• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Oleh : KINANTI TRIANDANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Oleh : KINANTI TRIANDANI"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN KADAR GULA DARAH SEWAKTU DAN INDEKS MASA TUBUH MAHASISWA BARU FAKULTAS

KEDOKTERAN USU ANGKATAN 2018 SEBELUM DAN SESUDAH PERKULIAHAN SEMESTER AWAL

SKRIPSI

Oleh :

KINANTI TRIANDANI 150100074

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

SESUDAH PERKULIAHAN SEMESTER AWAL

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh :

KINANTI TRIANDANI 150100074

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(3)
(4)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T. yang dengan petunjuk dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang merupakan salah satu tugas akhir dalam menyelesaikan Pendidikan Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penulis selama melakukan penelitian dan penyusunan karya tulis ilmiah ini telah memperoleh dukungan secara moral, ide, dan saran dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada :

1. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan izin kepada saya untuk melakukan penelitian di Fakultas Kedokteran USU.

2. dr. Almaycano Ginting, M.Kes, M.Ked(Clin.Path), SpPK. selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan banyak arahan dan masukan bagi penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. dr. Muhammad Syahputra, M.Kes, selaku Ketua Penguji yang telah memberikan petunjuk-petunjuk serta nasihat-nasihat dalam penyempurnaan skripsi ini.

4. dr. Yunita Sari Pane, M.Si. selaku Anggota Penguji yang telah memberikan petunjuk-petunjuk serta nasihat-nasihat dalam penyempurnaan skripsi ini.

5. dr. Riza Rivany, Sp.OG(K), selaku dosen penasehat akademik penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

6. Kepada keluarga penulis yang senantiasa memberikan dukungan doa dan semangat kepada penulis teruntuk kedua orangtua penulis, Ayahanda Syahrir Hakim Nasution,SE,M.Si dan Ibunda Tiktik Mustikawaty,

(5)

Kakanda Shanti Mellisa dan Meigi Anggita, dan Abangda Datuk Zulfadinsyah dan Irfandi Amir

7. Terima kasih kepada seluruh Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU angkatan 2018 yang telah turut berpartisipasi dalam penelitian ini.

8. Terima kasih kepada seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

9. Kepada seluruh sahabat penulis, Dinta Nisainda, Nia Nanda Rangkuti, Anindya Putri, Syafira Firdayana Sy,Agita Rahmi Triska Putri, Isna Gita, Dina Ardelia, Dian Nasution, dan teman seperjuangan angkatan 2015 yang telah membantu, mendukung dan menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Semua pihak yang telah memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan laporan hasil penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2018

Penulis

(6)

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iv

Daftar Gambar... vi

Daftar Tabel ... vii

Daftar Singkatan... viii

Daftar Lampiran ... ix

Abstrak ... x

Abstract ... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian... 4

1.3.1 Tujuan Umum ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus... 4

1.4. Manfaat... 5

1.4.1 Manfaat Bagi Mahasiswa... 5

1.4.2 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan ... 5

1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6

2.1 Glukosa ... 6

2.1.1 Glikolisis... 6

2.1.2 Siklus Krebs ... 7

2.1.3 Rantai Respirasi Pembentukan ATP ... 8

2.1.4 Glukoneogenesis... 8

2.1.5 Glikogenolisis ... 9

2.1.6 Stress Oksidatif dan Oksidan ... 10

2.2 Kadar Gula Darah ... 12

2.2.1 Faktor–Faktor Yang Dapat Mempengaruhi KGD ... 12

2.2.2 Cara Pemeriksaan KGD... 14

2.3 Indeks Massa Tubuh (IMT) ... 16

2.3.1 Kategori Indeks Massa Tubuh ... 16

2.3.2 Kekurangan dan Kelebihan Indeks Massa Tubuh ... 17

2.3.3 Faktor–Faktor Yang Dapat Mempengaruhi IMT ... 18

2.4 Obesitas... 19

2.4.1 Definisi ... 19

(7)

2.4.2 Etiologi ... 20

2.4.3 Patofisiologi ... 21

2.4.4 Tatalaksana ... 22

2.5 Kuliah... 24

2.6 Semester... 27

2.7 Kerangka Teori Penelitian ... 28

2.5 Kerangka Konsep... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

3.1 Rancangan Penelitian ... 29

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 20

3.2.2 Waktu Penelitian ... 29

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian... 29

3.3.1 Populasi Penelitian ... 29

3.3.2 Sampel Penelitian ... 30

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 31

3.5 Metode Analisis Data ... 31

3.6 Definisi Operasional... 33

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 34

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 34

4.2 Deskripsi Karakteristik Responden ... 34

4.2.1 Responden Berdasarkan.Jenis Kelamin... 35

4.2.2 Responden Berdasarkan.Usia ... 35

4.2.3 Responden Berdasarkan KGD Sebelum & Sesudah 36 4.2.4 Distribusi Frek. KGD Sebelum & Sesudah Berdasarkan Jenis Kelamin ... 37

4.2.5 Distribusi Frek. IMT Sebelum & Sesudah ... 38

4.2.6 Distribusi Frek. IMT Sebelum & Sesudah Berdasarkan Jenis Kelamin ... 39

4.2.7 Distribusi Frek. Aktivitas Intensitas Ringan, Sedang & Berat Berdasarkan Jenis Kelamin... 40

4.2.8 Distribusi Frek. Aktivitas Intensitas Ringan, Sedang & Berat Berdasarkan IMT ... 41

4.3 Analisis Data Bivariat ... 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

5.1 Kesimpulan ... 43

5.2 Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA... 45

LAMPIRAN... 50

(8)

2.1 Penguraian glikogen menghasilkan glukosa 6-fosfat... 9

2.2 Patofisiologi obesitas... 22

2.3 Kerangka teori penelitian ... 28

2.4 Kerangka konsep ... 28

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Klasifikasi Kadar Glukosa Darah Sewaktu... 14

2.2 Klasifikasi Kadar Glukosa Darah Puasa ... 15

2.3 Klasifikasi Hasil Uji Toleransi Glukosa... 15

2.4 Klasifikasi Hasil Uji HbA1C... 15

2.5 Klasifikasi IMT Dewasa Menurut WHO ... 17

2.6 Klasifikasi IMT Dewasa Menurut Asia Pasifik ... 17

2.7 Perbedaan Kuliah Sistem Blok dan Non-Blok... 26

3.1 Definisi operasional... 33

4.1 Karakteristik Responden berdasarkan usia & jenis kelamin.. 34

4.2 Karakteristik Responden berdasarkan KGD sebelum & sesudah 36 4.3 Distribusi frekuensi KGD sebelum & sesudah berdasarkan jenis kelamin ... 37

4.4 Distribusi frekuensi IMT sebelum & sesudah... 38

4.5 Distribusi frekuensi IMT sebelum & sesudah berdasarkan jenis kelamin... 39

4.6 Distribusi frekuensi aktivitas dengan intensitas ringan, sedang dan berat berdasarkan jenis kelamin ... 40

4.7 Distribusi frekuensi aktivitas dengan intensitas ringan, sedang dan berat berdasarkan IMT ... 41

4.8 Perbandingan KGD serta IMT sebelum & sesudah ... 42

(10)

Perkeni : Perkumpulan Endokrinologi IMT : Indeks Massa Tubuh

LP : Lingkar Pinggang

KBK : Kuliah Berbasis Kompetensi PBL : Problem Based Learning KGD : Kadar Gula Darah CO2 : Carbon dioxide

NADH : Nicotinamide adenine dinucleotide FADH2 : Flavin adenine dinucleotide ATP : Adenosine triphosphate PEP : Phosphoenol Piruvate

ADA : American Diabetes Association ACTH : Adenocorticotropic hormone CDC : Center for Disease Control

CORE : Centre for Obesity Research and Education BMI : Body Mass Index

AGPR : Agouti-Related Protein

NPY : Neuropeptide Y

α-MSH : α-Melanocyte Stimulating Hormone RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A Lembar Penjelasan LAMPIRAN B Informed Consent

LAMPIRAN C Kuesioner

LAMPIRAN D Validasi Kuesioner LAMPIRAN E Daftar Riwayat Hidup LAMPIRAN F Ethical Clearance LAMPIRAN G Surat Izin Penelitian LAMPIRAN H Data Induk

LAMPIRAN I Output SPSS

LAMPIRAN J Halaman Pernyataan Orisinalitas

(12)

hormon, emosi, stress, jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi serta aktivitas fisikKadar Gula Darah dalam tubuh berkaitan erat dengan gaya hidup yaitu pola makan dan aktivitas fisik.Dengan aktivitas yang rendah, maka akan terjadi penimbunan kalori dan gula dalam tubuh. Indeks Massa Tubuh (IMT) menjadi salah satu metode untuk mengukur berat badan ideal seseorang, dengan mengukur tinngi bdan dan berat badan. IMT juga dipengaruhi oleh pola makan dan aktivitas fisik.Kuliah, menjadi salah satu contoh dari aktifitas fisik.Perkuliahan dengan metode KBK (Kuliah Berbasis Kompetensi) merupakan metode pembelajaran yang berpusat kepada mahasiswa dan diharapkan bahawa mahasiswa dapat memiliki kemampuan keterampilan individu di bidang ilmu kedokteran..Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data perbandingan kadar gula darah sewaktu dan indeks massa tubuh mahasiswa baru angkatan 2018 Fakultas Kedokteran USU sebelum dan sesudah perkuliahan semester awal. Metode. Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan desain cross sectional. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik simple random sampling, Penelitian ini dihitung terlebih dahulu jumlah subjek dalam populasi lalu menggunakan rumus dan dipilih secara acak sebanyak 97 sampel. Data yang dikumpulkan adalah data primer yang diambil secara langsung di Fakultas Kedokteran. Hasil.

Pada penelitian ini didapatkan hasil yang signifikan pada kadar gula darah sewaktu sebelum dan sesudah perkuliahan semester awal dengan nilai p = 0,028 dan hasil yang signifikan pada IMT sebelum dan sesudah perkuliahan semester awal dengan nilai p = 0,038. Kesimpulan. Terdapat perbedaan perbandingan kadar gula darah sewaktu dan IMT sebelum dan sesudah perkuliahan semester awal pada mahasiswa baru angkatan 2018 FK USU.

Kata kunci: kadar gula darah, indeks massa tubuh,kuliah.

(13)

ABSTRACT

Background. Blood sugar level is something that refers to the level of sugar concentration in the blood. Blood sugar levels can be influenced by several factors such as age, hormones, emotions, stress, the amount and type of food consumed and physical activity. Blood sugar levels in the body are closely related to lifestyle namely diet and physical activity. With low activity, it will happen accumulation of calories and sugar in the body. BMI is one method for measuring one's ideal body weight, by measuring body height and body weight. BMI is also influenced by diet and physical activity. Lecture is one example of physical activity. Lectures using the CBEL method (Competency Based Education Lecture) are student centered learning methods and it is expected that students can have individual skills. Objectives. This research aimed to obtain data on comparison of blood sugar levels and body mass index of new students in 2018 at the USU Faculty of Medicine before and after the initial semester lectures. Method. This research was analytic observational with cross sectional design. The sample in this research was taken by simple random sampling technique. This research was calculated the number of subjects in the population then using the formula and randomly selected 97 samples. The collected data are primary data taken directly at the Faculty of Medicine. Results. In this research were obtained significant results on blood sugar levels before and after the initial semester lecture with p = 0.028 and significant results on BMI before and after the initial semester lecture with a value of p

= 0.038. Conclusion. There was a difference in the comparison of blood sugar levels and BMI before and after the initial semester lecture on new students of 2018 FK USU.

Keywords: blood sugar levels, body mass index, lecture.

(14)

1.1 Latar Belakang

Kadar gula darah adalah sesuatu yang mengacu kepada tingkatan konsentrasi gula di dalam darah. Menurut PERKENI (Perkumpulan Endokrin Indonesia) tahun 2015, kadar glukosa darah sewaktu dikatakan normal jika <100 mg/dl dan dikatakan menderita Diabetes Melitus jika ≥ 200mg/dl.

Faktor pencetus utama terjadinya diabetes melitus adalah gaya hidup dan pola makan berlebihan dan tidak teratur yang dapat mengakibatkan peningkatan berat badan. Pola makan sangat mempengaruhi kadar gula darah didalam tubuh. Kadar gula darah seseorang setelah makan akan berbeda dengan kadar gula darah sebelum makan ataupun pada seseorang yang sedang berpuasa. Setelah makan kadar gula darah dalam tubuh cenderung akan meningkat sedangkan pada seseorang yang sedang berpuasa kadar gula darah cenderung akan mengalami penurunan tetapi dapat meningkat ketika seseorang berpuasa lebih dari 30 jam karena tubuh akan membongkar cadangan makanan berupa glikogen dan melepaskannya kedalam darah yang akan meningkatkan kadar gula dalam darah (Kasengke et al., 2015).

Pola makan yang tidak teratur dibarengi dengan konsumsi makanan dengan makanan yang terlalu banyak mengandung protein, lemak, gula dan sedikit serat akan sangat berkontribusi terhadap kejadian peningkatan berat badan berlebih ata kju obesitas (Kasengke et al., 2015).

Kadar gula darah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti usia, hormon, emosi, stress, jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi serta aktivitas fisik (Putra et al., 2015).

Stress adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan tubuh yang terganggu. Stress dapat memberi dampak secara total pada individu yaitu terhadap fisik, psikologis, intelektual, sosial, dan spiritual dan stress juga dapat mengancam keseimbangan fisiologis tubuh (Nugroho dan Purwanti, 2010)

(15)

2

Stress memiliki hubungan yang sangat erat dengan kadar gula darah terutama pada penduduk perkotaan. Tekanan kehidupan dan gaya hidup tidak sehat sangat berpengaruh, ditambah dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat dan berbagai penyakit yang sedang di derita menyebabkan penurunan kondisi seseorang sehingga memicu terjadinya stress (Nugroho dan Purwanti, 2010)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Derek et al (2017) didapatkan bahwa 50,7% pasien dengan tingkat stress berat memiliki kadar gula darah yang buruk dan 1,3% dengan tingkat stress sedang memiki kadar gula darah buruk.

Penelitian yang dilakukan oleh Nugroho dan Purwanti (2015) menunjukkan bahwa 73% dengan tingkat stress berat memiliki kadar gula darah yang buruk dan 24% dengan tingkat stress berat memiliki kadar gula darah yang buruk.

Seseorang dengan aktivitas yang rendah maka akan memicu terjadinya penimbunan dari kalori dan gula didalam tubuh dan keaadaan sepeti ini bisa diartikan sebagai berat badan berlebih (overweight) atau obesitas (Barnes,2012)

Di Indonesia, pembatasan atau pemantauan berat badan ideal seseorang dapat ditentukan berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT). Penggunaan cara ini hanya berlaku pada seseorang berumur diatas 18 tahun, dengan cara membandingkan antara berat badan dan tinggi badan .Kriteria Indeks Masa Tubuh (IMT) dapat dibagi menjadi underweight, normal, dan overweight. Undewrweight < 18,5 kg/m2, normal 18,5-24,9 kg/m2, overweight >25kg/m2, dan obesitas 25,0-29,9kg/m2 (WHO,2007). Menurut karakteristik Asia-Pasifik dikatakan normal jika 18,5- 22,9kg/m2 , berat badan berlebih (overweight) ≥ 23kg/m2. Selain itu,pengkategorian obesitas juga ada yang berdasarkan dengan nilai ukuran lingkar pinggang (LP), untuk laki-laki >90 cm, dan untuk wanita >80 cm (International Diabetes Federation, 2006).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kasengke et al (2015) didapatkan pada kelompok dewasa muda usia 20-30 tahun dengan IMT ≥ 23kg/m2mempunyai KGD sewaktu normal.

Penilitian yang dilakukan oleh Candrawati (2011) mendapati hubungan aktivitas fisik dengan IMT dimana sebanyak 16,7% IMT overweight terkait dengan

(16)

aktivitas fisik yang rendah dan 16,7% IMT obesitas terkait dengan aktivitas fisik yang rendah.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Badjeber et al (2012) pada siswa-siswi sekolah dasar di Manado yang menyebutkan bahwa siswa-siswi sering mengkonsumsi fast food minimal 3 kali per minggu memiliki risiko 3,28 kali menjadi gizi lebih.

Hasil studi pendahuluan di SMA Negeri 9 Semarang yang memili kegiatan ekstrakulikuler yang padat dan memungkinkan untuk mengonsumsi makanan cepat saji (fast food) menunjukan sebanyak 17,22% siswa-siswi mengalami gizi berlebih (Oktaviani et al., 2012)

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara sebagai salah satu Fakultas Kedokteran yang menerapkan sistem Kurikulum Berdasarkan Kompetensi (KBK) yang mempunyai jadwal yang padat dari pagi hingga sore hari sehingga mendorong kemungkinan pola makan/gaya hidup yang tidak sehat dan akan memilih makanan cepat saji (fast food) sebagai pilihan utama.

KBK adalah kurikulum yang menitikberatkan pada pencapaian kompetensi lulusan (Suwarti dan Harlina ,2006).

Dalam KBK terjadi proses pergeseran pembelajaran dimana yang dulu-nya guru/dosen sebagai pusat pembelajaran (teacher centered learning) menjadi student centered learning (murid/mahasiswa sebagai pusat pembelajaran). Salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah Problem Based Learning (PBL). Problem Based Learning (PBL) menggunakan metode pembelajaran dengan menggunakan scenario permasalahan dengan berdasarkan pada tema pembelajaran tertentu seperti permasalahan klinis yang sering dijumpai dimasyarakat dan dengan harapan mahasiswa mampu memecahkan masalah tersebut dengan membentuk suatu kelompok kecil yang difasilitasi oleh tutor, proses ini disebut dengan diskusi tutorial (Fitri, 2016)

Berdasarkan latar belakang diatas, belum ada penelitian yang menilai langsung KGD sewaktu dan IMT pada mahasiswa Fakultas Kedokteran terkait dengan proses pembelajaran berdasarkan KBK sehingga saya tertarik untuk meneliti hal tersebut.

(17)

4

1.1.1 RUMUSAN MASALAH

Bagaimana perbandingan KGD dan IMT mahasiswa angkatan 2018 Fakultas Kedokteran USU sebelum dan sesudah perkuliahan semester awal?

1.3. TUJUAN PENELITIAN 1.3.1. TUJUAN UMUM

Untuk mengetahui perbandingan KGD sewaktu dan IMT mahasiswa angkatan 2018 Fakultas Kedokteran USU sebelum dan sesudah perkuliahan semester awal

1.3.2. TUJUAN KHUSUS

1. Mengetahui gambaran karakteristik sampel penelitian

2. Mendapatkan data KGD sewaktu mahasiswa angkatan 2018 Fakultas Kedokteran USU sebelum dan sesudah perkuliahan semester awal berdasarkan jenis kelamin

3. Menganalisis data KGD sewaktu mahasiswa angkatan 2018 Fakultas Kedokteran USU sebelum perkuliahan semester awal

4. Menganalisis data KGD sewaktu mahasiswa angkatan 2018 Fakultas Kedokteran USU setelah perkuliahan semester awal

5. Mendapatkan data IMT mahasiswa angkatan 2018 Fakultas Kedokteran USU sebelum dan sesudah perkuliahan semester awal berdasarkan jenis kelamin

6. Menganalisis data IMT mahasiswa angkatan 2018 Fakultas Kedokteran USU sebelum perkuliahan semester awal

(18)

7. Menganalisis data IMT mahasiswa angkatan 2018 Fakultas Kedokteran USU setelah perkuliahan semester awal

1.4.1. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meberikan manfaat untuk:

1. Mahasiswa

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengetahuan dasar tentang KGD sewaktu dan IMT pada mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2018 2. Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan dan menjadi data dasar perbandingan KGD sewaktu dan IMT mahasiswa Fakultas Kedokteran terkait proses pembelajaran KBK yang dijalani di Fakultas Kedokteran.

3. Peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti serta dapat dijadikan sumber informasi dan data dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 GLUKOSA

Glukosa adalah bahan bakar metabolik utama pada mamalia dan bahan bakar universal bagi janin. Glukosa adalah prekursor untuk sintesis semua karbohidrat lain ditubuh termasuk glikogen, galaktosa, ribosa dan deoksiribosa. Glukosa adalah karbohidrat terpenting yang kebanyakan dalam makanan diserap kedalam aliran darah sebagai glukosa. Sebagian besar karbohidrat diabsorpsi ke dalam darah dalam bentuk glukosa, sedangkan monosakarida lain seperti fruktosa dan galaktosa akan diubah menjadi glukosa di dalam hati. Karena itu, glukosa merupakan monosakarida terbanyak di dalam darah (Murray et al., 2014). Selain berasal dari makanan, glukosa dalam darah juga berasal dari proses glukoneogenesis dan glikogenolisis (Kronenberg et al., 2016).

2.1.1 Glikolisis

Glikolisis merupakan rute utama metabolisme glukosa dan juga jalur utama untuk metabolisme galaktosa,fruktosa dan karbohidrat lain yang berasal dari makanan.Proses ini dapat berfungsi baik dalam keadaan aerob maupun anaerob bergantung pada ketersediaan oksigen dan rantai transport elektron.

Glukosa memasuki glikolisis melalui fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat yang dikatalisir oleh heksokinase.Kemudian glukosa 6-fosfat pada proses glikolisis akan diubah menjadi fruktosa 6-fosfat oleh fosfoheksosa isomerase yang melibatkan suatu isomerisasi aldose-ketosa.Lalu diikuti dengan reaksi fosforilasi lain yang dikatalisis oleh enzim fosfofruktokinase untuk membentuk fruktosa 1,6-bisfosfat.

Fruktosa 1,6-bifosfat kemudian dipecah oleh aldose menjadi gliseraldehid 3 fosfat dan dihidroksiaseton fosfat yang dapat saling terkonversi oleh enzim fosfotriosa isomerase.Glikolisis berlanjut dengan oksidasi gliseraldehid 3 fosfat menjadi 1,3- bisfosfogliserat oleh enzim gliseraldehida 3-fosfat dehidrogenase. 1,3- bisfosfogliserat akan dioksidasi oleh enzim fosfogliserat kinase menjadi senyawa 3

(20)

fosfogliserat yang selanjutnya dikonversi menjadi 2 fosfogliserat oleh enzim fosfogliserat mutase. 2 fosfogliserat akan dikatalisis oleh enzim enolase dan melibatkan dehidrasi yang membentuk fosfoenol piruvat yang akan diubah oleh piruvat kinase dan akhirnya akan membentuk asam piruvat sebagai hasil akhir dari proses glikolisis (Murray et al., 2014)

2.1.2 Siklus Krebs

Siklus krebs atau siklus asam sitrat adalah serangkaian reaksi di mitokondria yang mengoksidasi gugus asetil pada asetil-KoA dan mereduksi koenzim yang ter- reoksidasi melalui rantai transport electron yang berhubungan dengan pembentukan ATP.

Siklus ini diawali dengan reaksi antara gugus asetil pada asetil-KoA dan asam dikarboksilat empat karbon oksaloasetat yang membentuk asam trikarboksilat enam karbon, yaitu sitrat.Pada reaksi berikutnya terjadi pembebasan dua molekul CO2

dan pembentukan ulang oksaloasetat.

Reaksi asetil-KoA dan oksaloasetat untuk membentuk sitrat dikatalisir oleh sitrat kinase yang membentuk ikatan karbon-ke karbon antara karbon metil pada asetil-KoA dan karbon karbonil pada oksaloasetat.Sitrat mengalami isomerisasi menjadi isositrat oleh enzim akonitase.Isositrat mengalami dehidrogenasi yang dikatalisis oleh enzim isositrat dehidrogenasi membentuk oksalosuksinat lalu mengalami dekarboksilasi menjadi α-ketoglutarat yang selanjutnya mengalami dekarboksilasi oksidatif yang dikatalisis oleh kompleks α-ketoglutarat yang memerlukan kofaktor yang sama dengan kofaktor kompleks piruvat dehydrogenase yang menyebabkan terbentuknya suksinil-KoA. Suksinil-KoA akan diubah menjadi suksinat oleh enzim suksinat tiokinase.Lalu suksinat akan mengalami reaksi dehidrogenasi yang membentu fumarat yang dikatalisis oleh suksinat dehidrogenasi .Fumarat mengandung fumarase (fumarate hydratase) mengkatalisis penambahan air pada ikatan rangkap fumarat sehingga menghasilkan malat. Malat akan diubah oleh malat dehydrogenase menjadi oksaloasetat. Oksaloasetat akan terus dikeluarkan untuk membentuk sitrat sebagai substrat gluconeogenesis (Murray et al., 2014)

(21)

8

2.1.3 Rantai Respirasi Pembentukan ATP

Pada tahap glikolisis, dihasilkan 2 molekul ATP dan molekul piruvat yang kemudian masuk ke dalam siklus asam sitrat untuk dioksidasi menjadi CO2 dan air.Pada siklus asam sitrat ini akan menghasilkan 30 molekul ATP untuk setiap molekul glukosa yang masuk ke dalam glikolisis. Proses pembentukan ini disebut dengan fosforilasi oksidatif yang terdiri dari 5 tahapan reaksi enzimatis dan melibatkan kompleks enzim pada membran mitokondria.Pada fosforilasi oksidatif, molekul berenergi tinggi NADH dan FADH2 yang dihasilkan dari katabolisme karbohidrat, lipid dan protein dijadikan substrat untuk diubah menjadi ATP (Murray et al., 2014)

2.1.4 Glukoneogenesis

Glukoneogenesis adalah proses sintesa glukosa atau glikogen dari prekursor non-karbohidrat.Substrat utamanya adalah asam amino glukogenik, laktat, gliserol dan propionat. Pada keadaan kelaparan yang ekstrim, korteks ginjal juga dapat membentuk glukosa yang akan digunakan oleh medula ginjal dan sebagian glukosa akan masuk ke dalam aliran darah. Diawali dengan piruvat, sebagian besar langkah pada glukoneogenesis adalah hanya kebalikan dari reaksi pada glikolisis dan menggunakan enzim yang sama. (Murray et al., 2014)

Terdapat tiga urutan reaksi pada glukoneogenesis yang berbeda dengan langkah pada glikolisis. Ketiganya melibatkan perubahan piruvat menjadi fosfoenolpiruvat (PEP) dan reaksi yang mengeluarkan fosfat dari fruktosa 1,6-bifosfat untuk membentuk fruktosa 6-fosfat dan dari glukosa 6- fosfat untuk membentuk glukosa.

Selama glukoneogenesis, serangkaian enzim mengkatalis perubahan piruvat menjadi fosfoenolpiruvat. Reaksi yang mengeluarkan fosfat dari fruktosa 1,6 bifosfat dan dari glukosa 6-fosfat masing-masing menggunakan enzim yang berbeda dengan enzim pada glikolisis (King , 2010).

Glukosa 6-fosfatase memutuskan Pi dari glukosa 6-fosfat, dan membebaskan glukosa bebas untuk masuk ke dalam darah. Glukosa 6- fosfatase terletak di membran retikulum endoplasma. Glukosa 6-fosfatase digunakan tidak saja pada

(22)

glukoneogenesis, tetapi juga menghasilkan glukosa darah dari pemecahan glikogen hati (Murray et al., 2014)

2.1.5 Glikogenolisis

Glikogenolisis adalah proses pemecahan glikogen. Glikogen adalah karbohidrat simpanan utama. Glikogen terutama ditemukan di hati dan otot. Dan dalam jumlah kecil di otak.Kandungan glikogen di hati lebih besar daripada yang berada di otot.

Glikogen otot merupakan sumber glukosa 1-fosfat yang dapat digunakan dalam proses glikolisis didalam otot itu sendiri.Sedangkan glikogen hati berfungsi untuk menyimpan dan mengirim glukosa untuk mempertahankan kadar glukosa darah diantara waktu makan.

Berdasarkan Gambar 2.1 tahap glikogenolisis diawali dengan pembentukan glukosa 1-fosfat dengan enzim glikogen fosforilase Selanjutnya glukosa 1-fosfat diubah menjadi glukosa 6-fosfat oleh enzim fosfoglukomutase.Berikutnya glukosa 6-fosfat akan membentuk glukosa dengan enzim glukosa 6-fosfatase dengan melepaskan fosfat.Glukosa ini nantilah yang akan digunakan untuk repirasi sel, yang nantinya akan membentuk energi, dan energi tersebut akan tersimpan dalam bentuk ATP (Murray, et al., 2014)

Gambar 2.1 Glikogenolisis: penguraian glikogen menghasilkan glukosa 6-fosfat

(23)

10

2.1.6 Stress Oksidatif dan Oksidan

Stress Oksidatif adalah kondisi dimana produksi dari radikal bebas melebihi antioksidan enzimatis. Produksi dari radikal bebas terjadi akibat dari hiperglikemi dalam darah. Stress oksidatif dalam penyandang diabetes, bisa secara endogen maupun eksogen. Beberapa faktor pemicu stres oksidatif endogen adalah genetik, usia, oksidasi fosforilasi. Sedangkan secara eksogen adalah aktivitas fisik berlebihan, kondisi patologis, asupan makanan yang tidak seimbang, polusi dan sinar ultraviolet. Setiap radikal bebas adalah oksidan, akan tetapi setiap oksidan belum tentu radikal bebas. Oksidan adalah senyawa penerima elektron atau suatu senyawa yang dapat menarik elektron, sedangkan radikal bebas merupakan molekul yang mempunyai satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan (Kothari et al., 2010)

Radikal bebas terdiri dari reactive oxygen species (ROS) yang terdiri dari ion superoksida, hidrogen peroksida, radikal bebas hidroksil dan radikal peroksida (Marciniak et al., 2009).

Sumber utama ROS dalam sel adalah anion superoksida dan hidrogen yang terbentuk sebagai produk samping metabolisme seluler seperti oksidasi fosforilasi dalam mitokondria. ROS terbentuk dari proses pemindahan elektron yang tidak sempurna pada reaksi pembentukan ikatan kovalen nya (Waris et al., 2006)

Agresivitas radikal bebas dapat diredam oleh antioksidan enzimatis dalam tubuh yaitu super oxide dismutase (SOD), catalase (CAT) dan gluthation peroxidase (GPx). Perubahan superoksida menjadi hidrogen peroksida dilakukan oleh enzim SOD. Apabila kadar antioksidan enzimatis dalam tubuh berkurang maka hidrogen peroksida dapat mengalami reaksi Fenton‟s dengan kehadiran ion besi (Fe2+) untuk menghasilkan radikal hidroksil yang bersifat lebih merusak. Radikal bebas akan memicu reaksi peroksidasi lipid pada membran sel, kerusakan pada DNA dan apoptosis. Kerusakan pada jaringan dapat dideteksi dari produk yang dihasilkan yaitu senyawa dialdehid dengan rumus molekul C3H4O2 atau MDA (Marciniak et al., 2009).

(24)

Pengukuran kadar radikal bebas atau MDA dalam serum dapat dilakukan dengan Test thiobarbituric acid reactive subtance berdasarkan pemeriksaan reaksi (Asok et al., 2010).

Stres oksidatif berperan penting dalam meningkatkan kejadian komplikasi vaskular pada diabetes khususnya DMT2. Peningkatan kadar ROS pada diabetes disebabkan penurunan penghancuran dan/atau peningkatan produksi dengan mengoksidasi (CAT-enzymatic/non-enzymatic), superoxyde dismutase (SOD) dan glutathione peroxidase (GSH-Px) antioksidan. (Pham-Huy et al., 2008).

Studi in-vivo mendukung peran hiperglikemia dalam menghasilkan stres oksidatif yang menyebabkan disfungsi endotel pada pembuluh darah pasien diabetes. Kenaikan kadar glukosa dan insulin bersama dengan dislipidemia pada pasien yang menderita diabetes mengembangkan makroangiopati yang menyebabkan stres oksidatif yang menyebabkan aterosklerosis (Ceriello, 2009).

Diabetes melitus terjadi karena ketidakseimbangan oksidan yang terbentuk akibat dari hiperglikemi dengan enzim-enzim antioksidan didalam tubuh yang menyebabkan terbentuknya MDA (Malondialdehyde) yang akan menjadi toksik ke dalam sel yang akan menyebabkan apoptosis (kematian sel). Ketidakseimbangan oksidan dapat diatasi dengan pemberian antioksidan seperti dibuktikan pada penelitian Pane et al (2018) yang melaporkan terjadinya penurunan kadar MDA dan KGD serta peningkatan kadar SOD pasca pemberian antioksidan ekstrak gambir pada penderita DM tipe 2.

(25)

12

2.2 KADAR GLUKOSA DARAH

Kadar gula darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat gula darah didalam darah (Murray et al., 2014)

Kadar gula darah dipengaruhi oleh pola makan. Kadar glukosa darah seseorang setelah makan akan berbeda dengan kadar glukosa sebelum makan, atau kadar gula darah seseorang yang sedang puasa. Setelah makan makanan yang mengandung karbohidrat, kadar glukosa darah akan meningkat (Marks DB et al., 2000)

2.2.1 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Kadar Gula Darah

Berdasarkan ADA (2015), beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kadar glukosa di dalam darah antara lain:

a. Konsumsi Karbohidrat

Kebanyakan karbohidrat dalam makanan akan diserap ke dalam aliran darah dalam bentuk monosakarida glukosa. Jenis gula lain akan diubah oleh hati menjadi glukosa (Murray et al., 2014)

b. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik mempengaruhi kadar glukosa dalam darah. Ketika aktivitas tubuh tinggi, penggunaan glukosa oleh otot akan ikut meningkat. Sintesis glukosa endogen akan ditingkatkan untuk menjaga agar kadar glukosa dalam darah tetap seimbang. Pada keadaan normal, keadaan homeostasis ini dapat dicapai oleh berbagai mekanisme dari sistem hormonal, saraf, dan regulasi glukosa (Kronenberg et al., 2016)

Ketika tubuh tidak dapat mengkompensasi kebutuhan glukosa yang tinggi akibat aktivitas fisik yang berlebihan, maka kadar glukosa tubuh akan menjadi terlalu rendah (hipoglikemia). Sebaliknya, jika kadar glukosa darah melebihi kemampuan tubuh untuk menyimpannya disertai dengan aktivitas fisik yang kurang, maka kadar glukosa darah menjadi lebih tinggi dari normal (hiperglikemia) (ADA , 2015)

(26)

c. Penggunaan Obat

Berbagai obat dapat mempengaruhi kadar glukosa dalam darah, di antaranya adalah obat antipsikotik dan steroid (ADA, 2015).

d. Stres

Stres, baik stres fisik maupun neurogenik, akan merangsang pelepasan ACTH (adrenocorticotropic hormone) dari kelenjar hipofisis anterior.

Selanjutnya, ACTH akan merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon adrenokortikoid, yaitu kortisol. Hormon kortisol ini kemudian akan menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam darah (Guyton et al., 2014).

e. Karena Penyakit

Beberapa penyakit dapat mempengaruhi kadar glukosa di dalam darah seseorang, di antaranya adalah penyakit metabolisme diabetes mellitus dan tirotoksikosis.

Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolik berupa hiperglikemia yang diakibatkan oleh gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Berdasarkan etiologinya, diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi berbagai jenis, di antaranya adalah :

- Adanya kerusakan sel-sel beta pancreas oleh proses autoimun yang mengakibatkan defisiensi insulin lalu menimbulkan terjadinya defisiensi insulin (DM tipe1)

- Terjadinya kelainan dari kerja dan sekresi hormone insulin yang lalu mengakibatkan terjadinya resistensi insulin (DM tipe 2) (ADA , 2014).

Tirotoksikosis adalah respons jaringan tubuh akibat pengaruh metabolik hormon tiroid yang berlebihan (ADA ,2014)

Tiroksikosis dapat menaikkan kadar glukosa darah melalui efek hormon tiroid terhadap metabolisme karbohidrat. Hormon tiroid dapat meningkatkan kecepatan penggunaan glukosa oleh sel, meningkatkan proses glukoneogenesis, meningkatkan kecepatan absorpsi saluran cerna, bahkan meningkatkan sekresi insulin (Guyton et al., 2014).

(27)

14

f. Siklus Menstruasi

Fluktuasi hormon-hormon selama siklus menstruasi diduga dapat menyebabkan perubahan kadar glukosa darah.

g. Dehidrasi

Terdapat hormone vasopressin yang mempunyai efek terhadap metabolisme glukosa. Vasopresin memiliki reseptor di hati dan di pulau Langerhans pankreas. Vasopresin merangsang proses glukoneogenesis dan pelepasan glukagon sehingga meningkatkan kadar glukosa dalam darah

h. Konsumsi Alkohol

2.2.2 Cara Pemeriksaan Kadar Gula Darah

Menurut ADA (2014), ada berbagai cara yang biasa dilakukan untuk memeriksa kadar glukosa darah, di antaranya:

a. Gula Darah Sewaktu

Kadar glukosa darah sewaktu disebut juga kadar glukosa darah acak atau kasual. Tes glukosa darah sewaktu dapat dilakukan kapan saja. Kadar glukosa darah sewaktu dikatakan normal jika tidak lebih dari 200 mg/dL.

Tabel 2.1. Klasifikasi Kadar Gula Darah Sewaktu

Sumber : Henrikson et al.,2009

b. Tes Glukosa Darah Puasa

Tes glukosa darah puasa mengukur kadar glukosa darah setelah tidak mengkonsumsi apa pun kecuali air selama 8 jam. Tes ini biasanya dilakukan pada pagi hari sebelum sarapan.

Klasifikasi Kadar Gula Darah Sewaktu (mg/dL)

Rendah <80

Normal 80-180

Tinggi >180

(28)

Tabel 2.2. Klasifikasi Kadar Glukosa Darah Puasa

Sumber : American Diabetes Association (ADA) , 2014

c. Uji Toleransi Glukosa Oral

Tes toleransi glukosa oral adalah tes yang mengukur kadar glukosa darah sebelum dan dua jam sesudah mengkonsumsi glukosa sebanyak 75 gram yang dilarutkan dalam 300 mL air.

Tabel 2.3. Klasifikasi Hasil Uji Toleransi Glukosa

Sumber : American Diabetes Association (ADA) , 2014

d. Uji HbA1C

Uji HbA1C mengukur kadar glukosa darah rata-rata dalam 2 – 3 bulan terakhir. Uji ini lebih sering digunakan untuk mengontrol kadar glukosa darah pada penderita diabetes.

Tabel 2.4. Klasifikasi Hasil Uji HbA1C

Klasifikasi Kadar HbA1C (%)

Normal >5,7

Pre-diabetes 5,7-6,4

Diabetes ≥ 6,5

Sumber : American Diabetes Association (ADA) , 2014

Klasifikasi Kadar Gula Darah Puasa (mg/dL)

Normal >100

Pre-diabetes 100-125

Diabetes ≥ 126

Klasifikasi Hasil Uji Toleransi Glukosa Oral (mg/dL)

Normal >140

Pre-diabetes 140-199

Diabetes ≥ 200

(29)

16

2.3 INDEKS MASSA TUBUH (IMT)

Indeks Massa Tubuh merupakan indikator yang paling sering digunakan dan praktis untuk mengukur tingkat populasi berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa. Untuk penelitian epidemiologi digunakan IMT yaitu berat badan dalam kilogram (kg) dibagi dengan tinggi dalam meter kuadrat (m2)

IMT dapat memperkirakan jumlah lemak tubuh yang dapat dinilai dengan menimbang dibawah air (r2= 79%) dengan kemudian melakuakn koreksi terhadap umur dan jenis kelamin. Bila melakukan penelitian IMT, perlu diperhatikan adanya perbedaan individu dan etnik.(Setiati et al.,2015)

Hubungan antara lemak tubuh dan IMT ditentukan oleh bentuk tubuh dan proporsi tubuh, sehingga dengan demikian IMT belum tentu memberikan kegemukan yang sama bagi semua populasi. IMT dapat memberikan kesan yang umum mengenai derajat kegemukan (kelebihan jumlah lemak) pada populasi, terutama pada kelompok usia lanjut dan pada atlet dengan banyak otot. IMT dapat memberikan gambaran yang tidak sesuai mengenai keadaan obesitas karena variasi lean body mass. (Setiati et al., 2015)

2.3.1 Kategori Indeks Massa Tubuh

Untuk orang dewasa yang berusia 20 tahun ke atas, IMT diinterpretasi menggunakan kategori status berat badan standard yang sama untuk semua umur bagi pria dan wanita. Untuk anak-anak dan remaja, interpretasi IMT adalah spesifik mengikuti usia dan jenis kelamin (CDC, 2009).

(30)

a. Klasifikasi IMT Dewasa Menurut World Health Organization (WHO).

Tabel 2.5. Klasifikasi IMT Dewasa Menurut WHO

Klasifikasi IMT (kg/m2)

Berat Badan Kurang <18,5

Normal 18,5-24,9

Berat Badan Berlebih >25

Pra-Obes 25,0-29,9

Obes Tingkat I 30,0-34,9

Obes Tingkat II 35,0-39,9

Obes Tingkat III >40

Sumber : WHO , 2007

b. Klasifikasi IMT Dewasa Menurut Kriteria Asia Pasifik

Tabel 2.6. Klasifikasi IMT Dewasa Menurut Kriteria Asia Pasifik

Klasifikasi IMT (kg/m2)

Berat Badan Kurang <18,5

Normal 18,5-22,9

Berat Badan Berlebih >23,0

Beresiko 23,0-24,9

Obes Tingkat I 25,0-29,9

Obes Tingkat II >30

Sumber : WHO WPR/IASO/IOTF dalam The Asia-Pacific Perspective:

Redefining Obesity and its Treatment (2000) dalam Buku Ajar IPD

2.3.2 Kekurangan dan Kelebihan Indeks Massa Tubuh a. Kekurangan Indeks Massa Tubuh

- Pada olahragawan: tidak akurat pada olahragawan (terutama atlet bina) yang cenderung berada pada kategori obesitas dalam IMT disebabkan mereka mempunyai massa otot yang berlebihan walaupun presentase lemak tubuh mereka dalam kadar yang rendah. Sedangkan dalam

(31)

18

pengukuran berdasarkan berat badan dan tinggi badan, kenaikan nilai IMT adalah disebabkan oleh lemak tubuh.

- Pada anak-anak: tidak akurat karena jumlah lemak tubuh akan berubah seiringan dengan pertumbuhan dan perkembangan tubuh badan seseorang. Jumlah lemak tubuh pada lelaki dan perempuan juga berbeda selama pertumbuhan. Oleh itu, pada anak-anak dianjurkan untuk mengukur berat badan berdasarkan nilai persentil yang dibedakan atas jenis kelamin dan usia.

- Pada kelompok bangsa: tidak akurat pada kelompok bangsa tertentu karena harus dimodifikasi mengikuti kelompok bangsa tertentu. Sebagai contoh IMT yang melebihi 23,0 adalah berada dalam kategori kelebihan berat badan dan IMT yang melebihi 27,5 berada dalam kategori obesitas pada kelompok bangsa seperti Cina, India, dan Melayu (CORE, 2007).

b. Kelebihan Indeks Massa Tubuh

- Biaya yang diperlukan tidak mahal

- Hanya memerlukan data berat badan dan tinggi badan seseorang - Mudah dikerjakan dan hasil ysng didapat adalah sesuai nilai standar

yang telah dinyatakan pada tabel IMT

2.3.3 Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Indeks Massa Tubuh 1. Usia

Usia merupakan faktor yang secara langsung berhubungan dengan Indeks Massa Tubuh Seseorang. Prevalensi obesitas (berdasarkan IMT) meningkat secara terus menerus dari usia 20-60 tahun. Setelah 60 tahun angka obesitas mulai menurun

2. Jenis Kelamin

Berat badan juga dipengaruhi oleh jenis kelamin. Pada obesitas, jumlah lemak tubuh lebih banyak. Pada dewasa muda laki-laki lemak tubuh >25%

dan perempuan > 35% (Setiati et al., 2015) 3. Pola Makan

(32)

makanan itu dimakan. Terutama sekali berkenaan dengan jenis makanan dan proporsinya dan atau kombinasi makanan yang dimakan individu, masyarakat, dan sekelompok individu. Pada zaman modern seperti sekarang ini, semuanya menjadi serba mudah, Salah satunya adalah dengan adanya makanan cepat saji. Makanan cepat saji mempunyai pengaruh terhadap berat badan karena kandungannya yang tinggi lemak dan gula.

Meningkatnya porsi makan juga dapat mempengaruhi berat badan.

4. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan, aktivitas fisik yang sesuai untuk remaja sebagai berikut:

a. Kegiatan ringan : hanya memerlukan sedikit tenaga dan biasanya tidak menyebabkan perubahan dalam pernapasan atau ketahanan (endurance). Contoh : berjalan kaki, menyapu lantai, mencuci baju/piring, mencuci kendaraan, berdandan, duduk, les di sekolah, les di luar sekolah, mengasuh adik, nonton TV, aktivitas main play station, main komputer, belajar di rumah, nongkrong.

b. Kegiatan sedang : membutuhkan tenaga intens atau terus menerus, gerakan otot yang berirama atau kelenturan (flexibility).

Contoh: berlari kecil, tenis meja, berenang, bermain dengan hewan peliharaan, bersepeda, bermain musik, jalan cepat.

c. Kegiatan berat : biasanya berhubungan dengan olahraga dan membutuhkan kekuatan (strength), membuat berkeringat. Contoh : berlari, bermain sepak bola, aerobik, bela diri (misal karate, taekwondo, pencak silat ) dan outbond. (Nurmalina dan Rina ,2011)

2.4 OBESITAS 2.4.1 Definisi

Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologis spesifik,.Secara fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa sehingga

(33)

20

dapat mengganggu kesehatan (Setiati et al., 2015)

Obesitas dan kegemukan merupakan faktor resiko utama untuk sejumlah penyakit kronis seperti diabetas, penyakit jantung, dan kanker. Obesitas dianggap merupakan masalah hanya di negara berpenghasilan tinggi, tetapi sekarang jumlah penderita obesitas dan kegemukan semakin meningkat di negara berpenghasilan rendah dan menengah khususnya di perkotaan (WHO, 2010).

2.4.2 Etiologi

Penyebab obesitas sangatlah kompleks. Meskipun gen berperan penting dalam menentukan asupan makanan dan metabolisme energi, gaya hidup dan faktor lingkungan dapat berperan dominan pada banyak orang dengan obesitas. Diduga bahwa sebagian besar obesitas disebabkan oleh karena interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan, antara lain aktifitas, gaya hidup, sosial ekonomi dan nutrisional (Guyton et al., 2014).

a. Genetik

Obesitas jelas menurun dalam keluarga. Namun peran genetik yang pasti untuk menimbulkan obesitas masih sulit ditentukan, karena anggota keluarga umumnya memiliki kebiasaan makan dan pola aktivitas fisik yang sama (Guyton et al., 2014).

b. Aktivitas Fisik

Gaya hidup tidak aktif dapat dikatakan sebagai penyebab utama obesitas.

Hal ini didasari oleh aktivitas fisik dan latihan fisik yang teratur dapat meningkatkan massa otot dan mengurangi massa lemak tubuh, sedangkan aktivitas fisik yang tidak adekuat dapat menyebabkan pengurangan massa otot dan peningkatan adipositas. Oleh karena itu pada orang obesitas, peningkatan aktivitas fisik dipercaya dapat meningkatkan pengeluaran energi melebihi asupan makanan, yang berimbas penurunan berat badan (Guyton et al., 2014).

c. Perilaku Makan

Faktor lain penyebab obesitas adalah perilaku makan yang tidak baik.

Perilaku makan yang tidak baik disebabkan oleh beberapa sebab, diantaranya adalah karena lingkungan dan social. Sebab lain yang

(34)

menyebabkan perilaku makan tidak baik adalah psikologis, dimana perilaku makan dijadikan sebagai sarana penyaluran stress (Guyton et al., 2014).

d. Penyakit Lain

Faktor terakhir penyebab obesitas adalah karena dampak/sindroma dari penyakit lain. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan obesitas adalah hypogonadism, Cushing syndrome, hypothyroidism, insulinoma, craniophryngioma dan gangguan lain pada hipotalamus (Flier et al., 2015

2.4.3 Patofisiologi

Obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan masukan dan keluaran kalori dari tubuh serta penurunan aktifitas fisik (sedentary life style) yang menyebabkan penumpukan lemak di sejumlah bagian tubuh (Rosen et al., 2008)

Penelitian yang dilakukan menemukan bahwa pengontrolan nafsu makan dan tingkat kekenyangan seseorang diatur oleh mekanisme neural dan humoral (neurohumoral). Mekanisme ini dirangsang oleh respon metabolic yang berpusat di hipotalamus. Pada hipotalamus nukleus paraventricular dan arkuata berperan dalam pengaturan asupan makan (Kumar et al , 2010)

Nukleus arkuata terdapat 2 jenis neuron yang berperan penting dalam pengaturan nafsu makan dan energi yaitu, neuron proopiomelanocortin (POMC) yang berfungsi menurunkan nafsu makan dan neuropeptide Y (NPY) dan Agout Reelatid Protein (AGRP) yang berfungsi meningkatkan asupan makan. Aktivasi dari neuron POMC akan meningkatkan penggunaan energi dengan menghasilkan α-MSH (α- Melanocyte Hormone) yang kemudian dilepaskan dan akan mengaktifkan reseptor melanokortin (MCR-3 dan MCR-4) dan kemudian akan menurunkan asupan makan. Sedangkan aktivasi dari neuropeptide Y (NPY) dan Agout Reelatid Protein (AGRP) akan meningkatkan asupan makanan dan mengurangi pengeluaran energi. Lesi pada nukleus paraventrikular akan menimbulkan proses pola makan yang berlebihan (Kumar et al , 2010)

Asupan energi yang melebihi dari yang dibutuhkan akan mengakibatkan massa lemak yang berada di dalam jaringan adiposa akan meningkat disertai juga dengan peningkatan hormone leptin dalam peredaran darah. Leptin kemudian merangsang

(35)

22

anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi NPY, sehingga terjadi penurunan nafsu makan dan asupan makanan. Sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari asupan energi, maka massa jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic center di hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan dan asupan makanan. Pada sebagian besar orang dengan obesitas mekanisme ini tidak terjadi meskipun kadar leptin didalam darah tinggi dan ini disebut dengan resistensi leptin (Friedman et al., 1998).

2.4.4 Penatalaksanaan a. Terapi Diet

Terapi diet ini harus dilakukan pada pasien dengan berat badan lebih. Hal ini bertujuan untuk membuat deficit 500-1000 kcal/hari. Sebelum

Gambar 2.2 Patofisilogi Obesitas (Kumar et al., 2010)

Lemak dalam jar. adiposit

Jumlah jaringan lemak · Hipotalamus

Nukleus Arkuata Nukleus

Paraventrikular

Leptin · Neuron AGPY

& NPY Neuron POMC

Lesi

AGRP NPY

Kelebihan Asupan Energi

Makan

Berlebihan α - MSH

Reseptor melanoktrin (MCR-3 , MCR-4)

OBESITAS

Asupan makanan ‚ Pengeluaran energi·

Asupan makanan ·

Pengeluaran energi ‚ Merangsang nafsu makan

(36)

kebutuhan energy basal pasien terlebih dahulu dengan rumus dari Harris- Benedict berikut:

Laki-laki:

B.E.E= 66,5+(13,75x kg)+(5,003xcm)-(6,775 x usia) Wanita:

BEE= 655,1+ (9563xkg)+(1,850x cm)-(4,676 x usia) (Setiati, 2015) b. Meningkatkan Aktivitas Fisik

Menurut 2008 Physical Activity Guidelines for Americans, orang dewasa direkomendasikan untuk melakukan olahraga intensitas moderat minimal 150 menit atau olahraga intensitas berat minimal 75 menit dalam 1 minggu.

Aktivitas aerobik dilakukan paling tidak 10 menit per sesi dan dibagi rata dalam 1 minggu. Aktivitas fisik untuk menguatkan otot dengan intensitas sedang atau tinggi dilakukan selama 2 atau 3 hari per minggu.

c. Terapi Perilaku

Untuk mencapai penurunan berat badan dan mempertahankannya, diperlukan suatu strategi untuk mengatasi hambatan yang muncul pada saat terapi diet dan aktivitas fisik. Strategi yang spesifik meliputi pengawasan mandiri terhadap kebiasaan makan dan aktivitas fisik, manajemen stress, stimulus control, pemecahan masalah, contingency management, cognitive restructuring dan dukunga sosial.

d. Farmakoterapi

Penggunaan obat penurun berat badan apabila memiliki kriteria IMT 30 kg/m2 atau lebih dan IMT 27 kg/m2 atau lebih dan kondisi yang berhubungan dengan obesitas (seperti hipertensi, diabetes tipe 2 atau dislipedemia). Pengobatan secara farmakologi perlu dilakukan dalam jangka panjang untuk menurunkan berat badan secara efektif. Contoh obat yang dapat digunakan dalam jangka panjang adalah Orlistat.

e. Pembedahan

Terapi bedah merupakan salah satu pilihan untuk menurunkan berat badan.

Terapi ini hanya diberikan kepada pasien obesitas berat secara klinis dengan BMI ≥ 40 ATAU ≥ 35 dengan kondisi komorbid. Terapi bedah ini harus

(37)

24

dilakukan sebagai alternative terakhir untuk pasien yang gagal farmakoterapi dan menderita komplikasi obesitas yang ekstrem.

(Setiati et al., 2015)

2.5 KULIAH

Kuliah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti pelajaran yang diberikan atau ceramah. Namun istilah kuliah sering dipahami sebagai kegiatan belajar-mengajar di jenjang pendidikan tinggi.(Wikipedia, 2018)

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah kurikulum yang disusun berdasarkan elemen-elemen kompetensi yang dapat mengantarkan peserta didik untuk mencapai kompetensi utama,pendukung dan sebagai method of inquiry.

Method of inquiry adalah suatu metode pembelajaran yang menumbuhkan hasrat besar untuk ingin tahu, meningkatkan kemampuan untuk menggunakan atribut kompetensi guna menentukan jalan kehidupan masyarakat dan meningkatkan cara belajar sepanjang hayat (Suwarti et al., 2006)

Penerapan KBK berpengaruh besar terhadap perubahan sistem belajar yang dulunya teacher centered menjadi student-centered. (Tarmidi et al.,.,2014)

Salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam dalam KBK adalah Problem Based Learning (PBL).PBL merupakan suatu metode pembelajaran dengan menggunakan skenario yang disusun secara seksama dan lalu membentuk suatu kelompok kecil yang difasilitasi oleh seorang tutor, proses ini dinamakan proses tutorial. Dalam proses tutorial, mahasiswa harus dapat bekerja secara mandiri untuk mencapai tujuan pembelajaran (Fitri, 2016)

Selain tutorial juga terdapat metode soft skill. Soft skill didefinisikan sebagai kemampuan personal dan intra personal yang dapat membangun dan memaksimalkan keterampilan individu (Fitri, 2016).

Pada sistem pembelajaran KBK mahasiswa didorong untuk memiliki motivasi dalam diri mereka sendiri, kemudian berupaya keras mencapai kompetensi yang diinginkan (Brojonegoro, 2005).

(38)

Menurut Brodjonegoro (2005), metode pembelajaran yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran tenaga kesehatan, terutama pada level mata kuliah, yaitu:

a. Kuliah umum dan pakar b. Diskusi pleno

c. Role play/diskusi kelompok d. Kuliah lapangan

e. Tugas lapangan

f. Skills lab/praktikum diskusi film g. Refferat journals

Untuk melaksanakan hal tersebut mahasiswa memiliki jawal yang padat di kampus dimulai dari pagi hari hingga sore hari. Dimulai dari pukul 7 pagi hingga 4 sore yang dalam satu hari, bisa memiliki 3 atau 4 dari komponen tersebut.

Pembelajaran sangat padat dan sudah disusun secara teratur dengan hanya 2 jam untuk belajar mandiri.

Pembelajaran KBK pada pembelajaran tenaga kesehatan memiliki sistem blok, dimana sistem blok akan berlangsung selama 2-3 minggu saja yang lalu setelahnya akan dilaksanankan ujian lalu berlanjut dengan blok baru.

(39)

26

2.5.1 Perbedaan Kuliah Sistem Blok dan Non-Blok

Tabel 2.7 Perbedaan Kuliah Sistem Blok dan Non-Blok

No. Non-Blok Blok

1. Pengetahuan ditranfer dari dosen ke mahasiswa

Mahasiswa secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajarinya

2. Mahasiswa menerima pengetahuan secara pasif

Mahasiswa secara aktif terlibat di dalam mengelola pengetahuan

3. Lebih menekankan pada penguasaan materi

Tidak hanya menekankan pada penguasaan materi tetapi juga dalam mengembangkan karakter mahasiswa (life long learning)

4. Biasanya memanfaatkan media tunggal

Memanfaatkan banyak media (multimedia

5. Fungsi dosen atau pengajar sebagai pemberi informasi utama dan evaluator

Fungsi dosen sebagai fasilitor dan evaluasi dilakukan bersama dengan mahasiswa

6. Proses pembelajaran dan penilaian dilakukan secara terpisa

Proses pembelajaran dan penilaian dilakukan saling berkesinambungan dan terintegrasi

7. Menekankan pada jawaban yang benar saja

Penekanan pada proses pengembangan pengetahuan. Kesalahan dinilai dapat menjadi salah satu sumber belaja

8. Sesuai untuk mengembangkan ilmu dalam satu disiplin saja

Sesuai untuk pengembangan ilmu dengan cara pendekatan interdisipliner

9 Iklim belajar lebih individualis dan kompetitif

Iklim yang dikembangkan lebih bersifat kolaboratif, suportif dan kooperatif 10. Hanya mahasiswa yang dianggap

melakukan proses pembelajaran

Mahasiswa dan dosen belajar bersama di dalam mengembangkan pengetahuan, konsep dan keterampilan

11. Perkualiahan merupakan bagian terbesar dalam proses pembelajaran

Mahasiswa dapat belajar tidak hanya dari perkuliahan saja tetapi dapat menggunakan berbagai cara dan kegiatan 12. Penekanan pada tuntas materi

pembelajaran

Penekanan pada pencapaian kompetensi peserta didik dan bukan tuntasnya materi 13. Penekanan pada bagaiman cara

dosen melakukan pembelajaran

Penekanan pada bagaimana cara mahasiswa dapat belajar dengan menggunakan berbagai bahan pelajaran, metode interdisipliner, penekanan pada problem based learning dan skill competency

Sumber : Brodjonegoro, 2005

(40)

2.6. Semester

Semester merupakan satuan waktu terkecil yang digunakan untuk menyatakan lamanya proses kegiatan belajar-mengajar suatu program dalam suatu jenjang pendidikan. Penyelenggaraan program pendidikan suatu jenjang lengkap dari awal sampai akhir akan dibagi ke dalam kegiatan semesteran, sehingga tiap awal semester mahasiswa harus merencanakan dan memutuskan tentang kegiatan belajar apa yang akan ditempuhnya pada semester tersebut.

Satu semester setara dengan kegiatan belajar sekitar 16 (enam belas) minggu kerja, dan diakhiri oleh ujian akhir semester.Satu tahun akademik terdiri dari dua semester reguler, yaitu: Semester Ganjil dan Semester Genap.

(41)

28

2.6 KERANGKA TEORI PENELITIAN

Keterangan:

= Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti

Gambar 2.3 Kerangka Teori Penelitian 2.7 KERANGKA KONSEP

Adapun kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 2.4 Kerangka Konsep Pola Makan

Kadar Gula Darah

&

Indeks Masa Tubuh Aktifitas

Fisik

Penggunaan obat

Penyakit

Stres dan Alkohol Siklus

Menstruasi Dehidrasi

Genetik

Jenis Kelamin

Usia

Sistem perkuliahan KBK semester awal Fakultas Kedokteran USU angkatan

2018

KGD Sewaktu

- Sebelum perkuliahan - Sesudah perkuliahan IMT

- Sebelum perkuliahan - Sesudah perkuliahan

(42)

3.1 RANCANGAN PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik untuk mengetahui kadar gula darah sewaktu dan indeks massa tubuh mahasiswa baru Fakultas Kedokteran angkatan 2018 sebelum dan sesudah perkuliahan semester awal. Desain penelitian yang digunakan adalah studi cross sectional, yang peneliti melakukan pengukuran variabel-variabel nya dilakukan hanya satu kali, pada satu saat (Sastroasmoro dan Ismael, 2017)

3.2 LOKASI PENELITIAN DAN WAKTU PENELITIAN 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai dari pengambilan data sampai pelaporan hasil pada bulan Juli hingga Desember 2018.

3.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 3.3.1 Populasi Penelitian

Menurut Sastroasmoro dan Ismael (2017), populasi adalah sejumlah besar subjek yang mempunyai karakteristik tertentu. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2018 Universitas Sumatera Utara sebagai populasi target dan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara sebagai populasi terjangkau.

(43)

30

3.3.2 Sampel Penelitian

Menurut Sastroasmoro dan Ismael (2017), sampel adalah bagian (subset) dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasinya. Berdasarkan Dahlan (2010) besar sampel dalam penelitian ini adalah:

n = Z ∝ P Q Keterangan:

n = besar sampel minimum

= defiat baku alfa (Z∝ dua arah = 1,96)

P = proporsi kategori variabel yang diteliti : 50% (0,50)

Q = 1-P

d = presisi : 10% (0,10)

Kriteria dalam penelitian ini adalah:

1. Kriteria Inklusi

a. Mahasiswa angkatan 2018 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

b. Mahasiswa yang bersedia ikut serta dalam penelitian dan menandatangani informed consent

2. Kriteria Eksklusi

a. Mahasiswa yang memiliki penyakit yang dapat mempengaruhi kadar gula darah seperti penyakit tiroid atau keganasan

b. Mahasiswa yang sedang mengonsumsi obat-obatan yang dapat mempengaruhi kadar gula darah

Maka sampel untuk penelitian ini berjumlah 97 orang, dengan syarat memenuhi kriteria inklusi. Penelitian ini menggunakan metode simple random sampling sebagai cara pemilihan sampel. Dimana masing-masing subjek memiliki peluang yang sama untuk terpilih menjadi sampel (Wahyuni,2007)

(44)

3.4 METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengambilan data dalam penelitian ini adalah pengambilan data primer dengan pengambilan sampel kadar gula darah langsung menggunakan alat cek kadar gula darah yaitu stik GDS (Gula Darah Sewaktu), glukometer dan lanset, lalu lanset ditusukkan ke salah satu jari tangan lalu ujung stik GDS (Gula Darah Sewaktu) di tempatkan di darah mengalir yang berada di jari tangan tesebut, indeks masa tubuh dengan cara mengukur berat badan dan tinggi badan mahasiswa , berat badan menggunakan timbangan digital dan tinggi badan menggunakan microtoise, selanjutnya dihitung indeks masa tubuh responden dengan menggunakan rumus :

= ( )

( )

3.5 METODE ANALISIS DATA 3.5.1 Metode Pengolahan Data

Pada penelitian ini, data yang terkumpul diolah secara komputerisasi, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Proses editing

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data.

Apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan, data dilengkapi dengan melakukan pengumpulan data ulang.

2. Proses coding

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer.

Proses entri

Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam program komputer.

(45)

32

3. Proses cleaning data

Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.

4. Proses saving

Penyimpanan data untuk siap dianalisis.

5. Analisis Data (Wahyuni, 2007)

3.5.2 Metode Analisis Data

Setelah dikumpulkan, diverifikasi, diedit, dikoding, data kemudian dimasukkan dan diolah dengan menggunakan program SPSS.

Pada penelitian ini menggunakan metode analisis (Muhammad, 2016):

1. Univariat yang bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik masing- masing variabel yang diteliti.

2. Bivariat untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, dimana pada penelitian ini uji yang digunakan adalah uji parametrik t-test berpasangan yang apabila data berdistribusi normal, apabila tidak akan menggunakan non parametrik uji peringkat bertanda Wilcoxon.

(46)

3.6 DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti (Notoatmodjo, 2014).

Tabel 3.1 Definisi operasional

No Variabel Definisi

Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1. Kadar Gula Darah

Sewaktu Sebelum dan Sesudah Perkuliahan Semester Awal

Adalah suatu parameter pengukuran kadar gula di dalam darah yang dilakukan tanpa ada pertimbangan waktu tertentu

Pengambilan

langsung Alat cek kadar gula darah

Konsentrasi gula yang terukur dalam satuan mg/dl

Numerik

2. Indeks Masa Tubuh Sebelum dan Sesudah Perkuliahan Semester Awal

Cara ukur sederhana untuk menentukan status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan

Pengukuran langsung dengan meng-hitung berat badan dan tinggi badan

Timbangan digital dan microtoise

Skala yang terukur dalam satuan kg/m2

Numerik

3. Kuliah Semester

Awal Proses

pembelajaran yang

dilaksanakan selama ± 3 bulan

Mengukur dari awal masuk kuliah sampai dengan 3 bulan pertama semester awal

- Numerik

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa gambaran kadar asam urat darah pada mahasiswa angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi dengan indeks massa tubuh ≥23

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar glukosa darah puasa pada mahasiswa angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi dengan Indeks Massa Tubuh

Dari hasil penelitian didapatkan gambaran kadar kolesterol HDL darah pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Angkatan 2011 di Universitas Sam Ratulangi dengan Indeks Massa Tubuh ≥

Kesimpulan yang diperoleh rata – rata kadar gula darah rendah didapati pada mahasiswa FK USU angkatan 2012 yang mengalami premenstrual syndrome.. Kata Kunci

Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “ Gambaran Kadar Gula Darah pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012 yang

Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai korelasi antara Indeks Massa Tubuh dengan kebugaran fisik pada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera

Tujuan penelitian untuk melihat hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan siklus menstruasi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010, 2011,

tekanan darah yang didapatkan adalah 0,024 , dan Lingkar Pinggang terhadap tekanan darah adalah 0,002 , sedangkan nilai Indeks Massa Tubuh terhadap kadar