SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Psikologi
Disusun Oleh :
Millinya Fitri Yana 11860125056
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU
2023
i
ii
iii
iv
v MOTTO
“ Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun karena yang menyukaimu tidak butuh itu dan yang membencimu tidak percaya itu ”
(Ali bin Abi Thalib)
“ Tidak Perlu khawatir akan bagaimana alur cerita pada jalan ini, perankan saja, Allah ialah sebaik – baiknya sutradara “
“ Cobaan hidupmu bukanlah untuk menguji kekuatan dirimu. Tapi menakar seberapa besar kesungguhan dalam memohon pertolongan kepada Allah ”
( Ibnu Qoyyim )
“ Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang – orang yang paling tinggi derajatnya jika kamu beriman
“
( Q.S Ali Imran:139 )
vi
PERSEMBAHAN
…Alhamdulillah wa syukurillah…
Segala rahmat dan hidayat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan baik. Karya tulis ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa adanya
pertolongan dari Allah SWT serta kerja keras, usaha dan do‟a.
…Papa & Mama…
Peneliti persembahkan sebuah karya tulis sederhana ini kepada papa dan mama tercinta, kedua orang tua yang terpenting dalam hidup ini yang selalu memberikan
dukungan serta perhatian dalam menjalankan perkuliahan hingga menulis skripsi ini.
…Teman – temanku yang tersayang…
Terima kasih untuk semua dukungannya, semangatnya, dan semua bantuan yang pernah diberikan semoga Allah SWT senantiasa membalas setiap kebaikannya.
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil‟alamin, segala puji dan syukur penulis hadiahkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-nya atas segala kebaikan- Nya yang selalu menyertai tanpa henti dan tiada terkira banyaknya. Shalawat serta salam tidak lupa pula kita hadiahkan kepada nabi Muhammad SAW, semoga selalu senantiasa bershalawat dan mendapatkan syafaat-Nya serta berada dalam lindungan Allah SWT.
Penulisan karya ilmiah dengan judul “ Hubungan Antara Self Esteem dan Kesepian dengan Self Disclosure Pada Mahasiswa Uin Suska Riau Pengguna Media Sosial Instagram” ini dapat diselesaikan dengan berkat bantuan, bimbingan, masukan, dan kerjasama dari semua pihak. Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dan kesalahan yang tidak disengaja dalam skripsi ini keterbatasan dan pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu, peneliti dengan tulus dan kerendahan hati ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof Dr. Hairunnas, M.Ag selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
2. Bapak Dr. Kusnadi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
3. Bapak Dr. Zuriatul Khairi, M.Ag., M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
4. Ibu Dr. Vivik Shofiah, M.Si selaku Wakil Dekan II Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
viii
5. Ibu Dr. Yuslenita Muda, M.Sc selaku Wakil Dekan III Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
6. Ibu Dr. Sri Wahyuni, M.A., M.Psi., Psikolog selaku ketua prodi sekaligus selaku pembimbing akademik selama menjalankan perkuliahan di Fakultas Psikologi dan Ibu Ricca Angreini Munthe, M.A selaku Sekretaris Prodi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau terimakasih atas dukungan dan bantuan dalam pengurusan skripsi dan seluruh fasilitas yang diberikan untuk mendukung kelancaran dalam proses pembelajaran serta penyelesaian skripsi.
7. Ibu Eka Fitriyani, M.Psi., Psikolog selaku Dosen Pembimbing yang bersedia untuk meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membantu peneliti, yang begitu sabar membimbing peneliti dalam proses panjang penulisan karya tulis ini, telah memberikan semangat dan energi positif yang sangat berarti bagi penulis hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
8. Ibu Yuli Widiningsih, M.Psi., Psikolog selaku narasumber I, peneliti mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya atas kritik dan saran serta bimbingan yang ibu berikan guna kesempurnaan skripsi ini.
9. Ibu Desma Husni, M.A., Psikolog selaku narasumber II, peneliti mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya atas kritik dan saran serta bimbingan yang ibu berikan guna kesempurnaan skripsi ini.
10. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi yang telah banyak memberikan bantuan, bimbingan, dan ilmu yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan dan untuk masa yang akan datang.
11. Seluruh Civitas Akademika Fakultas Psikologi bagian umum, yang selalu memberikan bantuan dalam pengurusan administrasi.
ix
12. Kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Yusrizal dan Ibunda Eldawita, yang dengan segala ketulusan senantiasa mendoakan dan memberikan dukungan moril dan materil untuk peneliti serta selalu mencukupi kebutuhan peneliti. Dan terima kasih untuk abang Gusviary Refqy Pratama, A.Md yang selalu memberikan banyak masukan dan motivasi selama mengerjakan skripsi ini.
13. Untuk semua teman seperjuangan Dhea Jofani, Riati Ningsih, S.Psi, Bela Avita, S.Psi, Dwi Cantika, S.Psi, Jumiati Agustina, S.Psi, Imelda Maulina, S.Psi, Aisyah Hanun, S.H terima kasih sudah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis. Terimakasih untuk waktu yang berharga dalam berbagi suka dan duka selama menjalankan proses perkuliahan dan pembuatan skripsi ini.
14. Responden penelitian yang telah bersedia meluangkan waktu dan kesempatan kepada peneliti untuk dapat berpartisipasi dalam penelitian ini, sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.
Semoga segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis menjadi amal kebaikan dan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan.
Untuk itu penulis mengharapkan masukan, kritikan, dan saran dari semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih, semoga Allah meridhoi segala usaha penulis dan menjadikan skripsi ini dapat bermanfaat bagi orang banyak.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Pekanbaru, Januari 2023
Peneliti
x DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... ii
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ... iii
SURAT KETERANGAN SIMILARITY ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ………. ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
ABSTRAK ... xiv
BAB I PENDAHULUAN . ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Keaslian Penelitian ... 10
E. Manfaat Penelitan ... 13
1. Secara Teoritis ... 13
2. Secara Praktis ... 14
BAB II LANDASAN TEORI ... 15
A. Self Disclosure (pengungkapan diri ... 15
1. Definisi Self Disclosure ... 15
2. Aspek – aspek Self Disclosure ... 16
3. Faktor - Faktor Self Disclosure ... 18
B. Self Esteem (Harga Diri ... 21
1. Definisi Self Esteem ... 21
2. Aspek – aspek Self Esteem ... 23
3. Faktor yang mempengaruhi Self Esteem ... 23
C. Kesepian ... 24
1. Definisi Kesepian ... 24
2. Aspek – aspek Kesepian ... 26
3. Faktor – Faktor Kesepian ... 27
4. Tipe – tipe Kesepian ... 27
D. Kerangka Berpikir ... 28
E. Hipotesis ... 32
BAB III METODE PENELITIAN ... 33
A. Desain Penelitian .. ... 33
B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 33
C. Definisi Operasional ... 34
1. Self Disclosure ... 34
xi
2. Self Esteem ……... ... 34
3. Kesepian ... 34
D. Partisipan Penelitian ... 35
1. Populasi ... 35
2. Sampel penelitian ... 35
3. Teknik pengambilan sampel ... 36
E. Metode Pengumpulan Data ... 37
1. Skala Self Disclosure ... 38
2. Skala Self Esteem ... 39
3. Skala Kesepian ... 41
F. Validitas dan Reliabilitas ... 42
1. Uji Validitas. ... 41
2. Indeks Daya Beda ... 43
3. Uji Reliabilitas ... 47
G. Teknik Analisis Data ... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49
A. Pelaksanaan Penelitian ... 49
B. Hasil Analisis data ... 50
1. Deskripsi Subjek Penelitian ... 50
2. Uji Asumsi ... 51
3. Uji Hipotesis ... 54
4. Deskripsi Data Kategorisasai ... 56
C. Pembahasan ... 60
BAB V PENUTUP ... 66
A. Kesimpulan ... 66
B. Saran ... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 67
LAMPIRAN ... 74
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Populasi Penelitian ... 35
Tabel 3.2. Penentuan Nilai Skala Self Disclosure ... 38
Tabel 3.3 Blue Print Skala Self Disclosure Sebelum Try Out ... 39
Tabel 3.4. Penentuan Nilai Skala Self Esteem ... 40
Tabel 3.5. Blue Print Skala Self Esteem Sebelum Try Out ... 40
Tabel 3.6. Penentuan Nilai Skala Kesepian ... 41
Tabel 3.7. Blue Print Skala Kesepian Sebelum Try Out ... 42
Tabel 3.8. Blue Print Skala Self Disclosure Setelah Try Out ... 44
Tabel 3.9. Blue Print Skala Self Disclosure untuk Penelitian ... 44
Tabel 3.10. Blue Print Skala Self Esteem Setelah Try Out ... 45
Tabel 3.11. Blue Print Skala Self Esteem untuk Penelitian ... 45
Tabel 3.12. Blue Print Skala Kesepian Setelah Try Out ... 46
Tabel 3.13. Blue Print Skala Kesepian untuk Penelitian ... 46
Tabel 3.14. Hasil Uji Reliabilitas ... 47
Tabel 4.1. Frekuensi Subjek Berdasarkan Usia ... 50
Tabel 4.2. Frekuensi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin . ... 51
Tabel 4.3. Hasil Uji Normalitas ... 52
Tabel 4.4. Hasil Uji Linearitas ... 53
Tabel 4.5. Hasil Uji Multikolinearitas ... 54
Tabel 4.6. Hasil Uji Hipotesis ... 55
Tabel 4.7. Nilai Kontribusi Tiap Variabel ... 55
Tabel 4.8. Rumus Kategorisasi ... 56
Tabel 4.9. Gambaran Hipotetik dan Empirik Self Disclosure ... 57
Tabel 4.10. Kategorisasi Self Disclosure ... 57
Tabel 4.11. Gambaran Hipotetik dan Empirik Self Esteem ... 58
Tabel 4.12. Kategorisasi Self Esteem ... 58
Tabel 4.13. Gambaran Hipotetik dan Empirik Kesepian ... 59
Tabel 4.14. Kategorisasi Kesepian ... 59
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Lembar Validasi Alat Ukur ... 75
Lampiran B Hasil Wawancara ... 118
Lampiran C Alat Ukur Try Out ... 137
Lampiran D Tabulasi Skor Data Mentah Try Out Penelitian ... 145
Lampiran E Uji Validitas dan Reliabilitas ... 155
Lampiran F Alat Ukur Penelitian ... 162
Lampiran G Tabulasi Skor Data Mentah Penelitian ... 167
Lampiran H Uji Asumi ... 219
Lampiran I Uji Hipotesis ... 227
Lampiran J Surat-surat Penelitian ... 230
Lampiran K Daftar Riwayat Hidup ... 263
xiv
HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DAN KESEPIAN DENGAN SELF DISCLOSURE PADA MAHASISWA UIN SUSKA RIAU PENGGUNA
MEDIA SOSIAL INSTAGRAM Millinya Fitri Yana ([email protected])
Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau ABSTRAK
Instagram merupakan media sosial yang paling banyak digunakan oleh mahasiswa saat ini, salah satu fungsi penggunaannya yaitu untuk mengungkapkan perasaan, pikiran yang sedang dirasakan, yang dalam psikologi disebut self disclosure. Self disclosure di Instagram terjadi dikarenakan kurangnya interaksi sosial di dunia nyata sehingga mahasiswa memanfaatkan Instagram untuk dapat berkomunikasi. Hal lain yang juga dapat menyebabkan terjadinya self disclosure yaitu dengan adanya self esteem dan kesepian yang dirasakan oleh mahasiswa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self esteem dan kesepian dengan self disclosure pada mahasiswa Uin Suska Riau pengguna media sosial Instagram. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan sampel berjumlah 395 orang mahasiswa.
Pengumpulan data menggunakan skala self esteem dari Coopersmith (1967), skala kesepian dari Russell (1996), dan skala self disclosure dari Hargie (2011). Hasil analisis data dengan menggunakan analisis regresi berganda diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,01) dengan nilai F sebesar 55,834. Hasil penelitian menunjukkan hipotesis diterima yang berarti terdapat hubungan antara self esteem dan kesepian dengan self disclosure pada mahasiswa Uin Suska Riau pengguna media sosial Instagram.
Kata kunci: self esteem, kesepian, self disclosure, mahasiswa, instagram
xv
THE RELATIONSHIP BETWEEN SELF ESTEEM AND LONELINESS WITH SELF DISCLOSURE ON UIN SUSKA RIAU UNIVERSITY
STUDENTS WHO USE SOCIAL MEDIA INSTAGRAM Millinya Fitri Yana
([email protected]) Faculty of Psychology
State Islamic University of Sultan Syarif Kasim Riau ABSTRACT
Instagram is the most used social media by university students today, one of the functions of its is to express feelings, thoughts that are being felt, which in psychology is called self-disclosure. Self disclosure through instagram can occurs due to the lack of social interaction in the real world so that university students use instagram to be able to communicate. Other things rights that can also cause self disclosure are self esteem and the loneliness that felt by university students.
This study aims to determine the relationship between self esteem and loneliness with self disclosure on university students of Uin Suska Riau that using instagram social media. Sampling in this study using purposive sampling technique with a sample of 395 university students. Collecting data using the self-esteem scale from Coopersmith (1967), the loneliness scale from Russell (1996), and the self- disclosure scale from Hargie (2011). The results of data analysis using multiple regression analysisobtained a significance value of 0,000 (p < 0,01) with a F value of 55,834. the results of the study show that the hypothesis is accepted, which means that there is a relationship between self-esteem and loneliness with self- disclosure in university students of Uin Suska Riau who use Instagram social media.
Keywords: self esteem, loneliness, self disclosure, mahasiswa, instagram
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berkembangnya zaman yang semakin meningkat sehingga mengalami perubahan perkembangan teknologi yang kian luas. Seperti yang kita ketahui bahwa internet sudah mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan manusia.
Rasanya belum lama media seperti surat kabar, majalah, radio, dan televisi merupakan sumber informasi yang paling efektif digunakan (Chalim, 2018).
Penggunaan internet yang tinggi dapat menimbulkan permasalahan sosial baru seperti masalah komunikasi yang berlebihan dan dapat mengurangi bentuk interaksi secara langsung. Bentuk komunikasi dari individu dapat kita temui ketika dipublikasikan secara umum menggunakan media sosial seperti whatsapp, Instagram, facebook, dan twitter (Kristiyono, 2015).
Penggunaan media sosial yang kita ketahui memiliki fungsi dalam memenuhi kebutuhan individu salah satunya dalam menjalin hubungan sosial baik di dunia nyata maupun didunia maya. Individu juga dapat menyampaikan berbagai informasi yang dirasakan serta dapat dibagikan melalui jejaringan sosial (Soliha, 2015). Media sosial sering kali dijadikan sebagai media untuk menyampaikan informasi, serta dapat berkomunikasi dan kemudian juga dapat dijadikan sebagai sarana pencitraan dan sebagai suatu hal yang dilakukan untuk berkeluh kesah melalui media sosial yang dimiliki. Pengguna internet akan semakin tertarik untuk menggunakan media sosial demi kenyamanan dalam berkomunikasi serta mencari berbagai informasi yang dapat berdampak positif maupun berdampak negatif (Buntaran dan Helmi, 2015).
Media sosial dapat digunakan oleh individu dalam menjalin komunikasi yang baik dengan orang lain. Self Disclosure merupakan bentuk komunikasi dalam membina hubungan dengan orang lain. Selain itu self disclosure juga dijadikan sebagai bentuk pengungkapan diri mengenai perasaan yang sedang dirasakan. (Widyastuti, 2016).
Self disclosure merupakan suatu kegiatan yang dapat dilakukan untuk memberi sebuah informasi, perasaan, motivasi serta keinginan mengenai diri sendiri kepada orang lain (Fauzia dan Sri, 2019). Self disclosure dapat digunakan bagi individu untuk mengungkapkan pendapatnya, perilaku, serta perasaannya.
Seiring berjalannya waktu, self disclosure yang biasa dilakukan secara bertatap muka, namun hal ini dapat terjadi dimana self disclosure juga dapat dilakukan secara online melalui media sosial (Ekasari, 2013).
Media sosial yang sering digunakan untuk melakukan self disclosure pada mahasiswa dan paling disukai yaitu Instagram di karenakan rentang usia persentase terbanyak pengguna Instagram yaitu berusia 18-24 tahun. Instagram merupakan sebuah aplikasi berbasis foto maupun video yang dapat dibagikan bertujuan agar dapat dilihat oleh seluruh pengguna media sosial Instagram. Media sosial yang kita ketahui dan merupakan paling banyak digunakan oleh masyarakat di Indonesia salah satunya mahasiswa yaitu Instagram. Instagram menjadi kelompok bagian terbesar dari pengguna internet, yaitu total persentase 36,7 % atau sekitar 36 juta (”Instagram user in Indonesia 2021”). Tujuan dibuatnya media sosial Instagram agar pengguna dapat membagikan setiap moment yang dilakukan sehari – hari melalui foto dan video yang dishare di Instagram (Lestari,
2020). Media sosial Instagram tidak hanya digunakan untuk membagikan setiap foto dan video, tetapi dapat juga digunakan untuk saling berkomunikasi dengan individu lain dengan cara video call ataupun chattingan. Selain berfungsi sebagai sarana untuk bisa berbagi foto dan video, individu yang menggunakan Instagram juga dapat memberitahu informasi pribadi mengenai dirinya sendiri.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Meifilina (2021) yang menyatakan bahwa tujuan yang dimiliki seseorang dalam memposting Instagram sangat berbeda tergantung pada kepentingannya masing – masing. Mahasiswa yang memposting perasaannya dapat memberikan kelegaan pada dirinya terhadap permasalahan yang sedang dihadapi. Masalah yang terjadi pada seseorang seringkali membuatnya ingin mencurahkannya pada orang lain. Dengan memposting hal yang dirasakan akan membuat individu mendapatkan perasaan yang lebih baik dari sebelumnya.
Karina dan Suryanto (2012), Self Disclosure terdiri dari 3 bidang yaitu kepribadian, hubungan interpersonal, serta konseling dan psikoterapi. Peneliti mengatakan bahwa self disclosure merupakan suatu bentuk sifat pribadi dalam menjelaskan perbedaan antara individu, hal ini dianggap penting untuk mengembangkan serta memelihara hubungan yang sangat baik. Self disclosure sendiri dapat meningkatkan dampak positif serta dapat mengurangi gejala stres.
Self disclosure dapat berkaitan dengan gaya keterikatan dan sifat kepribadian seseorang yang memiliki tingkat harga diri tinggi maka memiliki sikap positif terhadap dirinya serta orang disekitarnya (Dindia dan Allen, 1992).
Self disclosure bagi individu juga dapat digunakan untuk bisa menceritakan setiap permasalahan yang sedang dihadapinya. Individu dengan perilaku tersebut memerlukan sebuah dukungan dari orang terdekat yang bisa membantu menyelesaikan setiap masalah yang sedang dirasakan (Agustina, 2016). Dampak lain yang dapat kita rasakan dari self disclosure yaitu individu yang membagikan setiap permasalahan yang sedang dihadapinya mampu mengurangi stres ketika dilakukan dengan penuh kedekatan. Individu yang sulit untuk bisa terbuka dengan orang lain akan cenderung sulit untuk bisa mempercayai diri sendiri dan perasaan takut yang sering muncul serta mempengaruhi kesehatan mental (Mahardika dan Farida, 2019).
Selain itu, berdasarkan wawancara yang dilakukan pada tanggal 25 Maret 2022 pada lima mahasiswa Uin Suska Riau yang berinisial (RYS, ATA, RN, RAR, MH). Dari hasil wawancara tersebut ditemukan fakta yaitu: lima mahasiswa tersebut mengaku sering melakukan self disclosure di Instagram yaitu dengan mengungkapkan perasaan yang dirasakan atau kekesalan terhadap orang lain dengan bentuk postingan kata – kata atau quotes yang berisikan perasaan yang sedang dialami. Memposting kegiatan sehari hari yang sedang dilakukan dalam bentuk foto/video serta meletakkan lokasi dimana mahasiswa tersebut berada, kemudian juga ditemukan bahwa mahasiswa merasa lebih nyaman untuk memposting kegiatan – kegiatan di Instagram dibandingkan secara langsung dengan orang lain. Kemudian mereka juga sering mendapatkan berita tentang pelecehan terhadap anak kecil. Hal ini menurut peneliti dapat disimpulkan bahwa
seluruh mahasiswa tidak bisa lepas dari Instagram setiap harinya. Berikut jawaban subjek:
”Biasa ai memposting kata kata motivasi, ceramah, dan foto diri sendiri dengan caption menyemangati diri ai mili” (RYS, 03-03-2022, 34-37)
“Biasa nya sih ketika ai lagi kurang suka dengan seseorang mili, mungkin seperti kata sindiran” (RYS, 03-03-2022, 40-42)
“Kadang ai cerita masalah kegagalan kalau lagi berusaha tapi usaha itu gk berhasil ai lakukan” (RYS, 03-03-2022, 73-75)
“Seperti memposting kegiatan – kegiatan atau acara – acara yang merupakan insight baru bagi anggi sendiri dan mungkin bisa menjadikan orang – orang yang melihat nya tau yang mana bisa mempengaruhi untuk ikut serta, begitu menurut anggi” (ATA, 03-03-2022, 30-38)
“Kalau untuk hal negatif tidak pernah. Tapi kalau untuk dapat berita negatif pernah, seperti kasus pelecehan guru terhadap anak SD di kecamatan mandau, tepatnya dikelurahan duri timur” (ATA, 03-03-2022, 84-90)
“Lebih suka membagikan secara langsung sih. Tapi juga tidak sepenuhnya apa yang kita sampaikan secara langsung dapat diterima oleh orang lain.
Makanya anggi lebih suka berbagi informasi diig sesuai perasaan anggi”
(ATA, 03-03-2022, 95-102)
“Biasanya berupa kata-kata mutiara, kegiatan kemanusiaan, dan postingan kegiatan sosial lainnya. Terkadang beberapa postingan juga menggambar di mana posisi dan hal apa yg ria lakukan saat itu” (RN, 03- 03-2022, 47 - 54)
“Contohnya gini mil, “Kita dianggap lemah oleh orang yang suka menghina diri kita sendiri” (RN, 03-03-2022, 62 - 66)
“Ooo ada kak cuman bukan memposting foto, tapi lebih tepatnya menyindir” (RAR, 03-03-2022, 36-38)
“Hmm, sering reply kata" motivasi gitu, kadang jg sering buat status lg bereng temen atau keluarga jg” (MH, 03-03-2022, 43 - 46)
Selain itu, juga ditemukan bahwa subjek memiliki tujuan dalam melakukan self disclosure di Instagram yaitu untuk kesenangan pribadi, membuat
moment, sindiran untuk seseorang dan harapan untuk bisa didengar. Berikut jawaban subjek:
” Tujuan nya mau kasih tau kepada org yg tertentu tetapi dengan cara tidak langsung mil” (RYS, 03-03-2022, 68-70)
” tapi mungkin gak kebanyakan orang suka melihat apa yg kita posting cuma tujuan anggi memposting cuma untuk mengungkapkan apa yg lagi dirasa bukan untuk disukai” (ATA, 03-03-2022, 71-77)
” Buat moment sama pengen post aja” (RN, 03-03-2022, 98 - 99)
“Untuk kesenangan pribadi aja sih kak” (RAR, 03-03-2022, 59 - 60)
“Tujuan nya sih berharap ketika mengunggah status sedih, bahagia atau sedang marah itu dibaca sama orang lain yang melihat postingan aku, jadi bisa merasa bahwa curhatan aku itu didengarkan” (MH, 03-03-2022, 86-92)
Kemudian ditemukan juga bahwa 4 subjek lebih nyaman untuk mengungkapkan diri di Instagram dari pada secara langsung. Berikut jawaban subjek:
“Nyaman mil, selagi masih positif yaa. soalnya ai jarang banget ngungkapin perasaan secara langsung, nanti takut disindir orang” (RYS, 03-03-2022, 84-87)
”Kita anak nya enggak mudah terbuka sama org ya. Jadi klo masalah perasaan lebih ke media sosial daripada ke org" sih” (RN, 03-03-2022, 118 - 122)
“Lebih nyaman di ig kak, kalau di ig orang enggak tau siapa yang diceritakan dan tidak mau ribet dengan orang lain ketika ingin cerita”
(RAR, 03-03-2022, 80-84)
“Lebih nyaman di ig sih, soalnya kalau di ig pas lagi kesel dan enggak bisa diungkapin ke orangnya kan bisa diungkapin di ig” (MH, 03-03-2022, 116-120).
Berdasarkan fenomena yang telah didapatkan bahwa kelima mahasiswa tersebut membuka Instagram setiap harinya, hal ini menurut peneliti dapat disimpulkan bahwa kelima mahasiswa tidak bisa lepas dari Instagram setiap
harinya dan melakukan self disclosure di Instagram, termasuk dalam mengutarakan kegiatan atau hal-hal yang sedang dilakukan dan perasaan yang dialami saat itu juga yang terkait tentang dirinya di instastory Instagram. Menurut Wahyuni (2021) self disclosure di media sosial oleh mahasiswa dipengaruhi oleh keinginan untuk diperhatikan serta ingin dinilai lebih oleh orang lain. Penilaian dari seseorang terhadap diri individu menentukan self esteem secara positif ataupun negatif. Individu yang memiliki self esteem positif memiliki tingkat kepercayaan diri lebih dalam mengungkapkan diri. Sebaliknya individu yang memiliki self esteem negatif merasa kurang percaya diri serta sulit untuk mengungkapkan perasaannya kepada orang lain.
Self esteem pada individu terjadi serta dapat mempengaruhi self disclosure.
Terjadinya self esteem negatif kepada individu akibat kecenderung membutuhkan dukungan penuh dari orang lain ataupun teman agar merasa lebih dihargai akan tetapi mereka merasa kesulitan untuk bisa berinteraksi sosial dengan yang lain.
Mereka yang mempunyai pandangan rendah mengenai dirinya akan mudah kurang percaya diri, merasa gagal, serta memiliki kepribadian rentan untuk menggunakan internet secara berlebihan (Kurcaburun, 2016).
Berdasarkan penelitian terdahulu menurut Velasco (2013) mengatakan self disclosure pada media sosial tidak bisa terjadi tanpa adanya self esteem. Self esteem adalah dimensi yang bisa mempengaruhi self disclosure secara langsung.
Hal ini terjadi disebabkan oleh adanya perbedaan setiap individu. Mahasiswa dengan self esteem negatif tidak mudah untuk mengungkapkan diri, sebaliknya mahasiswa self esteem positif akan mudah melakukan pengungkapan diri.
Self esteem dapat terbentuk berdasarkan hubungan interaksi antara individu dengan kehidupannya. Self ssteem akan mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan sehari – hari individu. Wangge (2013) mengatakan bahwa Self esteem dapat membantu individu ditempat kerja, dimana Self esteem berfungsi dengan baik ketika pengambilan keputusan, serta mampu bekerja sama dengan diri sendiri maupun dengan kelompok. Rendahnya Self esteem akan membuat individu merasa tidak berguna, menghindari keadaan yang menimbulkan kecemasan serta mudah mengalami depresi atau kesehatan mental. Self esteem merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembentukan kepribadian seseorang.
Selain self esteem, self disclosure juga dapat dipengaruhi oleh kesepian.
Menurut Cosan (2014) yang mengatakan bahwa dampak negatif dari kesepian yaitu mudah bosan, tidak diterima, serta sulit untuk membangun komunikasi baik dengan sekitarnya. Perilaku yang muncul akibat kesepian dikarenakan adanya rasa tertekan mengenai suatu permasalahan, sehingga individu tidak mau berinteraksi dengan orang lain. Sonderby dan Wagoner (2013) mengatakan bahwa kesepian terjadi sebagai reaksi individu terhadap situasi sosial. Individu yang mengalami kesepian akan merasakan adanya hubungan yang kurang baik, hal tersebut terjadi dikarenakan rasa takut ketika akan berinteraksi dengan lingkungan sekitar serta tidak akan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
Heinrich dan Gullone, (2006) menjelaskan kesepian adalah persepsi hubungan sosial yang dijalani sekarang tidak sesuai dengan yang diharapkan”.
Kurang baik komunikasi dapat memicu munculnya kesepian pada individu.
Menurut Hawkley dan Cacioppo (2010) “Loneliness atau kesepian diasosiasikan
dengan gangguan kepribadian dan psikosis, penurunan performa kognitif, dan meningkatkan gejala depresi”. Individu dengan gangguan ini harus terus percaya bahwa mereka bisa mengatasinya dengan baik. Ketika individu tidak mau berperilaku terbuka kepada orang lain maka besar kemungkinan perilaku kesepian sulit dihilangkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Jin (2013) juga menguatkan hipotesis mengenai kesepian dan self disclosure. Pada penelitian tersebut dapat dilihat tingkat kesepian berkaitan dengan cara berkomunikasi. Individu yang merasa kesepian akan semakin sering menggunakan media sosial untuk mencari informasi yang belum diketahui.
Dengan demikian, berdasarkan fenomena yang telah dijelaskan penulis tertarik untuk mengangkat judul penelitian yaitu “ Hubungan Antara Self Esteem dan Kesepian dengan Self Disclosure Pada Mahasiswa Uin Suska Riau Pengguna Media Sosial Instagram”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini, yaitu “apakah ada hubungan antara Self esteem dan Kesepian dengan Self Disclosure pada mahasiswa Uin Suska Riau pengguna media sosial Instagram?”
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara Self esteem dan Kesepian terhadap Self Disclosure pada mahasiswa Uin Suska Riau pengguna media sosial Instagram.
D. Keaslian Penelitian
Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian sebelumnya dalam karakteristik seperti kajiannya. Pada penelitian ini memiliki perbedaan seperti kriteria subjek, variabel, serta metode yang digunakan. Penelitian yang akan dilakukan yakni hubungan antara self esteem dan kesepian terhadap self disclosure pada mahasiswa Uin Suska Riau pengguna media sosial Instagram.
1. Hasil penelitian dari Buntaran dan Helmi (2015) berjudul tentang “peran kepercayaan interpersonal remaja yang kesepian dalam memoderasi pengungkapan diri pada jejaringan sosial online”. Pada penelitian tidak ditemukan perbedaan antara siswa laki - laki dibandingkan siswa perempuan dalam mengungkapkan diri. Hal ini dapat dilihat bahwa siswa perempuan mempunyai jejaring sosial lebih banyak seperti facebook, twitter, dan instagram dibandingkan dengan siswa laki-laki.
Pada penelitian tersebut memiliki persamaan dua variabel yaitu variabel X (Kesepian) dan Variabel Y (self disclosure). Perbedaan penelitian ini terletak pada salah satu variabel penelitian yaitu peneliti menggunakan variabel tambahan yakni self esteem. Selain itu terdapat perbedaan pada penelitian ini yang memakai subjeknya yaitu remaja sementara peneliti menggunakan subjeknya mahasiswa.
2. Ariani, Ratna dan Diany (2019) berjudul tentang “Peran Kesepian dan Pengungkapan Diri Online terhadap Kecanduan Internet pada Remaja Akhir“.
Penelitian yang dilakukan serta dalam pembahasan, maka dapat disimpulkan
bahwa hipotesis pertama dapat diterima yaitu kesepian dan pengungkapan diri secara online berhubungan terhadap kecanduan pada internet.
Penelitian ini mempunyai persamaan yaitu membahas tentang kesepian dan self disclosure. Penelitian ini memiliki perbedaan yang terletak pada subjek, peneliti memakai subjeknya mahasiswa. Sementara penelitian sebelumnya menggunakan kecanduan internet untuk variabel Y sedangkan peneliti menggunakan self disclosure sebagai variabel Y.
3. Mafazi dan Fathul (2017) yang tentang “perilaku virtual remaja: strategi coping, self esteem, serta self disclosure pada jejaring sosial online“. Hasilnya terdapat bahwa adanya pengaruh yang positif coping strategi, dan harga diri terhadap pengungkapan diri pada remaja di sosial online.
Hasil tersebut terdapat persamaan yaitu membahas mengenai harga diri dan pengungkapan diri. Perbedaan penelitian ini terletak pada subjeknya, yang mana penelitian ini memakai subjeknya mahasiswa sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan subjeknya remaja. Peneliti memiliki variabel tambahan yaitu kesepian.
4. Prawesti dan Damajanti (2016) yang berjudul “Self Esteem dan Self Disclosure pada Mahasiswa Psikologi Pengguna Blackberry Messenger“. Pada analisis uji Product Moment menunjukkan korelasi sebesar 0,315 pada signifikansi p = 0,000 (p > 0,05), memiliki arti bahwa hipotesis „ada hubungan self esteem dengan self disclosure pada mahasiswa psikologi Universitas Negeri Surabaya pengguna jejaring sosial blackberry messenger‟ dapat diterima.
Penelitian ini terdapat persamaan yang membahas tentang self esteem dan self disclosure. Selain itu juga menggunakan subjeknya mahasiswa, yang memiliki kesamaan pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan subjek mahasiswa. Perbedaan pada penelitian ini dilakukan oleh peneliti dengan menambah variabel yaitu kesepian sebagai variabel X.
5. Hardika dan Sahat (2019). Berjudul tentang “Hubungan self esteem dan kesepian dengan kecenderungan gangguan kepribadian narsistik pada remaja pengguna sosial media instagram“. Penelitian ini terdapat bahwa adanya hubungan baik yang signifikan antara Self Esteem dan Kesepian dengan Kecenderungan Narsistik dilihat dari uji F = 4,813 dan p = 0,01 (p < 0,05), maka Hipotesis Pertama diterima. Kemudian adanya hubungan positif antara self esteem dan kecenderungan narsistik, dapat dilihat uji t = 2,681 dan p = 0,009 (p < 0,05), maka H2 diterima. Hubungan ketiga yaitu antara Kesepian dengan Kecenderungan Narsistik, hasil uji t = 3,048 dan p = 0,003 (p < 0,05), maka Hipotesis 3 diterima.
Hasil tersebut mempunyai persamaan yang membahas mengenai self esteem dan kesepian. Terdapat Perbedaan terletak pada subjek, yang mana menggunakan subjeknya mahasiswa sedangkan penelitian terdahulu menggunakan subjek remaja. Pada penelitian sebelumnya memakai kecenderungan narsistik untuk variabel Y, sedangkan peneliti menggunakan self disclosure sebagai variabel Y.
6. Krisnawati dan Christiana (2017). Berjudul tentang “Hubungan antara kesepian dengan selfie-liking pada mahasiswa”. Berdasarkan hasil yang telah dilakukan,
terdapat hubungan positif yang signifikan antara Kesepian dengan Selfie- Liking pada Mahasiswa (r = 0,297: p = 0,009).
Penelitian tersebut mempunyai persamaan yaitu membahas mengenai kesepian dan selfie-liking. Perbedaan dalam penelitian terletak pada variabel Y yaitu selfie-liking, sedangkan peneliti menggunakan self disclosure sebagai variabel Y.
Berdasarkan pemaparan tersebut maka pada penelitian terdahulu yang mempunyai beberapa perbedaan yang relatif sesuai . Kesamaan antara penelitian dahulu dengan penelitian peneliti yaitu, variabel bebas maupun variabel terikatnya. Perbedaannya antara tempat, waktu, populasi & sampel, serta variabel tambahan yang peneliti gunakan.
E. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan serta ilmu pengetahuan tentang perkembangan ilmu psikologi, khususnya mengenai self esteem, kesepian dan self disclosure. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut.
2. Secara Praktis
Penelitian ini dapat menjadi sumber acuan dalam memberikan informasi mengenai gambaran self disclosure jika ditinjau dari self esteem dan kesepian pada mahasiswa pengguna media sosial Instagram. Sehingga mahasiswa
pengguna media sosial Instagram menjadi lebih waspada dalam mengungkapkan diri di Instagram.
15 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Self Disclosure (Pengungkapan Diri) 1. Definisi Self Disclosure (Pengungkapan Diri)
Self disclosure secara bahasa dapat diartikan sebagai diri-sendiri, sedangkan closure berarti penutupan, pengakhiran, sehingga disclosure berarti terbuka ataupun keterbukaan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa self disclosure adalah pengungkapan diri ataupun keterbukaan diri. Menurut Leung (2002) mengatakan bahwa pengungkapan diri didefinisikan sebagai bentuk ungkapan individu mengenai dirinya kepada orang lain berupa suatu pikiran, perasaan, serta pengalaman. Individu dapat melakukan pengungkapan diri jika mengalami masalah yang membuatnya merasa kurang percaya diri.
Self disclosure dapat memberikan peranan penting pada perkembangan hubungan yang dekat dengan orang lain. Melalui pengungkapan diri seseorang dapat menceritakan mengenai dirinya secara terbuka demi mendapatkan suatu tanggapan yang positif. Hal tersebut berarti individu dapat mempercayai orang lain agar bisa memberikan respon yang baik (Gainau, 2009). Menurut Hargie (2011) mengatakan bahwa pengungkapan diri atau self disclosure adalah komunikasi secara verbal dan non verbal yang dapat digunakan untuk mengungkapkan diri mengenai informasi pribadi tentang hal yang sedang dirasakan terutama mengenai perasaan.
Self disclosure ialah suatu komunikasi dari individu yang diberikan kepada orang lain mengenai dirinya sendiri. Komunikasi ini dapat berbentuk mengenai perasaan, perilaku, ataupun permasalahan yang dihadapi individu (Karina dan Suryanto, 2012).
Berdasarkan pamaparan tersebut peneliti menyimpulkan bahwa self disclosure merupakan cara pengungkapan diri antara individu satu dengan yang lainnya berisi mengenai bentuk perasaan, ide, serta informasi mengenai dirinya yang tidak diketahui ataupun sudah diketahui orang lain dengan maksud untuk memperoleh sebuah dukungan ataupun tanggapan.
2. Aspek - aspek self disclosure
Menurut Hargie (2011) menjelaskan ada 6 aspek dalam self disclsoure yaitu :
a. Valence
Bentuk komunikasi dalam melakukan pengungkapan diri secara jujur maupun tidak jujur terhadap orang lain. Valence positif biasanya berisi informasi mengenai perkembangan tentang hubungan yang baik mengenai dirinya. Valence negatif berisi mengenai pengungkapan informasi tentang perkembangan hubungan yang berisi hal-hal yang tidak disukai dalam dirinya.
b. Informativeness
Informativeness terdiri dari “breath, depth, dan duration”. Breadth adalah seberapa banyak pengungkapan diri dilakukan. Depth berkaitan dengan informasi yang disampaikan mengacu pada keakraban individu kepada
orang yang mendengarkannya. Duration ialah seberapa lama seseorang memberikan informasi.
c. Appropriateness
Melakukan pengungkapan diri juga harus mempertimbangkan beberapa hal mengenai status yang akan diberikan kepada orang lain. Status yang diberikan biasanya berisi mengenai hal yang sering diberikan seseorang dengan status yang sama.
d. Flexibility
Adalah kemampuan individu dalam membuat kreasi mengenai pesan yang akan diceritakan di situs media sosial. Seseorang yang memiliki kemampuan tinggi mampu memberikan informasi yang lebih baik kepada orang lain, sedangkan individu yang memiliki fleksibilitas rendah akan melakukan pengungkapan diri tanpa mempertimbangkan keadaan disekitarnya.
e. Accessibility
Merupakan cara individu untuk melakukan pengungkapan diri. Setiap orang mampu melakukan self disclosure secara terbuka, sedangkan individu lainnya melakukan pengungkapan diri secara pribadi tergantung lingkungan sekitar, serta kepribadian yang dimiliki.
f. Honesty
Mengatakan bahwa aspek paling penting untuk memelihara hubungan yang harmonis, ada beberapa orang yang tidak melakukan self disclosure dikarenakan ingin menjaga nama baik, menghindari terjadinya konflik,
dan menjalin komunikasi yang lebih baik lagi, serta ingin melindungi individu yang lain.
Berdasarkan penjelasan yang telah dijelaskan maka self disclosure memiliki aspek, ialah : valence, informativeness, appropriateness, flexibility, accessibility, dan honesty.
3. Faktor – Faktor Self Disclosure
Menurut Devito (2018) terdapat faktor – faktor yang mempengaruhi self disclosure diantaranya:
a. Besar Kelompok
Faktor besar kelompok yaitu self disclosure lebih besar dan banyak dilakukan pada kelompok kecil dibandingkan kelompok besar. Kelompok kecil merupakan kelompok yang melibatkan dua orang yaitu satu orang pendengar dan satu orang lainnya sebagai yang melakukan self disclosure.
Self disclosure yang lebih besar dilakukan kelompok kecil karena dengan satu pendengar lebih meresapi pihak yang melakukan self disclosure.
b. Perasaan Menyukai
Faktor perasaan menyukai ialah individu akan melakukan self disclosure terhadap orang – orang yang mereka sukai atau cintai dan sebaliknya, ketika ada orang – orang yang kurang disukainya maka individu tersebut tidak pernah untuk melakukan self disclosure.
c. Efek Dyadic
Faktor dyadic yaitu individu akan melakukan self disclosure jika individu lain juga melakukan self disclosure. Faktor ini biasanya membuat
seseorang lebih merasa aman dan juga memperkuat perilaku pengungkapan diri pada individu itu sendiri. Faktor ini dapat terjadi saat seseorang melakukan self disclosure dan kemudian di respon oleh orang lain.
d. Kompetensi
Faktor kompetensi yaitu individu yang memiliki kompeten atau memiliki pengalaman akan sering melakukan self disclosure dibandingkan individu yang kurang berkompeten atau kurang berpengalaman.
e. Kepribadian
Faktor kepribadian yaitu individu lebih mudah bergaul, beradaptasi dapat melakukan self disclosure lebih banyak dari pada indivdiu yang kurang berani berbicara biasanya kurang dalam melakukan self disclosure dibandingkan individu yang merasa nyaman ketika berkomunikasi.
f. Topik
Faktor topik yaitu individu biasanya lebih menyukai pengungkapan diri mengenai topik-topik yang tertentu dari pada topik yang lain. Seperti pekerjaan, kesibukan sehari- hari dan hobi, tetapi tidak dengan topik yang sensitif yaitu seperti hubungan seks yang dialami dan kondisi keuangan.
Individu akan mengungkapkan informasi yang baik dari pada informasi yang kurang baik.
g. Jenis kelamin
Faktor jenis kelamin yaitu pengungkapan diri dapat dilakukan oleh perempuan dan laki- laki. Didalam beberapa penelitian perempuan lebih banyak melakukan self disclosure dibandingkan laki – laki.
h. Self Esteem
Self esteem merupakan faktor yang dapat membuat seseorang melakukan self disclsoure. Terjadinya self esteem negatif kepada individu akibat kecenderung membutuhkan dukungan penuh dari orang lain ataupun teman agar merasa lebih dihargai akan tetapi mereka merasa kesulitan untuk bisa berinteraksi sosial dengan yang lain (Kurcaburun, 2016).
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Wahyuni dan Retno (2021) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara self esteem dan self disclsoure. Individu dengan self esteem positif akan melakukan pengungkapan diri sesuai dengan yang dirasakan, dan juga sebaliknya jika individu dengan self esteem negatif akan merasa kurang percaya diri dalam mengungkapkan diri.
i. Kesepian
Self disclosure yang terjadi juga diakibatkan oleh kesepian.
Penelitian yang dilakukan oleh Rizwanda (2017) mengatakan bahwa kesepian memiliki pengaruh yang besar terhadap pengungkapan diri, artinya individu yang mengalami kesepian lebih sering mengungkapkan informasi-informasi tentang dirinya.
Akbar dan Abdullah (2021) melalui penelitiannya juga mengatakan bahwa perasaan kesepian yang dirasakan individu berhubungan dengan pengungkapan diri. Perasaan kesepian yang diakibatkan oleh kegagalan dalam interaksi sosial membuat individu berupaya agar dapat berinteraksi sosial lebih baik melalui media sosial.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor – faktor yang dapat mempengaruhi self disclosure yaitu besaran kelompok, perasaan menyukai, efek dyadic, kompetensi, kepribadian, topik, jenis kelamin, self esteem, dan kesepian.
B. Self Esteem 1. Definisi Self Esteem (Harga Diri)
Self esteem adalah suatu bentuk keberhasilan seseorang mengenai sesuatu yang dilakukannya. Harga diri bagi individu akan menentukan keberhasilan ataupun kegagalan dimasa yang akan datang. Sebagai bentuk penilaian dalam dirinya, hal ini berarti bahwa self esteem berperan penting didalam dunia pendidikan karena berguna untuk membentuk perilaku positif bagi anak.
Menurut Soliha (2015) mengatakan bahwa self esteem bagi individu dapat mempengaruhi bentuk komunikasi kepada orang lain. Harga diri pada individu memberikan hasil berdasarkan perilaku yang muncul, semakin baik perilaku maka semakin baik juga harga diri. Sebaliknya jika perilaku kurang baik maka harga diri juga kurang baik.
Coopersmith (dalam Citra dan Widyarini, 2015) mendefinisikan self esteem sebagai bentuk evaluasi terhadap diri sendiri, yang mana evaluasinya dinyatakan dalam sikap penerimaan atau penolakan terhadap individu lain dengan diri sendiri. Evaluasi dalam hal ini menyangkut dengan sikap persetujuan atau penolakan serta beberapa percayanya individu terhadap
dirinya bahwa ia mampu, berarti, bernilai dan berharga berdasarkan penilaian individu itu sendiri
Utari (2007) mengatakan bahwa self esteem berarti suatu bentuk evaluasi bagi individu untuk menilai dirinya berdasarkan perilaku ataupun kebiasaan yang dilakukan. Self esteem ialah salah satu dasar paling penting bagi semua orang untuk bisa mengenal lebih jauh mengenai dirinya sendiri.
Harga diri dapat tercapai dengan baik apabila individu dapat melakukan dengan baik dan merupakan salah satu faktor tercapainya kehidupan.
Indriyati (2016) mengatakan bahwa individu yang putus sekolah biasanya mempunyai harga diri yang rendah. Hal ini dikarenakan tidak bisa mengenal baik tentang perilaku sendiri. Individu dengan harga diri cukup tinggi akan cenderung untuk bisa terus berjuang demi tercapainya kesuksesan yang diinginkan.
Berdasarkan pendapat tersebut bahwa Self esteem yaitu bentuk evaluasi mengenai dirinya sendiri. Sejauh mana individu bisa memahami mengenai perilaku yang dimilikinya. Self esteem juga dapat menunjukkan suatu bentuk perilaku yang positif. Individu yang mempunyai harga diri yang baik maka dapat diterima oleh lingkungan disekitarnya, kemudian sebaliknya seseorang dengan harga diri tidak baik akan kesulitan untuk bisa berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
2. Aspek – aspek Self Esteem
Menurut Coopersmith (dalam Citra dan Widyarini, 2015) self esteem mempunyai 4 aspek didalamnya yaitu:
a. Power : suatu bentuk cara yang dilakukan untuk bisa mengatur diri sendiri maupun orang lain, adanya sikap penerimaan dan penghargaan terhadap ide-ide atau masukan dari seseorang.
b. Significance : sikap peduli, memberikan perhatian, yang dapat diterima oleh individu dari orang lain serta menunjukkan bahwa masukan dari orang lain merupakan bentuk kepedulian terhadap individu yang ditandai dengan ketertarikan.
c. Virtue (kebajikan) : berperilaku baik yang ditandai dengan kode moral, etika keagamaan seperti menjauhi perilaku yang dilarang oleh agama setiap individu.
d. Competence (kemampuan) : kemampuan yang dapat ditunjukan oleh individu ketika memiliki harga diri yang positif seperti berhasil dalam pendidikan ataupun pekerjaan yang dilakukan.
Berdasarkan pemaparan tersebut disimpulkan bahwa self esteem memiliki aspek, yaitu : Power, Significance, Virtue, Competence.
3. Faktor yang dapat mempengaruhi Self Esteem
Coopersmith (dalam Citra dan Widyarini, 2015) memiliki beberapa faktor yang memberikan pengaruh terhadap self esteem, yaitu:
a. Penerimaan serta penghargaan dari orang. Harga diri yang baik dapat dipengaruhi oleh keberadaan orang – orang terdekat seperti keluarga, teman dekat.
b. Kesuksesan maupun kelas sosial. Kelas sosial terdiri dari bentuk pekerjaan, dan pendapatan. Kesuksesan dapat dikatakan berhasil jika berharga dihadapan orang lain dan dapat diterima dengan baik.
c. Inspirasi dan nilai seseorang dalam sebuah pengalaman. Inspirasi individu dapat dilihat dari kesuksesan seseorang. Self esteem dapat dilihat berdasarkan penilaian orang lain terhadap dirinya.
d. Cara bagi orang lain dalam menghindari penurunan. Individu dapat menolak perilaku/pengalaman negatif yang diberikan oleh orang lain.
Berdasarkan pemaparan diatas disimpulkan mengenai faktor yang dapat mempengaruhi self esteem seseorang yaitu penghargaan, kelas sosial dan kesuksesan, nilai dan inspirasi individu, serta cara orang lain dalam menghindari penurunan.
C. Kesepian 1. Definisi Kesepian
Rokach (2002) mendefinisikan “kesepian sebagai kondisi gangguan emosi yang muncul ketika seseorang merasa terasing, disalahpahami, atau ditolak oleh orang lain”. Kesepian dalam diri individu sering diakibatkan oleh perasaan tidak menyenangkan karena hubungan interaksi dengan lingkungan sosial.
Cacioppo dan Cacioppo (2014) menunjukkan bahwa “kesepian dapat mengganggu fungsi kognitif dan kesehatan mental individu”. Individu yang mengalami kesepian sering merasa bahwa kesehatan mental mereka
terganggu, hal ini disebabkan karena perasaan yang mengganggu serta tidak adanya rasa nyaman yang didapatkan.
Rusell (1996) “ kesepian ialah suatu perasaan subjektif seseorang dikarenakan tidak memiliki keserasian hubungan ”. Bentuk ini terjadi akibat perubahan signifikan dalam kehidupan sosial individu. Keadaan ini sering disebabkan akibat tidak tercapainya kehidupan sosial seperti yang diinginkan.
Individu yang merasa kesepian sering kali tidak dapat berkomunikasi dengan lingkungan disekitarnya. Kondisi seperti ini sering memicu terjadinya komunikasi yang tidak efektif.
“Kesepian merupakan suatu permasalahan penting yang mempengaruhi manusia pada zaman sekarang khususnya mahasiswa yang mengalami kesepian diakibatkan masalah komunikasi dengan seseorang”.
Olenik Shemesh, Heiman, dan Eden (2012). Kesepian juga dapat mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari – hari. Individu yang merasa kesepian akan mudah murung, terlihat sedih, tidak mau makan, bahkan tidak mau berbicara dengan orang lain.
“kesepian juga menjadi indikator utama kesejahteraan sosial, penyebab timbulnya gangguan fisik seperti diabetes, dan penuaan fisiologis”
(Mushtaq dan Musgtaq, 2014). Individu yang mengalami kesepian sering mengalami kondisi tubuh yang tidak baik. Terjadinya hal seperti ini diakibatkan ketika individu mengalami kesepian akan sulit untuk bisa mengatur emosi, sering terlihat tidak bersemangat, dan tidak mau berkomunikasi dengan seseorang.
Berdasarkan pendapat tersebut dikatakan bahwa kesepian merupakan kondisi perilaku seseorang serta sering diakibatkan karena kurang mendapatkan perhatian, merasa tertekan, memiliki banyak masalah yang sulit untuk dibicarakan kepada orang lain. Individu yang sering merasa kesepian akan terlihat murung, suka menyendiri, dan menjadi pendiam. Kondisi tersebut sering mengakibatkan individu kesulitan untuk bisa menjalin hubungan sosial dengan lingkungan disekitarnya.
2. Aspek – aspek kesepian
Menurut rusell (1996) mengatakan kesepian terdiri dari tiga aspek, yaitu : a. Personality
“Pola yang lebih stabil dari perasaan kesepian yang terkadang berubah dalam situasi tertentu”. Seseorang yang merasa kesepian sering diakibatkan oleh perilaku diri sendiri. Kepribadian ini muncul karena individu sendiri tidak memiliki rasa kepercayaan kepada orang lain.
b. Social desirability loneliness
“Terjadinya kesepian karena individu tidak mendapatkan kehidupan sosial yang diinginkan pada kehidupan di lingkungannya”. Individu yang merasa kesepian sering mengakibatkan terjadinya komunikasi yang tidak baik dengan lingkungan disekitarnya. Kondisi ini diakibatkan karena individu merasa tidak mendapatkan perhatian lebih dari orang lain.
c. Depression loneliness
“Kesepian terjadi karena salah satu gangguan dari dalam diri individu seperti perasaan murung, dan tidak bersemangat” Kondisi ini sering
membuat individu merasa tidak dihargai oleh orang disekitarnya. Sehingga keadaan terus bertambah serta membuat individu merasa stres dan depresi.
Berdasarkan pemaparan tersebut bahwa aspek kesepian terdiri dari tiga bentuk, yaitu: trait loneliness, social desirability loneliness, depression loneliness.
3. Faktor – faktor Kesepian
Dayakisni dan Hudaniah (2009) mengatakan terdapat 2 faktor yang menyebabkan kesepian, diantaranya ialah:
a. Faktor Predisposing
Faktor Predisposing adalah faktor biologis yang menjadikan individu lebih sensitif dan rentan untuk mengalami kesepian. Faktor ini biasanya ditandai dengan kurangnya keterampilan sosial, dan rasa malu.
b. Faktor Precipitating Events
Faktor Precipitating Events adalah faktor yang disebabkan oleh perceraian, perpindahan komunitas baru dan pergi kesekolah dengan jarak yang lumayan jauh.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat dua faktor kesepian yaitu faktor redisposing dan faktor Precipitating Events.
4. Tipe – tipe Kesepian
Weiten dan Lloyd (2006) membagi tipe kesepian menjadi 3 bagian, ialah:
a. Transcient loneliness: “perasaan kesepian yang singkat dan muncul sesekali”. Perasaan tersebut muncul dikarenakan suatu bentuk ingatan
kepada seseorang yang disayang. Perasaan itu muncul ketika individu mendengarkan sebuah lagu yang menggambarkan kesedihan.
b. Transitional Loneliness: “ketika individu sudah merasa senang dengan kehidupan sosialnya namun berubah ketika terjadi gangguan kepadanya”.
Kondisi ini muncul ketika individu merasakan kesedihan ditinggal oleh orang yang disayang, perceraian kedua orang tua, dan berpindah ke lingkungan sosial yang baru, hal ini yang sering memicu individu merasa kesepian dan tidak membutuhkan orang lain.
c. Chronic Loneliness: “kondisi ketika individu merasa tidak dapat memiliki kepuasan dalam jaringan sosial yang dimiliki dalam jangka waktu tertentu”. Individu yang memiliki masalah dengan hubungan sosial akan merasa tidak layak diperhatikan, perasaan itu muncul karena rasa takut yang terus muncul dalam pikiran seseorang.
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat 3 tipe-tipe kesepian, yaitu: Transcient loneliness, Transitional loneliness, Chronic loneliness.
D. Kerangka Berpikir
Mahasiswa adalah suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan calon masa depan bagi masyarakat yang sering kali mendapatkan berbagai predikat (Ebtanastiti, 2014). Salah satu perkembangan yang ditunjukkan oleh mahasiswa yaitu menjalin hubungan komunikasi dengan orang lain. Sehingga diperlukan self disclosure sebagai komunikasi bagi mahasiswa.
Self disclosure merupakan komunikasi dari seseorang dalam memberikan informasi mengenai dirinya yang disembunyikan atau tidak diceritakan kepada orang disekitarnya. Menurut Devito (2011) komunikasi yang dilakukan individu merupakan suatu bentuk cara yang dilakukan agar bisa mengurangi stress, depresi mengenai setiap permasalahan yang dihadapi. Individu yang melakukan pengungkapan diri akan merasa lebih senang karena informasi yang diberikan dapat dilihat oleh semua orang.
Lestari (2021) Pada umumnya self disclosure terjadi pada individu jika mengalami suatu permasalahan dalam kehidupan yang membuat individu ingin mengungkapkan setiap permasalahan yang dihadapi kepada orang lain. Individu akan menerima respon baik dan membuat orang lain mengetahui setiap masalah yang sedang dihadapi. Penelitian Gamayanti (2018) mengenai self disclosure adalah tindakan mengungkapkan diri seseorang kepada orang lain, topik pengungkapan diri online berkisar pada informasi yang sangat pribadi, dan lebih sensitif. Pada mahasiswa di Indonesia, media sosial yang paling banyak digunakan yaitu Instagram.
Penelitian menunjukkan bahwa media sosial salah satunya Instagram dimanfaatkan sebagai media self disclosure. Instagram merupakan sebuah aplikasi yang digunakan untuk mendistribusikan sebuah konten dalam bentuk foto maupun video (Kusyanti & Safitri, 2016). Self disclosure dapat terjadi pada individu jika memiliki self esteem baik positif maupun negatif. Beberapa ahli berpendapat bahwa pengungkapan diri di pengaruhi oleh harga diri sebagai karakteristik kepribadian (Wahyuni, 2021).
Adi dan Yudiati (2009) mengatakan mengenai “Self esteem dipandang sebagai suatu aspek yang paling penting dalam proses pembentukan karakter seseorang”. Individu yang tidak menghormati diri sendiri maka akan terasa sulit untuk mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Harga diri sendiri merupakan suatu proses pembentukan kepribadian seseorang berdasarkan sikap dan perilakunya.
Individu yang memiliki self esteem negatif tidak ingin melakukan pengungkapan diri secara langsung, mereka akan merasa takut jika mengungkapkan diri secara tatap muka akan berbahaya. Forest (2012) menyebutkan mengenai self esteem yang negatif maka seseorang tidak melakukan pengungkapan diri jika disamakan dengan yang memiliki self esteem positif.
Individu yang memiliki self esteem positif memiliki kesempatan yang berharga untuk biasa mengungkapkan dirinya di media sosial.
Penelitian yang dilakukan oleh Utomo dan Laksmiwati (2019) individu yang menggunakan Instagram sebagai media pengungkapan diri, menggunakan hal tersebut sebagai media intropeksi diri terhadap informasi yang telah diberikan kepada orang lain. Melalui Instagram individu menjadi lebih terkenal, selain itu juga ingin mendapatkan perhatian dari orang lain terhadapat perasaan yang telah disampaikan.
Faktor lain dalam self disclosure atau pegungkapan diri pada mahasiswa yaitu kesepian yang dirasakan oleh seseorang. Sudarman (2010), “mengatakan bahwa individu yang mengalami kesepian memiliki masalah dalam memandang dirinya, merasa tidak berguna, merasa gagal, merasa tidak ada yang peduli”.
Orang yang mengalami kesepian akan merasa dirinya tidak cocok untuk bisa menjalin hubungan baik dengan orang lain. Individu tersebut bahkan mencoba
untuk mengungkapkan dirinya melalui media sosial dengan tujuan mendapatkan perhatian orang lain.
Kesepian terjadi sebagai reaksi terhadap situasi sosial (Sonderby dan Wagoner, 2013). Kesepian sering kali dikaitkan dengan permasalahan yang dihadapi individu dan memicu muncul rasa ketakutan yang berlebihan. Individu yang mengalami hal ini disebabkan suatu permasalahan yang terus muncul dalam pikirannya, sehingga individu menjadi mudah terlihat murung dan sering menyendiri.
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat dilihat bahwa mahasiswa kehidupan sosial nya semakin kompleks. Mahasiswa dituntut untuk bisa menjalin hubungan dengan orang lain . Apabila tuntutan tersebut tidak dapat terlaksanakan, maka hal ini dapat menyebabkan mahasiswa akan merasa dikucilkan dari lingkungannya dikarenakan self esteem yang individu miliki. Selain itu, self disclosure yang dilakukan di Instagram karena individu merasa kesepian.
Sejalan dengan penelitian dari Bonetti, Campbell, dan Gilmore (2010) berdasarkan penelitiannya mengatakan individu yang merasa kesepian akan memberikan informasi secara berbeda dari pada individu yang tidak mengalami kesepian.
SELF ESTEEM (HARGA DIRI)
KESEPIAN
SELF DISCLOSURE (PENGUNGKAPAN DIRI
Keterangan :
Variabel Y : Self Disclosure Variabel X1 : Self Esteem Variabel X2 : Kesepian
Berdasarkan penjelasan dan bagan tersebut, disimpulkan terdapat adanya hubungan antara Self esteem dan Kesepian dengan Self disclosure (pengungkapan diri).
E. Hipotesis
Berdasarkan dari landasan teori serta kerangka berpikir dikemukakan bahwa hipotesis pada penelitian ini, ialah “Ada hubungan antara self esteem dan kesepian dengan self disclosure pada mahasiswa Uin Suska Riau pengguna media sosial Instagram”
33 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Pada penelitian ini memakai pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan metode yang dapat digunakan untuk melihat sampel dan populasi, mengumpulkan data dengan instrumen, analisis data bersifat statistic bertujuan untuk memeriksa suatu hipotesis (Sugiyono, 2016). Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional, yaitu bentuk pendekatan yang berguna dalam mengetahui hubungan antar variabel tanpa mengubah makna variabel lainnya agar tidak melakukan kecurangan (Mansyur, 2019).
B. Identifikasi Variabel Penelitian
Peneliti menggunakan 3 variabel yang akan dipakai untuk mengetahui hipotesis yang diajukan. Ketiga variabel diantaranya yaitu self esteem sebagai variabel (X1), kesepian sebagai variabel (X2) serta self disclosure sebagai variabel (Y). Melakukan identifikasi berguna untuk memperjelas masalah dan menghindari penerimaan data yang tidak dibutuhkan.
Berdasarkan penjelasan diatas maka variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
a. Variable bebas: Self esteem (X1) b. Variable bebas: Kesepian (X2) c. Variabel terikat: Self disclosure (Y)
C. Definisi Operasional 1. Self Disclosure
Self disclosure merupakan tindakan yang dapat dilakukan mahasiswa untuk mengungkapkan dirinya yang berbentuk pemberian informasi kepada orang lain tentang perasaan yang sedang dirasakan. Adapun aspek – aspek dari self disclosure yang dikemukakan oleh Hargie (2011), yaitu: valence, informativaness, appropriateness, flexibility, accessibility, honesty.
2. Self Esteem
Self esteem adalah bentuk evaluasi atau penilaian yang dilakukan mahasiswa terhadap dirinya sendiri baik berupa penerimaan atau penolakan terhadap diri sendiri. Adapun aspek – aspek dari self esteem menurut Coopersmith (1967), yaitu: power, significance, virtue, serta competence.
3. Kesepian
Kesepian adalah suatu kondisi mahasiswa yang disebabkan adanya rasa tertekan, kurang mendapatkan perhatian, memiliki banyak masalah yang sulit untuk dibicarakan kepada orang lain. Adapun aspek – aspek dari kesepian yang dikemukakan oleh Rusell (1996), yaitu: personality, social desirability loneliness, depression loneliness.
D. Partisipan Penelitian 1. Populasi Penelitian
Populasi adalah suatu wilayah yang terdiri dari objek ataupun subjeknya yang memiliki karakteristik tertentu yang diterbitkan oleh peneliti dan kemudian diambil kesimpulan, menurut Sugiyono (2016). Penelitian ini menggunakan mahasiswa Uin Suska Riau angkatan 2021/2022. Berikut data yang dapat kita lihat:
Tabel 3.1 Tabel Populasi Penelitian
No Fakultas Jumlah
1 Tarbiyah & keguruan 6536
2 Syari‟ah & ilmu hukum 4301
3 Ushuluddin 1857
4 Dakwah & ilmu komunikasi 3890
5 Sains & teknologi 3616
6 Psikologi 1125
7 Ekonomi & ilmu sosial 3681
8 Pertanian & peternakan 1714
Jumlah 26720
Sumber: (Akademik Uin Suska Riau) 2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian biasanya merujuk pada individu, kelompok yang dibentuk menjadi satuan yang akan kita teliti. Sampel adalah bagian dari jumlah serta karakteristik yang dimiliki populasi (Sugiyono,2020). Jika populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi. Misalnya karena keterbatasan tenaga dan waktu maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan kepada populasi, maka sampel diambil secara representative, yang berarti sampel haruslah mencerminkan dan bersifat mewakili populasi.