Evaluasi Penggunaan Obat Pada Kasus Jantung Koroner di RS Bhayangkara Kota Kediri
Charliandri S. Wahab, Syarofina dianati, Sunarti, Lely Kartika Dewi Prodi Profesi Apoteker, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri
Jalan Selomangleng No.1 Kota Kediri, Jawa Timur Email: charli@unik-kediri.ac.id
Abstrak
Penyebab kematian terbesar pada usia lanjut adalah penyakit kardiovaskuler.
Peningkatan usia akan menyebabkan terjadinya peningkatan kerentanan munculnya penyakit sehingga penyakit akan mudah timbul, dan hal ini dapat menyebabkan terjadinya multipatologi pada usia lanjut yang memiliki konsekuensi polifarmasi dalam pengobatannya.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kerasionalan peresepan dan perbandingan obat paten dan generik yang digunakan dalam pengobatan pasien usia lanjut dengan penyakit jantung koroner di RS Bhayangkara Kota Kediri periode 2020.
Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan rancangan deskriptif yang bersifat retrospektif.
Jumlah kasus yang dianalisis sebanyak 24 kasus. Tiap kasus dikaji DTPs (Drug Therapy Problems) yang muncul dengan menggunakan metode SOAP Karakteristik jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki (83,2%). Persentase penggunaan obat paten (76,9%) lebih besar dibandingkan dengan obat generik (23,1%). Pada penelitian ini digunakan 9 kelas terapi obat dengan tiga kelas terapi terbanyak yaitu sistem kardiovaskuler dan hematopoietik (100,0%), gizi dan darah (25,0%), dan saluran cerna (22,2%). Jenis DTPs yang terjadi yaitu tidak ada kejadian dosis terlalu tinggi, tidak ada kejadian obat yang tidak efektif, tidak ada kejadian perlu tambahan terapi obat, kejadian dosis terlalu rendah sebanyak 1 kasus (4,2%), Adverse Drug Reactions sebanyak 2 kasus (8,3%), terapi obat tanpa indikasi sebanyak 3 kasus (12,5%).
Kata Kunci : usia lanjut, penyakit jantung koroner, DTPs
PENDAHULUAN
Pada usia lanjut terjadi peningkatan kerentanan munculnya penyakit.
Kerentanan ini meningkat karena adanya dampak proses penuaan, gaya hidup yang salah, dan akibat dari terpapar polutan. Jika semakin rentan, maka penyakit akan mudah timbul, dan hal ini dapat menyebabkan terjadinya multipatologi yang memiliki konsekuensi polifarmasi dalam pengobatannya (Muhlis, 2007).
Batasan usia lanjut menurut Departemen Kesehatan Indonesia adalah orang yang berumur diatas 60 tahun, dan jika berumur lebih dari atau sama dengan 70 tahun termasuk usia lanjut dengan risiko tinggi. Penyebab kematian terbesar pada usia lanjut adalah karena penyakit kardiovaskuler (South-Paul, 2004). Salah satu penyakit kardiovaskuler tersebut adalah penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner adalah kelainan yang disebabkan oleh penyempitan pembuluh arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (Soeharto, 2000).
Pengobatan yang dilakukan pasien usia lanjut bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan dari pasien tersebut, namun dalam pengobatan akan tetap ada masalah yang muncul (DiPiro, et al., 2005). Masalah tersebut berkaitan dengan pemakaian obat atau Drug Therapy
Problems (DTPs) dan masalah lainnya yaitu biaya pengobatan yang semakin hari semakin meningkat. Ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan terjadinya Drug Therapy Problems pada pasien usia lanjut, yaitu peresepan yang tidak optimal (polifarmasi atau penggunaan obat yang berlebihan), penggunaan obat yang tidak tepat, medication errors, dan ketaatan pasien (DiPiro, et al., 2005). Oleh sebab itu diperlukan penanganan atau pengobatan yang tepat bagi pasien usia lanjut untuk meminimalkan terjadinya komplikasi penyakit lebih lanjut dan kematian.
Evaluasi Drug Therapy Problems (DTPs) pada penelitian ini dilakukan untuk melihat kembali apakah dalam peresepan sudah benar-benar rasional atau belum.
Evaluasi peresepan ini dilakukan berdasarkan kriteria peresepan yang rasional yang meliputi terapi obat tanpa indikasi, indikasi penyakit yang tidak diberikan terapi, pemakaian obat yang tidak efektif, dosis yang diterima pasien kurang, terjadi Adverse Drug Reactions, dan kepatuhan pasien (Cipolle dan Strand, 2004)
METODE
Jenis penelitian non-eksperimental dengan rancangan deskriptif yang bersifat retrospektif. Penelitian ini bersifat retrospektif karena data yang digunakan diambil dengan melakukan penelusuran
terhadap dokumen terdahulu yaitu berupa lembar rekam medik pasien penyakit jantung koroner usia lanjut di Instalasi Rawat Inap RS. Bhayangkara Kota Kediri periode 2020. Subyek penelitian ini adalah pasien usia lanjut (lebih dari 60 tahun) yang menderita penyakit jantung koroner yang dirawat di Instalasi Rawat Inap RS.
Bhayangkara Kota Kediri.
total pasien yang menderita penyakit jantung koroner di Instalasi Rawat Inap RS. Bhayangkara Kota Kediri periode 2020 adalah 155 pasien. Dari 155 pasien tersebut, pasien yang termasuk dalam usia lanjut (lebih dari 60 tahun) adalah 43 pasien. Dari 43 pasien usia lanjut dengan diagnosis PJK (baik diagnosis umum atau diagnosis lain) tersebut, yang diambil untuk menjadi subyek penelitian hanya 23 pasien dengan jumlah kasus sebanyak 24 kasus.
Data yang diambil oleh peneliti merupakan data yang sesuai dengan kriteria inklusi dimana subyek penelitian merupakan kasus pasien usia lanjut dengan PJK yang dirawat di Instalasi Rawat Inap RS DR. Bhayangkara Kota Kediri Periode 2020. Jumlah sampel data yang diambil di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta adalah jumlah total subyek penelitian yang ada dalam periode penelitian yang dilakukan yang telah memenuhi kriteria inklusi yang ada.
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Distribusi Kasus Usia Lanjut PJK Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, kasus PJK usia lanjut di RSUP DR. Sardjito pada tahun 2008 lebih banyak terjadi pada pria yaitu sebesar 83,3% sedangkan pada wanita sebesar 16,7%. Namun, hal tersebut tidak bisa menjelaskan bahwa pria usia lanjut lebih banyak peluang untuk menderita jantung koroner dibandingkan perempuan usia lanjut. Wanita memiliki hormon estrogen yang protektif terhadap PJK sehingga wanita yang pre-menopause lebih kebal terhadap PJK dibandingkan dengan pria (Price dan Wilson, 1995).
Namun, setelah usia 50 tahun, terjadi penurunan hormon estrogen pada wanita sehingga terjadi peningkatan kadar hormon gonadotropin dalam darah dan urin.
Penurunan estrogen ini akan memberi perubahan fisik pada kardiovaskuler sehingga pada wanita yang post menopause dan/atau berusia lebih dari 50 tahun memiliki kerentanan yang sama dengan pria terhadap terjadinya PJK (Djojosoewarno,2004).
Penyebab persentase kejadian pada pria lebih besar daripada wanita tidak
Jenis kelamin
Jumlah Kasus 2008 (n=24)
% total
Pria 20 83,3
Wanita 4 16,7
diketahui secara pasti. Namun hal tersebut diduga terjadi karena pria kurang dapat menjaga kesehatan seperti tidak mengatur pola makan, mengkonsumsi alkohol, dan memiliki kebiasaan merokok. Merokok merupakan faktor risiko dari penyakit jantung koroner sehingga dengan adanya kebiasaan merokok akan meningkatkan kerentanan akan terjadinya penyakit jantung koroner. Dari dua puluh empat kasus yang ada, ditemukan 3 kasus pada pasien pria yang memiliki sejarah merokok.
b. Persentase Penggunaan Obat Paten dan Generik Pada Kelas Terapi Kardiovaskuler dan Hematopoetik
Berdasarkan tabel persentase penggunaan obat paten dan generik pada kelas terapi kardiovaskuler dan hematopoetik diatas dapat terlihat bahwa obat generik lebih sedikit digunakan dalam pengobatan PJK usia lanjut dibandingkan dengan obat paten.
Persentase penggunaan obat generik yang digunakan sebesar 23,1% dan obat paten sebesar 76,9 %. Persentase penggunaan obat paten yang lebih besar dari pada obat generik ini mungkin saja disebabkan karena tidak semua obat pada kelas terapi kardiovaskuler dan hematopoetik memiliki
generiknya, salah satu contohnya adalah klopidogrel (plavix).
KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN
Hasil uji analisis hubungan diperoleh terdapat hubungan antara usia pada kelompok pasien JKN (0,021) dengan tingkat pengetahuan pasien terkait aturan pakai obat tetapi tidak terdapat hubungan pada kelompok pasien non JKN (0,218) dengan tingkat pengetahuan pasien terkait aturan pakai obat. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan pada kelompok pasien JKN (0,001) dan non JKN (0,005) dengan tingkat pengetahuan pasien terkait aturan pakai obat.
SARAN
Setelah dilakukannya penelitian ini, maka peneliti akan memberikan saran apabila ada penelitian selanjutnya yang berkaitan atau berhubungan yaitu :
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dilokasi dengan cakupan yang lebih besar 2. Perlu dicari tau faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan obat terkait penggunaan obat menggunakan indikator pelayanan pasien dari WHO.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009 b, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi Edisi 7 2008/2009, 1-379, CMPMedica Asia Pte LTd, Singapore
Jenis Obat Jumlah obat (n=39) % Total
Generik 9 23,1
Paten 30 76,9
Astani, M. A., 2005, Hiperhomosisteinemia Sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner, FK UGM dan RSUP DR.
Sardjito, Yogyakarta
Cipolle, R.J. and Strand, L.M., 2004, Pharmaceutical Care Practice The Clinician’s Guide, Second Edition, 172-173, 178-179, 197, McGraw-Hill, New York
Cohen, B.J., 2004, Medical Terminology:
An Illustrated Guide,167-170, 181- 186, 4th edition, Lippincott Williams &
Wilkins, Philadelphia
Crowley, L.V., 2001, An Introduction to Human Disease : Pathology and Pathophysiology Correlations, 5th edition, 296, Jones and Bartlett Publishers, Sudbury
Dale, D. C., and Federman, 2003, Scientific American Medicine, Volume I, 252, Scientific American Web Md, Newyork
Davidson, C., 2002, Seri Kesehatan Bimbingan Dokter Pada : Penyakit Jantung Koroner, 39-51, Dian Rakyat, Jakarta
DiPiro, J.T., et al., 2005, Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach , 6th ed., 103-112, McGraw-Hill, New York
DiPiro, J.T., et al., 2008, Pharmacotherapy : Principles and Practice, 63-81, McGraw-Hill, New York
Djohan, T.B.A., 2004, Patofisiologi Dan Penatalaksanaan Penyakit Jantung Koroner, e-USU Repository, Universitas Sumatera Utara
Efendi, T., 2003, Pengaruh Pemberian Vitamin E Terhadap Kadar Malondialdehida Darah Pada Penderita Penyakit Jantung Koroner,
Fakultas Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta
Effendie, N., 1997, Antisipasi Dislipidemia Sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner di RSUP DR.
Sardjito Yogyakarta, FK UGM, Yogyakarta
Ersley A. J., 2001, Anemia of Chronic Disease,481-487, In: Beutler E, Lichtman AM, Coller SB, Kipps JT, Seligsohn U, editors. Williams Hematology, 6th ed. vol 1, New York:
Mc Graw Hill
Gray, H.H, Dawkins K.D, Morgan, J.M, Simpson, L.A., 2002, Lecture Notes Kardiolologi, Edisi Keempat, 107-150,
Erlangga, Jakarta
Guyton, A.C., 1993, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi Ketujuh, Bagian I, 189, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Katzung, B. G. and Chatterjee, K., 2001, Basic and Clinical Pharmacology, Eight Edition, 317, McGraw-Hill, Newyork
Krismi, A., 2002, Perbedaan Faktor Risiko Primer Pada Penderita Penyakit Jantung Koroner dan Kontrol di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta, FK UGM, Yogyakarta
Pratiknya, A.W., 2001, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, 10-11, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta Price, S.A., Wilson, L.M., 1995,
Patofisiologi Konsep Klinik Proses- Proses Penyakit, Edisi 4, Bagian 1, Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta
Soeharto, I., 2004, Penyakit Jantung Koroner dan Serangan Jantung, Edisi kedua, 37, 253-264, Penerbit
PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
South-Paul, J.E., Matheny, S.C.,
Lewis,E., 2004, Current Diagnosis and Treatment Family Medicine, 482, Lange Medical Book, Newyork Suyono, S, et al., 2001, Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Edisi Ketiga, Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Taufik, M., 2008, Cardiovascular System- Penyakit Jantung Koroner, 12-13, FK USU, Medan
Waradhika, R., 2007, Kajian Interaksi Obat Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner Di Instalansi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta Periode 2005, Farmasi USD, Yogyakarta