viii
Penelitian ini bertujuaan untuk mengetahui resiliensi wanita penderita kanker payudara yang diungkap melalui aspek-aspek resiliensi yang meliputi regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, efikasi diri, dan pencapaian pada wanita penderita kanker payudara serta sumbangan aspek-aspek resiliensi pada wanita penderita kanker payudara. Subjek penelitian ini adalah wanita penderita kanker payudara yang masih atau telah menjalani pemeriksaan, dan seorang pejuang kanker. Jumlah subjek adalah 3 orang.
Jenis penelitian ini menurut sifat dan tujuannya adalah penelitian kualitatif. Menurut sifat masalahnya, penelitian ini berjenis penelitian studi kasus. Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara pada subjek serta wawancara pada subjek lain yang signifikan, dan juga observasi.
Hasil penelitian menunjukkan hasil yang beragam diantara ketiga subjek dalam penelitian ini. Subjek 1 mempunyai seluruh aspek resiliensi dalam dirinya, meliputi aspek regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, efikasi diri dan pencapaian. Subjek 2 mempunyai hampir memiliki semua aspek resiliensi, meliputi regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, dan efikasi diri, namun subjek tidak memenuhi aspek pencapaian dalam dirinya. Sedangkan, subjek 3 hanya memiliki sedikit aspek resiliensi dalam dirinya, antara lain pengendalian impuls, efikasi diri dan pencapaian.
ix ABSTRACT
RESILENCE WOMEN’S BREAST CANCER SUFFERERS (CASE STUDY)
Anatasya Rahmawati Dyah Efrata Putri Sanata Dharma University
2016
This study aimed to find out the regulation of emotions, impulse control, optimism, the ability to analyze problems, empathy, self-efficacy, achievement in women’s breast cancer sufferers and donation resilience aspects on women survivors of breast cancer. The subject of this research is a female breast cancer survivors who are still check up, resilien, and a survivor of cancer. The number of subjects is 3 people.
This type of research is qualitative research, according to the nature, purpose and the types of studies. And according to the nature of the problem, the research was a research case studies. The collection of data in this study is to conduct interviews on the subject as well as interviews on the subject of a significant others, and also the observation.
The results showed that the subject 1 and subject 2 had a high resilience because of the many aspects of resilience donations in her. While the subject of 3 has a low resilience because the resilience aspects of the donation within her a bit
RESILIENSI WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA
(STUDI KASUS)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Anatasya Rahmawati Dyah Efrata Putri
121114003
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
RESILIENSI WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA
(STUDI KASUS)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Anatasya Rahmawati Dyah Efrata Putri
121114003
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
HALAMAN MOTTO
“
Segala puji, hormat dan kemuliaan hanya bagi nama YESUS
KRISTUS TUHAN”
“Tuhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor,
engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia,”
(Ulangan 28:13)
“Talents and charisma can take you to the top, but only CHARACTER can keep
you there”
(Sidney Mohede)
“Tidak semua hal di dunia ini bisa dimengerti tetapi semua hal bisa disyukuri.”
(Jonathan Setiawan Ministry)
Laziness pays off now but hard work pays off in the future
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan bagi:
Tuhan Yesus Kristus yang menjadi penolong, my invisible partner, Bapa, sahabat, guru dan Juruselamat saya
malaikat-malaikat tak bersayapku,
Daniel Totok Efrata dan Elisabet Dyah Mawarni
yang selalu memberi dukungan, doa, semangat dan kepercayaan
keluarga besar Program Studi Bimbingan dan Konseling USD yang senantiasa mengajarkan nilai-nilai kehidupan dan fasilitas dalam saya menuntut ilmu
orang-orang terkasih yang telah memberikan perhatian, pengalaman, dan motivasi hingga kini
Teman dekat, sahabat dan teman-teman yang tetap mendukung saya sampai sekarang
Semua teman-teman BK angkatan 2012 yang selalu mendukung
Seluruh penderita kanker yang sedang berjuang melawan kankernya ataupun yang telah berhasil sembuh dari kanker, kalian adalah pahlawan dan pejuang yang
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
daftar pustaka sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.
Yogyakarta, 10 Agustus 2016
Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : Anatasya Rahmawati Dyah Efrata Putri
Nomor Mahasiswa : 121114003
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:
RESILIENSI WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA (STUDI
KASUS)
Dengan demikian saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 10 Agustus 2016
Yang menyatakan
viii
Penelitian ini bertujuaan untuk mengetahui resiliensi wanita penderita kanker payudara yang diungkap melalui aspek-aspek resiliensi yang meliputi regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, efikasi diri, dan pencapaian pada wanita penderita kanker payudara serta sumbangan aspek-aspek resiliensi pada wanita penderita kanker payudara. Subjek penelitian ini adalah wanita penderita kanker payudara yang masih atau telah menjalani pemeriksaan, dan seorang pejuang kanker. Jumlah subjek adalah 3 orang.
Jenis penelitian ini menurut sifat dan tujuannya adalah penelitian kualitatif. Menurut sifat masalahnya, penelitian ini berjenis penelitian studi kasus. Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara pada subjek serta wawancara pada subjek lain yang signifikan, dan juga observasi.
Hasil penelitian menunjukkan hasil yang beragam diantara ketiga subjek dalam penelitian ini. Subjek 1 mempunyai seluruh aspek resiliensi dalam dirinya, meliputi aspek regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, efikasi diri dan pencapaian. Subjek 2 mempunyai hampir memiliki semua aspek resiliensi, meliputi regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, dan efikasi diri, namun subjek tidak memenuhi aspek pencapaian dalam dirinya. Sedangkan, subjek 3 hanya memiliki sedikit aspek resiliensi dalam dirinya, antara lain pengendalian impuls, efikasi diri dan pencapaian.
ix ABSTRACT
RESILENCE WOMEN’S BREAST CANCER SUFFERERS
(CASE STUDY)
Anatasya Rahmawati Dyah Efrata Putri Sanata Dharma University
2016
This study aimed to find out the regulation of emotions, impulse control, optimism, the ability to analyze problems, empathy, self-efficacy, achievement in women’s breast cancer sufferers and donation resilience aspects on women survivors of breast cancer. The subject of this research is a female breast cancer survivors who are still check up, resilien, and a survivor of cancer. The number of subjects is 3 people.
This type of research is qualitative research, according to the nature, purpose and the types of studies. And according to the nature of the problem, the research was a research case studies. The collection of data in this study is to conduct interviews on the subject as well as interviews on the subject of a significant others, and also the observation.
The results showed that the subject 1 and subject 2 had a high resilience because of the many aspects of resilience donations in her. While the subject of 3 has a low resilience because the resilience aspects of the donation within her a bit
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur bagi Tuhan Yesus Kristus atas pertolongan, hikmat dan
penyertaanNya, sehingga penulisan tugas akhir dengan judul “Resiliensi Wanita Penderita Kanker Payudara (Studi Kasus)” dapat terselesaikan dengan baik dan
lancar. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan
Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma.
Selama penulisan tugas akhir ini, banyak pihak yang terlibat dalam
memberikan bimbingan, dukungan, movitasi dan pendampingan pada setiap
proses yang terjadi. Oleh karenanya, disampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku kepala Program Studi Bimbingan dan
Konseling.
3. Dra. M.J. Retno Priyani, M.Si., selaku dosen pembimbing yang dengan
sabar dan tulus telah memberikan waktu, motivasi, masukan, dan banyak
pembelajaran berharga, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membekali dengan
berbagai ilmu pengetahuan dan nilai-nilai kehidupan yang berguna.
5. Orangtua tercinta Daniel Totok Efrata dan Elisabet Dyah Mawarni serta
xi
dukungan materiil yang diberikan selama menempuh studi di Universitas
Sanata Dharma.
6. Seluruh kakak angkatan, teman-teman angkatan 2012, atas seluruh doa,
semangat, dan kebersamaan yang diberikan selama menulis skripsi.
7. Sahabat-sahabat serta teman-teman satu pelayanan di GBI Keluarga Allah
Jogja, satu komsel (The Grace dan Jeslyn Pistis), dan satu kos di Griya
Kanna (Mala, Putri, Caci, David, Yosef, Cindya, Mbak Celly, Nanda,
Macho, Gery) atas doa, semangat, perhatian, dan dukungan yang diberikan
selama ini.
8. Para surviver kanker yang telah mengajarkan banyak hal tentang
kehidupan dan membantu dalam proses penulisan skripsi ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
membantu dan memberikan dukungan dalam proses penulisan skripsi ini.
Diharapkan banyak pihak yang memberikan kritik dan saran yang
membangun guna pembenahan, penajaman, dan perkembangan penelitian yang
lebih baik. Akhir kata, diharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 10 Agustus 2016 Penulis
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
A. Latar Belakang Masalah... ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Pembatasan Masalah dan Fokus Penelitian ... 8
D. Pertanyaan Penelitian ... 8
E. Tujuan Penelitian ... 8
F. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 12
A. Kajian Teori... 12
1. Resiliensi ... 12
2. Wanita Penderita Kanker ... 31
3. Wanita Penderita Kanker Payudara ... 33
B. Kajian Penelitian yang Relevan ... 39
C. Kerangka Pikir ... 42
BAB III. METODE PENELITIAN... 44
A. Jenis Penelitian ... 44
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 44
C. Subjek Penelitian ... 45
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 45
1. Wawancara ... 46
1. Tempat dan Jadwal Pertemuan dengan Subjek ... 53
2. Deskripsi Data Aspek-aspek Resiliensi ... 57
B. Pembahasan ... 64
xiii
2. Bu Tutik ... 83
3. Bu Asih ... 100
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... 117
A. Simpulan ... 117
B. Implikasi ... 121
C. Keterbatasan Penelitian ... 123
D. Saran ... 123
DAFTAR PUSTAKA ... 126
xiv
DAFTAR TABEL
Data Diri Subjek Penelitian ... 45
Panduan Wawancara Mendalam ... 46
Panduan Wawancara dengan Significant Others ... 47
Catatan Observasi ... 49
Panduan Observasi ... 50
Agenda Wawancara dengan Subjek ... 53
Agenda Wawancara dengan Significant Others ... 54
Agenda Observasi Subjek ... 54
Deskripsi Umum Subjek Penelitian ... 55
xv
DAFTAR BAGAN
xvi
DAFTAR GRAFIK
Angka Harapan Kesembuhan Penderita Kanker Payudara Menurut
Departemen Kesehatan 2007 ... 2 Kasus Kanker Payudara di Indonesia Menurut Profil Kesehatan Indonesia
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Persetujuan menjadi Informan ... 126
Lampiran 2. Verbatim Hasil Wawancara dengan Subjek ... 129
Lampiran 3. Verbatim Hasil Wawancara dengan Significant Others ... 173
Lampiran 4. Lembar Hasil Observasi ... 181
1 BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini mepaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan
masalah dan fokus penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, dan
manfaat penelitian.
A. Latar Belakang Masalah
Saat mengalami vonis dari dokter bahwa seseorang mengidap suatu
penyakit, individu merespon secara beragam. Ada individu yang langsung merasa
sedih, putus asa, stres, tidak mau melakukan interaksi dengan lingkungannya,
takut, khawatir bahkan ada yang mencoba untuk melakukan percobaan bunuh diri.
Individu yang mengalami penyakit-penyakit kronis, seperti kanker, stroke, tumor
dan sebagainya, pasti memiliki respon yang unik mengenai penyakit mereka.
Seperti kebanyakan penyakit kronis lainnya, kanker melibatkan serangkaian
ancaman dan bahkan sering memburuk dari waktu ke waktu. Disatu sisi kanker
memberikan stres yang unik pada penderita kanker maupun keluarganya. Mereka
harus membuat keputusan pengobatan yang bermanfaat untuk kesembuhan
penderita kanker. Selain mempertimbangkan manfaat pengobatan juga harus
melihat efek samping pengobatan yang dipilih, seperti reaksi beracun atau akibat
lain yang tidak mereka harapkan (Stanton, 1998 dalam Sarafino, 2008).
Penyakit kanker merupakan kondisi dimana sel dalam tubuh seseorang
telah kehilangan pengendalian sel yang membuat pertumbuhan sel menjadi tidak
manusia. Kanker pada rentang usia tertentu dan pada jenis kelamin tertentu dapat
memberikan dampak yang berbeda antara satu penderita dengan penderita
lainnya. Kanker yang menyerang fungsi reproduksi memberikan tekanan
tersendiri pada penderita, baik secara fisik maupun psikologis. Pada pria, kanker
yang menyerang adalah kanker prostat, kanker kandung kemih (Brydoy et
al.,2005 dalam Sarafino, 2008); sedangkan pada wanita adalah kanker payudara,
kanker serviks, dan kanker uterus (Andersen, Woods, & Copeland, 1997; Glanz &
Lerman, 1992; Spencer et al., 1999 dalam Sarafino, 2008). Beresikonya
pengobatan kanker menyebabkan penderita penyakit kanker hanya memiliki
angka harapan kesembuhan yang terbilang cukup rendah. Para penderita kanker mengenali penyakit kanker sebagai “pembunuh yang sebenarnya” dan dapat
menyebabkan sakit, kecacatan dan disfungsi pada organ tertentu.
Grafik 1
Angka Harapan Kesembuhan Penderita Kanker Payudara Menurut Departemen Kesehatan 2007
Beberapa negara seperti Amerika, negara-negara di Eropa, dan Kanada,
kanker merupakan penyakit yang merupakan pembunuh nomor satu. WHO
menunjukkan bahwa 78% kanker payudara terjadi pada usia 50 tahun ke atas,
sedangkan 6%nya terjadi pada wanita dibawah 40 tahun tahun. Semakin banyak
penderita kanker payudara yang berusia 30-an. Badan Pelayanan Pencegahan
Kanker di United State menemukan pada tahun 2012, wanita penderita kanker
payudara jumlahnya terus bertambah, diperkirakan mencapai 29% setiap tahunnya
dan berkemungkinan jumlahnya akan terus bertambah dari tahun ke tahun
(http://www.who.int/mediacentre/releases/2003/pr27/en/).
Di Indonesia, kanker yang paling banyak di derita setelah kanker serviks
adalah kanker payudara. Tim Kerja Kanker Payudara RS Kanker Dharmais
(RSKD), kurva angka kejadian meningkat pada usia di atas 30 tahun, dan yang
paling tinggi pada kelompok usia 45-66 tahun.
Grafik 2
Kasus Kanker Payudara di Indonesia Menurut Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008
Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 di Provinsi D.I.Yogyakarta
menunjukkan bahwa penderita kanker payudara sekitar 2,4% atau 4.325 kasus.
Direktur Utama RS Sardjito Yogyakarta, Mochammad Syafak Hanung
mengatakan sampai bulan Mei 2015, kanker payudara adalah penyakit yang
Payudara merupakan salah satu organ penting dalam tubuh manusia. Bagi
wanita payudara berfungsi untuk memberikan nutrisi kepada bayinya melalui
proses menyusui, selain itu payudara juga membuat wanita merasa lebih percaya
diri, terlepas dari ukuran payudara itu sendiri. Ada beberapa orang yang mengatakan, “bukan wanita jika tidak memiliki payudara”. Pernyataan ini
semakin menguatkan, bahwa payudara memiliki peran penting dalam kehidupan
wanita. Yuswanto (2010) mengatakan bahwa sedikit berbeda dengan fungsi
payudara pada wanita, fungsi payudara pada laki-laki adalah untuk melindungi
jantung dan paru-paru dari cedera. Laki-laki juga berpotensi mengalami kanker
payudara namun, jumlah penderitanya tidak sebanyak pada wanita.
Penyakit kanker payudara berdampak negatif bagi penderitanya. Penyakit
kanker ini mampu membuat seseorang menjadi kehilangan kepercayaan diri,
kehilangan semangat hidup, mengalami stres, ketakutan, dan kesedihan yang tak
kunjung reda. Kondisi emosi yang terburuk yang selalu ditemui pada pasien
penyakit kanker payudara adalah perasaan takut. Tingkat ketakutan berbeda-beda
pada setiap diri penderita. Penderita yang divonis mengidap kanker payudara
dihadapkan bukan hanya atas kemungkinan kesembuhan yang kecil, namun juga
penderitaan fisik dan psikis yang berkepanjangan. Kanker mengubah kemampuan
fisik penderita untuk fungsi seksualnya. Di sisi lain, penyakit kanker payudara
mempunyai dampak positif untuk penderita yang mampu untuk bangkit dari hal
buruk yang dia alami, yaitu ketika penderita menemukan hikmah dan juga
ada individu justru semakin tegar dan mengambil kejadian buruk tersebut sebagai
sesuatu yang positif, inilah yang disebut resiliensi.
Resiliensi menjadi hal yang sangat dibutuhkan oleh setiap individu
disetiap situasi buruk, termasuk semangat untuk membangun motivasi kembali
setelah individu mengalami kondisi terpuruk dan mengalami kejadian yang
membuat individu stres. Penderita kanker payudara dengan resiliensi tinggi
mampu mengelola emosinya secara sehat, meskipun dalam hal ini penderita dapat
merasa sedih, marah, tidak percaya diri dan takut. Namun, penderita kanker
payudara ini tidak membiarkan perasaan negatif yang dirasakannya menetap
terlalu lama dalam dirinya. Penderita kanker payudara dengan resiliensi tinggi
akan mudah untuk memotivasi dirinya sehingga tumbuh perasaan untuk bangkit
dan menjadi orang yang lebih kuat, meskipun sedang mengalami situasi yang
buruk. Berbeda halnya dengan penderita kanker payudara yang memiliki resiliensi
rendah akan cenderung terus meratapi hal buruk yang menimpanya sehingga
individu tersebut tidak mampu bangkit menjadi orang yang lebih kuat (Greeff,
2005). Ada berbagai aspek resiliensi dalam diri setiap wanita penderita kanker
payudara yang menentukan tinggi rendahnya resiliensi pada wanita penderita
kanker payudara
Penderita kanker payudara sesungguhnya membutuhkan orang lain yang
mampu mendengarkan dan juga membantu dirinya untuk kembali bangkit dari
penderitaan psikologis yang mereka derita. Lulusan dari Program Studi
Bimbingan dan Konseling tentu dibekali dengan keterampilan konseling
konseling (Konseling Pastoral, Konseling Orang Dewasa dan Lanjut Usia, dan
sebagainya), telah dipersiapkan untuk bekerja diberbagai bidang, seperti bidang
kesehatan yang berguna untuk menguatkan serta membantu penderita kanker
payudara memiliki kemampuan untuk bangkit dari penderitaan psikologis yang
mereka alami.
Berdasarkan latar belakang, data-data, tingkat urgensi dan kesesuaian
dengan ilmu Bimbingan dan Konseling, maka peneliti ingin meneliti mengenai
resiliensi pada wanita penderita kanker payudara.
B. Identifikasi Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah yang dikemukakan sebelumnya
terkait dengan resiliensi dan wanita dengan kanker payudara, diidentifikasikan
berbagai masalah sebagai berikut:
1. Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 di Provinsi D.I Yogyakarta
menyatakan bahwa penderita kanker payudara sekitar 2,4% atau 4.325
kasus.
2. Yuswanto (2010) mengatakan fungsi payudara baik pada laki-laki
maupun wanita sangatlah penting, karena payudara berfungsi
melindungi jantung dan untuk menyusui pada wanita. Penderita yang
mengalami pengangkatan payudara (masektomi) akan berpotensi cedera
jantung dan tidak dapat menyusui.
3. Kanker yang menyerang fungsi reproduksi memberikan tekanan
pria, kanker yang menyerang adalah kanker prostat, kanker kandung
kemih (Brydoy et al.,2005 dalam Sarafino, 2008); sedangkan pada
wanita adalah kanker payudara, kanker serviks, dan kanker uterus
(Andersen, Woods, & Copeland, 1997; Glanz & Lerman, 1992; Spencer
et al., 1999 dalam Sarafino, 2008)..
4. Angka harapan kesembuhan penderita kanker payudara menurut
Departemen Kesehatan 2007 menunjukkan angka harapan kesembuhan
yang selalu menurun pada setiap stadium (5%-34%), yang disebabkan
oleh kondisi psikologis yang fluktuatif (terkadang optimis, terkadang
pesimis) dan kurangnya dukungan dari keluarga.
5. Penderita kanker payudara dengan resiliensi tinggi akan mudah untuk
memotivasi dirinya sehingga tumbuh perasaan untuk bangkit dan
menjadi orang yang lebih kuat, meskipun sedang mengalami situasi
yang buruk. Berbeda halnya dengan penderita kanker payudara yang
memiliki resiliensi rendah akan cenderung terus meratapi hal buruk
yang menimpanya sehingga individu tersebut tidak mampu bangkit
menjadi orang yang lebih kuat.
6. Ada berbagai aspek resiliensi dalam diri setiap wanita penderita kanker
payudara yang menentukan tinggi rendahnya resiliensi pada wanita
C. Pembatasan Masalah dan Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini diarahkan untuk menjawab masalah mengenai aspek
resiliensi pada wanita penderita kanker payudara.
D. Pertanyaan Penelitian
Penelitian tentang resiliensi pada wanita penderita kanker payudara akan
meneliti tentang aspek-aspek resiliensi, maka permasalahan yang dirumuskan
pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Aspek-aspek resiliensi
a. Bagaimana regulasi emosi pada wanita penderita kanker payudara?
b. Bagaimana pengendalian impuls pada wanita penderita kanker
payudara?
c. Bagaimana optimisme pada wanita penderita kanker payudara?
d. Bagaimana kemampuan menganalisis masalah pada wanita
penderita kanker payudara?
e. Bagaimana empati pada wanita penderita kanker payudara?
f. Bagaimana efikasi diri pada wanita penderita kanker payudara?
g. Bagaimana pencapaian pada wanita penderita kanker payudara?
2. Bagaimana sumbangan aspek-aspek resiliensi terhadap resiliensi
wanita penderita kanker payudara?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap resiliensi wanita penderita
kanker payudara ditinjau dari aspek-aspek resiliensi, maka tujuan penelitian yang
1. Aspek-aspek resiliensi
a. Mengetahui regulasi emosi pada wanita penderita kanker payudara.
b. Mengetahui pengendalian impuls pada wanita penderita kanker
payudara.
c. Mengetahui optimisme pada wanita penderita kanker payudara.
d. Mengetahui kemampuan menganalisis masalah pada wanita
penderita kanker payudara.
e. Mengetahui empati pada wanita penderita kanker payudara.
f. Mengetahui efikasi diri pada wanita penderita kanker payudara.
g. Mengetahui pencapaian pada wanita penderita kanker payudara.
2. Mengetahui aspek-aspek resiliensi mana sajakah yang menyumbang
resiliensi pada wanita kanker payudara, sehingga dapat terlihat aspek
yang tinggi/rendah dalam diri ketiga subyek penelitian.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Memberikan gambaran tentang resiliensi wanita kanker payudara bagi
pengembangan Bimbingan dan Konseling dalam membantu konseli
khususnya wanita penderita kanker payudara. Misalnya, mahasiswa
lulusan Bimbingan dan Konseling dapat memberikan pendampingan
secara personal kepada wanita penderita kanker payudara dengan
2. Manfaat praktis
a. Wanita secara umum maupun wanita penderita kanker
Hasil penelitian ini dapat memberikan motivasi serta inspirasi
kepada wanita yang menderita kanker tentang cara seorang wanita
memberi dukungan pada dirinya untuk tetap bangkit dan menjadi wanita yang “lebih kuat” walaupun menderita kanker payudara.
Selain itu, juga dapat memberikan gambaran kepada wanita secara
umum mengenai kanker payudara itu sendiri dan
pengalaman-pengalaman yang dialami oleh penderita kanker payudara. Hal ini
bertujuan agar semakin banyak wanita yang memberikan semangat
serta dukungan baik secara moril maupun materiil kepada wanita
penderita kanker payudara.
b. Peneliti
1) Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk memperkaya dan
mengasah keterampilan dalam menggali sebuah informasi, serta
menambah pengalaman mengenai kondisi psikologis wanita
penderita kanker payudara dengan memasukkan aspek-aspek
mengenai resiliensi pada subjek.
2) Penelitian ini sangat bermanfaat bagi bekal peneliti di masa
mendatang saat bekerja di bidang kesehatan terutama
mendampingi wanita dengan kanker payudara supaya mereka
c. Peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran membantu
proses pendampingan pada pasien kanker payudara dan nantinya
bisa lebih membantu pasien kanker payudara untuk bisa hidup secara
baik dan memiliki kondisi psikologis yang positif dalam
kehidupannya. Peneliti-peneliti selanjutnya diharapkan dapat
menggembangkan dengan menggunakan metode berbeda, seperti
metode studi dokumentasi dan subjek penelitian yang lebih menarik
seperti misalnya resiliensi wanita yang berada di dalam penjara
12 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini memaparkan kajian pustaka yang melandasi kerangka konseptual
penelitian ini. Kerangka konseptual penelitian ini antara lain: kajian teori
resiliensi wanita penderitan kanker payudara, kajian penelitian yang relevan
dengan resiliensi wanita penderitan kanker payudara, kerangka pikir resiliensi
wanita penderitan kanker payudara.
A. Kajian Teori
1. Resiliensi
a. Pengertian Resiliensi
Dalam APA Dictionary of Psychology (2006) diartikan bahwa
“resilience is the process and outcome of success fully adapting to difficult or challenging life experinces, especially through mental, emotional, and behavioral flexibility and adjustment to external and internal demands. A number of factors contribute to how well people adapt to adversities, pre dominant among them”.
Istilah resiliensi diformulasikan pertama kali oleh Block (dalam
Klohnen, 2000) dengan nama ego-resilience, yang diartikan sebagai
kemampuan umum yang melibatkan kemampuan penyesuaian diri
yang tinggi dan luwes saat dihadapkan pada tekanan internal maupun
eksternal. Menurut Reivich & Shatte, seorang ahli psikologi dan
Norman (dalam Helton & Smith 2004:7), resiliensi merupakan
kemampuan seseorang untuk bertahan, bangkit, dan menyesuaikan
Individu yang memiliki resiliensi mampu untuk secara cepat
kembali pada kondisi sebelum trauma, terlihat kebal dari berbagai
peristiwa-peristiwa kehidupan yang negatif, serta mampu beradaptasi
terhadap stres yang ekstrim dan kesengsaraan (Holaday, 1997:348).
Berdasarkan uraian pada paragraf sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa resiliensi adalah kemampuan penyesuaian diri seseorang untuk
bertahan, bangkit, dan menyesuaikan dengan kondisi yang sulit
sehingga mampu menyesuaikan diri dengan stres yang ekstrim dan
tekanan internal maupun eksternal.
b. Ciri-ciri Individu yang Memiliki Resiliensi
Menurut Sarafino (1994) individu yang memiliki resiliensi adalah
(a) memiliki temperamen yang lebih tenang, sehingga dapat
menciptakan hubungan yang lebih baik dengan keluarga dan
lingkungannya; (b) individu yang memiliki resiliensi juga memiliki
kemampuan untuk bangkit dari tekanan, stres, dan depresi. Sementara
itu Grotberg (1995), mengatakan bahwa individu yang memiliki
resiliensi (a) mempunyai kemampuan untuk mengendalikan perasaan
dan dorongan dalam hati; (b) memiliki kemampuan untuk dapat
bangkit dari permasalahan dan berusaha untuk mengatasinya; (c)
mandiri dan dapat mengambil keputusan berdasarkan pemikiran serta
inisiatif sendiri dan memiliki empati dan sikap kepedulian yang tinggi
Reivich (2002), menambahkan bahwa individu yang memiliki
resiliensi adalah mereka yang (a) mampu mengatasi stres; (b) bersikap
realistik serta optimistik dalam mengatasi masalah; (c) mampu
mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dengan nyaman. Dalam
www.APAHelpCenter.org/resilience menuliskan beberapa poin ciri
individu yang memiliki resiliensi (a) memiliki sikap optimis yaitu
terdapat harapan akan masa depan; (b) individu memiliki keyakinan
diri bahwa mereka memiliki kemampuan untuk mengatur secara
efektif atau menyelesikan tugas secara mandiri; (c) individu juga
percaya bahwa mereka tetap memiliki kendali yang baik terhadap
lingkungan, terutama pasca kejadian trauma; (d) individu memiliki
pemahaman yang baik bahwa setiap pengalaman hidup memiliki
alasan tertentu, dan mereka masih memiliki sumber personal dan sosial
untuk memenuhi tuntutan hidup tersebut.
Individu yang memiliki resiliensi biasanya disebut individu yang
resilien. Dalam penelitian yang dilakukan Bonanno (2002)
mendefinisikan resilien sebagai:
“the ability adults in otherwise normal circumstance who are exposed to an isolated and potentially highly disruptive event such as the death of close relation or violent or life threatening situation to maintain relatively stable, healthy level of psychological and phisical functioning....as well as the capacity for generative experiences and positive emotion”.
Individu yang resilien mampu menghilangkan simtom
psikopatologi seperti stres, trauma, depresi, dan tetap sehat secara
akan mempunyai skor depresi yang rendah, begitu juga sebaliknya
(Hiew, 2000). Sama halnya dengan perempuan yang mengalami
kanker payudara akan mengalami gangguan emosional seperti depresi,
trauma emosional dan rasa putus asa. Untuk mengatasi masalah
tersebut, perempuan penderita kanker payudara perlu meningkatkan
sikap resilien (Zamralita, 1999).
c. Komponen-komponen Resiliensi
1) I have (Dukungan eksternal)
Grotberg (1995) mengatakan bahwa dukungan eksternal
dibutuhkan untuk mengembangkan perasaan aman yang
menjadikan fondasi, yang merupakan pusat atau inti, untuk
mengembangkan resiliensi. Faktor pendukung eksternal ini terdiri
dari:
a) Trusting relationship meliputi orang tua, anggota keluarga lain,
guru, dan teman-teman yang mencintai dan menerima individu
tanpa syarat
b) Structure and rules meliputi seseorang yang bisa memberi
batasan dan membantu individu untuk mengerti kesalahan yang
telah dibuat individu. Ketika individu mengikuti aturan,
individu tersebut dipuji.
c) Role models meliputi orang-orang yang memberi contoh
model moralitas, dan memperkenalkan individu pada
keperayaannya.
d) Encouragement to be autonomous meliputi orang-orang yang
memuji dan mendukung individu yang berani melakukan
sesuatu sendiri atas inisiatif individu itu sendiri.
2) I am (Kekuatan personal dan internal)
Menurut Grotberg (1995), faktor I am merupakan internal dan
personal. Hal ini meliputi perasaan, sikap, dan kepercayaan dalam
individu. Faktor-faktor ini terdiri dari:
a) Loveable and my temperament is appealing meliputi individu
yang sadar bahwa orang lain menyukai dan mencintai dirinya.
Individu juga peka terhadap mood orang lain dan bisa
memberikan respon yang tepat pada orang lain.
b) Loving, empathic, and altruistic meliputi rasa cinta individu
pada orang lain dan mampu mengekspresikan rasa cinta
tersebut dengan berbagai cara, baik itu tindakan maupun
kata-kata. Individu ingin melakukan sesuatu untuk meringankan
penderitaan orang lain.
c) Proud of myself meliputi perasaan bangga akan diri sendiri dan
tahu bahwa dirinya merupakan orang yang penting serta
mampu mendapatkan apa yang diinginkan.
d) Autonomous and responsible meliputi kemampuan individu
konsekuensi dari tindakannya. Individu mengerti batal kontrol
dirinya dan mengetahui tanggung jawab dirinya.
e) Filled with hope, faith, and trust meliputi rasa percaya yang
dimiliki individu pada Tuhan, bahwa selalu ada harapan untuk
dirinya dan orang-orang yang bisa dipercaya.
3) I can (Kemampuan interpersonal dan sosial)
Menurut Grotberg (1995), individu bisa mempelajari
kemampuan ini dengan berinteraksi dengan orang lain dan dari
orang-orang yang mengajarinya. Faktor-faktor ini terdiri dari:
a) Communicate. Individu dapat mengungkapkan apa yang ada
dalam pikiran dan perasaan pada orang lain. Individu dapat
menyesuaikan diri pada perbedaan-perbedaan yang ada dan
mampu mengerti dan bertindak dengan baik.
b) Problem solve. Individu dapat mengetahui cakupan suatu
masalah, apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah
tersebut, dan bantuan orang lain yang dibutuhkan untuk
mengatasi masalah tersebut, dan bantuan orang lain yang
dibutuhkan seperti apa. Individu gigih untuk bertahan sampai
masalah tersebut selesai.
c) Manage my feelings and impulses. Individu mampu mengenali
perasaan dirinya dan mengekspresikannya dalam kata-kata dan
d) Gauge the temperament of myself and others. Individu
mempelajari siapa yang akan bertindak, mengambil
kesempatan, mencoba hal-hal baru, berhati-hati dan
mempertimbangkan sesuatu dari berbagai sisi. Individu
mengenal dirinya, termasuk temperamen.
e) Seek trusting relationship. Individu memiliki orang-orang yang
dapat dipercaya, dimana individu dapat mencari mereka pada
saat membutuhkan pertolongan, tidak bahagia, atau butuh
orang untuk diajak bicara.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa resiliensi
adalah kemampuan seseorang untuk bangkit kembali pada kondisi
semula ketika menghadapi tantangan atau kondisi yang terburuk,
dimana resiliensi merupakan proses dinamis individu dalam
mengembangkan kemampuan diri untuk menghadapi, mengatasi,
memperkuat dan mentransformasikan pengalaman-pengalam yang
dialami pada situasi sulit menuju pencapaian adaptasi yang positif.
Resiliensi juga dibentuk oleh komponen-komponen yang menguatkan
resiliensi seseorang, baik itu internal, eksternal maupun kemampuan
interpersonal sehingga individu dapat bangkit kembali.
d. Aspek-aspek Resiliensi
Reivich & Shatte (2002:36-46) memaparkan tujuh aspek dari
impuls, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, efikasi
diri dan pencapaian. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
1) Regulasi emosi
Regulasi emosi diartikan sebagai kemampuan individu untuk
mengatur emosi sehingga tetap tenang meskipun berada dalam
situasi di bawah tekanan. Individu yang memiliki regulasi emosi
yang baik memiliki ciri (a) individu tersebut tetap tenang meskipun
di bawah tekanan; (b) individu tersebut mampu mengekspresikan
emosi secara tepat (Reivich dan Shatte, 2002). Ciri tersebut juga
dipaparakan Reivich (2002) mengenai ciri-ciri orang yang
memiliki resiliensi, salah satunya adalah mampu mengekpresikan
pikiran dan perasaan mereka dengan nyaman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang kurang
memiliki kemampuan untuk mengatur emosi mengalami kesulitan
dalam membangun dan menjaga hubungan dengan orang lain.
Kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain bisa
disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya alasan yang
sederhana adalah tidak ada orang yang mau menghabiskan waktu
bersama orang yang marah, merengut, cemas, khawatir serta
gelisah setiap saat. Emosi yang dirasakan oleh seseorang
cenderung berpengaruh pada orang lain. Semakin kita terasosiasi
dengan kemarahan maka kita akan semakin menjadi orang yang
Greef (dalam Reivich dan Shatte, 2002) menyatakan bahwa
individu yang memiliki kemampuan untuk mengatur emosinya
dengan baik dan memahami emosi orang lain akan memiliki
kepercayaan diri dan hubungan yang lebih baik dengan orang lain.
Tidak semua emosi yang dirasakan oleh individu harus dikontrol.
Tidak semua emosi marah, sedih, gelisah dan rasa bersalah harus
diminimalisir. Emosi yang dirasakan oleh individu tidak harus
dikontrol dan diminimalisir dikarenakan mengekspresikan emosi
yang kita rasakan baik emosi positif maupun negatif merupakan
hal konstruktif dan sehat, bahkan kemampuan untuk
mengekspresikan emosi secara tepat merupakan bagian dari
resiliensi (Reivichi dan Shatte, 2002).
Orang yang mampu mengatur dan mengekspresikan emosinya
secara terarah dan baik akan cenderung memiliki resiliensi yang
tinggi dan memiliki kondisi psikis yang sehat. Berbeda halnya
dengan orang yang kurang memiliki kemampuan untuk mengatur
emosinya, cenderung memiliki kondisi psikis yang kurang sehat,
sehingga itu dapat membuat membuat resiliensi dalam diri orang
tersebut rendah.
2) Pengendalian impuls
Pengendalian impuls adalah kemampuan individu untuk
mengendalikan dorongan-dorongan (kesukaan, keinginan, serta
mengontrol dorongan dalam dirinya memiliki ciri (a) akan
membawa kepada kemampuan berpikir yang jernih dan akurat; (b)
mampu mengendalikan dorongan dalam diri (Reivich dan Shatte,
2002). Hal yang sama juga diungkapkan Grotberg (1995),
mengatakan bahwa individu yang memiliki resiliensi, mempunyai
kemampuan untuk mengendalikan perasaan dan dorongan dalam
hati.
Individu dapat mengendalikan impulsivitas dengan mencegah
terjadinya kesalahan pemikiran, sehingga dapat memberikan
respon yang tepat pada permasalahan yang ada. Pencegahan salah
pemikiran, dapat dilakukan dengan menguji keyakinan individu
dan mengevalusi kebermanfaatan terhadap pemecahan masalah.
Individu dapat melakukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat rasional yang ditujukan kepada dirinya sendiri, seperti “apakah
penyimpulan terhadap masalah yang saya hadapi berdasarkan fakta atau hanya menebak?”, dan sebagainya (Reivich dan Shatte, 2002).
Seseorang yang mampu mengendalikan dorongan-dorongan
dalam dirinya akan memiliki pemikiran yang positif dalam
memberikan respon pada permasalahan yang ada. Jadi, dapat
disimpulkan orang yang mampu mengendalikan
dorongan-dorongan dalam dirinya cenderung memiliki resiliensi yang tinggi.
Individu yang memiliki kemampuan pengendalian impuls yang
mengendalikan pikiran dan perilaku mereka. Mereka menampilkan
perilaku mudah marah, kehilangan kesabaran, impulsif. Perilaku
ini akan membuat orang di sekitarnya merasa kurang nyaman
sehingga berakibat pada buruknya hubungan sosial individu
dengan orang lain (Reivich dan Shatte, 2002)
3) Optimisme
Optimisme adalah ketika kita melihat bahwa masa depan kita
cemerlang, individu yang resilien adalah individu yang optimis
(Reivich dan Shatte, 2002). Siebert (2005) mengungkapkan bahwa
terdapat hubungan antara tindakan dan ekspektasi kita dengan
kondisi kehidupan yang dialami individu. Sementara itu, Peterson
dan Chang (dalam Siebert, 2005) mengungkapkan bahwa
optimisme sangat terkait dengan karakteristik yang diinginkan oleh
individu, kebahagiaan, ketekunan, prestasi dan kesehatan.
Ciri individu yang optimis adalah (a) memiliki kepercayaan
bahwa segala sesuatu akan lebih baik; (b) mempunyai harapan dan
kontrol atas arah hidupnya; (c) memiliki kesehatan mental yang
baik; (d) memiliki produktivitas kerja yang tinggi; (e) dan
mempunya kemampuan untuk mengatasi kesulitan yang mungkin
terjadi di masa depan (Reivich dan Shatte, 2002). Hal ini diperkuat
dengan www.APAHelpCenter.org/resilience yang menuliskan
beberapa poin ciri individu yang memiliki resiliensi (a) memiliki
juga percaya bahwa mereka tetap memiliki kendali yang baik
terhadap lingkungan, terutama pasca kejadian trauma.
Seseorang yang miliki pandangan positif akan diri, lingkungan
sekitar, dan juga masa depannya cenderung memiliki resiliensi
yang tinggi dalam dirinya. Hal ini dikarenakan individu tersebut
memiliki kemampuan untuk bangkit dari situasi sulit yang
dipengaruhi pemikirannya yang positif tentang masa depan.
4) Kemampuan menganalisis masalah
Kemampuan menganalisis masalah pada diri individu dapat
dilihat dari bagaimana individu dapat mengidentifikasi secara
akurat sebab-sebab dari permasalahan yang menimpanya. Individu
yang tidak mampu mengidentifikasi penyebab dari permasalahan
yang mereka hadapi secara tepat, akan terus menerus berbuat
kesalahan yang sama. Ciri-ciri individu yang memiliki kemampuan
menganalisis masalah (a) mampu mengidentifikasi sebab dari
permasalahan yang menimpanya; (b) orientasinya berfokus pada
solusi (Reivich dan Shatte, 2000). Hal ini diperkuat oleh apa yang
dituliskan dalam www.APAHelpCenter.org/resilience bahwa
individu memiliki pemahaman yang baik bahwa setiap pengalaman
hidup memiliki alasan tertentu, dan mereka masih memiliki sumber
personal dan sosial untuk memenuhi tuntutan hidup tersebut.
Individu yang resilien adalah individu yang memiliki
penyebab yang menyebabkan kemalangan yang menimpa mereka.
Individu yang resilien tidak akan menyalahkan orang lain atas
kesalahan yang mereka perbuat demi menjaga kepercayaan diri
mereka atau membebaskan mereka dari rasa bersalah. Mereka tidak
terlalu terfokus pada faktor-faktor yang berada di luar kendali
mereka, sebaliknya mereka memfokuskan dan memegang kendali
penuh pada pemecahan masalah, perlahan mereka mulai mengatasi
permasalahan yang ada, mengarahkan hidup mereka, bangkit dan
meraih kesuksesan.
5) Empati
Menurut Greef (2005) empati didefinisikan sebagai
kemampuan untuk memahami dan memiliki kepedulian terhadap
orang lain. Empati merupakan kemampuan individu untuk bisa
memahami dan merasakan bagaimana perasaan dan emosi orang
lain (Reivich dan Shatte, 2002). Ciri-ciri individu yang memiliki
empati memiliki ciri (a) memiliki hubungan sosial yang baik; (b)
mampu membaca tanda-tanda kondisi emosional dan psikologis
orang lain (Reivich dan Shatte, 2002). Hal yang serupa juga
dipaparkan Grotberg (1995) ciri individu yang memiliki resiliensi
adalah individu mandiri dan dapat mengambil keputusan
berdasarkan pemikiran serta inisiatif sendiri dan memiliki empati
Ketidakmampuan berempati berpotensi menimbulkan kesulitan
dalam berhubungan sosial. Individu-individu yang tidak
membangun kemampuan untuk peka terhadap tanda-tanda non
verbal, tidak mampu untuk menempatkan dirinya pada posisi orang
lain, merasakan apa yang dirasakan orang lain dan memperkirakan
maksud dari orang lain.
Ketidakmampuan individu untuk membaca tanda-tanda non
verbal orang lain sangat merugikan, baik dalam konteks hubungan
kerja maupun hubungan personal, dikatakan merugikan karenakan
kebutuhan dasar manusia untuk dipahami dan dihargai. Individu
dengan empati yang rendah cenderung mengulang pola yang
dilakukan oleh individu yang tidak resilien, yaitu menyamaratakan
semua keinginan dan emosi orang lain (Reivich dan Shatte, 2002).
6) Efikasi Diri
Efikasi diri adalah hasil dari pemecahan masalah yang berhasil.
Efikasi diri merepresentasikan sebuah keyakinan bahwa kita
mampu memecahkan masalah yang kita alami dan mencapai
kesuksesan.
Efikasi diri adalah perasaaan bahwa kita efektif dalam dunia.
Dalam pekerjaan, orang yang memiliki keyakinan terhadap
kemampuan mereka untuk memecahkan masalah, muncul sebagai
Individu yang resilien akan mampu memimpin dirinya sendiri
untuk menyelesaikan dan bangkit dari masalah yang ada (Reivich
dan Shatte, 2002).
7) Pencapaian
Pencapaian adalah kemampuan individu meraih aspek positif
atau mengambil hikmah dari kehidupan setelah kemalangan
menimpa. Ciri individu yang mampu melakukan reaching out atau
pencapaian, (a) mampu meningkatkan aspek-aspek positif dalam
kehidupannya; (b) memiliki keberanian untuk mengatasi segala
ketakutan yang mengancam kehidupannya (Reivich dan Shatte,
2002). Banyak individu yang tidak mampu melakukan pencapaian,
dikarenakan mereka telah diajarkan sejak kecil untuk sedapat
mungkin menghindari kegagalan dan di situasi yang memalukan.
Mereka adalah individu-individu yang lebih memilih memiliki
kehidupan standar dibandingkan harus meraih kesuksesan namun
harus berhadapan dengan resiko kegagalan hidup dan hinaan
masyarakat. Pilihan untuk hidup standar menunjukkan
kecenderungan individu untuk berlebih-lebihan (overestimate)
dalam memandang kemungkinan hal-hal buruk yang dapat terjadi
di masa mendatang. Individu-individu ini memiliki rasa ketakutan
untuk mengoptimalkan kemampuan mereka hingga batas akhir.
atau dikenal dengan istilah Self-Handicaping (Reivich dan Shatte,
2002).
Pencapaian juga menggambarkan resiliensi dan kemampuan
individu untuk meningkatkan aspek-aspek yang positif dalam
kehidupannya yang mencakup pula keberanian seseorang untuk
mengatasi segala ketakutan-ketakutan yang mengancam dalam
kehidupannya.
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiliensi
Everall, et al., (2006:462-463) memaparkan tiga faktor yang
mempengaruhi resiliensi, yaitu:
1) Faktor individual
Faktor individual meliputi kemampuan kognitif individu,
konsep diri, harga diri, dan kompetensi sosial yang dimiliki
individu. Menurut Holaday (1997:350) keterampilan kognitif
berpengaruh penting pada resiliensi individu. Inteligensi minimal
rata-rata dibutuhkan bagi pertumbuhan resiliensi pada diri individu
karena resiliensi sangat terkait erat dengan kemampuan untuk
memahami dan menyampaikan sesuatu lewat bahasa yang tepat,
kemampuan membaca dan komunikasi non verbal. Resiliensi juga
dihubungkan dengan kemampuan untuk melepaskan pikiran dari
trauma dengan menggunakan fantasi dan harapan-harapan yang
ditumbuhkan pada diri individu yang bersangkutan. Menurut
kepribadian individu, penguasaan diri, penghargaan diri dan
kemampuan kognitif.
2) Faktor keluarga
Faktor keluarga meliputi dukungan yang bersumber dari
orang tua, yaitu bagaimana cara orang tua untuk memperlakukan
dan melayani anak. Selain dukungan dari orang tua, struktur
keluarga juga berperan penting bagi individu. Individu yang
memiliki dukungan dari keluarga biasanya memiliki resiliensi yang
tinggi. Individu yang kurang mendapat dukungan dari keluarga
biasanya memiliki resiliensi yang rendah.
3) Faktor komunitas
Faktor komunitas meliputi kemiskinan dan keterbatasan
kesempatan kerja. Individu yang tergolong kurang mampu dalam
hal ekonomi, cenderung memiliki resiliensi yang tinggi, karena
mereka ingin bangkit dari keterpurukan dan ingin mengubah nasib.
Individu yang tergolong mampu secara ekonomi, cenderung
memiliki resiliensi yang rendah karena ketersediaan fasilitas, dan
berbagai sarana prasana lainnya. Herman (2011) (dalam Shaumi,
2012) juga menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara
resiliensi dan dukungan sosial dari lingkungan individu.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan resiliensi dipengaruhi oleh
faktor-faktor dari dalam diri individu (internal) dan faktor-faktor dari
kognitif, konsep diri, harga diri, dan kompetensi sosial yang dimiliki
individu.. Faktor eksternal mencakup faktor dari keluarga dan
komunitas.
f. Fungsi-fungsi Resiliensi
Menurut Reivich & Shatte (2002), resiliensi memiliki empat fungsi
fundamental dalam kehidupan manusia, yaitu:
1) Mengatasi hambatan-hambatan pada masa kecil
Melewati masa kecil yang sulit memerlukan usaha keras,
membutuhkan kemampuan untuk tetap fokus dan mampu
membedakan mana yang dapat dikontrol dan mana yang tidak.
2) Melewati tantangan-tantangan dalam kehidupan sehari-hari
Setiap orang membutuhkan resiliensi karena dalam kehidupan
ini kita diperhadapkan oleh masalah, tekanan, dan
kesibukan-kesibukan. Orang yang resilien dapat melewati
tantangan-tantangan tersebut dengan baik. Penelitian menunjukkan hal esensi
yang paling penting untuk menghadapi tantangan adalah efikasi
diri, yakni suatu kepercayaan bahwa kita dapat menghadapi
lingkungan dan menyelesaikan masalah.
3) Bangkit kembali setelah mengalami kejadian traumatik atau
kesulitan besar
Beberapa kesulitan tertentu dapat membuat trauma dan
membutuhkan resiliensi yang lebih tinggi dibanding tantangan
yang membuat kita secara emosional hancur, keadaan yang seperti
ini membutuhkan pantulan resiliensi untuk pulih.
4) Mencapai prestasi terbaik
Beberapa orang memiliki kehidupan yang sempit, mempunyai
kegiatan yang rutin setiap harinya. Merasa nyaman dan bahagia
ketika segala sesuatunya berjalan dengan lancar. Sebaliknya, ada
juga orang yang senang ketika bisa menjangkau orang lain dan
mencari pengalaman baru. Sebagaimana resiliensi dibutuhkan
untuk mengatasi pengalaman negatif, mengatasi stres, pulih dari
trauma, resiliensi juga dibutuhkan untuk memperkaya arti
kehidupan, hubungan yang dalam, terus belajar dan mencari
pengalaman baru.
Menurut Rutter (dalam Coulson, 2006) memaparkan adanya
empat fungsi resiliensi, yaitu: (a) untuk mengurangi resiko
mengalami konsekuensi-konsekuensi negatif setelah adanya
kejadian-kejadian hidup yang menekan, (b) mengurangi
kemungkinan munculnya rantai reaksi yang negatif setelah
peristiwa hidup yang menekan, (c) membantu menjaga harga diri
dan rasa mampu diri, dan (d) meningkatkan kesempatan untuk
2. Wanita Penderita Kanker
a. Pengertian wanita
Menurut Shaqr (2006) wanita adalah salah satu dari dua jenis
manusia yang diciptakan. Sebagai manusia, wanita juga diharapkan
mampu menjalankan semua hak-hak dan kewajiban yang telah
terlimpah kepadanya.
Murad (dalam Ibrahim, 2005) mengatakan bahwa wanita
adalah seorang manusia yang memiliki dorongan keibuan yang
merupakan dorongan instingtif yang berhubungan erat dengan
sejumlah kebutuhan organik dan fisiologis. Ibu sangat melindungi dan
menyayangi anak-anaknya terutama yang masih kecil.
Menurut Junaidi (2003) bahwa wanita adalah seorang ibu
rumah tangga yang mengatur rumah tangga serta kehormatan yang
wajib dijaga. Ibrahim (2005) mengatakan bahwa wanita adalah
seorang manusia yang memiliki tendensi feminim yang mengundang
daya tarik kecantikan.
Berdasarkan uraian yang dipaparkan dapat disimpulkan bahwa
wanita adalah seorang yang memiliki sifat feminis, keibuan yang juga
menjalankan hak-hak serta kewajiban yang terlimpah kepadanya.
b. Pengertian kanker
Definisi kanker menurut WHO (2009) adalah istilah umum
untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap
neoplasma. Salah satu situs mendefinisikan kanker adalah
pertumbuhan sel-sel baru secara abnormal yang tumbuh melampaui
batas normal, dan yang kemudian dapat menyerang bagian sebelah
tubuh dan menyebar ke organ lain. Proses ini disebut metastasis.
Metastasis merupakan penyebab utama kematian akibat kanker.
Menurut Kuswibawati (dalam Yuswanto, 2010:1) tumor ada
dua macam, yaitu tumor jinak dan ganas (kanker). Setiap tumor belum
tentu kanker, namun setiap kanker pasti adalah tumor. Kanker
merupakan nama umum untuk sekumpulan penyakit yang
perjalanannya bervariasi, dengan ditandai oleh pertumbuhan sel yang
tidak terkontrol, terus-menerus, tidak terbatas, merusak jaringan
setempat dan sekitar, serta bisa menyebar luas (distant metastases).
Disebut kanker oleh karena tumbuh bercabang-cabang menginvasi
jaringan sehat di sekitarnya, menyerupai kepiting (cancer).
Kanker dapat menyerang berbagai sel pada seluruh organ di
dalam tubuh, dari kepala sampai ujung kaki, dalam keadaan normal sel
hanya akan membelah diri bila tubuh membutuhkan, misalnya ada
sel-sel yang perlu diganti karena mati atau rusak. Sedangkan sel-sel kanker
akan membelah meskipun tidak diperlukan, sehingga terjadi sel-sel
baru yang berlebihan. Sel-sel baru mempunyai sifat seperti induknya
c. Pengertian Payudara
Payudara adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit dan di
atas otot dada, merupakan perubahan dari kelenjar keringat. Dalam
keadaan normal hanya terdapat sepasang kelenjar payudara, sedangkan
pada beberapa jenis hewan, kelenjar susu dapat membentang dari
sekitar lipatan paha sampai dada. Payudara wanita dewasa beratnya
kira-kira 200 gram, yang kiri umumnya lebih besar dari yang kanan.
Pada waktu hamil payudara membesar, mencapai 600 gram dan pada
ibu menyusui mencapai 800 gram. (Risanto Siswosudarmo dan Ova
Emilia, 2008).
3. Wanita Penderita Kanker Payudara
a. Pengertian kanker payudara
Kanker payudara adalah tumor (kanker) ganas yang bermula dari
sel-sel payudara. Berdasarkan penelitian di Amerika, yang
menunjukkan bahwa hampir sepertiga kanker yang didiagnosis pada
perempuan adalah kanker payudara. Pada tahun 2000, diperkirakan
lebih dari 180.000 perempuan di Amerika didiagnosis mengidap
kanker jenis ini (Pamungkas, 2011:51).
b. Penyebab kanker payudara
Menurut Yuliani (dalam Yuswanto, 2010:16-17) ada sejumlah teori
yang dikemukakan, mereka yakin bahwa kombinasi antara gaya hidup,
lingkungan dan faktor genetik yang meningkatkan resiko kanker
1) Lingkungan
Radiasi dalam bentuk terapi radiasi yang intensif pada
penderita tuberculosis atau kanker lain diketahui meningkat resiko
terkena kanker payudara. Radiasi yang disebabkan sinar-X pada
payudara atau mammogram tidak dapat diperbandingkan dengan
terapi radiasi tuberculosis atau kanker lain tidak menyebabkan
kanker dan tidak perlu di khawatirkan. Pestisida seperti DDT (zat
pembersih serangga) juga perlu diperhatikan.
2) Diet
Penelitian yang dilakukan Yuliani (dalam Yuswanto, 2010)
memperlihatkan bahwa diet tinggi lemak dapat meningkatkan
resiko terkena kanker payudara tetapi penelitian lain tidak
memperlihatkan hasil tersebut. Jadi karena mengkonsumsi
makanan berlemak tinggi dihubungkan dengan resiko terkena
kanker dan penyakit hati, maka akan lebih baik apabila kita
membatasi mengkomsumsi makanan berlemak.
3) Alkohol
Minum minuman beralkohol dapat meningkatkan resiko
terkena kanker payudara. Seperti pada bagian diet, penelitian ini
juga menimbulkan kebingungan dan sejumlah penelitian lain
4) Gen
Lebih dari 10% kanker payudara dipercaya sebagai
penyakit keturunan. Di tahun 1994, para peneliti menemukan
sebuah gen dengan nama BRCA-1 (Breast Cancer 1). Gen tersebut
dapat dideteksi pada 1 dari 400 wanita, setengah dari kasus kanker
payudara yang disebabkan oleh keturunan kemungkinan
disebabkan oleh mutasi pada gen ini. Wanita terkena kanker
payudara, seringkali sebelum usia 50 tahun. Para peneliti juga
menemukan gen kanker payudara yang kedua (BRCA-2), mutasi ini
dipercaya menyebabkan 5% dari kanker payudara yang disebabkan
karena keturunan. Para peneliti ini mengharapkan akan ditemukan
lagi gen gen lain yang dapat menyebabkan kanker payudara.
5) Hormon
Menstruasi yang mulai pada usia yang terlalu muda,
menopose yang datangnya terlambat (lebih dari 51), mempunyai
anak pertama diatas usia 30 tahun atau sama sekali tidak
mempunyai anak akan meningkatkan resiko terkena kanker
payudara. Semua faktor di atas berhubungan dengan hormon
ekstrogen. Kanker payudara juga berhubungan dengan penggunaan
hormon estrogen yang digunakan sebagai terapi setelah
menopause. Banyak dokter percaya bahwa terapi ini tidak
meyakini bahwa hal tersebut mungkin mempercepat pertumbuhan
kanker.
c. Cara kerja sel kanker payudara
Pertumbuhan dan perkembangan sel kanker membentuk suatu
massa dari jaringan ganas yang menyusup ke jaringan di dekatnya
(invasive) dan dapat menyebar (metastasis) ke seluruh tubuh. Sel
kanker dibentuk dari sel normal dalam suatu proses rumit yang
dibentuk yaitu transformasi, terbagi menjadi tahap inisiasi dan promosi
(Diananda, 2009:4).
Saat sel menjadi ganas, sel tersebut menjadi berlipat ganda karena
dirusak oleh sistem kekebalan tubuh yang berakibat menjadi kanker.
Sistem kekebalan tubuh yang sering tidak berfungsi normal, maka
tubuh cenderung rentan terhadap resiko kanker (Diananda, 2009:5).
d. Proses perkembangan sel kanker payudara
Kanker payudara mempunyai tahapan atau stadium yang akan
menandai parah tidaknya kanker payudara tersebut (Diananda,
2009:139). Stadium kanker payudara yaitu sebagai berikut:
1) Stadium 0
Tidak ditemukan adanya tumor primer pada kelenjar getah
2) Stadium I
Besarnya tumor tidak lebih dari 2-2,25 cm, dan tidak
terdapat penyebaran (metastase) pada kelenjar getah bening ketiak.
Kemungkinan penyembuhan secara sempurna adalah 70%.
3) Stadium II
Tumor sudah lebih besar dari 2,25 cm dan sudah menjadi
metastase pada kelenjar getah bening di ketiak. Kemungkinan
penyembuhan pada stadium ini hanya 30-40% tergantung dari
luasnya penyebaran sel kanker. Pada stadium I dan II biasanya
dilakukan operasi untuk mengangkat sel-sel kanker yang ada pada
seluruh bagian penyebaran dan setelah operasi dilakukan
penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel kanker.
4) Stadium III
Tumor sudah cukup besar dan sel kanker telah menyebar ke
seluruh tubuh, kemungkinan untuk sembuh hanya tinggal 10-20%.
Pengobatan hanya dilakukan penyinaran dan kemoterapi.
e. Ciri-ciri wanita penderita kanker payudara (Yuswanto:2010)
1) Terdapat benjolan pada payudara serta akan mengalami perubahan
bentuk.
2) Perubahan selanjutnya yaitu kulit payudara mengalami perubahan
warna menjadi merah muda dan warna coklat dan juga seperti kulit
3) Puting susu akan masuk ke dalam payudara atau disebut sebagai
retraksi.
4) Kemungkinan bisa saja puting susu hilang atau bahkan putus.
5) Rasa sakit akan menghilang dan timbul kembali pada saat tumor
payudara tersebut semakin membesar.
6) Akan muncul luka atau borok seperti terbakar.
7) Payudara akan mengeluarkan cairan apakah itu cairan darah atau
cairan lainnya.
f. Karakteristik penderita kanker payudara
1) Fisik
Penderita kanker payudara awalnya tidak pernah ada yang
tahu bahwa seorang itu memiliki kanker payudara di dalam dirinya,
fisiknya terlihat sehat, bahkan seperti tidak memiliki penyakit
kanker payudara. Tetapi ketika sudah terdeteksi menderita kanker
payudara dan melakukan kemoterapi, barulah terlihat bahwa fisik
tidak dapat dikatakan sempurna karena satu dari dua payudara
harus di operasi (Lubis, 2009:14).
2) Psikologis
Berdasarkan realita, bahwa ketika individu didiagnosis
menderita penyakit yang mengancam hidupnya, individu sering
memikirkan kembali makna dan tujuan hidup mereka dan
memperlajari kembali prioritas mereka. Penderita kanker payudara
kekhawatiran, takut, was-was, bahkan membuat penderita tidak
dapat beristirahat. Kanker payudara ini juga membuat timbulnya
pemikiran apakah akan sembuh, apakah bisa hidup kembali seperti
biasa. Hal yang tidak bisa dikatakan gampang untuk berkata tetapi
mampu membuat orang menjadi putus asa karena tidak memiliki
semangat hidup (Lubis, 2009:15).
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Jurnal penelitian yang dibuat oleh Aan Choirun Nisa tahun 2012 mengenai “Resiliensi Penderita Kanker Payudara Pasca Mastektomi” dilakukan pada satu
orang wanita yang menderita kanker payudara dan telah melakukan mastektomi.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan wawancara
mendalam untuk pengambilan data. Hasil dari penelitian ini, ada beberapa hal
yang mempengaruhi resiliensi dari informan, yaitu: konsep diri, religiusitas dan
dukungan sosial.
Penelitian yang dilakukan oleh Feny Dwi Maya Listianty tahun 2011 mengenai “Resiliensi pada Penderita Kanker Payudara” dilakukan pada ketiga
subjek yang menderita kanker payudara. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan
resiliensi yang dimiliki oleh ketiga subjek sangat beragam. Subjek satu memiliki
ketujuh domain resiliensi dalam dirinya. Pada subjek kedua domain regulasi
emosi, impuls kontrol, efikasi diri, optimisme, kausal analisis, dan pencapaian
cukup berkembang. Pada responden ketiga domain regulasi emosi, kausal analisis,