• Tidak ada hasil yang ditemukan

Disusun Oleh : IRNITA NOVIATI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Disusun Oleh : IRNITA NOVIATI"

Copied!
169
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA TN I KHUSUSNYA TN R DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENISASI DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN : TUBERKULOSIS PARU DI RT

12 RW 02 KELURAHAN UTAN PANJANG KECAMATAN KEMAYORAN

02 - 14 April 2018

Disusun Oleh : IRNITA NOVIATI

2015750023

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

TAHUN 2018

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Warahmatullah Wabarokatuh

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadiran Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya tulis yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Tn. I Khususnya Tn. R Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Dengan Gangguan Sistem Peernapasan :TBC Di RT 12 RW 02 Kelurahan utan Panjang Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat

Tujuan penulisan Karya tulis ini adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menempuh ujian akhir untuk program pendidikan DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Jakarta. Tersusunnya makalah ilmiah ini tak luput atas adanya keridhaan dari Allah SWT dan dukungan dari keluarga, saudara, kerabat. Bantuan serta bimbingan baik moril dan material yang selalu diberikan dari berbagai pihak yang telah banyak ikut campur dalam pembuatan makalah ilmiah ini sangat membantu penulis dalam menyusun dan menyelesaikan makalah ilmiah ini.

Dengan selesainya Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, terutama kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan pada penulis sehingga bisa menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Ibu Ns. Titin Sutini, M.Kep.Sp.An, selaku Ka Prodi Diploma III Keperawatan Rumah Sakit Islam Jakarta Fakultas Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Jakarta.

3. Ibu Ns. Nuraenah, M.Kep, selaku wali akademik tingkat III Program DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Jakarta.

4. Ibu Ns. Nurhayati, S.Kep sebagai pembimbing penulis dalam menyusun karya tulis ilmiah ini.

(5)

5. Para dosen dan staff Pendidikan Prodi DIII Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta yang selalu sabar dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan pendidikannya.

6. Keluarga Tn. R yang telah banyak sekali memberi bantuan untuk terwujudnya karya tulis ilmiah ini.

7. Seluruh keluarga, terutama Ayahku yang telah membiyayai anaknya untuk menyelesaikan pendidikan D III Keperawatan, untuk Mama yang selalu mendukung dan setia menemani dalam situasi apapun, dan Kakak yang selalu memotivasi.

Dukungan moril dan doa-doa kalian yang tulus membuat penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ilmiah ini.

8. Untuk semua teman – teman Prodi DIII Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta terutama pada angkatan XXXIII yang selalu menyemangati satu sama lain.

Dalam penyusunan makalah ini, segala tegus sapa dan kritik yang diberikan, penulis akan sambut dengan kelapangan hati guna perbaikan pada masa yang akan datang.

Semoga Karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi penulis itu sendiri

Wassalam

Jakarta, 21 Mei 2018

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... vi

LEMBAR PENGESAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI... viiii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan penulisan ... 3

1. Tujuan umum ... 3

2. Tujuan khusus ... 3

C. Metode Penulisan ... 4

D. Ruang Lingkup... 4

E. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II : TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dasar Masalah Kesehatan ... 7

1. Pengertian ... 7

2. Patofisiologi ... 7

3. Pathway ... 8

4. Etiologi ... 9

5. Manifestasi klinis ... 9

6. Komplikasi ... 11

7. Penatalaksanaan ... 12

B. Kebutuhan Dasar Oksigenisasi ... 16

1. Pengertian ... 16

2. Fisiologi ... 17

3. Pathway ... 18

(7)

5. Nilai-nilai Normal dan Cara Yang Mempengaruhi ... 20

6. Jenis Gangguan ... 21

a. Hypoxya ... 21

b. Hyperventilasi ... 21

c. Hipoventilasi ... 22

d. Cheyne stokes ... 22

e. Kussmaul... 23

f. Apneu ... 23

g. Biot’s ... 23

C. Asuhan Keperawatan Keluarga... 23

1. Definisi ... 23

2. Jenis/ tipe keluarga ... 24

3. Struktur keluarga ... 28

4. Peran keluarga ... 29

5. Fungsi keluarga ... 30

D. Tahap Perkembangan Keluarga ... 35

E. Konsep Proses Keperawatan Keluarga ... 39

a. Pengkajian ... 39

b. Diagnosa Keperawatan ... 41

c. Perencanaan Keperawatan ... 44

d. Pelaksanaan Keperawatan ... 47

e. Evaluasi Keperawatan ... 48

BAB III : TINJAUAN KASUS A. Pengkajian ... 51

1. Data dasar keluarga ... 51

2. Susunan anggota keluarga ... 52

3. Genogram ... 53

B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga ... 54

1. Tahap perkembangan saat in ... 54

2. Tugas keluarga yang belum terpenuhi ... 55

3. Riwayat keluarga inti ... 55

4. Tipe keluarga ... 55

(8)

1. Komunikasi dalam keluarga ... 55

2. Struktur keluarga ... 55

3. Struktur nilai ... 56

4. Struktur peran... 56

D. Fungsi keluarga ... 56

1. Fungsi afektif ... 56

2. Fungsi sosialisasi ... 56

3. Fungsi reproduksi... 56

4. Fungsi ekonomi ... 57

E. Fungsi Pemeliharan Kesehatan ... 57

1. Perilaku keluarga dalam penanggulangan sakit ... 57

2. Pemenuhan kebutuhan makan... 57

3. Pemenuhan istirahat tidur ... 57

4. Pemenuhan kebutuhan rekreasi... 58

5. Pemenuhan dan kebutuhan kebersihan diri ... 58

F. Stressor dan Koping ... 58

G. Kesehatan Lingkungan... 58

1. Perumahan... 58

H. Pengelolaan sampah ... 59

I. Jamban keluarga... 59

J. Pembuangan Limbah ... 60

K. Fasilitas Sosial dan Fasilitas Kesehatan ... 60

L. Pemeriksaan Fisik ... 60

M. Penjajakan II ... 62

1. Masalah kesehatan: TBC Paru dan Hipertensi ... 62

N. Analisa Data ... 63

O. Diagnosa Keperawatan ... 65

1. Skoring masalah ... 65

(9)

BAB IV : PEMBAHASAN

A. Pengkajian ... 87

B. Diagnosa Keperawatan ... 89

C. Perencanaan Keperawatan ... 89

D. Implementasi Keperawatan ... 90

E. Evaluasi Keperawatan ... 91

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 92

B. Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(10)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tubekulosis paru adalah suatu penyakit menular yang disesbabkan oleh basil Mikobakterium tuberkulosis. Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit saluran pernapasan bagian bawah. Di Indonesia, penyakit ini merpakan penyakit infeksi terpenting setelah eradikasi penyakit malaria. Sebagian besar basil Mikobakterium tuberkulosis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai fokus primer dari Ghon.

Penularan penyakit ini melalui perantara ludah atau dahak penderita yang mengandung basil tuberkulosis paru. Pada saat penderita batuk, butir- butir air ludah berterbangan diudara dan terhisap oleh orang sehat, sehingga masuk kedalam paru-parunya, yang kemudian menyebabkan penyakit tuberkulosis paru (Airlangga University Press, 2010).

Berdasarkan laporan tuberkulosis Global 2014 yang dirilis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) disebutkan, di Indonesia sendiri mengalami peningkatan dari tahun 2013-2014 yaitu tingkat pelaporan kasus TB paru meningkat dari sekitar61 menjadi 73 per 100.000 penduduk dan pelaporan kasus kematian TB dan HIV positif meningkat dari 25 menjadi 30 per 100.000 penduduk. Yakni naik menjadi satu juta kasus baru per tahun. Persentasi jumlah kasus di Indonesia pun menjadi 10% terhadap seluruh kasus di dunia sehingga menjadi negara dengan kasus terbanyak ke dua bersama dengan Tiongkok. India menempati urutan pertama dengan presentase kasus 23% terhadap yang ada di dunia. (Depkes, 2014)

Mengingat peningkatan jumlah dan dampak pasien TB tentunya bukan hanya peran pemerintah tetapi juga peran perawat dan keluarga.Menurut Friedmen keluarga berperan dalam memelihara kesehatan keluarga.

Tugas keluarga dalam kesehatan yaitu mengenal masalah penyakit TBC, keluarga mampu mengambil keputusan bagian anggota keluarga yang

(11)

menderita TBC, keluarga mampu merawat anggota keluarga yang menderita TBC, keluarga mampu memodifikasi lingkungan keluarga yang menderita TBC dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan bagi penderita TBC (Zaidin Ali, 2010).

Peran perawat dalam mencegah penyebaran dan mengatasi masalah TB melalui upaya promotif (promosi), preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), dan rehabilitatif (setelah pengobatan). (Asmadi, 2008).

Aplikasi yang dilakukan perawat dalam upaya promotif adalah melakukan penyuluhan penyakit TB, upaya preventif (pencegahan) adalah menganjurkan keluarga apabila batuk mulutnya ditutup. Jangan meludah sembarangan,dan kasur harus sering dijemur dan ventilasi terbuka pada pagi hari, upaya kuratif (pengobatan) adalah menganjurkan keluarga untuk berobat ke puskesmas dan minum OAT secara teratur selama 6 bulan, upaya rehabilitatif adalah menganjurkan keluarga apalibila sudah melakukan pengobatan selama 6 bulan untuk kembali diperiksa ke puskesmas.

Berdasarkan pernyataan diatas, penulis tertarik menyusun Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Tn. I Khususnya Tn. R Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Dengan Gangguan Sistem Peernapasan :TBC Di RT 12 RW 02 Kelurahan utan Panjang Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat.

B. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan umum

Mendapatkan pengalaman yang baru dan nyata dalam memberikan Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Tn. I Khususnya Tn. R Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Dengan Gangguan Sistem Peernapasan :TBC Di RT 12 RW 02 Kelurahan utan Panjang

(12)

Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat menggunakan pendekatan proses keperawatan yang komprehensif meliputi aspek biologis, psikologis, sosial dan spritual yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan.

2. Tujuan khusus

a. Melakukan pengkajian pada klien dengan Tuberkolosis Paru b. Menentukan masalah keperawatan pada klien

dengan Tuberkolosis Paru

c. Merecanakan tindakan keperawatan klien dengan Tuberkolosis Paru

d. Melaksanakan tindakan keperawatan klien dengan Tuberkolosis Paru

e. Melakukan evaluasi keperawatan klien dengan Tuberkolosis Paru

f. Mengidentfikasi faktor-faktor pendukung, penghambat, serta mencari solusi/alternatif pemecahan masalah yang terjadi pada klien dengan Tuberkolosis Paru.

g. Mendokumentasikan Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada klien dengan Tuberkolosis Paru

C. METODE PENULISAN

Penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif, yaitu yang berorientasi saat ini, dengan mengambil satu kasus dan pengumpulan data dilakukan dengan cara:

1. Studi kepustakaan

Suatu kegiatan untuk memperoleh data dengan cara mempelajari buku dan literatur yang berhubungan dengan Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada masalah kesehatan Tuberkulosis Paru.

(13)

2. Studi kasus

a. Observasi : observasi kasus melalui partisipasi aktif terhadapKlien yang bersangkutan mengenai penyakit pengobatan dan keperawatan serta hasil dari tindakan yang dilakukan.

b. Wawancara : wawancara dan diskusi dengan klien, keluarga klien, Perawat, dokter, kader, dan petugas kesehatan lainnya yang bersangkutan.

D. RUANG LINGKUP

Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan disesuaikan dengan tempat praktek, dalam hal ini penulis membatasi lingkup bahasan pada satu kasus yaitu Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Tn. I Khususnya Tn. R Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Dengan Gangguan Sistem Peernapasan :TBC Di RT 12 RW 02 Kelurahan utan Panjang Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat dengan menggunakan pendekan proses keperawatan

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Makalah ilmiah ini di susun secara sistematis yang terdiri dari lima bab yaitu :

Bab I: Pendahuluan

Meliputi latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab II: Tinjauan Teoritis

a. Konsep dasar yang terdiri dari: pengerian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, komplikasi, dan penataksanaan.

b. Konsep dasar kebutuhan oksigenasi yang terdiri dari: pengertian, fisiologi, pathway, faktor-faktor yang mempengaruhi, nilai-nilai normal cara yang mempengaruhi, jenis gangguan.

(14)

c. Konsep proses keperawatan keluarga yang terdiri dari; pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan.

Bab III: Tinjauan Kasus

Merupakan laporan hasilAsuhan Keperawatan Pada Keluarga Tn. I Khususnya Tn. R Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Dengan Gangguan Sistem Peernapasan :TBC Di RT 12 RW 02 Kelurahan utan Panjang Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

Bab IV: Pembahasaan

Membahas kesenjangan yang terjadi antara Bab I dan Bab I II meliputi:

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

Bab V: kesimpulan dan saran a.

Kesimpulan

Berisi uraian singkat mengenai Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Tn. I Khususnya Tn. R Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Dengan Gangguan Sistem Peernapasan :TBC Di RT 12 RW 02 Kelurahan utan Panjang Kecamatan Kemayoran Jakarta mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksaan, dan evaluasi

b. Saran

Berisi tentang usulan-usulan mengenai hal-hal yang harus diperbaiki dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Tn. I Khususnya Tn. R Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi

Dengan Gangguan Sistem Peernapasan :TBC Di RT 12 RW 02 Kelurahan utan Panjang Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusatbertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan keluarga

(15)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(16)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Masalah Kesehatan 1. DEFINISI

Tuberkulosis paru adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. ( Darmanto, 2013).

Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang paling sering mengenai parenkim paru, biasanya disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. TB dapat menyerang hampir kesetiap bagian tubuh, termasuk meningen dan ginjal tulang dan nodus limpe.

(Soemantri,2008).

Tuberkolosis paru adalah suatu penyakit infeksi kronik yang sudah lama dikenal manusia misalnya hubungan dengan tempat tinggal di daerah urban, lingkungan yang padat. (Amin, 2005)

Kesimpulan menurut penulis tuberkolosis paru adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan kuman mycobacterium tuberculosis yang menyerang parenkim paru, yang bersifat sistematis sehingga dapat mengenai organ tubuh yang lain, terutama meningen, tulang dan limfe.

2. PATOFISIOLOGI

Sebagian besar basil mycobacterium tuberkolisis masuk ke jaringan pari melalui udara/ dropet. Penularan dapat terjadi pada pasen TB.

Dari batuk, bersin, dan berbicara berhadapan dengan orang lain serta percikan ludah yang mengandung bakteri tersebut. Selanjutnya akan terjadi proses yang dikenal sebagai fakus primer akan terjadi beberapa kemungkinan yaitu penyebaran broken, penyebaran limfogenvdan penyebaran hematogen.keadaan ini hanya berlangsung beberapa saat penyebaran akan berhenti bila jumlah kuman yang masuk sedikit dan

(17)

terbentuknya daya tahan tubuh yang spesifik terhadap basil tuberkolosis milier atau tuberkolosis meningitis.

Kelanjutan proses tersebut daat terjadi penyebaran infeksi primer ke saluran getah bening dan kelenjar getah bening setempat (lokal0 sehingga terbentuknya suatu primer kompleks yang disebut primer komplek. Infeksi primer dari ghon dan primer kompleks dari ranke dinamakan tuberkolosis primer. Dalam perjalanan lebih lanjut, sebagai besar penderita tuberkolosis primer (90%) akan sembuh dari 10% akan mengalami penyebaran endogen (Algasaff, 2010)

(18)

3. PATHWAY

Infeksi primer

Penyebaran basil TB Pembentukan primer kompleks

Sembuh 90%

Sumber penularan 100% Penyebaran

endogen basil TB

Pembentukan lest Out break of

tuberculosis

(19)

4. ETIOLOGI

Penyebab tuberkulosis adalah Myobacterium tuberculosae, sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um.

Tergolong dalam kuman Myobacterium tuberculosae complex adalah :

1) M. Tuberculosae 2) Varian Asian 3) Varian African I 4) Varian Africal II

5) M. Bovis (Susan C. Smeltzer, 2014)

5. MANIFESTASI KLINIS 1. Batuk

Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan. Biasanya batuk ringan sehinggap dianggap batuk biasa atau akibat rokok.

Proses yang paling ringan ini menyebabkan sekret akan terkumpul pada waktu penderita tidur dan dikeluarkan saat penderita tidur dan dikeluarkan saat penderita bangun pagi hari. Bila proses deskrusi berlanjut, sekret dikeluarkan terus menerus sehingga batuk menjadi lebih dalam dan sangat mengganggu penderita pada waktu siang maupun malam hari. Bila yang terkena trakea atau bronkus, batuk akan terdengar keras, lebih sering atau terdengar berulang-ulang. Bila laring yang terserang, batuk terdengar sebagai hollow sounding cough, yaitu batuk tanpa tenaga dan disertai suara serak.

2. Dahak

Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit, kemudian berubah menjadi mukopurulen/kuning atau kuning hijau sampai purulen dan kemudian berubah menjadi kental bila sudah terjadi pengejuan dan perlunakan. Jarang berbaubusuk, kecuali bila ada infeksi anaerob.

(20)

3. Batuk darah

Darah yang dikeluarkan penderita mungkin berupa garis atau bercakbercak darah, gumpalan-gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak (profus).

Batuk darah jarang merupakan tanda permulaan dari penyakit tuberkolosis atau initial symptom karena batuk darah merupakan tanda telah terjadi ekskavasi dan ulserasi dari pembua darah pada dinding kavitas

4. Nyeri dada

Nyeri dada pada tuberkolosis pada termasuk nyeri pleuritik yang ringan.

Bila nyeri bertambah berat berarti telah terjadi pleuritis luar (nyeri dikeluarkan di daerah aksila, di unjung skapula atau di tempat-tempat lain)

5. Wheezing

Wheezing terjadi karena penyempitan lumen endobronkus yang disebabkan oleh secret, bromkostenosis, keradangan, jaringan granulasi, ulserasi dan lain-lain (pada tuberkolosis lanjut)

6. Dispneu

Dispneu merupakan late symptom dari proses lanjut tuberkolosis paru akibat adanya restriksi dan obstruksi saluran pernapasaan serta loss of vascular bed/ vascular thrombosis yang dapat mengakibatkan gangguan difusi, hipertensi pulmonal, dan korpulmonal (Darmanto, 2010)

6. KOMPLIKASI

Penyakit tuberkolosis paru bila tidak ditanganin dengan benar menimbilkan komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut.

1. Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, usus, poncet’s arthropathy

2. Komplikasi lanjut: obstruksi jalan nafas ->SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkolosis), kerusakan parenkim berat-> fibrosis paru, kor pulmonal, amiloidosis, karsinoma pari, sindrom gagal nafas dewasa

(21)

(ARDS), sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB. (Zulkifli Amin, 2010)

7. PENATALAKSANAAN

Dalam pengobatan Tb paru dibagi menjadi 2 bagian:

1. Jangka pendek

a. Dengan cara pengobatan: setiap hari dengan jangka waktu 1- 3 bulan Strecptomicin injeksi 750 mg

b. Ethambutol 1000 mg c. Isoniazid 400 mg

2. Jangka panjang

Tata cara pengobatan: setiap 2x seminggu, dengan lama pengobatan kesembuhan menjadi 6-9 bulan. Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila ditemukan dalam pemeriksaan sputum BTA A dengan kombinasi obat

1. Rifampicin 2. Isoniazid (INH) 3. Ethambutol 4. Pyridoxin (B6)

Tujuan pengobatan pada penderita TB paru selain untuk mencegah kematian, mencegah kakambuhan atau resistensi terhadap OAT serta memutuskan mata rantai penularan.

Pengobatan tuberkolosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7bulan). Panduan obat digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan.

Jenis obat yang utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah rifampisin, INH, pirasinamid, streptomisin, dan ethambutol. Sedangkan jenis obat tambahan adalah kanamisin,

(22)

kuinolon, maurolide, dan amoksilin+ asam klavulanat, derivat rifampisin/INH

Obat-obatan yang digunakan dalam pengobatan TBC (price,sylvia A2005)

Nama obat Dosis anak Dosis dewasa Efek samping

Obat lini pertama Isoniazid

(INH)

PO: 300mg 5-10mg/kgbb/hr

PO: 300mg 10-20mg/kgbb/hr

Kemerahan, kerusakan saraf perifer, rasa kesemutan dan mati rasa pada kaki dan tangan

Rifampisin (RIF)

PO: 450mg 10mg/kgbb/hr

PO: 450mg 10-20mg/kgbb/hr

Gangguan pencernaan perubahan sekresi dan urine menjadi orange,

reaksi febris

Pirazinammid (PZA)

PO: 500mg 15- 30 mg/kgbb/hari

PO: 500mg 15-30

Tidak enak badan, mual, demam,

(23)

Etambutol (EMB)

PO: 400mg 15-25

PO: 400mg 15-25

Neuritis optik, gout (pirai), gatal,

mg/kgbb/hari mg/kgbb/hr nyeri sendi Sterptomisin

(SM)

IM: 400mg/ml 20-40mg/dl

IM: 400mg/ml 15mg/dl

Hypersentivitas, dapat

mempengaruhi saraf otak kedelapan

dapat menimbulkan gangguan

veskuler sesperti sempoyongan, vertigo, dan tuli, dapat

menurunkan fungsi ginjal

Obat lini kedua

Kapreomisin IM 15-30 Ig IM 15-30 mg/ml Hipokalemia.

Memburuknya angka uji fungsi hato, eosinofilia, leukositisis serta trombositopenia

Etionamd IM 15-20 mg/ ml IM 15-30 mg/ ml Hematotoksik, gangguan pencernaan

(24)

Sikloresin IM 15-20 mg/ml IM 15-20 mg/ml Ada ssp dan biasanya terjadi dalam 2 minggu pertama

pengobatan

Kanamisin IM,IV,PO 15 mg/kg/hari

PO 4-6 g/hr Kehilangan pendengaran, gangguan

ginjal serta reaksi hipersensitivitas sering terjadi

Ter dap at 5 jeni

s obat yang sekarang dikenal sebagai obat esenssial dalam pengobatan tuberkolosis yaitu: isoniasid (H), rifampisin (R), pirazinamid (Z), streptomyzin (S), dan etambutol (E) dalam menangani pasien TBC ini pengobatannya dikategori dalam 3 kategori

1. Kategori I : penderita paru BTA positif

2. Kategori II: penderita paru BTA negatif rontgen positif yang sakit berat 3. Kategori III: penderita TB ekstra paru berat

(25)

B. KEBUTUHAN DASAR OKSIGENASI

1. Pengertian

Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kimia atau fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel.

Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi penambahan CO2 yang berlebihan batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel (Wahit Iqbal Mubarak, 2007)

Oksigenasi adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh.

Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernafas (Wartonah Tarwanto, 2006)

Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar yang vital dalam kebutuhan manusia, dalam tubuh, oksigenasi berperan penting dalam proses metabolisme sel tubuh. Kekurangan oksigen bisa menyebabkan hal yang sangat berarti bagi tubuh, salah satunya kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk menjamin pemenuhan kebutuhan oksigen merupakan gerapan perawat itu sendiri, oleh karena itu setiap perawat harus paham dengan manisfestasi tingkat pemenuhan oksigen pada klien serta mampu mengatasi berbagai masalah yang terkaitan dengan pemenuhan kebutuhan tersebut.

(26)

2. Fisiologi

Proses oksigenasi dimulai dari pengmbilan oksigen dari atmosfer kemudian masuk melalui organ pernapasaan bagian bawah trakea, bronkus, bronkiolus dan selanjutnya masuk ke alveoli. Selain untuk jalan masuknya udaraorgan pernafasaan bawah, organ pernafasaan atas juga berfungsi untuk pertukaran gas, proteksi terhadap benda asing yang akan masuk ke pernafasaan bagian bawah, menghangatkan, filtrasi, dan melembabkan gas sedangkan fungsi organ pernafasaan bagian bawah selain sebagai tempat untuk masuknya oksigen, juga dalam preses difusi gas. (Tarwoto dan

wartonah, 2011)

(27)

3. Pathwa y

Organ pernafasan

Mekanisme proses pernafasan

Batuk sesak Peningkatan O2 Penurunan CO2

Gangguan pola

nafas Gangguan pertukaran gas

Sekret, batuk

Gangguan bersihan jalan nafas

(Alimul H. A Aziz, 2006)

Gangguan pola nafas

(28)

4. faktor- faktor yang mempengaruhi a. Faktor fisiologis

Faktor fisiologis yang mempengaruhi oksigenasi meliputi : 1) Penurunan kapasitas membawa oksigen

2) Penurunan kosentrasi oksigen yang diinspirasi

b. Faktor perkembangan

saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada usia lanjut juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan pola nafas.

c. Faktor lingkungan

ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi makin tinggi daratan, makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup individu. Sebagai akibatnya individu pada daerah kitinggian memiliki laju pernapasaan dan jantung yang meningkat, juga kedalaman pernafasaan yan meningkat.

Sebagai respon terhadap panas, pembulu darah perifer akan berdialatasi, sehingga darah akan mengalir ke kulit. Peningkatannya jumlah panas yang hilang dari permukaan tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi pembulu darah perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah yang akan menurunnya kegiatankegiatan jantung sehingga mengurangi

kebutuhan akan oksigenasi.

(29)

d. Gaya hidup

aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernafasaan dan denyut jantung, demikian juga dapat meningkatkan suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dapat menyebabkan vasokontraksi pembulu darah perifer dan koroner (Alimul. A aziz,

2006)

5. Nilai-nilai Normal Dan Cara Yang Mempengaruhi

Keterangan Nilai normal

PH 7,35-7,45

PO2 10-13 kpa

PCO2 4-6 kpa

SPO2 >95%

Alat untuk pemberian O2:

a. Nasal kanul, O2 dengan aliran 1-5 L/menit , konsentrasi 24-44%

b. Sungkup muka, O2 selang seling 6-8 L/ menit, konsentrasi 40- 60%

c. Sungkup muka dengan kantong rebrething:O2 dengan konsentrasi tinggi yaitu 60-80% dengan aliran 8-12L/menit

d. Sungkup muka dengan kantong non rebrething, konsentrasi O2 mencapai 99% dengan aliran 8-12L/menit, dimana udara inspirasi tidak tercampur dengan respirasi (Smeltzer. Suzanne, 2002).

(30)

6. Jenis gangguan

a. Hypoxia merupakan kondisi ketidak cukupan oksigen dalam tubuh, dari gas yang diinspirasi ke jaringan.

Penyebab terjadi hipoksia:

1) Gangguan pernapasan 2) Gangguan peredaran darah 3) Gangguan sistem metabolisme

4) Gangguan permeabilitas jaringan untuk mengikat oksigen (nekrose)

b. Hyperventilasi

Jumlah udara dalam paru berlebihan. Sering disebut hyperventilasi elveoli, sebab jumlah udara dalam alveoli melebihi kebutuhan tubuh, yang berarti bahwa co2 yang dieliminasi lebih dari yang diproduksi menyebabkan rata-rata dan kedalaman pernafasaan.

Tanda dan gejala :

1) Pusing 2) Henti jantung 3) Nyeri

4) Ketidakseimbangan elektrolit 5) Koma

(31)

c. Hypoventilasi

Ketidakcukupan ventilasi alveoli (ventilasi tidak mencukup kebutuhan tubuh), sehingga CO2 dipertahankan dalam aliran darah hypoventilasi dapat terjadi sebagai akibat dari kollaps alveoli, obstruksi jalan nafas, atau efek samping dari beberapa obat.

Tanda dan gejala :

1) Nyeri dada

2) Nsakit kepala ringan 3) Nafas pendek

4) Pusing dan pengelihatan kabur

d. Cheyne stokes

Bertambah dan kurangnya ritme respirasi, dari pernafasaan yang sangat dalam, lambat, dan akhirnya diikuti periode apnea, gagal jantung kongestif dan overdosis obat. Terjadi dalam keadaan dalam fisiologis maupun pathologis.

Fisiologis

1) Pada anak-anak yang sedang tidur

2) Pada orang yang secara sadar melakukan hyperventilasi 3) Orang yang berada ketinggian 1200-15000 kaki

Pathologis

1) Gagal jantung

2) Pada pasien uraemi (kadar ureum darah lebih dari 40mg%)

(32)

e. Kussmaul’s (hyperventilasi)

Peningkatan kecepatan dan kedalaman nafas biasanya lebih dari 20x/menit. Dijumpai pada asidosis metabilik, dan gagal ginjal

f. Apneu

Henti nafas, pada gangguan sistem saraf pusat.

g. Biot’s

Nafas dangkal, mungkin dijumpai pada orang sehat dan klien dengan gangguan saraf pusat. Normalnya bernafas hanya membutuhkan sedikit usaha. Kesulitan bernafas disebut dyspnea.

(Tarwoto dan wartonah, 2011).

C. ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

1. DEFINISI

a. Bussard dan ball (1966)

Keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat hubungannya dengan seseorang. Di keluarga itu seseorang dibesarkan, bertempat tinggal, berinteraksi satu dengan yang lain, dibentuknya nilai-nilai, pola pemikiran, dan kebiasaannya dan berfungsi sebagai saksi segenap budaya luar, dan mediasi hubungan anak dengan lingkungannya.

b. WHO (1969)

Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi, atau perkawinan.

(33)

c. Departemen RI (1988)

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling tergantungan.

d. Duval (1972)

Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota keluarga.

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan secara umum bahwa keluarga itu terjadi jika kalau ada Ikatan atau persekutuan (perkawinan/kesepakatan). Hubungan

(darah/adopsi/kesepakatan), Tinggal bersama dalam satu atap (serumah), Ada peran masing-masing anggota keluarga, Ikatan emosional

2. JENIS/ TIPE KELUARGA

Pembagian tipe ini bergantung kepada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokan

a. Secara tradisional

Secara tradisional keluarga dikelompokan menjadi 2 yaitu:

1) Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.

(34)

2) Keluarga besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi)

b. Secara modern

Berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualisme maka pengelompokan tipe keluarga selain diatas adalah:

1) Tradisional Nuclear

Keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah

2) Reconstituted Nuclear

Pembentukan baru dari keluarga ini melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anakanaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru, satu/keduanya dapat bekerja diluar rumah.

3) Niddle Age/Aging couple

Suami sebagai pencari uang, istri dirumah/kedua-duannya bekerja di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/ perkawinan/meniti karier.

4) Dyadic Nuclear

Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak

(35)

5) Single parent

satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah

6) Dual carrier

Yaitu suami istri atau keduannya orang karier dan tampa anak

7) Commuter married

Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu waktu tertentu

8) Single adult

Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya untuk kawin

9) Three generation

Yaitu tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah

10) Intitusional

Yaitu anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu

(36)

Yaitu satu rumah yang terdiri dua atau lebih pasangan yang monogami dengan anal-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas

12) Group marriage

Yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak- anak

13) Unmaried Parent and Child

Yaitu ibu dan anak dimana pasngan tidak dihendaki, anaknya diadopsi

14) Cohibing couple

Dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa perkawinan

15) Gay and Lesbian Family

keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama. Gambaran tentag bentuk keluarga diatas ini melukiskan banyaknya bentuk struktur yang menonjol dalam keluarga saaat ini, yang penting adalah keluarga harus dipahami dalam konteksnya, label dan jenisnya hanya berfungsi hanya sebagai refensi bagi penataan kehiduoan keluarga dan sebuah kerangka kerja. Dan setiap upaya perlu diperhatikan keunikan

dari setiap keluarga.(Setiadi, 2008)

(37)

3. Stuktur Keluarga

Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat. Struktur keluarga terdiri bermacam-macam. Diantaranya adalah:

a. Patrilineal

Adalah keluarga sedarah terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah

b. Matrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan ini disusun melalui jalur garis ibu

c. Matrilokal

Adalah epasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri

d. Patrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami

e. Keluarga kawin

Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami istri

(38)

4. Peran keluarga

Peran adalah suatu yang diharapkan secara normatif dari seseorang dalam situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan. Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peranan keluarga mengambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan,yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat.

Dalam UU kesehatan nomer 23 tahun 1992 pasal 5 menyebutkan

“setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, perorangan, keluarga, dan linhkungan”. Dari pasal diatas jelas bahwa keluarga berkewajiban meciptakan dan memelihara kesehatan dalam upaya meningkatkan tingkat derajat kesehatan yang optimal.

Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing.

Antara lain:

a. Ayah

Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial terntu

b. Ibu

Ibu sebagai pengurus rumah rangga, pengasuh dan pendidik anak-anak, pelindung keluarga dan juga sebagai anggota

masyarakat kelompok sosial tertentu

(39)

c. Anak

Anak berperan sebagai perilaku psikososial sesuai dengan perkembangan fisik, mental, dan spiritual

C. Fungsi keluarga 1. Friedman (1998)

Secara umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut:

a. Fungsi afektif, adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain

b. Fungsi sosialisasi, adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untu kehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah

c. Fungsi reproduksi, adalah fugsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga

d. Fungsi ekonomi, adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga

e. Fungsi perawatan/ pemeliharaan kesehatan, yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi

2. UU No. 10 tahun 1992 PP No. 21 tahun 1994

Secara umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut:

a. Fungsi keagamaan

1) Membina norma ajaran ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup seluruh aggota keluarga

(40)

2) Menerjemahkan agama kedalam tingkah laku sehari-hari kepada seluruh anggota keluarga

3) Memberi contoh konkrit dalam hidup sehari-hari dalam pengalaman dari ajaran agama

4) Melengkapi dan menambah proseskegiatan belajar anak tentang keagamaan yang kurang diperolehnya disekolah atau masyarakat

5) Membina rasa, sikap dan praktek kehidupan keluarga beragama sebagai fondasi menuju keluarga kecil bahagia sejahtera

b. Fungsi budaya

1) Membina norma-norma dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin dipertahankan

2) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring norma dan budaya asing tidak sesuai

3) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya mencari pemecahaan masalah dari berbagai pengaruh negatif globalisasi dunia

4) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya dapat berperilaku yang baik sesui dengan norma bangsa indonesia dalam menghadapi tantangan globalisasi 5) Membina budaya keluarga yang sesui,selaras dan seimbang

dengan budaya masyarakat atau bangsa untuk menunjunjang terwujudnya norma keluarga kecil bahagia sejahtera

c. Fungsi cinta kasih

1) Menumbuh kembangkan potensi kasih sayang yang telah ada antar anggota keluarga kedalam simbol-simbol nyata secara

optimal dan terus menerus

(41)

2) Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar anggota keluarga secara kuantitaf dan kualitaf

3) Membina praktik kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan ukhowi dalam keluarga secara serasi , selaras, dan seimbang 4) Membina rasa, sikap dan praktik hidup keluarga yang mampu

memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal menuju keluarga kecil bahagia sejahtera

d. Fungsi perlindungan

1) Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak aman yang timbul dari dalam maupun dari luar keluarga

2) Membina keamanan keluarga baik fisik maupun fsikis dari berbagai bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari luar 3) Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga

sebagai modal menuju keluarga kecil bahagia sejahtera

e. Fungsi reproduksi

1) Membina kehidupan keluarga sebagai wahan pendidikan reproduksi sehat baik bagi anggota keluarga maupun bagi keluarga sekitarnya

2) Memberi contoh pengalaman kaidah-kaidah pembentukan keluarga dalam hal usia, pendewaan fisik maupun mental

(42)

3) Mengamalan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan dengan waktu melahirkan, jarsk antara 2 anak dan jumlah ideal anak yang diinginkan dalam keluarga

4) Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang kondusif menuju keluarga kecil bahagia sejahtera

f. Fungsi sosialisasi

1) Menyendiri, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak pertama dan utama

2) Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan sebagai pusat tempat anak dapat mencari pemecahan dari berbagai konflik dan permasalahan yang dijumpainya baik dilingkungan sekolah maupun masyarakat

3) Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam keluarga sehingga tidak saja daapat memanfaatkan positif bagi anak, tetapi juga bagi orang tua dalam rangka perkembangan dan kematangan hidup bersama menuju

keluarga kecil keluarga bahagia sejahtera

g. Fungsi ekonomi

1) Melakukan kegiatan ekonomi baik diluar maupun didalam lingkungan keluarga dalam rangka menopang kelangsungan dan perkembangan kehidupan keluarga

2) Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian, keselarasaan, dan keseimbangan antara pemasukan dan

pengeluaran keluarga

(43)

3) Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua diluar rumah dan perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan secara serasi, selaras, dan seimbang

4) Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera

h. Fungsi pelestarian lingkungan

1) Membina kesadaran diri, sikap dan praktik pelastarian lingkungan intern keluarga

2) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga 3) Memberikan identitas keluarga

i. Fungsi sosialisasi

1) Membentuk norma-norma tingkah laku dengan tingkat perkembangan anak

2) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga 3) Membina sosialisasi pada anak

j. Fungsi ekonomi

1) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya

2) Memberi sumber-sumber penghasilan untuk pemenuhan

kebutuhan hidup

(44)

3) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga

k. Fungsi pendidikan

1) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya

2) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan membentuk perilaku anak sesuai dngan bakat dan minat yang dimiliki

3) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa

D. Tahap perkembangan keluarga

1. Duvall (1985) keluarga dibagi menjadi delapan tahap perkembangan yaitu :

a. Keluarga baru (berganning family)

Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain:

1) Membina hubungan intim yang memuaskan 2) Menetapkan tujuan bersama

3) Membina hubungan dengan keluarga lain teman dan kelompok sosial.

4) Mendiskusikan rencanamemiliki anak atau KB 5) Persiapan menjadi orangtua

6) Memahami prenatal care (pengertian, persalinan, dan menjadi orangtua)

(45)

b. Keluarga dengan anak pertama <30 bulan masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan krisis keluarga, tuga sperkembangan tahap ini antara lain adalah:

1) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual dan kegiatan)

2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan

3) Membagi peran dan tanggung jawab

4) Bimbingan orangtua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak

5) Konseling KB postpartum 6 minggu 6) Menata ruang untuk anak

7) Biaya/dana child bearing

8) Memfasilitasi rol learing anggota keluarga 9) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin

c. Keluarga dengan anak Prasekolah

Tugas perkembangan adalah menyelesaikan pada kebutuhan pada anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang proses belajar dan kontak sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya.

1) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga 2) Membantu anak bersosialisasi

3) Adaptasi dengan anak baru lahir

4) Mempertahankan hubungan didalam maupun luar keluarga 5) Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak

6) Pembagian tanggung jawab

7) Merencanakan kegiatan waktu stimulasi tumbuh dan kembang anak

(46)

d. Keluarga dan anak dengan usi sekolah (6-13th)

1) Tugas perkembangan keluarga pada anak usia sekolah adalah: Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah, dan lingkungan lebih luas

2) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual

3) Menyediakan aktivitas untuk anak

4) Menyesuaikan pada aktifitas komuniti dengan mengikuti sertakan anak

5) Memenuhi dan kesehatan anggota keluarga

e. Keluarga dengan anak remaja (13-20th)

Tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja adalah:

1) Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang dan tanggung jawab mengingat remaja adalah seorang yang dewasa mulai memiliki otonomi

2) Memelihara komunikasi terbuka 3) Memelihara hubungan intim keluarga

4) Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga

f. Keluarga dengan anak dewasa (anak 1 meninggalkan rumah) Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya menata kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarga berperan sebagai suami, istri, kakek, nenek. Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:

1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar 2) Memelihara keluarga intim dalam keluarga

3) Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan

anggota keluarga baru dimasyarakat

(47)

4) Mempersiapkan anak hidup mandiri dan menerima kepergian anak

5) Menata kembali fasilitas sumber yang ada pada keluarga 6) Berperan suami istri kakek nenek

7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-anaknya

g. Keluarga usia pertengahan (midle age family) Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:

1) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengelolah minat sosial dan waktu santai

2) Keakraban dengan pasangan

3) Memulihkan hubungan antara generasi muda tua 4) Memelihara hubungan/kontrak dengan anak keluarga 5) Persiapan masa tua atau pensiun

h. Keluarga lanjut usia

Tugas perkembangan keluarga saat ini adalah:

1) Penyelesaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup

2) Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian

3) Mempertahankan keakrapan pasangan dan saling merawat 4) Melakukan life review masalah lal

(48)

E. KONSEP PROSES KEPERAWATAN KELUARGA A. Pengkajian

1. Definisi

Pengkajian merupakan tahapan terpenting dalam proses perawatan, mengingat pengkajian sebagai awal bagi keluarga untuk mengidentifikasi data-data yang ada pada keluarga.

Oleh karena itu perawat keluarga digarapkan memahami betul lingkup, metode, alat bantu dan format pengkajian yang digunakan

2. Model pengkajian

a. Model pengkajian model Friedman

Asumsi yang mendasarinya adalah keluarga sebagai sistem sosial, merupakan kelompok kecil dari masyarakat.

Friedman memberikan batasan 6 kategori dalam memberikan pertanyaan-pertanyaan saat melakukan pengkajian: 1) Data pengenalan keluarga

2) Riwayat dan tahapan perkembangan keluarga 3) Data lingkungan

4) Struktur keluarga 5) Fungsi keluarga 6) Koping keluarga

b. Pengkajian keluarga model Calgary

Pengkajian model Calgary mengembangkan konsep dan teori sistem, konunikasi dan konsep perubahan. Teori sistem memberikan kerangka kerja bahwa keluarga sebagai bagian dari suprasistem dan terdiri dari beberapa subsistem. Komunikasi merupakan teori bagaimana individu melakukan interaksi secara berkelanjutan.

(49)

Konsep perubahan menjadikan kerangka kerja bahwa perubahan satu anggota keluarga akan mempengaruhi kesehatan anggota keluarga yang lainnya.

3. Tahapan-tahapan pengkajian

Untuk mempermudah perawat keluarga saat melakukan pengkajian, dipergunakan istilah penjajakan.

a. Penjajakan I

Data-data yang dikumpulkan pada penjajakan 1 antara lain:

1) Data umu

2) Riwayat dan tahapan perkembangan 3) Lingkungan

4) Struktur keluarga 5) Fungsi keluarga

6) Stress dan koping keluarga 7) Harapan keluarga

8) Data tambahan keluarga 9) Pemeriksaan fisik

Dari hasil pengumpulan data tersebut maka akan dapat diidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi keluarga b. Penjajakan II

Pengkajian yang tergolong dalam penjajakan II diantaranya pengumpulan data-data yang berkaitan dengan ketidak mampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan sehingga dapat ditegakkan diagnosa keperawatan keluarga.

Adapun ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi

masalah diantaranya:

(50)

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan 3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga 4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan 5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas

kesehatan

B. Diagnosa Keperawatan

Menurut Achjar, K.A.H, 2010. Setelah dilakukan pengkajian, selanjutnya data dianalisis untuk dapat dilakukan perumusan diagnosis keperawatan. Analisis data dibuat dalam bentuk matriks seperti table berikut:

No. DATA Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan keluarga disusun berdasarkan jenis diagnosa seperti:

1. Diagnosa sehat/ wellnes

Diagnose sehat / wellness, digunakan bila keluarga mempunyai potensi untuk ditingkatkan, belum ada data maladaptive. Perumusan diagnosis keperawatan keluarga potensial, hanya terdiri dari komponen problem (P) saja atau P (problem) dan S (symptom/sign), tanpa komponen etiologi (E).

Contoh: potensial peningkatan kemampuan keluarga Tn. M dalam meningkatkan kesehatan reproduksi pada Ny. S

(51)

2. Diagnosis ancaman

Diagnosis ancaman, digunakan bila belum terdapat paparan masalah kesehatan, namun sudah ditemukan beberapa data maladaptive yang memungkinkan timbulnya gangguan.

Perumusan diagnosis keperawatan keluarga risiko, terdari problem (P), etiologi (E) dan symptom/sign (S)

Contoh: risiko cidera pada keluarga Tn. S khususnya Tn. R b.d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi

3. Diagnosis nyata/ gangguan

Diagnosis nyata/ gangguan, digunakan bila sudah timbul gangguan/ masalah kesehatan keluarga, didukung dengan adanya beberapa data maladaptive. Perumusan diagnosis keperawatan keluarga nyata/ gangguan, terdiri dari problem (P), etiologi (E) dan symptom/sign (S)

Contoh: gangguan cerebral pada keluarga Tn. I khususnya Tn.

M b.d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi

Perumusan problem (P) merupakan respon terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan dasar. Sedangkan etiologi (E) mengacu pada 5 tugas keluarga, yaitu:

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, meliputi:

1) Persepsi terhadap keparahan penyakitnya 2) Pengertian

3) Tanda dan gejala 4) Faktor penyebab

5) Persepsi keluarga terhadap masalah

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, meliputi:

(52)

1) Sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah

2) Masalah dirisakan keluarga

3) Keluarga menyerah terhadap masalah yang dialami 4) Sikap negative terhadap masalah kesehatan

5) Infomasi yang salah

c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, meliputi:

1) Bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakit 2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan 3) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga

4) Sikap keluarga terhadap yang sakit

d. Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan, meliputi:

1) Keuntungan/ manfaat pemeliharaan lingkungan 2) Pentingnya higyene sanitasi

3) Upaya pencegahan

e. Ketidakmampuan keluarga menggunalan fasilitas kesehatan, meliputi:

1) Keberadaan fasilitas kesehatan 2) Keuntungan yang didpat

3) Kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan 4) Pengalaman keluarga yang kurang baik

5) Pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh keluarga Setelah data dianalisis dan ditetapkan masalah kesehatan keluarga yang ada, perlu diprioritaskan bersama keluarga

(53)

KRITERIA BOBOT SKOR

Sifat masalah: 1 Actual = 2

Risiko = 1 Potensial = 0 Kemungkinan

masalah untuk dipecahkan

2 Mudah = 2 Sebagian = 1 Tidak dapat = 0 Potensi masalah

untuk dicegah

1 Tinggi = 2 Cukup = 1 Rendah = 0 Menonjolnya

masalah

1 Segera diatasi = 2 Tidak segera diatasi = 1

Tidak dirasakan adanya masalah = 0

C. Perencanaa keperawatan

1. Definisi

ANA (1995) mendefinisikan intervensi sebagai rencana tindakan keperawatan untuk kepentingan klien atau keluarga

2. Indikasi Intervensi

Wright dan Leahey dalam Friedman (1998) mengajukkan bahwa intervensi keperawatan keluarga dapat dilakukan pada:

a. Keluarga dengan satu masalah yang mempengaruhi anggota keluarga lainnya

(54)

c. Anggota keluarga yang mendukung permasalah kesehatan yang muncul

d. Salah satu anggota keluarga menunjukan perbaikan atau kemuduran dalam status kesehatan

e. Anggota keluarga yang didiagnosa penyakit pertama kali f. Perkembangan anak atau reaja secara emosional

g. Keluarga dengan penyakit kronik h. Keluarga dengan penyakit mematikan

3. Klarifikasi Intervensi

Friedman (1998) memberikan gambaran berkaitan dengan klarifikasi intervensi antara lain: a. Suplemental

Intervensi yang terkait dengan rencana pemberian pelayanan secara langsung pada keluarga sebagai sasaran b. Fasilitatif

Intervensi ini terkaitan dengan rencana dala membantu mengatasi hambatan dari keluarga dalam memperoleh pelayanan medis, kesejahteraan sosial dan transportasi c. Developmental

Intervensi ini terkait dengan rencana perawat membantu keluarga dalam kapasitasnya untuk menolong dirinya sendiri (membuat keluarga belajar mandiri0 dengan kekuatan dan sumber pendukung yang terdapat pada keluarga

4. Menetapkan Tujuan Intervensi a. Tujuan Umum

Tujuan umum merupakan tujuan yang lebih menekankan pada pencapaian akhir sebuah masalah, dimana perubahan perilaku dari yang merugikan kesehatan. Tujuan umum ini lebih mengarah kepada kemandirian klien dan keluarga sebagai sasaran asuhan keperawatan keluarga

(55)

b. Tujuan khusus

Tujuan khusus dalam rencana perawatan lebih menekankan pada pencapaian hasil dari masing-masing keluarga

5. Menentukan Intervensi

a. Rencana tindakan yang disusun harus berorientasi pada pemecahan masalah

b. Rencana tindakan yang dibuat dapat dilakukan mandiri oleh keluarga

c. Rencana tindakan yang dibuat berdasarkan masalah kesehatan

d. Rencan tindakan sederhana dan mudah dilakukan

e. Rencana tinakan perawatan dapat dilakukan secara terus- menerus oleh keluarga

6. Domain Intervensi

Ada tiga domain yang bisa kita gunakan dalam menyusun intervensi (Calgary), yaitu :

a. Domain Kognitif

Intervensi dengan domain kognitif ditunjukan untuk memberikan informasi, gagasan, motivasi, dan saran kepada keluarga sebagai target asuhan keperawatan keluarga

b. Domain Afektif

Intervensi ini ditunjukan membantu keluarga dalam berespon emosional, sehingga dalam keluarga terdapat perubahan sikap terhadap masalah yang dihadapi

c. Domain Psikomotor

Intervensi ini ditunjukan untuk membantu anggota keluarga dalam perubahan perilaku yang merugikan ke

perilaku yang menguntungkan

(56)

7. Hambatan-hambatan Intervensi

Menurut Bailon dan Maglaya (1978) hambatan yang sering kali dihadapi perawat keluarga saat melakukan intervensi keperawatan adalah:

a. Kurangnya informasi yang diterima keluarga

b. Tidak menyeluruhnya informasi yang diterima oleh keluarga

c. Informai yang diperoleh keluarga tidak berkaitan dengan masalah yang dihadapi

d. Keluarga tidak mau menghadapi serius

e. Keluarga berusaha mempertahankan pola kebiasaan yang sudah ada

f. Kegagalan mengaitkan tindakan dengan sasaran keluarga g. Kurang peraya pada tindakan yang diusul

D. Pelaksanaan Keperawatan

Implementasi merupakan aktualisasi dari perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Prinsip yang mendasari implementasi keperawatan keluarga antara lain;

1. Implementasi mengacu pada rencana keperawatan yang dibuat 2. Implementasi dilakukan dengan tetap memperhatikan prioritas

masalah

3. Kekuatan-kekuatan keluarga berupa finansial, motivasi dan sumber-sumber pendukung lainnya yang diabaikan

4. Pendokumentasian implementasi keperawatan keluarga janganlah terlupakan dengan menyertakan tanda tangan petugas sebagai bentuk tanggung gugat dan tanggung jawab profesi

(57)

E. Evaluasi Keperawatan

1. Sifat evaluasi

Evaluasi merupakan tahapan akhir dari proses keperawatan keluarga. Evaluasi merupakan tahapan yang menentukan apakah tujuan dapat tercapai sesuai yang ditetapkan dalam tujuan di rencana keperawatan.Apabila setelah dilakukan evaluasi tujuan tidak tercapai maka ada beberapa kemungkinan yang perlu ditinjau kembali yaitu: a) Tindakan tidak realistis

b) Tindakan keperawatan tidak tepat

c) Faktor-faktor lingkungan yang tidak bisa dibatasi

2. Kriteria dan standar

Kriteria akan memberikan gambaran tentang faktor-faktor tidak tetap yang memberikan petunjuk bahwa tujuan telah tercapai. Standar telah menunjukan tingkat pelaksanaan yang diinginkan untuk membandingkan dengan pelaksanaan yang sebenarnya.

3. Evaluasi Kuantitatif dan Kualitatif

Dalam evaluasi kuantitatif menekankan pada jumlah pelayanan atau kegiatan yang telah diberikan, misalnya: jumlah imunisasi, kunjungan ANC pada ibu hamil. Evaluasi kuantitatif kelemahannya hanya mementingkan jumlah, padahal belum tentu banyaknya kegiatan yang dilakukan akan berbanding lurus dengan hasil yang memuaskan.

Evaluasi kuanlitatif dapat dilihat pada:

a. Evalusi struktur

Berhubungan dengan tenang atau bahan yang diperlukan dalam suatu kegiatan

b. Evaluasi proses

(58)

Evaluasi yang dilakukan selama kegiatan berlangsung c. Evaluasi hasil

Merupakan hasil dari pemberian asuhan keperawatan

4. Metode-metode evaluasi a. Observasi langsung

b. Memeriksa laporan atau dokumentasi c. Wawancara atau angket

d. Latihan simulasi

5. Catatan perkembangan

Catatan perkembangan keperawatan keluarga merupakan indikator keberhasilan tindakan keperawatan yang diberikan pada keluarga oleh petugas kesehatan. Karakteristik evaluasi dengan pedoman SOAP memberikan tuntunan pada perawat dengan urain sebagai berikut: a. Subjektif

Pernyataan atau urain keluarga, klien atau sumber lain tentang perubahan yang dirasakan baik kemajuan ataupun kemunduran setelah diberikan tindakan keperawatan b. Objektif

Data yang bisa diamati dan diukur melalui teknik observasi, palpasi atau auskultasi sehingga dapat dilihat kemajuan atau kemuduran pada sasaran perawatan sebelum dan setelah diberikan tinadakan keperawatan c. Analisa

Pernyataan yangmenunjukan sejauh mana masalah keperawatan dapat tertanggulangi

d. Planning

Rencana yang ada dalam catatan perkembangan merupakan rencana tindakan hasil evaluasi tentang dilanjutkan atau tidak rencana tersebut sehingga diperlukan inovasi dan modifikasi bagi perawat.

(59)

BAB III TINJAUAN KASUS

Dalam tinjauan kasus, penulis akan membahas tentang Pemenuhan Kebutuhan Dasar Oksigenasi pada keluarga Tn I khusunya Tn R dengan Tuberkolosis Paru yang berada di wilayah Utan Panjang dengan tempat tinggal jalan Hj. Ung RT12/02 Kelurahan Utan Panjang Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat. Dalam pengumpulan data penulis menggunakan teknik wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik pada seluruh anggota keluarga Tn R informasi ini pertama kali didapatkan dari Ibu Fika selaku perawat puskesmas kelurahan Utan Panjang bahwa keluarga Tn R mempunyai masalah kesehatan.

Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada keluarga binaan yang berlangsung selama seminggu dari tanggal 02 April sampai dengan tanggal 14 April 2018 dengan melakukan kunjungan rumah setiap hari pada keluarga Tn R. Pemenuhan Kebutuhan Dasar dilakukan melalui pendekatan proses keperawatan dengan langkah-langkah sebagai berikut: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

A. PENGKAJIAN

Pengumpulan data merupakan data awal dalam pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga, dari hasil yang diperoleh data-data sebagai berikut:

1. Data dasar keluarga

Nama KK : Tn. I Jenis kelamin : Laki-laki Usia : 62 tahun Pendidikan : SD Pekerjaan : Supir Bus

Alamat : Jl. H. Ung RT. 12/2

(60)

2. Susunan Anggota Keluarga

No Nama

(inisial)

Jenis kelamin

Hub dengan KK

TTL/

Umur

Pendidikan Pekerjaan Status imunisasi

1.

2.

3.

4.

Ny. I Tn. R

Ny. I An. Z

P L P L

Ibu Anak

Istri Anak

59 32 27 4

SD SMA SMA

IRT Karyawan

IRT

Lengkap Lengkap Lengkap Lengkap

(61)

51

(62)

Keterangan:

Laki- laki

Bercerai meninggal

Pasien

Perempuan ... Serumah

(63)

B. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga Tn. R saat ini adalah tahap perkembangan anak usia Prasekolah, tugasnya yaitu:

a. Membantu anak untuk bersosialisasi

Memperbolehkan anak nya untuk bermain di lingkungan sekitar rumah, dan untuk memperkenalkan lingkungan sekitar rumah b. Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam atau luar

Ny. I berkomunikasi baik dengan keluarga maupun dengan warga sekitar rumah nya

c. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak Pembagian waktu Ny. I jika pagi hari ia memberes kan rumah, jika sore hari Ny. I membagi waktu nya untuk mengurus anak.

Dan jika malah hari Ny. I membagi waktu untuk semua keluarga nya

d. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga

Pembagian tanggung jawab keluarga Tn. R ialah, Tn. R sebagai ayah, bekerja sebagai karyawan swasta, Ny. I sebagai ibu rumah tangga, mengurus anak, mencuci, menggosok dan membereskan rumah. Sebagai anak An. Z bertanggung jawab membantu orang tua dan belajar

e. Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak

Ny. I menjadwalkan anaknya untuk bermain pada sore hari untuk bermain di sekitar area rumah, bermain dengan teman seumurnya. Dan jika malam hari Ny. I memberi An. Z videovideo kartun yang mempunyai arti baik untuk An. Z

(64)

2. Tugas keluarga yang belum terpenuhi

Semua tugas keluarga tahap perkembangan dengan usia anak prasekolah telah terpenuhi dan terlaksana dengan baik

3. Riwayat keluarga inti

Tn. R berasal dari kuningan ( jawa barat) dan Ny. I berasal dari Jakarta (betawi), Ny. I sudah tinggal dijakarta sejak lahir, dan Tn. R pindahan dari kuningan ke Jakarta. Tn. R dan Ny. I menikah atas dasar suka sama suka, menikah pada tahun 2013. Dikaruniai anak pada tahun 2014

4. Tipe keluarga

Tipe keluarga Tn. R adalah Extended family dimana di dalam rumah terdiri dari suami, istri,orang tua dan satu orang anak.

C. STRUKTUR KELUARGA

1. Komunikasi dalam keluarga

Pola komunikasi yang digunakan adalah pola komunikasi terbuka yaitu dilakukan pada keluarga Tn R waktu berkomunikasi tidak ditentukan.

Anggota keluarga yang paling dominan berbicara adalah Tn. R.

Bahasa yang digunakan ketika berbicara bahasa Indonesia

2. Struktur keluarga

Pemegang keputusan keluarga adalah Tn. R, namun sebelum mengambil keputusan Tn. R mendiskusikan terlebih dahulu dengan Ny.

I atau anggota keluarga yang lain. Jika Tn. R tidak ada dirumah, yang mengambil keputusan adalah Ny. I, tetapi mendiskusi kan dulu kepada

Tn. R

Gambar

Tabel  2.4  dan  tabel  2.5  menjelaskan  dosis  untuk  panduan  OAT  KDT  dan  Kombipak

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Departemen Kesehatan RI (1998) dalam Ali (2006), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu. rumah tangga karena adanya hubungan darah,perkawinan

Keluarga juga dapat didefinisikan sebagai suatu kelompok dari orang- orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, darah, atau adopsi, merupakan susunan rumah tangga

Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, hubungan darah, hidup dalam satu rumah tangga,

Dalam Pasal 153 ayat (1) huruf f Undang-undang No 13 tahun 2013yang menyatakan “ pekerja/buruh mempunyai pertalian darah dan/atau ikatan perkawinan dengan pekerja/buruh

a) Tradisional Nuclear, adalah keluarga inti (ayah,ibu, anak) tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya

Menurut Departemen Kesehatan RI (1998) dalam Ali (2006), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan

- Hukum keluarga adalah aturan atau ketentuan yang mengatur hubungan antara anggota-anggota dalam keluarga, baik yang berhubungan karena pertalian darah maupun karena perkawinan.. Hukum