• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN UNTUK KELAYAKAN INVESTASI INDUSTRI BAHAN BAKAR BIODIESEL BERBAHAN BAKU BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN UNTUK KELAYAKAN INVESTASI INDUSTRI BAHAN BAKAR BIODIESEL BERBAHAN BAKU BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L."

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN UNTUK KELAYAKAN INVESTASI INDUSTRI BAHAN BAKAR BIODIESEL BERBAHAN

BAKU BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

Oleh

ADI SURYAWAN PURA F03499110

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

SYSTEM PENUNJANG KEPUTUSAN UNTUK KELAYAKAN INVESTASI INDUSTRI BAHAN BAKAR BIODIESEL BERBAHAN

BAKU BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian,

Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Oleh

ADI SURYAWAN PURA F03499110

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(3)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN

UNTUK KELAYAKAN INVESTASI INDUSTRI BAHAN BAKAR BIODIESEL BERBAHAN BAKU BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian,

Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Oleh

ADI SURYAWAN PURA F03499110

Dilahirkan pada tanggal 26 Mei 1980 di Yogyakarta

Tanggal lulus : 31 Januari 2007

Menyetujui, Bogor, September 2007

Ir. Faqih Udin, MSc Dr. Ir. Sukardi, MM

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(4)

ADI SURYAWAN PURA. F03499110. Sistem Penunjang Keputusan untuk Kelayakan Investasi Industri Bahan Bakar Biodiesel Berbahan Baku Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Di bawah bimbingan : Faqih Udin. dan Sukardi.

RINGKASAN

INVESTPRO adalah paket perangkat lunak yang disusun sebagai pendukung untuk pengambilan keputusan investasi industri. Perangkat lunak ini ditujukan bagi pengambil keputusan strategis seperti investor atau pimpinan puncak perusahaan untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan pendirian industri. Pengguna program ini lebih ditujukan untuk para investor atau calon investor yang merencanakan untuk menanamkan modalnya pada industri hilir tertentu, namun tidak tertutup kemungkinan dapat dimanfaatkan oleh pihak pemerintah dan instansi yang terkait dengan industri yang akan didirikan. Sebagai acuan verifikasi program, dipergunakan data untuk investasi industri bahan bakar biodiesel yang berbahan baku biji jarak pagar (Jatropha curcas L.). Paket program ini disusun dengan 4 model utama yaitu model prakiraan pasar, model pemilihan lokasi, model analisa keuangan dan model syariah.

Hasil verifikasi model prakiraan pasar pada tahun prakiraan 2007 diperkirakan akan ada permintaan pasar sebesar 30.78 juta ton dan penawaran pasar sebesar 17.86 juta ton, hal ini berarti potensi pasar pada tahun 2007 adalah sebesar 12.92 juta ton. Sedangkan prakirakan harga bahan baku industri bahan bakar biodiesel yaitu biji jarak pagar pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp. 700 /kg dan prakiraan harga produk solar pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp. 5155.36 /Liter.

Verifikasi model pemilihan lokasi dengan INVESTPRO menghasilkan daerah Bekasi sebagai peringkat pertama dengan nilai MPE 1096 karena pada daerah ini dinilai memiliki lebih banyak pemukiman penduduk yang berarti disekitar daerah ini juga akan lebih mudah didapatkan tenaga kerja, sedangkan Gresik memperoleh peringkat kedua dengan nilai MPE 856 karena kebutuhan utilitas dan transportasi di daerah ini dinilai lebih baik bila dibandingkan beberapa daerah lainnya, kemudian peringkat ke- 3, 4 dan 5 berturut-turut adalah Batam dengan nilai MPE 819, Jakarta Timur dengan nilai MPE 793 dan Cilegon dengan nilai MPE 312.

(5)

Hasil verifikasi model keuangan dengan asumsi harga produk hasil industri berupa minyak biodiesel sebesar Rp.4500 /kg pada pendirian industri bahan bakar biodiesel dengan kapasitas produksi 3000 ton pertahun menunjukkan bahwa pendirian industri bahan bakar biodiesel ini LAYAK untuk didirikan dengan nilai dari parameter-parameter analisa kelayakannya adalah sebagai berikut NPV = Rp 1.35 milyar; IRR = 14.58 %; BEP = Rp. 136 milyar; PBP = 5.78 tahun; BCR = 1.08.

Hasil analisa sensitivitas menunjukkan bahwa penurunan harga jual produk atau kenaikan harga bahan baku sebesar 5 % dari asumsi normal sudah mengubah hasil kelayakan investasinya menjadi tidak layak. Sedangkan penurunan persentase produk terjual sebesar 1 % saja sudah dapat mengubah kesimpulan hasil kelayakan investasi untuk industri bahan bakar biodiesel menjadi tidak layak. Hasil analisa resiko pada pendirian industri bahan bakar biodiesel yaitu nilai koefisien varians sebesar 0.21 maka dapat disimpulkan bahwa investasi pendirian industri bahan bakar biodiesel berbahan baku biji jarak pagar beresiko tinggi.

Verifikasi perhitungan nisbah bagi hasil antara pihak bank dengan nasabah pada model pembiayaan syariah jenis mudharabah dan musyarakah dilakukan pada tahun ke-6 karena pada tahun ini diperkirakan industri sudah mulai memasuki periode balik modal. Hasil perhitungan pada syariah mudharabah yaitu nisbah untuk bank pada tahun ke-6 sebesar 93 % dan nisbah untuk nasabah sebesar 7 %, sedangkan pada syariah musyarakah nisbah untuk bank sebesar 84 % dan nisbah untuk nasabah adalah sebesar 16 %. Pada pembiayaan murabahah, hasil perhitungannya berupa angsuran perbulan yang harus dibayar nasabah yaitu sebesar Rp 953 juta dan harga jual fasilitas sebesar Rp 57.21 milyar.

(6)

ADI SURYAWAN PURA. F03499110. Decission Support System for Investment Feasibility on Biodiesel Fuel Industry from Jatropha Seeds. Under Supervision of : Faqih Udin. and Sukardi.

SUMMARY

INVESTPRO is a software application package which was built to be used as a decision support (system) for the feasibility study of an investment in the industry of biodiesel fuel. This software application is aimed for strategic decision makers, such as future investors or top level managers who will be taking decisions that are related to industry establishment. Users of this software are investors or a person who wants to be an investor and plans to invest on a certain industry. However the software is also possible to be used by the government or any institution that is related with the industry. As a reference to verifying the application, the entered data are for investment feasibility on the industry of biodiesel fuel made from jatropha seeds.

The application package consists of four main models which are the market forecast model, the location preference model, the financial analysis model and the shariah model.

The market forecast model verification result for the year 2007 is estimated at an amount of 30.78 million tons of market demands and 17.86 million tons of market supply on biodiesel fuel products, this means that the market potential in the year 2007 are estimated at an amount of 12.92 million tons. While the estimated price of the basic material on the industry of biodiesel fuel made from jatropha seeds in the year 2007, which are Rp. 700 /kgs and the estimated solar price in the year 2007 is Rp. 5155.36 /lt. The location preference model verification output put Bekasi in the first position with an MPE score of 1096. This is because the location has more public residential areas, thus making it easy to find work force from the surrounding areas. Gresik gets the second position with an MPE score of 856 because the utility and transportation needs for this location would easily be accommodated as compared to other locations. Consecutively in third, fourth and fifth are Batam with an MPE score of 819, Jakarta Timur with an MPE score of 793, and Cilegon with an MPE score of 312.

(7)

Verification result of the financial model with the assumption that biodiesel oil product price is Rp. 4500 /kgs and the production capacity of 3000 tons per year shows that the biodiesel fuel industry is a feasible investment based on the score of parameters on feasibility analysis which are as follows, NPV = Rp 1.35 billion; IRR

= 14.58 %; BEP = Rp. 136 billion; PBP = 5.78 years; BCR = 1.08.

The sensitivity analysis shows that the declining of the product sales price or the increasing in the raw material price as much as 5 % of normal assumption has changed the feasibility result into infeasible. While the declining percentage on sold product of 1 % has already changed the feasibility result of the investment on industry of biodiesel fuel into infeasible. The result of the risk analysis on the industry of biodiesel fuel is the coefficient variance of 0.21, thus it can be concluded that the investment on industry of biodiesel fuel made from jatropha seeds have a high risk.

The verification on the calculation of the share profit ratio between the bank and the customer in shariah analysis using the mudharabah and musyarakah method of transaction are done on the sixth year because on this year the industry is expected to have entered the payback period. The calculation result on the mudharabah method of transaction is that the ratio for the bank on the sixth year is 93 % and the ratio for the costumer is 7 %, while on the musyarakah method of transaction, the ratio for the bank is 84 % and the ratio for the customer is 16 %. Using the murabahah method of transaction, the calculation result that is to be paid every month by the customer is Rp. 953 million and the selling price of the facility is Rp.

57.21 billion.

(8)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul “Sistem Penunjang Keputusan untuk Kelayakan Investasi Industri Bahan Bakar Biodiesel Berbahan Baku Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)” adalah karya asli saya sendiri, dengan arahan dosen pembimbing akademik, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya.

Bogor, September 2007 Yang Membuat Pernyataan

Adi Suryawan Pura Nrp. F03499110

(9)

Untuk mereka

Yang Mencintaiku dan yang Kucintai,

Bapak, Ibu, Mbak Ari, Mas Agung,

Mas Hanin dan Mbak Nita

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan anugerah dan rahmat-Nya dengan melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian masalah khusus dan penyusunan skripsi yang berjudul

“Sistem Penunjang Keputusan untuk Kelayakan Investasi Industri Bahan Bakar Biodiesel Berbahan Baku Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.).”

Selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi, penulis banyak mendapatkan bantuan, dorongan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setulus-tulusnya kepada:

1. Ir. Faqih Udin, MSc, selaku Dosen Pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.

2. Dr. Ir. Sukardi, MM, selaku Dosen Pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.

3. Alfatih, Anggana, Bayu, Dasa, Dede, Helmi, Winky dan semua Rekan-rekan TIN angkatan 36 atas dukungan, perhatian dan kebersamaannya.

Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, namun segala perhatian, kerjasama dan kebersamaannya sangat penulis hargai.

Semoga hasil penelitian skripsi ini bermanfaat bagi yang membutuhkannya dan menambah khazanah karya ilmiah.

Bogor, September 2007 Penulis

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN PENELITIAN ... 4

C. RUANG LINGKUP ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. TANAMAN JARAK PAGAR ... 5

B. TEKNOLOGI PROSES ... 6

C. SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN ... 9

D. PERBANKAN SYARIAH ... 11

E. LANDASAN TEORI ... 18

1. Metode Kuadrat Terkecil ... 18

2. Metode Perbandingan Eksponensial ... 19

3. Deviasi Standar dan Varians ... 20

4. Pembiayaan Konvensional ... 21

5. Pembiayaan Syariah ... 23

F. KAJIAN PENELITIAN TERDAHULU ... 25

III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN ... 27

B. PENDEKATAN SISTEM ... 28

C. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN ... 30

D. IDENTIFIKASI SISTEM ... 30

E. TATA LAKSANA ... 32

1. Perencanaan Sistem ... 32

2. Analisa Sistem ... 33

3. Perancangan Sistem ... 34

(12)

4. Implementasi Sistem ... 34

5. Verifikasi Sistem ... 35

IV. PEMODELAN SISTEM A. KONFIGURASI SISTEM ... 36

B. KERANGKA MODEL SISTEM ... 38

1. Model Prakiraan Pasar ... 38

2. Model Pemilihan Lokasi ... 40

3. Model Keuangan ... 42

C. IMPLEMENTASI SISTEM ... 45

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PERANGKAT LUNAK INVESTPRO ... 47

B. VERIFIKASI SISTEM ... 57

1. Model Analisa Pasar ... 57

2. Model Pemilihan Lokasi ... 59

3. Model Analisa Finansial ... 62

4. Model Perhitungan Syariah ... 69

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN ... 72

B. SARAN ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75

LAMPIRAN ... 77

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jenis tumbuhan penghasil energi ... 2

Tabel 2. Kandungan asam lemak pada minyak jarak pagar ... 6

Tabel 3. Penilaian parameter ... 41

Tabel 4. Tingkat kepentingan (Bobot) parameter ... 41

Tabel 5. Kisaran penilaian tingkat kepentingan parameter ... 42

Tabel 6. Hasil analisa Trendline ... 58

Tabel 7. Hasil analisa prakiraan pasar ... 59

Tabel 8. Verifikasi analisa pemilihan lokasi ... 62

Tabel 9. Hasil analisa keuangan investasi industri bahan bakar biodiesel ... 65

Tabel 10. Uji sensitivitas hasil analisa keuangan terhadap penurunan harga jual produk ... 67

Tabel 11. Uji sensitivitas hasil analisa keuangan terhadap kenaikan biaya bahan baku ... 67

Tabel 12. Uji sensitivitas hasil analisa keuangan terhadap penurunan persentase produk terjual ... 68

Tabel 13. Hasil analisa syariah mudharabah ... 70

Tabel 14. Hasil analisa syariah musyarakah ... 70

Tabel 15. Hasil analisa syariah murabahah ... 71

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Neraca massa produksi minyak biodiesel dari jarak pagar (Jatropha

curcas L.) ... 7

Gambar 2. Reaksi Esterifikasi dan Transesterifikasi ... 9

Gambar 3. Struktur dasar SPK (Turban, 1990) ... 10

Gambar 4. Tahapan kerja pendekatan sistem (Manetch dan Park, 1977 di dalam Eriyatno, 1999) ... 29

Gambar 5. Diagram lingkar sebab akibat SPK pendirian industri ... 31

Gambar 6. Diagram Input Output ... 32

Gambar 7. Konfigurasi Sistem INVESTPRO ... 37

Gambar 8. Tampilan User Interface INVESTPRO ... 49

Gambar 9. Contoh tampilan data permintaan pasar ... 50

Gambar 10. Contoh tampilan grafik dari data statistik ... 51

Gambar 11. Tampilan data lokasi ... 52

Gambar 12. Contoh tampilan data asumsi investasi ... 53

Gambar 13. Contoh tampilan data modal investasi yang berupa aset perusahaan 54

Gambar 14. Contoh tampilan data modal investasi non aset ... 55

Gambar 15. Contoh tampilan data biaya variabel ... 56

Gambar 16. Contoh tampilan data biaya tetap ... 56

Gambar 17. Tampilan hasil analisa pasar industri bahan bakar biodiesel ... 57

Gambar 18. Pembobotan parameter ... 61

Gambar 19. Tampilan hasil analisa kelayakan ... 64

Gambar 20. Contoh tampilan analisa sensitivitas ... 66

Gambar 21. Tampilan hasil sub model analisa resiko ... 69

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Luas lahan kritis per propinsi s/d akhir tahun 2003 (dalam Ha) ... 78

Lampiran 2. Hasil analisis karakteristik minyak biodiesel jarak pagar yang diolah dengan proses “Estrans” ... 79

Lampiran 3. Diagram alir sub model analisis pasar ... 80

Lampiran 4. Diagram alir sub model analisis lokasi ... 81

Lampiran 5. Diagram alir sub model analisis finansial ... 82

Lampiran 6. Data biaya tetap dan biaya variabel industri bahan bakar biodiesel dari biji jarak pagar ... 83

Lampiran 7. Data modal awal pendirian industri bahan bakar biodiesel dari biji jarak pagar ... 84

Lampiran 8. Panduan Pemakaian Perangkat Lunak INVESTPRO (Manual) ... 86

(16)

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Seiring perjalanan waktu, jumlah cadangan bahan bakar dunia yang berasal dari minyak bumi terus berkurang, maka bisa dipastikan bahan bakar jenis ini dalam beberapa tahun kedepan akan habis terkonsumsi. Kondisi ini juga terjadi pada kilang-kilang minyak di Indonesia. Sejak lima tahun terakhir produksi minyak nasional semakin berkurang, namun di lain pihak pertambahan jumlah penduduk telah meningkatkan kebutuhan sarana transportasi dan aktivitas industri yang berakibat pada peningkatan kebutuhan dan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) nasional. Oleh karena itu pemerintah telah menerapkan kebijakan untuk mengimpor BBM untuk memenuhi sebagian kebutuhan BBM dalam negeri. Menurut Ditjen Migas, impor BBM terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari 106.9 juta barrel pada 2002 menjadi 116.2 juta barrel pada 2003 dan 154.4 juta barrel pada 2004. Dilihat dari jenis BBM yang diimpor, minyak solar merupakan volume impor terbesar setiap tahunnya. Pada 2002, impor BBM jenis ini mencapai 60.6 juta barrel atau 56.7 % dari total jumlah BBM yang di impor, kemudian meningkat menjadi 61.1 juta barrel pada 2003 dan 77.6 juta barrel pada tahun 2004 (Ditjen Migas, 2005).

Ketika harga minyak dunia terus meningkat hingga mencapai di atas US$

70 per barrel pada Agustus 2005, beban yang harus ditanggung oleh pemerintah akibat besarnya ketergantungan Indonesia pada BBM impor juga semakin besar.

Hal ini karena subsidi yang harus diberikan pemerintah terhadap harga BBM nasional semakin besar pula. Pada tahun 2005 akhirnya pemerintah memutuskan untuk mengurangi subsidi BBM yang dilakukan dalam 2 tahap yaitu pada bulan Maret dan Oktober 2005. Pengurangan subsidi pemerintah tersebut berakibat pada meningkatnya harga BBM nasional.

Melihat kondisi tersebut, Indonesia harus mulai mengembangkan sumber energi alternatif yang dapat diperbaharui seperti bahan bakar nabati sebagai alternatif pengganti BBM. Beberapa dari bahan bakar nabati yang dapat dikembangkan adalah minyak biodiesel dan bioetanol. Minyak biodiesel

(17)

memiliki sifat yang menyerupai minyak solar namun lebih ramah lingkungan karena bebas sulfur dan jika dibakar dapat menghasilkan pembakaran yang lebih sempurna dengan emisi gas buang yang jauh lebih baik dibanding minyak diesel/solar biasa. Pengembangan minyak biodiesel menggunakan bahan baku minyak nabati yang dapat dihasilkan dari tanaman yang mengandung asam lemak seperti kelapa sawit, jarak pagar, kelapa, sirsak, srikaya dan kapuk.

Sedangkan bioetanol bersumber dari karbohidrat yang setelah melalui proses fermentasi menjadi etanol. Bioetanol jika dicampur dengan bensin dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti premium. Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk menghasilkan minyak biodiesel dan bioetanol mengingat kedua bahan bakar nabati ini dapat memanfaatkan kondisi geografis dan sumber bahan baku minyak nabati dari berbagai tanaman yang tersedia di Indonesia. Menurut hasil riset Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Indonesia memiliki 60 jenis tanaman yang berpotensi menjadi energi bahan bakar alternatif. Beberapa di antara tumbuhan penghasil energi di Indonesia dengan potensi produksi minyaknya dan ekuivalen energi yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Jenis tumbuhan penghasil energi

Jenis Tumbuhan Produktivitas (Liter per Hektar)

Ekuivalen Energi (kWh per Hektar) Kelapa sawit (Elaeis guineensis) 3 600 – 4 000 33 900 – 37 700 Jarak pagar (Jatropha curcas) 2 100 – 2 800 19 800 – 26 400 Biji kemiri (Aleurites fordii) 1 800 – 2 700 17 000 – 25 500

Tebu (Saccharum officinarum) 2 450 16 000

Jarak kepyar (Ricinus communis) 1 200 – 2 000 11 300 – 18 900

Ubi kayu (Manihot esculenta) 1 020 6 600

Sumber : Business Week edisi 15 Maret 2006

Menurut hasil penelitian BPPT, minyak biodiesel bisa langsung digunakan 100 % sebagai bahan bakar pada mesin diesel tanpa memodifikasi mesin dieselnya atau dalam bentuk campuran dengan minyak solar pada berbagai konsentrasi mulai dari 5 %. Pembuatan minyak biodiesel membutuhkan bahan

(18)

baku minyak nabati yang dapat dihasilkan dari tanaman yang mengandung asam lemak seperti kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO), jarak pagar (Jatropha curcas L.), kelapa, sirsak, srikaya dan kapuk. Di antara bahan baku tersebut, jarak pagar merupakan tanaman unggulan untuk pembuatan minyak biodiesel. Tanaman jarak pagar prospektif sebagai bahan baku minyak biodiesel mengingat tanaman ini dapat tumbuh di lahan kritis dan karakteristik minyaknya yang sesuai untuk biodiesel. Biaya operasional pengembangan tanaman jarak pagar juga lebih ekonomis jika dibandingkan kelapa sawit.

Di Indonesia masih banyak terdapat lahan kritis yang dapat dimanfaatkan untuk perkebunan tanaman bahan bakar hijau (green fuel) seperti kelapa sawit dan jarak pagar. Menurut Biro Pusat Statistik, luas lahan kritis di Indonesia sampai dengan akhir tahun 2003 secara total adalah sebesar 22.1 juta hektar (7.9 juta hektar dalam kawasan hutan lindung dan 14.1 juta hektar di luar kawasan hutan), dengan rincian dapat dilihat pada Lampiran 1.

Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian, total kebutuhan minyak biodiesel mencapai 4.12 juta kiloliter pada tahun 2006.

Sementara kemampuan produksi minyak biodiesel negeri ini pada tahun 2006 baru 110 ribu kiloliter per tahun. Karena masih tingginya kebutuhan minyak biodiesel di Indonesia dan terbukanya pasar ekspor yang luas maka pengembangan dan pendirian industri bahan bakar biodiesel di Indonesia masih sangat menjanjikan. Namun untuk menghindari kemungkinan terjadinya kesalahan pengambilan keputusan yang dapat mengakibatkan kerugian dalam pendirian suatu proyek industri dibutuhkan pengkajian secara khusus untuk mengetahui aspek pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen dan aspek finansialnya. Sebelum proyek dijalankan dibutuhkan juga suatu penelitian untuk mengetahui tingkat kelayakannya. Untuk mempermudah dan mempercepat proses analisa kelayakan pendirian industri maka dibutuhkan alat bantu berupa program komputer sebagai suatu Sistem Penunjang Keputusan (SPK).

(19)

B. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah:

• Mengetahui kriteria-kriteria yang penting bagi pendirian industri bahan bakar biodiesel dari bahan baku buah jarak pagar.

• Merancang aplikasi SPK untuk perencanaan investasi industri.

• Untuk menilai kelayakan pendirian industri bahan bakar biodiesel dari bahan baku buah jarak pagar berdasarkan aspek teknis, manajemen, keuangan, ekonomi dan yuridis menggunakan SPK.

C. RUANG LINGKUP

Penelitian ini difokuskan pada pembuatan suatu program komputer untuk membantu pengambilan keputusan secara cepat dan akurat. Keputusan yang diambil adalah untuk pengkajian pendirian industri bahan bakar biodiesel dengan bahan baku biji jarak pagar yang mencakup aspek:

• Pasar

• Teknologi

• Pemilihan Lokasi

• Kapasitas Produksi

• Parameter Biaya

• Kelayakan Investasi

• Sensitivitas Investasi

(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. TANAMAN JARAK PAGAR

Jarak pagar (Jatropha curcas L.) diklasifikasikan ke dalam divisi Spermatophyta, sub-divisi Angiospermae, kelas Dicotyledone, ordo Euphorbiales, famili Euphorbiaceae, genus Jatropha, spesies curcas (Heyne, 1987). Secara fisik, jarak pagar merupakan pohon perdu yang besar dengan tinggi sekitar 2 m. Daunnya bertekstur kasar dan bertajuk majemuk, terutama pada pohon yang sudah tua. Biji jarak pagar yang masih muda berwarna hijau muda, berubah kekuningan setelah tua dan mencapai kadar minyak optimum setelah menjadi kehitaman. Jarak pagar dikenal dengan nama jarak kosta di daerah Melayu, jarak kusta di daerah Sunda, kalele di Madura, jarak pager di Bali, bintalo di Gorontalo, dan balacai hisa di Ternate.

Jarak pagar berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah, biasa digunakan sebagai pencahar, bahkan sebagai racun. Rebusan akar dan daunnya digunakan sebagai obat diare. Di Indonesia, daunnya digunakan sebagai penutup luka/antiseptik (Padua et al. 1999). Berkat jasa pelaut Portugis yang menyebarluaskan jarak pagar melalui kepulauan Cape Verde dan Guinea Bissau ke negeri lain di Afrika dan Asia, kini tanaman ini banyak ditemui di Amerika Tengah dan Selatan, Asia Tenggara, India, dan Afrika.

Menurut penelitian sebelumnya, kadar minyak biji jarak pagar relatif tinggi yaitu 35-45 %, minyaknya berbau tak sedap, berwarna kekuningan dan menjadi kemerahan jika terkena udara. Kandungan asam lemak yang terdapat dalam minyak jarak pagar dapat dilihat pada Tabel 2.

Haas dan Mittelbach (2000) menyatakan bahwa minyak jarak pagar mengandung racun yang membuat minyak ini tidak dapat dikonsumsi. Ester forbol, senyawa yang bertanggung jawab atas beracunnya minyak jarak pagar, hanya berkurang sekitar 50 % setelah dilakukan pemurnian, dan hal ini tetap membuat minyak ini tidak dapat dikonsumsi.

(21)

Tabel 2. Kandungan asam lemak pada minyak jarak pagar Jenis Asam Lemak Komposisi (%-berat)

Asam Linoleat 46.1

Asam Oleat 29.9

Asam Palmitat 11.9

Asam Stearat 5.2

Asam Linolenat 4.7

Sumber: Haas & Mittelbach, 2000

B. TEKNOLOGI PROSES

Proses yang digunakan untuk menghasilkan minyak biodiesel dengan bahan biji jarak pagar dapat dibagi ke dalam dua tahap yaitu ekstraksi minyak jarak mentah (Straight Curcas Oil/SCO) dari biji jarak, dan pemrosesan minyak jarak menjadi minyak biodiesel. Pada tahap pertama, sebelum diekstrak biji jarak dikukus dan dikupas untuk memisahkan inti biji dengan tempurungnya, kemudian minyak jarak mentah dapat diekstrak dari inti biji jarak dengan cara pengepresan/penekanan secara kontinyu dengan menggunakan alat pengepres hingga didapatkan minyak jarak yang masih bercampur dengan kotoran sisa biji jarak. Untuk menghilangkan zat-zat pengotor yang terbawa pada saat pengepresan maka dilakukan proses penyaringan secara kontinyu hingga menghasilkan minyak jarak. Tahap yang pertama ini menimbulkan hasil sampingan berupa tempurung biji dan bungkil/ampas biji jarak. Hasil samping tempurung biji dapat dimanfaatkan untuk pembuatan arang aktif atau sebagai pupuk tanaman, sedangkan bungkil/ampas hasil pengepresan dapat dimanfaatkan untuk bahan baku pembuatan biogas, sebagai pakan ternak, biopestisida atau bisa juga digunakan untuk pupuk.

(22)

Pada tahap kedua, yaitu tahap pemrosesan minyak jarak mentah menjadi

minyak biodiesel, minyak jarak mentah diproses melalui metode Estrans (Esterifikasi dan Transesterifikasi) untuk mengolah minyak mentah menjadi minyak biodiesel kasar yang kemudian akan melalui proses pencucian dan pemurnian untuk memisahkannya dari air dan gliserin.

Proses Transesterifikasi minyak nabati seperti minyak jarak ini merupakan proses yang paling efektif untuk transformasi molekul trigliserida menjadi molekul ester asam lemak. Proses transesterifikasi dapat dilakukan

Gambar 1. Neraca massa produksi minyak biodiesel dari biji jarak pagar (Jatropha curcas L.)

NaOH/KOH 0.9 % dari Minyak Jarak

(27 Ton)

Air 10 % (1139.60 Ton) Biji Jarak

Mesin Pengering

Mesin Pemecah Tempurung

Mesin Press

Reaktor

Biji kering 90 % (10 256.41 Ton)

Daging Biji 65 % (6666.67 Ton) Kulit Biji

35 % (3589.74 Ton)

Ampas 55 % (3666.67 Ton) Minyak Jarak

45 % (3000 Ton)

Gliserol 9 % (270 Ton) Metanol

9 % dari minyak jarak

(270 Ton) NaOH/KOH

0.9 % (27 Ton)

Minyak Biodiesel 90.1 % (3000 Ton)

11 396 Ton

(23)

Bernardini (1983), pada proses transesterifikasi konsentrasi metanol yang digunakan tidak boleh lebih rendah dari 98 persen, karena makin rendah konsentrasi metanol yang digunakan maka makin rendah rendemen metil ester yang dihasilkan sedangkan waktu reaksi menjadi lebih lama. Kondisi proses transesterifikasi secara kontinyu yang dilakukan Noureddini et al. (1998) didalam Darnoko dan Cheryan (2000) yaitu suhu proses 60oC, waktu proses 1-2 jam yang diikuti dengan pengadukan, menggunakan katalis KOH 1 persen (w/w) terlarut dalam metanol. Penambahan metanol dilakukan dengan perbandingan reaktan sebesar 6:1. Rata-rata rendemen dari metil ester adalah sekitar 89.5 persen dari maksimum rendemen secara teori, dengan standar deviasi 2.61 persen.

Proses pembuatan metil ester dari minyak nabati ini dapat digunakan dengan bahan baku minyak jarak mentah. Proses ini juga umum digunakan untuk minyak tumbuhan lain, bahkan telah banyak dikembangkan dalam skala industri.

Selain menghasilkan metil ester, proses ini juga menghasilkan gliserin, salah satu produk oleokimia bernilai ekonomi cukup tinggi. Gliserin sangat luas digunakan di kalangan industri sebagai bahan kosmetika dan farmasi, jika gliserin hasil samping dari proses transesterifikasi dimanfaatkan secara ekonomis maka biaya produksi metil ester dapat menjadi lebih rendah. Pada esterifikasi, bahan baku yang berasal dari minyak jarak mentah diubah menjadi metil ester yang sudah berkarakteristik C16-C18. Proses ini prinsip kerjanya adalah trigliserida dari SCO direaksikan dengan metanol dengan bantuan katalis basa hingga terbentuk rantai gliserida dan gliserol seperti yang terlihat pada Gambar 2.

(24)

Reaksi Esterifikasi O

H2C OCR H2C OH

O O

HC OCR + 3 CH3OH 3RCOCH3 + HC OH

Katalis,

O Energi

H2C OCR H2C OH

Trigliserida Metanol Metil Ester Gliserol

Reaksi Transesterifikasi

Gambar 2. Reaksi Esterifikasi dan Transesterifikasi

Hasil tahap reaksi tersebut adalah gliserol yang akan terpisah di bagian bawah separator sehingga dengan mudah dapat dipisahkan. Metil ester yang terbentuk pada proses itu adalah metil ester kasar dan masih tercampur dengan sisa katalis dan metanol untuk itu metil ester harus dimurnikan untuk menghilangkan sisa katalis dan metanol sehingga didapatkan metil ester. Tahap terakhir transesterifikasi adalah menghilangkan uap air di dalam metil ester sehingga didapatkan metil ester dengan kadar air yang rendah.

C. SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN

Menurut Suryadi (1996), Sistem Penunjang Keputusan (SPK) dirancang untuk membantu meningkatkan efektivitas dan produktivitas para pimpinan perusahaan dan profesional. SPK merupakan sistem interaktif yang bisa digunakan oleh individu dengan pengalaman sedikit mengenai komputer dan

C O H R'

O

R'' O H

[H+]

C OR'' R '

O

H 2O

+ +

(25)

yang menggunakan aturan keputusan dan model-model, basis model diakomodasikan dengan basis data dan pandangan pribadi pengambil keputusan yang menuntun kepada pemecahan masalah yang tidak dapat diselesaikan hanya dengan model optimasi ilmu manajemen (Turban, 1990). Struktur dasar SPK dapat dilihat pada Gambar 3.

Tahap perancangan SPK secara garis besar terdiri dari penentuan tujuan penelitian, studi pendahuluan dan studi kelayakan, perumusan kebutuhan data input dalam kaitannya dengan pengembangan sistem informasi, perumusan kemampuan yang harus dipenuhi oleh SPK dan perlengkapan yang dibutuhkan, dan perancangan serta pengembangan SPK. Identifikasi tujuan rancang bangun untuk menentukan arah dan sasaran yang hendak dicapai. Perancangan pendahuluan dilakukan guna merumuskan kerangka dan ruang lingkup SPK, serta persyaratan untuk kerja yang harus dipenuhinya, memilih konsep-konsep, menganalisis dan mengaplikasikan model pembuatan keputusan yang relevan dengan tujuan SPK yang akan dibangun, juga mengidentifikasi spesifikasi SPK (Suryadi dan Ramdhani, 2002).

DATA MODEL

Sistem Manajemen Basisi Data

Sistem manajemen Basis Model

Sistem Pengolahan Terpusat

Sistem Manajemen Dialog

Pengguna

Gambar 3. Struktur dasar SPK (Turban, 1990)

(26)

Menurut Waluyo (1998), perbedaan antara basis data untuk SPK dan non SPK adalah kelengkapan data, proses pengambilan keputusan dan ekstraksi dari sumber data. Sumber data untuk SPK lebih lengkap dari pada non SPK. Data harus berasal dari luar dan dalam terutama dalam level manajemen puncak sangat tergantung pada sumber data dari luar seperti data ekonomi. SPK membutuhkan proses ekstraksi dan sistem manajemen basis data yang mengelolanya harus cukup fleksibel untuk memungkinkan penambahan dan pengurangan secara cepat.

Teknik pengambilan keputusan secara umum ada dua jenis, yaitu kualitatif dan kuantitatif. Model kualitatif memerlukan saran ahli atau pakar sedangkan model kuantitatif yang biasa digunakan adalah Teknik Heuristik, MPE dan simulasi. Program heuristik merupakan titik pandang dalam merancang suatu program untuk tugas pemrosesan informasi kompleks. Teknik ini merupakan hasil dari operasi aritmetika dan matematika logika seperti adanya penambahan, penjumlahan dan perhitungan bertahap, namun tahapannya terbatas sehingga dapat dibuat algoritma komputernya. Menurut Manning (1984) metode perbandingan eksponensial digunakan sebagai alat bantu bagi pengambil keputusan untuk menggunakan rancang bangun model yang telah terdefinisi dengan baik pada setiap tahapan proses. Metode Monte Carlo merupakan teknik simulasi dengan menggunakan teknik pengambilan contoh, simulasi ini menggunakan sebaran peluang kejadian dalam peubah masukannya yang merupakan peubah acak yang diperoleh dengan metode tranformasi kebalikan dari pembangkitan bilangan acak yang berdistribusi seragam dan memiliki kisaran nilai antara nol dan satu (Hillier dan Lieberman, 1980).

D. PERBANKAN SYARIAH

Perkembangan industri keuangan syariah secara informal telah dimulai sebelum dikeluarkannya kerangka hukum formal sebagai landasan operasional perbankan syariah di Indonesia. Sebelum tahun 1992, telah didirikan beberapa badan usaha pembiayan non bank yang telah menerapkan konsep bagi hasil dalam kegiatan operasionalnya. Hal tersebut menunjukkan kebutuhan masyarakat

(27)

akan hadirnya institusi-institusi keuangan yang dapat memberikan jasa keuangan yang sesuai syariah.

Untuk menjawab kebutuhan bagi terwujudnya sistem perbankan yang sesuai syariah, pemerintah telah memasukkan kemungkinan tersebut dalam undang-undang yang baru yaitu Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan secara implisit telah membuka peluang kegiatan usaha perbankan yang memiliki dasar operasional bagi hasil yang secara rinci dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1990 tentang Bank berdasarkan prinsip bagi hasil. Ketentuan perundang-undangan tersebut telah dijadikan sebagai dasar hukum beroperasinya Bank Syariah di Indonesia yang menandai dimulainya era sistem perbankan ganda (Dual Banking System) di Indonesia (Biro Perbankan Syariah, 2002).

Sistem keuangan dan perbankan modern melakukan fungsi penyaluran dana dengan cara memanfaatkan dana pihak lain untuk memenuhi kebutuhan dana masyarakat untuk meningkatkan taraf hidupnya. Prinsip yang digunakan dalam penyaluran dana ini adalah prinsip penyertaan dalam rangka pemenuhan permodalan (equity financing) dan prinsip pinjaman dalam rangka pemenuhan kebutuhan pembiayaan (debt financing). Sistem perbankan syariah mempunyai hukum dan ketentuan tersendiri dalam penerapan fungsi tersebut, yaitu melalui akad-akad (kontrak) bagi hasil dan akad-akad jual-beli. Akad bagi hasil merupakan bentuk penerapan equity financing sedangkan akad jual beli merupakan debt financing (Arifin, 2002).

Bentuk-bentuk prinsip syariah dari transaksi pengumpulan dana dan pembiayaan dijelaskan pada poin-poin berikut:

1. Prinsip Bagi Hasil (Profit and Loss Sharing)

Ada dua macam kontrak yang termasuk dalam kategori ini, yaitu musyarakah (joint venture profit sharing) dan mudharabah (trustee profit sharing). Masing-masing kontrak tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Musyarakah

Prinsip musyarakah adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu. Masing-masing pihak yang terlibat memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan

(28)

resiko ditanggung bersama. Penentuan porsi pembagian hasil dapat dilakukan melalui perhitungan porsi modal maupun atas dasar perjanjian yang telah disepakati kedua belah pihak (Antonio, 2003).

Aplikasi prinsip ini dalam perbankan adalah bank membiayai sebagian saja dari jumlah kebutuhan investasi atau modal kerja proyek, selebihnya dibiayai sendiri oleh nasabah. Dalam kontrak ini, modal atau investasi yang dikeluarkan oleh bank akan diangsur nasabah secara bertahap (Arifin, 2002).

b. Mudharabah

Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak atau lebih. Pihak pertama disebut shahibul maal adalah penyedia dana sepenuhnya sedangkan pihak kedua adalah pihak pengelola dana (mudharib). Keuntungan maupun resiko dari pengelolaan dana ditanggung oleh kedua belah pihak, selama tidak terjadi kelalaian yang disebabkan pihak kedua (Antonio, 2003).

Jika masa proyek selesai, mudharib akan mengembalikan modal berikut porsi keuntungan yang telah disetujui sebelumnya kepada penyedia dana. Bila terjadi kerugian, maka seluruh kerugian akan ditanggung oleh shahibul maal sedangkan mudharib kehilangan keuntungan atas kerja yang dilakukan.

Ada dua tipe mudharabah yaitu mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyah. Mudharabah mutlaqah memberikan keleluasaan penuh kepada mudharib untuk menggunakan dana tersebut, sedangkan mudharabah muqayyah memiliki batasan dalam penggunaan dana terhadap waktu, tempat, jenis usaha dan sebagainya (Arifin, 2002).

2. Prinsip Jual Beli (Al Bai’)

Pengertian jual beli adalah akad pertukaran (exchange contract) antara suatu barang dan jasa dalam jumlah tertentu atas barang dan jasa lainnya. Penyerahan jumlah dan pembayaran barang dan jasa tersebut dapat dilakukan pada saat itu juga (cash and carry) ataupun secara tangguh (deferred).

(29)

Jenis-jenis jual beli yang umum digunakan dalam pembiayaan syariah adalah bai’ al murabahah, bai’ al salam dan bai’ al istishna’ (Arifin, 2002).

Perbedaan ketiga jenis jual beli ini akan dijelaskan berikut ini:

a. Murabahah

Prinsip murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati (Antonio, 2003). Cara dan jangka waktu pembayaran disepakati bersama, baik secara lump sum maupun secara angsuran. Murabahah dengan pembayaran angsuran disebut bai’

bitsaman ajil. Melalui akad murabahah, nasabah dapat memenuhi kebutuhan dalam memperoleh dan memiliki barang yang dibutuhkan tanpa harus menyediakan uang tunai terlebih dahulu.

b. Salam

Salam adalah akad jual beli suatu barang yang harganya dibayar dengan segera sedangkan barangnya akan diserahkan kemudian dalam jangka waktu yang disepakati. Harga yang dibayarkan berupa bentuk tunai yang dibayarkan segera dan bukan berupa utang.

Nasabah yang membutuhkan fasilitas salam biasanya adalah nasabah yang menerima pesanan dari pelanggannya dengan syarat pembayaran dilakukan setelah barang diserahkan. Apabila nasabah membutuhkan dana untuk pengadaan barang tersebut, maka ia dapat melakukan penjualan kepada bank dengan salam. Harga salam lebih rendah daripada harga penjualan dengan pemesan barang (Arifin, 2002).

c. Istishna’

Bai’ al ishtishna’ adalah akad jual beli barang yang harus dibuat terlebih dahulu dengan spesifikasi yang jelas. Ishtishna’ hampir sama dengan bai’ as salam namun cara pembayarannya dapat dilakukan di awal, tengah maupun akhir periode baik lump sum maupun bertahap.

3. Prinsip Sewa dan Sewa Beli

Ijarah atau sewa adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri (Antonio, 2003). Bank dalam hal ini berperan sebagai

(30)

penyedia peralatan atau barang yang akan disewa oleh nasabah. Tarif sewa dan lama peminjaman disepakati oleh kedua belah pihak.

Perbedaan antara ijarah dengan ta’jiri atau sewa beli adalah status kepemilikan pada akhir periode kesepakatan. Pada ijarah, hak tanda kepemilikan tetap pada bank atau penyedia dana sampai masa kontrak berakhir. Pada ta’jiri, hak tanda kepemilikan barang akan beralih ke nasabah setelah masa kontrak berakhir karena cicilan sewanya sudah termasuk cicilan pokok harga barang (Perwataatmadja, 1993).

4. Prinsip Qard

Qard adalah suatu pinjaman lunak yang diberikan atas dasar kewajiban sosial tanpa dikenai biaya atau imbalan lain (Perwataatmadja, 1993). Pembiayaan ini merupakan bentuk penyaluran dari penghimpunan dana berdasarkan prinsip yang sama. Fasilitas dana yang diberikan berupa pinjaman lunak kepada usaha kecil dan mikro, pinjaman jangka pendek kepada nasabah, dan keperluan atau kewajiban sosial (Antonio, 2003).

Qard merupakan salah satu ciri pembeda bank syariah dan bank konvensional. Qard mengandung misi sosial disamping kegiatan perbankan lainnya yang bersifat komersial. Bentuk pembiayaan ini memiliki resiko yang tinggi karena tidak dikenai jaminan (Antonio, 2003). Secara syariah, peminjam hanya berkewajiban membayar kembali pokok pinjamannya (Arifin, 2002).

5. Prinsip Titipan (Al Wadi’ah)

Wadi’ah merupakan titipan murni dari satu pihak ke pihak yang lain, baik individu maupun badan hukum, yang dijaga dan dikembalikan saat pihak penitip menghendaki (Antonio, 2003). Ada dua tipe wadi’ah, yaitu wadi’ah yad amanah dan wadi’ah yad dhamanah. Kedua tipe tersebut akan dijelaskan berikut ini:

a. Wadi’ah yad amanah

Wadi’ah yad amanah merupakan akad titipan yang status penerima titipannya adalah penerima kepercayaan (trustee), yang tidak harus mengganti segala resiko kehilangan atau kerusakan yang terjadi

(31)

pada aset titipan, kecuali akibat kecerobohan. Aset titipan dari pemilik harus dipisahkan dan tidak boleh dimanfaatkan oleh penerima titipan.

b. Wadi’ah yad dhamanah

Wadi’ah yad dhamanah adalah akad titipan yang status penerima titipannya adalah trustee sekaligus penjamin (guarantor) keamanan aset.

Penerima simpanan bertanggung jawab penuh atas segala kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada aset titipan tersebut. Penerima titipan dapat memanfaatkan aset yang dititipkan dan semua keuntungan yang diperoleh menjadi hak penerima titipan.

6. Prinsip Lainnya a. Prinsip Rahn

Rahn adalah menahan barang yang mempunyai nilai harta sebagai jaminan sehingga orang yang menjaminkan barangnya dapat mengambil sebagian maupun keseluruhan utangnya. Rahn juga dapat disebut sebagai akad penggadaian barang dari satu pihak kepada pihak lain (Arifin, 2002).

b. Prinsip Wakalah

Wakalah berarti penyerahan, pendelegasian atau pemberian mandat (Antonio, 2003). Beberapa jenis Wakalah diantaranya adalah perwakilan mutlak tanpa batasan waktu untuk semua urusan (wakalah al mutlaqah), perwakilan pada urusan-urusan tertentu saja (wakalah al muqayyadah) dan perwakilan diantara mutlaqah dan muqayyadah (wakalah al ammah). Dalam aplikasinya, bank menerima uang, surat- surat berharga dan kuasa dari nasabah untuk menyelesaikan kewajiban- kewajiban nasabah tersebut kepada pihak lain. Salah satu bentuk riil dari wakalah adalah transfer uang antar bank dan penerbitan Letter of Credit (L/C).

c. Prinsip Kafalah

Kafalah merupakan suatu bentuk penjaminan yang diberikan oleh pihak penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua terhadap pihak ketiga tersebut (Antonio, 2003). Kafalah diperlukan untuk menghindarkan pihak yang berpiutang akibat ketidak

(32)

mampuan membayar dari pihak yang berutang. Dalam lembaga keuangan, aplikasi akad ini adalah penerbitan garansi bank (Arifin, 2002).

d. Prinsip Hawalah

Hawalah adalah pengalihan kewajiban dari satu pihak, yang mempunyai kewajiban, kepada pihak lain (Cahyono, 1995). Prinsip ini terbatas pada uang atau kewajiban finansial saja, dan tidak digunakan untuk barang atau benda. Transaksi hawalah yang diperkenankan adalah pemindahan utang dari seseorang kepada pihak lain disertai pemindahan piutang yang ada padanya (hawalah muqayyadah).

e. Prinsip Ju’alah

Ju’alah adalah suatu kontrak antara pihak pertama yang menjanjikan imbalan tertentu kepada pihak kedua atas pelaksanaan tugas atau pelayanan yang dilakukan oleh pihak kedua untuk kepentingan pihak pertama. Prinsip ini diterapkan oleh bank dalam menawarkan berbagai pelayanan dengan mengambil fee dari nasabah, seperti Referensi Bank, Informasi Usaha dan sebagainya (Arifin, 2002).

f. Prinsip Sharf

Sharf berarti penukaran antara emas dan perak. Hal ini bisa dianalogikan dengan penukaran valuta asing. Pada prinsip syariah, syarat transaksi perdagangan mata uang hanya berlaku pada dua mata uang asing yang berbeda dan penyerahannya dilakukan saat transaksi berlangsung (Antonio, 2003).

Islam menganggap bahwa uang merupakan alat tukar sehingga permintaan atas uang berguna untuk keperluan transaksi bukan spekulasi.

Dalam aplikasinya, bank syariah tetap dapat melayani penukaran uang baik terhadap mata uang asing maupun mata uang dalam negeri namun ada beberapa ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi, antara lain harus tunai, serah terima secara langsung dan jumlahnya harus sama apabila penukaran dalam mata uang yang sama (Arifin, 2002).

(33)

E. LANDASAN TEORI

1. Metode Kuadrat Terkecil

Metode kuadrat terkecil ini digunakan pada model prakiraan pasar yaitu untuk menentukan persamaan garis regresi berdasarkan data yang ada.

Analisa regresi merupakan penelaahan hubungan fungsional dua variabel atau lebih untuk mencari bentuk persamaan yang sesuai dan berguna dalam meramal keadaan atau kejadian dari perubahan variabel tertentu (Dayan, 1984). Analisa regresi terdiri dari dua macam yaitu regresi linear dan non linear. Di dalam analisa regresi akan dibedakan dua jenis variabel yaitu variabel bebas atau prediktor dan variabel tidak bebas atau respon.

Menurut Dayan (1984) metode kuadrat terkecil berpangkal pada kenyataan bahwa jumlah pangkat dua (kuadrat) memiliki jarak antara titik- titik dengan garis regresi yang dicari harus sekecil mungkin. Permasalahan yang terdiri dari sebuah variabel bebas X dan variabel tidak bebas Y dimana model regresi linear untuk populasi dalam persamaan Y = mx + b telah dapat diduga maka penaksiran parameter-parameter regresi dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:

b mX

Y = +

( ) ( )( )

( )

(

2

) ( )

2

= −

X X

n

Y X XY

m n

( ) ( ( ) ) ( )( ) ( )

(

2

) ( )

2

2

∑ ∑ ∑

= −

X X

n

XY X

X b Y

Keterangan : n = Jumlah data

Y = Variabel tidak bebas X = Variabel bebas

m = Koefisien regresi (Kemiringan/Slope)

b = Titik perpotongan dengan garis Y (Intercept)

(34)

Pengukuran ketepatan model yang digunakan akan diuji dengan koefisien determinasi (r2) yang menunjukkan persentase dari total variasi yang dapat dijelaskan oleh model tersebut. Nilai koefisien berkisar antara 0 sampai dengan 1. Perhitungan koefisien determinasi menggunakan persamaan berikut:

( ) ( )( )

( )

[

] [

( ) ]

= 2 2 2 2

Y Y

n X X

n

Y X XY

r n

Keterangan :

Y = Variabel tidak bebas (yang diramalkan) X = Variabel bebas

n = Jumlah data

2. Metode Perbandingan Eksponensial

Metode perbandingan eksponensial ini digunakan pada model lokasi, yaitu untuk perhitungan nilai setiap alternatif lokasi berdasarkan nilai kriteria pada setiap lokasi dan bobot atau tingkat kepentingan setiap kriteria yang digunakan, hasil dari metode ini adalah nilai akhir setiap lokasi. Menurut Assauri (1993), terdapat tiga metode pemilihan lokasi pabrik yaitu berdasarkan keunggulan komparatif, perbandingan biaya dan analisis ekonomi. Metode perbandingan eksponensial (MPE) merupakan bentuk metode pengambilan keputusan yang dapat digunakan dalam pemilihan lokasi berdasarkan pada keunggulan komparatif. Asumsi dasar yang digunakan adalah pengambilan keputusan harus mempunyai kemampuan untuk dapat menentukan derajat kepentingan relatif kriteria dan pilihan keputusan.

Metode perbandingan eksponensial digunakan sebagai pembantu bagi individu pengambil keputusan untuk menggunakan rancang bangun model yang telah terdefinisi dengan baik pada setiap tahapan proses. Menurut Manning (1984) tahapan yang dilakukan dalam melaksanakan teknik MPE adalah:

(35)

1) Menulis alternatif

2) Menentukan kriteria-kriteria penting dalam pengambilan keputusan 3) Mengadakan penelitian terhadap setiap kriteria

4) Mengadakan penilaian terhadap semua alternatif pada masing-masing kriteria

5) Menghitung nilai dari setiap alternatif

6) Memberikan jenjang kepada alternatif dengan didasarkan pada nilai masing-masing

Perhitungan nilai untuk masing-masing alternatif adalah sebagai berikut:

( )

Vij Bj NKi=

Keterangan :

Nki = Nilai keputusan alternatif i Vij = Nilai kriteria j pada alternatif i Bj = Bobot kriteria j, Bj > 0

3. Deviasi Standar dan Varians

Deviasi standar dan varians ini digunakan untuk menganalisa tingkat resiko dari investasi yang akan ditanam berdasarkan kemungkinan aliran kas yang terjadi. Angka koefisien varians digunakan untuk mengukur resiko investasi, angka ini akan sangat berguna untuk melihat bila usulan yang dikaji berbeda baik nilai yang diharapkan maupun deviasi standarnya.

Menurut Soeharto (1997), deviasi standar adalah pengukuran variabilitas distribusi berdasarkan ilmu statistik, sedangkan varians adalah pangkat dua dari deviasi standar dengan rumus sebagai berikut:

(36)

( ) ( )

{ } ( )

1/2

1

2 ⎥⎦

⎢ ⎤

⎡ − ×

=

= n

x

xt P t CF xt CF S

( )

NP CV = S

Keterangan :

S = Deviasi standar

(CF)xt = Aliran kas untuk kemungkinan ke-x, periode t (CF) t = Nilai aliran kas yang diharapkan

(P)xt = Probabilitas kemungkinan aliran kas terjadi CV = Koefisien varians

NP = Nilai yang diharapkan

4. Pembiayaan Konvensional a. Net Present Value (NPV)

Nilai bersih saat ini yang diperoleh dengan jalan mendiskontokan selisih antara jumlah kas yang keluar dan kas yang masuk tiap-tiap tahun dengan satu tingkat persentase bunga yang telah ditentukan sebelumnya.

Persamaan yang digunakan:

∑ ( )

=

⎢ ⎤

⎡ +

= n

t

t t t

i C NPV B

0 1

Keterangan :

NPV = Net Present Value

Bt = Keuntungan kotor proyek tahun ke-t Ct = Pengeluaran kotor proyek tahun ke-t n = Umur ekonomis proyek

t = Tingkat bunga dalam persen

b. Benefit Cost Ratio (BCR)

(37)

( )

∑ ( )

=

=

<

⎥ −

⎢ ⎤

⎡ +

>

⎥ −

⎢ ⎤

⎡ +

= n

t

t t t

t t n

t

t t t

t t

C B untuk i

B C

C B untuk i

C B BCR

0 0

0 1

0 1

Kriteria yang diambil jika BCR >1 maka proyek diterima, BCR<1 maka proyek tidak dapat diterima sedangkan jika BCR=1 proyek tersebut berada pada titik impas, pada kondisi ini pemilik proyek tidak mendapatkan laba dari hasil usahanya dan tidak mengalami kerugian atas usaha yang dijalankannya.

c. Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah suku bunga (i*) yang menyebabkan nilai NPV sama dengan nol, sehingga nilai sekarang dari aliran uang tunai yang masuk sama dengan nilai sekarang dari nilai yang keluar. IRR dapat dinyatakan pula sebagai tingkat hasil atas investasi bersih. Persamaan IRR adalah sebagai berikut:

( ) ( )

⎟⎟

⎜⎜⎝

− + −

=

2 1

2 1 1

1 NPV NPV

i i i NPV

IRR

Tingkat suku bunga i1 adalah tingkat suku bunga yang menyebabkan NPV1 positif sedangkan i2 adalah tingkat suku bunga yang menyebabkab NPV2 negatif . Kriteria IRR adalah tingkat suku bunga yang berlaku (i) jika i* > i, maka proyek tersebut layak.

d. Pay Back Period (PBP)

PBP adalah jangka waktu untuk pengembalian investasi awal, keputusan yang diambil berdasarkan kriteria waktu. Nilai PBP didapatkan dari persamaan berikut:

( )

⎟⎟

⎜⎜⎝

⎛ + −

= t

AKK AKK

t AKK PBP

(38)

Dimana t adalah tahun proyek pada saat arus kas kumulatif (AKK) bernilai negatif dan t+1 adalah tahun proyek ketika AKK bernilai positif.

e. Break Even Point (BEP)

BEP adalah suatu analisa yang bertujuan untuk menemukan satu titik dimana pengeluaran sama dengan pendapatan. Hasil BEP akan menunjukkan besarnya pendapatan yang sama dengan pengeluaran atau dengan kata lain impas yaitu keadaan dimana tidak untung dan tidak rugi sehingga apabila lebih dari angka atau titik tersebut maka mulai mendapatkan keuntungan. Perumusan BEP dengan pendekatan biaya sama dengan pendapatan adalah sebagai berikut:

⎟⎟⎠

⎜⎜ ⎞

⎛ ⎟

⎜ ⎞

−⎛

=

F V Rp F

BEP

1 ) (

Keterangan : V = Biaya variabel F = Biaya tetap

5. Pembiayaan Syariah

a. Pembiayaan Mudharabah

Menurut Zulkifli (2003), pada pembiayaan mudharabah, bank bertindak sebagai penyedia dana seluruhnya sedangkan nasabah hanya menyediakan keterampilan usaha dan manajemen. Pengembalian dana usaha dan porsi bagi hasil kedua belah pihak dilakukan dengan menghitung keuntungan yang ingin diperoleh pihak bank, kemudian menghitung nisbahnya. Cara penghitungan penetapan nisbah bagi hasil pembiayaan mudharabah dapat dilihat pada rumus berikut:

(39)

Md ER Keuntungan= ×

%

×100

= Op

Keuntungan Bank

Nisbah

Bank Nisbah Nasabah

Nisbah =100%− Keterangan :

ER : Expected return (%)

Md : Modal yang dibutuhkan (Rp) Op : Omzet penjualan (Rp)

b. Pembiayaan Musyarakah

Pada pembiayaan musyarakah, bank dan nasabah sama-sama memiliki kontribusi dana modal. Pengembalian dana usaha dan porsi bagi hasil antara kedua pihak dilakukan sesuai dengan porsi modal yang ditanamkan (Zulkifli, 2003). Cara penghitungan penetapan nisbah bagi hasil pembiayaan musyarakah dapat dilihat dari rumus berikut:

PM Md ER Keuntungan= × ×

%

×100

= Op

Keuntungan Bank

Nisbah

Bank Nisbah Nasabah

Nisbah =100%−

Keterangan :

ER : Expected return (%)

Md : Modal yang dibutuhkan (Rp) PM : Persentase penyertaan modal (%) Op : Omzet penjualan (Rp)

c. Pembiayaan Murabahah

Pada pembiayaan murabahah, bank bertindak sebagai pihak penjual kepada nasabah dengan membelikan suatu barang yang pembayarannya dapat ditangguhkan atau dicicil (Zulkifli, 2003). Dalam

(40)

pembiayaan ini, bank menetapkan tingkat keuntungannya di muka, yang disebut dengan profit margin. Cara perhitungan harga jual dan fasilitas angsurannya dapat dilihat pada rumus berikut:

) (HBF PM t HBF

HJF = + × ×

) 12 ( ×

= t A HJF

Keterangan :

A : Angsuran (Rp/bulan) HJF : Harga Jual Fasilitas (Rp) HBF : Harga Beli Fasilitas (Rp) PM : Profit margin (%)

t : Jangka waktu pembayaran (tahun)

F. KAJIAN PENELITIAN TERDAHULU

Widarmana (2002) membangun Sistem Penunjang Keputusan Pendirian Agroindustri Jahe yang diberi nama Ginger Xp. Paket program Ginger Xp dirancang sebagai alat bantu bagi para pengambil keputusan dalam perencanaan pendirian agroindustri jahe khususnya investor dan pengusaha agroindustri.

Model-model yang digunakan dalam SPK Ginger Xp ini mencakup model pemilihan lokasi, model produksi yang terdiri dari sub model analisa permintaan pasar dan sub model rencana produksi, model kebutuhan lahan serta model analisa kelayakan finansial agroindustri. Model finansial yang dibuat untuk menghitung nilai-nilai kriteria investasi yang meliputi NPV, BCR, IRR, PBP dan BEP. Analisa sensitivitas juga dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perubahan-perubahan unsur dalam aspek finansial dan ekonomi terpengaruh terhadap keputusan yang dipilih, analisa ini dilakukan dengan mensimulasikan beberapa skenario kemudian mencari kesimpulannya.

Haridian (2002) membangun Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan dan Pengembangan Agroindustri Pala, tujuan penelitiannya adalah mempelajari konsep dan metodologi SPK yang dapat digunakan untuk membantu

(41)

pengembangan agroindustri pala. Model yang digunakan adalah model pemilihan lokasi, model analisa prakiraan pasar, dan model analisa kelayakan finansial.

Kusuma (2001) membuat Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Agroindustri Terpadu Berbasis Tomat di Bogor, tujuan dari penelitiannya adalah merekomendasikan strategi perencanaan agroindustri terpadu berbasis tomat kepada pemerintah kabupaten Bogor sebagai upaya konstruktif dalam mendukung pembangunan wilayah. Model-model yang digunakan adalah model penentuan lokasi unggulan, model penentuan varietas unggulan, model prakiraan pasar usaha tani, model kelayakan finansial usaha tani, model pola tanam dan model harga kesepakatan.

(42)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. KERANGKA PEMIKIRAN

Saat ini hampir di semua bidang kehidupan manusia sudah memanfaatkan komputer, bukan hanya sebagai sarana informasi namun juga sebagai pendukung kegiatan sehari-hari. Pentingnya penggunaan komputer dalam kehidupan manusia bukan hanya karena fungsi dan kemampuannya tetapi juga karena kecepatan serta kemudahan penggunaannya. Salah satu contohnya adalah pemanfaatan komputer di bidang industri, yaitu sebagai alat pendukung pengkajian tingkat kelayakan investasi suatu industri dan perencanaan pendirian industri. Kajian pendirian industri ini dapat diperhitungkan dengan lebih cepat, tepat dan mudah dengan menggunakan SPK.

Kajian sebelum pendirian suatu industri dibutuhkan dan harus dilakukan untuk meminimalkan resiko kesalahan pengambilan keputusan untuk mendirikan industri dan memaksimalkan pemanfaatan potensi yang tersedia. Aspek-aspek yang mempengaruhi pendirian suatu industri adalah aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen operasi, dan aspek ekonomi serta finansial.

Pendirian suatu proyek industri dimulai dengan mengetahui dan memahami faktor-faktor dan parameter yang berpengaruh dalam keberhasilan proyek industri tersebut. Langkah selanjutnya adalah menganalisa dan memprakirakan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di masa yang akan datang setelah proyek industri berjalan.

Salah satu industri yang saat ini sedang gencar dipromosikan oleh pemerintah adalah industri pengolahan biji jarak pagar menjadi minyak biodiesel sebagai pengganti bahan bakar diesel/solar. Pendirian suatu industri berbasis pengolahan lanjut biji jarak pagar seperti pendirian industri bahan bakar biodiesel ini merupakan langkah tepat dan memiliki potensi besar untuk berkembang.

Pendirian industri bahan bakar biodiesel dapat didirikan dengan skala kecil maupun skala besar. Besarnya investasi yang dibutuhkan sesuai dengan besar kecilnya proyek yang akan didirikan.

(43)

B. PENDEKATAN SISTEM

Sistem merupakan sekumpulan elemen-elemen yang berada dalam keadaan yang saling berhubungan untuk suatu tujuan yang sama. Pendekatan sistem pada manajemen dirancang untuk memanfaatkan analisis ilmiah pada permasalahan organisasi dengan tujuan untuk pengembangan dan pengelolaan sistem operasi, dan perancangan sistem informasi untuk pengambilan keputusan (Suryadi dan Ramdhani, 2002).

Pendekatan sistem diartikan sebagai metode pengkajian permasalahan yang dimulai dengan analisis atau identifikasi kebutuhan yang kemudian dapat menghasilkan suatu sistem yang operasional. Operasi tersebut dianggap efisien, dimana kemungkinan akan dilakukannya kembali dari penentuan suatu gugus kebutuhan yang dapat diterima (Eriyatno, 1999).

Pendekatan sistem dimulai dari dua hal, yaitu : (1) mencari semua faktor penting yang ada dalam permasalahan untuk mendapatkan solusi yang baik, dan (2) model kuantitatif dibuat untuk membantu menghasilkan keputusan secara rasional (Eriyatno, 1999).

Pendekatan sistem sangat sesuai untuk membantu memecahkan permasalahan yang sangat kompleks dengan menggunakan berbagai peubah.

Pendekatan sistem dapat mewakili permasalahan yang ada di dunia nyata kemudian dianalisa dan dibuat suatu model sehingga akan mempermudah dalam pemecahan masalah. Tahapan kerja dalam mengkaji suatu permasalahan dengan pendekatan sistem dapat dilihat pada Gambar 4.

(44)

Analisa Kebutuhan

Formulasi masalah

Identifikasi sistem

Pemodelan sistem

Pembuatan program komputer

Verifikasi model

Evaluasi periodik Implementasi

Sesuai

Memuaskan tidak

tidak

ya ya Mulai

Selesai

Gambar 4. Tahapan kerja pendekatan sistem (Manetch dan Park, 1977 di dalam Eriyatno, 1999)

(45)

C. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN

Komponen-komponen atau pihak-pihak yang berpengaruh dalam SPK kelayakan investasi industri bahan bakar biodiesel berbahan baku biji jarak pagar adalah sebagai berikut:

a. Pengusaha perkebunan

- harga jual yang stabil dan layak - kelangsungan usahatani terjamin - peningkatan kesejahteraan b. Investor

- tingkat keuntungan tinggi - resiko investasi rendah - pengembalian modal cepat c. Konsumen

- kemudahan dalam memperoleh produk - harga yang stabil dan terjangkau - mutu produk yang sesuai dan stabil d. Pemerintah

- peningkatan kesejahteraan rakyat - memperluas kesempatan kerja - mendukung struktur ekonomi bangsa

D. IDENTIFIKASI SISTEM

Identifikasi sistem bertujuan untuk memberi gambaran terhadap sistem yang dikaji. Identifikasi sistem ini merupakan mata rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhan dengan pernyataan khusus masalah yang harus dipecahkan untuk mencukupi kebutuhan tersebut.

Hasil gambaran dari sistem yang dikaji kemudian dijabarkan ke dalam bentuk diagram lingkar sebab akibat dan diagram input output. Diagram ini digunakan sebagai dasar dalam pengembangan model.

(46)

1. Diagram lingkar sebab-akibat

Diagram lingkar sebab akibat memberikan gambaran hubungan antar komponen di dalam sistem perencanaan pendirian suatu industri. Diagram lingkar sebab akibat dapat dilihat pada Gambar 5.

2. Diagram input output

Diagram input output menggambarkan masukan dan keluaran dari model yang dikembangkan. Diagram input output dapat dilihat pada Gambar 6.

Derajat Penetrasi Pasar

Target Pasar

Bahan baku

Mesin dan Peralatan

Tenaga Kerja Kapasitas

Produksi Produksi

Pendapatan Laba Kotor

Investasi Potensi

Pasar

Biaya Kelayakan

Industri Pinjaman

Laba Bersih Pajak

Gambar 5. Diagram lingkar sebab akibat SPK pendirian industri

+ + +

+

+

+ +

+ +

+ +

+

+

+

-

+

+ +

+ -

(47)

E. TATA LAKSANA 1. Perencanaan Sistem

a) Observasi Permasalahan

Tahap ini merupakan pengamatan terhadap permasalahan yang ada disertai dengan wawancara terhadap para pakar. Tahap observasi permasalahan ini dimaksudkan untuk mendeteksi dan mendalami permasalahan.

Tahap ini dilakukan melalui analisis terhadap komponen- komponen sistem berdasarkan urutan tertentu yaitu evaluasi standar, pembandingan keluaran sistem dengan standar yang ditetapkan, melakukan evaluasi manajemen, melaksanakan evaluasi pengolahan informasi, mengevaluasi masukan dan sumber daya masukan, melakukan

INPUT LINGKUNGAN

• Peraturan pemerintah

• Kondisi ekonomi

• Sosial budaya

OUTPUT TAK DIKEHENDAKI

• Tingkat permintaan rendah

• Investasi yang tidak efektif dan efisien INPUT TERKENDALI

• Mutu produk

• Proses produksi

• Volume produksi

• Nilai investasi

OUTPUT DIKEHENDAKI

• Memberikan keuntungan

• Target pasar terpenuhi

• Investasi yang efisien INPUT TAK TERKENDALI

• Keadaan alam

• Harga pasar untuk produk

• Pangsa pasar untuk produk

MANAJEMEN PERENCANAAN SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN UNTUK KELAYAKAN INVESTASI

INDUSTRI

Gambar 6. Diagram Input Output

Gambar

Tabel 1. Jenis tumbuhan penghasil energi
Tabel 2. Kandungan asam lemak pada minyak jarak pagar  Jenis Asam Lemak  Komposisi (%-berat)
Gambar 1. Neraca massa produksi minyak biodiesel dari biji jarak pagar  (Jatropha curcas L.)
Gambar 2. Reaksi Esterifikasi dan Transesterifikasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga apabila ada hambatan atau akan terjadi bertambahnya arus pada sebuah beban, sensor akan segera menangkap arus tersebut dan kemudian diproses oleh IC, setelah diproses

Jadi dalam penelitian ini peneliti akan meneliti kekhususan dari subyek peneliti, terutama upaya guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan kesadaran beribadah

Penelitian dilaksanakan di Unit Perkebunan Tambi, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah pada bulan Februari hingga Juni 2017. Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi

kecamatan di wilayah Kabupaten Sumba Timur. Data karakteristik wilayah pendayagunaan sumber daya air yang terdiri atas potensi sumber air, IPA, jumlah penduduk, sawah,

Konduksi adalah proses dimana panas mengalir dari daerah yang mempunyai suhu lebih rendah dalam suatu medium atau antara medium-medium yang lain yang berhubungan... Persamaan

Kepemimpinan adalah kemampuan seorang PNS untuk meyakinkan orang lain sehingga dapat dikerahkan secara maksimal untuk melaksanakan tugas pokok (khusus untuk PNS yang

Jika dilihat dari konsep pemupukan (5T) yaitu: tepat dosis, tepat waktu, tepat jenis, tepat cara, dan tepat kualitas dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa petani belum

♦ Secara umum prinsip dasar dalam jaringan computer adalah proses pengiriman data atau informasi dari pengirim ke penerima melalui suatu2. media komunikasi tertentu yang