321 3,030,807 3,075,793 3,514,565 3,522,950 4,371,631 4,397,768 4,563,916 4,691,253 4,692,542 4,746,928 6,579,388 7,476,671 7,709,434 7,800,933 9,758,693 13,205,726 34,284,835 37,637,411 42,094,253 Gorontalo Maluku Utara Sulawesi Barat Bangka Belitung Kepulauan Riau Maluku B e n g k u l u Kalimantan T engah

Sulawesi Tenggara Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Papua Kalimantan Timur J a m b i DI Yogyakarta B a l i Kalimantan Selatan Aceh Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Sumatera Barat Nusa Tenggara Barat R i a u DKI Jakarta Sumatera Selatan Sulawesi Selatan Lampung Banten Sumatera Utara Jawa Tengah Jawa Timur Jawa Barat

(27)

Dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 62.390.801 KK, dapat diperoleh

rata-rata jumlah jiwa per keluarga sebesar 3,71 jiwa, artinya setiap keluarga

mempunyai anggota keluarga sekitar 3-4 jiwa. Rata-rata jumlah jiwa dalam

keluarga lebih cenderung menggambarkan beban yang harus ditanggung

oleh keluarga, dari pada menggambarkan kondisi tingkat fertilitas. Hal ini

dikarenakan anak yang sudah berkeluarga (berstatus kawin) tidak lagi

dihitung sebagai anggota keluarga. Semakin besar rata-rata jumlah jiwa

dalam keluarga berarti semakin berat beban yang harus ditanggung

keluarga.

Di wilayah Jawa Bali angka rata-rata jumlah jiwa per keluarga sebesar 3,56

jiwa atau lebih rendah dibanding wilayah Luar Jawa Bali I (3,93) dan Luar

Jawa Bali II (4,02). Tiga provinsi di wilayah Jawa Bali yang angka rata-rata

jiwa per keluarga masih tinggi antara lain Banten (4,04), DKI Jakarta (3,85)

dan Bali (3,80).

(28)

Perkembangan rata-rata jumlah jiwa per keluarga secara nasional selama 2

tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3. Angka rata-rata jumlah jiwa per

keluarga secara nasional pada tahun 2009 dan 2010 menunjukkan adanya

perubahan atau kecenderungan yang menurun, yaitu dari 3,75 jiwa pada

Pendataan Keluarga Tahun 2009 menjadi 3,71 jiwa pada Pendataan

Keluarga Tahun 2010.

Tabel 3

JUMLAH DAN RATA-RATA JIWA PER KELUARGA

HASIL PENDATAAN KELUARGA 2009 DAN 2010

TAHUN

PENDATAAN

JUMLAH

RATA-RATA JIWA

PER KELUARGA

KELUARGA

JIWA

(1)

(2)

(3)

(4)

2009

60.882.467

228.140.600

3,75

2010

62.390.801

231.485.456

3,71

c.

Komposisi Jiwa dalam Keluarga menurut Kelompok Umur

Jumlah jiwa dalam keluarga yang terekam pada Pendataan Keluarga tahun

2010 adalah sebanyak 228.140.600 jiwa yang terdiri dari 115.821.598

laki-laki dan 115.663.858 perempuan. Jumlah jiwa dalam keluarga menurut

komposisi kelompok umur adalah sebagai berikut:

1). Jumlah jiwa anggota keluarga yang berusia 0 - < 1 tahun (bayi) tercatat

sebanyak 4.376.712 jiwa atau 1,9% dari seluruh jiwa dalam keluarga

sebanyak 231.485.456 jiwa.

Dilihat per provinsi angka persentase

jumlah bayi dibawah satu tahun ini yang

tertinggi ada di Provinsi

Kepulauan Riau (5,3%), Papua Barat (3,8%) dan Papua (3,2%).

Sedangkan yang terendah ada di Provinsi DI Yogyakarta (1,09%), Bali

(1,25%) dan Sulawesi Utara (1,44%).

2). Jumlah jiwa anggota yang berusia 1 - < 5 tahun tercatat

sebanyak

13.999.682 jiwa atau 6% dari seluruh jiwa dalam keluarga. Dilihat per

provinsi

angka persentase ini bervariasi dari terendah di Provinsi

Kalimantan Tengah (5,1%) dan tertinggi di Kepulauan Riau (9,4%).

3). Jumlah jiwa anggota keluarga umur 5 - 6 tahun tercatat sebanyak

8.705.379 jiwa atau 3,8% dari seluruh jiwa dalam keluarga. Dilihat per

provinsi angka persentase ini bervariasi dari terendah di Provinsi DI

Yogyakarta (2,6%) dan teringgi di Provinsi Papua Barat (6,7%).

4). Jumlah jiwa anggota keluarga yang berusia 7 - 15 tahun (usia wajib

belajar) secara nasional tercatat sebanyak 42.285.708 jiwa atau 18,3%

dari seluruh jiwa dalam keluarga. Angka persentase anak usia sekolah

(7-15 th) tertinggi

di Provinsi Nusa Tenggara Timur (32,2%), dan

terendah di Provinsi D.I.Yogyakarta (13,7%).

(29)

persentase ini tertinggi

di Provinsi Papua (24,1%), dan terendah di

Provinsi D.I.Yogyakarta (9,1%).

6). Jumlah jiwa anggota keluarga kelompok umur 22 - 59 tahun secara

nasional tercatat sebanyak 117.747.556 jiwa atau sebesar 50,9% dari

seluruh anggota keluarga yang didata. Dilihat per provinsi angka

persentase ini tertinggi di Provinsi DKI Jakarta (58%), dan terendah di

Provinsi Nusa Tenggara Timur (35,1%).

7). Jumlah jiwa anggota keluarga umur 60 tahun ke atas, secara nasional

tercatat sebanyak 15.865.443 jiwa atau 6,9% dari seluruh jiwa dalam

keluarga. Dilihat per provinsi angka persentase ini tertinggi di Provinsi

D.I. Yogyakarta (12,9%), dan terendah di Provinsi Papua (1,3%).

Jumlah jiwa menurut komposisi umur per Provinsi hasil Pendataan Keluarga

Tahun 2010 dapat dilihat pada Lampiran 7 dan 8. Sedangkan perkembangan

komposisi jiwa dalam keluarga menurut kelompok umur hasil pendataan

keluarga tahun 2009 dan tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.

Tabel 4

KOMPOSISI JIWA DALAM KELUARGA MENURUT UMUR

HASIL PENDATAAN KELUARGA 2009 DAN 2010

Tahun

JUMLAH JIWA DALAM KELUARGA

KELOMPOK UMUR

0 - <1 1 - <5 5 – 6 7 – 15 16 – 21 22 – 59 60 +

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Absolut

2009 228.140.600 4.317.946 14.021.154 8.514.681 41.428.467 28.016.190 116.338.073 15.504.089

2010 231.485.456 4.376.712 13.999.682 8.705.379 42.285.708 28.504.976 117.747.556 15.865.443 Persentase

2009 100,0 1,9 6,1 3,7 18,2 12,3 51,0 6,8

(30)

d.

Anak Usia Sekolah Berstatus Sekolah

Data tentang anak usia sekolah yang dikumpulkan melalui Pendataan

Keluarga ini, dan dirinci menurut kelompok umur jenjang pendidikan dasar

(SD dan SLTP), serta menurut status sekolah dan tidak sekolah, dan jenis

kelamin. Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2010 memperlihatkan bahwa

secara nasional jumlah anak usia 7 - 15 tahun yaitu usia sekolah (wajib

belajar 9 tahun) dalam keluarga tercatat sebanyak 42.285.708 orang. Dari

jumlah ini anak usia sekolah yang berstatus sekolah tercatat sebanyak

39.429.922 orang atau 93,2% dari seluruh anak usia sekolah 7-15 tahun.

Menurut jenis kelamin terdiri dari 20.468.330 laki-laki (51,9%), dan

18.961.592 perempuan (48,1%) dari 39.429.922 anak usia sekolah 7 -15

tahun yang bersekolah.

47,58 46,61 46,38 45,88 48,65 47,00 46,05 45,74 46,06 46,20 45,69 46,76 45,75 44,95 45,32 30,85 45,16 44,68 44,66 44,46 45,63 44,33 44,36 43,52 44,30 41,87 43,45 44,24 42,12 42,60 40,24 43,01 36,89 50,02 50,73 49,97 50,36 47,24 48,47 49,31 49,48 48,99 48,23 48,39 47,29 48,11 48,14 47,76 62,12 47,19 47,55 47,27 47,23 45,81 47,00 46,39 46,35 45,55 47,98 46,12 45,27 46,23 44,25 46,28 42,68 41,16

75 50 25 0 25 50 75

DKI Jakarta B a l i DI Yogyakarta Kalimantan Selatan Kepulauan Riau Aceh Jawa Tengah Sulawesi Utara Jaw a Timur Sumatera Barat Jawa Barat Sumatera Utara Bangka Belitung Nusa Tenggara Barat Maluku Nusa Tenggara Timur J a m b i Maluku Utara Lampung Sulawesi Selatan Gorontalo Sulawesi Tenggara Sulawesi Tengah Banten Kalimantan Barat Kalimantan Tengah B e n g k u l u Sumatera Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Barat Papua R i a u Papua Barat

PERSENTASE ANAK USIA SEKOLAH YANG SEKOLAH

MENURUT JENIS KELAMIN

(31)

Sementara itu, jumlah anak usia sekolah 7-15 tahun yang tidak sekolah

tercatat sebanyak 2.855.786 jiwa (6,8%), dan menurut jenis kelamin terdiri

dari 1.516.145 jiwa laki-laki (3,6%) dan 1.339.641 jiwa perempuan (3,6%)

dari 2.855.786 anak usia sekolah 7-15 tahun yang tidak sekolah.

Jumlah dan persentase secara rinci anak usia sekolah yang sekolah dan tidak

sekolah menurut jenis kelamin per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 9

dan 10.

10,60 6,17 6,95 6,11 5,37 5,07 4,67 4,87 4,89 5,30 4,22 3,98 3,06 3,71 3,70 3,69 3,56 3,32 3,27 3,31 2,56 3,01 2,82 2,36 2,34 1,78 2,06 2,07 1,98 1,70 1,51 1,32 0,75 11,35 8,15 6,54 7,03 6,29 5,41 5,76 5,28 5,25 4,84 5,02 4,70 5,50 4,60 4,37 4,08 4,09 3,71 3,65 3,60 3,58 2,94 3,09 3,21 2,60 3,00 2,58 2,46 2,12 2,05 2,13 1,34 1,65

12 10 8 6 4 2 0 2 4 6 8 10 12

Papua Barat R i a u Papua Sulawesi Barat Kalim antan Timur Sum atera Selatan B e n g k u l u Kalimantan Tengah Kalimantan Barat Banten Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Selatan Lampung Maluku Utara J a m b i Nusa Tenggara Timur Maluku Nusa Tenggara Barat Bangka Belitung Sumatera Utara Jawa Barat Sumatera Barat Jawa Timur Sulawesi Utara Jawa Tengah Aceh Kepulauan Riau Kalim antan Selatan DI Yogyakarta B a l i DKI Jakarta

PERSENTASE ANAK USIA SEKOLAH YANG TIDAK SEKOLAH

MENURUT JENIS KELAMIN

LAKI-LAKI PEREMPUAN

e. Rata-rata Anak Balita

(32)

Sementara itu Pendataan Keluarga Tahun 2010 ini juga tercatat jumlah

Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 44.431.227 PUS. Jika dibandingkan

dengan jumlah anak balita, maka dapat dikatakan bahwa rata-rata setiap

PUS terdapat 0,4 balita, atau dengan kata lain setiap 100 PUS terdapat 40

balita. Dilihat per provinsi rata-rata terendah di Jawa Timur, Bal, dan

Kalimantan Tengah (0,3 balita per PUS) dan tertinggi di Nusa Tenggara

Timur, Papua Barat, dan Kepulauan Riau (0,7 balita per PUS).

Pada pendataan keluarga tahun 2010 ini juga dicatat jumlah Wanita Usia

Subur (WUS) sebanyak 66.053.730 wanita. Kalau angka ini dibandingkan

dengan jumlah anak balita, maka rata-rata jumlah balita per wanita usia

subur tercatat sebesar 0,3 balita per WUS. Dengan kata lain setiap 100 WUS

terdapat 30 anak balita. Menurut provinsi angka rata-rata balita per WUS ini

terendah di Provinsi DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Selatan,

dan Kalimantan Tengah (0,2) dan tertinggi di Provinsi Kepulauan Riau (0,5).

Angka rata-rata jumlah balita per Kepala Keluarga, PUS dan WUS ini

menurut Provinsi dapat dilihat seperti pada Tabel Lampiran 11.

Sedangkan perkembangan angka rata-rata balita per keluarga dan rata-rata

balita per PUS selama dua tahun terakhir tidak ada perubahan seperti

terlihat pada tabel 5 dibawah ini.

Tabel 5

RATA-RATA BALITA PER KELUARGA DAN PER PUS

HASIL PENDATAAN KELUARGA 2009 DAN 2010

TAHUN

JUMLAH

RATA-RATA

BALITA PER

KELUARGA

RATA-RATA

BALITA

PER PUS

RATA-RATA

BALITA

PER WUS

KK

PUS

WUS

BALITA

(1)

(2)

(3)

(5)

(6)

(7)=(6)/(2)

(8)=(6)/(3)

(9)=(6)/(3)

2009

60.882.467 43.451.896 64.271.424 18.339.100

0,3

0,4

0,3

(33)

2.

Keluarga Berencana

a. Pasangan Usia Subur (PUS) menurut Kelompok Umur

Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di seluruh Indonesia yang tercatat pada

Pendataan Keluarga Tahun 2010 sebanyak 44.431.227 pasangan. Dari jumlah

tersebut dilihat dari kelompok umur istri tercatat sebanyak 1.742.302 istri

atau 3,9% berusia di bawah 20 tahun, 15.543.233 istri atau 35% berusia

20-29 tahun, dan 27.145.692 istri atau 61,1% berusia 30 tahun ke atas. Di

tingkat provinsi, angka persentase PUS berusia di bawah 20 tahun berkisar

antara 0,7% di D.I. Yogyakarta hingga 13,9% di Papua Barat. Jarak sebar ini

untuk PUS berusia 20-29 tahun antara 25,9% di D.I.Yogyakarta hingga 65,7%

di Nusa Tenggara Timur, sedangkan PUS berusia 30 tahun ke atas antara

30,8% hingga 70%, masing-masing di Nusa Tenggara Timur dan DKI Jakarta.

Angka ini per provinsi dapat dilihat pada Tabel Lampiran 13.

Perkembangan angka persentase PUS menurut kelompok umur selama dua

tahun terakhir dapat diungkapkan sebagai berikut:

1. Angka persentase jumlah PUS umur dibawah 20 tahun terhadap seluruh

PUS, antara tahun 2009 dan tahun 2010, secara nasional tetap 3,9%.

2. Angka persentase jumlah PUS usia 20-29 tahun terhadap seluruh PUS,

sedikit meningkat dari 34,5% menjadi 35,0%,

3. Angka persentase jumlah PUS usia 30 tahun keatas terhadap seluruh PUS

sedikit menurun dari 61,6% menjadi 61,1%.

Penambahan PUS baru pada tahun 2010 adalah sebanyak 979.331 pasangan,

yang terdiri dari 55.904 istri berusia di bawah 20 tahun, 549.765 istri berusia

20-29 tahun, dan 373.662 istri berusia 30 tahun ke atas.

Tabel 6

PERSENTASE PUS MENURUT KELOMPOK UMUR ISTRI

HASIL PENDATAAN KELUARGA 2009 DAN 2010

TAHUN

PENDATAAN

JUMLAH

PUS

PERSENTASE PUS MENURUT

KELOMPOK UMUR ISTRI

< 20 TH

20 – 29 TH

30+ TH

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

2009

43.451.896

1.686.398

(3,9%)

14.993.468

(34,5%)

26.772.030

(61,6%)

2010

44.431.227

1.742.302

(3,9%)

15.543.233

(35%)

27.145.692

(61,1%)

Penambahan

PUS baru

979.331

(34)

210.346 277.478 294.640 317.418 328.124 435.310 474.355 502.006 527.022 592.264 614.741 725.038 827.293 863.345 865.723 880.678 941.651 1.129.043 1.140.323 1.201.187 1.202.129 1.225.068 1.397.172 1.502.774 1.983.202 2.062.310 2.176.261 2.179.278 2.840.355 3.588.275 9.541.315 11.111.540 12.096.066

0

4.000.000

8.000.000

12.000.000

Papua Barat Gorontalo Maluku Utara Sulawesi Barat Bangka Belitung Maluku Kepulauan Riau Kalimantan Tengah B e n g k u l u Sulawesi Tenggara Sulawesi Utara Sulawesi Tengah DI Yogyakarta Kalimantan Timur Papua J a m b i B a l i Kalimantan Selatan Nusa Tenggara Timur Aceh Kalimantan Barat Sumatera Barat Nusa Tenggara Barat R i a u DKI Jakarta Sulawesi Selatan Sumatera Selatan Lampung Banten Sumatera Utara Jawa Tengah Jawa Timur Jawa Barat

JUMLAH WANITA USIA SUBUR PER PROVINSI

b. Tingkat Kesertaan ber-KB

Tingkat kesertaan ber-KB diukur dari angka persentase PUS yang menjadi

peserta KB. Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2010 menunjukkan bahwa

secara nasional jumlah peserta KB tercatat sebanyak 31.640.957 peserta, dan

jumlah PUS sebanyak 44.431.227 pasangan, sehingga tingkat kesertaan

ber-KB dari seluruh pasangan usia subur (PUS) sebesar 71,21%, atau 7 dari 10

PUS pada tahun 2010 menjadi peserta KB.

(35)

24.34 38.80 60.17 61.41 62.53 62.61 63.33 63.49 64.46 66.15 66.66 66.91 66.99 67.27 67.30 67.86 68.39 68.79 70.83 73.05 73.48 73.49 73.49 74.01 75.41 75.84 76.12 76.29 76.90 76.99 77.36 78.36 84.53

0

20

40

60

80

Papau Papua Barat Maluku Maluku Utara Sulawesi Tenggara Su matera Utara Sulawesi Barat Nusa Tenggara Timur Sulawesi Selatan Aceh R i a u Kalimantan Barat Banten Su matera Barat Kalimantan Timur Nusa Tenggara Barat Sulawesi Tengah Lampung Kalimantan Tengah Jawa Timur Jawa Barat Go rontalo Sumatera Selatan Kalimantan Selatan J a m b i DI Yogyakarta B e n g k u l u DKI Jakarta Kepulauan Riau Jawa T engah Bangka Belitung Sulawesi Utara B a l i

TINGKAT PREVALENSI PUS PESERTA KB

[image:35.595.132.523.73.483.2]

Angka perkembangan tingkat kesertaan ber-KB ini selama 2 (dua) tahun

terakhir, yaitu pada tahun 2009 dan 2010 dapat dilihat perkembangannya

pada Tabel 7. Dari Tabel 7 tersebut dapat diungkapkan bawa tingkat

kesertaan ber-KB yang dicerminkan oleh angka persentase peserta KB

terhadap PUS secara nasional menunjukkan adanya sedikit kenaikan (0,3%)

yaitu dari 70,91% pada Pendataan Keluarga Tahun 2009 menjadi 71,21%

pada Pendataan Keluarga Tahun 2010. Sedangkan disparitas tingkat

prevalensi KB per kabupaten dapat dilihat pada Tabel 7a.

Tabel 7

PERKEMBANGAN TINGKAT KESERTAAN BER KB

HASIL PENDATAAN KELUARGA 2009 DAN 2010

TAHUN

PENDATA

AN

JUMLAH

PERSENTASE

PESERTA KB

THD PUS

Peserta KB

PUS

(1)

(2)

(3)

(4) = (2)/(3)

2009

30.813.854

43.451.896

70,91

(36)
[image:36.595.72.547.179.730.2]

Tingkat prevalensi KB di masing-masing provinsi dan disparitas per kab/kota di

provinsi masing-masing dapat dilihat seperti Tabel 7.a berikut :

Tabel 7a. DISPARITAS TINGKAT PREVALENSI KB PER KABUPATEN

DI MASING-MASING PROVINSI TAHUN 2010

NO. PROVINSI Prevalensi KB

Jumlah Kab/Kota

Disparitas Tingkat Prevalensi Per Kabupaten/Kota

Yang terendah % Yang tertinggi % 1 Aceh 66.15 23 Kab. Aceh Singki 36.38 Kab. Bener Meriah 85.08 2 Sumatera Utara 62.61 33 Kab. Nias Selatan 39.77 Kab. Serdang Brdagai 69.57 3 Sumatera Barat 67.27 19 Kep. Mentawai 40.65 Kota. Sawahlunto 74.35 4 R i a u 66.66 12 Kab. Kepulauan Meranti 53.11 Kab. Indragiri Hilir 71.77 5 J a m b i 75.41 11 Kab. Tan Jabung Barat 72.14 Kota. Sungai Penuh 80.45 6 Sumatera Selatan 73.49 15 Kab. Lahat 69.07 Kab. Oku Timur 78.57 7 B e n g k u l u 76.12 10 Kab. Seluma 62.32 Kab. Bengkulu Selatan 86.48 8 Lampung 68.79 14 Kab. Lampung Barat 63.57 Kab. Lampung Tengah 73.03 9 DKI Jakarta 76.29 6 Kab. Kepulauan Seribu 74.41 Kodya. Jakarta Timur 76.77

10 Jawa Barat 73.48 26 Kab. Cianjur 67.73 Kab. Sumedang 82.99

11 Jawa Tengah 76.99 35 Kota. Tegal 70.59 Kab. Boyolali 82.64

12 DI Yogyakarta 75.84 5 Kab. Kulon Progo 67,85 Kab. Gunung Kidul 81.4

13 Jawa Timur 73.05 38 Kab. Bangkalan 64.48 Kab. Pacitan 79.29

14 B a l i 84.53 9 Kab. Karang asem 82.12 Kab. Jembrana 88.59

15 Nusa Tenggara Barat 67.86 10 Kab. Lombok Timur 64.89 Kota. Bima 79.85 16 Nusa Tenggara Timur 63.49 21 Kab. Sumba Barat Daya 33.41 Kab. Manggarai Barat 78.51 17 Kalimantan Barat 66.91 14 Kab. Bengkayang 44.54 Kab. Kapuas Hulu 76.41 18 Kalimantan Tengah 70.83 14 Kab. Seruyan 47.65 Kab. Pulang Pisau 87.38 19 Kalimantan Selatan 74.01 13 Kab. Banjar 69.6 Kab. Tabalong 79.5 20 Kalimantan Timur 67.30 14 Kota. Tarakan 38.75 Kab. Kutai Timur 87,70 21 Sulawesi Utara 78.36 15 Kab. Bolmong Selatan 69.56 Kab. Minahasa Tenggara 84.16

22 Sulawesi Tengah 68.39 11 Kab. Donggala 59.6 Kab. Poso 77.07

23 Sulawesi Selatan 64.46 24 Kab. Wajo 50.7 Kab. Janeponto 76.35 24 Sulawesi Tenggara 62.53 12 Kab. Buton Utara 50.28 Kota. Kendari 65.62 25 Maluku 60.17 11 Kab. Maluku Barat Daya 39.53 Kab. Kepualaun Aru 77.94

26 Papua 24.34 29 Kab. Yahukimo 0.36 Kota. Jayapura 76.29

27 Banten 66.99 8 Kab. Tangerang 62.88 Kota. Cilegon 71.92

28 Bangka Belitung 77.36 7 Kab. Bangka Tengah 70.24 Kab. Bangka Belitung 82.68

29 Gorontalo 73.49 6 Kab. Pahuwato 70.15 Kota. Gorontalo 75.96

(37)

c. Peserta KB Menurut Tempat Pelayanan

Dalam memperoleh pelayanan KB para peserta KB dapat diklasifikasikan

dalam 2 jalur, yaitu tempat pelayanan KB Pemerintah dan Swasta. Pada

Pendataan Keluarga Tahun 2010, dari 31.640.957 jumlah seluruh peserta KB,

sebanyak 16.430.870 peserta atau 51,93% mendapatkan pelayanan KB dari

jalur Pemerintah. Sedangkan peserta KB yang dilayani melalui jalur Swasta

sedikit lebih rendah dari peserta KB yang dilayani jalur Pemerintah, yaitu

sebanyak 15.210.087 peserta, atau 48,07% dari seluruh peserta KB. Dilihat

per provinsi peserta KB yang dilayani melalui jalur Swasta ini tertinggi di

Provinsi Bali (67,76%) dan terendah di provinsi Nusa Tenggara Timur

(3,82%). Secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 14.

3.82 7.10 11.93 13.95 15.01 16.08 17.05 19.69 23.27 24.98 25.76 30.96 31.17 32.04 32.96 36.75 38.74 39.29 40.55 41.70 46.54 49.42 51.17 51.21 51.65 54.24 55.08 55.38 55.60 57.28 63.06 63.08 67.76

0

15

30

45

60

Nusa Tenggara Tim ur Sulaw esi Tenggara Sulawesi Tengah Papau Maluku Papua Barat Maluku Utara Kepulauan Riau Sulawesi Barat Nusa Tenggara Barat Gorontalo Kalimantan Barat Sulawesi Selatan Kalimantan Tengah B e n g k u l u Lampung Aceh Sumatera Utara Sumatera Selatan Bangka Belitung Sulawesi Utara R i a u Jaw a Barat Kalimantan Selatan Banten Kalimantan Tim ur Jawa Tim ur Sumatera Barat J a m b i Jawa Tengah DI Yogyakarta DKI Jakarta B a l i

(38)

d. Peserta KB Implant yang Implantnya perlu dicabut tahun depan.

Pada Pendataan Keluarga tahun 2010 secara nasional mendata pula untuk

peserta KB Implant yang Implantnya perlu atau sudah waktunya untuk

dicabut tahun depan, yaitu sebanyak 412.520 peserta. Provinsi dengan

jumlah peserta KB Implant yang perlu dicabut Implantnya tahun depan

terbanyak adalah Jawa Tengah (58.468 peserta), Jawa Timur (53.401

peserta), Jawa Barat (48.684 peserta) dan Riau (42.750 peserta), sedangkan

jumlahnya yang terendah adalah di Bali (455 peserta), Papua Barat (479

peserta), dan Kepulauan Riau (908 peserta).

e. PUS Bukan Peserta KB

Pada Pendataan Keluarga Tahun 2010, mendata pula jumlah Pasangan Usia

Subur (PUS) yang bukan peserta KB. Secara nasional tercatat PUS yang bukan

peserta KB sebanyak 12.790.270 pasangan atau 28,79% dari jumlah PUS

keseluruhan.

Dari PUS yang bukan peserta KB ini dilihat menurut statusnya adalah :

1) PUS Bukan Peserta KB Sedang Hamil

Secara nasional PUS sedang hamil sebanyak 1.606.004 pasangan atau

sebesar 3,61% terhadap PUS keseluruhan. Dilihat menurut provinsi angka

persentase PUS yang sedang berstatus hamil terhadap jumlah PUS secara

keseluruhan yang tinggi, diwilayah Jawa Bali adalah Banten (3,97%) dan

Jawa Barat (3,78%), di wilayah Luar Jawa Bali I di Sulawesi Barat (5,26%)

dan Sumatera Barat (4,89%), dan di wilayah Luar Jawa Bali II di Papua

Barat (6,90%) dan Kepulauan Riau (6,87%).

2) PUS Bukan Peserta KB Ingin Anak Segera (IAS)

Secara nasional PUS bukan Peserta KB dengan status Ingin Anak Segera

(IAS) tercatat sebanyak 3.844.123 atau sebesar 8,65% dari seluruh PUS.

Dilihat menurut provinsi angka persentase PUS Ingin Anak Segera

tertinggi untuk wilayah Jawa Bali adalah provinsi Jawa Timur (10%) dan

DI Yogyakarta (9,33%).

(39)

3) PUS Bukan Peserta KB Ingin Anak Ditunda (IAT)

Secara nasional PUS bukan peserta KB dengan status Ingin Anak Ditunda

(IAT) tercatat sebanyak 3.591.509 atau sebesar 8,08% dari seluruh PUS.

Dilihat menurut provinsi angka persentase PUS ingin anak ditunda

tertinggi di wilayah Jawa Bali adalah di Provinsi Banten (9,77%). Untuk

wilayah Luar Jawa Bali I adalah di Provinsi Sulawesi Selatan (10,77%),

Sulawesi Barat (10,74%), dan Sumatera Utara (10,43%). Sedangkan di

wilayah Luar Jawa Bali II adalah di Papua (46,22%), Papua Barat

(21,94%), Maluku Utara (15,09%), dan Maluku (13,12%).

4) PUS Bukan Peserta KB Tidak Ingin Anak Lagi (TIAL)

PUS Bukan Peserta KB dengan status Tidak Ingin Anak Lagi (TIAL) adalah

PUS yang sebenarnya memerlukan pelayanan kontrasepsi tetapi belum

terlayani sehingga belum ber-KB, dan merupakan salah satu sasaran

utama dalam pelayanan kontrasepsi. Dari hasil Pendataan Keluarga tahun

2010 secara nasional jumlah PUS belum ber-KB tidak ingin anak lagi

tercatat sebanyak 3.748.634 orang atau 8,44% dari seluruh PUS. Dilihat

menurut provinsi angka persentase PUS tidak ingin anak lagi tertinggi di

wilayah Jawa Bali adalah di Provinsi Banten (11,10%). Untuk wilayah

Luar Jawa Bali I adalah di Provinsi Sumatera Utara (10,68%) dan

Kalimantan Barat (10,28%). Sedangkan di wilayah Luar Jawa Bali II

adalah di Papua Barat (15,82%), Maluku (12,62%), Kalimantan Timur

(11,13%), dan Maluku Utara (11,01%).

Tabel 8

PUS BUKAN PESERTA KB MENURUT LATAR BELAKANGNYA

HASIL PENDATAAN KELUARGA 2009 DAN 2010

TAHUN

PENDATAAN

JUMLAH

PUS TIDAK

BER KB

LATAR BELAKANG

Hamil

Ingin Anak

Segera

Ingin Anak

Ditunda

Tidak Ingin

Anak Lagi

(1)

(2)

(3)

(4)

(6)

(6)

A B S O L U T

2009

12.638.042

1.591.984

3.790.739

3.445.188

3.819.666

2010

12.790.270

1.606.004

3.844.123

3.591.509

3.748.634

PERSENTASE TERHADAP JUMLAH PUS SELURUHNYA

2009

29,09

3,66

8,72

7,93

8,79

2010

28,79

3,61

8,65

8,08

8,44

(40)
[image:40.595.142.543.179.679.2]

pasangan, tetapi secara persentase menurun yaitu dari 16,72% pada tahun

2009 menurun menjadi 16,52% pada tahun 2010. Disparitas tingkat unmet

need per kabupaten dapat dilihat pada Tabel 9a.

Tabel 9

PERKEMBANGAN JUMLAH PUS BUKAN PESERTA KB STATUS INGIN

ANAK

DITUNDA (IAT) DAN TIDAK INGIN ANAK LAGI (TIAL)

HASIL PENDATAAN KELUARGA TAHUN 2009 DAN 2010

TAHUN

PENDATAAN

JUMLAH

PUS

JUMLAH IAT DAN TIAL

IAT

TIAL

JUMLAH

Persentase

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(4)=(5)/(2)

2009

43.451.896

3.445.188

3.819.666

7.264.854

16,72

2010

44.431.227

3.591.509

3.748.634

7.340.143

16,52

4.13 8.73 11.55 12.1512.78 12.85 12.87 14.12 14.1914.30 14.31 14.69 15.29 15.62 16.2116.79 17.11 18.58 18.81 19.10 19.1519.50 20.37 20.67 20.87 20.94 21.02 21.11 22.89 25.74 26.11 37.76 54.77

0

10

20

30

40

50

B a l i Kepulauan Riau DI Yogyakarta Sulawesi UtaraJawa Tengah B e n g k u l u Bangka Belitung J a m b i Jawa Timur Kalimantan Selatan Gorontalo DKI Jakarta Kalimantan Tengah Jawa Barat Sumatera SelatanSumatera Barat Nusa Tenggara Barat Aceh Sulawesi Barat Sulawesi Tengah Kalimantan TimurLampung Kalimantan Barat Sulawesi Selatan Banten Nusa Tenggara TimurR i a u Sumatera Utara Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua

PERSENTASE PERKIRAAN UNMET NEED KB

(41)
[image:41.595.70.558.137.694.2]

Tabel 9a. DISPARITAS TINGKAT PERKIRAAN UNMET NEED KB PER KABUPATEN

DI MASING-MASING PROVINSI TAHUN 2010

NO.

Gambar

Tabel 7PERKEMBANGAN TINGKAT KESERTAAN BER KB
Tabel 7a. DISPARITAS TINGKAT PREVALENSI KB PER KABUPATENDI MASING-MASING PROVINSI TAHUN 2010
Tabel 9PERKEMBANGAN JUMLAH PUS BUKAN PESERTA KB STATUS INGIN
Tabel 9a. DISPARITAS TINGKAT PERKIRAAN UNMET NEED KB PER KABUPATENDI MASING-MASING PROVINSI TAHUN 2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam bidang Kedokteran Gigi, material yang memiliki biokompatibilitas yang baik, dan dapat menstimulasi regenerasi jaringan keras dan berikatan baik dengan

Penutup (menit ke 136-150) Meminta mahasiswa mengapresiasi hasil kerja kelompok lain mendiskusik annya dengan dosen  Mahasiswa melakukan refleksi terhadap cara

Perluasan SCTC menjadi STP berdampak dengan pengalihan lokasi, dengan pengembangan menjadi institusi yang tidak hanya sebagai wahana diklat, tetapi juga untuk mengembangkan

Meskipun tanaman nilam merupakan tanaman yang dapat tumbuh pada lingkungan ternaungi dengan intensitas cahaya rendah maupun lingkungan yang terbuka dengan

Nokia menggunakan standar yang diakui industri untuk kartu memori, namun beberapa merek mungkin tidak kompatibel sepenuhnya dengan perangkat ini.. Kartu yang tidak kompatibel

No Nomor Toko Nama Toko Alamat Toko Area Sales.. 1 '300071 DEPO PELITA Kalikidang

Penulis ucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

tingkat keprofesionalitasan tenaga pengajar sebesar 75% yaitu diperoleh dari jumlah 8 guru yang sudah PNS. 3) Berkaitan dengan jenjang pendidikan yang dimiliki guru maka