• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Oleh Citra Dwi Oktavia Saputri NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Oleh Citra Dwi Oktavia Saputri NIM"

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM MENINGKATKAN KESEHATAN LANSIA MELALUI KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN

LANSIA (TPL) DI RW 11 KEPUH KELURAHAN KLITREN KECAMATAN GONDOKUSUMAN KOTA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Citra Dwi Oktavia Saputri NIM 12102241012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

APRIL 2017

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

 Orang lanjut usia bukan untuk dijauhi. Orang lanjut usia siap berkiprah di masyarakat dengan segala keterbatasannya

 Barang siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambahkan rezekinya, hendaklah ia berbakti kepada kedua orang tuanya dan hendaklah ia menyambung silaturahmi.

(HR. Ahmad)

(6)

vi

PERSEMBAHAN Atas Karunia Allah SWT

Aku Persembahkan Karya Tulis Kepada:

1. Ayah dan Ibu tercinta yang telah mencurahkan segenap kasih sayangnya serta doa yang tak pernah lupa Ia sisipkan sehingga penulis berhasil menyusun karya ini. Terimakasih atas pengorbanan yang telah diberikan.

2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang begitu besar.

(7)

vii

PERAN BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM MENINGKATKAN KESEHATAN LANSIA MELALUI KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN

LANSIA (TPL) DI RW 11 KEPUH KELURAHAN KLITREN KECAMATAN GONDOKUSUMAN KOTA YOGYAKARTA

Oleh

Citra Dwi Oktavia Saputri NIM 12102241012

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang peran Bina Keluarga Lansia (BKL) dalam meningkatkan kesehatan lansia yang terdiri :1) peran keluarga lansia 2) peran kader lansia (3) faktor pendukung dan penghambat lansia dalam mengikuti kegiatan Taman Pendidikan Lansia (TPL).

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Informan ditentukan dengan cara Purpose Sampling. Informan terdiri dari 2 kader lansia, 5 lansia yang berusia 60 ke atas dan 5 keluarga yang mempunyai lansia.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Peneliti merupakan instrumen utama dalam melakukan penelitian yang dibantu dengan pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis interaktif dengan tiga komponen yang terdiri dari display data, reduksi data, dan pengambilan kesimpulan. Triangulasi sumber dilakukan untuk memperoleh keabsahan data..

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) keluarga berperan sebagai motivator, memberikan kasih sayang dan perhatian kepada lansia, memperhatikan pola makan, kesehatan, kebersihan, kenyamanan, bahkan menyempatkan waktu untuk antar-jemput ke tempat kegiatan TPL 2) peran dari kader lansia dalam meningkatkan kesehatan lansia adalah kader sebagai motivator, mendampingi lansia saat kegiatan, dan melakukan pemeriksaan tensi serta berat badan. 3) Faktor pendukung lansia dalam mengikuti kegiatan adalah adanya kemauan dari dalam diri lansia,dukungan keluarga, keaktifan kader dan rasa solidaritas yang tinggi. Sedangkan faktor penghambatnya disebabakn oleh beberapa faktor, yaitu faktor umur yang sudah lanjut, kurangnya motivasi dari keluarga dan lingkungan sekitar, serta kurangnya kesadaran di dalam diri lansia.

Kata kunci : keluarga, lansia, kesehatan

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari adanya bantuan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.

3. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.

4. Bapak Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, yang telah memberikan fasilitas untuk kelancaran pembuatan skripsi ini.

5. Ibu Widyaningsih, M. Si selaku dosen pembimbing, yang telah berkenan membimbing dan menguji serta memberikan masukan.

6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan.

7. Kepada subjek penelitian atas kesediaannya dalam membantu pelaksanaan penelitian.

8. Bapak, Ibu, dan kakakku atas doa, perhatian, kasih sayang, dan segala dukungannya.

9. Teman-teman PLS 2012 atas dukungan, motivasi dan silaturahmi kita.

(9)
(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN SURAT PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Batasan Masalah... 9

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 11

1. Pengertian Peran... 11

2. Pengertian Keluarga ... 11

3. Fungsi Keluarga ... 13

4. Pengertian Bina Keluarga Lansia (BKL) ... 15

5. Lanjut Usia (Lansia) ... 19

6. Posyandu Lansia ... 36

B. PENELITIAN YANG RELEVAN ... 46

C. KERANGKA BERFIKIR ... 48

(11)

xi

D. PERTANYAAN PENELITIAN ... 51

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 52

B. Setting, Waktu, dan Lama Penelitian ... 52

C. Subyek Penelitian ... 53

D. Metode Pengumpulan Data ... 54

1. Pengamatan atau Observasi... 54

2. Wawancara Mendalam ... 54

3. Dokumentasi ... 55

E. Instrumen Penelitian... 55

F. Teknik Analisis Data ... 56

1. Reduksi Data (data reduction) ... 56

2. Penyajian Data (data display) ... 57

3. Penarikan Kesimpulan(conclusion drawing) ... 57

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 58

1. Deskripsi Kegiatan Lansia di RW 11 Kelurahan Klitren Kecamatan Gondokusuman ... 58

a. Kegiatan BKL dan TPL ... 58

b. Letak Geografis ... 58

c. Jumlah Lansia ... 59

d. Data Kader ... 59

e. Struktur Organisasi ... 60

f. Fasilitas ... 61

2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 61

a. Peran Keluarga dalam Meningkatkan Kesehatan Lansia ... 61

b. Peran Kader Lansia dalam Meningkatkan kesehatan Lansia ... 65

c. Faktor Pendukung dan penghambat lansia mengikuti Kegiatan lansia ... 67

B. Pembahasan ... 71

(12)

xii

1. Peran Keluarga dalam meningkatkan Kesehatan Lansia ... 71

2. Peran kader Lansia dalam Meningkatkan kesehatan lansia ... 73

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Lansia Mengikuti Kegiatan Lansia ... 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 82

B. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 85

LAMPIRAN ... 88

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Jumlah Lansia ... 59

Tabel 2. Data Kader Lansia ... 59

Tabel 3. Data Kehadiran Lansia ... 64

Tabel 4. Jadwal Kegiatan TPL ... 64

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Kerangka Berfikir ... 50 Ganbar 2. Struktur Organisasi ... 60

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Pedoman Observasi ... 89

Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi ... 90

Lampiran 3. Pedoman Wawancara ... 91

Lampiran 4. Hasil Wawancara ... 99

Lampiran 5. Reduksi, Display dan Kesimpulan Hasil Wawancara ... 112

Lampiran 6. Catatan Lapangan ... 122

Lampiran 7. Data Lansia ... 134

Lampiran 8. Data Hadir Kegiatan TPL ... 136

Lampiran 9. Hasil Dokumentasi Foto ... 139

Lampiran 10. Surat Izin Penelitian... 142

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lansia adalah suatu proses yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun.

Menurut Undang-undang RI no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 19 ayat 1 bahwa manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan. Oleh karena itu kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan. Manusia bisa disebut lansia jika usianya antara 60-74 tahun.

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu wilayah yang memiliki jumlah penduduk lansia tertinggi di Indonesia. Pemerintah mencatat di Yogyakarta dari total penduduk di wilayah tersebut, jumlah penduduk lansia berdasarkan hasil sensus penduduk pada tahun 2010 yaitu sebanyak 12,96% dari total populasi penduduk dan diperkirakan lansia mencapai 13,4% pada tahun 2015, meningkat 14,7% (2020), dan 19,5%

(2030) (Badan Pusat Statistik, 2010). Hal ini diperkuat di daerah penelitian dengan jumlah lansia meningkat, di tahun 2015 berjumlah 80 lansia dan di tahun 2016 berjumlah 85 lansia.

(17)

2

Pertambahan penduduk Lanjut usia disebabkan oleh semakin membaiknya pelayanan kesehatan, tetapi disisi lain meningkatnya usia harapan hidup orang Indonesia tentunya berdampak pada berbagai aspek kehidupan, baik fisik, sosial, ekonomi, dan psikis yang menyangkut masalah kesehatan. Oleh karena itu dengan semakin bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan semakin menurun baik karena faktor alamiah maupun karena penyakit (Argyo Dermatoto, 2006: 7).

Semakin meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut akan berpengaruh terhadap aspek kehidupan terkait dengan penurunan pada kondisi fisik, psikis, dan sosial. Penurunan kondisi fisik akan membawa ke kondisi yang rawan terhadap berbagai gangguan penyakit. Penurunan kondisi psikis dan sosial membawanya pada rasa kurang percaya diri, tidak berguna, kesepian, bahkan depresi. Rasa kesepian itu muncul didorong oleh adanya perasaan kehilangan akibat terputusnya hubungan atau kontak sosial dengan teman, sahabat, yang membawanya kepada rasa kehilangan, terpencil, dan tersisih. Kondisi ini juga mengisyaratkan bahwa peningkatan jumlah penduduk usia lanjut seharusnya juga membawa konsekuensi pada makin meningkatnya kebutuhan akan layanan bagi mereka. (Siti Partini Suardiman, 2007: 3).

Memasuki masa tua ditandai dengan berkurangnya kontak sosial, baik dengan anggota keluarga maupun anggota masyarakat. Di samping itu kecenderungan meluasnya keluarga inti atau keluarga batih dibandingkan dengan keluarga luas juga akan mengurangi kontak sosial usia lanjut.

Perubahan struktur keluarga dari keluarga luas atau keluarga besar ke keluarga inti juga mempengaruhi layanan perawatan kepada orang tua.

Bentuk keluarga luas lebih menjamin layanan perawatan bagi usia lanjut karena banyaknya orang yang tinggal dirumah, usia lanjut juga tidak merasakan kesepian. (Siti Partini Suardiman, 2007: 12).

(18)

3

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari Bapak, Ibu dan anak-anak yang dilahirkan. Sedangkan keluarga luas adalah unit masyarakat terkecil yang terdiri dari Kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran yang penting dalam keperawatan karena keluarga menyediakan sumber – sumber yang penting untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi dirinya dan orang lain dalam keluarga. Dalam sebuah unit keluarga, disfungsi apa saja (penyakit, cedera, perpisahan) akan mempengaruhi satu atau lebih anggota keluarga dalam hal tertentu. (Utami Munandar, 2001: 187)

Keluarga merupakan tempat di mana orang dapat menjadi diri sendiri, merasa bebas, aman dan nyaman. Oleh karena itu keluarga merupakan suatu kondisi nyata yang mempunyai arti istimewa bagi setiap orang.

Salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan usia lanjut dalam menjalani sisa kehidupannya adalah sikap orang disekitarnya.

Keluarga merupakan lembaga masyarakat yang paling dekat serta sumber kesejahteraan sosial bagi usia lanjut. (Siti Partini Suardiman, 2007: 31).

Kegiatan Bina Keluarga Lansia (BKL) adalah usaha untuk menjadikan keluarga sebagai pembina lansia dalam rumah tangganya merupakan suatu nuansa yang baru. Seluruh keluarga harus bisa memberikan suasana yang tenteram dan nyaman tetapi juga dinamis agar lansia yang tinggal dalam rumah bisa menikmati sisa hidupnya secara produktif dan bahagia serta untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga yang memiliki lanjut usia dalam pengasuhan,

(19)

4

perawatan, pemberdayaan lansia agar dapat meningkatkan kesejahteraannya.

BKL terdiri dari 3 komponen yaitu keluarga, kader, dan lansia.

Dapat dikatakan bahwa dewasa ini lebih sedikit anak usia produktif yang dapat menampung orang tuanya yang sudah lanjut usia di dalam keluarga. Lama kelamaan akan ditemukan kenyataan bahwa keluarga tidak lagi secara penuh dapat menjadi basis kekuatan yang menopang kesejahteraan (sosial) lansia. Nilai-nilai kemandirian, tidak ingin berada dalam ketergantungan pada anak-anak, yang merupakan nilai-nilai yang berasal dari masyarakat modern, dewasa ini telah banyak penganutnya dalam masyarakat Lansia sendiri. Banyak lansia yang memilih hidup terpisah dari anak-anak, tidak ingin merepotkan namun tetap merasa bahagia. (Utami Munandar, 2001: 188)

Kota Yogyakarta merupakan salah satu daerah yang memiliki jumlah lansia banyak. Kota Yogyakarta terdiri dari 14 Kecamatan dan 45 Kelurahan. Salah satunya yaitu RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren, Kecamatan Gondokusuman. Di RW 11 Kepuh ini terdiri dari enam RT yaitu RT 40 sampai RT 45. Keseluruhan jumlah lansia yang ada yaitu 85 lansia. RT 40 ada 11 lansia, Rt 41 sebanyak 23 lansia, Rt 42 ada 8 lansia, Rt 43 ada 18 lansia, Rt 44 14 lansia dan Rt 45 ada 11 lansia. di RW 11 ini setiap tahunnya jumlah lansia bertambah, jumlah lansia pada tahun 2015 sebanyak 80 lansia dan pada 2016 bertambah menjadi 85 lansia. Di RW 11 Kepuh ini terdapat dua kegiatan lansia yaitu Taman Pendidikan Lansia (TPL) dan Bina Keluarga Lansia (BKL). TPL dilaksanakan setiap tanggal 5,

(20)

5

kegiatan yang dilakukan meliputi penimbangan, pengukuran tensi, pemberian obat-obatan, pemeriksaan, dan permainan-permainan seperti menyanyi, senam, berjoget, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk BKL dilaksanakan setiap tanggal 23. Dalam BKL ini yang dibina adalah keluarga yang mempunyai lansia dengan memberikan pelajaran atau pengetahuan yang menyangkut tentang lansia. Manfaat dari kegiatan ini agar keluarga yang mempunyai lansia dapat lebih memperhatikan atau merawat lansia.

Selain kegiatan BKL di RW 11 juga terdapat kegiatan TPL yang bersamaan dengan kegiatan posyandu lansia dilaksanakan setiap tanggal 5. Dengan adanya kegiatan TPL yang dapat memberi manfaat bagi lansia untuk mengetahui kondisi kesehatannya. Melalui kegiatan ini, keluarga maupun lansia itu sendiri dapat memantau bagaimana kondisi kesehatannya.

Dalam pelaksanaan kegiatan ini, tidak semua anggota lansia hadir karena kurangnya motivasi dari angota keluarga sendiri yang menyebabkan lansia kurang optimal dalam mengikuti kegiatan lansia. Dari 85 jumlah keseluruhan lansia yang mengikuti kegiatan lansia hanya antara 25-35 lansia. Selain itu, masih banyak keluarga yang kurang memperhatikan kondisi lansia karena disibukkan dengan pekerjaan. Mengingat kondisi dan permasalahan Lanjut usia tersebut, maka penanganan masalah Lanjut usia harus menjadi prioritas. Keluarga mempunyai peran penting dalam penanganan lansia. Namun selain keluarga, kader lansia juga memiliki peran yang penting. Sebelum pelaksanaan kegiatan lansia kader membagikan undangan agar lansia hadir dalam kegiatan, tetapi terkadang kader lupa

(21)

6

membagikan undangan. Belum maksimalnya peran kader lansia ini berpengaruh terhadap jumlah lansia yang hadir pada saat kegiatan berlangsung. Di RW 11 Kepuh ini kader lansia dalam kegiatan TPL berjumlah 10 orang yang kebetulan semuanya wanita dan kader kegiatan BKL berjumlah 8 orang. Namun tidak semua kader bisa hadir dalam setiap pelaksanaan kegiatan dikarenakan kader mempunyai kepentingan yang bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan. Hal ini menyebabkan peranan kader menjadi belum bisa maksimal. Jumlah Keluarga di RW 11 yang mempunyai lansia atau merawat lansia ada 20 orang. Tidak semuanya tinggal dalam satu rumah, terdapat lansia yang menempati rumah sendiri tetapi ada anggota keluarga yang tetap merawatnya.

Peran keluarga sangat penting untuk merawat dan menjaga bagi lanjut usia tidak terelakkan karena salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan usia lanjut dalam menjalani sisa kehidupannya adalah sikap orang disekitarnya. Keluarga merupakan lembaga masyarakat yang paling dekat dengan sumber kesejahteraan sosial bagi lansia. di dalam keluargalah para usia lanjut menghabiskan masa tuanya, sehingga keluarga wajib menciptakan suasana nyaman bagi para usia lanjut. Namun perubahan struktur keluarga dari extended family ke nucleus family cenderung akan mengurangi dukungan keluarga kepada usia lanjut. Bentuk nucleus family atau keluarga batih yang jumlah anggotanya kecil, yaitu hanya suami isteri dan anak-anak saja, membatasi adanya anggota keluarga yang dapat

(22)

7

melayani kehadiran usia lanjut di rumah. (Siti Partini Suardiman, 2007:

100).

Jumlah lanjut usia yang cukup banyak perlu terus dijaga agar tetap produktif, sehat, dan berdaya guna, agar para Lanjut usia tidak menjadi beban keluarga dan masyarakat secara sosial dan ekonomi, mengingat proporsinya cukup besar. Para lanjut usia biasanya memiliki banyak masalah degeneratif karena fungsi organ tubuhnya tidak lagi prima, atau masalah psikis seperti depresi karena merasa tidak lagi dibutuhkan.

Secara umum semakin menua seseorang, kondisi kesehatan juga akan mengalami penurunan. Lansia mengalami penurunan fungsi tubuh akibat proses degenerasi, oleh karena itu diperlukan usaha untuk mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf setinggi-tingginya agar terhindar dari penyakit atau gangguan. Tinggi derajat kesehatan lanjut usia juga di lihat dari jumlah angka kesakitan. Angka kesakitan merupakan seseorang yang dikatakan sakit apabila keluhan kesehatan yang dirasakan menganggu aktivitas sehari-hari, yaitu tidak dapat melakukan kegiatan seperti bekerja, mengurus rumah tangga dan kegiatan normal sebagaimana biasanya.

Kondisi kesehatan lansia di RW 11 Kepuh bermacam-macam. Ada lansia yang sehat dan ada pula lansia yang sakit. Penyakit yang diderita lansia di RW 11 Kepuh bervariasi, terdapat lansia yang mengidap penyakit jantung, stroke, hipertensi. Selain itu juga terdapat berbagai kondisi yang khas dan sering mengganggu lansia seperti gangguan fungsi kognitif, keseimbangan badan, penglihatan dan pendengaran.

(23)

8

Kondisi kesehatan lansia selain dipengaruhi oleh penyakit juga secara tidak langsung dipengaruhi oleh hal lain seperti gizi. Masalah gizi pada lansia perlu menjadi perhatian khusus karena memperngaruhi status kesehatan. Masalah gizi kurang maupun gizi lebih pada lansia memacu timbulnya penyakit degeneratif.

Permasalahan yang ditemui di daerah RW 11 Kepuh menjadi menarik untuk dilakukan penelitian tentang peran BKL khususnya yang memiliki lansia berupa aktivitas dalam mengurusi lansia dan motivasi untuk mengikuti kegiatan lansia khusunya kegiatan TPL yang ada di RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren guna meningkatkan kesehatan lansia. Sesuai landasan pemikiran tersebut, maka ditetapkan topik penelitian : Peran Bina Keluarga Lansia (BKL) dalam Meningkatkan Kesehatan Lansia Melalui Kegiatan Taman Pendidikan Lansia (TPL) di RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang dihadapi adalah:

1. Jumlah lanjut usia yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.

2. Masih banyak keluarga yang kurang memperhatikan kondisi lansia karena disibukkan dengan pekerjaan sehingga peran BKL belum optimal.

3. Kondisi kesehatan lansia yang bervariasi.

4. Kehadiran Lanjut usia di TPL masih kurang aktif

(24)

9 5. Belum optimalnya peran kader lansia.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang diuraikan di atas, tidak seluruhnya dikaji dalam penelitian ini. Agar peneliti lebih mendalam, maka fokus penelitian dibatasi pada Peran Bina Keluarga Lansia (BKL) dalam Meningkatkan Kesehatan Lansia Melalui Kegiatan TPL di RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka dapat dirumuskan fokus permasalahan tentang peran Bina Keluarga Lansia (BKL) yang terdiri dari:

1. Bagaimana peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan lansia?

2. Bagaimana peran kader lansia dalam meningkatkan kesehatan lansia?

3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat lansia dalam mengikuti kegiatan TPL?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab beberapa rumusan permasalahan

1. Mendeskripsikan bagaimana peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan lansia di RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta.

2. Mendeskripsikan bagaimana peran kader lansia dalam meningkatkan kesehatan lansia di RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta.

(25)

10

3. Mendeskripsikan apa saja faktor pendukung dan penghambat lansia dalam mengikuti kegiatan di RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta ilmu pengetahuan bagi Jurusan Pendidikan Luar sekolah karena sesuai dengan salah satu mata kuliah yaitu Pendidikan Lansia.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Lanjut Usia

Lanjut usia menjadi lebih memperhatikan kondisi kesehatannya dan lebih aktif berpartisipasi dalam kegiatan lansia yang ada di RW 11 Kepuh Kelurahan Klitren Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta.

b. Bagi keluarga

Keluarga lebih dapat memperhatikan orang lanjut usia yang ada dalam keluarganya.

c. Bagi Peneliti

Peneliti akan mendapatkan pengalaman dan pemahaman terkait dengan peran Bina Keluarga Lansia (BKL) dalam meningkatkan kesehatan lansia

(26)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori 1. Pengertian Peran

Menurut Ravik Karsidi (2007: 79) peran merupakan sebuah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki status (kedudukan) tertentu.

Senada dengan pendapat Soerjono Soekanto (2010: 212) bahwa peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status) yaitu orang yang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukan berarti telah menjalankan suatu peranan.

Sedangkan peran menurut Poerwadarminta (1995: 751) peran adalah tindakan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa. Selain itu, menurut Koentjaraningrat peran adalah suatu perbuatan seseorang dengan cara tertentu dalam usaha menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan status yang dimiliki. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peran adalah suatu tanggung jawab atau tugas sesuai kedudukan di masyarakat.

2. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah merupakan kelompok primer yang paling penting di dalam masyarakat. Keluarga merupakan sebuah group yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan wanita, perhubungan mana sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi keluarga dalam bentuk yang murni merupakan satu kesatuan sosial yang

(27)

12

terdiri dari suami, istri dan anak-anak. Satuan ini mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama, di mana saja dalam satuan masyarakat manusia. (Abu Ahmadi, 2002: 239)

Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia di mana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Di dalam keluarga, manusia pertama- tama belajar memperhatikan keinginan-keinginan orang lain, belajar bekerja sama, bantu membantu, dan lain-lain. Dengan kata lain ia pertama-tama belajar memegang peranan sebagai makhluk sosial yang memiliki norma- norma dan kecakapan-kecapakan tertentu dalam pergaulannya dengan orang lain. (Abu Ahmadi, 2002: 255)

Keluarga juga mempunyai sifat-sifat khusus, yaitu:

a. Universalitet, artinya merupakan bentuk yang universal dari seluruh organisasi sosial.

b. Dasar emosional, artinya rasa kasih sayang, kecintaan sampai kebanggaan suatu ras.

c. Pengaruh yang normatif, artinya keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama-tama bagi seluruh bentuk hidup yang tertinggi, dan membentuk watak daripada individu.

d. Besarnya keluarga yang terbatas.

e. Kedudukan yang sentral dalam struktur sosial.

f. Pertanggungjawab dari anggota-anggota.

g. Adanya aturan-aturan sosial yang homogen.

Akibat dari pengaruh adanya perubahan perkembangan keluarga menyebabkan hilangnya peranan sosial, yaitu:

a. Keluarga berubah fungsinya, dari kesatuan yang menghasilkan menjadi kesatuan yang memakai semata-mata. Dahulu keluarga menghasilkan sendiri untuk keluarganya, tetapi lama kelamaan

(28)

13

fungsi ini semakin jarang karena telah dikerjakan oleh orang-orang tertentu.

b. Tugas untuk mendidik anak-anak sebagian besar diserahkan kepada sekolah, kecuali anak kecil yang masih hidup dalam hubungan kekeluargaan.

c. Tugas bercengkrama di keluarga menjadi memudar, karena tumbuhnya perkumpulan-pekumpulan modern, sehingga waktu untuk berada di tengah-tengah keluarga makin lama makin kecil.

Menurut Abu Hamadi, dalam sejarah kehidupan keluarga terdapat empat tingkat sebagai berikut:

a. Formatif pre-nuptial stage: yaitu tingkat persiapan sebelum berlangsungnya perkawinan. Dalam tingkat ini adalah masa berkasih-kasih, hubungan yang makin lama makin menjadi erat antara pria dan wanita masing-masing berusaha untuk memperbesar cita-citanya.

b. Nupteap stage: yaitu tingkat sebelum anak-anak/ bayi lahir yang merupakan permulaan daripada keluarga itu sendiri. Dalam tingkat ini suami istri hidup bersama menciptakan rumah tangga, mencari pengalaman baru, sikap baru terhadap masyarakat.

c. Child Rearing stage: tingkat ini adalah pelaksana keluarga itu sendiri. Pertanggungjawab mereka selalu bertambah, berhubung adanya anak-anak mereka.

d. Maturity stage: tingkat ini timbul apabila anak-anaknya tidak lagi membutuhkan pemeliharaan orang tuanya, setelah dilepaskan dari tanggung jawab, kemudian anak-anak melakukan aktivitas baru.

(Abu Ahmadi, 2002: 242)

Peran keluarga yang berhubungan dengan fungsi cinta kasih juga sangat berperanan dalam memberikan lingkungan psikologi yang sehat bagi semua anggota keluarga untuk tumbuh berkembang mencapai potensi optimum.

3. Fungsi Keluarga

Menurut Abu Ahmadi, Fungsi keluarga adalah sangat penting sehingga tidak dapat dipisah-pisahkan satu dengan yang lainnya. Jenis-jenis fungsi keluarga adalah:

a. Fungsi edukatif

(29)

14

Fungsi edukatif berkaitan dengan fungsi pendidikan, di mana anggota keluarga seharusnya dapat tetap mendidik orang tua atau lansia agar selalu mendapat ilmu yang berkaitan tentang kehidupan lansia.

b. Fungsi sosialisasi

Fungsi sosialisasi di dalam keluarga ini dapat mengajarkan bagaimana berhubungan baik dengan lingkungan sekitar, sehingga lansia di hari tuanya tetap dapat bersosialisasi dengna lingkungan dan dapat berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang ada di lingkungannya.

c. Fungsi Perlindungan

Fungsi perlindungan dilihat dari cara keluarga melindungi anggota keluarga yang lainnya sehingga merasa nyaman saat berada dirumah.

d. Fungsi Afeksi

Fungsi ini harus dimiliki oleh keluarga, lebih-lebih keluarga yang mempunyai lansia karena fungsi ini merupakan fungsi kasih sayang sehingga di dalam keluarga lansia mendapat rasa kasih sayang dan perhatian dari anaknya atau anggota keluarga lainnya.

e. Fungsi religius

Agama merupakan kebutuhan dasar manusia dan keluargalah tempat pertama manusai mengenal agama. Sehingga anggota keluarga tetap mengingatkan orant tua atau lansia agar selalu melaksanakan perintah agamanya sesuai keyakinan yang dianut.

f. Fungsi rekreasi

(30)

15

Fungsi ini dilihat dari cara keluarga menciptakan suasana yang menyenangkan seperti menonton TV bersama atau meluangkan waktu untuk rekreasi agar orang tua atau lansia tetap merasakan senang di dalam keluarganya.

4. Pengertian Bina Keluarga Lansia (BKL) a. Pengertian BKL

Menurut BKKBN (2011: 10), bahwa keluarga lansia adalah keluarga yang di dalamnya terdapat anggota yang lanjut usia atau keluarga yang seluruh anggotanya lanjut usia. Dari definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga lansia adalah keluarga yang memiliki anggota keluarga lanjut usia atau seluruh anggota keluarganya adalah lanjut usia.

Berangkat dari pengertian keluarga lansia di atas, dapat dikatakan bahwa:

Bina Keluarga Lansia (BKL) adalah kelompok kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga yang memiliki lanjut usia dalam pengasuhan, perawatan, pemberdayaan lansia agar dapat meningkatkan kesejahteraannya (BKKBN, 2011: 10).

Sedangkan menurut Suyono dan Hariyanto (2007: 36), bahwa:

Bina Keluarga Lansia atau yang biasa disebut BKL adalah suatu usaha untuk menjadikan keluarga sebagai pembina lansia dalam rumah tangganya merupakan suatu nuansa yang baru. Seluruh keluarga harus bisa memberikan suasana yang tenteram tetapi dinamis agar lansia yang tinggal dalam rumah bisa menikmati sisa hidupnya secara produktif dan bahagia. Untuk itu potensi lansia yang masih ada perlu dipelihara dan dikembangkan.

Sedangkan menurut Elfi bahwa kegiatan Bina Keluarga Lansia (BKL) merupakan paket Upaya Kesejahteraan Lanjut Usia melalui Pemberdayaan Keluarga dengan program pokok adalah (1) pelaksanaan usaha ekonomi

(31)

16

produktif keluarga lansia dalam memanfaatkan waktu dan memberdayakan kemampuan anggota keluarga dan lansia, (2) membudayakan tingkah laku anggota keluarga dalam memberikan pelayanan, penghormatan dan penghargaan kepada anggota keluarga lansia, dan (3) pemberdayaan peran serta lansia sesuai dengan kekayaan pengalaman, keahlian dan kearifannya dalam pembangunan Keluarga sejahtera atau meningkatkan mutu kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

(http://repository.unib.ac.id/8661/1/I,II,III,I-14-ezi-FK.pdf diunduh pada hari Rabu 8 Juni 2016 jam 14:35 WIB)

Dari ketiga definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Bina Keluarga Lansia adalah usaha untuk menjadikan keluarga sebagai pembina lansia dalam rumah tangganya merupakan suatu nuansa yang baru. Seluruh keluarga harus bisa memberikan suasana yang tenteram tetapi dinamis agar lansia yang tinggal dalam rumah bisa menikmati sisa hidupnya secara produktif dan bahagia untuk meningkatkan pengetahuan serta keterampilan keluarga yang memiliki lanjut usia dalam pengasuhan, perawatan, pemberdayaan lansia agar dapat meningkatkan kesejahteraannya.

b. Tujuan BKL

Menurut BKKBN (2009: 11), bahwa tujuan bina keluarga lansia adalah meningkatkan kepedulian dan peran keluarga dalam mewujudkan lanjut usia sejahtera yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, hidup sehat, mandiri, produktif dan bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat.

(32)

17 c. Sasaran BKL

BKKBN (2009: 7), membagi sasaran program bina keluarga lansia 40 kepada dua macam, yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak langsung.

Sasaran langsung, diantaranya keluarga yang mempunyai anggota keluarga lansia dan keluarga yang seluruh anggotanya lansia. Sedangkan sasaran tidak langsung, yaitu tokoh agama, tokoh masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, dan organisasi masyarakat.

d. Peran BKL

BKKBN (2011: 17), peran Bina Keluarga Lansia (BKL) adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga lansia, memahami dan membina kondisi serta mengatasi permasalahan Lansia, guna meningkatkan kesejahteraan Lansia.

e. Peran Lansia di dalam keluarga

Menurut BKKBN (2009: 22), disebutkan bahwa peran lansia di dalam keluarga diantaranya:

1) Sebagai penasehat atau pembimbing keluarga dan sanak saudara di lingkungan keluarga.

2) Sebagai panutan di dalam keluarga.

3) Mengamalkan pengetahuan, keahlian dan pengalaman yang baik dan berharga kepada anak cucu dan generasi muda.

4) Membantu meningkatkan pendapatan keluarga.

f. Peran Keluarga dalam Pembinaan terhadap Lansia

(33)

18

Sedangkan peran keluarga dalam pembinaan terhadap lansia. menurut BKKBN (2009: 22), diantaranya:

1) Memberikan fasilitas atau kemudahan bagi lansia untuk mengamalkan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki.

2) Pembinaan keagamaan.

3) Pembinaan fisik.

4) Pembinaan psikis/ mental.

5) Pembinaan sosial ekonomi.

g. Pengelolaan Program Bina Keluarga Lansia (BKL)

Pada pengelolaan program Bina Keluarga Lansia (BKL) sendiri menurut BKKBN (2009: 12-15), dijelaskan langkah-langkah pembentukan kelompok Bina Keluarga Lansia, yaitu:

1) Persiapan, meliputi kegiatan:

a) Penggalangan kesepakatan. Penggalangan kesepakatan dilaksanakan dalam pertemuan yang membahas tentang pentingnya BKL, dengan kesepakatan bersama perlu dibentuknya kelompok BKL.

b) Inventarisasi sasaran dan tenaga/ ahli. Inventarisasi dilakukan dengan menggunakan R/I/KS dan sumber lain serta dilakukan inventarisasi tenaga/ ahli di bidang lansia.

2) Pembentukan kelompok-kelompok kader a) Pemilihan kader

(1) Syarat kader, yaitu:

(a) Wanita atau pria telah berkeluarga dan aktif di masyarakat.

(b) Dapat membaca, menulis dan berkomunikasi dengan baik.

(c) Bertempat tinggal di lokasi kegiatan.

(d) Sehat jasmani dan rohani.

(e) Bersedia mengikuti latihan/ orientasi/ magang.

(f) Bersedia menjadi kader.

(g) Menjalankan tugas secara sukarela.

(2) Tugas dan fungsi kader yaitu:

(a) Mengelola kelompok Bina Keluarga Lansia (BKL).

(b) Melakukan penyuluhan.

(c) Melakukan kunjungan rumah.

(34)

19 (d) Melakukan pembinaan.

(e) Melakukan rujukan.

(f) Melakukan pencatatan.

(g) Melakukan pengembangan KS.

(h) Melakukan konsultasi kepada PLKB, tim pembina.

b) Pembekalan kader

c) Pembentukan kelompok BKL, penyusunan rencana kegiatan kelompok, memberikan penjelasan tentang BKL, dan mengundang calon peserta (keluarga yang memiliki lansia).

3) Pokok-pokok kegiatan kader a) Bagian Inti

Pada bagian inti, merupakan kegiatan pembelajaran pada program keluarga lansia, yang dilakukan melalui beberapa kegiatan yang dilakukan oleh kader terhadap lansia dan keluarga lansia, kegiatan tersebut meliputi:

(1) Penyuluhan (2) Kunjungan rumah (3) Rujukan

(4) Pencatatan . b) Penyuluhan

a) Pelaksanaannya adalah kader.

b) Waktu 1 atau 2 kali sebulan.

c) Tempat berdasarkan kesepakatan.

d) Materi yang dibahas dalam pertemuan..

4) Sasaran kegiatan

Sasaran langsung adalah lansia yang:

a) Tinggal sendiri atau tinggal bersama keluarga baik keluarganya sendiri atau keluarga pengganti.

b) Lanjut usia 60 tahun keatas.

c) Mengalami hambatan fisik sosial/ mental.

d) Terlantar atau miskin.

Sasaran tidak langsung adalah:

a) Masyarakat dan lingkungan dimana lansia tinggal

b) Kelembagaan yang ada di masyarakat seperti karang werdha, orsos, Posyandu Lansia, dll.

5. Lanjut Usia (Lansia)

a. Pengertian Lanjut Usia (Lansia)

Lanjut usia adalah perkembangan manusiawi yang pada hakekatnya manusia akan mencapai titik akhir perkembangan pada daur ulang kehidupan manusia. Di kalangan masyarakat Indonesia kita sering mendengar sebutan

(35)

20

untuk lanjut usia dengan menggunakan sebutan jompo, sedangkan menurut Hasan Alwi (2005: 579) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata jompo adalah tua sekali dan sudah lemah fisiknya sehingga tidak mampu mencari nafkah sendiri dan sebagainya.

Sedangkan dalam Undang-Undang RI No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia dengan tegas dinyatakan bahwa yang disebut lansia adalah laki-laki ataupun perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih. Dalam usia ini, kemampuan fisik dan kognitif manusia sangat menurun. Hal itu nantinya juga berakibat pada berkurangnya tingkat produktivitas manusia.

Menurut Siti Bandiyah (2009: 13), bahwa menua adalah suatu proses menghilangkan secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi mormalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

Di samping itu WHO mengenai usia lanjut ini juga memberikan patokan pembagian umur sebagai berikut :

1) Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45-59 tahun.

2) Usia lanjut (elderly), antara 60-74 tahun.

3) Tua (old), antara 75-90 tahun.

4) Sangat tua (very old), di atas 90 tahun

Menurut hasil penelitian di lapangan, Rw 11 Kepuh Kelurahan Klitren termasuk dalam kelompok usia lanjut (elderly) yaitu lansia berumur 60-74 tahun.

(36)

21

Menjadi tua (aging) merupakan proses perubahan biologis secara terus menerus yang dialami manusia pada semua tingkatan umur dan waktu,sedangkan lanjut usia (old age) adalah nama untuk tahap akhir dari proses penuaan tersebut. (Farida Hanum, 2008: 22)

Lansia adalah proses yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun.

Menurut Undang-undang RI no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 19 ayat 1 bahwa manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan. Oleh karena itu kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan.

Dari pengertian lanjut usia yang telah diuraikan di atas maka dapat disimpulkan bahwa lansia adalah kondisi dimana seseorang telah mencapai umur 60 tahun lebih dengan kondisi fisik yang semakin menurun dan berkurang.

b. Masalah yang dihadapi Lanjut usia.

1) Masalah pada lanjut usia (active aging, 11: 2010)

a) Hubungan keluarga menjadi kurang harmonis, terutama bagi lanjut usia laki-laki yang cenderung menyendiri dibandingkan lanjut usia perempuan yang diasuh oleh keluarga besar.

(37)

22

b) Terjadi perubahan hubungan sosial karena lanjut usia cenderung mengisolasi diri dan kurang melakukan sosialisasi dengan sebaya, sejawat lebih muda, anak dan cucu.

c) Menurunnya daya tahan tubuh sehingga penyembuhan penyakit lebih lama.

d) Akses transportasi yang tidak/ belum ramah lanjut usia dan terlalu jauh dari rumah.

e) Beratnya beban pekerjaan rumah tangga yang harus dilakukan sendiri dan tidak jarang untuk anggota keluarga yang lain seperti menjaga rumah, pekerjaan ruma, mengasuh cucu, dll.

Selain itu, masalah yang pada umunya dihadapi oleh usia lanjut dikelompokkan menjadi masalah ekonomi, masalah sosial budaya, masalah kesehatan, masalah psikologis.

1) Masalah ekonomi

Pada masa usia lanjut ditandai dengan menurunnya produktivitas kerja, memasuki masa pensiun atau berhentinya pekerjaan utama. Hal ini berakibat pada menurunnya pendapatan yang kemudian berkaitan dengan pada pemenuhan kebutuhan sehari- hari. Hurlock (2004: 396) melalui Siti Partini (2011: 11) menyatakan,

Apabila pendapatan orang usia lanjut secara drastis berkurang maka minat untuk mencari uang tidak lagi berorientasi pada apa yang ingin mereka beli dan untuk membayar simbol status yang bisa dilakukan pada kehidupan masa muda, tetapi untuk sekedar menjaga mereka agar tetap mandiri. Yang mereka pikirkan yaitu

(38)

23

bagaimana mereka dapat tinggal tergantung pada saudaranya atau tidak tergantung pada bantuan orang lain.

2) Masalah sosial

Memasuki masa tua ditandai dengan berkurangnya kontak sosial, baik dengan anggota keluarga, anggota masyarakat, maupun teman kerja sebagai akibat terputusnya hubungan kerja karena pensiun. Kurangnya kontak sosial ini juga menimbulkan perasaan kesepian, murung, terasingkan. Hal ini tidak sejalan dengan hakikat manusia sebagai makhluk sosial yang dalam hidupnya selalu membutuhkan kehadiran orang lain. (Siti Partini, 2011: 12)

Menghadapi kenyataan ini maka perlu dibentuk kelompok- kelompok usia lanjut yang memiliki kegiatan mepertemukan para anggota lanjut usia lainnya sehinga kontak sosial pun berlangsung.

3) Masalah kesehatan

Pada usia lanjut terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya berbagai macam penyakit.

Masa tua ditandai oleh penurunan fungsi fisik dan rentan terhadap berbagai penyakit. Kerentanan terhadap penyakit ini disebabkan oleh menurunnya fungsi berbagai organ tubuh.

Diperlukan pelayanan kesehatan terutama untuk kelainan degeneratif demi meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan usia lanjut agar tercapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya (Siti Partini, 2011: 13)

Departemen Kesehatan mencanangkan tujuan program kesehatan lanjut usia adalah meningkatkan derajat kesehatan usia lanjut agar tetap sehat, mandiri dan berdaya guna sehingga tidak menjadi beban bagi dirinya sendiri, keluarga maupun mayarakat.

4) Masalah psikologis

(39)

24

Masalah psikologis yang dialami usia lanjut pada umumnya meliputi: kesepian, terasing dari lingkungannya, ketidakberdayaan, perasaan tidak berguan kurang percaya diri, ketergantungan, dll.

Berbagai persoalan tersebut bersumber dari menurunnya fungsi- fungsi fisik dan psikis akibat proses penuaan.

Kebutuhan psikologis merupakan kebutuhan akan rasa aman (the safety needs), kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki serta kasih sayang (the belongingness and love needs), kebutuhan akan rasa aman. Adanya aktivitas pekerjaan merupakan salah satu bentuk kebutuhan akan rasa aman.

c. Proses menjadi Tua

Perkembangan hidup manusia dimulai dari bayi, anak-anak, reaja, dewasa, dan kemudian tua atau lanjut usia. Menjadi lanjut usia adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari oleh siapapun. Proses menjadi lanjut usia selalu ditandai dengan kemunduran fungsi-fungsi anggota tubuh yang dapat menimbulkan masalah/ gangguan yang akan banyak mempengaruhi kegiatan/ aktivitas sehari-hari, misalnya dala hal kelambatan gerak, kurang cepat bereaksi, berkurangnya tenaga, menurunnya daya tahan dan menurunnya fungsi organ tubuh bagian luar maupun bagian dalam. (BKKBN, 2011: 29)

Rita Eka Izzaty, dkk (2008, 167) menyatakan bahwa proses menjadi tua itu disebabkan oleh faktor biologis yang terdiri atas 3 fase, yaitu

1) Fase progesif, fase stabil/ statis, dan fase regresif. Masa progesif adalah masa dimana seseorang mengalami perkembangan yang menyolok.

(40)

25

2) Fase stabil/ statis adalah masa dimana seseorang setelah mengalami kematangan segi fisik, psikis, dan sosial akan mempertahankan apa uang telah didapat dan akan meningkatkan serta memantapkannya.

3) Fase regresif yaitu masa di mana seseorang mengalami penurunan sedikit demi sedikit sampai tidak dapat lagi melakukan tugasnya.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa proses menua merupakan proses alami dan normal yang dialami oleh seseorang yang ditandai dari perubahan-perubahan fisik, psikis dan sosial yang berjalan seiring dengan bertambahnya usia seseorang.

d. Kesehatan Lanjut Usia

Kesehatan merupakan hak asasi manusia. Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, yang dimaksud sehat adalah keadaan individu baik secara fisik, mental,spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pada pasal 3 disebutkan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidupsehat bagi setiap orang agar teRWujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Komnas Lansia (profil penduduk lanjut usia, 2010: 73).

Proses menjadi tua merupakan suatu keaadaan yang akan dilalui oleh seluruh manusia, yang berhubungan dengan berlalunya waktu dan akhirnya menuju kematian. Penyakit degeneratif menjadi penyebab kematian yang utama pada masa mendatang.Penyakit-penyakit degeneratif tersebut biasanya seperti penyakit tekanan darah tinggi, stroke, kanker, dan penyakit jantung koroner. (Umiyatun Nawawi, 2009: 23).

(41)

26

Lanjut usia juga mengalami keluhan kesehatan setiap bulannya.

Keluhan kesehatan adalah seseorang yang mengalami ganguan atau kejiwaan baik karena penyakit akut/kronis, kecelakaan, kriminalitas atau sebab lainnya.

Keluhan kesehatan tidak selalu mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari- hari, namun terjadinya keluhan kesehatan dan jenis keluhan yang dialami oleh penduduk dapat menggambarkan tingkat/derajat kesehatan secara kasar.

Tingkat derajat kesehatan lanjut usia dapat juga dilihat dari jumlah angka kesakitan. Angka kesakitan merupakan seseorang yang dikatakan sakit apabila keluhan kesehatan yang dirasakan mengganggu aktivitas sehari-hari, yaitu tidak dapat melakukan kegiatan seperti bekerja, mengurus rumah tangga dan kegiatan lainnya secara normal sebagaimana biasanya. Angka kesakitan lanjut usia adalah proporsi penduduk lanjut usia yang mengalami kesehatan hingga mengganggu aktivitas sehari-hari selama satu bulan terakhir.Angka kesakitan merupakan salah satu indikator yangdigunakan untuk mengukur derajat kesehatan penduduk.Angka kesakitan tergolong sebagai indikator kesehatan negatif.Semakin tinggi angka kesakitan menunjukan derajat kesehatan penduduk yang semakin baik buruk. Sebaliknya, semakin rendah angka kesakitan, menunjukan derajat kesehatan penduduk yang semakin baik.

Komnas Lansia (2010: 78-79)

Upaya yang dilakukan terkait dengan kesehatan lansia diantaranya: (i) meningkatkan kesadaran lansia untuk membinasendiri kesehatannya; (ii) meningkatkan kemampuan dan peranserta keluarga dan masyarakat dalam menghayati danmengatasi kesehatan lansia; (iii) meningkatkan jenis

(42)

27

danjangkauan pelayanan kesehatan lansia dan (iv) meningkatkanmutu pelayanan kesehatan lansia (Siti Partini Suardiman, 2007: 56).

Hal ini sejalan dengan Undang-undang Lansia No. 13 Tahun 1998 Bab VI Pasal 14 ayat (1) Pelayanan kesehatandimaksudkan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan lanjut usia, agar kondisi fisik,mental, dan sosialnya dapat berfungsi secara wajar, ayat (2)Bahwa pelayanan kesehatan yang dilakukan pemerintah berupa peningkatan: a.

Penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan lansia b. Upaya penyembuhan (kuratif),yang diperluas pada bidang pelayanan geriatrik/gerontologik c.Pengembangan lembaga perawatan lanjut usia yang menderitapenyakit kronis dan/atau penyakit terminal, dan ayat (3) Bahwauntuk mendapatkan pelayanan kesehatan bagi lansia yangtidak mampu, diberikan keringanan biaya sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Komnas Lansia (Profil penduduk lanjut usia , 2010: 74)

e. Perubahan Fisik Pada Usia Lanjut

Dalam Umiyatun Nawawi, (2009: 23) proses menjadi tua merupakan suatu keadaan yang akan dilalui oleh seluruh manusia, yang berhubungan dengan berlalunya waktu dan akhirnya akan menuju kematian. Proses degeneratif atau kemunduran fungsi alat-alat tubuh terjadi tidak pada satu alat saja, tetapi terjadi pada seluruh tubuh.

Sedangkan dalam Partini (2011: 36-37) proses menjadi tua disebabkan oleh faktor biologis yang terdiri atas 3 fase (1) fase progresif. (2) fase stabil,

(43)

28

dan (3) fase regresif, mekanisme lebih ke arah kemunduran yang dialami oleh sel, komponen terkecil dari tubuh manusia. Sel –sel menurun fungsinya karena telah lama berfungsi, sehingga proses kemunduran lebih dominan dibandingkan dengan terjadinya proses pemulihan. Proses ini berlangsung secara alamiah, terus menerus dan berkesinambungan, selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis , fisiologis dan biokemis pada jaringan tubuh, yang akhirnya akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan fisik secara keseluruhan. Penurunan pada aspek fisik meliputi perubahan pada kerangka tubuh, tulang menjadi keras dan mudah patah. Sistem syaraf pusat berkurang yang mengakibatkan menurunnya kecepatan belajar dan mengingat, sehingga usia lanjut mudah lupa.

Menurut Departemen Kesehatan RI Yang dikutip oleh partini, (2011:

39), menyatakan bahwa menjadi tua ditandai kemunduran biologis yang terlihat dari gejala kemunduran fisik antara lain:

1) kulit mulai mengendur dan pada wajah timbul keriput serta garis-garis yang menetap

2) rambut mulai beruban dan menjadi putih 3) gigi mulai tanggal

4) penglihatan dan pendengaran mulai berkurang 5) mudah lelah

6) gerakan menjadi lamban dan kurang lincah

7) kerampingan tubuh menghilang, terjadi timbunan lemak terutama dibagian perut dan pinggul

Para lanjut usia memerlukan penyesuaian terhadap berbagai penurunan fungsi fisik, dengan maksud agar penurunan tidak dirasakan drastis baik oleh

(44)

29

diri maupun orang lain. Rambut yang memutih dan rontok, kulit yang berkeriput dan kusam, gigi yang mulai tanggal, penglihatan dan pendengaran yang menurun, ke semuanya memerlukan penyesuaian oleh masing-masing usia lanjut.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang telah mengalami lanjut usia maka akan mengalami perubahan-perubahan fisik pada dirinya terutama perubahan pada fungsi biologis. Perubahan fisik tersebut meliputi rambut rontok, kulit keriput dan kusam, gigi yang mulai tanggal, penglihatan dan pendengaran yang menurun. Oleh sebab itu lanjut usia harus bisa menyesuaikan berbagai perubahan fisik pada dirinya.

f. Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Masyarakat

Lilik Ma’rifatul Azizah (2011: 104) Bentuk pelayanan kesehatan pada lanjut usia di masyarakat seperti berikut :

1) Pelayanan lanjut usia di tingkat masyarakat

Pada upaya pelayanan kesehatan ini, semua upaya kesehatan yang berhubungan dan dilaksanakan oleh masyarakat harus diupayakan berperan serta dalam menangani kesehatan para lanjut usia. Puskesmas dan dokter praktek swasta merupakan tulang punggung layanan ditingkat ini. Puskesmas berperan dalam membentuk kelompok/klub lanjut usia. Di dalam kelompok lanjut usia ini pelayanan kesehatan dapat lebih mudah dilaksanakan, baik usaha promotif, preventif, kuratif, atau rehabilitatif.

(45)

30

Semua pelayanan kesehatan harus diintegrasikan dengan layanan kesejahteraan yang lain dari Dinas sosial, agama, pendidikan dan kebudayaan. Peran serta LSM untuk membentuk layanan sukarela misalnya dalam pendirian badan yang memberikan layanan bantu perawatan, kebersihan rumah, atau pemberian makanan bagi para lansia juga perlu diperhatikan.

Pada dasarnya layanan kesehatan lanjut usia di tingkat masyarakat seharusnya mendayagunakan dan mengikutsertakan masyarakat (termasuk para lansianya) semaksimal mungkin. Contoh nyatanya seperti mengadakan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) bagi lanjut usia. Yang perlu dikerjakan adalah meningkatkan kepedulian dan pengetahuan masyarakat, dengan berbagai cara antara lain ceramah, lokakarya dan penyuluhan-penyuluhan.

2) Pelayanan kesehatan di masyarakat berbasis Rumah Sakit

Pada layanan tingkat ini, rumah sakit setempat yang telah melakukan layanan Geriatrik bertugas membina lanjut usia yang berada di wilayahnya, baik secara langsungatau tidak langsung melalui pembinaan pada Puskesmas yang berada di wilayah kerjanya, berupa lokakarya , ceramah-ceramah baik kepada tenaga kesehatan ataupun kepada masyarakat perlu dilaksanakan. Di lain pihak, rumah sakit harus selalu bersedia bertindak sebagai rujukan dari layanan kesehatan yang ada di masyarakat.

3) Layanan Kesehatan Lansia Berbasis Rumah Sakit.

(46)

31

Pada layanan ini rumah sakit, tergantung dari jenis layanan yang ada, menyediakan berbagai layanan bagi para lanjut usia. Mulai dari layanan sederhana berupa Poliknik Lansia, sampai pada layanan yang lebih maju, misalnya bangsal akut, klinik siang terpadu, bangsal kronik dan/atau Panti Rawat Wredha.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan kesehatan lanjut usia dimasyarakat yaitu berupa pelayanan yang dilaksanakan oleh peran serta masyarakat, lembaga-lembaga sosial, dan organisasi sosial serta dari instansi-instansi kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas, dan Posyandu Lansia

g. Harapan Lanjut Usia untuk tetap produktif

Sejalan dengan bertambahnya umur seseorang maka kondisi fisik maupun non fisik akan mengalami penurunan akibat proses alamiah.

Terjadilah penurunan tingkat produktivitas, bahkan akhirnya tidak mampu bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Partini (2011: 21)

Oleh karenanya semua penduduk usia lanjut berharap dirinya tetap sehat, aktif dan berkarya dalam pembangunan bangsa. Sakit-sakitan atau sakit berkepanjangan adalah hal yang sangat tidak diharapkan. Harapan untuk tetap sehat tercermin dari berbagai upaya dan kegiatan yang di tujukan untuk menjaga kesehatan misalnya, mengikuti senam lanjut usia, mengikuti berbagai ceramah-ceramah tentang kesehatan, mengatur pola makanan, aktif dalam organisasi sosial serta rutin memeriksakan kesehatan ke Posyandu pada setiap bulannya.

(47)

32

Salah satu kunci keberhasilan bagi lanjut usia agar tetap aktif dan bahagia di usia senja adalah pemanfaatan potensi yang dimiliki sebaik-baiknya. Kunci keberhasilan lainnya adalah menggunakan waktu sebanyak-banyaknya untuk mengerjakan atau melakukan sesuatu yang berarti dan bermakna.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa harapan lanjut usia untuk aktif dan produktif tercermin dari kemauannya untuk tetap bekerja di usia tua dan aktif dalam kegiatan sosial di daerahnya. Untuk tetap produktif dan aktif berkarya lanjut usia perlu menjaga kesehatannya setiap hari dengan menjaga pola makan, melakukan kegiatan lansia yang ada di sekitarnya. Dengan perhatian optimal dari keluarga dapat meningkatkan kehidupan lansia, meningkatkan kemandirian lansia sehingga lansia tetap sehat, mandiri dan produktif.

h. Pembinaan Psikologis Bagi Lanjut Usia (Lansia)

Kondisi psikologis adalah keadaan mutlak atau jiwa seseorang yang mencakup:

1) Kemampuan berpikir: kemampuan seseorang untuk menangkap, mengolah, dan menilai suatu permasalahan

2) Emosi: keadaan perasaan seseorang misanya stabil/ tidak stabil, sedih/

senang, terkendali/ tidak terkendali.

3) Sikap: kesiapan seseorang untuk bertindak sesuai perasaan dan pikirannya.

4) Perilaku: tindakan atau perbuatan seseorang terhadap lingkungannya.

(48)

33

Pada umumnya lanjut usia mengalami perubahan atau kemunduran fungsi psikologis, baik dari segi kmapuan berpikir, emosi, sikap, dan perilakunya.

Ada 4 tipe lansia, yaitu:

1) Lansia yang produktif yaitu lansia yang fungsi psikologisnya stabil dan fisiknya kuat.

2) Lansia yang mengalami kemunduran psikologis, tetapi fisiknya masih kuat.

3) Lansia yang memiliki kemunduran fisik, tapi psikologisnya tetap stabil.

4) Lansia yang jompo yaitu lansia yang fisik maupun psikologisnya mengalami kemunduran. (BKKBN, 2011:61)

Perubahan psikologis pada lansia:

1) Kemunduran daya ingat/ memori

Adanya kemunduran daya ingat, khususnya lupa terhadap hal-hal yang baru saja terjadi, tetapi ingat hal-hal yang sudah lama terjadi.

Ada juga sebagian lansia yang mengalami kemunduran dalam proses berpikir seperti lambat menangkap dan mengartikan informasi, sulit konsentrasi, kaku dalam mempertahankan pendapat, kreatifitas berkurang.

2) Perubahan emosi/ perasaan Lansia

Perubahan emosi yang sering terjadi pada lanjut usia antara lain:

(49)

34

a) Adanya perasaan tidak berguna dan tidak dibutuhkan orang lain sehingga muncul keinginan untuk diakui orang lain.

b) Adanya penurunan dalam menyatakan emosi. Lansia merasa sulit untuk menampilkan perasaannya secara terbuka.

3) Perubahan sikap dan perilaku

a) Gerakan kaku dan lamban. Hal ini disebabkan karena kumunduran psikomotorik, sehingga tubuh tidak lentur dan tidak terkoordinasi dengan baik.

b) Dalam menjalin hubungan sosial, cenderung mencari orang- orang seusianya dan mengurangi partisipasi dalam hubungan sosial.

c) Memimpikan dan berorientasi pada masa lampaunya dengan kenangan-kenangan yang menyenangkan, kejayaan, keunggulan, dan keberhasilan.

4) Akibat kemunduran fisik terhadap perubahan psikis lansia

Sistem syaraf dipengaruhi oleh kondisi fisik lainnya, misalnya fungsi jantung, penyempitan pembuluh darah, dan berbagai penyakit.

Perubahan-perubahan fisik biasanya menyebabkan perubahan pula pada fungsi psikologisnya.

5) Dukungan lingkungan atau suasana kekeluargaan

Keluarga yang kurang memberikan perhatian, kurangnya komunikasi dan kurangnya memahami kebutuhan lansia akan mempercepat kemunduran kondisi psikologis lansia.

(50)

35

Pembinaan Psikologis Pada Lansia, yaitu:

1) Upaya yang bisa dilakukan keluarga dalam pembinaan psikis lansia yaitu:

a) Keluarga perlu menyediakan waktu untuk mengajak berbicara dari hati ke hati serta membantu agar lansia dapat mengungkapkan keluhannya secara terbuka.

b) Keluarga berupaya untuk memahami apa yang dirasakan lansia, mencari penyebab masalah dan berbagi pengalaman dengan lansia.

c) Keluarga berusaha memenuhi kebutuhan lansia dengan memberikan perhatian, kasih sayang yang tulus dan rasa aman.

d) Keluarga merujuk pada tenaga ahli, apabila mengadapi lansia yang mengalami gangguan mental yang cukup menganggu.

2) Upaya yang bisa dilakukan lansia dalam menjalani masa tuanya, yaitu:

a) Menerima usia lanjut dengan lapang dada. Menerima perubahan dirinya dengan hati pasrah. Kenyataan bahwa dirinya menjadi tua diterima dengan positif dan dengan senang hati memasuki tingkatan hidup yang baru.

b) Berlatih melepaskan diri dan bijaksana. Sikap “lepas bebas” dari kehidupan duniawi dalam arti mengambil jarak dari segala miliknya.

c) Berupaya menghadapi “kesepian. Upaya yang dilakukan dalam menghadapi kesepian adalah:

(51)

36

(1) Berusaha membuat dirinya bermanfaat bagi orang lain.

(2) Mengunjungi teman lansia yang hidup sendiri

(3) Memperhatikan dan menghibur orang yang kesusahan (4) Bagi lansia yang sudah tidak dapat pergi kemana-mana,

upaya ini dilakukan melalui surat menyurat dengan tulisan pendek atau melelui telepon. Upaya-upaya ini akan menyebabkan dirinya terhibur.

d) Menemukan minat dan berprestasi. Saat kekuatan jasmani mulai menyusut, ada potensi dan kekuatan dalam diri yang baru berkembang. Seseorang akhirnya menemukan dan mengembangkan minatnya sehingga berprestasi diberbagai bidang.

6. Posyandu Lansia

a. Pengertian Posyandu Lansia

Komnas Lansia (2010: 6) dalam buku Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut usia, Posyandu Lanjut usia adalah suatu wadah pelayanan kepada lanjut usia di masyarakat yang proses pembentukan dan pelaksanaan dilakukan oleh masyarakat bersama LSM, lintas sektor pemerintah dan non pemerintah, swasta, organisasi sosial, dengan menitik beratkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif.

Kartika Ratna Pertiwi (2012: 2) menyatakan Yandu lansia atau Posyandu kelompok usia lanjut adalah suatu bentuk usaha pelayanan pemantauan kesehatan khusus untuk lansia yang bersumber daya dari

(52)

37

masyarakat (UKBM)yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan kebutuhan itu sendiri khususnya padapenduduk usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati. Yandu Lansia dipanduoleh kader terpilih yang telah diberikan pendidikan dan pelatihan di tingkat dusun sampaikelurahan.

Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melaluipelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosialdalam penyelenggaraannya

Dasar Hukum pembinaan usia lanjut di Indonesia dilaksanakan berdasarkan beberapa undang-undang dan peraturan sebagai dasar dalam menentukan kebijaksanaan pembinaan. Dasar hukum/ketentuan perundangan dan peraturan dimaksud adalah: (1) UU No. 10 Tahun 1992 Tentang Perkembangan Kependudukan, (2) UU No. 36 Tahun 2009 pasal 138 Tentang Kesehatan Usia Lanjut, (3) UU No. 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut usia pasal 14, (4) UU No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah, (5) UU No.25 Tahun 1999 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, (6) Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonomi (Depkes RI, 2003)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Posyandu Lanjut usia merupakan Pos Pelayanan Terpadu lanjut usia yang kegiatannya di laksanakan dan dikelola oleh masyarakat dan kader lansia yang dibantu oleh

(53)

38

pemerintah setempat seperti RT/RW agar masyarakat lanjut usia dapat memelihara kesehatannya dengan mandiri.

b. Tujuan Pelayanan Posyandu Lansia

Tujuan pelayanan Posyandu lansia adalah (1) Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku positif dari lansia, (2) Meningkatkan mutu dan derajat kesehatan lanjut usia, (3) Meningkatkan kemampuan para lanjut usia untuk mengenali masalah kesehatan dirinya sendiri dan bertindak untuk mengatasi masalah tersebut terbatas kemampuan yang ada dan meminta pertolongan keluarga atau petugas jika diperlukan. Lilik (2011: 106)

Kartika dalam penelitian Yandu lansia (2012: 2), yandu lansia bertujuan meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam keluarga dan masyarakat sesuai denganeksistensinya dalam strata kemasyarakatan. Bagi lansia sendiri, kesadaran akan pentingnya kesehatan bagi dirinya, keluarga dan masyarakat luas agar selama mungkin tetap mandiri dan berdayaguna.

Secara garis besar, layanan Yandu Lansia bertujuan untuk: 1) Meningkatkan jangkauanpelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yangsesuai dengan kebutuhan lansia, 2) Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran sertamasyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasiantara masyarakat usia lanjut. Sehingga sasaran Yandu Lansia adalah:

1) Sasaran langsung

Kelompok pralansia (45-59 tahun), kelompok lansia (60 tahun ke atas), kelompok lansia dengan resiko tinggi (70 tahun ke atas)

2) Sasaran tidak langsung

(54)

39

Keluarga dimana usia lanjut berada, organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan usia lanjut dan masyarakat. Siti Maryam dkk (2011: 37)

c. Kegiatan Posyandu Lansia

Pada dasarnya jenis kegiatan Posyandu Lanjut usia tidak berbeda dengan kegiatan Posyandu Balita atau kegiatan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat lain dimasyarakat. Namun Posyandu Lanjut usia kegiatannya tidak hanya mencakup upaya kesehatan saja tetapi juga meliputi upaya sosial dan karya serta pendidikan. Hal tersebut disebabkan karena permasalahan yang dihadapi lanjut usia bersifat kompleks, tidak hanya masalah kesehatan namun juga masalah sosial, ekonomi dan pendidikan yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya.

Sebelum kita membicarakan jenis kegiatan yang dilakukan oleh Posyandu, terlebih dulu para penyelenggara Posyandu diharapkan mengerti tujuan penyelenggaraan Posyandu seperti yang telah diuraikan di atas. Jenis kegiatan yang dilaksanakan di Posyandu Lanjut usia yaitu

1) Kegiatan pengukuran indeks massa tubuh (IMT) melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan. Kegiatan ini dilakukan 1 bulan sekali.

2) Kegiatan pemeriksaan tekanan darah dilakukan minimal 1 bulan sekali, namun bagi yang menderita tekanan darah tinggi dianjurkan setiap minggu. Hal ini dapat dilakukan di Puskesmas atau pada tenaga kesehatan terdekat.

3) Kegiatan pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb), gula darah dan kolesterol darah. Bagi lanjut usia yang sehat cukup di periksa setiap 6

Gambar

Gambar 1. Kerangka berfikir
Gambar 2. Struktur Organisasi KETUA

Referensi

Dokumen terkait

Kajian ini meliputi sterilisasi alat makan piring dengan penyinaran inframerah dengan waktu kontak 15 menit, 25 menit, dan 35 menit dengan parameter yang diperiksa yaitu

Apakah penerangan ditempat kerja sudah cukup untuk menerangi ruangan dengan baik?. 2 Apakah semua lampu berfungsi

Penggunaan huruf awal kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan itu disatukan dengan kata lain sehingga ada

Salah satu gambar tangan di Gua Metanduno diperkirakan berjari runcing (Oktaviana, Bulbeck, et al., 2016). Gambar tangan berjari runcing di Gua Metanduno berada di bawah imaji

Bahan baku yang diterima oleh auditee adalah kayu bulat dari hutan Negara yang dilengkapi dengan dokumen FA- KB, namun karena untuk daerah Cianjur belum memiliki

Diduga perlakuan olah tanah konservasi + mulsa organik dengan aplikasi Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) yang paling sesuai terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman

Mind Mapping merupakan cara termudah menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi keluar dari otak, cara mencatat kreatif, efektif, secara harfiah

Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 3 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu, dan Satuan