• Tidak ada hasil yang ditemukan

An introduction to carbonate apatite as a biocompatible material in dentistry

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "An introduction to carbonate apatite as a biocompatible material in dentistry"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PertemuanIlmiahTahunan 8, Prodi Kedokteran Gigi Unjani, 14-15 Oktober 2016 80 80

An introduction to carbonate apatite as a biocompatible material in dentistry

Myrna Nurlatifah Zakaria1*, Arief Cahyanto2** 1Staf Konservasi Gigi, Program Studi Kedokteran Gigi, Universitas Jenderal Achmad Yani 2Staf Ilmu dan Teknologi Material Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Padjadjaran *[email protected] **[email protected] ABSTRAK

Karbonat apatit merupakan biomaterial yang termasuk kelompok biokeramik telah

digunakan dalam bidang kedokteran, khususnya bidang ortopedi karena memiliki kemampuan untuk berikatan dengan struktur tulang dan dapat menstimulasi pembentukan jaringan keras. Bahan ini mampu membentuk formasi lapisan hidroksiapatit yang menyerupai fase mineral tulang serta menghasilkan adaptasi yang baik antara semen apatit dan jaringan tulang. Kalsium fosfat juga dapat mengeras (setting) dalam lingkungan fisiologis dan dapat di resorpsi oleh jaringan yang akan menggantikan jaringan yang rusak. Dalam bidang Kedokteran Gigi, material yang memiliki biokompatibilitas yang baik, dan dapat menstimulasi regenerasi jaringan keras dan berikatan baik dengan struktur termineralisasi dapat menjadi alternatif material yang dapat diaplikasikan dalam berbagai kebutuhan klinis. Ditinjau dari bahan dasar tulang yang hampir serupa dengan jaringan gigi, bahan ini menjadi menarik untuk ditelaah lebih dalam dalam berbagai kajian agar dapat diaplikasikan pada dalam bidang Kedokteran Gigi. Makalah ini akan membahas secara singkat mengenai sifat karbonat apatit dari penelitian-penelitian terdahulu.

Keyword: karbonat apatit, osteogenesis, biokeramik, biomaterial

Pendahuluan

Dalam beberapa tahun terakhir, material dalam bidang kedokteran gigi mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai studi dilakukan untuk mendapatkan material ideal yang dapat menjawab tantangan klinis maupun ekonomis. Bahan material mengalami perkembangan dari sifat biokompatibel yang bioinert, menjadi bahan yang tidak hanya stabil dalam tubuh, tetapi juga bioaktif atau dapat menstimulasi regenerasi jaringan yang rusak. Selain bersifat bioaktif, material yang kemudian dimasukkan ke dalam tubuh untuk menggantikan jaringan yang rusak juga diharapkan pada akhirnya dapat tergantikan oleh jaringan asli tubuh (biodegradable).

Karbonat apatit merupakan bahan biokeramik yang banyak dikembangkan dan dipelajari untuk menjadi material pilihan terutama untuk penggunaan bahan pengganti struktur tulang. Apatit secara umum dikenal sebagai hidroksiapatit (HAp)merupakan bahan yang memiliki sifat biokompatibilitas tinggi dengan tubuh. Apatit juga terdapat didalam tubuh baik di gigi maupun tulang dan sekitar 3-5% bagiannya tersusun oleh ion karbonat.1 Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Le Geros pada tahun 1991, yang menyatakan bahwa komposisi mineral tulang sebesar 4-8% adalah karbonat yang terdapat pada struktur apatit tulang sehingga susunan inorganik komponen tulang seharusnya dinamakan karbonat apatit (CO3Ap).2 Substitusi dari ion karbonat pada gugus OH dikenal sebagai CO3Ap tipe A sedangkan dengan gugus PO4 dikenal sebagai CO3Ap tipe B. CO3Ap tipe B inilah yang merupakan apatit yang terdapat di tubuh.

Perbandingan kelarutan antara CO3Ap dengan HAp telah dilakukan oleh Barralet et

al., pada tahun 2000 melakukan implantasi subkutan pada tikus Wistar dalam percobaannya

(2)

PertemuanIlmiahTahunan 8, Prodi Kedokteran Gigi Unjani, 14-15 Oktober 2016

81 81

dibandingkan dengan HAp.3 Ellies et al. pada tahun 1988 melakukan penilaian secara

kuantitatif pada uji in vivo biokompatibilitas jaringan dengan menggunakan CO3Ap sintetik

yang dikalsinasi. Hasilnya menunjukkan bahwa peningkatan jumlah tulang baru yang terbentuk setelah empat minggu sejalan dengan peningkatan jumlah CO32- ion.4 Linton et

al.,2002, melaporkan bahwa CO3Ap dapat digunakan sebagai bahan graft pada tulang

alveolar tempat tumbuh gigi.5

Doi et al., 1998, menyatakan bahwa CO3Ap sintered dapat diresorpsi oleh osteoklas,

dengan demikian bahan tersebut memperlihatkan keunggulan sebagai bahan pengganti

tulang yang rusak.6 Resorpsi dari CO3Ap ataupun HAp tergantung dari tingkat kelarutan pada

kedua material tersebut.

1. Semen Tulang Berbasis Karbonat Apatit

Pertama kali semen tulang berbasis apatit dengan menggunakan α-tricalcium

phosphate (α-TCP: α-Ca3(PO4)2) diperkenalkan pada tahun 1976 (Monma dan Kanazawa,

1976).7 α-TCP yang telah set akan membentuk calcium deficient hydroxyapatite (Cd-HAp:

Ca9(HPO4)(PO4)5OH) dengan Ca/P molar ratio of 1.5 pada suhu 60–100°C and pH antara 8.1

dan 11.4 seperti terlihat pada persamaan reaksi dibawah ini:

3α-Ca3(PO4)2 + H2O → Ca9(HPO4)(PO4)5OH

Walaupun penemuan ini menjadi suatu terobosan dalam rekonstruksi kerusakan tulang, akan tetapi semen tulang ini membutuhkan waktu yang lama sekitar 24 jam untuk set pada kondisi tubuh. Secara aplikasi klinis tentunya penggunaan α-TCP saja tidak dapat diterima. Pada perkembangannya, semen tulang dengan menggunakan α-TCP ditambahkan

dengan asam sitrat atau asam succinic dapat mempercepat proses set reaksinya.8

Semen tulang jenis lainnya yang berbasis apatit, yaitu semen tulang dengan

menggunakan campuran equimolar dari tetracalcium phosphate (TTCP: Ca4(PO4)2O) and

dicalcium phosphate anhydrous (DCPA: CaHPO4) atau dicalcium phosphate dehydrate

(DCPD: CaHPO4.2H2O) dengan hasil akhir berupa HAp yang set dalam 30-60 menit pada suhu

ruangan.9,10 Berikut ini merupakan persamaan reaksi yang terjadi:

2Ca4(PO4)2O + 2CaHPO4 → Ca10(PO4)6(OH)2

Berdasarkan hasil temuan semen tulang diatas, berbagai aplikasi klinik dan penelitian

dasar banyak berkembang.11,12,13

Setting reaksi pada semen tulang dengan menggunakan TTCP dan DCPA lebih rumit dibandingkan dengan semen tulang dengan bahan dasar gypsum atau α-TCP. Pada prinsipnya setting reaksi yang terjadi tetap berdasarkan reaksi disolusi dan presipitasi.

Ketika TTCP dan DCPA dicampurkan dengan air, ion Ca2+ dan PO43- akan

terdistribusikan pada larutan seperti tertera pada persamaan reaksi berikut ini:

Ca4(PO4)2O + H2O → 4Ca2+ + 2PO43- + 2OH-

CaHPO4 → Ca2+ + H+ + PO43-

(3)

PertemuanIlmiahTahunan 8, Prodi Kedokteran Gigi Unjani, 14-15 Oktober 2016 82 82 Karena kelarutan HAp pada pH netral dan basa sangat terbatas maka larutan diatas akan menjadi sangat jenuh terhadap HAp. Selanjutnya kristal HAp akan terpresipitasi dan saling mengunci satu sama lain hingga mengeras. Seperti Persamaan reaksi dibawah ini:

10Ca2+ + 6PO42- + 2OH- → Ca10(PO4)6(OH)2

Setting reaksi untuk semen tulang CO3Ap sama dengan semen tulang diatas.

Perbedaannya semen tulang CO3Ap memiliki spesifikasi lain, yaitu adanya ion CO32- pada

gugus apatitnya. Saat CaCO3 dan DCPA dicampurkan dengan larutan, ion CO32-, Ca2+ dan

PO43- akan terlarut, kemudian menjadi sangat jenuh hingga terpresipitasi sebagai CO3Ap.

Kristal CO3Ap yang terpresipitasi dan saling mengunci satu sama lain hingga mengeras.

CaCO3 → Ca2+ + CO32-

CaHPO4 → Ca2+ + H+ + PO43-

(10-a)Ca2+ + (6-b)PO43- + cCO32- + (2-d)OH- ⇌ Ca10-a(PO4)6-b(CO3)c(OH)2-d

2. Karbonat Apatit Granul

Selain CO3Ap semen bentuk lain yang biasa digunakan dibidang kedokteran dan

kedokteran gigi adalah dalam bentuk granul. Bentuk CO3Ap granul ini harus memiliki salah

satu komponen pembentuk CO3Ap pada prekursornya dan juga memiliki kelarutan yang

cukup tinggi. Sebagai salah satu contohnya adalah kalsium karbonat (CaCO3), dimana CaCO3

ini memiliki ion Ca2+ dan ion CO32- yang dibutuhkan dalam pembentukan CO3Ap.14 Biasanya

transformasi CO3Ap yang terjadi melalui proses disolusi dan presipitasi.

CaCO3 yang digunakan pada metode ini memiliki tiga polymorphs, dari ketiga

polymorphs tersebut jenis kalsit lebih sering digunakan karena lebih stabil dan mudah

ditemukan. Ketika kalsit dilarutkan dalam larutan, kalsit akan terlarut dan menyuplai ion

Ca2+ dan ion CO32- pada larutan. Jika tidak terdapat ion lain maka kalsit akan berada pada

fase kesetimbangan dan tidak ada reaksi lain yang terjadi. Bila terdapat ion PO43-, larutan

akan bergerak ke arah kesetimbangan menjadi CO3Ap. Karena kelarutan CO3Ap lebih kecil

dari kalsit, maka larutan akan menjadi jenuh dan menjadi CO3Ap.

Pembahasan

CO3Ap memiliki kelebihan dibandingkan dengan hidroksiapatit (HAp), khususnya HAp

yang diproses melalui proses sintering dengan suhu tinggi. Pada CO3Ap yang diproses

dengan suhu rendah memiliki tingkat kristal yang rendah seperti tulang sehingga diyakini dapat diresorpsi oleh tubuh dalam prosesnya.15 Selain itu CO3Ap juga memiliki tingkat

osteokonduktivitas yang tinggi, sehingga diharapkan dapat merangsang pertumbuhan tulang baru.

Semen tulang berbasis apatit memiliki beberapa keuntungan, yaitu: pertama, kemampuan self-setting pada kondisi tubuh. Kemampuan ini menunjang semen tulang untuk dapat set dan mengeras pada defek tulang, sehingga defek tulang dapat diisi dan

ditutup oleh semen tulang dengan sempurna tanpa meninggalkan gap.16,17 Sel tulang tidak

dapat berpindah jika terdapat gap antara bahan tulang pengganti dengan tulang asli. Kedua, Semen tulang dapat digunakan dengan menggunakan syringe atau dengan kata lain semen

(4)

PertemuanIlmiahTahunan 8, Prodi Kedokteran Gigi Unjani, 14-15 Oktober 2016

83 83

tulang memiliki kemampuan injeksi yang baik, sehingga dapat diaplikasikan pada minimal

invasive surgery techniques. Ketiga, semen tulang memiliki kemampuan osteokonduktivitas

yang sangat baik. Keempat, semen tulang jenis ini dapat digantikan oleh tulang baru meskipun membutuhkan waktu yang cukup lama. Kelima, semen tulang dapat digunakan sebagai pembawa obat, seperti antibiotik, anti inflamasi, dan juga faktor pertumbuhan. Hal ini dikarenakan semen tulang memiliki mikro porositas pada semen yang telah mengeras.

Meskipun demikian, semen tulang juga memiliki kekurangan, yaitu: pertama, sifat mekanik yang rendah, sehingga hanya dapat digunakan pada non-load bearing area dalam aplikasi klinik. Kedua, pertumbuhan tulang yang lambat pada bagian interior set semen tulang karena keterbatasan interconnected pores pada semen tulang berbasis apatit.

Semen tulang berbasis apatit diyakini dapat digantikan oleh tulang baru, walaupun

hal itu masih menjadi perdebatan.19-23 Perbedaan-perbedaan ini diperkirakan karena adanya

perbedaan pada hewan percobaan, perbedaan tempat dan ukuran pada defek tulang, perbedaan komposisi pada semen tulang, dan juga perbedaan rasio bubuk dan cairan.

Pada proses remodelling tulang, osteoblast membentuk tulang baru yang erat kaitannya dengan sifat osteokonduktivitas dari apatit. Disisi lain, osteoclast berfungsi untuk meresorpsi tulang yang telah matang dengan cara membentuk Howship’s lacuna yang

memiliki kondisi pH 4,5.24 Kandungan karbonat pada struktur apatit tulang dekat

hubungannya dengan kelarutan apatit pada kondisi asam.25 Oleh karenanya, sangatlah

masuk akal jika CO3Ap dapat digantikan oleh tulang baru. CO3Ap dalam bentuk granul telah

terbukti dapat digantikan dengan tulang baru pada percobaan dengan menggunakan cranial tikus setelah proses implantasi selama 24 minggu.26 Penelitian pada defek tulang tibia

kelinci yang diimplantasi dengan habahn carbonat apatit dengan evaluasi pada 4, 12 dan 24 minggu, menunjukkan bahwa seiring berjalannya waktu, terjadi pembentukan tulang baru dengan pembentukan porositas yang terus berlanjut, yang mengindikasikan adanya bioresorpsi material yang diimplantasikan.

Kesimpulan

CO3Ap merupakan bahan biokeramik yang memiliki sifat biokompatibilitas dan

osteokonduktivitas tinggi yang dapat digunakan dibidang kedokteran. Kemampuannya untuk setting dalam lingkungan fisiologis, sifat bioaktif dan biodegredable yang dimiliki bahan ini membuat karbonat apatit menjadi bahan yang menarik untuk dipelajari kegunaannya untuk aplikasi di bidang kedokteran gigi sebagai salah satu bahan pengganti tulang yang ideal atau pengganti struktur gigi yang rusak.

Daftar Pustaka

1. Elliot JC. Structure and Chemistry of the Apatite and other Calcium Orthophosphates. Elsevier, Amsterdam. 1994, p. 260.

2. Le Geros RZ. Calcium phosphates in oral biology and medicine (Monographs in Oral Science). Vol. 15. Basel: S Karger Pub; 1991. p. 15. 3. Barralet J, Akao M, Aoki H. Dissolution of dense carbonate apatite subcutaneously implanted in Wistar rats. J. Biomed. Mater. Res. 2000; 49(2), 176–182. 4. Ellies LG, Carter JM, Natiella JR, Featherstone JD, Nelson DG. Quantitative analysis of early in vivo tissue response to synthetic apatite implants. J. Biomed. Mater. Res. 1988; 22(2), 137–148. 5. Linton JL, Sohn BW, Yook JI, Le Geros RZ. Effects of calcium phosphate ceramic bone graft materials on permanent teeth eruption in beagles. Cleft Palate-Craniofacial J. 2002; 39(2), 197–207. 6. Doi Y, Shibutani T, Moriwaki Y, Kajimoto T, Iwayama Y. Sintered carbonate apatites as bioresorbable bone substitutes. J. Biomed. Mater. Res. 1998;39, 603–610. 7. Monma H, Kanazawa T. The hydration of α-tricalcium phosphate. Yogyo-Kyokai-Shi. 1976; 84: 209-213. 8. Unezaki Y, Ryumon H, Inoue H, Okuda H, Onishi H, Minamigawa K. Histocompatibility of a bone graft

(5)

PertemuanIlmiahTahunan 8, Prodi Kedokteran Gigi Unjani, 14-15 Oktober 2016 84 84 cement consisting of tetracalcium phosphate dicalcium phosphate dehydrate and citric acid. Bioceramics. 1996; 9: 251-253. 9. Brown WE, Chow LC. A new calcium phosphate, water-setting cement, In: Brown P W, Cement Research Progress, Ed.; Brown, P.W., Westerville, USA. 1986; pp. 351-379. 10. Brown WE, Chow LC. Combination of sparingly soluble calcium phosphate cements in slurries and paste as mineralizers and cements. 1986; U.S. Patent No. 4,612,059. 11. Chow LC, Takagi S. A natural bone cement-a laboratory novelty led to the development of revolutionary new biomaterials. Journal of Research of the National Institute of Standards and Technology. 2001; 106: 1029-1033.

12. Bohner M, Gbureck U, Barralet JE. Technological issues for the development of more efficient calcium phosphate bone cements: a critical assessment. Biomaterials 2005; 26: 6423-6429.

13. Cahyanto A, Maruta M, Tsuru K, Matsuya S, Ishikawa K. Basic properties of carbonate apatite cement consisting of vaterite and dicalcium phosphate anhydrous. Key Eng Mater. 2013; 529–530: 192–196. 14. Matsuya S, Lin X, Udoh K, Nakagawa M, Shimogoryo R, Terada Y, Ishikawa K. Fabrication of porous low

crystalline calcite block by carbonation of calcium hydroxide compact. J. Mater. Sci.: Mater. Med. 2007; 18, 1361–1367.

15. Leewenburgh S, Layrolle P, Barrère F, de Bruijn J, Schoonman J, van Blitterswijk CA, de Groot K. Osteoclastic resorption of biomimetic calcium phosphate coatings in vitro. J. Biomed. Mater. Res. 2001; 56: 208-215.

16. Ishikawa K. Bioactive ceramics: cements. Ducheyne P, Healy K, Hutmacher DE, Grainger DW, Kirkpatrick CJ, editors. Comprehensive biomaterials, vol. 1. Elsevier: Amsterdam, Netherland, 2006; pp. 268-282. 17. Ginebra MP. Orthopaedic bone cements: Calcium phosphate bone cements. Sanjukta Deb, editor.

Woodhead Publishing Limited: Boca Raton, Florida, USA, 2008; pp. 206-224.

18. Miyamoto Y, Ishikawa K, Takechi M, Toh T, Yuasa T, Nagayama M, Suzuki K. Histological and compositional evaluations of three types of calcium phosphate cements when implanted in subcutaneous tissue immediately after mixing. J. Biomed. Mater. Res.: Appl. Biomater. 1999; 48(1): 36–42. 19. Mai R, Reinstorf A, Pilling E, Hlawitschka M, Jung R, Gelinsky M, Schneider M, Loukota R, Pompe W, Eckelt U, Stadlinger B. Histologic study of incorporation and resorption of a bone cement-collagen composite: an in vivo study in the minipig. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod 2008; 105: e9-e14. 20. Constantz BR, Ison IC, Fulmer MT, Poser RD, Smith ST, Van Wagoner M, Ross J, Goldstein SA, Jupiter JB, Rosenthal DI. Skeletal repair by in situ formation of the mineral phase of bone. Science. 1995; 267: 1796- 1799. 21. Yuan H, Li Y, de Bruijn JD, de Groot K, Zhang X. Tissue responses of calcium phosphate cement: a study in dogs. Biomaterials. 2000; 21: 1283-1290. 22. Cancian DCJ, Vieira EH, Marcantonio RAC, Garcia Jr IR. Utilization of autogenous bone, bioactive glasses, and calcium phosphate cement in surgical mandibular bone defects in cebus apella monkeys. Int. J. Oral Max. Impl. 2004; 19: 73-79. 23. Gosain AK, Riordan PA, Song L, Amarante M, Kalantarian B, Nagy PG, Wilson CR, Toth JM, McIntyre BL. A 1-year study of osteoinduction in hydroxyapatite-derived biomaterials in an adult sheep model: part II. Bioengineering implants to optimize bone replacement in reconstruction of cranial defects. Plast.

Reconstr. Surg. 2004; 114: 1155-1163.

24. Kierszenbaum AL, Tres LL. Histology and cell biology: An introduction to pathology. Elsevier: Philadelphia, USA, 2012; 3: pp. 252-254.

25. Dorozhkin SV. Dissolution mechanism of calcium apatites in acids: A review of literature. World J.

Methodol. 2012; 2(1): 1-17. 26. Ishikawa K. Bone substitute fabrication based on dissolution-precipitation reactions. Materials. 2010; 3: 1138-1155. 27. Hasegawa M, Ohashi T, Tani T, Doi Y. Osteoconduction and bioresorption of sintered carbonate apatite. Key Eng Mater. 2000; 192: 453–456.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan peneliti tentang pemahaman perawat tentang penerapanRJPdipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu umur, pendidikan,

Ini berarti makin ke atas ukuran molekul makin kecil, maka gaya tarik- menarik antar-molekul (gaya Van der Waals) akan makin kecil. Perhatikan juga titik didih dan titik

Media booklet yang dibuat memiliki jenis huruf yang digunakan sama pada setiap lembar yaitu, Times New Roman, booklet juga memiliki spasi yang bervariasi antar baris

Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 16 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bantul (Lembaran Daerah

This study aims to find translation procedures from source language (English) to target language (Indonesian) used in translating the Eclipse novel which have

[r]

diterima, dengan demikian diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered

Memperhatikan ketentuan-ketentuan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana diubah terakhir dengan