• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI. tema dengan proses pembelajaran yang bermakna disesuaikan dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI. tema dengan proses pembelajaran yang bermakna disesuaikan dengan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

10 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Tematik

a. Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik adalah pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam tema dengan proses pembelajaran yang bermakna disesuaikan dengan perkembangan siswa. (Akbar, dkk. 2016:17). Sementara itu menurut Mamat SB, dkk. (dalam Prastowo, 2014:54) pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang mengelola pembelajaran dengan mengintegrasikan materi dari beberapa mata pelajaran kedalam satu topik yang disebut tema.

Menurut Majid (dalam Chusna, 2019) pembelajaran tematik merupakan suatu pembelajaran yang dilakukan dengan sebuah rancangan berdasarkan adanya tema tertentu yang dalam pelaksanaanya, tema itu dilihat dari berbagai muatan mata pelajaran. Hajar (2013), berpendapat bahwa tema merupakan sebuah istilah yang terdapat dalam pembelajaran tematik yang berarti pokok pikiran yang menjadi inti pembahasan dalam kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik merupakan proses pembelajaran yang menggabungkan antar muatan pelajaran yang saling berhubungan. Pembelajaran tematik menuntut peserta didik berperan aktif untuk menemukan berbagai pengalaman langsung dan memperoleh pengetahuan yang dipelajari dari konsep dalam suatu tema.

Pembelajaran tematik juga disesuaikan dengan kemampuan dan perkembangan sehingga menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik.

(2)

b. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Menurut Khaeruddin (dalam Prastowo, 2014:99) pembelajaran tematik memiliki enam karakteristik diantaranya: 1). Pembelajaran berpusat pada peserta didik (student centered) yang menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar dan guru sebagai fasilitator; 2). Memberikan pengalaman langsung pada peserta didik, sehingga peserta didik memahami sesuatu yang nyata atau konkret; 3).

Pemisahan antar mata pelajaran tidak begitu jelas, dan fokus pembelajaran pada tema-tema yang berkaitan dengan kehidupan siswa; 4). Pembelajaran bersifat fleksibel dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dengan lingkungan sekitar peserta didik; 5). Memuat konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran, sehingga peserta didik dapat memahami konsep-konsep secara utuh; 6). Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan minat peserta didik.

c. Kelebihan dan kelemahan pembelajaran tematik 1) Kelebihan pembelajaran tematik

Menurut Rusman (dalam Prastowo, 2014:69) ada enam kelebihan dari pembelajaran tematik, yaitu:

a) Pengalaman dan kegiatan belajar yang relevan dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan peserta didik.

b) Kegiatan dalam pelaksanaan pembelajaran berdasarkan minat dan kebutuhan peserta didik.

c) Hasil belajar dapat lebih melekat dikarenakan kegiatan belajar yang lebih bermakna dan berkesan.

d) Mengembangkan keterampilan berpikir peserta didik.

(3)

e) Memuat kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui di lingkungan pesera didik.

f) Mengembangkan keterampilan sosial peserta didik, seperti toleransi, komunikasi dan kerja sama.

2) Kekurangan pembelajaran tematik

Selain kelebihan, pembelajaran tematik memiliki beberapa kekurangan, terutama dalam pelaksanaannya yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan evaluasi pada proses. Trianto (dalam Prastowo, 2014:70) mengidentifikasi keterbatasan pembelajaran tematik meliputi enam aspek, yaitu:

a) Aspek guru, dalam hal ini guru harus memiliki wawasan yang luas, memiliki keterampilan dan kreativitas yang tinggi, serta berani mengembangkan materi yang akan diajarkan dalam pembelajaran. Guru juga harus banyak membaca dan menggali informasi yang berkaitan dengan materi dan mampu menguasai bahan ajar dan tidak terfokus pada bidang tertentu.

b) Aspek peserta didik, dalam pembelajaran tematik menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif baik, dalam akademik maupun keterampilannya. Hal ini dikarenakan pembelajaran tematik menekankan pada kemampuan analitis (mengurai), kemampuan asosiatif dan elaborative (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif (menemukan dan menggali). Jika kemampuan tersebut tidak dimiliki peserta didik, maka penerapan model pembelajaran ini sulit dilaksanakan.

c) Aspek sarana dan sumber pembelajaran, dalam hal ini pembelajaran memerlukan bahan bacaan yang cukup banyak dan beragam, serta tidak menutup kemungkinan juga fasilitas internet. Hal tersebut dibutuhkan sebagai

(4)

penunjang pembelajaran ataupun untuk menambah dan mengembangkan wawasan.

d) Aspek kurikulum, dalam pembelajaran tematik kurikulum harus luwes dan berorientasi dengan ketuntasan pencapaian pemahaman peserta didik, bukan pada target penyampaian materi. Guru berwenang untuk mengembangkan materi, metode, serta penilaian guna keberhasilan pembelajaran.

e) Aspek penilaian, dalam pembelajaran tematik membutuhkan penilaian yang menyeluruh, dengan menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian yang terpadu. Selain itu, guru juga dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur penilaian yang komprehensif, serta dapat berkoordinasi dengan guru lain jika beberapa materi berasal dari guru yang berbeda.

2. Materi

a. Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), dan Indikator

Pada pembelajaran tematik ini kompetensi dasar sesuai dengan yang tercantum pada kelas V tema 8 “Lingkungan Sahabat Kita” subtema 3 “Usaha Pelestarian Lingkungan” pada pembelajaran 3.

Tabel 2.1 Kompetensi Inti Kompetansi Inti Kelas V

1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangga, dan negara.

3. Memahami pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat dasar dengan cara mengamati, menanya, dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain.

4. Menunjukkan keterampilan berfikir dan bertindak kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif. Dalam bahasa yang jelas, sistematis, logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan tindakan yang mencerminkan perilaku anak sesuai dengan tahap perkembangannya.

Sumber : Kemendikbud (2017)

(5)

Tabel 2.2 Kompetensi Dasar, Indikator dan Tujuan Pembelajaran

Kompetensi Dasar Indikator

IPS

3.3 Menganalisis peran ekonomi dalam upaya menyejahterakan kehidupan masyarakat di bidang sosial dan budaya untuk memperkuat kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia serta hubungannya dengan karakteristik ruang

3.3.1 Menjelaskan macam-macam kegiatan ekonomi di kota Batu.

3.3.2 Mengidentifikasi peran kegiatan ekonomi bagi masyarakat Kota batu

4.3 Menyajikan hasil analisis tentang peran ekonomi dalam upaya menyejahterakan kehidupan masyarakat dibidang sosial dan budaya untuk memperkuat kesatuan dan persatuan bangsa

4.3.1 Menuliskan hasil identifikasi peran kegiatan ekonomi bagi masyarakat Kota Batu

Bahasa Indonesia

3.8 Menguraikan urutan peristiwa atau tindakan yang terdapat pada teks nonfiksi.

3.8.1 Mengidentifikasi urutan peristiwa yang terdapat dalam teks nonfiksi 3.8.2 Menjelaskan urutan peristiwa yang

terdapat dalam teks nonfiksi 4.8 Menyajikan kembali peristiwa atau tindakan

dengan memperhatikan latar cerita yang terdapat pada teks fiksi.

4.8.1 Menuliskan peristiwa yang terdapat dalam teks nonfiksi

4.8.2 Menyampaikan kembali peristiwa yang terdapat pada teks nonfiksi PPKn

1.3 Mensyukuri keberagaman sosial budaya masayarakat sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa dalam konteks Bhineka Tunggal Ika.

2.3 Bersikap toleran dalam keberagaman sosial budaya masyarakat dalam konteks Bhineka Tunggal Ika.

3.3 Menelaah keberagaman sosial budaya masyarakat.

3.3.1 Mengidentifikasi keberagaman sosial masyarakat Kota Batu

3.3.2 Mengidentifikasi keberagaman budaya masyarakat Kota Batu

4.3 Menyelenggarakan kegiatan yang mendukung keberagaman sosial budaya masyarakat.

4.3.1 Menyampaikan pendapat dalam menghargai keberagaman sosial budaya di lingkungan sekitar

Sumber: Kemendikbud (2017) dan olahan peneliti

b. Peran Ekonomi

Ekonomi memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia memiliki banyak kebutuhan dalam kehidupannya, dan untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia harus bekerja. Pekerjaan manusia sesuai dengan kondisi wilayah tempat tinggal, pendidikan maupun bakat ketrampilannya.

(6)

1) Jenis-jenis usaha bidang ekonomi menurut Syamsiyah, dkk. (2008:57) sebagai berikut :

a) Pertanian, merupakan kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang menghasilkan produk pertanian berupa bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya.

b) Perdagangan, merupakan kegiatan usaha yang menyalurkan barang produksi dari produsen kepada konsumen. Pedagang menjual barang ke konsumen.

c) Industri, merupakan kegiatan usaha mengubah bahan baku menjadi bahan jadi atau setengan jadi.

d) Jasa, merupakan kegiatan usaha dalam bentuk pelayanan terhadap konsumen.

2) Kegiatan Ekonomi menurut Susilaningsih (2008:108) adalah sebagai berikut:

a) Produksi

Produksi adalah kegiatan menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Orang yang melakukan kegiatan produksi disebut produsen.

Yang termasuk dalam kegiatan produksi antara lain periklanan, industri, dan kerajinan. Contoh jenis produksi hasil dari olahan teknologi yaitu jenis produk makanan, minuman, serta keperluan sehari-hari.

b) Distribusi

Distribusi adalah penyebaran atau penyaluran hasil produksi ke konsumen.

Produk yang dihasilkan dari produsen disalurkan kepada konsumen melalui perantara. Perantara yang menyalurkan hasil produksi ke konsumen ini disebut distributor.

c) Konsumsi

(7)

Konsumsi adalah kegiatan memakai atau menggunakan barang untuk memenuhi kebutuhan, baik berupa barang maupun jasa.orang yang memakai hasil prooduksi disebut konsumen. Contoh kegiatan konsumsi yaitu kegiatan menghabiskan makanan dan kegiatan menggunakan kendaraan.

c. Teks Nonfiksi

Teks nonfiksi merupakan teks yang berisikan tulisan berdasarkan kenyataan yang mengkaji keilmuan atau pengalaman seseorang (Nurgiyantoro, 2017:19). Pendapat lain disampaikan oleh Dasuki (2017:20) bahwa teks nonfiksi merupakan sebuah tulisan yang dihasilkan dalam bentuk cerita nyata atau cerita kehidupan setiap hari yang dituliskan menjadi sebuah cerita. Dengan kata lain teks nonfiksi merupakan karya yang bersifat faktual atau peristiwa yang benar-benar terjadi.

Teks nonfiksi menggunakan bahasa yang bersifat denotatif (bahasa sebenarnya) sehingga pembaca teks nonfiksi dapat memahami secara langsung maksud dan isi dari teks. Dasuki (2017:20) menyatakan bahwa terdapat beberapa ciri-ciri teks nonfiksi antara lain yaitu, 1) biasanya berbantuk tulisan karya ilmiah, 2) teks nonfiksi memiliki taraf objektivitas yang tinggi, 3) bahasa bersifat denotatif dan menunjuk pada pengertian yang sudah terbatas sehingga tidak bermakna ganda.

d. Keberagaman Sosial Budaya Masyarakat

Indonesia merupakan negara kepulauan yang mencakup willayah yang sangat luas. Masyarakat Indonesia tersebar dalam kelompok-kelompok masyarakat yang menempati wilayah-wilayah pedesaan ataupun perkotaan. Setiap

(8)

kelompok masyarakat yang menempati wilayah tertentu memiliki karakteristik dan ciri khas masing-masing. Perbedaan inilah yang menyebabkan terciptanya keberagaman sosial serta budaya pada masyarakat.

1) Keberagaman sosial

Keberagaman sosial menurut Chatarina (2018:10) antara lain dapat terlihat dari jenis pekerjaan atau mata pencaharian masyarakatnya. Jenis pekerjaan yang dilakukan oleh penduduk suatu wilayah biasanya dipengaruhi oleh lingkungan alam disekitarnya. Keberagaman sosial lainnya juga dapat dilihat dari berbedaan suku, agama dan bahasa. Masyarakat disuatu wilayah biasanya terdiri dari orang- orang dengan berbagai macam suku, adat istiadat, agama, serta bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

2) Keberagaman budaya

Keberagaman adalah suatu keadaan masyarakat yang berbeda-beda, baik suku, agama maupun budaya. Keberagaman budaya masyarakat dapat dilihat dari berbagai macam antara lain makanan khas, pakaian adat, bahasa daerah, rumah adat, kesenian dan upacara adat (Chatarina, 2018:15). Budaya daerah yang mencerminkan kekhasan daerah daln merupakan kekayaan bangsa Indonesia.

Keberagaman budaya dalam bidang kesenian salah satunya dapat berupa kesenian tari daerah misalnya Tari Sembromo yang berasal dari Kota Batu, Jawa Timur.

3. Modul

a. Pengertian Modul

Modul menurut Daryanto (2013:9) merupakan salah satu bahan ajar yang disusun secara utuh dan sistematis, yang mencakup seperangkat pengalaman

(9)

belajar yang terencana dan didesain untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Sementara itu, menurut Akbar (2016:33) modul diartikan sebagai bahan ajar yang dikemas secara sistematis memuat isi materi, metode, dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri. Pendapat lain disampaikan oleh Prastowo (2014:209) bahwa modul adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat pengetahuan dan usianya, agar dapat belajar secara mandiri atau dengan bimbingan guru.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa modul merupakan salah satu bahan ajar yang terdiri dari seperangkat kegiatan belajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami sehingga dapat digunakan peserta didik secara mandiri. Berdasarkan bentuknya modul tergolong ke dalam salah satu bahan ajar yang berbentuk cetak dan tidak membutuhkan alat proyektor. Sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Majid (2008), bahwa modul dikelompokkan dengan buku, handout, lembar kegiatan peserta didik (LKPD), leafleat, model/maket, wallchart, foto/gambar.

b. Karakteristik Modul

Adapun karakteristik modul menurut Daryanto (2013:9) antara lain : 1) Self instruction, artinya dengan adanya modul diharapkan dapat membuat

peserta didik belajar secara mandiri dan tidak tergantung pada guru.

2) Self contained, artinya modul memuat materi yang utuh dan dibutuhkan oleh peserta didik.

3) Berdiri sendiri (stand alone), artinya dengan adanya modul, peserta didik tidak harus menggunakan bahan ajar/media lain.

(10)

4) Adaptif, artiya modul harus dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel ketika digunakan.

5) Bersahabat/akrab (user friendly), artinya modul dikemas dengan menggunakan bahasa yang sederhana, menggunaka istilah yang umum digunakan, sehingga mudah dipahami oleh peserta didik.

c. Tujuan Modul

Adapun tujuan dalam pembuatan atau penyusunan modul pada kegiatan pembelajaran menurut Prastowo (2014:211) antara lain :

1) Agar siswa dapat belajar secara mandiri tanpa, atau, dengan bimbingan guru.

2) Agar peran guru tidak terlalu dominan dalam kegiatan pembelajaran.

3) Melatih kejujuran peserta didik.

4) Mengakomodasi berbagai tingkat dan kecepatan belajar pada peserta didik.

5) Agar peserta didik mampu mengukur sendiri tingkat penguasaan materi yang telah dipelajari.

d. Unsur-unsur Modul

Menurut Prastowo (2014:214) dalam membuat modul yang baik dan benar, salah satu hal terpenting yang harus dipahami adalah strukturnya. Modul paling tidak berisi 7 komponen, yaitu: 1) Judul, yaitu sesuatu yang mencerminkan isi modul; 2) Petunjuk belajar, yaitu berisi tentang cara menggunakan modul; 3) Kompetensi yang akan dicapai, yaitu hal yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik setelah mempelajari modul; 4) Materi pokok, yaitu berisi materi inti yang akan dipelajari oleh peserta didik agar mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan; 5) Informasi pendukung, yaitu uraian materi yang akan dipelajari oleh peserta didik; 6) Latihan, yaitu tugas yang diberikan untuk pembaca atau

(11)

peserta didik; dan 7) penilaian, yaitu berisi petunjuk cara menilai mandiri hasil mengerjakan latihan yang terdapat pada modul.

e. Kelebihan dan Kekurangan Modul 1) Kelebihan Modul

Modul sebagai salah satu bahan ajar memiliki kelebihan untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Menurut Oemar (dalam Maidah, 2015:41) pengajaran menggunakan modul mempunyai keuntungan dibandingkan dengan metode pengajaran lain, yakni:

a) Partisipasi aktif; kegiatan belajar dapat dilakukan dengan partisipasi aktif dalam bentuk learning by doing.

b) Kebebasan; peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar mandiri, seperti membaca sendiri, dan tidak bergantung kepada guru.

c) Individualisasi belajar; siswa atau pembelajar dapat belajar berdasarkan kemampuan dan kecepatan sendiri, tidak banyak bergantung kepada guru semata.

d) Modul mudah dibawa, sehingga dapat dipelajari dimanapun dan kapan pun.

2) Kelemahan Modul

Selain mempunyai kelebihan, modul juga memiliki beberapa kelemahan.

Secara umum, modul memiliki kelemahan yang sama dengan bahan ajar cetak lainnya. Adapun kelemahan modul antara lain:

a) Membutuhkan kemampuan membaca dengan pemahaman. Hal ini menjadi hambatan bagi peserta didik yang kurang terampil dalam membaca.

b) Modul menuntut peserta didik untuk memiliki disiplin dan keinginan belajar yang tinggi.

(12)

c) Dari segi fisik modul disajikan dalam bentuk kertas atau cetak, sehingga akan sangat rentan dan mudah rusak.

4. Kearifan Lokal

a. Pengertian Kearifan Lokal

Setiap daerah memiliki kearifan lokal yang harus dikembangkan sesuai potensinya masing-masing. Kearifan lokal atau yang disebut dengan budaya lokal, merupakan budaya asli yang berkembang pada masyarakat di suatu daerah, sehingga menjadi ciri khas yang menggambarkan suatu daerah tertentu (Wijiningsih, 2017). Sementara itu, menurut Ahmadi (dalam Avalentina, 2018) kearifan lokal merupakan segala sesuatu yang memiliki ciri khas kedaerahan yang mencakup aspek ekonomi, budaya, teknologi informasi, komunikasi, dan ekologi.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kearifan lokal merupakan budaya yang menjadi ciri khas suatu daerah yang memiliki nilai-nilai budaya masyarakat yang terbentuk secara alami melalui suatu proses belajar dari waktu ke waktu.

b. Tujuan Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal

Menurut Ahmadi (dalam avalentina, 2018) tujuan adanya pendidikan berbasis kearifan lokal yaitu:

1) Agar peserta didik mengetahui keunggulan lokal daerah tempat tinggalnya, 2) Memahami berbagai aspek yang berhubungan dengan keunggulan lokal

daerah tersebut,

3) Peserta didik mampu mengolah sumber daya alam dan melestarikan budaya yang menjadi keunggulan di daerah tersebut.

(13)

c. Kearifan Lokal Kota Batu

Kearifan lokal Kota Batu merupakan nilai yang terkandung dalam berbagai aspek baik dalam aspek budaya maupun aspek non budaya yang menjadi ciri khas yang dimiliki oleh wilayah Kota Batu. Kota Batu memiliki berbagai kearifan lokal misalnya, sejarah, makanan khas, kebudayaan, dan lain sebagainya.

Kearifan lokal Kota Batu yang akan diintegrasikan yaitu 1). makanan khas Kota Batu. Dikenal dengan daerah penghasil buah apel, masyarakat Kota Batu memanfaatkan buah apel menjadi berbagai olahan seperti makanan maupun minuman yang menjadi ciri khas dari Kota Batu. 2). Sejarah salah satu daerah di Kota Batu yaitu Dusun Rejoso yang terletak di Kecamata Junrejo Kota Batu.

Dusun ini dikenal sebagai kampung wisata kerajinan tangan. Dengan 6 orang pendiri bersaudara, dapat mengubah masyarakat yang awalnya bekerja sebagai buruh tani, menjadi pengrajin kayu. Hingga dusun ini diberi gelar sebagai Kampung Wisata Kerajinan Kayu (Azis, 2017). 3). Budaya di Kota Batu. Salah satu kesenian khas dari Kota Batu yaitu kesenian tari Sembromo. Tari Sembromo merupakan tari yang digagas oleh para seniman Batu. Tari ini biasa ditampilkan sebagai tari penyambut tamu.

5. Modul Tematik Berbasis Kearifan Lokal Kota Batu

Modul tematik berbasis kearifan lokal Kota Batu merupakan bahan ajar cetak yang berfungsi sebagai penunjang proses pembelajaran di kelas V SD.

Modul berisi materi pembelajaran yang sesuai dengan lingkungan sekitar peserta didik yaitu Kota Batu. Modul dikembangkan untuk kelas V SD pada tema Lingkungan Sahabat Kita Subtema Usaha Pelestarian Lingkungan pembelajaran

(14)

3, yang materinya dikaitkan dengan lingkungan di sekitar peserta didik yaitu terkait kondisi lingkungan yang ada di Kota Batu.

Pengembangan modul tematik berbasis kearifan lokal Kota Batu yang dikhususkan pada kondisi lingkungan di Kota Batu dengan tema Lingkungan Sahabat Kita Subtema Usaha Pelestarian Lingkungan pembelajaran 3 yaitu:

a. Analisis kebutuhan, kurikulum, karakteristik, serta lingkungan tempat tinggal peserta didik.

b. Perencanaan tema yang sesuai yaitu Lingkungan Sahabat Kita subtema Usaha Pelestarian Lingkungan pada pembelajaran 3.

c. Membuat indikator pembelajaran dari KD yang telah ditentukan sesuai dengan materi yang akan dibahas.

d. Membuat tujuan pembelajaran dengan memperhatikan ABCD (Audience, Behavior, Conditions, Degree).

e. Membuat modul berbasis kearifan lokal yang disesuaikan dengan materi yang akan dibahas dalam modul. Muatan pelajaran yang dibahas yaitu Bahasa Indonesia, IPS, dan PPKn.

f. Modul terlebih dahulu divalidasi pengembangannya kepada ahli bahan ajar, ahli materi, dan ahli pembelajaran. Apabila hasil uji validasi menunjukkan modul perlu direvisi maka harus direvisi terlebih dahulu.

g. Setelah modul divalidasi dan hasilnya valid dan tidak perlu revisi, maka modul diuji coba pada peserta didik kelas V di SDN Beji 01 Batu dalam 1 kelas.

h. Setelah diuji coba akan dilakukan analisis data untuk melihat hasil dari pengembangan modul.

(15)

Tabel 2.3 Indikator Pengembangan Modul Tematik Berbasis Kearifan Lokal Kota Batu

Indikator Tahapan Kegiatan Pembelajaran

IPS

Kompetensi Dasar

3.3 Menganalisis peran ekonomi

dalam upaya

menyejahterakan kehidupan masyarakat di bidang sosial dan budaya untuk memperkuat kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia serta hubungannya dengan karakteristik ruang

4.3 Menyajikan hasil analisis tentang peran ekonomi dalam upaya menyejahterakan kehidupan masyarakat dibidang sosial dan budaya untuk memperkuat kesatuan dan persatuan bangsa.

Indikator

3.3.1 Menjelaskan macam- macam kegiatan ekonomi di Kota Batu.

3.3.2 Mengidentifikasi

pengaruh kegiatan

ekonomi dalam

menyejahterakan masyarakat Kota Batu 4.3.1 Menuliskan hasil

identifikasi peran kegiatan ekonomi dalam menyejahterakan

masyarakat Kota Batu Bahasa Indonesia

Kompetensi Dasar

3.8 Menguraikan urutan peristiwa atau tindakan yang terdapat pada teks nonfiksi.

4.8 Menyajikan kembali peristiwa atau tindakan dengan memperhatikan latar cerita yang terdapat pada teks fiksi.

Indikator

3.8.1 Mengidentifikasi urutan peristiwa yang terdapat dalam teks nonfiksi

3.8.2 Menjelaskan urutan peristiwa yang terdapat dalam teks nonfiksi

4.8.1 Menuliskan urutan peristiwa yang terdapat

Guru menjelaskan materi tentang pelestarian lingkungan melalui metode ceramah

Peserta didik

mendengarkan penjelasan guru mengenai pelestarian lingkungan

Guru memberikan

pertanyaan mengenai pelestarian lingkungan

Peserta didik

mendengarkan dan menjawab pertanyaan dari guru mengenai pelestarian lingkungan

Guru memberikan modul berbasis kearifan lokal Kota Batu kepada peserta didik untuk dibaca petunjuk penggunaannya

Peserta didik membaca petunjuk penggunaan modul tematik berbasis kearifan lokal Kota Batu

Guru menugaskan peserta didik membaca teks materi pada modul terkait macam- macam kegiatan ekonomi di Kota Batu

Peserta didik membaca teks materi pada modul terkait macam-macam kegiatan ekonomi di Kota Batu

Guru memberikan

pertanyaan mengenai teks materi yang telah dibaca peserta didik

Peserta didik menjawab pertanyaan guru mengenai teks materi yang telah dibaca

Guru membagi peserta didik menjadi berpasangan

Peserta didik dibagi menjadi berpasangan Guru menugaskan peserta

didik mendiskusikan peran kegiatan ekonomi bagi masyarakat Kota Batu secara berpasangan

Peserta didik berdiskusi mengenai peran kegiatan ekonomi bagi masyarakat Kota Batu secara berpasangan

Guru menjelaskan mengenai urutan peristiwa

Peserta didik

mendengarkan penjelasan guru mengenai urutan peristiwa

Guru menugaskan peserta didik mengidentifikasi urutan peristiwa dari teks nonfiksi pada modul

Peserta didik

mengidentifikasi urutan peritiwa dari teks nonfiksi pada modul

Guru meminta beberapa peserta didik menyampaikan hasil identifikasi

Beberapa peserta didik menyampaikan kembali peristiwa

(16)

dalam teks nonfiksi 4.8.2 Menyampaikan kembali

peristiwa yang terdapat pada teks nonfiksi

PPKn

Kompetensi Dasar

1.3 Mensyukuri keberagaman sosial budaya masayarakat sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa dalam konteks Bhineka Tunggal Ika.

2.3 Bersikap toleran dalam keberagaman sosial budaya masyarakat dalam konteks Bhineka Tunggal Ika.

3.3 Menelaah keberagaman sosial budaya masyarakat.

4.3 Menyelenggarakan kegiatan

yang mendukung

keberagaman sosial budaya masyarakat

Indikator

3.3.1 Mengidentifikasi

keberagaman sosial budaya masyarakat Kota Batu 3.3.2 Menyebutkan keberagaman

sosial budaya masyarakat Kota Batu

4.3.1 Menyampaikan pendapat dalam menghargai keberagaman sosial budaya di lingkungan sekitar

Guru menjelaskan mengenai keberagaman sosial budaya di Kota Batu

Peserta didik

mendengarkan penjelasan

guru mengenai

keberagaman sosial budaya di Kota Batu

Guru memberi pertanyaan mengenai keberagaman sosial budaya di Kota Batu

Peserta didik menjawab pertanyaan guru mengenai keberagaman sosial budaya di Kota Batu

Guru meminta peserta didik menulis dan menyampaikan pendapat dalam menghargai keberagaman sosial budaya di lingkungan sekitar

Peserta didik menulis dan menyampaikan pendapat dalam menghargai keberagaman sosial budaya di lingkungan sekitar Guru menugaskan peserta

didik mengerjakan soal evaluasi pada modul

Peserta didik mengerjakan soal evauasi pada modul

Guru membahas bersama materi dan soal yang sudah dikerjakan peserta didik

Peserta didik membahas bersama guru materi dan soal yang terlah dikerjakan

(17)

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Tabel 2.4 Penelitian yang Relevan No. Nama Peneliti,

Tahun, dan Judul Penelitian

Persamaan Perbedaan Hasil

1. Arshy Al Maidah.

2015.

Pengembangan Modul Tematik Sebagai Penunjang Bahan Ajar Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar Negeri Patuk 1 Gunungkidul

1. Pengembangan bahan ajar berupa modul

1. Penelitian terdahulu dilakukan di kelas I SD, sedangkan penelitian akan dilakukan di kelas V SD.

2. Menggunakan model Borg & Gall, sedangkan penelitian akan menggunakan model ADDIE.

Modul hasil validasi materi menunjukkan hasi 4,36 dengan kategori A yaitu sangat baik Validasi ahli media mendapat 4,10 kategori A sangat baik. dan hasil uji lapangan mendapat 4,82

2. M. Farid Nurul Anwar, Ruminiati,

& Suharjo. 2017.

Pengembangan Modul

Pembelajaran Tematik Terpadu Berbasis Kearifan Lokal Kabupaten Sumenep Kelas IV Subtema

Lingkungan Tempat Tinggalku

1. Pengembangan bahan ajar berupa modul tematik.

2. Pengembangan berbasis kearifan lokal

1. Penelitian terdahulu dilakukan di kelas IV SD dengan tema

“Daerah Tempat Tinggalku”, sedangkan penelitian akan dilakukan di kelas V SD dengan tema

“Lingkungan Sahabat Kita”.

2. Menggunakan model Borg & Gall, sedangkan penelitian akan menggunakan model ADDIE.

Validas ahli materi 76,13%, ahli bahasa 92,74% dan ahli desain 82,80%

Hasl uji kelompok kecil 82,90% dan hasil belajar untuk sikap 96,25%

keterampilan 90,27% dan pengetahuan 89,54%

3. Patriksius Arpan, dkk. 2018. The Development of Science Learning Module with Problem Solving Methode

1.Pengembangan bahan ajar berupa modul

1. Modul pada penelitian terdahulu untuk mata pelajaran IPA pada SMP sedangkan penelitian akan mengembangkan modul tematik pada SD.

2. Penelitian terdahulu menggunakan metode problem solving sedangkan penelitian akan menggunakan kearifan lokal.

Rata-rata hasil pretest 66,44 dan post test 71,37.

Validasi ahli desain 3,49, ahli materi 3,39 dan ahli media 3,66 dengan kategori baik

(18)

C. Kerangka Pikir

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Kondisi Ideal :

1. Peserta didik dapat belajar tentang keadaan lingkungan daerahnya terlebih dahulu kemudian belajar mengenal lingkungan daerah lain.

2. Pendidik perlu mengembangkan bahan ajar lain yang sesuai dengan keadaan lingkungan peserta didik.

3. Peserta didik dapat berperan aktif dalam pembelajaran.

Sumber : Anwar, dkk. 2017.

Kondisi Nyata :

1. Peserta didik belajar dengan menggunakan buku dari pemerintah, sehingga pembelajaran tidak kontekstual atau tidak sesuai dengan keadaan lingkungan peserta didik.

2. Pendidik cenderung berorientasi pada buku dari pemerintah, serta kesulitan mengembangkan bahan ajar yang sesuai dengan keadaan lingkungan peserta didik.

3. Tidak semua peserta didik berperan aktif dalam pembelajaran.

Sumber : Wawancara guru kelas V SDN Beji 01 Batu.

Analisis Kebutuhan :

Dibutuhkan pengembangan bahan ajar berupa modul yang sesuai dengan kearifan lokal di daerah peserta didik yang dapat membantu guru dan peserta didik dalam memahami materi

pada tema 8 subtema 3 pembelajaran 3

Metode Penelitian :

ADDIE (Analyze, Design, Develop, Implementation, Evaluation)

Teknik Pengumpulan data : 1. Observasi 2. Wawancara 3. Angket 4. Dokumentasi

Hasil yang diharapkan :

Menghasilkan produk bahan ajar modul berbasis kearifan lokal Kota Batu yang valid Pengembangan Modul Tematik Berbasis Karifan Lokal di Kota Batu Tema 8 Subtema 3

pembelajaran 3 Kelas V SD

Tindak Lanjut :

Pengembangan Modul Tematik Berbasis Kearifan Lokal Kota Batu pada Tema 8 Subtema 3 Pembelajara 3 Kelas V SD

Instrumen Penelitian : 1. Pedoman observasi 2. Pedoman wawancara 3. Angket

4. Dokumentasi

Teknik Analisis Data : 1. Kualitatif

2. Kuantitatif

Gambar

Tabel 2.1 Kompetensi Inti  Kompetansi Inti Kelas V
Tabel 2.2 Kompetensi Dasar, Indikator dan Tujuan Pembelajaran
Tabel 2.3 Indikator Pengembangan Modul Tematik Berbasis Kearifan Lokal Kota Batu
Tabel 2.4 Penelitian yang Relevan   No.  Nama Peneliti,
+2

Referensi

Dokumen terkait

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa daftar perusahaan sampel yang melakukan merjer dan akuisisi selama periode penelitian, tanggal

Abstrak ─ Penelitian ini bertujuan untuk m engetahui pengaruh model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) dengan pendekatan ICARE

Hasil penelitian menunjukkan tidak terjadi pengaruh interaksi antara takaran pupuk kandang sapi dan varietas kedelai terhadap semua parameter yang diamati.Takaran

Kepariwisataan adalah Segala sesuatu yang berhubungan dengan pariwisata Pariwisata merupakan seluruh kegiatan, fasilitas dan pelayanan yang diakibatkan oleh adanya

Konsentrasi asap cair ampas tebu yang paling optimal dalam menghambat pertumbuhan bakteri pada ikan kakap putih adalah pada konsentrasi 9% lama penyimpanan 24

Indikator Kinerja Kegiatan 001 Jumlah Penyelesaian Administrasi Perkara (yang Sederhana, dan Tepat Waktu) Ditingkat Pertama dan Banding di Lingkungan Peradilan Agama (termasuk

Maka dapat disimpulkan bahwa “Ada pengaruh yang signifikan metode pemetaan pikiran (mind mapping) terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII MTs Darul Huda

Dapat disimpulkan bahwa para pihak yang menjalani pernikahan beda agama memiliki keyakinan sesuai dengan hati nuraninya dan percaya bahwa tujuan dari penikahan tersebut