• Tidak ada hasil yang ditemukan

Resiliensi wanita penderita kanker payudara.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Resiliensi wanita penderita kanker payudara."

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

viii

Penelitian ini bertujuaan untuk mengetahui resiliensi wanita penderita kanker payudara yang diungkap melalui aspek-aspek resiliensi yang meliputi regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, efikasi diri, dan pencapaian pada wanita penderita kanker payudara serta sumbangan aspek-aspek resiliensi pada wanita penderita kanker payudara. Subjek penelitian ini adalah wanita penderita kanker payudara yang masih atau telah menjalani pemeriksaan, dan seorang pejuang kanker. Jumlah subjek adalah 3 orang.

Jenis penelitian ini menurut sifat dan tujuannya adalah penelitian kualitatif. Menurut sifat masalahnya, penelitian ini berjenis penelitian studi kasus. Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara pada subjek serta wawancara pada subjek lain yang signifikan, dan juga observasi.

Hasil penelitian menunjukkan hasil yang beragam diantara ketiga subjek dalam penelitian ini. Subjek 1 mempunyai seluruh aspek resiliensi dalam dirinya, meliputi aspek regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, efikasi diri dan pencapaian. Subjek 2 mempunyai hampir memiliki semua aspek resiliensi, meliputi regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, dan efikasi diri, namun subjek tidak memenuhi aspek pencapaian dalam dirinya. Sedangkan, subjek 3 hanya memiliki sedikit aspek resiliensi dalam dirinya, antara lain pengendalian impuls, efikasi diri dan pencapaian.

(2)

ix ABSTRACT

RESILENCE WOMEN’S BREAST CANCER SUFFERERS (CASE STUDY)

Anatasya Rahmawati Dyah Efrata Putri Sanata Dharma University

2016

This study aimed to find out the regulation of emotions, impulse control, optimism, the ability to analyze problems, empathy, self-efficacy, achievement in women’s breast cancer sufferers and donation resilience aspects on women survivors of breast cancer. The subject of this research is a female breast cancer survivors who are still check up, resilien, and a survivor of cancer. The number of subjects is 3 people.

This type of research is qualitative research, according to the nature, purpose and the types of studies. And according to the nature of the problem, the research was a research case studies. The collection of data in this study is to conduct interviews on the subject as well as interviews on the subject of a significant others, and also the observation.

The results showed that the subject 1 and subject 2 had a high resilience because of the many aspects of resilience donations in her. While the subject of 3 has a low resilience because the resilience aspects of the donation within her a bit

(3)

RESILIENSI WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA

(STUDI KASUS)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Anatasya Rahmawati Dyah Efrata Putri

121114003

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

i

RESILIENSI WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA

(STUDI KASUS)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Anatasya Rahmawati Dyah Efrata Putri

121114003

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN MOTTO

Segala puji, hormat dan kemuliaan hanya bagi nama YESUS

KRISTUS TUHAN”

“Tuhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor,

engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia,”

(Ulangan 28:13)

“Talents and charisma can take you to the top, but only CHARACTER can keep

you there”

(Sidney Mohede)

“Tidak semua hal di dunia ini bisa dimengerti tetapi semua hal bisa disyukuri.”

(Jonathan Setiawan Ministry)

Laziness pays off now but hard work pays off in the future

(8)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan bagi:

Tuhan Yesus Kristus yang menjadi penolong, my invisible partner, Bapa, sahabat, guru dan Juruselamat saya

malaikat-malaikat tak bersayapku,

Daniel Totok Efrata dan Elisabet Dyah Mawarni

yang selalu memberi dukungan, doa, semangat dan kepercayaan

keluarga besar Program Studi Bimbingan dan Konseling USD yang senantiasa mengajarkan nilai-nilai kehidupan dan fasilitas dalam saya menuntut ilmu

orang-orang terkasih yang telah memberikan perhatian, pengalaman, dan motivasi hingga kini

Teman dekat, sahabat dan teman-teman yang tetap mendukung saya sampai sekarang

Semua teman-teman BK angkatan 2012 yang selalu mendukung

Seluruh penderita kanker yang sedang berjuang melawan kankernya ataupun yang telah berhasil sembuh dari kanker, kalian adalah pahlawan dan pejuang yang

(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

daftar pustaka sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.

Yogyakarta, 10 Agustus 2016

Penulis

(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Anatasya Rahmawati Dyah Efrata Putri

Nomor Mahasiswa : 121114003

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

RESILIENSI WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA (STUDI

KASUS)

Dengan demikian saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 10 Agustus 2016

Yang menyatakan

(11)

viii

Penelitian ini bertujuaan untuk mengetahui resiliensi wanita penderita kanker payudara yang diungkap melalui aspek-aspek resiliensi yang meliputi regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, efikasi diri, dan pencapaian pada wanita penderita kanker payudara serta sumbangan aspek-aspek resiliensi pada wanita penderita kanker payudara. Subjek penelitian ini adalah wanita penderita kanker payudara yang masih atau telah menjalani pemeriksaan, dan seorang pejuang kanker. Jumlah subjek adalah 3 orang.

Jenis penelitian ini menurut sifat dan tujuannya adalah penelitian kualitatif. Menurut sifat masalahnya, penelitian ini berjenis penelitian studi kasus. Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara pada subjek serta wawancara pada subjek lain yang signifikan, dan juga observasi.

Hasil penelitian menunjukkan hasil yang beragam diantara ketiga subjek dalam penelitian ini. Subjek 1 mempunyai seluruh aspek resiliensi dalam dirinya, meliputi aspek regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, efikasi diri dan pencapaian. Subjek 2 mempunyai hampir memiliki semua aspek resiliensi, meliputi regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, dan efikasi diri, namun subjek tidak memenuhi aspek pencapaian dalam dirinya. Sedangkan, subjek 3 hanya memiliki sedikit aspek resiliensi dalam dirinya, antara lain pengendalian impuls, efikasi diri dan pencapaian.

(12)

ix ABSTRACT

RESILENCE WOMEN’S BREAST CANCER SUFFERERS

(CASE STUDY)

Anatasya Rahmawati Dyah Efrata Putri Sanata Dharma University

2016

This study aimed to find out the regulation of emotions, impulse control, optimism, the ability to analyze problems, empathy, self-efficacy, achievement in women’s breast cancer sufferers and donation resilience aspects on women survivors of breast cancer. The subject of this research is a female breast cancer survivors who are still check up, resilien, and a survivor of cancer. The number of subjects is 3 people.

This type of research is qualitative research, according to the nature, purpose and the types of studies. And according to the nature of the problem, the research was a research case studies. The collection of data in this study is to conduct interviews on the subject as well as interviews on the subject of a significant others, and also the observation.

The results showed that the subject 1 and subject 2 had a high resilience because of the many aspects of resilience donations in her. While the subject of 3 has a low resilience because the resilience aspects of the donation within her a bit

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur bagi Tuhan Yesus Kristus atas pertolongan, hikmat dan

penyertaanNya, sehingga penulisan tugas akhir dengan judul “Resiliensi Wanita Penderita Kanker Payudara (Studi Kasus)” dapat terselesaikan dengan baik dan

lancar. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan

Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma.

Selama penulisan tugas akhir ini, banyak pihak yang terlibat dalam

memberikan bimbingan, dukungan, movitasi dan pendampingan pada setiap

proses yang terjadi. Oleh karenanya, disampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku kepala Program Studi Bimbingan dan

Konseling.

3. Dra. M.J. Retno Priyani, M.Si., selaku dosen pembimbing yang dengan

sabar dan tulus telah memberikan waktu, motivasi, masukan, dan banyak

pembelajaran berharga, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membekali dengan

berbagai ilmu pengetahuan dan nilai-nilai kehidupan yang berguna.

5. Orangtua tercinta Daniel Totok Efrata dan Elisabet Dyah Mawarni serta

(14)

xi

dukungan materiil yang diberikan selama menempuh studi di Universitas

Sanata Dharma.

6. Seluruh kakak angkatan, teman-teman angkatan 2012, atas seluruh doa,

semangat, dan kebersamaan yang diberikan selama menulis skripsi.

7. Sahabat-sahabat serta teman-teman satu pelayanan di GBI Keluarga Allah

Jogja, satu komsel (The Grace dan Jeslyn Pistis), dan satu kos di Griya

Kanna (Mala, Putri, Caci, David, Yosef, Cindya, Mbak Celly, Nanda,

Macho, Gery) atas doa, semangat, perhatian, dan dukungan yang diberikan

selama ini.

8. Para surviver kanker yang telah mengajarkan banyak hal tentang

kehidupan dan membantu dalam proses penulisan skripsi ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah

membantu dan memberikan dukungan dalam proses penulisan skripsi ini.

Diharapkan banyak pihak yang memberikan kritik dan saran yang

membangun guna pembenahan, penajaman, dan perkembangan penelitian yang

lebih baik. Akhir kata, diharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 10 Agustus 2016 Penulis

(15)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

A. Latar Belakang Masalah... ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah dan Fokus Penelitian ... 8

D. Pertanyaan Penelitian ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Kajian Teori... 12

1. Resiliensi ... 12

2. Wanita Penderita Kanker ... 31

3. Wanita Penderita Kanker Payudara ... 33

B. Kajian Penelitian yang Relevan ... 39

C. Kerangka Pikir ... 42

BAB III. METODE PENELITIAN... 44

A. Jenis Penelitian ... 44

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 44

C. Subjek Penelitian ... 45

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 45

1. Wawancara ... 46

1. Tempat dan Jadwal Pertemuan dengan Subjek ... 53

2. Deskripsi Data Aspek-aspek Resiliensi ... 57

B. Pembahasan ... 64

(16)

xiii

2. Bu Tutik ... 83

3. Bu Asih ... 100

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... 117

A. Simpulan ... 117

B. Implikasi ... 121

C. Keterbatasan Penelitian ... 123

D. Saran ... 123

DAFTAR PUSTAKA ... 126

(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Data Diri Subjek Penelitian ... 45

Panduan Wawancara Mendalam ... 46

Panduan Wawancara dengan Significant Others ... 47

Catatan Observasi ... 49

Panduan Observasi ... 50

Agenda Wawancara dengan Subjek ... 53

Agenda Wawancara dengan Significant Others ... 54

Agenda Observasi Subjek ... 54

Deskripsi Umum Subjek Penelitian ... 55

(18)

xv

DAFTAR BAGAN

(19)

xvi

DAFTAR GRAFIK

Angka Harapan Kesembuhan Penderita Kanker Payudara Menurut

Departemen Kesehatan 2007 ... 2 Kasus Kanker Payudara di Indonesia Menurut Profil Kesehatan Indonesia

(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Persetujuan menjadi Informan ... 126

Lampiran 2. Verbatim Hasil Wawancara dengan Subjek ... 129

Lampiran 3. Verbatim Hasil Wawancara dengan Significant Others ... 173

Lampiran 4. Lembar Hasil Observasi ... 181

(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini mepaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan

masalah dan fokus penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, dan

manfaat penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Saat mengalami vonis dari dokter bahwa seseorang mengidap suatu

penyakit, individu merespon secara beragam. Ada individu yang langsung merasa

sedih, putus asa, stres, tidak mau melakukan interaksi dengan lingkungannya,

takut, khawatir bahkan ada yang mencoba untuk melakukan percobaan bunuh diri.

Individu yang mengalami penyakit-penyakit kronis, seperti kanker, stroke, tumor

dan sebagainya, pasti memiliki respon yang unik mengenai penyakit mereka.

Seperti kebanyakan penyakit kronis lainnya, kanker melibatkan serangkaian

ancaman dan bahkan sering memburuk dari waktu ke waktu. Disatu sisi kanker

memberikan stres yang unik pada penderita kanker maupun keluarganya. Mereka

harus membuat keputusan pengobatan yang bermanfaat untuk kesembuhan

penderita kanker. Selain mempertimbangkan manfaat pengobatan juga harus

melihat efek samping pengobatan yang dipilih, seperti reaksi beracun atau akibat

lain yang tidak mereka harapkan (Stanton, 1998 dalam Sarafino, 2008).

Penyakit kanker merupakan kondisi dimana sel dalam tubuh seseorang

telah kehilangan pengendalian sel yang membuat pertumbuhan sel menjadi tidak

(22)

manusia. Kanker pada rentang usia tertentu dan pada jenis kelamin tertentu dapat

memberikan dampak yang berbeda antara satu penderita dengan penderita

lainnya. Kanker yang menyerang fungsi reproduksi memberikan tekanan

tersendiri pada penderita, baik secara fisik maupun psikologis. Pada pria, kanker

yang menyerang adalah kanker prostat, kanker kandung kemih (Brydoy et

al.,2005 dalam Sarafino, 2008); sedangkan pada wanita adalah kanker payudara,

kanker serviks, dan kanker uterus (Andersen, Woods, & Copeland, 1997; Glanz &

Lerman, 1992; Spencer et al., 1999 dalam Sarafino, 2008). Beresikonya

pengobatan kanker menyebabkan penderita penyakit kanker hanya memiliki

angka harapan kesembuhan yang terbilang cukup rendah. Para penderita kanker mengenali penyakit kanker sebagai “pembunuh yang sebenarnya” dan dapat

menyebabkan sakit, kecacatan dan disfungsi pada organ tertentu.

Grafik 1

Angka Harapan Kesembuhan Penderita Kanker Payudara Menurut Departemen Kesehatan 2007

Beberapa negara seperti Amerika, negara-negara di Eropa, dan Kanada,

kanker merupakan penyakit yang merupakan pembunuh nomor satu. WHO

menunjukkan bahwa 78% kanker payudara terjadi pada usia 50 tahun ke atas,

sedangkan 6%nya terjadi pada wanita dibawah 40 tahun tahun. Semakin banyak

penderita kanker payudara yang berusia 30-an. Badan Pelayanan Pencegahan

(23)

Kanker di United State menemukan pada tahun 2012, wanita penderita kanker

payudara jumlahnya terus bertambah, diperkirakan mencapai 29% setiap tahunnya

dan berkemungkinan jumlahnya akan terus bertambah dari tahun ke tahun

(http://www.who.int/mediacentre/releases/2003/pr27/en/).

Di Indonesia, kanker yang paling banyak di derita setelah kanker serviks

adalah kanker payudara. Tim Kerja Kanker Payudara RS Kanker Dharmais

(RSKD), kurva angka kejadian meningkat pada usia di atas 30 tahun, dan yang

paling tinggi pada kelompok usia 45-66 tahun.

Grafik 2

Kasus Kanker Payudara di Indonesia Menurut Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008

Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 di Provinsi D.I.Yogyakarta

menunjukkan bahwa penderita kanker payudara sekitar 2,4% atau 4.325 kasus.

Direktur Utama RS Sardjito Yogyakarta, Mochammad Syafak Hanung

mengatakan sampai bulan Mei 2015, kanker payudara adalah penyakit yang

(24)

Payudara merupakan salah satu organ penting dalam tubuh manusia. Bagi

wanita payudara berfungsi untuk memberikan nutrisi kepada bayinya melalui

proses menyusui, selain itu payudara juga membuat wanita merasa lebih percaya

diri, terlepas dari ukuran payudara itu sendiri. Ada beberapa orang yang mengatakan, “bukan wanita jika tidak memiliki payudara”. Pernyataan ini

semakin menguatkan, bahwa payudara memiliki peran penting dalam kehidupan

wanita. Yuswanto (2010) mengatakan bahwa sedikit berbeda dengan fungsi

payudara pada wanita, fungsi payudara pada laki-laki adalah untuk melindungi

jantung dan paru-paru dari cedera. Laki-laki juga berpotensi mengalami kanker

payudara namun, jumlah penderitanya tidak sebanyak pada wanita.

Penyakit kanker payudara berdampak negatif bagi penderitanya. Penyakit

kanker ini mampu membuat seseorang menjadi kehilangan kepercayaan diri,

kehilangan semangat hidup, mengalami stres, ketakutan, dan kesedihan yang tak

kunjung reda. Kondisi emosi yang terburuk yang selalu ditemui pada pasien

penyakit kanker payudara adalah perasaan takut. Tingkat ketakutan berbeda-beda

pada setiap diri penderita. Penderita yang divonis mengidap kanker payudara

dihadapkan bukan hanya atas kemungkinan kesembuhan yang kecil, namun juga

penderitaan fisik dan psikis yang berkepanjangan. Kanker mengubah kemampuan

fisik penderita untuk fungsi seksualnya. Di sisi lain, penyakit kanker payudara

mempunyai dampak positif untuk penderita yang mampu untuk bangkit dari hal

buruk yang dia alami, yaitu ketika penderita menemukan hikmah dan juga

(25)

ada individu justru semakin tegar dan mengambil kejadian buruk tersebut sebagai

sesuatu yang positif, inilah yang disebut resiliensi.

Resiliensi menjadi hal yang sangat dibutuhkan oleh setiap individu

disetiap situasi buruk, termasuk semangat untuk membangun motivasi kembali

setelah individu mengalami kondisi terpuruk dan mengalami kejadian yang

membuat individu stres. Penderita kanker payudara dengan resiliensi tinggi

mampu mengelola emosinya secara sehat, meskipun dalam hal ini penderita dapat

merasa sedih, marah, tidak percaya diri dan takut. Namun, penderita kanker

payudara ini tidak membiarkan perasaan negatif yang dirasakannya menetap

terlalu lama dalam dirinya. Penderita kanker payudara dengan resiliensi tinggi

akan mudah untuk memotivasi dirinya sehingga tumbuh perasaan untuk bangkit

dan menjadi orang yang lebih kuat, meskipun sedang mengalami situasi yang

buruk. Berbeda halnya dengan penderita kanker payudara yang memiliki resiliensi

rendah akan cenderung terus meratapi hal buruk yang menimpanya sehingga

individu tersebut tidak mampu bangkit menjadi orang yang lebih kuat (Greeff,

2005). Ada berbagai aspek resiliensi dalam diri setiap wanita penderita kanker

payudara yang menentukan tinggi rendahnya resiliensi pada wanita penderita

kanker payudara

Penderita kanker payudara sesungguhnya membutuhkan orang lain yang

mampu mendengarkan dan juga membantu dirinya untuk kembali bangkit dari

penderitaan psikologis yang mereka derita. Lulusan dari Program Studi

Bimbingan dan Konseling tentu dibekali dengan keterampilan konseling

(26)

konseling (Konseling Pastoral, Konseling Orang Dewasa dan Lanjut Usia, dan

sebagainya), telah dipersiapkan untuk bekerja diberbagai bidang, seperti bidang

kesehatan yang berguna untuk menguatkan serta membantu penderita kanker

payudara memiliki kemampuan untuk bangkit dari penderitaan psikologis yang

mereka alami.

Berdasarkan latar belakang, data-data, tingkat urgensi dan kesesuaian

dengan ilmu Bimbingan dan Konseling, maka peneliti ingin meneliti mengenai

resiliensi pada wanita penderita kanker payudara.

B. Identifikasi Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah yang dikemukakan sebelumnya

terkait dengan resiliensi dan wanita dengan kanker payudara, diidentifikasikan

berbagai masalah sebagai berikut:

1. Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 di Provinsi D.I Yogyakarta

menyatakan bahwa penderita kanker payudara sekitar 2,4% atau 4.325

kasus.

2. Yuswanto (2010) mengatakan fungsi payudara baik pada laki-laki

maupun wanita sangatlah penting, karena payudara berfungsi

melindungi jantung dan untuk menyusui pada wanita. Penderita yang

mengalami pengangkatan payudara (masektomi) akan berpotensi cedera

jantung dan tidak dapat menyusui.

3. Kanker yang menyerang fungsi reproduksi memberikan tekanan

(27)

pria, kanker yang menyerang adalah kanker prostat, kanker kandung

kemih (Brydoy et al.,2005 dalam Sarafino, 2008); sedangkan pada

wanita adalah kanker payudara, kanker serviks, dan kanker uterus

(Andersen, Woods, & Copeland, 1997; Glanz & Lerman, 1992; Spencer

et al., 1999 dalam Sarafino, 2008)..

4. Angka harapan kesembuhan penderita kanker payudara menurut

Departemen Kesehatan 2007 menunjukkan angka harapan kesembuhan

yang selalu menurun pada setiap stadium (5%-34%), yang disebabkan

oleh kondisi psikologis yang fluktuatif (terkadang optimis, terkadang

pesimis) dan kurangnya dukungan dari keluarga.

5. Penderita kanker payudara dengan resiliensi tinggi akan mudah untuk

memotivasi dirinya sehingga tumbuh perasaan untuk bangkit dan

menjadi orang yang lebih kuat, meskipun sedang mengalami situasi

yang buruk. Berbeda halnya dengan penderita kanker payudara yang

memiliki resiliensi rendah akan cenderung terus meratapi hal buruk

yang menimpanya sehingga individu tersebut tidak mampu bangkit

menjadi orang yang lebih kuat.

6. Ada berbagai aspek resiliensi dalam diri setiap wanita penderita kanker

payudara yang menentukan tinggi rendahnya resiliensi pada wanita

(28)

C. Pembatasan Masalah dan Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini diarahkan untuk menjawab masalah mengenai aspek

resiliensi pada wanita penderita kanker payudara.

D. Pertanyaan Penelitian

Penelitian tentang resiliensi pada wanita penderita kanker payudara akan

meneliti tentang aspek-aspek resiliensi, maka permasalahan yang dirumuskan

pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Aspek-aspek resiliensi

a. Bagaimana regulasi emosi pada wanita penderita kanker payudara?

b. Bagaimana pengendalian impuls pada wanita penderita kanker

payudara?

c. Bagaimana optimisme pada wanita penderita kanker payudara?

d. Bagaimana kemampuan menganalisis masalah pada wanita

penderita kanker payudara?

e. Bagaimana empati pada wanita penderita kanker payudara?

f. Bagaimana efikasi diri pada wanita penderita kanker payudara?

g. Bagaimana pencapaian pada wanita penderita kanker payudara?

2. Bagaimana sumbangan aspek-aspek resiliensi terhadap resiliensi

wanita penderita kanker payudara?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap resiliensi wanita penderita

kanker payudara ditinjau dari aspek-aspek resiliensi, maka tujuan penelitian yang

(29)

1. Aspek-aspek resiliensi

a. Mengetahui regulasi emosi pada wanita penderita kanker payudara.

b. Mengetahui pengendalian impuls pada wanita penderita kanker

payudara.

c. Mengetahui optimisme pada wanita penderita kanker payudara.

d. Mengetahui kemampuan menganalisis masalah pada wanita

penderita kanker payudara.

e. Mengetahui empati pada wanita penderita kanker payudara.

f. Mengetahui efikasi diri pada wanita penderita kanker payudara.

g. Mengetahui pencapaian pada wanita penderita kanker payudara.

2. Mengetahui aspek-aspek resiliensi mana sajakah yang menyumbang

resiliensi pada wanita kanker payudara, sehingga dapat terlihat aspek

yang tinggi/rendah dalam diri ketiga subyek penelitian.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Memberikan gambaran tentang resiliensi wanita kanker payudara bagi

pengembangan Bimbingan dan Konseling dalam membantu konseli

khususnya wanita penderita kanker payudara. Misalnya, mahasiswa

lulusan Bimbingan dan Konseling dapat memberikan pendampingan

secara personal kepada wanita penderita kanker payudara dengan

(30)

2. Manfaat praktis

a. Wanita secara umum maupun wanita penderita kanker

Hasil penelitian ini dapat memberikan motivasi serta inspirasi

kepada wanita yang menderita kanker tentang cara seorang wanita

memberi dukungan pada dirinya untuk tetap bangkit dan menjadi wanita yang “lebih kuat” walaupun menderita kanker payudara.

Selain itu, juga dapat memberikan gambaran kepada wanita secara

umum mengenai kanker payudara itu sendiri dan

pengalaman-pengalaman yang dialami oleh penderita kanker payudara. Hal ini

bertujuan agar semakin banyak wanita yang memberikan semangat

serta dukungan baik secara moril maupun materiil kepada wanita

penderita kanker payudara.

b. Peneliti

1) Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk memperkaya dan

mengasah keterampilan dalam menggali sebuah informasi, serta

menambah pengalaman mengenai kondisi psikologis wanita

penderita kanker payudara dengan memasukkan aspek-aspek

mengenai resiliensi pada subjek.

2) Penelitian ini sangat bermanfaat bagi bekal peneliti di masa

mendatang saat bekerja di bidang kesehatan terutama

mendampingi wanita dengan kanker payudara supaya mereka

(31)

c. Peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran membantu

proses pendampingan pada pasien kanker payudara dan nantinya

bisa lebih membantu pasien kanker payudara untuk bisa hidup secara

baik dan memiliki kondisi psikologis yang positif dalam

kehidupannya. Peneliti-peneliti selanjutnya diharapkan dapat

menggembangkan dengan menggunakan metode berbeda, seperti

metode studi dokumentasi dan subjek penelitian yang lebih menarik

seperti misalnya resiliensi wanita yang berada di dalam penjara

(32)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini memaparkan kajian pustaka yang melandasi kerangka konseptual

penelitian ini. Kerangka konseptual penelitian ini antara lain: kajian teori

resiliensi wanita penderitan kanker payudara, kajian penelitian yang relevan

dengan resiliensi wanita penderitan kanker payudara, kerangka pikir resiliensi

wanita penderitan kanker payudara.

A. Kajian Teori

1. Resiliensi

a. Pengertian Resiliensi

Dalam APA Dictionary of Psychology (2006) diartikan bahwa

resilience is the process and outcome of success fully adapting to difficult or challenging life experinces, especially through mental, emotional, and behavioral flexibility and adjustment to external and internal demands. A number of factors contribute to how well people adapt to adversities, pre dominant among them”.

Istilah resiliensi diformulasikan pertama kali oleh Block (dalam

Klohnen, 2000) dengan nama ego-resilience, yang diartikan sebagai

kemampuan umum yang melibatkan kemampuan penyesuaian diri

yang tinggi dan luwes saat dihadapkan pada tekanan internal maupun

eksternal. Menurut Reivich & Shatte, seorang ahli psikologi dan

Norman (dalam Helton & Smith 2004:7), resiliensi merupakan

kemampuan seseorang untuk bertahan, bangkit, dan menyesuaikan

(33)

Individu yang memiliki resiliensi mampu untuk secara cepat

kembali pada kondisi sebelum trauma, terlihat kebal dari berbagai

peristiwa-peristiwa kehidupan yang negatif, serta mampu beradaptasi

terhadap stres yang ekstrim dan kesengsaraan (Holaday, 1997:348).

Berdasarkan uraian pada paragraf sebelumnya dapat disimpulkan

bahwa resiliensi adalah kemampuan penyesuaian diri seseorang untuk

bertahan, bangkit, dan menyesuaikan dengan kondisi yang sulit

sehingga mampu menyesuaikan diri dengan stres yang ekstrim dan

tekanan internal maupun eksternal.

b. Ciri-ciri Individu yang Memiliki Resiliensi

Menurut Sarafino (1994) individu yang memiliki resiliensi adalah

(a) memiliki temperamen yang lebih tenang, sehingga dapat

menciptakan hubungan yang lebih baik dengan keluarga dan

lingkungannya; (b) individu yang memiliki resiliensi juga memiliki

kemampuan untuk bangkit dari tekanan, stres, dan depresi. Sementara

itu Grotberg (1995), mengatakan bahwa individu yang memiliki

resiliensi (a) mempunyai kemampuan untuk mengendalikan perasaan

dan dorongan dalam hati; (b) memiliki kemampuan untuk dapat

bangkit dari permasalahan dan berusaha untuk mengatasinya; (c)

mandiri dan dapat mengambil keputusan berdasarkan pemikiran serta

inisiatif sendiri dan memiliki empati dan sikap kepedulian yang tinggi

(34)

Reivich (2002), menambahkan bahwa individu yang memiliki

resiliensi adalah mereka yang (a) mampu mengatasi stres; (b) bersikap

realistik serta optimistik dalam mengatasi masalah; (c) mampu

mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dengan nyaman. Dalam

www.APAHelpCenter.org/resilience menuliskan beberapa poin ciri

individu yang memiliki resiliensi (a) memiliki sikap optimis yaitu

terdapat harapan akan masa depan; (b) individu memiliki keyakinan

diri bahwa mereka memiliki kemampuan untuk mengatur secara

efektif atau menyelesikan tugas secara mandiri; (c) individu juga

percaya bahwa mereka tetap memiliki kendali yang baik terhadap

lingkungan, terutama pasca kejadian trauma; (d) individu memiliki

pemahaman yang baik bahwa setiap pengalaman hidup memiliki

alasan tertentu, dan mereka masih memiliki sumber personal dan sosial

untuk memenuhi tuntutan hidup tersebut.

Individu yang memiliki resiliensi biasanya disebut individu yang

resilien. Dalam penelitian yang dilakukan Bonanno (2002)

mendefinisikan resilien sebagai:

“the ability adults in otherwise normal circumstance who are exposed to an isolated and potentially highly disruptive event such as the death of close relation or violent or life threatening situation to maintain relatively stable, healthy level of psychological and phisical functioning....as well as the capacity for generative experiences and positive emotion”.

Individu yang resilien mampu menghilangkan simtom

psikopatologi seperti stres, trauma, depresi, dan tetap sehat secara

(35)

akan mempunyai skor depresi yang rendah, begitu juga sebaliknya

(Hiew, 2000). Sama halnya dengan perempuan yang mengalami

kanker payudara akan mengalami gangguan emosional seperti depresi,

trauma emosional dan rasa putus asa. Untuk mengatasi masalah

tersebut, perempuan penderita kanker payudara perlu meningkatkan

sikap resilien (Zamralita, 1999).

c. Komponen-komponen Resiliensi

1) I have (Dukungan eksternal)

Grotberg (1995) mengatakan bahwa dukungan eksternal

dibutuhkan untuk mengembangkan perasaan aman yang

menjadikan fondasi, yang merupakan pusat atau inti, untuk

mengembangkan resiliensi. Faktor pendukung eksternal ini terdiri

dari:

a) Trusting relationship meliputi orang tua, anggota keluarga lain,

guru, dan teman-teman yang mencintai dan menerima individu

tanpa syarat

b) Structure and rules meliputi seseorang yang bisa memberi

batasan dan membantu individu untuk mengerti kesalahan yang

telah dibuat individu. Ketika individu mengikuti aturan,

individu tersebut dipuji.

c) Role models meliputi orang-orang yang memberi contoh

(36)

model moralitas, dan memperkenalkan individu pada

keperayaannya.

d) Encouragement to be autonomous meliputi orang-orang yang

memuji dan mendukung individu yang berani melakukan

sesuatu sendiri atas inisiatif individu itu sendiri.

2) I am (Kekuatan personal dan internal)

Menurut Grotberg (1995), faktor I am merupakan internal dan

personal. Hal ini meliputi perasaan, sikap, dan kepercayaan dalam

individu. Faktor-faktor ini terdiri dari:

a) Loveable and my temperament is appealing meliputi individu

yang sadar bahwa orang lain menyukai dan mencintai dirinya.

Individu juga peka terhadap mood orang lain dan bisa

memberikan respon yang tepat pada orang lain.

b) Loving, empathic, and altruistic meliputi rasa cinta individu

pada orang lain dan mampu mengekspresikan rasa cinta

tersebut dengan berbagai cara, baik itu tindakan maupun

kata-kata. Individu ingin melakukan sesuatu untuk meringankan

penderitaan orang lain.

c) Proud of myself meliputi perasaan bangga akan diri sendiri dan

tahu bahwa dirinya merupakan orang yang penting serta

mampu mendapatkan apa yang diinginkan.

d) Autonomous and responsible meliputi kemampuan individu

(37)

konsekuensi dari tindakannya. Individu mengerti batal kontrol

dirinya dan mengetahui tanggung jawab dirinya.

e) Filled with hope, faith, and trust meliputi rasa percaya yang

dimiliki individu pada Tuhan, bahwa selalu ada harapan untuk

dirinya dan orang-orang yang bisa dipercaya.

3) I can (Kemampuan interpersonal dan sosial)

Menurut Grotberg (1995), individu bisa mempelajari

kemampuan ini dengan berinteraksi dengan orang lain dan dari

orang-orang yang mengajarinya. Faktor-faktor ini terdiri dari:

a) Communicate. Individu dapat mengungkapkan apa yang ada

dalam pikiran dan perasaan pada orang lain. Individu dapat

menyesuaikan diri pada perbedaan-perbedaan yang ada dan

mampu mengerti dan bertindak dengan baik.

b) Problem solve. Individu dapat mengetahui cakupan suatu

masalah, apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah

tersebut, dan bantuan orang lain yang dibutuhkan untuk

mengatasi masalah tersebut, dan bantuan orang lain yang

dibutuhkan seperti apa. Individu gigih untuk bertahan sampai

masalah tersebut selesai.

c) Manage my feelings and impulses. Individu mampu mengenali

perasaan dirinya dan mengekspresikannya dalam kata-kata dan

(38)

d) Gauge the temperament of myself and others. Individu

mempelajari siapa yang akan bertindak, mengambil

kesempatan, mencoba hal-hal baru, berhati-hati dan

mempertimbangkan sesuatu dari berbagai sisi. Individu

mengenal dirinya, termasuk temperamen.

e) Seek trusting relationship. Individu memiliki orang-orang yang

dapat dipercaya, dimana individu dapat mencari mereka pada

saat membutuhkan pertolongan, tidak bahagia, atau butuh

orang untuk diajak bicara.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa resiliensi

adalah kemampuan seseorang untuk bangkit kembali pada kondisi

semula ketika menghadapi tantangan atau kondisi yang terburuk,

dimana resiliensi merupakan proses dinamis individu dalam

mengembangkan kemampuan diri untuk menghadapi, mengatasi,

memperkuat dan mentransformasikan pengalaman-pengalam yang

dialami pada situasi sulit menuju pencapaian adaptasi yang positif.

Resiliensi juga dibentuk oleh komponen-komponen yang menguatkan

resiliensi seseorang, baik itu internal, eksternal maupun kemampuan

interpersonal sehingga individu dapat bangkit kembali.

d. Aspek-aspek Resiliensi

Reivich & Shatte (2002:36-46) memaparkan tujuh aspek dari

(39)

impuls, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, efikasi

diri dan pencapaian. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

1) Regulasi emosi

Regulasi emosi diartikan sebagai kemampuan individu untuk

mengatur emosi sehingga tetap tenang meskipun berada dalam

situasi di bawah tekanan. Individu yang memiliki regulasi emosi

yang baik memiliki ciri (a) individu tersebut tetap tenang meskipun

di bawah tekanan; (b) individu tersebut mampu mengekspresikan

emosi secara tepat (Reivich dan Shatte, 2002). Ciri tersebut juga

dipaparakan Reivich (2002) mengenai ciri-ciri orang yang

memiliki resiliensi, salah satunya adalah mampu mengekpresikan

pikiran dan perasaan mereka dengan nyaman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang kurang

memiliki kemampuan untuk mengatur emosi mengalami kesulitan

dalam membangun dan menjaga hubungan dengan orang lain.

Kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain bisa

disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya alasan yang

sederhana adalah tidak ada orang yang mau menghabiskan waktu

bersama orang yang marah, merengut, cemas, khawatir serta

gelisah setiap saat. Emosi yang dirasakan oleh seseorang

cenderung berpengaruh pada orang lain. Semakin kita terasosiasi

dengan kemarahan maka kita akan semakin menjadi orang yang

(40)

Greef (dalam Reivich dan Shatte, 2002) menyatakan bahwa

individu yang memiliki kemampuan untuk mengatur emosinya

dengan baik dan memahami emosi orang lain akan memiliki

kepercayaan diri dan hubungan yang lebih baik dengan orang lain.

Tidak semua emosi yang dirasakan oleh individu harus dikontrol.

Tidak semua emosi marah, sedih, gelisah dan rasa bersalah harus

diminimalisir. Emosi yang dirasakan oleh individu tidak harus

dikontrol dan diminimalisir dikarenakan mengekspresikan emosi

yang kita rasakan baik emosi positif maupun negatif merupakan

hal konstruktif dan sehat, bahkan kemampuan untuk

mengekspresikan emosi secara tepat merupakan bagian dari

resiliensi (Reivichi dan Shatte, 2002).

Orang yang mampu mengatur dan mengekspresikan emosinya

secara terarah dan baik akan cenderung memiliki resiliensi yang

tinggi dan memiliki kondisi psikis yang sehat. Berbeda halnya

dengan orang yang kurang memiliki kemampuan untuk mengatur

emosinya, cenderung memiliki kondisi psikis yang kurang sehat,

sehingga itu dapat membuat membuat resiliensi dalam diri orang

tersebut rendah.

2) Pengendalian impuls

Pengendalian impuls adalah kemampuan individu untuk

mengendalikan dorongan-dorongan (kesukaan, keinginan, serta

(41)

mengontrol dorongan dalam dirinya memiliki ciri (a) akan

membawa kepada kemampuan berpikir yang jernih dan akurat; (b)

mampu mengendalikan dorongan dalam diri (Reivich dan Shatte,

2002). Hal yang sama juga diungkapkan Grotberg (1995),

mengatakan bahwa individu yang memiliki resiliensi, mempunyai

kemampuan untuk mengendalikan perasaan dan dorongan dalam

hati.

Individu dapat mengendalikan impulsivitas dengan mencegah

terjadinya kesalahan pemikiran, sehingga dapat memberikan

respon yang tepat pada permasalahan yang ada. Pencegahan salah

pemikiran, dapat dilakukan dengan menguji keyakinan individu

dan mengevalusi kebermanfaatan terhadap pemecahan masalah.

Individu dapat melakukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat rasional yang ditujukan kepada dirinya sendiri, seperti “apakah

penyimpulan terhadap masalah yang saya hadapi berdasarkan fakta atau hanya menebak?”, dan sebagainya (Reivich dan Shatte, 2002).

Seseorang yang mampu mengendalikan dorongan-dorongan

dalam dirinya akan memiliki pemikiran yang positif dalam

memberikan respon pada permasalahan yang ada. Jadi, dapat

disimpulkan orang yang mampu mengendalikan

dorongan-dorongan dalam dirinya cenderung memiliki resiliensi yang tinggi.

Individu yang memiliki kemampuan pengendalian impuls yang

(42)

mengendalikan pikiran dan perilaku mereka. Mereka menampilkan

perilaku mudah marah, kehilangan kesabaran, impulsif. Perilaku

ini akan membuat orang di sekitarnya merasa kurang nyaman

sehingga berakibat pada buruknya hubungan sosial individu

dengan orang lain (Reivich dan Shatte, 2002)

3) Optimisme

Optimisme adalah ketika kita melihat bahwa masa depan kita

cemerlang, individu yang resilien adalah individu yang optimis

(Reivich dan Shatte, 2002). Siebert (2005) mengungkapkan bahwa

terdapat hubungan antara tindakan dan ekspektasi kita dengan

kondisi kehidupan yang dialami individu. Sementara itu, Peterson

dan Chang (dalam Siebert, 2005) mengungkapkan bahwa

optimisme sangat terkait dengan karakteristik yang diinginkan oleh

individu, kebahagiaan, ketekunan, prestasi dan kesehatan.

Ciri individu yang optimis adalah (a) memiliki kepercayaan

bahwa segala sesuatu akan lebih baik; (b) mempunyai harapan dan

kontrol atas arah hidupnya; (c) memiliki kesehatan mental yang

baik; (d) memiliki produktivitas kerja yang tinggi; (e) dan

mempunya kemampuan untuk mengatasi kesulitan yang mungkin

terjadi di masa depan (Reivich dan Shatte, 2002). Hal ini diperkuat

dengan www.APAHelpCenter.org/resilience yang menuliskan

beberapa poin ciri individu yang memiliki resiliensi (a) memiliki

(43)

juga percaya bahwa mereka tetap memiliki kendali yang baik

terhadap lingkungan, terutama pasca kejadian trauma.

Seseorang yang miliki pandangan positif akan diri, lingkungan

sekitar, dan juga masa depannya cenderung memiliki resiliensi

yang tinggi dalam dirinya. Hal ini dikarenakan individu tersebut

memiliki kemampuan untuk bangkit dari situasi sulit yang

dipengaruhi pemikirannya yang positif tentang masa depan.

4) Kemampuan menganalisis masalah

Kemampuan menganalisis masalah pada diri individu dapat

dilihat dari bagaimana individu dapat mengidentifikasi secara

akurat sebab-sebab dari permasalahan yang menimpanya. Individu

yang tidak mampu mengidentifikasi penyebab dari permasalahan

yang mereka hadapi secara tepat, akan terus menerus berbuat

kesalahan yang sama. Ciri-ciri individu yang memiliki kemampuan

menganalisis masalah (a) mampu mengidentifikasi sebab dari

permasalahan yang menimpanya; (b) orientasinya berfokus pada

solusi (Reivich dan Shatte, 2000). Hal ini diperkuat oleh apa yang

dituliskan dalam www.APAHelpCenter.org/resilience bahwa

individu memiliki pemahaman yang baik bahwa setiap pengalaman

hidup memiliki alasan tertentu, dan mereka masih memiliki sumber

personal dan sosial untuk memenuhi tuntutan hidup tersebut.

Individu yang resilien adalah individu yang memiliki

(44)

penyebab yang menyebabkan kemalangan yang menimpa mereka.

Individu yang resilien tidak akan menyalahkan orang lain atas

kesalahan yang mereka perbuat demi menjaga kepercayaan diri

mereka atau membebaskan mereka dari rasa bersalah. Mereka tidak

terlalu terfokus pada faktor-faktor yang berada di luar kendali

mereka, sebaliknya mereka memfokuskan dan memegang kendali

penuh pada pemecahan masalah, perlahan mereka mulai mengatasi

permasalahan yang ada, mengarahkan hidup mereka, bangkit dan

meraih kesuksesan.

5) Empati

Menurut Greef (2005) empati didefinisikan sebagai

kemampuan untuk memahami dan memiliki kepedulian terhadap

orang lain. Empati merupakan kemampuan individu untuk bisa

memahami dan merasakan bagaimana perasaan dan emosi orang

lain (Reivich dan Shatte, 2002). Ciri-ciri individu yang memiliki

empati memiliki ciri (a) memiliki hubungan sosial yang baik; (b)

mampu membaca tanda-tanda kondisi emosional dan psikologis

orang lain (Reivich dan Shatte, 2002). Hal yang serupa juga

dipaparkan Grotberg (1995) ciri individu yang memiliki resiliensi

adalah individu mandiri dan dapat mengambil keputusan

berdasarkan pemikiran serta inisiatif sendiri dan memiliki empati

(45)

Ketidakmampuan berempati berpotensi menimbulkan kesulitan

dalam berhubungan sosial. Individu-individu yang tidak

membangun kemampuan untuk peka terhadap tanda-tanda non

verbal, tidak mampu untuk menempatkan dirinya pada posisi orang

lain, merasakan apa yang dirasakan orang lain dan memperkirakan

maksud dari orang lain.

Ketidakmampuan individu untuk membaca tanda-tanda non

verbal orang lain sangat merugikan, baik dalam konteks hubungan

kerja maupun hubungan personal, dikatakan merugikan karenakan

kebutuhan dasar manusia untuk dipahami dan dihargai. Individu

dengan empati yang rendah cenderung mengulang pola yang

dilakukan oleh individu yang tidak resilien, yaitu menyamaratakan

semua keinginan dan emosi orang lain (Reivich dan Shatte, 2002).

6) Efikasi Diri

Efikasi diri adalah hasil dari pemecahan masalah yang berhasil.

Efikasi diri merepresentasikan sebuah keyakinan bahwa kita

mampu memecahkan masalah yang kita alami dan mencapai

kesuksesan.

Efikasi diri adalah perasaaan bahwa kita efektif dalam dunia.

Dalam pekerjaan, orang yang memiliki keyakinan terhadap

kemampuan mereka untuk memecahkan masalah, muncul sebagai

(46)

Individu yang resilien akan mampu memimpin dirinya sendiri

untuk menyelesaikan dan bangkit dari masalah yang ada (Reivich

dan Shatte, 2002).

7) Pencapaian

Pencapaian adalah kemampuan individu meraih aspek positif

atau mengambil hikmah dari kehidupan setelah kemalangan

menimpa. Ciri individu yang mampu melakukan reaching out atau

pencapaian, (a) mampu meningkatkan aspek-aspek positif dalam

kehidupannya; (b) memiliki keberanian untuk mengatasi segala

ketakutan yang mengancam kehidupannya (Reivich dan Shatte,

2002). Banyak individu yang tidak mampu melakukan pencapaian,

dikarenakan mereka telah diajarkan sejak kecil untuk sedapat

mungkin menghindari kegagalan dan di situasi yang memalukan.

Mereka adalah individu-individu yang lebih memilih memiliki

kehidupan standar dibandingkan harus meraih kesuksesan namun

harus berhadapan dengan resiko kegagalan hidup dan hinaan

masyarakat. Pilihan untuk hidup standar menunjukkan

kecenderungan individu untuk berlebih-lebihan (overestimate)

dalam memandang kemungkinan hal-hal buruk yang dapat terjadi

di masa mendatang. Individu-individu ini memiliki rasa ketakutan

untuk mengoptimalkan kemampuan mereka hingga batas akhir.

(47)

atau dikenal dengan istilah Self-Handicaping (Reivich dan Shatte,

2002).

Pencapaian juga menggambarkan resiliensi dan kemampuan

individu untuk meningkatkan aspek-aspek yang positif dalam

kehidupannya yang mencakup pula keberanian seseorang untuk

mengatasi segala ketakutan-ketakutan yang mengancam dalam

kehidupannya.

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiliensi

Everall, et al., (2006:462-463) memaparkan tiga faktor yang

mempengaruhi resiliensi, yaitu:

1) Faktor individual

Faktor individual meliputi kemampuan kognitif individu,

konsep diri, harga diri, dan kompetensi sosial yang dimiliki

individu. Menurut Holaday (1997:350) keterampilan kognitif

berpengaruh penting pada resiliensi individu. Inteligensi minimal

rata-rata dibutuhkan bagi pertumbuhan resiliensi pada diri individu

karena resiliensi sangat terkait erat dengan kemampuan untuk

memahami dan menyampaikan sesuatu lewat bahasa yang tepat,

kemampuan membaca dan komunikasi non verbal. Resiliensi juga

dihubungkan dengan kemampuan untuk melepaskan pikiran dari

trauma dengan menggunakan fantasi dan harapan-harapan yang

ditumbuhkan pada diri individu yang bersangkutan. Menurut

(48)

kepribadian individu, penguasaan diri, penghargaan diri dan

kemampuan kognitif.

2) Faktor keluarga

Faktor keluarga meliputi dukungan yang bersumber dari

orang tua, yaitu bagaimana cara orang tua untuk memperlakukan

dan melayani anak. Selain dukungan dari orang tua, struktur

keluarga juga berperan penting bagi individu. Individu yang

memiliki dukungan dari keluarga biasanya memiliki resiliensi yang

tinggi. Individu yang kurang mendapat dukungan dari keluarga

biasanya memiliki resiliensi yang rendah.

3) Faktor komunitas

Faktor komunitas meliputi kemiskinan dan keterbatasan

kesempatan kerja. Individu yang tergolong kurang mampu dalam

hal ekonomi, cenderung memiliki resiliensi yang tinggi, karena

mereka ingin bangkit dari keterpurukan dan ingin mengubah nasib.

Individu yang tergolong mampu secara ekonomi, cenderung

memiliki resiliensi yang rendah karena ketersediaan fasilitas, dan

berbagai sarana prasana lainnya. Herman (2011) (dalam Shaumi,

2012) juga menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara

resiliensi dan dukungan sosial dari lingkungan individu.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan resiliensi dipengaruhi oleh

faktor-faktor dari dalam diri individu (internal) dan faktor-faktor dari

(49)

kognitif, konsep diri, harga diri, dan kompetensi sosial yang dimiliki

individu.. Faktor eksternal mencakup faktor dari keluarga dan

komunitas.

f. Fungsi-fungsi Resiliensi

Menurut Reivich & Shatte (2002), resiliensi memiliki empat fungsi

fundamental dalam kehidupan manusia, yaitu:

1) Mengatasi hambatan-hambatan pada masa kecil

Melewati masa kecil yang sulit memerlukan usaha keras,

membutuhkan kemampuan untuk tetap fokus dan mampu

membedakan mana yang dapat dikontrol dan mana yang tidak.

2) Melewati tantangan-tantangan dalam kehidupan sehari-hari

Setiap orang membutuhkan resiliensi karena dalam kehidupan

ini kita diperhadapkan oleh masalah, tekanan, dan

kesibukan-kesibukan. Orang yang resilien dapat melewati

tantangan-tantangan tersebut dengan baik. Penelitian menunjukkan hal esensi

yang paling penting untuk menghadapi tantangan adalah efikasi

diri, yakni suatu kepercayaan bahwa kita dapat menghadapi

lingkungan dan menyelesaikan masalah.

3) Bangkit kembali setelah mengalami kejadian traumatik atau

kesulitan besar

Beberapa kesulitan tertentu dapat membuat trauma dan

membutuhkan resiliensi yang lebih tinggi dibanding tantangan

(50)

yang membuat kita secara emosional hancur, keadaan yang seperti

ini membutuhkan pantulan resiliensi untuk pulih.

4) Mencapai prestasi terbaik

Beberapa orang memiliki kehidupan yang sempit, mempunyai

kegiatan yang rutin setiap harinya. Merasa nyaman dan bahagia

ketika segala sesuatunya berjalan dengan lancar. Sebaliknya, ada

juga orang yang senang ketika bisa menjangkau orang lain dan

mencari pengalaman baru. Sebagaimana resiliensi dibutuhkan

untuk mengatasi pengalaman negatif, mengatasi stres, pulih dari

trauma, resiliensi juga dibutuhkan untuk memperkaya arti

kehidupan, hubungan yang dalam, terus belajar dan mencari

pengalaman baru.

Menurut Rutter (dalam Coulson, 2006) memaparkan adanya

empat fungsi resiliensi, yaitu: (a) untuk mengurangi resiko

mengalami konsekuensi-konsekuensi negatif setelah adanya

kejadian-kejadian hidup yang menekan, (b) mengurangi

kemungkinan munculnya rantai reaksi yang negatif setelah

peristiwa hidup yang menekan, (c) membantu menjaga harga diri

dan rasa mampu diri, dan (d) meningkatkan kesempatan untuk

(51)

2. Wanita Penderita Kanker

a. Pengertian wanita

Menurut Shaqr (2006) wanita adalah salah satu dari dua jenis

manusia yang diciptakan. Sebagai manusia, wanita juga diharapkan

mampu menjalankan semua hak-hak dan kewajiban yang telah

terlimpah kepadanya.

Murad (dalam Ibrahim, 2005) mengatakan bahwa wanita

adalah seorang manusia yang memiliki dorongan keibuan yang

merupakan dorongan instingtif yang berhubungan erat dengan

sejumlah kebutuhan organik dan fisiologis. Ibu sangat melindungi dan

menyayangi anak-anaknya terutama yang masih kecil.

Menurut Junaidi (2003) bahwa wanita adalah seorang ibu

rumah tangga yang mengatur rumah tangga serta kehormatan yang

wajib dijaga. Ibrahim (2005) mengatakan bahwa wanita adalah

seorang manusia yang memiliki tendensi feminim yang mengundang

daya tarik kecantikan.

Berdasarkan uraian yang dipaparkan dapat disimpulkan bahwa

wanita adalah seorang yang memiliki sifat feminis, keibuan yang juga

menjalankan hak-hak serta kewajiban yang terlimpah kepadanya.

b. Pengertian kanker

Definisi kanker menurut WHO (2009) adalah istilah umum

untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap

(52)

neoplasma. Salah satu situs mendefinisikan kanker adalah

pertumbuhan sel-sel baru secara abnormal yang tumbuh melampaui

batas normal, dan yang kemudian dapat menyerang bagian sebelah

tubuh dan menyebar ke organ lain. Proses ini disebut metastasis.

Metastasis merupakan penyebab utama kematian akibat kanker.

Menurut Kuswibawati (dalam Yuswanto, 2010:1) tumor ada

dua macam, yaitu tumor jinak dan ganas (kanker). Setiap tumor belum

tentu kanker, namun setiap kanker pasti adalah tumor. Kanker

merupakan nama umum untuk sekumpulan penyakit yang

perjalanannya bervariasi, dengan ditandai oleh pertumbuhan sel yang

tidak terkontrol, terus-menerus, tidak terbatas, merusak jaringan

setempat dan sekitar, serta bisa menyebar luas (distant metastases).

Disebut kanker oleh karena tumbuh bercabang-cabang menginvasi

jaringan sehat di sekitarnya, menyerupai kepiting (cancer).

Kanker dapat menyerang berbagai sel pada seluruh organ di

dalam tubuh, dari kepala sampai ujung kaki, dalam keadaan normal sel

hanya akan membelah diri bila tubuh membutuhkan, misalnya ada

sel-sel yang perlu diganti karena mati atau rusak. Sedangkan sel-sel kanker

akan membelah meskipun tidak diperlukan, sehingga terjadi sel-sel

baru yang berlebihan. Sel-sel baru mempunyai sifat seperti induknya

(53)

c. Pengertian Payudara

Payudara adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit dan di

atas otot dada, merupakan perubahan dari kelenjar keringat. Dalam

keadaan normal hanya terdapat sepasang kelenjar payudara, sedangkan

pada beberapa jenis hewan, kelenjar susu dapat membentang dari

sekitar lipatan paha sampai dada. Payudara wanita dewasa beratnya

kira-kira 200 gram, yang kiri umumnya lebih besar dari yang kanan.

Pada waktu hamil payudara membesar, mencapai 600 gram dan pada

ibu menyusui mencapai 800 gram. (Risanto Siswosudarmo dan Ova

Emilia, 2008).

3. Wanita Penderita Kanker Payudara

a. Pengertian kanker payudara

Kanker payudara adalah tumor (kanker) ganas yang bermula dari

sel-sel payudara. Berdasarkan penelitian di Amerika, yang

menunjukkan bahwa hampir sepertiga kanker yang didiagnosis pada

perempuan adalah kanker payudara. Pada tahun 2000, diperkirakan

lebih dari 180.000 perempuan di Amerika didiagnosis mengidap

kanker jenis ini (Pamungkas, 2011:51).

b. Penyebab kanker payudara

Menurut Yuliani (dalam Yuswanto, 2010:16-17) ada sejumlah teori

yang dikemukakan, mereka yakin bahwa kombinasi antara gaya hidup,

lingkungan dan faktor genetik yang meningkatkan resiko kanker

(54)

1) Lingkungan

Radiasi dalam bentuk terapi radiasi yang intensif pada

penderita tuberculosis atau kanker lain diketahui meningkat resiko

terkena kanker payudara. Radiasi yang disebabkan sinar-X pada

payudara atau mammogram tidak dapat diperbandingkan dengan

terapi radiasi tuberculosis atau kanker lain tidak menyebabkan

kanker dan tidak perlu di khawatirkan. Pestisida seperti DDT (zat

pembersih serangga) juga perlu diperhatikan.

2) Diet

Penelitian yang dilakukan Yuliani (dalam Yuswanto, 2010)

memperlihatkan bahwa diet tinggi lemak dapat meningkatkan

resiko terkena kanker payudara tetapi penelitian lain tidak

memperlihatkan hasil tersebut. Jadi karena mengkonsumsi

makanan berlemak tinggi dihubungkan dengan resiko terkena

kanker dan penyakit hati, maka akan lebih baik apabila kita

membatasi mengkomsumsi makanan berlemak.

3) Alkohol

Minum minuman beralkohol dapat meningkatkan resiko

terkena kanker payudara. Seperti pada bagian diet, penelitian ini

juga menimbulkan kebingungan dan sejumlah penelitian lain

(55)

4) Gen

Lebih dari 10% kanker payudara dipercaya sebagai

penyakit keturunan. Di tahun 1994, para peneliti menemukan

sebuah gen dengan nama BRCA-1 (Breast Cancer 1). Gen tersebut

dapat dideteksi pada 1 dari 400 wanita, setengah dari kasus kanker

payudara yang disebabkan oleh keturunan kemungkinan

disebabkan oleh mutasi pada gen ini. Wanita terkena kanker

payudara, seringkali sebelum usia 50 tahun. Para peneliti juga

menemukan gen kanker payudara yang kedua (BRCA-2), mutasi ini

dipercaya menyebabkan 5% dari kanker payudara yang disebabkan

karena keturunan. Para peneliti ini mengharapkan akan ditemukan

lagi gen gen lain yang dapat menyebabkan kanker payudara.

5) Hormon

Menstruasi yang mulai pada usia yang terlalu muda,

menopose yang datangnya terlambat (lebih dari 51), mempunyai

anak pertama diatas usia 30 tahun atau sama sekali tidak

mempunyai anak akan meningkatkan resiko terkena kanker

payudara. Semua faktor di atas berhubungan dengan hormon

ekstrogen. Kanker payudara juga berhubungan dengan penggunaan

hormon estrogen yang digunakan sebagai terapi setelah

menopause. Banyak dokter percaya bahwa terapi ini tidak

(56)

meyakini bahwa hal tersebut mungkin mempercepat pertumbuhan

kanker.

c. Cara kerja sel kanker payudara

Pertumbuhan dan perkembangan sel kanker membentuk suatu

massa dari jaringan ganas yang menyusup ke jaringan di dekatnya

(invasive) dan dapat menyebar (metastasis) ke seluruh tubuh. Sel

kanker dibentuk dari sel normal dalam suatu proses rumit yang

dibentuk yaitu transformasi, terbagi menjadi tahap inisiasi dan promosi

(Diananda, 2009:4).

Saat sel menjadi ganas, sel tersebut menjadi berlipat ganda karena

dirusak oleh sistem kekebalan tubuh yang berakibat menjadi kanker.

Sistem kekebalan tubuh yang sering tidak berfungsi normal, maka

tubuh cenderung rentan terhadap resiko kanker (Diananda, 2009:5).

d. Proses perkembangan sel kanker payudara

Kanker payudara mempunyai tahapan atau stadium yang akan

menandai parah tidaknya kanker payudara tersebut (Diananda,

2009:139). Stadium kanker payudara yaitu sebagai berikut:

1) Stadium 0

Tidak ditemukan adanya tumor primer pada kelenjar getah

(57)

2) Stadium I

Besarnya tumor tidak lebih dari 2-2,25 cm, dan tidak

terdapat penyebaran (metastase) pada kelenjar getah bening ketiak.

Kemungkinan penyembuhan secara sempurna adalah 70%.

3) Stadium II

Tumor sudah lebih besar dari 2,25 cm dan sudah menjadi

metastase pada kelenjar getah bening di ketiak. Kemungkinan

penyembuhan pada stadium ini hanya 30-40% tergantung dari

luasnya penyebaran sel kanker. Pada stadium I dan II biasanya

dilakukan operasi untuk mengangkat sel-sel kanker yang ada pada

seluruh bagian penyebaran dan setelah operasi dilakukan

penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel kanker.

4) Stadium III

Tumor sudah cukup besar dan sel kanker telah menyebar ke

seluruh tubuh, kemungkinan untuk sembuh hanya tinggal 10-20%.

Pengobatan hanya dilakukan penyinaran dan kemoterapi.

e. Ciri-ciri wanita penderita kanker payudara (Yuswanto:2010)

1) Terdapat benjolan pada payudara serta akan mengalami perubahan

bentuk.

2) Perubahan selanjutnya yaitu kulit payudara mengalami perubahan

warna menjadi merah muda dan warna coklat dan juga seperti kulit

(58)

3) Puting susu akan masuk ke dalam payudara atau disebut sebagai

retraksi.

4) Kemungkinan bisa saja puting susu hilang atau bahkan putus.

5) Rasa sakit akan menghilang dan timbul kembali pada saat tumor

payudara tersebut semakin membesar.

6) Akan muncul luka atau borok seperti terbakar.

7) Payudara akan mengeluarkan cairan apakah itu cairan darah atau

cairan lainnya.

f. Karakteristik penderita kanker payudara

1) Fisik

Penderita kanker payudara awalnya tidak pernah ada yang

tahu bahwa seorang itu memiliki kanker payudara di dalam dirinya,

fisiknya terlihat sehat, bahkan seperti tidak memiliki penyakit

kanker payudara. Tetapi ketika sudah terdeteksi menderita kanker

payudara dan melakukan kemoterapi, barulah terlihat bahwa fisik

tidak dapat dikatakan sempurna karena satu dari dua payudara

harus di operasi (Lubis, 2009:14).

2) Psikologis

Berdasarkan realita, bahwa ketika individu didiagnosis

menderita penyakit yang mengancam hidupnya, individu sering

memikirkan kembali makna dan tujuan hidup mereka dan

memperlajari kembali prioritas mereka. Penderita kanker payudara

(59)

kekhawatiran, takut, was-was, bahkan membuat penderita tidak

dapat beristirahat. Kanker payudara ini juga membuat timbulnya

pemikiran apakah akan sembuh, apakah bisa hidup kembali seperti

biasa. Hal yang tidak bisa dikatakan gampang untuk berkata tetapi

mampu membuat orang menjadi putus asa karena tidak memiliki

semangat hidup (Lubis, 2009:15).

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Jurnal penelitian yang dibuat oleh Aan Choirun Nisa tahun 2012 mengenai “Resiliensi Penderita Kanker Payudara Pasca Mastektomi” dilakukan pada satu

orang wanita yang menderita kanker payudara dan telah melakukan mastektomi.

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan wawancara

mendalam untuk pengambilan data. Hasil dari penelitian ini, ada beberapa hal

yang mempengaruhi resiliensi dari informan, yaitu: konsep diri, religiusitas dan

dukungan sosial.

Penelitian yang dilakukan oleh Feny Dwi Maya Listianty tahun 2011 mengenai “Resiliensi pada Penderita Kanker Payudara” dilakukan pada ketiga

subjek yang menderita kanker payudara. Metode yang digunakan dalam penelitian

ini adalah metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan

resiliensi yang dimiliki oleh ketiga subjek sangat beragam. Subjek satu memiliki

ketujuh domain resiliensi dalam dirinya. Pada subjek kedua domain regulasi

emosi, impuls kontrol, efikasi diri, optimisme, kausal analisis, dan pencapaian

cukup berkembang. Pada responden ketiga domain regulasi emosi, kausal analisis,

Gambar

Grafik 1 Angka Harapan Kesembuhan Penderita Kanker Payudara Menurut Departemen
Grafik 2 Kasus Kanker Payudara di Indonesia Menurut Profil Kesehatan Indonesia Tahun
Tabel 1 Data Diri Subjek Penelitian
Tabel 2  Panduan Wawancara Mendalam
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu perusahaan harus berusaha agar balas jasa atau kompensasi yang diberikan sebagai balas jasa perusahaan terhadap kontribusi karyawan dalam proses produksi

Setelah penulis mengadakan penelitian baik melalui pengisian angket, wawancara dengan guru PAI dan Kepala Sekolah, serta melihat langsung kondisi motivasi belajar siswa terutama

Peran perawat dibutuhkan dalam menentukan pelayanan kesehatan yang optimal bagi penderita skizofrenia.Salah satu pelayanan keperawatan adalah perilaku caring perawat. Perilaku

Pengetahuan ibu adalah tingkat pemahaman ibu tentang kebutuhan gizi dan kesehatan bagi balitanya serta pemilihan pengolahan makanan bagi balita (Muntofiah,

Berdasarkan peta ancaman, daerah yang dianggap tidak layak adalah daerah yang memiliki tingkat ancaman sangat tinggi dan tinggi (Gambar 3), sehingga secara umum badak sumatera di

Gambar 2.9 Bentuk Gelombang Arus dan Tegangan yang Tidak Terdistorsi

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan seberapa besar pengaruh kesadaran membayar pajak, pemahaman peraturan pajak, kualitas layanan dan sanksi perpajakan terhadap

Strategi manajemen SI/TI diperoleh dari hasil identifikasi solusi SI/TI sehingga dibutuhkanrekrutmen SDM pada struktur organisasi yaitu unit kerja IT yang terdiri dari