• Tidak ada hasil yang ditemukan

EDISI November. GRATIS (Untuk Kalangan Sendiri)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EDISI November. GRATIS (Untuk Kalangan Sendiri)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

EDISI 440

10 November

GRATIS (Untuk K alangan Sendiri)

▸ Baca selengkapnya: mari bersikap jujur pada diri sendiri dengan melihat kembali semua postingan yang kalian sudah lakukan apakah sejalan dengan prinsip firman tuhan

(2)

Editorial Shalom,

Hampir setiap orang menghubungkan dosa dengan musibah dan penderitaan. Kebanyak- an dari kita berpendapat bahwa orang yang menderita atau kena musibah tentu orang yang dosanya banyak dan Tuhan sedang menghukumnya.

Ketika beberapa orang membawa kasus ten- tang Pilatus yang mencampurkan darah orang -orang Galilea yang dibunuh dengan darah

kurban yang mereka persembahkan juga tentang 18 orang mati ditimpa menara dekat Siloam, benarkah mereka lebih berdosa daripada orang-orang lain sehingga mereka harus menderita sedemikian?

Ternyata Yesus mengatakan bahwa kita semua adalah orang berdosa dan kita perlu bertobat agar dapat masuk ke dalam Kerajaan Surga. Dan bukan hanya sekali Ia mengatakan hal itu tetapi dua kali (Luk. 3:3,5).

Mungkin ketika diizinkan mengalami penderitaan, kita berkata dalam hati, “Aku merasa tidak berbuat dosa atau kesalahan, rajin ke gereja bahkan terlibat dalam banyak pelayanan. Mengapa aku harus mengalami semua penderitaan ini? Mengapa pula aku harus bertobat?” Kita tentu ingat kisah Ayub yang saleh, jujur, takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Tuhan sempat membiarkan dia diuji dan sangat menderita. “Apa yang telah kulakukan? Aku yakin bahwa aku benar!”kata Ayub (Ay. 13:18). Teman- temannya juga menghubungkan penderitaan dia dengan dosa yang telah dilakukannya.

Ayub menyesali keadaannya dan merasa ketidakadilan telah menimpa dirinya. Namun di akhir cerita, Ayub bertobat dari pembenaran diri sendiri dan berkata, “Aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu…” Kini Ayub tahu bahwa kebenaran hanya ada dalam pribadi Allah. Ia bertobat dan dipulihkan.

Semua orang (termasuk kita) telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah

tulis Roma 3:23. Semua manusia telah jatuh berada dalam kuasa maut… tidak seorang

pun dari kita yang benar. Jadi untuk dapat masuk ke dalam Kerajaan Surga, setiap dari

kita harus bertobat. Puji Tuhan bahwa oleh kasih karunia kita telah dibenarkan dengan

percuma karena penebusan di dalam Kristus Yesus. Saat ini adalah masa kemurahan,

jangan kita lewatkan kesempatan untuk mendapatkannya. (Red.)

▸ Baca selengkapnya: tidak mengandalkan diri sendiri tetapi mengandalkan tuhan alasannya

(3)

Shalom,

Hendaknya kita tak henti-hentinya belajar mengerti kebenaran Firman Tuhan dan me- nerapkannya dalam keseharian hidup untuk menjadi berkat bagi mereka yang belum/

tidak mengenal Tuhan agar mereka juga beroleh jalan keselamatan melalui kesaksian hidup kita.

Kebenaran Firman Tuhan yang akan kita pelajari pagi ini terambil dari Injil Lukas 13:1 -9:

 Tentang dosa dan penderitaan (ay. 1-5)

 Tentang perumpamaan pohon ara yang tidak berbuah (ay. 6-9)

Ketika musibah dan penderitaan melanda seseorang, secara naluri dia akan bertanya- tanya mengapa hal tersebut terjadi pada dirinya, bagaimana harus mengatasi masa- lah ini dll. Juga timbul reaksi bermacam-macam antara lain: panik, khawatir, takut, cemas, tidak tahu harus berbuat apa atau malah acuh, tidak mau mengambil langkah/

sikap memperbaiki diri agar keadaan tidak lebih parah atau menyalahkan dan mengambinghitamkan orang lain/sesuatu di sekelilingnya. Contoh: di masa pandemi ini, ketika sebagian besar negara sedang berjuang keras mengatasi wabah COVID-19, respons dari masyarakat pun beraneka ragam. Ada yang menanggapi positif dan menaati prokes pemerintah tetapi ada pula yang menolak divaksinasi bahkan tak jarang menyalahkan pemerintah yang lamban menangani masalah ini. Bagaimana dengan gereja kita atas peristiwa ini? Kita terpanggil untuk peduli dan berbelas kasihan kepada mereka yang terdampak dengan mendoakan dan memberikan obat- obatan yang diperlukan oleh si penderita.

Pdm. Agus Muljono, Lemah Putro, Minggu 24 Oktober 2021

KESADARAN

YANG MEMBUAHKAN

PERTOBATAN

Lukas 13:1-9

(4)

Sebenarnya di saat musibah dan penderitaan terjadi, respons yang hampir tidak per- nah muncul padahal justru ini yang Yesus ingin kita perbuat yaitu pertobatan pribadi seperti dikatakan-Nya hingga dua kali, “…Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian… tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.” (ay. 3,5)

Harus diakui tidaklah mudah menyerukan pertobatan kepada mereka yang sedang mengalami musibah atau penderitaan karena terdengar tidak manusiawi dan tidak berbelas kasihan bahkan dapat disalahartikan kita menyalahkan mereka atas kema- langan yang terjadi. Namun Yesus tidak memberikan arahan dan tanggapan lain kecuali dengan tegas mengingatkan untuk bertobat yang pasti ditandai dengan keren- dahan hati.

Saat itu sekelompok orang Yahudi berbicara kepada Yesus tentang bencana yang menimpa orang-orang Galilea dalam perjalanan ziarah ke Yerusalem. Mereka mem- bawa kurban persembahan tetapi dibunuh dan Pilatus mencampur darah mereka dengan darah persembahan kurban. Yesus kemudian memberi saran supaya orang- orang Yahudi ini hati-hati juga rendah hati dalam menilai pribadi seseorang yang sedang mengalami penderitaan. Namun tampaknya mereka kurang peka sehingga Yesus menyinggung peristiwa 18 orang yang mati ditimpa menara dekat Siloam dan mengajukan pertanyaan yang sama sebab Ia mengetahui hati mereka. Ia ingin melu- ruskan persepsi mereka yang salah dan menegaskan bahwa mereka yang terbunuh/

menderita itu bukan berarti kesalahan mereka lebih besar daripada kesalahan orang lain. Cara pandang seperti ini umum terjadi di kalangan orang beragama waktu itu karena tercampur dengan adat dan tradisi. Contoh: saat Ayub menderita begitu berat, sahabat-sahabatnya (Elifas, Bildad, Zofar) beranggapan Ayub menderita akibat dosa yang diperbuatnya (padahal karena ujian) dan menyarankan untuk bertobat; timbul pertanyaan apakah orang buta sejak lahir akibat dari dosanya sendiri atau dosa orang tuanya (Yoh. 9). Pemikiran semacam ini (menderita akibat dosa melanggar perintah Allah) tampak rasional dan sudah ada sejak dahulu serta masih berlaku hingga seka- rang.

Untuk itu Yesus ingin meluruskan pemikiran yang tidak benar berkaitan dengan kesa- lahan dalam “menghakimi” seseorang yang menderita. Hikmat dan pekerjaan-Nya melampaui pikiran manusia. Bukankah Ia menurunkan hujan bagi orang benar dan yang tidak benar (Mat. 5:45)? Ia ingin menyadarkan bahwa kita sendiri tidak berada dalam posisi (rohani) yang lebih benar sehingga terhindar dari malapetaka kemudian menilai mereka yang mengalami musibah dan penderitaan adalah akibat dari dosa.

Sesungguhnya kita tidak tahu apa yang terjadi di masa depan kita walau saat ini kita terhindar dari penderitaan tetapi perlu diingat kita, orang percaya, tidak kebal ben-

(5)

cana, persoalan dan penderitaan namun Tuhan hadir menyatakan kasih-Nya dan tidak pernah meninggalkan kita. Kesaksian: ketika keluarga Pembicara mengalami dukacita karena ibunda beliau dipanggil kembali ke rumah Bapa Surgawi, justru saat itu terjadi perbaikan dan pendamaian di antara anggota keluarga.

Faktanya kita melihat orang yang kita anggap baik dan saleh sering mengalami pen- deritaan sementara orang yang bergelimpang dosa malah hidupnya tampak baik-baik saja. Sebenarnya pengalaman penderitaan dimaksudkan untuk membangkitkan ke- rendahan hati supaya kita berhati-hati dalam memikirkan dan membicarakan pende- ritaan orang lain. Jangan langsung “menilai/menghakimi” mereka menderita karena dosanya lebih besar dan lebih banyak!

Memang Yesus tidak memberitahukan alasan penderitaan orang-orang Galilea yang dibunuh; jadi, ketika penderitaan berat menimpa seseorang, ini merupakan kedaulat- an Tuhan dan kita tidak perlu memberikan penilaian kepada si penderita.

Walau Yesus tidak memberikan alasan sebenarnya, Ia mengingatkan, “Jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.” Apa maksudnya?

Kita dibawa kembali untuk memahami dua peristiwa yang tertulis di dalam Alkitab, yaitu:

Kutukan yang dialami oleh Adam-Hawa ketika mereka jatuh ke dalam dosa dan kita, keturunannya, terkena imbasnya. Akibat dari dosa yang mereka lakukan, Tuhan menyatakan pehukuman dan penghakiman. Adam, Hawa, ular dan bumi dikutuk. Karena dosa pula, manusia terpisah dari Tuhan dan kematian menanti.

Sekarang bumi sedang menuju kebinasaan (1 Yoh. 2:17) dan manusia dari debu kembali menjadi debu alias mati karena upah dosa adalah maut (Rm. 6:23) juga tidak ada seorang pun benar dan baik, semua telah berbuat dosa (Rm. 3:10, 12,23).

 Sebenarnya kalau Tuhan mau menerapkan kebenaran dan keadilan-Nya, Ia dapat langsung melenyapkan manusia begitu jatuh dalam dosa. Namun terbukti Ia menunjukkan kasih dan karunia-Nya yang besar dengan memberikan kesempatan manusia untuk bertobat agar beroleh keselamatan. Bagaimanapun juga kalau kemurahan Tuhan sudah selesai dan waktu bagi mereka untuk berpaling kepada- Nya sudah habis, Ia akan menghakimi seluruh dunia dengan kebenaran yang sempurna. Penghakiman-Nya bersifat menyeluruh dan kekal, kita satu persatu akan menghadap takhta pengadilan Kristus atas semua yang dilakukan semasa hidup (2 Kor. 5:10; Why. 20:11-15). Oleh sebab itu jangan sia-siakan waktu dan kesempatan untuk bertobat sebelum terlambat.

Bersambung ke hal. 8...

(6)

Shalom,

Kita patut bersyukur dapat beribadah tatap muka untuk kedua kalinya setelah sekian lama beribadah online. Biarlah kita memanfaatkan waktu yang singkat ini untuk mendengarkan Firman Tuhan dan mengarahkan hati kita kepada-Nya. Kali ini kita membahas Firman Tuhan dengan tema “Kesadaran yang Membuahkan Pertobatan” yang terdapat di Lukas 13:1-9 yang terdiri atas dua perikop sebagai berikut:

A. Kita harus Sadar bahwa setiap kita Membutuhkan Pertobatan (Ay. 1-5)

Dikisahkan adanya berita yang disampaikan kepada Yesus berkaitan dengan orang-orang Galilea yang mengalami pembantaian oleh Pilatus saat mereka sedang mempersembahkan kurban kepada Allah. Mereka dibunuh dan darahnya dicampur dengan darah kurban yang dipersembahkan. Tidak disebutkan alasan mengapa Pilatus membunuh mereka tetapi ada kemungkinan mereka ini adalah orang-orang Galilea yang mencoba memberontak kepada pemerintahan saat itu. Mereka termasuk kaum nasionalis yang mencoba membela bang- sanya karena saat itu bangsa Israel di bawah penjajahan. Pilatus menganggap mereka adalah kaum pemberontak lalu dibantai saat mempersembahkan kurban.

Apa respons Yesus mendengar berita yang menghebohkan itu? Ia tidak menanggapi mereka tetapi malah mengajarkan sesuatu yang sangat penting kepada mereka juga kepada para murid dan orang-orang yang ada di sekitar itu. Kata-Nya, "Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain karena mereka mengalami nasib itu?”

Mengapa Yesus merespons dengan kalimat seperti itu? Sebab Ia mengetahui dalam hati orang-orang yang memberitakan kabar ini timbul prasangka, asumsi atau penilaian sendiri tentang apa yang terjadi. Mereka berprasangka bahwa orang-orang Galilea itu terbunuh

Pdm. Kasieli Zebua, Johor, Minggu 24 Oktober 2021

KESADARAN

YANG MEMBUAHKAN

PERTOBATAN

Lukas 13:1-9

(7)

akibat dosa mereka. Mereka berasumsi orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya sehingga layak dibunuh. Kemudian Yesus menyinggung peristiwa lain yang mengerikan (18 orang mati ditimpa menara dekat Siloam) dan menanyakan apakah mereka juga mati akibat kesalahannya lebih besar dari orang lain yang diam di Yerusalem (ay. 4).

Orang-orang itu memiliki satu pemahaman bahwa mereka yang mengalami musibah me- ngerikan – dibantai dan ditimpa menara – pasti besar dosanya. Di sisi lain, mereka melihat diri sendiri yang tidak mengalami musibah merasa dosanya lebih kecil atau bahkan merasa tidak berdosa sehingga tidak butuh pertobatan atau datang kepada Allah. Mereka berke- simpulan bahwa mereka adalah orang baik dan benar sehingga tidak ditimpa musibah sementara orang lain mengalami kemalangan akibat dosanya dan mereka perlu bertobat.

Ternyata ini merupakan satu paham atau keyakinan yang ada di dalam pikiran khususnya orang-orang Yahudi saat itu bahkan para murid juga memiliki konsep yang sama. Contoh:

para murid bertanya kepada Guru mereka apakah orang buta sejak lahir itu akibat dari dosanya sendiri atau dosa orang tuanya (Yoh. 9:1-3). Juga kisah Ayub di Perjanjian Lama, sahabat-sahabat Ayub (Elifas, Bildad, Zofar) menganggap Ayub mengalami penderitaan luar biasa baik kesehatan, kebangkrutan dan kematian semua anaknya akibat dari dosa yang diperbuatnya (Ay. 4:1-8; 8:1-7; 11:1-3).

Apa tanggapan Yesus terhadap pemikiran bahwa seseorang mengalami kesulitan, kesu- sahan, musibah oleh sebab besar dosanya sehingga pantas menderita? Yesus menjawab dua kali, “…Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demi-kian.” (ay. 3,5)

Yesus memberikan penjelasan untuk menyadarkan mereka bahwa setiap orang (baik yang merasa benar maupun yang terkena musibah) membutuhkan pertobatan; jika tidak, mereka juga akan binasa dengan cara demikian.

Aplikasi: kita harus sadar bahwa kita butuh pertobatan juga membutuhkan Tuhan seperti visi gereja kita “Menjadi jemaat yang senantiasa sadar bahwa dirinya sudah dipertunangkan” – hubungan kita dengan Kristus.

Arti kata “kesadaran” dalam kamus: keinsafan, keadaan mengerti, kondisi di mana sese- orang mengerti akan hal dan kewajiban yang harus dijalankannya. Kesadaran identik dengan pikiran dan kesadaran dimulai dari diri sendiri.

Sementara pertobatan artinya: berhenti berbuat dosa dan kembali/berbalik kepada Allah.

Pertobatan bukan sekadar berhenti melakukan kesalahan tetapi dilanjutkan dengan kembali bersekutu dengan Allah dan mempermuliakan Nama-Nya.

B. Kita harus Sadar bahwa Kesempatan Bertobat ada Batasnya (ay. 6-9)

Seusai mengingatkan orang-orang tersebut untuk bertobat, Yesus kemudian memberikan perumpamaan tentang pohon ara yang tumbuh di kebun anggur dan tidak berbuah selama tiga tahun sehingga pemilik menyuruh pohon ini ditebang. Namun pengurus kebun anggur meminta waktu setahun untuk merawat dan memberinya pupuk; kalau tetap tidak berbuah maka akan ditebang (ay. 6-9). Apa maksud dari perumpamaan ini? Kesempatan masih Bersambung ke hal. 9...

(8)

Perhatikan, penyakit, wabah, kekerasan, penindasan politik, kecelakaan menyerikan dll. terjadi akibat kutukan dosa yang menimpa seluruh dunia. Seharusnya kondisi semacam ini menjadi momen untuk tidak menghakimi orang lain tetapi menyadarkan kita untuk bertobat agar tidak ikut terhukum bersama dunia.

Yesus juga mengingatkan kutukan dosa jatuh kepada siapa pun. Untuk mempertegas ajaran-Nya, Ia memberikan perumpamaan pohon ara yang tidak berbuah dan patut ditebang karena percuma dibiarkan hidup. Konteks ini ditujukan kepada mereka yang layak dihukum karena dosa melawan Tuhan.

Aplikasi: Tuhan berhak menghukum kita dan kita tidak dapat menolak atau memban- tah kalau tidak ada buah pertobatan dalam diri kita. Namun ada sesuatu yang me- narik dalam perumpamaan ini yaitu pengurus kebun tidak tinggal diam tetapi mera- wat dengan baik agar pohon itu berbuah tahun depan. Ini gambaran tentang kesabaran dan kebaikan Tuhan yang masih memberi waktu agar kita bertobat dan menghasilkan buah pertobatan. Tidak hanya memberi waktu, Ia dengan setia me- ngerjakan kehidupan kita. Dengan penuh rendah hati Ia melayani kita dalam kasih dan puncaknya rela menanggung kutukan dosa kita di atas kayu salib. Bapa Surgawi meremukkan Dia oleh karena kejahatan kita (Yes. 53) agar semua orang yang ber- paling kepada-Nya dengan iman, mengaku dan percaya kepada-Nya yang disalib dan dibangkitkan akan diselamatkan dari murka Allah dan penghakiman yang pasti akan datang.

Tuhan memanggil kita dan panggilan-Nya menggema di seluruh dunia agar kita kem- bali kepada-Nya untuk bertobat supaya kita selamat. Namun sayang banyak orang menolak Dia. Buktinya? Ketika tujuh cawan murka Allah dicurahkan, mereka tetap tidak bertobat (Why. 16:9,11,21).

Introspeksi: sudahkah kita bertobat dan menghasilkan buah pertobatan di tengah bencana global yang melanda saat ini? Biarlah setiap bencana dan penderitaan menjadi kesempatan bagi kita untuk bertobat dan peringatan bahwa kita sangat membutuhkan Dia. Ingat, selama kita hidup di bumi yang berada di bawah kutukan Allah, bencana dan kematian selalu ada. Ada waktunya manusia tidak dapat bertobat walau malapetaka menimpa bertubi-tubi sebab waktu untuk bertobat sudah habis.

Marilah kita menggunakan kesempatan bertobat selagi ada waktu dan kesempatan agar kita kelak diperkenan mendiami langit dan bumi baru di mana tidak lagi ada rasa sakit dan air mata penderitaan di sana. Amin.

Sambungan dari hal 5: “Kesadaran...”

(9)

Sambungan dari hal 7: “Kesadaran...”

diberikan tetapi ada batasnya. Berkaitan dengan kesadaran yang membuahkan pertobatan, orang-orang yang datang kepada Yesus harus sadar bahwa pertobatan itu penting dan ha- rus segera dilakukan, jangan ditunda-tunda.

Aplikasi: hendaknya kita mempergunakan kesempatan bertobat dengan sebaik-baiknya, ja- ngan mengabaikan kesempatan ini terlewatkan begitu saja.

Surat Ibrani 3:13-15 mengingatkan selama masih dikatakan “hari ini” jangan kita tegar hati karena tipu daya dosa. Jika kita mendengar suara-Nya, jangan keraskan hati seperti dalam kegeraman. Konteks ini mengutip perjalanan orang Israel di padang gurun. Mereka diberi kesempatan untuk bertobat dan menyadari bahwa mereka membutuhkan Tuhan setiap hari.

Lebih lanjut dikatakan, “Tetapi nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari ini selama masih dapat dikatakan “hari ini” → “hari ini” adalah milik kita (kita masih hidup dan ada kesempatan/waktu) karena besok belum tentu milik kita. Buktinya ada beberapa dari jemaat dipanggil Tuhan secara tiba-tiba, ada yang pagi masih beraktivitas sore sudah dipanggil Tuhan dll. Tak seorang pun tahu apa yang terjadi hari besok! Yang penting, jika hari ini kita mendengar Firman Tuhan yang mengingatkan kita untuk bertobat, kita harus segera meng- ambil keputusan meninggalkan semua kehidupan dan paham/pikiran lama kita.

Kita harus sadar bahwa kita membutuhkan Tuhan dalam menjalani hari-hari; jika tidak, tanpa sadar kita akan melakukan hal-hal yang menentang atau menyimpang dari kebenaran Firman-Nya. Firman Tuhanlah yang meyadarkan kita untuk tidak hidup di dalam dosa! Jujur, kita sering tidak menyadari telah melakukan kesalahan dan melakukannya terus-menerus sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan. Namun karena Firman Tuhan mengingatkan

“kita telah beroleh bagian di dalam Kristus”, kita makin sadar bahwa kita memerlukan Tuhan setiap hari dan berpegang teguh pada keyakinan iman kita. Jangan bertindak seperti orang- orang Israel yang tetap mengeraskan hati walau telah mendengar suara Tuhan.

Tidak dijelaskan apakah orang-orang yang memberikan laporan kepada Yesus sadar mereka juga butuh bertobat dan tidak hanya sibuk memikirkan orang lain mengalami musibah akibat dosanya yang besar.

Yohanes Pembaptis pernah berkata kepada orang banyak yang datang kepadanya, “Hasil- kanlah buah-buah yang sesuai dengan pertobatan. Dan janganlah berpikir dalam hatimu:

Abraham adalah bapa kami! ...Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik akan ditebang dan dibuang ke dalam api.” (Luk. 3:8-9) Dengan kata lain jangan berpikir karena keturunan Abraham kita pasti selamat! Yang penting kalau kita keturunan Abraham, hiduplah seperti Abraham yang ber- iman dan hasilkan buah-buah pertobatan.

Kita harus menyadari – berkaitan dengan pikiran – bahwa kita bersalah dalam banyak hal;

barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya ia adalah orang sempurna (Yak. 3:2).

Bahkan Rasul Yohanes menegaskan jika kita mengaku tidak berdosa, kita menipu diri kita

(10)

sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita (1 Yoh. 1:8). Jelas, kita harus bertobat dalam pikiran dan tutur kata setiap hari. Jangan sibuk memerhatikan tindak tanduk orang lain lalu mengabaikan diri sendiri!

Selain berarti berhenti berbuat dosa dan kembali kepada Allah, pertobatan juga menun- jukkan aktivitas meninjau atau menelaah tindakan-tindakan yang pernah diperbuat. Jadi kita meninjau dan melihat diri sendiri apakah tindakan dan perilaku kita sudah menyenangkan hati Tuhan atau belum.

Harus diakui lebih mudah menilai orang lain ketimbang menilai diri sendiri. Oleh sebab itu marilah kita belajar menilai, menegur dan memperbaiki diri sendiri karena untuk menilai dan menghakimi orang lain tidak perlu belajar.

Pelajaran apa yang diperoleh dari perumpamaan pohon ara? Setelah tumbuh selama tiga tahun, pemilik pasti mengharapkan pohon ara itu menghasilkan buah yang menyenangkan hatinya. Mungkin saja batang dan ranting-rantingnya bertumbuh semakin besar tetapi yang dicari tetaplah buahnya.

Bagaimana hidup kita dapat menghasilkan buah yang baik dan menyenangkan Tuhan?

Dengan melekat pada pokoknya yaitu Yesus (bnd. Yoh. 15:1). Kita tidak dapat menghasilkan buah yang baik bila kita tidak berbalik dan melekat kepada Yesus. Bila kita hidup dalam kebenaran Firman Tuhan dan menghidupi Firman, kita akan menghasilkan buah.

Perhatikan, kita membutuhkan Tuhan tetapi bukan berarti Tuhan harus menjadi pemenuh segala kebutuhan kita. Ilustrasi: pohon ara merupakan pohon besar, jika pohon ini tidak menghasilkan buah maka akan menimbulkan kerugian bagi pemilik lahan karena makan tempat tetapi tidak memberikan buah. Apalagi sudah diberi pupuk dan dirawat tetap tidak berbuah, sungguh sangat mengecewakan! Kita membutuhkan Dia agar kita dapat menjalani hidup sesuai dengan kehendak-Nya sehingga kehadiran kita bermanfaat bagi sekitar kita.

Jangan sudah diberi (pupuk) nasihat, didoakan oleh gembala/pemimpin rohani tetapi kita mengeraskan hati tidak mau berubah untuk menghasilkan buah!

Ingat perlakuan bangsa Israel terhadap Musa yang telah memimpin mereka keluar dari tanah perbudakan Mesir? Mereka tidak tahu berterima kasih kepada pemimpin mereka bah- kan hendak melempari batu ketika mereka marah (Kel. 17:4).

Introspeksi: bagaimana penghargaan kita terhadap Yesus yang sudah memberikan hidup- Nya dan mati agar kita berbuah? Apakah kita menyia-nyiakan pengurbanan-Nya dan tidak mau berubah untuk menghasilkan buah pertobatan? Bagaimana perasaan-Nya ketika meli- hat kita tetap keras hati dan hidup tidak bermanfaat bagi sesama?

Tuhan telah mengingatkan kita melalui Firman-Nya agar kita tidak sibuk menilai kehidupan rohani orang lain tetapi kita mengevaluasi diri sendiri apakah kita telah sungguh-sungguh bertobat dan menghasilkan buah-buah pertobatan yang menyenangkan Tuhan kita. Jangan kita mengecewakan hati Tuhan dan menghina pengurbanan-Nya dengan tidak mau berubah sebab waktu dan kesempatan untuk bertobat ada batasnya nanti penyesalan tidak akan ada gunanya karena sudah terlambat! Gunakan waktu sebaik-baiknya selama masih ada “hari ini”! Amin.

(11)

Tidaklah mudah menjadi orang yang rendah hati, yang tidak sombong dan tahu berterima kasih atas kebaikan yang diterima dari Tuhan setiap hari.

Bakat adalah pemberian dari Tuhan, rendah hatilah!

Popularitas adalah pemberian dari manusia, berterima kasihlah!

Kesombongan adalah pemberian dari diri sendiri, berhati-hatilah!

Ada kalanya Tuhan mengizinkan kita sakit, gagal serta merugi agar kita belajar dan diajar untuk mengaku bahwa kita membutuhkan Dia.

Hati-hatilah karena kesuksesan dan kehormatan dapat mengacaukan jalan hidup kita sekalipun kita sudah berusaha rendah hati sebab ego dapat memicu untuk lepas kendali.

Jadilah orang yang berkomitmen dan berintegritas juga miliki karakter Kristus agar tidak mudah terbawa arus dunia tetapi menjadi orang yang lebih baik

dalam hikmat dan akal budi.

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Ketika kita sedang menghadapi masalah emosional bukan berarti kita tidak akan masuk Surga tetapi Ia tidak senang dengan gaya hidup kita karena hal itu

Kita patut bersyukur diarahkan oleh Firman Tuhan untuk mengikut Dia dengan benar agar tidak terjadi pertengkaran dengan pengikut-pengikut Tuhan lainnya oleh sebab kita tidak

Oleh karena itu, penulis memohon maaf apabila dalam pelaksanaan serta laporan proyek akhir ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan, serta penulis meminta kritik dan saran

Perlu penguatan komitmen dalam keterlibatan dan kemitraan pihak pihak terkait (satuan pendidikan, orangtua, masyarakat/organisasi mitra) dalam pelaksanaan dikkel dengan

2) Bangunan Rumah yang berada diatas tanah Kas desa sewaktu-waktu tanah tersebut dibutuhkan oleh pemerintah Desa, maka yang menempati berkewajiban menyerahkan atau

Hylocereus undarus yang lebih popular dengan sebutan white pitaya adalah buah naga yang kulitnya berwarna merah dan daging berwarna putih.. Warna merah buah ini sangat kontras

Kegunaan komputer di bidang perbankan untuk menghasilkan informasi bagi pihak manajemen bank sendiri dan juga untuk meningkatkan pelayanan kepada pihak nasabah bank Saat ini dengan

Konteks permasalahan yang mendasar dihadapi oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pemasyarakatan baik UPT Balai Pemasyarakatan, UPT Rumah Tahanan Negara, UPT Rumah Penyimpanan