MAKASSAR
SRI MERDEKAWATI 105730 2881 11
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR 2015
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi : Implementasi Audit Manajemen Fungsi Operasional dan Efektivitasnya dalam Penilaian Kinerja Manajerial pada PT. Angkasa Pura I (Persero) Makassar
Nama : Sri Merdekawati
Nim : 105730 2881 11
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Makassar
Menyatakan bahwa skripsi ini telah telah dipertahankan di depan penguji pada hari Kamis 22 Oktober 2015 pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.ah
Makassar, 2015 Menyetujui :
Pembimbing I
Dr. H. Ansyarif Khalid, SE, M. Si. Ak. CA
Pembimbing II
Abd. Salam.HB, SE, M. Si. Ak. CA
Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Makassar
Dr.H. Mahmud Nuhung, MA NBM : 497 794
Ketua Jurusan Akuntansi
Ismail Badollahi, SE, M. Si. Ak. CA NBM :
iii
iv
v
M O T O
Pengalaman adalah guru yang terbaik tetapi buang lah
pengalaman buruk yang hanya merugikan.
vi
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Implementasi Audit Manajemen Fungsi Operasional dan Efektivitasnya dalam Penilaian Kinerja Manajerial pada PT. Angkasa Pura I (Persero) Makassar”, atas nama Sri Merdekawati, Nim : 1057302881 11. Dalam penelitian ini membahas tentang Audit Manajemen Fungsi Operasional dan Efektivitasnya dalam Menilai Penilaian Kinerja Manajerial pada PT. Angkasa Pura I (Persero) Makassar.
Dalam penelitian ini dipergunakan metode penelitian seperti observasi, dokumentasi serta referensi buku yang relevan dengan permasalahan. Data-data yang terkumpul berupa data yang bersifat kualitatif dan diolah menjadi data yang bersifat deskriftif.
Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa jawaban rumusan masalah bahwa Pelaksanaan audit manajemen fungsi operasional pada PT Angkasa Pura I (Persero) sudah terlaksana dengan baik. Hal ini dikarenakan PT Angkasa Pura I (Persero)mampu memperhatikan keempat tahapan dalam audit manajemen fungsi operasional yaitu survey pendahuluan, penelaahan dan pengujian atas sistem pengendalian manajemen, pengujian terinci serta pengembangan laporan. Keempat tahapan penting tersebut sudah dijalankan dengan baik oleh PT Angkasa Pura I (Persero) sehingga audit operasional dalam perusahaan dapat berjalan dengan baik. Dari data-data hasil penelitian diperoleh informasi bahwa penerapan audit manajemen fungsi operasional pada PT. Angkasa Pura I (Persero) sudah efektif.
Kata Kunci : Audit Manajemen fungsi operasional, kinerja
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, yang hanya kepada-Nya aku berlindung dari dosa-dosa yang pernah kuperbuat dan kepada-Nya pula aku memohon untuk dijauhkan dari rezeki yang haram. Dialah yang Maha Adil dan tiada Keadilan kecuali berasal dari-Nya. Segala puji bagi-Nya atas segala anugerah yang telah dilimpahkan kepada kami dan penulis mendapatkan petunjuk dan bimbingan untuk mampu merangkai, mengungkapkan ide, gagasan serta menguak sebagian kecil ilmu Allah yang ada di dunia ini.
Salawat dan salam Insya Allah tetap tercurah bagi pemimpin- pemimpin besar kita, Nabi Muhammad SAW, para keluarga, para sahabat, kepada para pengikutnya hingga yang terakhir nanti.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak antara lain :
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Dekan Fakultas Ekonomi Dr. H. Mahmud Nuhung, SE., MA.
3. Ketua Jurusan Akuntansi Ismail Badollahi, SE, M. Si. Ak. CA
4. Dr. H. Ansyarif Khalid, SE, M. Si. Ak. CA selaku pembimbing I dan Abd. Salam.HB, SE, M. Si. Ak. CA selaku pembimbing II atas kesediaan beliau meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
viii
5. Teristimewa untuk orang tuaku, terima kasih atas kasih sayang, perhatian, dan dukungan yang berlimpah yang selalu diberikan.
6. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi dalam lingkup Universitas Muhammadiyah Makassar pada khususnya yang telah mendidik dengan ilmu pengetahuan, baik langsung maupun tidak langsung sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah dan penulisan skripsi ini.
7. Teman-teman dan sahabat yang selalu memberikan dorongan, dan seluruh keluarga yang telah membantu dengan tulus dan ikhlas selama menempuh pendidikan.
Semoga segala bantuan yang telah penulis terima bernilai ibadah di sisi Allah SWT dan akan dibalas dengan balasan yang terbaik nantinya, Amin. Penulis menyadari bahwa pasti banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini, walaupun demikian semoga dapat memberi sumbangsih bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan para pembaca.
Makassar, 2015
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……….………i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
M O T O ... iv
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang ... 1
B.Rumusan Masalah ... 3
C.Tujuan Penelitian ... 4
D.Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
A.Pengertian Audit ... 5
B.Audit Operasional ... 8
C.Efektivitas... 13
D.Manajemen ... 14
E.Pengertian Manajemen Personalia ... 17
F.Penilaian Kinerja ... 21
G.Peranan Audit Operasional dalam Menunjang Efektivitas Fungsi Manajemen Personalia ... 26
H.Kerangka Pikir ... 27
I. Hipotesis ... 28
BAB III METODE PENELITIAN ... 29
A.Waktu dan Tempat Penelitian ... 29
B.Jenis dan Sumber Data ... 29
C.Populasi dan Sampel ... 30
D.Metode Pengumpulan Data ... 32
E.Metode Analisis data ... 32
x
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ... 34
A.Sejarah Singkat Perusahaan PT. Angkasa Pura I (Persero) ... 34
B.Visi dan Misi Perusahaan ... 36
C.Bidang Usaha ... 37
D.Struktur Organisasi dan Uraian ... 38
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48
A.Implementasi audit manajemen fungsi operasional pada PT. Angkasa Pura I (Persero) Makassar ... 48
B.Efektivitas audit manajemen fungsi operasional dalam menilai penilaian kinerja manajerial pada PT. Angkasa Pura I (Persero) Makassar ... 77
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 99
A.Kesimpulan ... 99
B.Saran ... 100
DAFTAR PUSTAKA ... 101
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 5. 1. Distribusi Jawaban Responden auditor bagian yang terpisah .. 77 Tabel 5. 2. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Hubungan
Kekerabatan yang dimiliki Auditor... 78 Tabel 5. 3. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Auditor harus
mendapat wewenang ... 79 Tabel 5. 4. Kalkulasi Distribusi Jawaban Responden Indenpendensi
Auditor ... 80 Tabel 5. 5. Distribusi Jawaban Responden Auditor Berpendidikan S1... 81 Tabel 5. 6. Distribusi Jawaban Responden Auditor Telah memperoleh
Training ... 81 Tabel 5. 7. Distribusi Jawaban Responden Auditor Melaksanakan
Tugasnya sesuai dengan yang diberikan ... 82 Tabel 5. 8. Kalkulasi Distribusi Jawaban Responden Indenpendensi
Auditor ... 83 Tabel 5. 9. Distribusi Jawaban Responden Auditor Menetapkan Tujuan dan Ruang Lingkup Perusahaan ... 85 Tabel 5. 10. Distribusi Jawaban Responden Auditor Melakukan Evaluasi 85 Tabel 5. 11. Distribusi Jawaban Responden Auditor Melakukan Koordinasi
dan Komunikasi ... 86 Tabel 5. 12. Kalkulasi Distribusi Jawaban Responden Mengenai Audit
Pendahuluan ... 87 Tabel 5. 13. Distribusi Jawaban Responden Audit Terhadap Semua
Dokumen ... 88
xii
Tabel 5. 14. Distribusi Jawaban Responden Auditor Menggunakan Acuan dalam Proses Audit ... 89 Tabel 5. 15. Kalkulasi Distribusi Jawaban Responden Mengenai Audit
Lanjutan. ... 89 Tabel 5. 16. Distribusi Jawaban Responden Auditor Membuat Laporan
Audit ... 91 Tabel 5. 17. Distribusi Jawaban Responden Laporan Audit Secara Tertulis
... 91 Tabel 5. 18. Distribusi Jawaban Responden Laporan Menyajikan Temuan
dan Rekomendasi ... 92 Tabel 5. 19. Kalkulasi Distribusi Jawaban Responden Mengenai Laporan
Hasil Audit. ... 92
1
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki daya saing usaha yang cukup tajam, karena Indonesia tidak hanya menghadapi persaingan di dalam negeri namun juga persaingan dari luar negeri. Untuk meningkatkan daya saing perusahaan perlu meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Efektivitas itu sendiri berhubungan dengan penentuan apakah tujuan perusahaan yang ditetapkan telah tercapai. Efektivitas juga dapat diartikan sebagai produk akhir suatu kegiatan oprasional yang telah mencapai tujuannya baik dinilai dari segi kualitas ataupun dari segi kuantitas hasil kerja dan batas waktu yang telah ditargetkan. Efektivitas ditentukan antara output yang telah diberikan oleh pusat pertanggungjawaban dengan tujuan jangka pendek. Sedangkan efisiensi memperhatikan dari segi output maupun segi input.
Dengan kata lain, suatu kegiatan dapat dikatakan efisien jika kegiatan tersebut telah mencapai tujuan atau output telah berhasil meminimalkan biaya dengan tujuan diperolehnya hasil yang diinginkan.
Suatu kegiatan telah dikatakan efektif dan efisien jika semua kebijakan- kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak manajemen atau tindakan-tindakan perusahaan yang berkaitan dengan tujuan perusahaan dapat tercapai dengan pengorbanan atau biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat
operasional dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan operasional perusahaan. Pengendalian ini dapat dilakukan oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan.
Pengendalian internal dapat dilakukan oleh satuan pengendalian intern di dalam perusahaan tersebut. Pengendalian eksternal dapat dilakukan oleh perusahaan swasta baik perusahaan privat maupun publik dilakukan oleh badan pengawas. Pengendalian oleh pihak internal menjadi semakin penting seiring dengan semakin berkembangnya sistem usaha dan pemerintahan.
Pengendalian tersebut menjadi semakin penting karena tidak mungkin bagi eksekutif untuk mengawasi semua kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya. Pada situasi ini auditor sangat berperan dalam hal memperhatikan dan mengawasi kegiatan yang tidak dapat diawasi sendiri oleh pihak manajemen puncak, meminimalkan risiko yang terjadi, membantu manajemen pada bidang-bidang tekhnis, membantu dalam proses pengembalian keputusan dan menganalisis masa depan dan tidak hanya memikirkan kinerja yang terjadi pada masa lalu.
Audit merupakan suatu penilaian yang telah kompleks karena sifat sensitifitas pekerjaannya. Auditor merupakan karyawan perusahaan yang bertugas melayani kebutuhan internal. Auditor internal berfokus pada tugasnya yaitu pada kejadian-kejadian yang terjadi di masa yang akan
meyakinkan bahwa pencapaian tujuan organisasi dapat terlaksana dengan baik. Selain itu auditor internal juga harus bersikap independen dalam melaksanakan tugasnya agar menghasilkan laporan yang berkualitas.
Laporan yang disajikan oleh auditor tidak berisikan opini mengenai penyimpangan dan kecurangan yang ditemukan kelemehan atas pengendalian internal, beserta saran-saran perbaikannya.
Kegiatan operasional perusahaan yang menjadi pekerjaan utama auditor yang terkait dengan dengan kinerja manajerial karyawan. Suatu perencanaan yang matang akan sangat diperlukan karena berakibat pada kinerja perusahaan. Apabila perencanaan pemeliharaan dan perbaikan pada kinerja karyawan maka perusahaan juga akan semakin baik. Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Implementasi Audit Manajemen Fungsi Operasional dan Efektivitasnya dalam Penilaian Kinerja Manajerial pada PT. Angkasa Pura I (Persero) Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, permasalahan dala penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimanakah implementasi audit manajemen fungsi operasional dan efektivitasnya dalam penilaian kinerja manajerial pada PT. Angkasa Pura I (Persero) Makassar?
Angkasa Pura I (Persero) Makassar?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimanakah implementasi audit manajemen fungsi operasional dalam penilaian kinerja manajerial pada PT. Angkasa Pura I (Persero) Makassar.
2. Untuk mengetahui bagaimana efektifitas audit operasional yang dilakukan PT. Angkasa Pura I (Persero) Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Keguanaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan masukan dan informasi tambahan yang berguna bagi mahasiswa mengenai implementasi audit manajemen fungsi operasional dan efektivitasnya dalam menilai penilaian kinerja manajerial.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan implementasi audit manajemen fungsi operasional dan efektivitasnya dalam menilai penilaian kinerja manajerial.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Audit
Istilah audit sering disebut juga auditing, auditing merupakan salah satu atestasi. Atestasi secara umum, merupakan suatu komunikasi dari seorang expert mengenai kesimpulan tentang realibilitas dan pernyataan seseorang. Sedangkan atestasi secara sempit merupakan komunikasi tertulis yang menjelaskan suatu kesimpulan mengenai realibilitas dari asersi tertulis yang merupakan tanggung jawab dari pihak lainnya. Pengertian auditing menurut Soekrisno Agoes (2010:3) mengemukakan bahwa “Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”.
Pada dasarnya audit adalah membandingkan keadaannya yang sebenarnya dengan keadaan yang seharusnya. Pengertian Audit menurut Mulyadi (2012:9) mengemukakan bahwa “Proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan- pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut
dengan kriteria yang ditetapkan, serta menyampaikan hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan”.
Sedangkan pengertian Audit menurut Alvin A. Arens yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf (2010:15) mengemukakan bahwa
“Pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti atas informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi tersebut dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan, auditing harus dilaksanakan oleh seseorang yang kompeten dan independen”.
Dari definisi diatas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa audit adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, mengenai pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Audit dapat dibedakan menurut jenis-jenis audit, misalnya jenis audit ditinjau dari luasnya dan jenis audit ditinjau dari jenis pemeriksaannya. Menurut Soekrisno Agoes (2010:9) mengemukakan bahwa jenis-jenis audit ditinjau dari luasnya pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas:
1. General Audit (Pemeriksaan Umum), merupakan suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) independen dengan tujuan untuk bisa memberikan pendpat mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan
2. Special Audit (Pemeriksaan Khusus), merupakan suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan audit) yang dilakukan oleh KAP independen, dan pada akhir pemeriksaannya auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.
Menurut Soekrisno Agoes(2010:11) mengemukakan bahwa jenis- jenis audit ditinjau dari jenis pemeriksaannya, audit bisa dibedakan atas:
1. Management Audit (Operational Audit), adalah suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis.
2. Compliance Audit (Pemeriksaan Ketaatan), adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan maupun pihak ekstern perusahaan.
3. Internal Audit (Pemeriksaan Intern), adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan.
4. Computer Audit, adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh KAP terhadap perusahaan yang memproses data akuntansinya dengan menggunakan EDP (Electronic Data Processing) system.
B. Audit Operasional
Salah satu kegiatan mengevaluasi kinerja sebuah departemen didalam sebuah perusahaan adalah dengan melakukan audit terhadap kinerja departemen tersebut. Audit dilakukan untuk mengetahui sejauhmana suatu departemen menjalankan tugasnya sesuai visi dan misi perusahaan.
Audit ditinjau dari jenis pemeriksaan, salah satunya yaitu audit operasional.
Audit yang dilakukan untuk menilai efisiensi, efektivitas dan keekonomisan dari fungsi yang terdapat dalam perusahaan. Sesuai dengan yang dijelaskan oleh Sunarto (2010:18) mengemukakan bahwa “Audit operasional adalah pengkajian atas setiap bagian dari prosedur dan metode yang diterapkan suatu organisasi dengan tujuan untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas”.
Sedangkan pengertian audit operasional menurut Ardiyos (2011:66) mengemukakan bahwa ”Audit operasional adalah penelitian atau evaluasi terhadap kinerja manajemen dan sesuai dengan kebijakan dan anggaran.
Analisa organisasi dan operasi yang dilakukan meliputi penilaian struktur, kontrol, prosedur, dan proses”. Dari pengertian di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa audit operasional merupakan pengkajian terhadap bagian dari porosedur dan metode yang telah diterapkan oleh suatu
organisasi untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas kinerja suatu bagian dalam perusahaan.
1. Prosedur Audit Operasional Secara Umum
Prosedur audit yang dilakukan dalam suatu audit operasional tidak seluas audit prosedur yang dilakukan dalam suatu general (financial) audit, karena ditekankan pada evaluasi terhadap kegiatan
operasi perusahaan. Menurut Soekrisno Agoes (2010:56) dalam bukunya Auditing, mengemukakan audit prosedur yang dilakukan mencakup dari kutipan di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Analitical review procedures, yaitu membandingkan laporan keuangan periode berjalan dengan periode yang lalu, budget dengan realisasinya serta analysis ratio (misalnya menghitung rasio likuiditas, rentabilitas dan aktivitas baik untuk tahun berjalan maupun tahun lalu, dan membandingkannya dengan rasio industri)
b. Evaluasi atas management control system yang terdapat diperusahaan.
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah terdapat sistem pengendalian manajemen dan pengendalian intern (internal control) yang memadai dalam perusahaan, untuk menjamin keamanan harta perusahaan, dapat dipercayainya data keuangan dan mencegah terjadinya pemborosan dan kecurangan.
c. Compliance test (pengujian ketaatan), dilakukan untuk menilai efektivitas dari pengendalian intern dan sistem pengendalian
manajemen dengan melakukan pemeriksaan secara sampling atas bukti-bukti pembukuan, sehingga bisa diketahui apakah transaksi bisnis perusahaan dan pencatatan akuntansinya sudah dilakukan sesuai dengan kebijakan yang telah ditentukan menajemen perusahaan.
2. Tahapan Audit Operasional Secara Khusus
Dalam melaksanakan audit opersional auditor harus melakukan berbagai tahapan-tahapan. Menurut Soekrisno Agoes (2010:78) mengemukakan ada 4 (empat) tahapan dalam suatu audit operasional, yaitu sebagai berikut:
a. Preliminary Survey (Survey Pendahuluan), survei dilakukan untuk mendapat gambaran mengenai bisnis perusahaan yang dilakukan melalui tanya jawab dengan manajemen dan staf perusahaan serta penggunaan questionnaires.
b. Review and Testing of Management Control System (Penelaahan dan Pengujian Atas Sistem Pengendalian Manajemen), maksudnya untuk mengevaluasi dan menguji efektivitas dari pengendalian manajemen yang terdapat di perusahaan.
c. Detailed Examination (Pengujian Terinci), maksudnya melakukan pemeriksaan terhadap transaksi perusahaan untuk mengetahui apakah prosesnya sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan manajemen.
Dalam hal ini auditor harus melakukan observasi terhadap kegiatan dari fungsi-fungsi yang terdapat dalam perusahaan.
d. Report Development (Pengembangan Laporan), maksudnya dalam menyusun laporan pemeriksaan, auditor tidak memberikan opini mengenai kewajaran laporan keuangan perusahaan, laporan yang dibuat mirip dengan management letter, karena berisi audit findings (temuan pemeriksaan) mengenai penyinpangan yang terjadi terhadap kriteria (standard) yang berlaku yang menimbulkan inefisiensi, inefektifitas dan ketidakhematan (pemborosan) dan kelemahan dalam sistem pengendalian manajemen (management control system) yang terdapat diperusahaan. Selain itu juga auditor memberikan saran-saran perbaikan.
Untuk melakukan audit opersional ada beberapa pihak yang dapat melakukannya. Menurut Soekrisno Agoes (2010:79) mengemukakan bahwa audit operasional bisa dilakukan bahwa pelaksaan audit opersional dapat dilaksanakan oleh Internal Auditor, KAP, maupun oleh Management Consultant.
3. Tujuan Audit Operasional
Setiap kegiatan yang akan dilaksanakan tentunya memiliki tujuan, begitupun audit operasional yang akan dilaksanakan terhadap suatu kegiatan. Menurut Mulyadi (2012:45) mengemukakan bahwa tujuan audit operasional ada tiga, yaitu:
a. Mengevaluasi Kinerja, maksudnya membandingkan cara suatu organisasi melaksanakan aktivitasnya dengan tujuan yang ditetapkan
oleh manajemen, seperti, kebijakan organisasional, standar, tujuan, dan rencana detil, dan perbandingan dengan fungsi lain yang sama atau individual dalam organisasi.
b. Mengedentifikasi kesempatan untuk peningkatan, maksudnya auditor dapat mengidentifikasi peluang-peluang khusus (pratik terbaik) dengan menganalisis wawancara dengan individual (dalam atau luar organisasi), mengamati operasi, menelaah data masa lalu dan sekarang, menganalisis transaksi, melakukan perbandingan internal dan eksternal, dan melakukan pertimbangan profesional berdasarkan pengalaman dengan organisasi tertentu atau yang lain.
c. Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindak lanjut, maksudnya auditor operasional harus secara terus menerus praktik-praktik yang terbaik (baik internal maupun eksternal) dalam suatu program untuk perbaikan berkesinambungan.
Audit operasional memiliki karakteristik tertentu yang membedakan dengan audit lainnya. Menurut Amin Widjaja Tunggal (2011:23) mengemukakan karakteristik audit operasional, yaitu:
a. Audit operasional adalah prosedur yang bersifat investigatif b. Mencakup semua aspek perusahaan, unit atau fungsi
c. Yang diaudit adalah seluruh perusahaan, atau salah satu unitnya (bagian penjualan, bagian perencanaan produksi dan sebagainya), atau suatu fungsi, atau salah satu sub-klasifikasinya.
d. Penelitian dipusatkan pada prestasi atau keefektifan dari perusahaan/unit/fungsi yang diaudit dalam menjalankan misi, tanggungjawab, atau tugasnya
e. Pengukuran terhadap keefektifan didasarkan pada bukti/data dan standar
f. Tujuan utama audit operasional adalah memberikan informasi kepada pimpinan tentang efektif-tidaknya perusahaan, suatu unit, atau suatu fungsi. Diagnosis tentang permasalahan dan sebab-sebabnya, dan rekomendasi tentang langkah-langkah korektifnya merupakan tujuan tambahan”.
Dari pengertian diatas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa karakteristik audit operasional bersifat investigatif, mencakup semua aspek perusahaan, unit atau fungsi. Penelitian dipusatkan pada prestasi dan keefektifan dari perusahaan, unit, fungsi yang diaudit dalam menjalankan misi, tanggungjawab, atau tugasnya. Tujuan utama audit operasional yaitu memberikan informasi kepada pimpinan tentang efektif-tidaknya perusahaan, suatu unit, atau suatu fungsi di dalam suatu perusahaan.
C. Efektivitas
Menurut Anthony, Dearden, Bedford yang diterjemahkan oleh Agus Maulana (2011:12) mengemukakan bahwa “Efektivitas diartikan sebagai kemampuan satu unit untuk mencapai tujuan yang dinginkan”.
Sedangkan efektivitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Online mengemukakan bahwa “Efektivitas adalah melakukan usaha atau hal yang benar dan berhasil pada saat yang tepat untuk jangka waktu yang panjang untuk mencapai tujuan”.
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa efektivitas berkaitan dengan tujuan, dalam hal ini apabila tujuan pelaksanaan audit operasional yang telah ditetapkan sebagai pedoman atau acuan bagi audit internal dapat terlaksana dengan baik maka dapat dikatakan bahwa fungsi manajemen personalia tersebut efektif, tetapi jika pelaksanaan audit operasional tidak dapat terlaksana dengan baik maka pelaksanaan fungsi manajemen personalia tersebut tidak efektif.
D. Manajemen
Bila suatu saat perusahaan memiliki keinginan untuk mencapai tujuan, yang perlu diperhatikan adalah tujuan tersebut harus didefinisikan dengan jelas oleh perusahaan. Langkah selanjutnya adalah menentukan ciri- ciri yang akan menjadi tolak ukur keberhasilan perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan terletak pada manajemen yang baik pada perusahaan.
Pengertian manajemen menurut Azhar Susanto (2010:68) adalah Manajemen dipandang sebagai upaya atau proses pencapaian tujuan dengan menggunakan keahlian orang lain.
Menurut Edgar H. Schein yang dikutip oleh Irwan Purwanto (2002:32) mengemukakan pengertian manajemen adalah Manajemen dapat
dikatakan suatu profesi karena ciri-ciri profesional dengan ciri manajer memiliki karakteristik yang sama. Sedangkan menurut Ardiyos pengertian manajemen adalah Suatu ilmu yang mempelajari secara khusus usaha manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dengan bantuan sejumlah sumber-sumber secara efisien dan efektif.
Dari definisi diatas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa manajemen merupakan suatu profesi yang berupaya mencapai tujuan perusahaan dengan menggunakan keahlian orang lain, dan manajer memiliki karakteristik yang sama.
1. Peranan Manajemen dalam pelaksanaan audit operasional
Merujuk pada praktik sukses yang digambarkan perusahaan- perusahaan di atas, peranan manajemen terhadap audit operasional merupakan sebuah inisiasi yang dapat mendatangkan manfaat pada berbagai jenis perusahaan. Menurut RIMS dan IIA, manfaat-manfaat yang dapat diperoleh tersebut berupa:
a. Memastikan bahwa risiko-risiko kritikal telah diidentifikasi secara efektif.
b. Penggunaan sumber daya langka dengan efisien;
c. Komunikasi yang dalam dan konsisten, terutama pada level Board dan manajemen;
Pengertian yang lebih dalam dan penanganan yang terfokus pada risiko yang paling signifikan terhadap pencapaian tujuan organisasi.
Komunikasi secara terbuka dan konsisten merupakan metode utama yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan audit. Komunikasi dapat membangun pendalaman pandangan terhadap risiko-risiko yang melekat pada organisasi dan meningkatkan kapabilatas tiap divisi untuk mengelola risiko-risiko tersebut. Manajem mampu memberikan gambaran mengenai batasan yang jelas mengenai tanggung jawab dan peran setiap fungsinya dan jugadisesuaikan dengan karakteristik dan tujuan perusahaan.
Untuk menghubungkan rencana audit dan penilaian kinerja perusahaan, serta berbagi produk kerja lainnya. Hal ini dibutuhkan untuk meningkatkan koordinasi dalam usaha menjamin bahwa risiko-risiko utama dapat ditangani dengan efektif. Berbagi sumber daya-sumber daya tertentu untuk mendukung efisiensi. Sumber daya yang dimaksud termasuk sumber daya keuangan, manusia, dan waktu.
Saling meningkatkan kompetensi, peran, dan tanggung jawab setiap fungsi. Menyediakan infrastruktur komunikasi yang konsisten.
Menilai dan memantau risiko strategis. Dapat membentuk pemahaman yang lebih mendalam dan treatment yang fokus untuk mengatasi risiko strategis. Berdasarkan pengalamannya, Irene Corbe (Whirlpool Corp.) menyatakan bahwa pengadaan pertemuan dengan divisi manajemen risiko dapat meningkatkan pemahaman fungsi audit internal terhadap profil risiko perusahaan.
2. Fungsi-Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen secara umum dalam perusahaan adalah melakukan berbagai kegiatan yang dimulai dari perencanaan sampai dengan pengendalian. Fungsi manajemen menurut Irwan Purwanto adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan b. Pengorganisasian c. Staffing
d. Penggerakan (Actuating) e. Pengendalian (Controlling)
Sedangkan menurut G.R Tery yang dikutip oleh Malayu S.P Hasibuan (2010:20) mengemukakan fungsi manajemen adalah sebagai berikut:
a. Planning b. Organizing c. Actuating d. Controlling”.
Dari definisi diatas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa fungsi manajemen meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan jabatan, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap kegiatan suatu perusahaan.
E. Pengertian Manajemen Personalia
Mengelola SDM suatu organisasi diperlukan manajemen.
Manajemen bertugas menjalankan fungsi-fungsi administrasi secara umum,
yang meliputi aspek perencanaan, organisasi, koordinasi, dan kontrol.
Manajemen yang tugasnya mengelola orang di tempat kerja, biasanya disebut manajemen personalia. Sesuai yang diungkapkan oleh Margaret Attwood dan Stuart Dimmock yang diterjemahkan oleh Kusnedi (2011:13) mengemukakan bahwa ”Manajemen Personalia adalah bagian dari manajemen yang berkaitan dengan pengelolaan orang ditempat kerja”.
Dari pengertian di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa manajemen personalia bertugas mengelola orang yang bekerja di perusahaan. Dalam praktek di perusahaan setiap tenaga kerja harus mempunyai keahlian dalam bidangnya, hal ini dapat membantu perusahaan dalam mencapai tujuannya. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Margaret Attwood dan Stuart Dimmock yang diterjemahkan oleh Kusnedi bahwa tenaga ahli dapat berperan sebagai:
1. Pemeriksa, maksudnya tenaga ahli personalia bertanggung jawab untuk menjamin bahwa semua anggota pimpinan melaksanakan bagian dari peran mereka yang berkaitan dengan penggunaan SDM secara efektif.
2. Pelaksana, maksudnya manajemen Personalia adalah bagian pekerjaan manajer, tetapi sebagian kegiatannya dilaksanakan oleh tenaga ahli, bukannya oleh manajer lini atau penyelia.
3. Pemberi kemudahan (fasilitator), maksudnya adalah banyaknya kegiatan manajemen personalia membutuhkan keterampilan dan pengetahuan yang memadai jika kegiatan itu diharapkan dapat terlaksana dengan
efektif. Salah satu tanggung jawab para ahli bidang personalia adalah mengusahakan agar mereka yang melaksanakan kegiatan semacam itu, sebagai bagian dari peran pimpinan yang lebih umum, memperoleh dan mendapatkan peralatan dan fasilitas yang cukup.
4. Penasihat atau konsultan, maksunya dalam bidang ini peran ahli bidang personalia dapat disamakan dengan peran manajemen dalam perusahaan.
5. Pemberi layanan atau jasa, maksudnya adalah biasanya para manajer membutuhkan informasi untuk mereka pakai sebagai dasar keputusan dalam hal mengatur kedudukan staf mereka. Misalnya, tenaga ahli personalia dapat menyediakan statitik mengenai tingkat upah nasional, menurut jenis industri atau menurut jenis pekerjaan.
Fungsi manajemen personalia sangat memegang peranan penting dalam sebuah organisasi. Oleh karena itu, manajemen personalia harus membuat perencanaan SDM yang lebih baik lagi, terutama dalam perekrutan karyawan, sehingga posisi the right man on the right place dapat tercapai dengan cara seefektif dan seefisien mungkin. Fungsi manajemen personalia menurut Malayu S. P Hasibuan (201:34) mengemukakan bahwa:
1. Pengadaan (Procurement), maksudnya fungsi operatif ini berhubungan dengan usaha memperoleh dan menempatkan macam dan jumlah pegawai yang tepat diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Pengembangan (Development), maksudnya fungsi ini mempunyai tujuan untuk dapat meningkatkan pengetahuan serta kecakapan karyawan melalui pengadaan program-program pelatihan dan program lainnya.
3. Kompensasi (Compentation), maksudnya fungsi ini mencakup semua jenis imbalan yang diperoleh karyawan atas sumbangan prestasi mereka kepada organisasi.
4. Integrasi (Integration), maksudnya fungsi intregasi merupakan tantangan yang paling sulit dalam manajemen. Fungsi ini dimaksudkan sebagai usaha yang perlu dilaksanakan untuk mempengaruhi setiap karyawan, dengan harapan tercipta kesatuan tujuan, kesatuan pola berfikir serta kegiatan.
5. Pemeliharaan (Maintenance), maksudnya fungsi pemeliharaan ditujukan untuk dapat mempertahankan serta memperbaiki kondisi fisik dan mental para karyawan. Selain itu dianggap sebagai suatu syarat untuk dapat menjamin awetnya penggunaan karyawan dengan manfaat yang optimal.
6. Pemberhentian (Separation), maksunya pada suatu waktu tertentu, seorang karyawan akan berhenti bekerja dan harus meninggalkan pekerjaannya. Suatu hal yang tidak mungkin apabila seseorang dapat bekerja sepanjang hidupnya, oleh karena pada suatu saat ia akan mencapai usia pensiun. Selain itu, ada kalanya pula seseorang akan berhenti bekerja atas permintaannya sendiri dengan berbagai alasan pribadi, atau karena tindakan disiplin atas perilaku yang melanggar
ketentuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Segala macam pemberhentian tersebut haruslah dilakukan dengan cara-cara yang baik sehingga citra perusahaan tetap terjaga di masyarakat.
F. Penilaian Kinerja
Kinerja pegawai baik di perusahaan maupun di pemerintahan memerlukan adanya suatu pengawasan. Pengawasan dengan kata lain merupakan suatu penilaian kinerja pegawai. Penilaian kinerja sangat bermanfaat bagi organisasi dan untuk kemajuan pegawai itu sendiri.
Pengertian penilaian kinerja pegawai dikemukakan oleh Anwar Prabu Mangkunegara dalam bukunya dengan judul Evaluasi Kinerja SDM , yaitu
“Penilaian prestasi kerja (Performance apparaissal) adalah suatu proses yang digunakan pemimpin untuk menentukan apakah seorang pegawai melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya”
(Mangkunegara, 2010:10).
Berdasarkan definisi di atas, penilaian kinerja pegawai menurut Anwar Prabu Mangkunegara merupakan hal yang dilakukan pimpinan untuk menerapkan disiplin kepada pegawai. Penerapan disiplin dimaksudkan supaya pegawai bertanggung jawab atas pekerjaan. Kegunaan penilaian kinerja pegawai menurut Anwar Prabu Mangkunegara dalam bukunya dengan judul Evaluasi Kinerja SDM, yaitu:
1. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang digunakan untuk prestasi, pemberhentian dan besarnya balas jasa.
2. Untuk mengukur sejauh mana seorang pegawai dapat menyelesaikan pekerjaannya.
3. Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas seluruh kegiatan dalam perusahaan.
4. Sebagai dasar untuk mengevaluasi program latihan dan keefektifan jadwal kerja, metode kerja, struktur organisasi, gaya pengawasan, kondisi kerja dan pengawasan.
5. Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi pegawai yang berada dalam organisasi.
6. Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja pegawai sehingga dicapai Performance yang baik.
7. Sebagai alat untuk dapat melihat kekurangan atau kelemahan dan meningkatkan kemampuan pegawai selanjutnya.
8. Sebagai kriteria menentukan, seleksi dan penempatan pegawai.
9. Sebagai alat untuk memperbaiki atau mengembangkan kecakapan pegawai.
10. Sebagai dasar untuk memperbaiki atau mengembangkan uraian tugas.
Dari definisi di atas peneliti menilai bahwa kegunaan penilaian kinerja bisa menjadi suatu acuan atau patokan dalam mengembangkan kinerja pegawai untuk waktu yang akan datang. Menurut Wibowo (2010:12) menyatakan bhwa kunci untuk menciptakan penilaian kinerja pegawai yang efektif yaitu:
1. Ukuran mempunyai penggunaan spesifik bagi individu atau kelompok individu nyata. Ukuran kinerja yang efektif akan selalu membantu orang memonitor, mengontrol, mengelola, mendiagnosis, memperbaiki, atau merencanakan beberapa aspek pekerjaan menjadi lebih baik.
2. Ukuran kinerja ditangkap dan disampaikan kepada pangguna yang dimaksudkan dalam waktu yang ditentukan sebelumnya. Ketepatan waktu merupakan atribut penting terhadap kegunaan, ukuran kinerja yang baik harus disampaikan pada waktu yang tepat sehingga benar- benar dapat dipergunakan.
3. Ukuran kinerja dibagikan kepada orang yang tepat pada waktu yang tepat, atau dengan mudah dapat diakses oleh orang yang tepat. Oleh karena itu, harus diidentifikasi siapa pengguna yang memerlukan informasi sehingga dapat dihindari untuk kemungkinan jatuh pada orang yang tidak tepat.
4. Ukuran kinerja berarti dapat diserap dan dimengerti dengan cepat dan mudah. Ukuran kinerja yang baik tidak memerlukan studi mendalam untuk memahami arti pentingnya. Ukuran kinerja juga berisi beberapa tipe dasar perbandingan yang cepat membiarkan pengguna membandingkan tingkat kinerja yang diinginkan dengan tingkat kinerja sekarang.
5. Penyajian ukuran kinerja harus sesuai dengan pedoman standar.
Berdasarkan definisi Wibowo, ukuran kinerja dapat dipergunakan
untuk sejumlah keperluan yang berbeda. Keperluan tersebut dapar bermula dari sekedar mempertimbangkan tingkat kinerja sekarang, masa depan atau mengawasi secara hati-hati suatu proses yang berlangsung. Pengumpulan ukuran kinerja adalah mengidentifikasi ukuran tersebut yang akan benar- benar membantu mencapai hasil yang diinginkan, kemudian menyampaikannya kepada orang yang benar.
Penilaian kinerja ditujukan untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja pegawai dengan meningkatkan kinerja dari Sumber Daya Manusia (SDM). Secara lebih spesifik tujuan dari penillaian kinerja pegawai dikemukakan oleh Agus Sunyoto yang dikutip oleh Anwar Prabu Mangkunegara yaitu:
1. Meningkatkan saling pengertian antara pegawai tentang persyaratan kinerja.
2. Mencatat dan mengakui hasil kerja seorang pegawai, sehingga mereka termotivasi untuk berbuat yang lebih baik, atau sekurang-kurangnya berprestasi sama dengan prestasi yang terdahulu.
3. Memberikan peluang kepada pegawai untuk mendiskusikan keinginan dan aspirasinya dalam meningkatkan kepedulian terhadap karier atau terhadap pekerjaan yang di embannya sekarang.
4. Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan, sehingga pegawai termotivasi untuk berprestasi sesuai dengan potensinya.
5. Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai dengan
kebutuhan pelatihan, khusus rencana diklat, dan kemudian menyetujui rencana itu jika tidak ada hal-hal yang perlu diubah.
Berdasarkan tujuan penilaian kinerja, diharapkan SDM pegawai lebih terlatih dengan baik. Selain melakukan perencanaan, pegawai juga perlu mendapatkan program pendidikan dan pelatihan (Diklat). Keuntungan menggunakan sistem penilaian kinerja pegawai menurut Anwar Prabu Mangkunegara dalam bukunya dengan judul Evaluasi Kinerja SDM, yaitu:
1. Mempermudah hubungan antara tujuan perorangan dan tujuan unit kerja.
2. Mengurangi kemungkinan terjadinya ketidaksepakatan selama pertemuan evaluasi berjalan sesuai dengan proses perencanaan kinerja.
3. Lebih memungkinkan menempatkan manajer dan pegawai dipihak yang sama, tidak seperti dengan sistem penilaian maupun peringkat.
4. Merupakan pendekatan terhadap evaluasi kinerja yang paling mudah dibela secara hukum.
Peneliti berpendapat, bahwa penilaian kinerja sangat baik untuk dilakukan dan merupakan suatu keharusan untuk perbaikan kinerja pegawai. Apabila suatu organisasi khususnya di pemerintahan tidak melakukan penilaian kinerja, maka bisa terjadai adanya kekacauan dan kerugian. Adapun kerugian penggunaan sistem penilaian kinerja pegawai menurut Anwar Prabu Mangkunegara, yaitu:
1. Memakan waktu yang lebih banyak, karena perlunya menginvestasikan waktu di muka untuk melakukan perencanaan kinerja.
2. Meminta manajer dan pegawai mengembangkan keahlian dalam menuliskan tujuan serta standar yang penting dan dapat diukur.
3. Dapat menimbulkan lebih banyak pekerjaan administrasi ketimbang sistem penilaian maupun sistem peringkat.
4. Dapat disalahgunakan atau digunakan sambil lalu saja oleh para manajer.
Penggunaan penilaian kinerja pegawai juga memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Penilaian kinerja menuntut seorang pemimpin dan pegawai harus kerja sama dengan tujuan utama sebagai patokan.
G. Peranan Audit Operasional dalam Menunjang Efektivitas Fungsi Manajemen Personalia
Berdasarkan teori yang telah diuraikan diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa adanya peranan audit opersional dalam menunjang efektivitas fungsi manajemen personalia. Audit operasional berperan dalam menunjang efektivitas fungsi personalia, hal ini sesuai dengan pernyataan Amin Widjaja Tunggal (2008:3) mengemukakan bahwa “Tujuan utama audit operasional adalah memberikan informasi kepada pimpinan tentang efektif-tidaknya perusahaan, suatu unit, atau suatu fungsi. Diagnosis tentang permasalahan dan sebab-sebabnya, dan rekomendasi tentang langkah- langkah korektifnya merupakan tujuan tambahan”. Dari pengertian di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa audit operasional dilakukan untuk memberikan informasi mengenai penilaian kinerja karyawan yang dilakukan pada PT. Angkasa Pura I Makassar dalam melaksanakan
pekerjaan kepada pimpinan mengenai efektif-tidaknya perusahaan, suatu unit,atau fungsi yang ada pada perusahaan.
H. Kerangka Pikir
Sebuah struktur organisasi terdapat manajemen puncak yang kedudukannya berada diatas. Manajemen memerlukan informasi mengenai efektivitas dan efisiensi semua kegiatan yang dilaksanakan oleh setiap fungsi dalam organisasi. Untuk mengetahui efektif atau tidaknya kinerja sebuah fungsi dalam sebuah organisasi maka manajemen puncak memberi wewenang kepada auditor untuk melakukan audit terhadap fungsi tersebut.
Untuk menilai efektivitas kinerja suatu fungsi dalam organisasi maka harus dilakukan audit operasional. Audit operasional merupakan audit yang dilakukan terhadap kegiatan operasi yang dilakukan oleh sebuah fungsi dalam perusahaan. Agar audit operasional mencapai sasarannya, hal yang sangat penting dijaga adalah bahwa pelaksanaan kegiatan audit itu benar-benar bersifat independen, bebas dari pengaruh siapapun dalam organisasi, termasuk manajemen puncak.
Dengan melakukan audit operasional terhadap fungsi manajemen personalia maka manajer puncak dapat mengetahui efektivitas kinerja manajemen personalia. Berdasarkan uraian pada kerangka pikir diatas, maka di susun bagan sebagai berikut:
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir I. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dapatlah diberi hipotesa adalah:
1. Diduga bahwa implementasi audit operasional pada penilaian kinerja sesuai dengan SOP.
2. Diduga audit operasional sangat berperan menunjang efektivitas dalam penilaian kinerja manajerial.
Audit Operasional PT. Angkasa Pura I
(Persero)
Efektif Metode Audit
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Dalam rangka pengumpulan data dan informasi sebagai penunjang utama dalam proposal ini, maka penulis memilih objek penelitian bertempat di PT. Angkasa Pura I (Persero) direncanakan pelaksanaan kurang lebih 2 (dua) bulan yakni pada bulan Februari-April 2015.
B. Jenis dan Sumber Data
Adapun jenis dan sumber data yang dikumpulkan oleh penulis dalam penulis adalah:
1. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini terdiri atas 2 (dua) yaitu:
a. Data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk angka-angka seperti: jumlah karyawan, serta data lainnya yang ada hubungannya dengan penelitian ini.
b. Data kualitatif yaitu data yang diperoleh dari perusahaan melalui keterangan-keterangan secara tertulis, seperti sejarah atau gambaran umum perusahaan, struktur organisasi, dan informasi tentang jenis pelatihan yang pernah dilaksanakan.
2. Sumber Data
Adapun sumber data dalam penelitian ini yaitu:
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dengan mengadakan pengamatan secara langsung dan wawancara dengan pimpinan perusahaan dan karyawan lainnya.
b. Data sekunder, yaitu berupa bahan-bahan dokumentasi perusahaan seperti sejarah berupa bahan-bahan, struktur organisasi, jumlah karyawan, serta data lainnya yang ada hubungannya dengan tujuan perusahaan.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010:65).
Dalam penelitian ini dijadikan populasi adalah karyawan PT. Angkasa Pura I (Persero).
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini penulis menggunakan tehnik random sampling yang berarti pengambilan sampel diambil secara acak, maka jumlah sampel adalah 25 karyawan (Arikunto, 2010:67). Adapun uraian karywan yang menjadi responden sebagai berikut:
Tabel 1. Data Responden No Responden Jenis
Kelamin
Tingkat
Pendidikan Usia Masa Kerja (Tahun)
1 A Muis L Strata I 35 5
2 Muh Rakib L Strata I 27 2
3 Saruji L Strata I 29 4
Lanjutan tabel
4
M Ilyas
Ariansyah L D3 31 5
5 A Razak L Strata I 45 5
6 M Husni L Strata I 28 5
7 Subhan L D3 26 4
8 Anas L Strata I 35 7
9 Arifin L Strata I 34 6
10 Subhan L Strata I 30 9
11 Sulaiman L Strata I 29 7
12 Sarina P Strata I 30 8
13 Sintawati P D3 35 9
14 Febriananda P Strata I 31 9
15 Jumriati P Strata I 30 8
16
Mia
damayanti P Strata I 27 2
17 Sri Eka Putri P Strata I 29 5
18 Trisnawati P Strata I 31 6
19
Endang
Munardi P Strata I 33 6
20
Asisyah
Oktaviani P D3 32 6
21 Ummi Rahayu P Strata I 35 5
22 Sri Soraya P Strata I 46 10
23 Dewi afrianti P Strata I 40 10
24 Siskasari P Strata I 39 11
25
Emilia Ratna
Dewi P Strata I 28 6
Sumber: Absensi Karyawan PT. Angkasa Pura
D. Metode Pengumpulan Data
Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data dalam sebuah penelitian. Metode pengumpulan data pada prinsipnya berfungsi untuk mengungkapkan variabel yang akan diteliti. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah:
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara langsung pada PT. Angkasa Pura I (Persero)melalui :
a. Observasi
Pengumpulan data dengan pengamatan dan pencatatan data dari kegiatan perusahaan.
b. Kuesioner
Yaitu dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang dibahas untuk memperoleh data primer.
2. Studi Pustaka
Dilakukan dengan cara mencari dan membaca literature-literature yang ada hubungannya dengan materi penulisan.
E. Metode Analisis data
1. Analisis deskriptif kualitatif. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dilapangan dikumpulkan, diklasifikasikan, serta diolah dan dianalisis sehingga menghasilkan informasi yang lengkap bagi pemecahan
masalah. Adapu penilaian dari jawaban responden akan diberi skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju, 2 untuk jawaban tidak setuju, 3 untuk jawaban Ragu-ragu, 4 untuk jawaban setuju, dan 5 untuk jawaban sangat setuju. Hasil jawaban responden akan diolah dan disajikan dalam tabulasi data. Adapun untuk melihat keefektifan implementasi audit manajemen di gunakan rumus berikut:
Keterangan
% Skor aktual efektivitas : persen skor efektivitas yang diperoleh Skor aktual : skor yang diperoleh
Skor ideal : skor yang mungkin dicapai jika semua item dapat dijawab dengan benar
2. Analisis deskriptif kualitatif yaitu data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner akan dianalisis dan disajikan dalam bentuk gambaran atau uraian mengenai bagaimana implementasi audit manajemen fungdi operasional pada PT. Angkasa Pura I (Persero) Makassar.
34
BAB IV
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Angkasa Pura I (Persero)
PT. Angkasa Pura I (Persero) terletak di jalan Poros Makassar- Maros tepatnya di daerah Mandai merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam lingkungan Departemen Perhubungan, dipimpin oleh seorang direksi yang mempunyai tugas pokok yaitu mengusahakan dan menyelenggarakan penyediaan jasa pelayanan bandar udara.
Awalnya, PT. Angkasa Pura I (Persero) didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 1962, dengan nama Perusahaan Negara (PN) Angkasa Kemayoran dengan tugas pokok mengurus dan mengusahakan bandar udara. Tahun 1965, melalui Peraturan Pemerintah No.21 Tahun 1965 PN Angkasa Kemayoran berubah nama menjadi PN Angkasa Pura, yang mengurus dan mengusahakan bandar udara di daerah- daerah sebagai cabang. Kemudian melalui Peraturan Pemerintah No.37 Tahun 1974, Perusahaan Negara (PN) berubah bentuk menjadi Perusahaan Umum (PERUM) yang disebut Perusahaan Umum Angkasa Pura. Pada Tahun 1974, Bandar Udara Halim Perdana Kusuma ditetapkan menjadi Bandar Udara Internasional.
Sejalan dengan kebijakan pemerintah yang menginginkan agar BUMN yang telah dinilai baik dan mampu untuk lebih menekankan dan berorientasi pada keuntungan, maka dengan Peraturan Pemerintah No.5
Tahun 1992 PERUM Angkasa Pura I berubah bentuk menjadi PT.
Angkasa Pura I (Persero). Setelah Akta Pendirian Perusahaan ditandatangani pada tanggal 2 Januari 1993, maka PT. Angkasa Pura I (Persero) resmi berdiri.
Dengan diberlakukannya pembagian wilayah kerja perusahaan berdasarkan wilayah timur dan barat, maka berdampak terhadap pengelolaan Bandar Udara Polonia Medan terhitung tanggal 1 Januari 1993 tidak lagi berada dalam pengelolaan PT. Angkasa Pura I (Persero).
Sampai saat ini, PT. Angkasa Pura I (Persero) diberi kepercayaan oleh Pemerintah untuk mengelola 13 Bandar Udara yaitu : Bandar Udara Ngurah Rai–Bali, Bandar Udara Juanda–Surabaya, Bandar Udara Sultan Hasanuddin–Makassar, Bandar Udara Sepinggan–Balikpapan, Bandar Udara Frans Kaisiepo–Biak, Bandar Udara Sam Ratulangi–Manado, Bandar Udara Adisumarmo–Surakarta, Bandar Udara Adisutjipto–
Yogyakarta, Bandar Udara Syamsuddin Noor–Banjarmasin, Bandar Udara Ahmad Yani–Semarang, Bandar Udara Pattimura-Ambon, Bandar Udara Selaparang–Lombok, Bandar Udara El Tari–Kupang, 2 Terminal Cargo yaitu Terminal Cargo Makassar,mTerminal Cargo Balikpapan dan MATSC (Makassar Air Traffic Services Center) sebagai pusat pelayanan lalu lintas udara di wilayah timur Indonesia (UPG FIR).
Kawasan Tengah dan Timur Indonesia dewasa ini menjadi kawasan yang berkembang pesat untuk berbagai ragam kegiatan bisnis. Potensi
kekayaan alamnya sangat besar serta kebijakan pemerintah untuk menitik beratkan aktivitas pembangunan di kawasan Timur Indonesia pada PELITA IV adalah faktor utama yang memicu pertumbuhan ekonomi dan mobilitas masyarakat di kawasan tersebut yang ditandai dengan peningkatan penumpang angkutan udara rata-rata sebesar 16% dan cargo sebesar 12%
selama tahun-tahun terakhir ini.
Mengantisipasi laju pertumbuhan ekonomi dan mobilitas masyarakat di kedua kawasan diatas, maka PT. Angkasa Pura I (Persero) telah menyusun langkah strategis diantaranya berupa penyusunan rencana pengembangan Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin sesuai karakter dan potensi lingkungannya, khususnya Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin akan menjadi bagian integral dari pertumbuhan lingkungan serta mampu mengakomodir kebutuhan masyarakat/konsumsi di wilayahnya.
B. Visi dan Misi Perusahaan
Misi dari PT. Angkasa Pura I (Persero) adalah:
3. Meningkatkan kualitas pelayanan melalui standarisasi peralatan dan kemampuan sumber daya manusia untuk mencapai kepuasan pelanggan.
4. Menambah dan mencari sumber pendapatan baru di bidang non aeronautika terminal dan non terminal.
5. Pemenuhan standarisasi internasional terhadap keamanan dan kenyamanan pengguna jasa bandara.
6. Mendukung TTI (Trade, Tourism, dan Investment) di Kawasan Timur Indonesia pada umumnya dan Sulawesi Selatan pada khususnya.
Adapun visi dari PT. Angkasa Pura I (Persero) yaitu:
“Menjadi bandar udara Transit di Kawasan Timur Indonesia dengan kinerja prima dan dapat dibanggakan ”.
C. Bidang Usaha
PT. Angkasa Pura I (Persero) bergerak dalam bidang usaha pelayanan jasa bandar udara bagi pemanfaatan umum, memasarkan fasilitas alat-alat bandara yang dimiliki oleh PT. Angkasa Pura I (Persero), yang juga merupakan bagian dari kegiatan lalu lintas angkutan udara sehingga dari pelayanan jasa udara tersebut menghasilkan produksi yang akan memberikan laba bagi perusahaan.
Jenis pelayanan jasa yang diberikan oleh Bandar Udara Sultan Hasanuddin yaitu pelayanan bandara yang meliputi:
1. Pelayanan jasa Aeronautika Non ATS, merupakan bidang usaha yang berkaitan langsung dengan penerbangan, misalnya : Pelayanan Jasa Pendapatan, Penempatan dan Penyimpanan Pesawat (PJP4U), Pelayanan Jasa Penumpang Pesawat Udara (PJP2U), Pelayanan Jasa Penerbangan (PJP).
2. Pelayanan jasa Non Aeronautika, merupakan bidang usaha yang tidak langsung berkaitan dengan penerbangan, misalnya: pemakaian counter, sewa ruang parkir kendaraan, sewa tempat reklame, pemakaian listrik, air dan telepon.
D.
Struktur Organisasi dan UraianSalah satu faktor penting untuk mencapai tujuan perusahaan adalah struktur organisasi yang baik dan tepat dimana didalamnya terdapat pembagian kerja yang jelas. Pembagian kerja tersebut dimaksudkan agar setiap karyawan mengetahui tentang apa yang harus dilaksanakan dan mempertanggungjawabkan tugas tersebut, mengetahui siapa atasannya sehingga semua dapat diarahkan untuk membentuk angkatan kerja yang loyal dan harmonis.
Struktur organisasi merup akan perwujudan dari setiap tugas yang ada dalam tiap-tiap organisasi untuk mencapai tujuan perusahaan. Struktur organisasi PT. Angkasa Pura I (Persero) Cabang Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin ditetapkan dengan keputusan Direksi PT.
Angkasa Pura I (Persero) No.Kep.93/OM.00/2005 yang disesuaikan dengan perkembangan keadaan dewasa ini khususnya perkembangan arus lalu lintas angkatan udara dan perkembangan bandar udara.
Adapun struktur organisasi pada PT. Angkasa Pura I (Persero) Cabang Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin dapat skema 4.1 berikut ini :
39
MAKASSAR
Uraian Tugas
Struktur organisasi dan uraian tugas PT. Angkasa Pura I (Persero) Cabang Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin terdiri dari :
1. General Manager
General Manager adalah pemegang kekuasaan tertinggi yang berkewajiban untuk menyiapkan pelaksanaan dan pengendalian kegiatan pelayanan operasi keselamatan lalu lintas udara. General Manager juga bertindak sebagai administrasi pelaksana dalam rangka kegiatan keamanan, keselamatan penerbangan dan memberikan pengawasan- pengawasan terhadap tiap divisi dan dinas melalui data laporan yang disampaikan oleh tiap kepala divisi serta mengatus program kerja bandara.
2. Divisi Operasi Bandar Udara
Divisi ini mempunyai tugas menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan kegiatan jasa operasi terminal, sisi darat, sisi udara, penerangan bandar udara, pengamanan bandar udara pertolongan kecelakaan penerbangan dan pemadam kebakaran (PK-PPK).
Divisi Operasi Bandar Udara terdiri dari lima dinas yaitu : a. Dinas Operasi TMA dan Sisi Darat
Dinas ini mempunyai tugas membuat rencana kerja, menyelenggarakan dan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan pelayanan operasi jasa sisi darat, terminal dan penerangan bandar udara.
b. Dinas Operasi Sisi Udara
Dinas ini mempunyai tugas membuat rencana kerja, menyelenggarakan dan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan pelayanan operasi jasa sisi udara yang meliputi kegiatan pengaturan pergerakan, penempatan pesawat, kendaraan, peralatan dan orang di apron, pembersihan dan penanggulangan gangguan di daerah sisi udara serta ground handling.
c. Dinas Pengamanan
Dinas ini mempunyai tugas membuat rencana kerja, menyelenggarakan dan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan pelayanan operasi pengamanan dan penertiban umum bandar udara.
d. Dinas PK-PPK
Dinas ini mempunyai tugas membuat rencana kerja, menyelenggarakan dan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan pelayanan operasi pertolongan kecelakaan penerbangan dan pemadam kebakaran di lingkup bandar udara.
3. Divisi Teknik Umum dan Peralatan
Divisi ini mempunyai tugas menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan kegiatan pemeliharaan dan pembangunan fasilitas bangunan untuk operasi penerbangan dan operasi bandar udara, pemeliharaan dan pembangunan fasilitas landasan,
teknik peralatan dan tata lingkungan bandar udara. Divisi Teknik Umum dan Peratalan terdiri dari tiga dinas yaitu:
a. Dinas Teknik Bangunan
Dinas ini mempunyai tugas membuat rencana kerja, menyelenggarakan dan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan penyiapan pakai fasilitas bangunan gedung terminal bandara, gedung kargo dan bangunan gedung lapangan lainnya.
b. Dinas Landasan dan Tata Lingkungan
Dinas ini mempunyai tugas membuat rencana kerja, menyelenggarakan dan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan penyiapan pakai fasilitas landasan dan tata lingkungan bandara yang meliputi taxiway, apron, parkir, taman, pagar, saluran air serta pengolahan limbah.
c. Dinas Teknik Peralatan
Dinas ini mempunyai tugas membuat rencana kerja, menyelenggarakan dan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan penyiapan pakai fasilitas dan peralatan sistem teknik mekanikal dan air serta alat-alat besar yang meliputi kendaraan PK-PPK, traktor, mower, ambulans, kendaraan operasional, fasilitas perbengkelan dan peralatan lainnya.
4. Divisi Teknik Elektronika dan Listrik
Divisi ini mempunyai tugas menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan
dan melaporkan kegiatan pemeliharaan dan pembangunan fasilitas teknik telekomunikasi penerbangan, teknik navigasi dan radar, teknik elektronika bandara, teknik listrik, teknik otomatis untuk operasi lalu lintas penerbangan. Divisi Teknik Elektronika dan LIstrik terdiri dari lima dinas yaitu :
a. Dinas Telekomunikasi
Dinas ini mempunyai tugas membuat rencana kerja, menyelenggarakan dan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan penyiapan pakai fasilitas telekomunikasi penerbangan.
b. Dinas Teknik Navigasi dan Radar
Dinas ini mempunyai tugas membuat rencana kerja, menyelenggarakan dan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan penyiapan pakai fasilitas navigasi udara dan radar.
c. Dinas Teknik Elektronika Bandara
Dinas ini mempunyai tugas membuat rencana kerja, menyelenggarakan dan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan penyiapan pakai fasilitas elektronika bandar udara yang meliputi security system, FIDS, PAS, PABX dan peralatan elektronika bandara lainnya.
d. Dinas Teknik Listrik
Dinas ini mempunyai tugas membuat rencana kerja, menyelenggarakan dan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan
penyiapan pakai fasilitas pembangkit, jaringan listrik, airport lighting dan teknik listrik lainnya untuk kepentingan operasi bandara.
e. Dinas Teknik Otomatis
Dinas ini mempunyai tugas membuat rencana kerja, menyelenggarakan dan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan penyiapan pakai fasilitas dan peralatan teknik otomatis, baik berupa perangkat keras dan perangkat lunaknya untuk kepentingan operasi lalu lintas penerbangan.
5. Divisi Komersial dan Pengembangan Usaha
Divisi ini mempunyai tugas menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan kegiatan pengembangan usaha, pemasaran dan pembinaan pendapatan non aeronautika, aeronautika non Air Traffic Service dan aeronautika Air Traffic Service. Divisi Komersial dan Pengembangan Usaha terdiri dari tiga dinas yaitu:
a. Dinas Pendapatan Non Aeronautika
Dinas ini mempunyai tugas menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan kegiatan pengembangan usaha, pemasaran, pembinaan dan pemungutan jasa pelayanan non aeronautika bandar udara.
b. Dinas Pendapatan Aeronautika Non ATS
Dinas ini mempunyai tugas menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan kegiatan pengembangan usaha,
pemasaran, pembinaan dan pemungutan jasa pelayanan aeronautika non Air Traffic Service.
c. Dinas Pendapatan Aeronautika ATS
Dinas ini mempunyai tugas menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan kegiatan pengembangan usaha, pemasaran, pembinaan dan pemungutan jasa pelayanan aeronautika Air Traffic Service.
6. Divisi Keuangan
Divisi ini mempunyai tugas menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan kegiatan akuntansi bandar udara, perbendaharaan, anggaran dan PKBL, gudang persediaan dan inkaso. Divisi keuangan terdiri dari lima dinas yaitu:
a. Dinas Akuntansi
Dinas ini mempunyai tugas menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan kegiatan pencatatan dan pelaporan akuntansi keuangan, akuntansi manajemen, akuntansi persediaan aktiva tetap dan penghapusan aktiva.
b. Dinas Perbendaharaan
Dinas ini mempunyai tugas menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan kegiatan pengelolaan penerimaan dan pengeluaran kas/bank, administrasi dan penyimpanan surat berharga, bukti-bukti kekayaan perusahan serta penghapusan aktiva,
pengelolaan hutang, dana, perpajakan, pemotongan dan penyetoran iuran pegawai dan kegiatan administrasi keuangan lainnya.
c. Dinas Anggaran dan PKBL
Dinas ini mempunyai tugas menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan kegiatan penyusunan, pengendalian dan pelaporan anggaran, pengelolaan penyaluran dana PKBL melalui proses seleksi yang tepat serta pengendalian PKBL sehingga dapat dicapai tingkat pengembalian dana program kemitraan serta asas manfaat yang paling optimal bagi mitra binaan perusahaan.
d. Dinas Gudang Persediaan
Dinas ini mempunyai tugas menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan kegiatan pengelolaan penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran barang persediaan di gudang, beserta administrasi pendukungnya.
e. Dinas Inkaso
Dinas ini mempunyai tugas menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan kegiatan pengelolaan penagihan atau penagihan piutang dari para pengguna jasa perusahaan.
7. Divisi Personalia dan Umum
Divisi ini mempunyai tugas menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan kegiatan pengelolaan personalia bandar udara, Ketatausahaan Kantor, Pelayanan Umum dan Hukum, Sistem Informasi