• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA AGROFORESTRY PADA HUTAN LINDUNG DI DESA KINDANG KECAMATAN KINDANG KABUPATEN BULUKUMBA FIRMAN G

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "POLA AGROFORESTRY PADA HUTAN LINDUNG DI DESA KINDANG KECAMATAN KINDANG KABUPATEN BULUKUMBA FIRMAN G"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

POLA AGROFORESTRY PADA HUTAN LINDUNG DI DESA KINDANG KECAMATAN KINDANG

KABUPATEN BULUKUMBA

FIRMAN G 105 9500 171 10

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2014

(2)

POLA AGROFORESTRY PADA HUTAN LINDUNG DI DESA KINDANG KECAMATAN KINDANG KABUPATEN BULUKUMBA

FIRMAN G 105 9500 171 10

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2014

(3)
(4)
(5)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi

POLA AGROFORESTRY PADA HUTAN LINDUNG DI DESA KINDANGKECAMATAN KINDANG KABUPATEN BULUKUMBA

Adalah benar merupakan hasil karya yang belum di ajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Makassar, Agustus 2014

FIRMAN G 105 9500 17 10

(6)

@ Hak Cipta Milik Unismuh Makassar, tahun 2014 Hak cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantungkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, Penulisan Kritik atu tinjaun suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Unismuh Makassar.

2. Dilarang Mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk laporan apapun tanpa isin Unismuh Makassar

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bantaeng pada tanggal 01 Desember 1991 dari ayah Abd. Gaffar dan Ibu Hano’, penulis merupakan putra ke tiga dari tiga bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari MA- Almurahamah Banyorang dan pada tahun yang sama lulus ujian dan masuk perguruan tinggi di Universitas Muhammadiah Makassar. Penulis melanjutkan pendidikan pada jurusan Kehutanan , Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Gelar Sarjana diraih penulis pada tahun 2014.

(8)

ABSTRAK

FIRMAN G 105 95 00171 10.Pola Agroforestry Pada Hutan Lindung di Desa Kindang kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba, dibimbing oleh HIKMAH dan HUSNAH LATIFAH.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pola agroforestry agrosilvikultur pada hutan lindung di Desa Kindang Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba.

Penelitian ini di laksanakan di Hutan Lindung Desa Kindang Kecamatan Kindang kabupaten Bulukumba. Penelitian dilakukan selama kurang lebih dua bulan, yaitu dari bulan Mei sampai bulan Juni 2014. Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS dan kompas untuk mengetahui posisi plot dan ketinggian tempat dari permukaan laut, meteran roll, tali rapiah untuk pembuatan plot, haga meter untuk mengetahui tinggi pohon meter kain untuk mengetahui keliling pohon, tiang, pancang dan tumbuhan bawah, kamera untuk pengambilan dokumentasi, tali sheet dan alat tulis untuk memudahkan pencatatan dan keterangan lainnya di lapagan. Jenis data yang dikumpulkan meliputi nama jenis, jumlah individu, diametr batang, tinggi pohon( tinggi bebas cabang ), indeks nilai penting, keanekaragaman jenis tumbuhan, dan struktur vegetasi.

Hasil pengamatan di lapangan diketahui, bahwa nilai INP tertinggi untuk tingkat pohon didominasi oleh jenis suren dengan INP 53,07% untuk tingkat tiang didominasi oleh suren dengan INP 58,51% sedangkan tingkat pancang dan tumbuhan bawah didominasi oleh jenis kopi dengan nilai INP 76,59-47,65%.

Indeks keanekaragaman jenis tumbuhan yang ditemukan secara keseluruhan pada pola agoforestry agrosilvikultur kawasan hutan lindung di Desa Kindang Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba menunjukkan kisaran 2,86.

Penutupan tajuk pada dua plot pengamatan adalah15.8% dan 20% menunjukkan bahwa sinar matahari bisa mencapai lantai hutan.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT,yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini,salam dan salawat kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW. Yang Telah mengeluarkan kita dari alam gelap gulita menuju alam teran benderang seperti yang kita rasakan saat ini.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini tidak akan rangkum tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih sebesar- besarnya kepada Ibu Hikmah S. Hut.,M.Si dan Ibu Husnah Latifah S. Hut.,M.Si sebagai dosen pembimbing yang penuh dengan ketulusan telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan atau nasehat dan arahan sampai Skripsi ini selesai.

Terima kasih yang sebesar- besarnya juga penulis haturkan semua pihak yang telah membantu baik moril maupun materil dalam usaha penyelesaian skripsi ini yaitu kepada:

1. Dekan Fakultas Pertanian yang telah memberikan banyak didikan di Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Kepala Desa Kindang yang telah bersedia memberikan izin penelitian di kawasan hitan lindung Desa Kindang, juga bersedia memberikan bantuan baik berupa saran maupun berupa data-data.

3. Dosen pengajar Fakultas pertanian yang telah banyak memberikan pelajaran yang sangat berharga kepada kami.

(10)

4. Teman-teman seangkatan yang telah memberikan dorongan dan motivasi sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

5. Terpenting dan teristimewa kepada ayah Abd. Gaffar dan ibu Hano selaku Orang Tua. Dengan penuh kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada beliau yng tekun, sabar, dan mau mengerti kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penyajian skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, dan masih banyak kekurangan terdapat dalam skripsi ini. Oleh karena itu dengan senang hati penulis menghargai saran dan kritik yang bersifat kolektif untuk penyajian yang lebih sempurna terhadap penyusunan skripsi ini dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Makassar, Agustus 2014

Penulis

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

HALAMAN KOMISI PENGUJI iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI iv

HAK CIPTA v

ABSTRAK vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

I. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 2

1.3. Tujuan Penelitian 3

1.4. Manfaat Penelitian 3

II. TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1. Pengertian Agroporestry 4

2.1. Pola Agroporestry 8

2.2. Sistem Agroporesrtry 9

2.3. Peranan Agroporestry 10

2.4. Pengertian Hutan Lindung 11

2.5. Kerangka fikir 13

(12)

III. METODE PENELITIAN 16

3.1. Waktu Dan Tempat 16

3.2. Objek dan Alat Penelitian 16

3.3. Teknik Pengumpulan Data 16

3.4. Jenis Data Yang Di Kumpulkan 17

3.5. Analisis Data 17

IV. KEADAAN UMUM LOKASI 18

1.1. Lagenda dan Sejarah Pembangunan Desa 18

1.2. Letak dan Luas 22

1.3. Keadaan Tipografi 22

1.4. Iklim 23

1.5. Wilayah Administrasi Pemerintahan Desa 23

1.6. Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk 23

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 25

5.1. HASIL 25

5.1.1. Komposisi Jenis Tumbuhan 25

5.1.2. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan 27

5.1.3. Struktur Populasi Jenis-Jenis penting 28

5.1.4. Struktur Vegetasi 29

5.2. PEMBAHASAN 31

5.2.1. Komposisi Jenis Tumbuhan 31

5.2.2. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan 32

5.2.3. Struktur Populasi Jenis-Jenis penting 33

5.2.4. Struktur Vegetasi 33

(13)

VI. PENUTUP 35

6.1. Kesimpulan 35

6.2. Saran 36

DAFTAR PUSTAKA 37

LAMPIRAN 39

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Tahun dan Peristiwa Terbentukya Desa Kindang 21 2. Nama Dusun dan Jumlah RT di Desa Kindang 23 3. Perbandingan Jumlah Penduduk Perempuan dan Laki-Laki 24 4. Perbandingan Jumlah KK Pra Sejahtera dan Sejatera di

Desa Kindang 24

5. Indeks Nilai Penting Pada Pola Agroforestry di Desa Kindang

Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba 26

6. Indeks Keanekaragaman Shannon Winner Pada Setiap Tingkat

Pertumbuhan di Lokasi Penelitian. 27

7. Tali Sheet Pengamatan 40

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Kerangka Pikir Pola Agroforestry Pada Hutan Lindung di Kecamatan

Kindang Kabupaten Bulukumba 15

2. Histogram Struktur Populasi Jenis-Jenis Penting Berdasarkan Tingkat Pertumbuhan Pada Pola Agroforestry di Desa Kindang Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba. 28

3. Pada Plot 7 Pola Agroforestry Pada Hutan Lindung di Desa Kindang. 29

4. Diagram Profil dan Penutupan Tajuk Plot 7 Pola Agroforestry 29

5. Pada Plot 17 Pola Agroforestry Pada Hutan Lindung di Desa Kindang. 30

6. Diagram Profil dan Penutupan Tajuk Plot 17 Pola Agroforestry 30

7. Kawasan Hutan Lindung Desa Kindang 62

8. Pembuatan Plot 1 62

9. Pengukuran Tinggi Bebas Cabang 63

10. Tanaman Tumbuhan Bawah 63

11. Tanaman Pertanian dan Tanaman Kehutanan 64

12. Tanaman Pertanian dan Tumbuhan Bawah 64

13. Pengukuran Tinggi Bebas Cabang 65

14. Pembuatan Plot 2 65

15. Pembuetan Plot 3 66

16. Mengukur Keliling Pohon Pinang 66

17. Mengukur keliling Pohon Suren 67

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Teks

1. Tali Sheet Pengamatan Pola Aroforestry Pada Hutan Lindung di Desa

Kindang Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba 40

2. Identifikasi Indeks Nilai Penting 58

3. Dokumentasi Lokasi Penelitian 62

(17)

1 I.PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hutan merupakan sumberdaya alam hayati yang dapat diperbaharui, meskipun demikian tidak berarti bahwa hutan dibiarkan begitu saja, tanpa pengelolaan yang baik, dengan memperhatikan aspek-aspek yang ada untuk menuju pada suatu pengelolaan hutan yang berkelanjutan.

Hutan di Indonesia, menurut UU no 41 tahu 1999, dibagi tiga berdasarkan fungsinya, yaitu Hutan Konservasi, Hutan Lindung dan Hutan Produksi.

Hutan lindung secara umum adalah kawasan hutan karena sifat alaminya diperuntukkan guna mengatur tata air, pencegahan bencana banjir dan erosi, serta pemeliharaan kesuburan tanah. Hutan lindung mempunyai kondisi yang sedemikian rupa sehingga dapat memberi pengaruh yang baik terhadap tanah dan alam sekelilingnya, serta tata airnya dapat dipertahankan dan dilindungi. Maka dari itu pohon di dalam kawasan hutan di larang atau tidak diijinkan untuk di tebang karena dapat merusak fungsi hutan lindung, yang menyebabkan terjadinya bencana banjir dan erosi.

Pengertian dan definisi Hutan Lindung menurut Undang-Undang No 41 tahun 1999 pasal 1 ayat 8 mendefinisikan Hutan Lindung sebagai Kawasan Hutan yang mempunyai pungsi pokok sebagai perlindungan sistim penyangga kehidupan untuk mangatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.

Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air,

(18)

2 mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan mameliharah kesuburan tanah.

Hutan lindung di Bulukumba sudah banyak yang dapat perhatian khusus dari masyarakat atas dukungan dari pemerintah. Agroforestry adalah hal yang tepat untuk dilakukan di dalam Kawasan Hutan, dengan demikian pemanfaatan kawasan hutan dengan menerapkan sistem agroforestry dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan tetap mempertahankan kelestariannya.

Masyarakat sudah siap untuk mengelolah kawasan lindung yang berbasis agroforestry karena masyarakat sudah mengetahui manfaat Agroforestry yang dapat menambah penghasilan masyarakat tanpa harus merusak fungsi Kawasan hutan tersebut.

Pola Agroforestry pada Hutan Lindung di Desa Kindang Kecamatan Kindang Kabupaten bulukumba, menjadi objek penelitian kami karena kami ingin mengetahui tentang pola Agroforestry yang ada di Kawasan tersebut.

Penelitian tentang pola agroforestry pada hutan lindung di Desa Kindang Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba, sangat perlu dilakukan untuk mengetahui tentang pola agroporestry yang ada di kawasan tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana pola agroforestry agrisilvikultur pada hutan lindung di Desa Kindang Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba.

(19)

3 1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola agroforestry agrysilvikultur pada hutan lindung di Desa Kindang Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba.

1.4. Manfaat Penelitian

Sebagai bahan masukan dan menjadi dasar lebih lanjut tentang pola agroporestry agrisilvikultur pada hutan lindung.

(20)

4 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Agroforestry

Agroforestry adalah bentuk atau sistem pengelolaan atau sistem pengunaan bagaimana pemakai lahan dapat memperoleh hasil tanaman pangan atau tanaman agronomi lain, tanaman pakan ternak dan hasil kayu secara simultan, serta dapat melestarikan sumberdaya lahan tersebut.

Agroforestry adalah penggunaan lahan terpadu yang memiliki aspek sosial dan ekologi, dilaksanakan melalui pengkombinasian pepohonan dengan tanaman pertanian atau ternak baik secara bersama- bersama ataupun bergiliran.

Agroforestry merupakan manajemen pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari dengan cara mengkombinasi kegiatn kehutanan dengan pertanian pada unit pengelolaan lahan yang sama dengan memperhatikan kondisi lingkungan fisik sosial, ekonomi dan budaya masyarakat yang berperang serta (Departemen Kehutanan, 1992, ). system agroforestry terdapat intraksi antara ekologi dan ekonomi di antara komponen-komponen yang berbeda. (Van Noordwijck, et al.

1994)

Menurut Budiadi (2005). Agroforestry adalah bentuk pemanfaatan lahan secara optimal pada suatu tempat di dalam atau di luar Kawasan Hutan, yang mengusahakan produksi biologi berdaur pendek dan panjang berdasarkan kelestarian, untuk kesejahteraan Masyarakat, baik diusahakan secara serentak maupun berurutan sehingga membentuk tajuk berlapis-lapis. Untuk itu, keberadaan sistem Agroforestry yang merupakan salah satu bentuk sistem pertanian konservasi ini perlu di tingkatkan dan di kembangkan agar sumberdaya

(21)

5 lahannya ekologis dan lestari. Secara ekonomis dapat menguntungkan dan secara teknis dapat memberikan hasil yang maksimal dan berkelanjutan.

Nair (1989) menyebutkan bahwa Agroforestry adalah suatu nama kolektif untuk sistem-sistem penggunaan lahan dan teknologi di mana tanaman keras berkayu (pohon-pohonan, perdu, jeni-jenis palma, bambu dan sebagainya) ditanam secara bersamaan dengan tanaman pertanian, atau hewan, dengan suatu tujuan tertentu dalam suatu betuk pengaturan spesial atau urutan temporal, dan di dalamnya terdapat interaksi ekologi dan ekonomi di antara ekonomi yang bersangkutan.

Hudges (2000) dan koppelman dkk, (1996) mendefinisikan agroforestry sebagai bentuk menumbuhkan dengan sengaja dan mengelola pohon secara bersama-sama dengan tanaman pertanian dan makanan ternak dalam system yang bertujuan menjadi berkelanjutan secara ekologi sosial dan ekonomi.

Reijntjes, (1999). menyatakan Agroforestry sebagai pemanfaatan tananaman kayu tahunan secara seksama (pepohonan, belukar, palem, bambu) pada su

atu unit pengelolaan lahan yang sama sebagai tanaman yang layak tanam, padang rumput atau hewan, baik dengan pengaturan ruang secara campuran atau di tempat yang sama maupun secara berurutan dari waktu ke waktu.

King and chandler, (1978) dalam Andayani, (2005) mendefinisikan Agroforestry adalah suatu system pengelolaan lahan yang lestari untuk meningkatkan hasil, dengan cara memadukan produksi hasil tanaman pangan (Termasuk pohon-pohonan) dengan tanaman kehutan atau kegiatan peternakan

(22)

6 baik secara bersama-sama maupun berurutan pada se bidang maupun se bidang lahan yang sama, Dan menggunakan tata cara pengelolaan yang sesuai dengan pola kebudayaan penduduk setempat.

King (1978) dan koppelman dkk, (1996) seperti yang dikutip Saad (2002) Menyebutkan bahwa sisrem Agroforestry dapat dikelompokkan menurut struktur dan fungsi, sebagaimana agroekologi dan adaptasi lingkungan, sifat sosial ekonomi, aspek budaya dan kebiasaan (adat), dan cara pengelolaannya.

Sabarnurdin (2002). Peluang digunakannya system Agroforestry dalam pengeloaan lahan di sebabkan karena.

1. Agroforestry adalah metode biologis untuk konservasi dan pemeliharaan penutup tanah sekaligus memberikan kesempatan menghubungkan konservasi tanah dengan konservasi air.

2. Dengan agroforestry yang produktif dapat digunakan untuk memelihara dan meningkatkan produksi bersamaan dengan tindakan pencegahan erosi.

3. Tindakan konservasi yang prodiktif memperbesar kemungkinan diterima oleh masyarakat sebagai kemauan mereka sendiri. Sehingga digunakan tehnik diagnostik dan designing untuk merumuskan pola tanam secara partisipatif merupakan kelebihan dari tehnik agroforestry.

Lungdrean dan Raintree menjelaskan bahwa Agroporesrty Adalah istilah untuk system pemanfaatan lahan dan teknologi, dengan tanaman-tanaman keras (pohon-pohonan, perdu, jenis-jenis palma, bambu dan sebagainya), yang ditanam berbarengan dengan tanaman petanian semusim, pemeliharaan hewan untuk tujuan tertentu. Pengelolaanya berda dalam suatu bentuk pengaturan spasial atau

(23)

7 urutan yang didalamnya terjadi interaksi ekologis dan ekonomis antara berbagai komponen yang membentuk system tersebut.

Sesuai defenisi Afgroforestry di atas maka system ini berfariasi dan cukup luas sehingga dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteri-kriteria sebagai berikut:

1. Secara struktual, menyangkut komposisi komponen, seperti sistem-sistem agrisivikultur, silvopastur, agrisilvopaktur.

2. Secara fungsional, menyangkut fungsi atau peranan utama dalam sistem terutama komponen kayu-kayuan.

3. Secara sosial ekonomis, menyangkut tingkat masukan dalam pengelolaan (masukan rendah, masukan tinggi, intensitas dan skala pengelolaan, tujuan usaha, subsistem, komersial dan intermedier).

4. Secara ekologis menyangkut kondisi lingkungan dan kesesuain ekologis dari sistem agrisilvikultur, silvopastur dan pohon serba guna.

Agroforestry merupakan suatu alternative perindungan bepindah, sebagai suatu pendekatan sistematis untuk penginteraksian kembali unsur-unsur dasarnya ke dalam bentuk penggunaan lahan yang produktif lestari yang secara polotis berada dibawah tekanan penduduk, penggunaan lahan, tenaga kerja dan bentuk produksi lainnya.

Dalam bahasa Indonesia kata agroforestry di kenal dengan istilah wanatani Agroforestri yang arti sederhananya adalah menanam pepohonan di lahan pertanian.

Menurut Loundgren da Raintree bahwa agroforestry adalah istilah kilektif untuk system tehnologi-tehnologi penggunaan lahan yang secara terencana

(24)

8 dilaksanakan pada suatu unit lahan dengan menkombinasikan tumbuhan berkayu, dengan tanaman pertanian, atau hewan yang dilakukan pada waktu yang bersamaan atau bergiliran sehinagga terbentuk interaksi ekologis antara komponen yang ada.

2.2. Pola Agroforestry

Beberapa pola agroforestry yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut:

1. Agrosilvovastue yaitu penggunaan lahan secaran secara sadar dan dengan pertimbang masa untuk memproduksi sekaligus hasil-hasil pertanian.

2. Silvopastural yaitu pengelolaan hutan untuk menghasilkan kayu dan memelihara ternak.

3. Agrosifpastural sistem yaitu suatu system pengelolaan lahan hutan untuk memproduksi hasil pertanian dan kehutanan secara bersamaan dan sekaligus untuk memelihara hewan ternak.

4. Multivurvosevoreas yaitu sistem pengelolaan dan penanaman berbagai jenis kayu, yang tidak hanya untuk hasil kayunya akan tetapi juga daun- daunan dan buah-buahan yang dapat digunakan ataupun sebagai bahan makanan manusia ataupun pakan ternak.

5. Tanaman pokok yaitu berupa tanaman kehutanan yang merupakan prioritas utama tanaman yang ditujukan sebagai produksi kayu dengan penentuan daur tebang selama 5 tahun. Jenis tanaman yang dipilih yaitu jenis sengon.

(25)

9 6. Tanaman semusim (tahap I): Merupakan tanaman pertanian yang berotasi pendek, ditanam diantara tanaman pokok dengan jarak minimal 30 cm dari batang tanaman pokok. Waktu penanaman dilaksanakan pada tahun pertama/ sebelum tanaman yang dipilih seperti kacang tanah.

7. Tanaman semusim (Tahap II): Dipilih tanaman pertanian berotasi pendek yang dapat tumbuh dengan atau tampa naungan. Di tanam setelah panen tanaman semusim tahap pertama (Kacang tanah) sampai batas waktu tanaman pokok berumur dua tahun, jenis tanaman yang dipilih seperti jahe gajah.

8. Tanaman keras: merupakan tanaman pertanian yang berotasi panjang/

tanaman perkebunan yang dapat hidup di bawah naungan dan bukan sebagai pesaing bagi tanaman pokok berumur 2 tahun menempati lahaan di antara tanaman pokok. Tujuan penanaman untuk memperoleh hasil buah (non kayu). jenis yang terpilih adalah tanaman kopi.

2.3. Sistem Agroforestry

Menurut De Foreste Dan Michon (1997) Sistem agroforestry dapat di kelompokkan menjadi dua yaitu, sistem agroforestry sederhana dan system agroforestry kompleks.

1. Sistem Agroforestry sederhana adalah suatu sistem pertanian di mana pepohonan ditanam secara tumpang-sari dengan satu atau lebih jenis tanaman semusim pepohonan biasa ditanam sebagai pagar mengelilingi petak lahan tanaman pangan, secara acak dalam petak lahan atau dengan pola lain misalnya berbaris dalam larikan sehingga membentuk lorong/

(26)

10 pagar. Jenis-jenis pohon yang ditanam juga sangat beragam, bias yang bernilai ekonomi tiggi misalya kelapa, karet, cengkeh, kopi, kakao (coklat), nangka dan melinjo. Atau yang bernilai ekonomi rendah seperti dadap dan lamtoro. Jenis tanaman semusim biasanya berkisar pada tanaman pangan yaitu padi, jagung, kedelai, kacang-kacangan, ubi kayu, sayur-sayuran dan rerumputan atau jenis-jenis tanaman lainnya.

Sistem agroforestry kompleks adalah suatu sistem pertanian menetap yang melibatkan banyak jenis tanaman pohon berbasis baik sengaja ditanam maupun yang tumbuh secara alami pada se bidang lahan dan dikolola petani mengikuti pola tanam dan ekosistem menyerupai hutan. Didalam sistem ini terdapat beraneka jenis, perdu, tanaman memanjat (Liana), tanaman musiman dan rerumputan dalam jumlah besar. Ciri utama dari agroforestry kompleks adalah kenampakan fisik dan dinamika yang di dalamnya mirip dengan ekosistem hutan alam, baik hutan primer maupun hutan sekunder oleh sebab itu system ini juga dapat dikenal dengan system agroforestry.

2.4. Peranan Agroforestry

1. Peranan Agroforestry dari aspek Ekologi

Agroforestry pada aspek ekologi, kemanpuanya untuk menjaga dan menpertahankan kelestarian sumber daya alam dan lingkungan juga di antaranya:

1. Memelihara sifat fisik dan kesuburan tanah.

Lapisan tanah atas adalah bagian yang paling cepat dan mudah terpengaruh oleh berbagai perubahan dan perlakuan.

2. Menpertahankan fungsi hidrologi kawasan.

(27)

11 Hidrologi berhubungan dengan tata air dan aliran air dalam suatu kawasan, misalnya hujan, penguapan, sungai, simpan air tanah.

3. Mempertahankan cadangan karbon.

Adalah melalui usaha Agroforestry, suatu sistem pertanian berbasis pepohonan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani dan mempertahankan kelestarian alam.

4. Mempertahankan keanekaragaman hayati.

Selain dapat pendapatan petani agroforestry juga tersusun oleh naeka sepsis alami asal hutan, sehingga sering dianggap dapat mempertahankan keanekaragaman hayati.

2. Peranan Agroforestr dari Aspek Ekonomi.

Pola penyerapan tenaga kerja dan karakteristik yang dibutuhkan dalam sisitem Agroforestry dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah jenis komposisi tanaman (pepohonan dan tanaman semusim), tingkat perkembangan umur.

3. Peranan agroforestry dari Aspek Sosial-Budaya.

Beberapa Aspek sosial- budaya yang langsung maupun tidak langsung.

2.5. Pengertian Hutan Lindung

Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai prlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah.

(28)

12 Hutan lindung adalah kawasan hutan yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau kelompok masyarakat tertentu untuk dilindungi, agar fungsi ekologisnya terutama menyangkut tata air dan kesuburan tanah tetap berjalan dan dinikmati manfaat disekitarnya. Undang-undang Ri no 41/1999 tentang kehutanan menyebutkan Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan system penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah.

Hutan lindung adalah kawasan hutan karena sifat alaminya diperuntukkan guna mengatur tata air, pencegahan bencana banjir dan erosi, serta pemeliharaan kesuburan tanah.

Pengertian dan definasi hutan lindung menurut undang-undang no 41 tahun 1999 pasal 1 ayat 8 mendefinisikan hutan lindung sebagai kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut,

Dan, memelihara kesuburan tanah. menurut undang-undang nomor 62 tahun 1998 tentang penyerahan sebagai urusan pemerintah pengelolahan hutan lindung diserahkan kepada kepala daerah tingkat 11 yang mencakup kegiatan pemancangan batas, pemeliharaan batas, mempertahan luas dan fungsi, pengendalian kebakaran, reboisasi dalam rangka rehabilitasi lahan kritis pada kawasan hutan lindung, dan pemanfaatan jasa lingkungan

(29)

13 Soerianegara ( 1996) Menyebutkan ruang lingkup pengelolaan Hutan lindung adalah:

1. Menentukan letak dan luas hutan lindung.

2. Melakukan piñata batasan dan pengekuhan kawasan hutan lindung.

3. merehabilitasi hutan lindung yang mengalami degradasi dan deforestasi.

4. Melakukan perlindungan atas kawasan hutan lindung.

2.6. Kerangka Pikir

Rangka pola Agroforestry pada Hutan Lindung

1. Hutan adalah adalah suaatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya hayati yang didominasi pepohonan dan ekosistemya.Pengelolaan.

2. Hutan Lindung

Hutan Lindung mempunyai fungsi pokok sebagai sistem penyangga kehidupan.

3. Pengelolaan hutan lindung

Pola umum pengelolaan hutan lindung, pengelolaan sumberdaya hayati di kawasan hutaan lindung meliputi seluruh proses yang berjalan dalam ekosistem.

4. Sistem Agroforestry

Sistem Agroforestry di kelompokkan menjadi dua yaitu sistem agroforestry sederhana dan sistem Agroforestry kompleks.

5. Pola Agroforestry

(30)

14 Pola agroforestry Merupakan suatu alternatif perladangan berpindah, sebagai suatu pendekatan sistematik untuk pengintegrasian kembali unsur- unsur dasarnya kedalam bentuk penggunaan lahan yang produktif dan lestari.

(31)

15 Gambar 1. Kerangka Pikir Pola Agroforestry Pada Hutan Lindung di Desa

Kindang Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba Hutan

Hutan Lindung

Sistem Agroporestry Pengelolaan hutan lindung

Pola Agroforestry

(32)

16 III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih 2 (dua) bulan, dari Mei 2014 sampai dengan Juli 2014, bertempat di Desa Kindang Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba.

3.2. Objek dan Alat Penelitian

1. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah pola agroforestry agrisilvikultur pada hutan lindung yang bertempat di Desa Kindang Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba.

2. Alat penelitian

1. Gps atu kompas untuk mengetahui posisi plot dan ketinggian tempat dari permukaan laut.

2. Meteran roll, tali rapiah, dan patok kayu untuk pembuatan plot contoh.

3. Alat tulis menulis, Buku tally sheet, digunakan untuk mencatat data hasil pengukuran.

4. Kamera (foto), untuk dekumentasi.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung pada lokasi penelitian.

(33)

17 2. Tally sheet, yaitu tehnik pengumpulan data dengan cara Mencatat data-

data yang di peroleh dari lapangan.

3.4. Jenis data yang dikumpulkan

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer, yang diperoleh melalui kegiatan penelitian yang langsung terjun keloksi penelitian untuk mencari data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti.

2. Data Sekunder, yang diperoleh dengan mempelajari data, keadaan umum daerah penelitian. Data ini dihimpun dari berbagai instansi seperti Kantor Desa dan Dinas Kehutanan.

3.4. Analisis Data

Untuk mengetahui pola Agroforestry agrisilvikultur di desa Kindang Kecamatan Kindang Kabupataen Bulukumba maka penelitian ini menggunakan:

1. Struktur vegetasi

2. Keanekaragaman jenis tumbuhan

(34)

18 IV. KEADAAN UMUM LOKASI

4.1. Legenda dan Sejarah Pembangunan Desa

Desa Kindang merupakan salah satu desa dari (9) Sembilan Desa dari Kelurahan yang ada di Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba. Desa Kindang terdiri atas tujuh (4) Dusun yakni Dusun Cibollo, Bungaya, Mt. Deceng.

Desa Kindang adalah Desa pertanian yang sebagian masyarakatnya terdiri dari petani.

Desa Kindang merupakan desa paling utara dan tertua di wilayah Kecamatan Kindang, sekaligus menjadi nama Kecamatan. Desa ini berada di lereng gunung Lompobattang. Berikut gambaran tentang sejarah perkembangan desa

Penamaan Kindang berasal dari bahasa Belanda yaitu Kindom yaitu Kerajaan. Salah satu somboyang dalam peperangan adalah Buri Cilampa’na kindang yang melambangkan Ayam Jantang Putih bercampur bilu hitam satu lembar sebagai bendera kemenangan.

Pemerintahan Kerajaan Kindang merupakan anak Kerajaan Gowa yang terbentuk sejak abad ke 17 M dimana pada masa Perjanjian Bungaya salah seorang saudara tertua sombayya RI Gowa (Karaengta Manangngi) kecewa dan tidak mau menerima hasil perjanjian tersebut sehingga memilih untuk pergi mencari daerah kekuasaan dan ditemukanla Kindang sekaligus sebagai Raja pertama yang memerintahkan. Adapun gelar Raja-raja Kindang sejak dulu adalah Karaeng Kindang, bukti sejarah bahwa seluruh Raja-raja dimakamkan diatas Bukti Saukang yang sekarang terletak di Dusun Bungaya Desa Kindang dan

(35)

19 sebuah Rumah Tua (Balla Sengnga) yang merupakan Istana Raja Kindang VII (Kurru Dg. Sahi) yang masih utuh sampai sekarang.

Wilayah kekuasaan Kerajaaan Kindang sampai pada masa Pemerintahan Raja ke III (Karaeng Alomoa) adalah : Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Anyorang (sekarang masuk Desa sapo Bonto Kec. Bulukumpa), sebelah timur berbatasan dengan batu-batu Desa Bonto Lohe Kec. Rilau Ale, sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Maesa sekarang Desa Pattaneteang Kec. Tompo Bulu Kab. Bantaeng dan Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tinggi Moncong Kab. Gowa.

Pada Masa Pemerintahan Raja ke IV (Parappa Dg. Warewa) terjadi antara Karaeng tanete dan Karaeng kindang yang terkenal dengan perang beba (Karaeng Tanete dan Karaeng Kindang adalah sepupu Satu Kali) tapi karena kesalah pahaman masalah sawah dilemponge sekarang hulo Desa Sapo Bonto dan akibat peperangan tersebut Pasukang karaeng Kindang di pukul mundur sampai campaga membuat benteng Pertahanan (Benteng Campaga) sekarang menjadi Desa Tamaona setelah menelan ribuan korban (Kuburan yang ada di galung Lohe Desa Tamaona), maka perang mulai surut sehingga Pasukan berhamburan ke Passimbungan Desa Anrihua sekarang (Passimbungan = Berhamburan) Karaeng Kindang bersembunyi di Cobbu (Cobbu = Sembunyi) dan akhirnya menuju sebelah barat diatas Gunung Senggang (Senggang = Sangga = Batas) dan tinggal di Na’na (Na’na = mendengar Berita) setelah beberapa waktu kemudian beliau menyebrang ke batu massoong (sekarang Desa Pattaneteang Kab. Bantaeng) mencetak sawah baru di Bungen namun setelah selesai mencetak Sawah beliau

(36)

20 tidak memiliki Benih untuk di tanam akhirnya Karaeng Kindang meminta benih sehingga Karaeng Bantaeng berkata “Jangankan benih untuk dimakanpun saya siapkan”akhirnya Karaeng kindang membawa 7 ekor Kuda ke Bantaeng mengangkut gabah, setelah panen maka datanglah Karaeng Bantaeng mengukur sawah tersebut sehingga Pajak bumu masuk di Kab. Bantaeng dan sekarang sudah masuk Wilayah Kab. Bantaeng.

Adapun daftar nama-nama Karaeng Kindang sebagai berikut :

1. Raja Pertama adalah I Masanrangan Dg. Manai (Karaeng Mannangi Bangsawan dari Gowa sejaman dengan Karanta Data)

2. Raja II Karaeng Canggoreng 3. Raja III karaeng Alomoa

4. Raja IV Parappa Dg. Marewa bergelar Karaeng Cammoa 5. Raja V Paduai Daeng paewa bergelar Karaeng Lompoa 6. Raja VI Sudari Dg. Marowa

7. Raja VII Kurru Dg. Sahi (1938-1954) 8. Karaeng Salengke (1948-1954)

9. Karaeng Sudari (Kepala Distrik Kindang) 1954 10. Karaeng Maddolangan (1954-1959)

Pada masa pemerintahan Karaeng Maddolangan tepatnya pada Juli 1959 dengan lahirnya UU No. 29 tahun 1959 tentang penggabungan daerah-daerah tingkat dua maka distrik meletakkan jabatan sebagai PNS dan tidak mau bergabung dengan Gantarang.

(37)

21 Pada masa penggabungan tersebut bekas distrik Kindang terbagi menjadi dua Desa. yakni, Desa Kindang dan Desa Borongrappoa dibawah kendali perwakilan Kindang Amuktassin AS, BA (Karaeng Reje=Karaeng Loloa) berikut sejarah perkembangan Desa Kindang :

Tabel 1. Tahun dan Peristiwa Terbentukya Desa Kindang

Tahun Peristiwa

1959-1962 Dengan terbitnya Undang-Undang no. 29 tahun 1959 tentang penggabungan daerah-daerah tingkat II dari kindang kemudian menjadi Desa Kindang dibawah kendali pemerintahan DI/TIII atau KDTI

1962-1964 H. A. Pangotting diangkat menjadi pelakasana tugas pemerintahan Desa Kindang

1965-1966 Setelah H. A. Pangottinga mengundurkan diri dari jabatan Pelaksana Pemerintah Desa Kindang, kemudian beliau digantikan oleh A. Mannaungi AS sebagai pelaksana Pemerintahan Desa Kindang

1966-1982 Seteleah Desa Kindang menjadi defenitif, maka yang terpilih menjadi kepala Desa Kindang sekaligus Kepala Desa Kindang pertama adalah A. Bangkona dan beliaulah yang merintis dan membentuk jalan poros Borongrappoa-Kindang

1982-2002 Kepala Desa Kindang yang kedua adalah Alimuddin MAT.

Pada masa pemerintahan beliau, Desa Kindang terpilih menjadi juara I Lomba Kelompok Tani “KTP Lestari” tingkat provinsi Sul-Sel. Beliau juga memekarkan Desa Kindang menjadi dua yakni Desa Kindang dan Desa Tamaona.

2002 Alimuddin MAT mengundurkan diri dari jabatannya dan A.

Mahyuddin (Camat Kindang) ditunjuk untuk menjadi pelaksana Tugas kepala Desa Kindang

2002-2004 Setelah diadakan pemilihan kepala Desa pada saat itu, yang terpilih adalah A. Oddang Bin A. Mannaungi . namun, beliau meninggal sebelum masa jabatannya selesai (sebelum tahun 2003)

2004 Setelah A. Oddang AM meninggal, A. Mahyuddin ditunjuk kembali menjadi pelaksana tugas kepala Desa Kindang hingga tahun 2004

2004-2009 Setelah diadakan pemilihan kepala desa kembali, maka terpilihlah A. Awaluddin AI. Hal-hal yang terjadi pada masa pemerintahannya :

( (2006) terjadi longsor di Desa Kindang. Sebanyak tujuh rumah warga roboh dan kerugian diperkirakan kurang lebih 1 milyar rupiah.

(38)

22 (2 (2007) adanya Program Pemerintah Kabupaten tentang alokasi

dana Desa,

(2) (2007) pelebaran jalan poros Gamaccaya-Tabuakkang.

Sebelum masa jabatannya selesai, beliau diangkat menjadi Lurah Borongrappoa.

2008-2009 Saat A. Awaluddin diangkat sebagai lurah, maka Pelaksana Tugas Kepala Desa Kindang di berikan kepada A. Sajuang, S.

Sos (Camat Kindang) :

(2009) Desa Kindang mendapat bantuan dari provinsi yaitu program PAMSIMAS

2009-sekarang Nurdin menjadi kepala desa hingga sekarang Sumber : Kantor Desa Kindang, 2013

4.2. Letak dan Luas

Penelitian ini dilakukan pada lokasi hutan lindung di Desa Kindang Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba. Adapun Luas Wilayah desa Kindang sekitar 40,72 Ha. Sebagian besar lahan digunakan sebagai lahan pertanian (desa mayoritas petani). Adapun Batas-batas wilayah Administrasi Desa Kindang Sebagai Berikut:

1. Sebelah Timur : Desa Tamaona

2. Sebelah Utara : Desa Bonto Tangnga Kecamatan Bulukumpa 3. Sebelah Barat : Kecamatan Tinggi Moncong Kabupaten Gowa 4. Sebelah Selatan : Kel. Borongrappoa Kecamatan Kindang 4.3. Keadaan Tipografi

secara umum keadaan tipografi Desa Kindang adalah daerah dataran rendah dan daerah perbukitan. Wilayah Dusun Cibollo, Bungaya, Sapaya, dan sebagian Mt. Deceng berada dibawah daerah dataran rendah (pinggir Sungai Hisang). Sedangkan sebgaian Dusun Mt. Deceng, Dusun Gamaccaya, Kahaya dan Tabuakkang adalah daerah perbukitan.

(39)

23 4.4. Iklim

Desa Kindang adalah sebagian besar dari beberapa Desa yang ada di Kabupaten Bulukumba, dan Desa Kindang memiliki iklim tropis yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan biasa terjadi pada bulan 7 sampai bulan 9, dan di antaranya adalah musim kemarau yaitu bulan 10 sampai bulan 6.

4.5. Wilayah Administrasi Pemerintahan Desa

Desa Kindang terdiri atas empat dusun yakni Dusun Cibollo, Dusun Bungaya, Dusun Mt. Deceng, dan Dusun Sapayya. Berikut daftar nama dusun dan jumlah RT-nya.

Tabel 2. Nama Dusun dan Jumlah RT di Desa Kindang Nama Dusun Jumlah RT

Cibollo Bungaya MT. Decceng

Sapayya

4 4 4 6 Sumber : Kantor Desa Kindang, 2013

4.6. Keadaan Sosisial Ekonomi Penduduk

Jumlah Penduduk Desa Kindang terdiri dari 1240 KK dengan total jumlah jiwa 4524 orang.

Mata Pencaharian penduduknya sebagian besar adalah petani (90 %) sisanya adlaah PNS, Peternak, Pengrajin, dan Wiraswasta.

(40)

24 a. Jumlah Penduduk

Penduduk Desa Kindang terdiri atas 763 KK dengan total jumlah jiwa 3.547 orang.

Tabel 3 . Perbandingan Jumlah Penduduk Perempuan dan Laki-Laki.

Laki-laki Perempuan Total

2169 Jiwa 2355 Jiwa 4524 Jiwa

Sumber : Kantor Desa Kindang, 2013

Berdasarkan Tabel 3 di atas maka Jumlah penduduk Laki-laki 2169 Jiwa dan jumlah Perempuan 2355 Jiwa, jadi total laki-laki dan perempuan 4524 jiwa.

Desa Kindang Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba.

b. Tingkat Kesejahteraan

Tabel 4. perbandingan jumlah KK Pra Sejahtera dan Sejatera di desa Kindang Pra Sejahtera Sejahtera Total

564 KK 371 KK 935 KK

Sumber : Kantor Desa Kidang, 2013

Berdasarkan Tabel 3 diatas maka Perbandingan jumlh KK Prasejatera Desa Kindang Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba adalah prasejahtera 564 KK dan sejahtera 371 KK jadi total keseluruhan KK prasejahtera dan sejahtera adalah 935 KK

(41)

25 V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil

5.1.1. Komposisi Jenis Tumbuhan

Penelitian ini mengkaji pola agroforestry agrosilvikultur berdasarkan tipe- tipe komunitas yang diidentifikasi. Pengamatan jenis tumbuhan dilakukan pada 18 plot yang tersebar secara acak pada lokasi penelitian .

Hasil pengelompokan jenis tumbuhan kombinasi agroforestry agrosilvikultur di perlihatkan pada tabel 5. Nilai yang di perlihatkan adalah indeks nilai penting (INP) berdasarkan tingkat pertumbuhan tanaman yang terdapat pada lokasi penelitian. Analisis INP yang diperoleh dari penjumlahan domonasi relative (DR), Kerapatan relative (KR) Dan frekuensi relatif(FR).

(42)

26 Tabel 5. Indeks Nilai Penting Pada Pola Agroforestry di Desa Kindang

Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba

No Nama Daerah Ilmiah

I N P

Pohon Tiang Pancang Tumbuhan Bawah

1. Ka’ne 8.35 17.00 3.52 -

2. Dapuru 6.38 - - -

3. Mahoni Swietenia mahagoni 8.17 - - -

4. Sengon Albazia falcataria 34.95 17.41 - -

5. Bajam Jawa 8.17 - - -

6. Toro tasi’ 8.62 - - -

7. Nangka Artocarpis heterophylla 14.47 13.56 - -

8. Tokka’ Artocarpus communis 10.06 14.64 - -

9. Bissuhu 12.84 - - -

10. Langsat Lancium Domesticium 28.22 47.32 8.30 6.99

11. Pinang 10.44 27.62 - 4.47

12. Suren Toona Sureni 53.07 58.21 13.07 5.60

13. Kemiri Aleurite molucunna 14.64 27.93 3.52 1.95

14. Mangga Manggifera indica 7.54 14.64 4.77 2.52

15. Durian borong 14.13 23.73 3.52 -

16. Rambutan 6.44 16.99 3.52 6.99

17. Na’niki 37.95 - - -

18. Pette’ 5.62 9.69 - -

19. Jambu biji Psidium guajava - 10.99 - 5.86

20. Cengkeh - - 64.32 20.15

21. Kopi Coffea Arabica - - 76.59 47.65

22. Bambu - - 8.30 6.43

23. Lamtoro Leucaena glauca - - 3.52 12.29

24. Ambas - - 3.52 6.99

25. Jeruk Citrus maxima - - 3.52 -

26. Kapas - - - 6.99

27. Salak - - - 18.81

28. Ubi kayu - - - 13.16

29. Jagung - - - 14.34

30. Lempuyang Zingiber aromaticum - - - 9.25

31. Rumput gajah - - - 4.78

32. Pandan Pandanus tectorius - - - 4.78

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2014

(43)

27 5.1.2. Keanekartagaman Jenis Tumbuhan

Berdasarkan hasil prhitungan , berasnya Indeks keanekaragaman Shannon Winner dengan rumus H=∑ (ni/N)Log(n.i/N).

Keterngan :

H = Indkeks shannon = Indeks keanekaragaman n.i =Jumlah individu setiap jenis

N = Total nilai individu Dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 6. Indeks Keanekaragaman Shannon Winner Pada Setiap Tingkat Pertumbuhan di Lokasi Penelitian.

No Nama Daerah Nama Ilmiah

Ʃ

Total individu

Pi LnPi H

1. Ka'ne 7 377 0.019 -3.99 0.07

2. Dapuru 1 377 0.003 -5.93 0.02

3. Mahoni Swietenia mahagonini 1 377 0.003 -5.93 0.02

4. Sengon Albazia falcataria 14 377 0.037 -3.29 0.12

5. Bayam Jawa 1 377 0.003 -5.93 0.02

6. Toro tasi' 1 377 0.003 -5.93 0.02

7. Nangka Artocarpus heterophylla 6 377 0.016 -4.14 0.07

8. Tokka' Artocrpus communis 2 377 0.005 -5.24 0.03

9. Bissuhu 2 377 0.005 -5.24 0.03

10. Langsat Lancium Domesticium 28 377 0.074 -2.60 0.19

11. Pinang 9 377 0.024 -3.74 0.09

12. Suren toona sureni 43 377 0.114 -2.17 0.25

13. Kemiri Aleurites molucunna 10 377 0.027 -3.63 0.10

14. Mangga Manggifera Indica 7 377 0.019 -3.99 0.07

15. Durian borong 8 377 0.021 -3.85 0.08

16. Rambutan 10 377 0.027 -3.63 0.10

17. Na'niki 2 377 0.005 -5.24 0.03

18. Pette' 2 377 0.005 -5.24 0.03

19. Jambu biji Psidium guajava 4 377 0.011 -4.55 0.05

20. Cengkeh 42 377 0.111 -2.19 0.24

21. Kopi Coffea arabica 79 377 0.210 -1.56 0.33

22. Bambu 7 377 0.019 -3.99 0.07

(44)

28

23. Lamtoro Leucaena gleueca 8 377 0.021 -3.85 0.08

24. Ambas 6 377 0.016 -4.14 0.07

25. Jeruk Citrus maxima 1 377 0.003 -5.93 0.02

26. Kapas 5 377 0.013 -4.32 0.06

27. Salak 21 377 0.056 -2.89 0.16

28. Ubi kayu 11 377 0.029 -3.53 0.10

29. Jagung Zea mays 18 377 0.048 -3.04 0.15

30. Lempuyang Zingiber aromaticum 9 377 0.024 -3.74 0.09

31. Rumput gajah 6 377 0.016 -4.14 0.07

32. Pandan Pandanus tectorius 6 377 0.016 -4.14 0.07

Jumlah 377 12064 1.000 -131.73 2.86

Sumber : Data Primer Yang Sudah Di Olah, 2014 5.1.3. Struktur Populasi Jenis Tumbuhan

Jenis pohon penting adalah jenis pohon yang mempunyai nilai ekonomis dalam penggunaan bahan bangunan, kayu perdagangan. Jenis pohon yang akan dikemukakan antara lain adalah suren, sengon (Albazia falcataria), na’niki, kemiri, suren. Struktur populasi jenis-jenis penting disajikan dalam bentuk histogramberdsarkan tingkat pertumbuhan pola agroforestry di bawah ini.

pohon tiang pancang tumbuhan bawah

suren 21 12 5 5

sengon 12 2

na'niki 2

kemiri 3 5 1 1

0 5 10 15 20 25

Nilai Individu

Gambar 2. Histogram Struktur Populasi Jenis-Jenis Penting Berdasarkan Tingkat Pertumbuhan Pada Pola Agroforestry di Desa Kindang Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba.

(45)

29 5.1.4. Struktur Vegetasi

Struktur vegetasi untuk pola agroforestry, terlihat dalam gambaran umum dan arsiteknya, yaitu stratifikasi dan penutupan tajuknya. Hasil penggambaran diagram profil dan proyeksi tajuk diperlihatkan pada Gambar 4 dan 6.

Gambar 3. Pada Plot 7 Pola Agroforestry Pada Hutan Lindung di Desa Kindang.

Gambar 4. Diagram Profil dan Penutupan Tajuk Pola Agroforestry Pada Plot 7

12

(46)

30 Keterangan Nama Jenis Plot 7:

1. Suren 6. Suren 11. Salak 16. Jagung 21. Jagung 2. Sengon 7. Kopi 12. Salak 17. Jagung 22. Jagung 3. Sengon 8. Kopi 13. Salak 18. Jagung

4. Pinang 9. Kopi 14. Salak 19. Jagung 5. Pinang 10.Cengkeh 15.Jagung 20. Jagung

Gambar 5. Pada plot 17 Pola Agroforestry Pada Hutan Lindung di Desa Kindang.

Gambar 6. Diagram Profil dan Penutupan Tajuk Pola Agroforestry Pada Plot 17 Keterangan Nama Jenis Plot 17:

1. Suren 5. Kemiri 9. Kopi 13.Salak 17. Jagung 21. Jagung 2. Langsat 6. Kemiri 10. Kopi 14. Salak 18. Jagung 22. Jagung 3. Langsat 7. Cengkeh11. Ubi kayu 15. Ubi kayu 19. Jagung

4.Kemiri 8. Kopi 12. Salak 16. Suren 20. Suren

(47)

31 5.2. Pembahasan

5.2.1. Kompoisi Jenis Tumbuhan

Berdasarkan analisis Indeks Nilai Penting (INP) yang diperoleh dari hasil penjumlahan Dominasi Relatif (DR), Frekuensi Relatif (FR) Dan Kerapatan Relatif (KR), maka dapat diuraikan jenis-jenis yang mendominasi pada setiap plot dalam pola agroforestry yang diperbandingkan.

Berdasarkan jenis yang ditemukan pada pola agroforestry agrisilvikultur untuk tingkat pohon ditemukan 18 jenis, yang didominasi oleh Suren dengan INP 53.07. Pada tingkat tiang ditemukan sebanyak 14 jenis, yang juga didominasi oleh Suren dengan INP 58.21. Pada tingkat pancang ditemukan sebanyak 13 jenis, yang didominasi oleh Kopi dengan INP 76.59.sedangkan pada tingkat semai (tumbuhan bawah) jumlah jenis ditemukan sebanyak 19 jenis, yang juga di dominasi oleh Kopi dengan INP 47.65.

Dominansi suatu jenis terhadap jenis yang lain ditunjukkan dengan INP yang tinggi. Tingginya INP menunjukkan besarnya suatu jenis beradaptasi dan bersaing memanfaatkan sumberdaya lingkungan di sekitarnya, Pada tabel 5 juga memperlihatkan jenis INP terendah seperti pada tingkat pohon, jenis pette’ hanya memiliki INP sebesar 5.62; pada tingkat tiang, jenis pette’ masih terendah yang hanya memiliki INP sebesar 9.69; pada tingkat pancang, terdapat 7 jenis yang memiliki INP tendah sebesar 3.52, yaitu: Ka’ne, Kemiri, Durian borong, Lamtoro, Ambas, Jeruk; sedangkan pada tingkat semai (tubuhan bawah) INP terendah dimiliki oleh jenis Kemiri sebesar 1.95.

(48)

32 Berdasarkan tabel 5, terlihat bahwa komposisi jenis tumbuhan yang ditemukan dominan pada seluruh plot pengamatan mulai dari tingkat pohon sampai pancang umumnya merupakan jenis yang bernilai ekonomi, yaitu tanaman yang ditanam oleh penduduk yang diharapkan dapat memberikan tambahan ekonomi bagi keluarga mereka dan dapat bernilai ekologi terhadap lingkungan.

Sedangkan jenis semai yang dominan adalah sebagian besar dari jenis kopi dan cengkeh.

Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa ada 5 jenis yang tersebar merata, yaitu langsat, suren, kemiri, mangga dan rambutan. Hal tersebut menunjukkan bahwa jenis tersebut merupakan jenis tanaman pokok yang dikembangkan oleh masyarakat stempat karena dianggap memiliki nilai ekonomi tinggi. Jenis- jenis tersebut tidak hanya menghasilkan kayu perdagangan tetapi juga menghasilkan buah dan biji yang mempunyai nilai ekonomi bagi masyarakat dan manfaat ekologi untuk lahan setempat.

5.2.2. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan

Berasnya Indeks keanekaragaman Shannon Winner dengan rumus H=∑

(ni/N)Log(n.i/N).

Keterngan :

H = Indkeks shannon = Indeks keanekaragaman n.i =Jumlah individu setiap jenis

N = Total nilai individu

Berdasarkan Tabel 6 juga memperlihatkan nilai rata-rata indeks jenis tumbuhan yang ditemukan pada pola agroforestry agrisilvikultur menunjukkan

(49)

33 angka yang bervariasi. Rata-rata indeks keanekaragaman pohon berkisar 6.62- 53.07, tingkat tiang berkisar 9.69-58.21, tingkat pancang berkisar 3.52-76.59, dan tingkat semai (tumbuhan bawah) berkisar 1.95-47.65. Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa faktor lingkunagn diantaranya tanah, dan sinar matahari. Selain faktor tersebut, persaingan antar individu dari suatu jenis dalam memprebutkan kebutuhan yang sama, juga mempengaruhi perbedaan nilai indeks yang terdapat pada Tabel 6.

5.2.3. Struktur Jenis-Jenis Penting

Berdasarkan histogram struktur populasi pada Gambar 2 dapat diketahui bahwa jenis sengon dan kemiri tersebar merata. Hal ini berarti bahwa kedua jenis tersebut dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Kedua jenis ini menyebar merata dengan jumlah individu terbanyak adalah tingkat pohon yaitu suren dan tingkat tiang yaitu kemiri.

5.2.4. Struktur Vegetasi

Pada Gambar 3 yang menduduki strata (lapisan) tertinggi, tengah dan terendah. Jenis yang memiliki lapisan tertinggi adalah jenis ka’ne, sengon dan mahoni yang mempunyai tinggi 13 meter, lapisan tengah oleh jenis bayam jawa dengan tinggi 9 meter sedangkan lapisan terendah adalah jenis langsat dan pette’

dengan tinggi 5 meter.

Pada Gambar 4 juga memiliki lapisan- lapisan yang sama dengan gambar 3, namun yang membedakannya adalah jenis dan tingginya. Lapisan tertinggi dari jenis sengon dengan tinggi 18 meter, lapisan tengah dari jenis pinang dengan

(50)

34 tinggi 7 meter dan lapisan terendah adalah jenis suren dengan tinggi 5 meter.

Penutupan tajuk pada pola agroforestry agrisilvikultur sebesar 15,8% dan 20%.

Hasil yang diperoleh sejalan dengan pendapatan, bahwa dalam komunitas hutan sebagai akibat dari persaingan muncul jenis-jenis tertentu yang lebih brkuasa dan menempati lapisan teratas. Hasil ini juga menunjukkan bahwa pola agroforestry yang ada menghasilkan pengaruh yang sangat baik terhadap lingkungan serta keanekaragaman itu sendiri.

(51)

35 VI. PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpulkan : 1. Komposisi jenis tumbuhan pada lokasi penelitian di Kawasan Hutan Desa

Kindang Nilai yang di perlihatkan adalah indeks nilai penting (INP) pada pola agroforestry. Analisis INP yang diperoleh dari penjumlahan dominansi relative (DR), Kerapatan relative (KR) Dan frekuensi relatif(FR).

2. Pola dominansi di kawasan hutan Kindang pola dominasi tergolong rendah, dimana dominasi tidak terpusat pada satu jenis, tetapi beberapa jenis yang mendominasi secara bersama- sama.

3. Nilai keanekaragaman jenis tertinggi ditemukan pada pola agroforestry dimana tingkat pohon dan tiang jenis suren mendominasi setiap nilai keanekaragaman, sedangkan pada tingkat pancang dan tumbuhan bawah yang mendominasi adalah jenis kopi.

4. Struktur populasi jenis- jenis penting yang mempunyai nilai ekonomis dan tersebar pada lokasi pengamatan jenis sengon dan kemiri.

5. Struktur vegetasi mempunyai dua sampel plot pengamatan pada pola agroforestry agrosilvikultur dengan penutupan tajuknya 15.8% dan 20% yang berarti sinar matahari bisa mencapai lantai hutan.

(52)

36 6.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan adanya penelitian lanjutan untuk mengetahui :

1. Perlu pengelolaan secara insentif agar jenis yang sudah ada di Kawasan Hutan Lindung Desa Kindang dapat dipertahankan kelestarian lingkungannya.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor lingkungan terhadap keanekaragaman jenis yang ada di Kawasan Hutan Lindung Desa Kindang.

3. Dalam penelitian ini menggunakan pola agroforestry agrosilvikultur dalam pelestarian lingkungan, tetapi tidak diteliti apakah dampak yang merugikan petani sekitar kawsan hutan.

(53)

37 DAFTAR PUSTAKA

Budiadi. 2005. Agroforesrty, Mungkinkah Mengatasi Permasalahan Sosial dan Lingkungan?. Humniora. V ( 3/XVII) : 3-4

Dephutbun .1999.Undang-Undang No. 41 Tahun 1999. Tentang Kehutanan.

Jakarta : Departemen Kehutanan dan Perkebunan.

Http://www.bpdaspemalijratun.net/index.php.?option=comcontent&view=article

&id=57:jenis-agroforestry, ,[diakses tanggal 29 Maret 2013 Pukul 15.00 WITA]

John dan Kathy MC kinnon.1993. Pengololaan kawasan hutan lindung di Daerah Tropika Gadjah Mada press.

King and chalder, dalam Andayani (2005), agroforestry : Post Harvest Technology Devalopment anda Dissemination of Agroporestry-Based Products. Presentasi workshop agroporestry 2004, fakultas kehutana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Noordwijk M dan B Lusiana. WaNuLCAS: a model of wate, nutrient and light capture in agroforestry systems. Agroforestry systems

Nair PKR (1993) An Introduction to Agroforestry. Kluer Academis Publisher. The Netherlands, 499 pp

Pemerintah Republik Indonesia 1990. Keputusan Presiden Nomor 32 tahun 1990.

Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Jakarta

Http:/www.worldagroforestry.org/SEA/Publications/files/lecturenote, ,[diakses tanggal 10 september 2012 Pukul 15.00 WITA]

Sabarnurdin,M. Sambas (2002). Agroforestry : Konsep, Prospek dan tantangan Presentasi Workshop Agroforestry 2002, Fakultas Kehutanan Universitas gaja Madah, Yogyakarta.

Suharjito , D,. Sundawati, L., Suryanto, Utami, S.R., 2003 Bahan Ajar Agroporestry: Aspek sosisal dan ekonomi dan budaya agroporestry world agroporestry cente ICRAF, Bogor, Indonesia.

Tim Penyusun 2014. Pedoman Penulisan skripsi Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar

(54)

38 Van Noordwijk M dan B Lusiana. 1999. WaNuLCAS: a model of water, nutrient and light captur in agroforesrty systems. Agroforestry Systems 43: 217- 242.

Young A. 1997. Agroperestry For Soil Manajemen (2nd edition), CAB International, Walingford, UK.

Yooung A and P Muraya. 1991. SCUAF: soil canges under agroforestry. Agryc.

Sys. Info. Technol. Newsletter 3: 20-23.

(55)

39

LAMPIRAN

Referensi

Dokumen terkait

Radiasi sinar gamma yang diberikan pada tanaman kacang hijau berpengaruh nyata pada parameter umur panen dan kondisi kekeringan pada tanaman kacang hijau berpengaruh

1) Bapak Prof. BambangSetiadji, MM, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta. Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sc selaku

Pada diagram konteks sistem informasi akuntansi laporan keuangan entitas- entitas yang terlibat adalah Yayasan, Divisi, Pengontrak, Bagian Akuntansi, BYM (Bagian

Tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kelurahan Borongrappoa Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba pada tahap Perencanaan Rata-rata 2,31

Bahwa pada hari Rabu tanggal 2 Pebruari 2011 saat Terdakwa mengambil gaji di Denmadam V/Brw seperti orang kebingungan, sehinga Saksi curiga dan melapor ke

Tetapi, jika ayat tersebut ditarik ke dalam konteks hukum dalam pengadilan, dapat pula dipahami bahwa siapapun yang sedang bertindak sebagai hakim dalam suatu

Yang disebut sebagai penyakit trofoblas adalah penyakit yang mengenai sel – sel trofoblas. Di dalam tubuh wanita, sel trofoblas hanya ditemukan bila wanita itu hamil. Seringkali

Setelah dilakukan analisis, hipotesis kelima yang diajukan dalam penelitian ini ditolak dengan melihat hasil analisis variabel sebelumnya diketahui bahwa tingkat..