• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN TEORI JEAN PIAGET DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN TEORI JEAN PIAGET DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN TEORI JEAN PIAGET DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-Dasar Proses Pembelajaran Matematika 1

Dosen Pengampu:

Mohammad Asikin, M.Pd Disusun oleh:

1. Farah Zulfa Si’adilla 4101414056

2. Novi Dwi Ambarwati 4101414071

3. Maria Metha Dwi Pebriyanti 4101414087 4. Najichatul Millah 4101414149

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016

PENERAPAN TEORI JEAN PIAGETDALAM

(2)

Farah Zulfa Si’adilla; Maria Metha Dwi Pebriyanti;

Najichatul Millah; Novi Dwi Ambarwati

Program Studi Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang Abstrak

Jean Piaget terkenal dengan teorinya tentang perkembangan psikologis manusia. Menurut Piaget, setiap individu mengalami tingkat-tingkat perkembangan intelektual dalam pembelajaran. Salah satunya adalah menekankan perkembangan dalam pembelajaran matematika. Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan menginterpretasikan obyek dan kejadian-kejadian di sekitarnya. Piaget mendeskripsikan tahap perkembangan anak dalam empat tahap utama, yaitu: (1) sensorimotor (0-2 tahun), di mana anak berhadapan langsung dengan lingkungan dengan menggunakan refleks bawaan mereka; (2) pra- operasional (2-7 tahun), di mana anak mulai menyusun konsep sederhana; (3) operasional konkret (7-12 tahun), di mana anak menggunakan tindakan yang telah diinteriorisasikan atau peimikiran untuk memecahkan masalah dalam pengalaman mereka; dan (4) operasional formal (12 tahun- dewasa), di mana anak dapat memikirkan situasi hipotesis secara penuh. Teori belajar Piaget diterapkan pada masing-masing tahap perkembangan kognitif anak

Kata Kunci: Perkembangan Kognitif, Pembelajaran Matematika, Penerapan Teori Piaget

PENDAHULUAN

Jean Piaget adalah seorang tokoh pendidikan yang dilahirkan di Neuchâtel, Swiss, pada tanggal 9 Agustus 1896. Ayahnya bernama Arthur Piaget sedangkan ibunya bernama Rebecca Jackson. Ayahnya adalah seorang profesor sastra sedangkan ibunya orangnya cerdas dan energik. Jean Piaget terkenal dengan teorinya tentang perkembangan psikologis manusia. Menurut Piaget, setiap individu mengalami tingkat-tingkat perkembangan intelektual dalam pembelajaran. Salah satunya adalah menekankan perkembangan dalam pembelajaran matematika.

Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai sifat yang khas kalau dibandingkan dengan disiplin lain. Oleh karena itu kegiatan belajar dan mengajar matematika seyogyanya juga tidak disamakan begitu saja dengan ilmu lain, karena kemampuan peserta didik berbeda–beda, maka kegiatan belajar dan mengajar haruslah diatur sekaligus memperhatikan kemampuan peserta didik. Pada umumnya proses belajar-mengajar matematika berkenaan dengan perubahan tingkah laku seseorang dipelajari melalui psikologi, sehingga diterapkanlah teori–

teori psikologi yang berkaitan dengan proses belajar–mengajar matematika. Teori

(3)

perkembangan kognitif Piaget banyak mempengaruhi dunia pendidikan, terutama pendidikan kognitif pada masa anak–anak sampai remaja.

Oleh karena itu, sebagai calon para pendidik (guru) harus mengetahui mengenai “Bagaimana penerapan teori belajar Piaget dalam pembelajaran matematika?”. Hal ini sangat penting bagi guru mengetahui perkembangan kognitif anak didiknya agar dapat menunjukkan pengajaran dan mengarahkan para anak didik secara tepat dalam mencapai tujuan umum pendidikan.

Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget

Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan menginterpretasikan obyek dan kejadian-kejadian di sekitarnya. Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif di dalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas. Piaget tertarik bagaimana cara seorang anak memahami dunianya. Dia mengamati perilaku si anak lalu menghasilkan teori yang menekankan bahwa anak-anak memiliki cara berfikir yang berbeda dengan orang dewasa.

Dalam teori ini, proses belajar tidak hanya berhubungan dengan masalah pematangan, karena meskipun anak-anak bergerak dari tahap yang satu ke tahap berikutnya seiring dengan semakin dewasanya mereka, perkembangan anak pun tergantung pada interaksi lingkungan juga termasuk interaksi lingkungan keluarga.

Ada beberapa konsep yang perlu dimengerti agar lebih mudah memahami teori perkembangan Piaget, yaitu:

a. Intelegensi (kecerdasan)

Menurut Piaget, intelegensi adalah ciri bawaan yang dinamis sebab tindakan yang cerdas akan berubah saat organisme itu makin matang secara biologis dan mendapat pengalaman, intelegensi juga merupakan bagian integral dari setiap organisme karena semua organisme yang hidup selalu mencari kondisi yang kondusif untuk kelangsungan hidup mereka. Faktor yang mempengaruhi perkembangan intelektual adalah lingkungan fisik, kematangan, pengaruh sosial dan proses pengaturan diri (ekuilibrium).

b. Skemata

(4)

Piaget menggunakan skema (schema, jamaknya skemata, schemata) sebagai perantara favoritnya. Skema adalah cara mempersepsi, memahami, dan berfikir tentang dunia. Skema yang ada pada seseorang akan menentukan bagaimana ia akan merespons lingkungan fisik.

c. Asimilasi

Asimilasi adalah adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Bagi guru matematika, Teori Piaget jelas sangat relevan, karena dengan menggunakan teori itu, guru akan bisa mengetahui adanya tahap-tahap perkembangan tertentu pada kemampuan berpikir anak- anak di sekolahnya. Dengan demikian guru bisa memberikan perlakuan yang tepat bagi para siswanya.

d. Akomodasi

Akomodasi adalah konsep piaget mengenai pembentukan skema agar sesuai dengan informasi dan pengalaman baru. Dapat terjadi bahwa dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman yang baru, seorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada.

Tahap Perkembangan Kognitif Jean Piaget

Adapun tahapan perkembangan kognitif anak adalah sebagai berikut:

a. Tahap Sensorimotor (Umur 0 – 2 tahun)

Sepanjang tahap ini mulai dari lahir hingga berusia dua tahun, bayis belajar tentang diri mereka sendiri dan dunia mereka melalui indera mereka yang sedang berkembang dan melalui aktivitas motor. (Diane, E. Papalia, Sally Wendkos Old and Ruth Duskin Feldman, 2008:212 dalam Fatimah Ibda:

2015). Aktivitas kognitif terpusat pada aspek alat indra (sensori) dan gerak (motor), artinya dalam peringkat ini, anak hanya mampu melakukan pengenalan lingkungan dengan melalui alat drianya dan pergerakannya.

Keadaan ini merupakan dasar bagi perkembangan kognitif selanjutnya, aktivitas sensori motor terbentuk melalui proses penyesuaian struktur fisik sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan. (Mohd. Surya, 2003: 57 dalam Fatimah Ibda: 2015).

b. Tahap pra-operasional (Umur 2 – 7 tahun)

Pada tingkat ini, anak telah menunjukkan aktivitas kognitif dalam menghadapi berbagai hal diluar dirinya. Aktivitas berfikirnya belum

(5)

mempunyai sistem yang teroganisasikan. Anak sudah dapat memahami realitas di lingkungan dengan menggunakan tanda–tanda dan simbol. Cara berpikir anak pada tingkat ini bersifat tidak sistematis, tidak konsisten, dan tidak logis. Hal ini ditandai dengan ciri-ciri:

1. Transductive reasoning, yaitu cara berfikir yang bukan induktif atau deduktif tetapi tidak logis

2. Ketidakjelasan hubungan sebab-akibat, yaitu anak mengenal hubungan sebab-akibat secara tidak logis

3. Animisme, yaitu menganggap bahwa semua benda itu hidup seperti dirinya

4. Artificialism, yaitu kepercayaan bahwa segala sesuatu di lingkungan itu mempunyai jiwa seperti manusia

5. Perceptually bound, yaitu anak menilai sesuatu berdasarkan apa yang dilihat atau di dengar

6. Mental experiment, yaitu anak mencoba melakukan sesuatu untuk menemukan jawaban dari persoalan yang dihadapinya

7. Centration, yaitu anak memusatkan perhatiannya kepada sesuatu ciri yang paling menarik dan mengabaikan ciri yang lainnya

Egosentrisme, yaitu anak melihat dunia lingkungannya menurut kehendak dirinya. (Mohd. Surya, 2003: 57-58 dalam Fatimah Ibda:

2015).

c. Tahap Operasional Konkrit (Umur 7 – 12 tahun)

Pada tahap ini, anak sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran logika atau operasi, tetapi hanya untuk objek fisik yang ada saat ini. Dalam tahap ini, anak telah hilang kecenderungan terhadap animism dan articialisme. Egosentrisnya berkurang dan kemampuannya dalam tugas-tugas konservasi menjadi lebih baik. Namun, tanpa objek fisik di hadapan mereka, anak-anak pada tahap operasional kongkrit masih mengalami kesulitan besar dalam menyelesaikan tugas-tugas logika. (Matt Jarvis, 2011:149-150 dalam Fatimah Ibda: 2015). Sebagai contoh anak-anak yang diberi tiga boneka dengan warna rambut yang berlainan (edith, susan dan lily), tidak mengalami kesulitan untuk mengidentifikasikan boneka yang berambut paling gelap.

Namun ketika diberi pertanyaan, “rambut edith lebih terang dari rambut susan. Rambut edith lebih gelap daripada rambut lily. Rambut siapakah yang paling gelap?”, anak-anak pada tahap operasional kongkrit mengalami

(6)

kesulitan karena mereka belum mampu berpikir hanya dengan menggunakan lambing-lambang.

d. Tahap Operasional Formal (Umur 12 – Dewasa)

Pada umur 12 tahun keatas, timbul periode operasi baru. Periode ini anak dapat menggunakan operasi-operasi konkritnya untuk membentuk operasi yang lebih kompleks. (Matt Jarvis, 2011:111 dalam Fatimah Ibda: 2015).

Kemajuan pada anak selama periode ini ialah ia tidak perlu berpikir dengan pertolongan benda atau peristiwa konkrit, ia mempunyai kemampuan untuk berpikir abstrak. Anak-anak sudah mampu memahami bentuk argumen dan tidak dibingungkan oleh sisi argumen dan karena itu disebut operasional formal.

Penerapan Teori Jean Piaget dalam Pembelajaran Matematika

Kunci utama teori Piaget yang harus diketahui guru matematika yaitu perkembangan kognitif seorang siswa bergantung kepada seberapa jauh siswa itu dapat memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Artinya, seberapa jauh pengetahuan atau pengalaman barunya itu dapat dikaitkan.

Berikut adalah beberapa penerapan teori Jean Piaget dalam pembelajaran matematika:

1. Tahap Sensorimotor (Umur 0 - 2 tahun)

Anak–anak pada tahap sensorimotor memiliki beberapa pemahaman tentang konsep angka dan menghitung. Misalnya: Anak diajak oleh orang tua untuk mengenal angka terlebih dahulu melalui pengamatan gambar atau permainan puzzle angka. Kemudian orang tua dapat membantu anak-anak mereka menghitung dengan jari, mainan dan permen. Sehingga anak dapat menghitung benda yang dia miliki dan mengingat apabila ada benda yang ia punya hilang.

2. Tahap Preoperational (Umur 2 - 7 Tahun)

Pada tahap ini, pemikiran anak semakin berkembang pesat. Tetapi, perkembangan itu belum penuh karena anak masih mengalami operasi yang tidak lengkap dengan suatu bentuk pemikiran atau penalaran yang tidak logis.

Contoh: Anak-anak baru hanya diperkenalkan dengan bentuk. Pada materi bangun ruang mengenai bola cukup pada bentuknya, contoh aplikasi sekitar, serta warna jika ada. Misalnya anak diajak untuk mengamati beberapa bola

(7)

berukuran kecil dengan warna yang berbeda (kuning dan hijau). Kemudian anak diberi pertanyaan: “Warna bola mana yang lebih banyak?”.

Kemungkinan jawaban masing-masing anak berbeda. Hal ini terjadi karena anak masih sulit untuk menggabungkan pemikiran keseluruhan dengan pemikiran bagiannya.

3. Tahap Operasional Konkrit (Umur 7 - 12 Tahun)

Tahap operasi konkret dicirikan dengan perkembangan system pemikiran yang didasarkan pada aturan–aturan tertentu yang logis. Tahap operasi konkret ditandai dengan adanya system operasi berdasarkan apa- apa yang kelihatan nyata/ konkret. Dalam matematika, diterapkan dalam operasi penjumlahan (+), pengurangan (-).

Dimisalkan para siswa SD/ MI sudah belajar tentang penjumlahan dan sudah menguasai penjumlahan seperti 2 + 2 + 2 = 6. Pada pembelajaran tentang perkalian, guru dapat mengawali kegiatan, misalnya dengan menunjukkan adanya tiga tempat pensil yang masing-masing berisi 2 pensil seperti ditunjukkan gambar di bawah ini.

Ketika guru meminta siswanya untuk menentukan banyaknya pensil yang ada, maka diharapkan para siswa akan dengan mudah menentukan jawabannya. Ada beberapa cara yang dapat digunakan siswa dan dapat diterima guru untuk menentukan hasilnya, yaitu: (1) dengan membilang dari 1 sampai 6 atau (2) dengan menjumlahkan 2 + 2 + 2 = 6. Setelah itu guru lalu menginformasikan bahwa notasi lain yang dapat digunakan adalah 3 × 2 = 6.

Hal ini menyebabnya siswa paham bahwa penjumlahan berulang dapat disebut juga dengan perkalian.

4. Tahap Operasional Formal (Umur 12 Tahun – Dewasa)

Pada tahap ini, anak sudah mampu berpikir abstrak. Misalkan, apabila dihadapkan kepada suatu benda berbentuk kerucut. Seperti halnya ia ingin mengetahui volume dari topi ayahnya yang berbentuk kerucut. Lalu ia

(8)

mengukur topi tersebut dan memperoleh tinggi dan jari–jari kerucut. Untuk menyelesaikan persoalan tersebut, maka guru sudah terlebih dahulu memberikan konsep kepada siswa mengenai bangun ruang (volume kerucut).

PENUTUP

Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan menginterpretasikan obyek dan kejadian-kejadian di sekitarnya. Konsep utama dalam teori Piaget adalah intelegensi (kecerdasan), skemata, asimilasi dan akomodasi. Sedangkan kunci utama teori Piaget yang harus diketahui guru matematika yaitu perkembangan kognitif seorang siswa bergantung kepada seberapa jauh siswa itu dapat memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Artinya, seberapa jauh pengetahuan atau pengalaman barunya itu dapat dikaitkan.

Piaget mendeskripsikan tahap perkembangan anak dalam empat tahap utama, yaitu: (1) sensorimotor (0-2 tahun), di mana anak berhadapan langsung dengan lingkungan dengan menggunakan refleks bawaan mereka; (2) pra- operasional (2-7 tahun), di mana anak mulai menyusun konsep sederhana; (3) operasional konkrit (7-12 tahun), di mana anak menggunakan tindakan yang telah diinteriorisasikan atau peimikiran untuk memecahkan masalah dalam pengalaman mereka; dan (4) operasional formal (12 tahun-dewasa), di mana anak dapat memikirkan situasi hipotesis secara penuh.

Bagi guru matematika, teori belajar Piaget jelas sangat relevan untuk diterapkan terutama pada masing-masing tahap perkembangan kognitif anak, karena dengan menggunakan teori ini, guru dapat mengetahui adanya tahap-tahap perkembangan tertentu pada kemampuan berpikir anak di kelasnya. Dengan demikian guru bisa memberikan perlakuan yang tepat bagi siswanya, misalnya dalam memilih cara penyampaian materi bagi siswa, penyediaan alat-alat peraga dan sebagainya, sesuai dengan tahap perkembangan kemampuan berpikir yang dimiliki oleh siswa masing-masing.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Diane, E. Papalia, Sally Wendkos Old and Ruth Duskin Feldman. 2008. Psikologi Perkembangan. Cet. I. Jakarta: Kencana. hal. 212

Hariyanto. 2010. “Biografi Jean Piaget”. 16 Oktober 2016.

http://belajarpsikologi.com/biografi-jean-piaget/

Hutabarat, Juandi. 2013. “Penerapan Teori Belajar Piaget dalam Pengajaran

Matematika”. 16 Oktober 2016.

http//juandipranata12.blogspot.co.id/2013/03/teori-piaget.html?m=1 Ibda, Fatimah. (2015). “Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget”. 1(3): 32-35.

Jarvis, Matt. 2011. Teori-Teori Psikologi. Cet. X. Bandung: Nusa Media. hal. 142

(10)

Surya, Mohd. 2003. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Cet. II. Bandung:

Yayasan Bhakti Winaya. hal. 56

Referensi

Dokumen terkait

Bagi masyarakat khususnya Desa Sidoluhur untuk bisa meningkatkan potensi desa dengan baik agar tercapai taraf hidup yang lebih baik dengan adanya sistem

3.1 Model Antrian M/M/1 Dengan Pola Kedatangan Berkelompok Acak Model antrian ini para pelanggan datang secara berkelompok pada waktu yang sama dan mendapat pelayanan

Bagi guru, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan menumbuhkan minat siswa dalam belajar sejarah, seyogianya guru memanfaatkan sumber belajar yang dekat dengan lingkungan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis vegetasi dan fauna yang terdapat di Cagar Alam Padang Luway yang merupakan salah satu objek wisata alam

Selain iu adanya pengaruh proses seleksi dan penempatan terhadap kinerja karyawan yang dinyatakan dengan nilai Fhitung (26.727) > F tabel (3.25) sehingga disimpulkan

Embriogenesis dan Perkembangan Larva Ikan Patin Hasil Hibridisasi antara Betina Ikan Patin Siam Pangasianodon hypophthalmus Sauvage, 1878 dengan Jantan Ikan Patin Jambal

Penambahan dilakukan menggunakan metode semprot (sprayer), yaitu dengan cara menyemprotkan ektrak yang sudah diencerkan pada pakan pellet 0,5 kg secara merata atas

Tip speed ratio TSR Gambar 4.9 Grafik hubungan koefisien daya dengan tip speed ratio pada kincir dengan pitch angle 300 Pola Grafik pada Gambar 4.7 sama seperti pola Grafik pada