• Tidak ada hasil yang ditemukan

EDISI November. GRATIS (Untuk Kalangan Sendiri)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EDISI November. GRATIS (Untuk Kalangan Sendiri)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

EDISI 440

10 November

GRATIS (Untuk K alangan Sendiri)

(2)

Editorial,

Shalom...

Janin Yesus sudah ada dalam rahim Maria ketika remaja berumur 14 tahun itu mengun- jungi Elisabet. Maria memasuki rumah Za- kharia dan memberi salam kepada Elisabet.

Ketika Elisabet mendengar salam itu, melon- jaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus.

Selama tiga bulan Maria berada bersama dengan keluarga Zakharia. Tentu Zakharia mendengar keajaiban yang terjadi pada diri Maria. Gabriel, malaikat yang sama, telah membawa berita besar baik baginya maupun bagi Maria. Kini dia percaya bahwa bagi Allah tidak ada hal yang mustahil. Ketidakpercayaannya saat pertama kali mendengar berita itu telah membuatnya bisu. Ia mengingat betul pesan malaikat kepadanya agar menamai anak yang akan dilahirkan istrinya itu “Yohanes” sesuai perintah Allah dan kali ini ia tidak lagi membantah apa pun kecuali menaatinya.

Maria kembali ke rumahnya dan tiba waktunya bagi Elisabet untuk melahirkan. Pada hari kedelapan anak itu disunatkan dan orang-orang di sekitar mereka akan menamai

“Zakharia” menurut nama ayahnya sesuai adat tetapi ibunya berkata, “Jangan, ia harus dinamai Yohanes!” Mereka kemudian bertanya dengan isyarat kepada Zakharia, bapa- nya, yang dijawab tegas dengan menulis “Namanya adalah Yohanes!” Ketika kesepa- katan antara suami istri terjadi, terbukalah mulut Zakharia dan terlepaslah lidahnya.

Dengan penuh Roh Kudus ia bernyanyi memuji Allah dan bernubuat tentang bagaimana Allah melawat umat-Nya serta melepaskan bangsa Yahudi dari musuh-musuh juga putranya akan mempersiapkan jalan bagi Tuhan, Sang Juru Selamat.

Kebahagiaan dalam keluarga terasa begitu lengkap ketika bapa, ibu dan anak dipenuhi kuasa Roh Kudus! Tidakkah kita juga menginginkannya sehingga kita pun dapat menyanyikan:

“Rahmat dan belas kasihan-Nya telah melawat kita… Surya pagi dari tempat yang tinggi telah menyinari kita yang berdiam dalam kegelapan dan dalam naungan maut untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera” (Luk. 1:67-79)

(Red.)

(3)

Shalom,

Oleh salib Kristus kita beroleh hidup kekal dan berkemenangan. Oleh rahmat dan anugerah-Nya pula kita boleh menjadi saksi bagi orang sekitar akan kuasa penebusan dari salib-Nya juga mengerti peristiwa salib yang agung dan mulia ini telah dirancang oleh Allah dalam kekekalan dan terwujud 2.000 tahun lalu di atas Calvari untuk mem- berikan keselamatan dan kemenangan bagi kita atas dunia, diri sendiri juga atas kuasa kegelapan setan. Namun jangan kita terpaku dan bangga dengan bentuk (fisik) salib yang dipakai atau dipasang sebagai asesori sebab salib sesungguhnya yang berkuasa menebus dosa kita ialah Yesus yang tersalib.

Ketika kita beroleh keselamatan di dalam salib Kristus, kita tidak boleh melupakan awal bagaimana kita mendapatkannya juga apa salib Kristus itu sama seperti ketika minum air kita tidak lupa dari mana sumber air tersebut. Di zaman Yesus, salib menjadi alat penghukuman bagi penjahat kelas kakap.

Kita menelusuri Injil Lukas untuk mengetahui lebih jauh tentang awal kedatangan Yesus ke dunia melalui proses kelahiran. Namun sebelum itu Injil Lukas memulai dengan kisah kebahagiaan suami-istri oleh rahmat Tuhan yang mana si istri mela- hirkan anak padahal dia mandul dan sudah tua pula. Kisah ini ditulis oleh dokter Lukas yang tahu betul seluk beluk tentang kehamilan dan prosesnya. Apa yang ditulis kepa- da Teofilus supaya temannya ini (juga kita sekarang) memercayai tulisannya? “Kemu- dian genaplah bulannya bagi Elisabet untuk bersalin dan ia pun melahirkan seo- rang anak laki-laki… Maka datanglah mereka pada hari yang kedelapan untuk menyunatkan anak itu dan mereka hendak menamai dia Zakharia menurut nama bapanya tetapi ibunya berkata: “Jangan, ia harus dinamai Yohanes.” …Lalu mere- ka memberi isyarat kepada bapanya untuk bertanya nama apa yang hendak diberi- kannya kepada anaknya itu. Ia meminta batu tulis lalu menuliskan kata-kata ini:

“Namanya adalah Yohanes.” Dan mereka pun heran semuanya… Dan Zakharia, Pdt. Paulus Budiono, Lemah Putro, Minggu, 31 Januari 2021

KEBAHAGIAAN ATAS RAHMAT

TUHAN

Lukas 1:57-80

(4)

ayahnya, penuh dengan Roh Kudus lalu bernubuat katanya: “Terpujilah Tuhan, Allah Israel,… Adapun anak itu bertambah besar dan makin kuat rohnya. Dan ia ting- gal di padang gurun sampai kepada hari ia harus menampakkan diri kepada Isra- el.” (Luk. 1:57, 59-60, 62-63, 67, 80)

Betapa bahagianya rumah tangga kecil ini sebab si istri, Elisabet, dan bayi Yohanes dalam kandungan telah dipenuhi Roh Kudus saat menerima salam dari Maria (ay. 41).

Kini Zakharia dipenuhi Roh Kudus setelah Yohanes lahir dan ia tidak lagi bisu.

Introspeksi: sudahkah suami/istri/anak-anak kita dipenuhi Roh Kudus? Sungguh meru- pakan suatu kebahagiaan oleh rahmat-Nya bila Roh Kudus memenuhi hidup seluruh anggota keluarga kita!

Bgaimanapun juga kebahagiaan keluarga Zakharia karena Roh Kudus ada bersama mereka tidak berarti semua berjalan lancar dan mulus. Kebahagiaan harus tetap dija- ga dan dipelihara oleh rahmat-Nya.

Apa peran Roh Kudus dalam keluarga ini? Adat istiadat dan tradisi orang Yahudi sangat kuat bahkan pemberian nama bayi pun sudah diatur. (Bayi) Yohanes disunat pada hari ke-8 dan harus diberi nama Zakharia menurut nama bapanya namun de- ngan tegas Elisabet (pasti telah diberitahu suaminya) menamai bayi itu Yohanes.

Pemberian nama Yohanes tidak lazim pada waktu itu karena melanggar kebiasaan dan tata karma. Herannya, Zakharia juga memberikan jawaban sama ketika dikonfir- masi oleh sanak saudara dan tetangga-tetangganya. Ini membuktikan bahwa dengan adanya janin benih dari Zakharia dalam kandungan Elisabet, nikah mereka makin menyatu.

Implikasi: ada kalanya anak Tuhan yang penuh Roh Kudus menghadapi sesuatu yang bertabrakan dengan tradisi, kebiasaan duniawi bahkan “agamawi”. Tuhan tidak ingin hanya Elisabet (istri) sendiri yang mengalami kebahagiaan tetapi suami sebagai kepa- la rumah tangga juga berbicara/bersaksi tentang pengalaman kebahagiaan yang di- alaminya.

Di awal-awal kehamilan, Elisabet menyembunyikan diri selama lima bulan karena rasa takut, malu, tidak percaya apakah dia benar-benar hamil. Memasuki bulan keenam baru dia berani tampil ketika merasakan janin itu melonjak dalam rahimnya. Juga ko- munikasi suami-istri ini mengalami kendala selama sembilan bulan tetapi rahmat Tuhan tetap bekerja bagi rumah tangga mereka yang mau diperbaiki.

Aplikasi: sangatlah indah ketika buah nikah muncul hasil dari kasih suami-istri kepada Tuhan walau awalnya ditandai keragu-raguan! Manusia boleh meragukan janji Allah tetapi Firman Tuhan tetap akan menjadi kenyataan. Jangan bersikap seperti dua murid Yesus dalam perjalanan ke Emaus yang ditegur Yesus sebab mereka lamban percaya akan apa yang telah dikatakan para nabi (Luk. 24:25)! Bila kita ingin men- cicipi kebahagiaan dari Tuhan, suami-istri harus makin menyatu. Jangan pula bertin- dak seperti Hawa yang berdialog sendirian dengan si ular tanpa meminta pertim- bangan dari suami yang berakibat kejatuhan mereka.

(5)

Injil Lukas pasal satu mencatat ada empat pribadi yang penuh Roh Kudus dengan ciri-ciri berbeda. Ini menunjukkan bahwa Roh Kudus itu satu tetapi respons dan tanda-tandanya beda walau tujuannya sama. Siapakah mereka?

1. Maria menerima Roh Kudus setelah mengatakan bahwa ia hamba Tuhan dan jadilah padanya menurut perkataan yang diucapkan malaikat. Ini merupakan kali- mat iman; oleh karena percaya, dia dimeteraikan oleh Roh Kudus dan ada ja- minan menjadi milik Allah (bnd. Ef 1:13-14). Jelas, Roh Kudus tidak muncul hanya setahun sekali pada hari raya Pentakosta tetapi kapan saja asal seseorang per- caya akan Injil keselamatan; bahkan di awal penciptaan Roh Allah melayang- layang di atas permukaan air (Kej. 1:2). Atas pertolongan Allah, Maria yang dipe- nuhi Roh Kudus batal diceraikan oleh Yusuf (Mat. 1:19-20,24).

Aplikasi: sama seperti Maria mengimani perkataan dari malaikat dan berbicara;

demikian pula bila Firman Tuhan ada di dalam hati, kita tidak tahan untuk tidak berbicara tentang keselamatan, kesatuan dan progres mencapai kesempurnaan untuk menjadi mempelai perempuan-Nya.

2. Elisabet tua dipenuhi Roh Kudus ketika menerima salam dari Maria dan dengan rendah hati menghormati gadis muda ini sebagai ibu dari Tuhan (ay. 42-43).

Roh Kudus berkarya lebih lanjut dalam diri Elisabet dan dia seia sekata dengan suami memberi nama Yohanes pada bayi yang dilahirkannya. Tindakan ini men- dobrak adat istiadat orang Yahudi saat itu.

Aplikasi: adat istiadat akan runtuh apabila rumah tangga dipenuhi Roh Kudus dan menomorsatukan kebenaran Firman Tuhan yang tidak pernah berubah. Juga ja- ngan terpaku dan bangga dengan pengalaman lama, kehebatan serta kedudukan tinggi yang dapat memudarkan iman kita kepada Tuhan!

3. Yohanes sudah dipenuhi Roh Kudus sejak dalam kandungan ibunya dan ini sesuai dengan janji Allah (ay. 15). Dia melonjak kegirangan dalam rahim ibunya ketika mendengar salam dari Maria. Tak dapat dibayangkan jika dia mendengar dan merasakan ibunya menanggung malu karena dicaci maki! Jelas, janin dalam rahim adalah suatu kehidupan bahkan sejak terjadinya pertemuan antara sperma dan sel telur. Kita harus berdoa dengan adanya keputusan dari negara-negara yang memberlakukan aborsi sebab ini sama dengan mempermainkan nyawa manusia.

4. Zakharia. Oleh karena ketidakpercayaan terhadap penggenapan janji Allah, Zakharia menjadi bisu. Namun dia tidak mempertahankan kesalahannya, dia pasti menyesal dan percaya kemudian memberitahu istrinya, Elisabet, tentang perte- muannya dengan malaikat yang memberitahukan kehamilanan Elisabet dan pem- berian nama Yohanes bagi anak yang dilahirkan.

Zakharia dipenuhi Roh Kudus saat sanak saudara dan tetangga bertanya dengan bahasa isyarat siapa nama bayinya dan dia menulis di batu tulis “Namanya adalah

(6)

Alkitab terdiri dari tulisan manusia dan Firman Allah. Banyak penulis (manusia) menulis buku- buku namun hanya SEORANG EDITOR ILAHI- NYA, yaitu Allah sendiri. Kebanyakan para penulis hanya merespons apa yang sedang dibutuhkan manusia saat itu tanpa menyadari bahwa suatu saat tulisannya akan menjadi salah satu bagian dari Alkitab yang kanon dan kini menjadi buku pegangan yang diperlukan oleh setiap orang Kristen di seluruh dunia.

Dalam mempelajari Alkitab dibutuhkan dua tingkatan: secara historikal dan secara eksistensial. Saat mempelajari Alkitab secara historikal, kita bertanya: Mengapa Alki- tab itu ditulis? Apa maksud penulis menulis kitab? Sedangkan saat mempelajari Alkitab secara eksistensial, kita bertanya: Mengapa kitab ini termasuk dalam Alkitab kita? Mengapa Allah ingin kita mengetahui tentang kisah-kisah yang tertulis di dalamnya?

Tahun ini Bapak Gembala dan para Penatua telah sepakat mempelajari kitab Injil Lukas dan Kisah Para Rasul yang mana dua-duanya ditulis oleh dokter Lukas bagi segenap sidang GKGA. Untuk menambah semangat dalam mempelajari kedua kitab tersebut, baiklah kita mengenal lebih dekat siapa Lukas itu sebenarnya. Untuk itu redaksi menyuguhkan tulisan di bawah ini yang diambil dari buku “Unlocking the Bible” karangan David Pawson dengan harapan semoga dapat membantu dan lebih melengkapi apa yang akan kita pelajari sepanjang tahun ini. (Red.)

SIAPAKAH LUKAS?

1. Dia adalah orang kafir.

Di antara para penulis kitab dalam Alkitab, keunikan Lukas adalah dia satu- satunya penulis non-Yahudi (kafir). Nama aslinya ialah Loukas. Ia merupakan penduduk asli Antiokia, di Siria yang merupakan Parisnya dunia kuno di ujung Timur Laut Mediterania, di sebelah Utara Negeri Perjanjian.

Di Antiokialah gereja kafir pertama didirikan dan untuk pertama kalinya pula para pengikut Kristus disebut orang Kristen – sebuah panggilan yang sebenarnya

A R T I K E L

MENGENAL LUKAS, SANG PENULIS

(7)

bersifat merendahkan dan mengandung penghinaan bagi para pengikut Kristus.

Sebutan ini kemudian menjadi terkenal hingga saat ini nama tersebut memiliki arti yang sangat luas. Namun dalam Kisah Para Rasul pengikut Yesus sering juga menggunakan istilah ‘orang percaya’ atau ‘murid’.

Sebagai orang kafir, Lukas menggambarkan dengan indah dalam tulisannya bagai- mana Injil tersebar dari Yerusalem hingga ke Roma. Ia dapat ‘melupakan’

bagaimana sebuah agama yang sebelumnya hanya milik sebuah bangsa tertentu kini melintasi batas-batas etnis ke bangsa lain terutama dari bangsa Yahudi menyebar ke bangsa-bangsa kafir.

2. Dia adalah seorang dokter

Secara profesi, Lukas adalah seorang dokter dan Rasul Paulus menyebutnya seba- gai “tabib Lukas yang kekasih” ketika menulis surat kepada jemaat di Kolose (Kol.

4:14). Saat itu pengobatan secara medis telah berkembang selama 400 tahun dan para tabib (dokter) mendapatkan pendidikan mereka secara saksama. Lukas me- makai semua pengetahuan dan pelatihan yang didapatnya dalam menulis dua karya tulisnya yang besar berdasarkan pengamatan dan analisa orang terpelajar – dokter – yang kemudian disusun dengan rapi dan ditulis dengan cermat.

Ada beberapa kejadian yang bertentangan dengan pengetahuan kedokteran Lukas, misal: kelahiran Yesus yang didengarnya dari sisi Maria. Kita mendengar tentang penyunatan Yesus, popok yang membungkus bayi Yesus dan semua ini diceritakan dengan detail dalam Injil Lukas yang bagi seorang dokter merupakan hal-hal cukup menarik untuk diceritakan. Lukas kemudian menuliskan garis ketu- runan (manusia) Yesus dari pihak Maria, ibunya, sementara Matius menuliskan garis keturunan Yesus dari pihak Yusuf. Ketika Matius dan Markus menggam- barkan mertua Petrus hanya menderita “demam”, Lukas menggambarkannya

“demam keras” yang mengandung arti sakit parah. Bahkan satu dari enam mukjizat yang dilakukan Yesus dalam Injil Lukas adalah kesembuhan Ilahi yang supraalami.

Allah memakai seorang dokter yang sangat memahami keadaan alamiah sese- orang untuk menuliskan hal-hal supraalami yang tidak masuk akal. Kelahiran Yesus dari seorang perawan, mukjizat-mukjizat kesembuhan yang dilakukan Ye- sus serta semua tanda ajaib yang ditulis dalam Kisah Para Rasul ditulis oleh pena Lukas. Beberapa dokter umumnya bersikap skeptis dalam menanggapi hal-hal supraalami yang secara fisik tidak masuk akal tetapi Lukas, penulis dan dokter, mampu merekam kejadian-kejadian tersebut dan meyakinkan para pembacanya

(8)

Yohanes”. Seketika itu juga Zakharia dapat berkata-kata dan memuji Allah.

Peristiwa ini menjadi buah tutur di seluruh pegunungan Yudea dan semua orang yang mendengarnya merenungkan akan menjadi apa bayi Yohanes nanti sebab tangan Tuhan menyertainya.

Apa yang menjadi tutur kata kita yang mengaku telah dipenuhi Roh Kudus?

Apakah mempermuliakan Tuhan atau malah menyebarkan hoaks yang menyebab- kan perselisihan dan perpecahan?

Zakharia yang penuh Roh Kudus tidak bernubuat sembarangan, apa poin-poin dalam nubuatnya (ay. 68-80)?

 “Terpujilah Tuhan, Allah Israel,…” (ay. 68) → memuliakan Tuhan

 Isi dari nubuat itu berbicara tentang Allah melepaskan umat-Nya dari musuh- musuh melalui penyelamatan dari keturunan Daud (Yesus). Kita terlepas dari tangan musuh supaya dapat beribadah kepada-Nya tanpa takut dalam kekudusan dan kebenaran di hadapan-Nya seumur hidup kita (ay. 69-75) → keselamatan, kekudusan dan kesempurnaan

Introspeksi: apakah nubuat yang kita ucapkan bertujuan memuliakan Tuhan atau untuk mencari ketenaran? Sudahkah kita melayani Dia tanpa rasa takut karena intimidasi dan berkomitmen melayani-Nya seumur hidup karena pelayanan ima- mat berlangsung hingga kekekalan (bnd. 1 Ptr. 2:9; Why. 1:6; 5:19; 20:4).

 Yohanes yang masih berumur delapan hari sudah dinubuatkan bakal menjadi nabi Allah Yang mahatinggi untuk mempersiapkan jalan bagi Yesus. Dia bertambah besar dan makin kuat rohnya walau tinggal di padang gurun makan belalang dan madu hutan sebab ada Roh Kudus di dalam dirinya. Namun dia harus menunggu waktu hingga berumur ± 30 tahun untuk tampil dalam pelayanan.

Implikasi: tetap ada jenjang waktu untuk dipakai Tuhan namun harus ditandai dengan adanya perkembangan/pertumbuhan. Dengan kata lain, semua ada wak- tunya untuk mempraktikkan karunia yang kita terima dari-Nya. Ilustrasi: menjadi guru tidaklah instan tetapi harus menjadi murid terlebih dahulu untuk mengum- pulkan ilmu. Apakah kehidupan rohani kita bertumbuh dewasa walau ibadah online hari-hari ini? Bila Roh Kudus memenuhi kita, Ia memimpin kita ke dalam seluruh kebenaran sehingga kita tidak mudah cemas menghadapi masalah kemudian meminta nasihat kepada pendeta/gembala.

Sungguh merupakan kebahagiaan besar bila oleh rahmat Tuhan nikah dan keluarga kita dipenuhi Roh Kudus untuk dapat memercayai bahwa janji Allah pasti digenapi dan menjadi saksi bagi orang sekitar agar mereka juga mengalami kebahagiaan dari-Nya seperti yang telah kita alami. Dengan demikian Nama Tuhan dipermuliakan. Amin.

Sambungan dari hal 5: “Kebahagiaan...”

(9)

Sambungan dari hal 7: “Mengenali...”

bahwa semuanya itu sungguh benar.

3. Dia adalah ahli sejarah

Lukas sangat teliti dalam menuliskan karya tulisnya sehingga kita dapat mera- sakan nuansa dan sentuhan dari tradisi-tradisi yang digambarkannya. Ia sendiri bukanlah seorang rasul, pengetahuannya tentang Yesus didapatnya melalui orang -orang yang hidup dekat dengan Yesus. Beberapa sejarahwan mengkritisi tulis- annya dan mengklaim bahwa tulisannya salah namun penemuan-penemuan para arkeolog selalu mendukung kebenaran tulisan Lukas. Untuk hal itu, hingga kini Lukas diakui dunia sebagai sejarahwan terbaik di zamannya. Dia juga dikenal sebagai satu-satunya penulis sejarah Kitab Perjanjian Baru. Tujuan utama dari tulisannya adalah untuk menyediakan/menuliskan kisah-kisah yang sungguh benar tentang apa yang telah dikatakan dan dilakukan oleh Yesus.

4. Dia adalah orang yang suka bepergian (perantau)

Lukas juga seorang perantau yang berpengalaman. Lukas lebih suka menyebut

‘Laut Galilea’ sebagai ‘danau Galilea’. Bagi Lukas, perantau yang berpengalaman, Laut Galilea yang panjangnya 13 kilometer dan lebarnya 8 kilometer hanyalah sebuah danau. Ia bepergian bersama Rasul Paulus dan ini digambarkan dengan kata ‘kami’ dalam tulisan-tulisannya. Lukas, seperti penulis-penulis Alkitab lainnya dalam Perjanjian Baru, lebih suka tidak dikenal. Ia hanya menuliskan kata ‘kami’

yang menyatakan dia berada di sana. Lukas adalah teman bepergian Rasul Paulus. Ia berada bersamanya dalam perjalanan dari Troas ke Filipi, Filipi ke Yerusalem dan dari Kaisarea ke Roma. Beberapa kisah terbaik yang ditulis Lukas adalah kisah pelayaran di akhir Kisah Para Rasul yang berakhir dengan kandasnya kapal di pantai Malta.

Kerelaan Lukas untuk selalu menyertai Rasul Paulus dalam perjalanan- perjalanannya merupakan faktor penting dalam menyimpulkan tentang kapan dan di mana Injil Lukas serta Kitab Para Rasul ditulis. Rasul Paulus sempat ditahan dua kali di dua tempat – di Kaisarea dan Roma – diperkirakan pada saat itulah kedua buku itu ditulis. Injil Lukas ditulis di Kaisarea dan Kisah Para Rasul di Roma di mana banyak waktu digunakan untuk menginterview Rasul Paulus di saat-saat senggang.

5. Dia adalah seorang penulis

Lukas menggunakan bahasa sastra indah yang biasa digunakan oleh para penulis

(10)

sejarah di zaman Helenistik dalam tulisannya. Kita dapat merasakan ketika mem- baca tulisannya dengan teliti baik dalam Injil Lukas maupun dalam Kisah Para Rasul. Kisah terdamparnya kapal di Malta termasuk karya yang terbaik (master- piece) pada zamannya. Selain kosa kata yang kaya, gaya bahasa yang indah, alur ceritanya juga jelas sehingga memukau para pembaca untuk terus mengikuti dari satu kisah ke kisah berikutnya. Kemahirannya sebagai sejarahwan tak dapat dira- gukan, risetnya begitu lengkap dan dia tahu mana yang perlu ditulis dan mana yang tidak.

6. Dia adalah seorang pemberita Injil

Lukas adalah pemberita Injil yang lebih memberitakan Injil melalui tulisan ketim- bang suara. ‘Keselamatan’ adalah kata kunci dari kedua tulisannya. Kata tersebut bersama dengan maknanya disebut dan digunakan berulang-ulang dalam buku- bukunya. Sebagai penulis berbangsa kafir, dia sangat menekankan bahwa kesela- matan adalah bagi semua manusia. Dalam Injilnya, dia mengutip nubuatan Nabi Yesaya tentang Yohanes Pembaptis: “…. Dan semua orang akan melihat kese- lamatan yang dari Tuhan…” (Luk. 3:6). Banyak orang melihat hal ini sebagai tema kunci dari Injil Lukas.

Kita melihat kemudian saat mempelajari Injil bagaimana Lukas memiliki keter- tarikan dalam berbagai kelompok orang yang dapat dan mau melihat keselamatan dari Allah. Demikian pula tema dari Kisah Para Rasul yang mengisahkan bahwa Roh Kudus dicurahkan pada semua orang – orang Yahudi, orang Samaria hingga ke ujung bumi. Agama Yahudi adalah bagi semua – bagi seluruh dunia. Lukas menggambarkan Yesus sebagai Juru Selamat bagi seluruh dunia.

Sejarah menuliskan bahwa dokter Lukas meninggal di usia 84 tahun di Boeotia, Yunani, sebagai seorang yang tidak pernah menikah.

---o0o---

(11)
(12)

Referensi

Dokumen terkait

Tanpa kita sadari kekhawatiran lama kelamaan membuat kita “bungkuk rohani” sehingga kita tidak lagi mampu memandang ke atas dan mengarahkan pandangan kita

Tuhan telah mengingatkan kita melalui Firman-Nya agar kita tidak sibuk menilai kehidupan rohani orang lain tetapi kita mengevaluasi diri sendiri apakah kita telah

“Roh Kudus yang sudah Tuhan Yesus berikan kepada kita, Dia akan membantu kita dalam berdoa, sebab Roh Kudus pun berdoa untuk kita kepada Allah,”.

Andaikata Injil Lukas bukan Firman Tuhan maka kitab-kitab lainnya juga tidak benar dan bukan dari Ilham Roh Allah sebab tidak mungkin Allah membiarkan Ilham- Nya digabungkan

 Menghargai undangan dan menggunakan kesempatan yang diberikan (ay. 15-24) Ketika Yesus sedang berbicara tentang siapa yang diundang dalam perjamuan, tiba-tiba ada

Sebagai murid sejati, kita menjadi garam dunia yang dapat memberi dampak kepada orang-orang yang belum/tidak percaya kepada Yesus agar mereka juga dapat terselamatkan

Bila kita berpijak pada tempat yang tepat yaitu, Kerajaan Allah yang tidak tergoncangkan, kita beroleh perlindungan dari Pribadi Yesus yang sudah mati dan bangkit dalam

Marilah kita meningkatkan loyalitas, dedikasi dan hidup dalam penggembalaan Firman Allah untuk menjadi saksi Firman yang telah meng- ubahkan, menolong dan mendatangkan kesukaan