• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Kualitas Jasa Bengkel "X" Bandung Menurut Konsumennya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Kualitas Jasa Bengkel "X" Bandung Menurut Konsumennya."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran kualitas jasa bengkel “X” menurut konsumennya. Penelitian ini menggunakan metode survei yang merupakan salah satu metode deskriptif.

Kuesioner dalam penelitian ini merupakan modifikasi yang dilakukan oleh peneliti dari alat ukur SERVQUAL yang dibuat oleh Parasuraman, Zeithaml, dan Berry pada tahun 1988. Kuesioner tersebut telah diujicobakan, dan memiliki nilai validitas kuesioner harapan yang berkisar antara 0.301 s/d 0.747, dan nilai validitas kuesioner kenyataan yang berkisar antara 0.311 s/d 0.796. Berdasarkan uji coba yang sama juga didapatkan nilai reliabilitas kuesioner harapan sebesar 0.912 dan nilai reliabilitas kuesioner kenyataan sebesar 0.897.

Sampel dalam penelitian ini adalah 52 konsumen bengkel “X” yang minimal memiliki usia 16 tahun, pernah menggunakan satu kali jasa perawatan dan satu kali jasa perbaikan. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah teknik sampling aksidental, yang dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 2010 s/d 4 April 2010.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa dari 52 konsumen yang menjadi sampel, 19 konsumen (36,5 %) menilai kualitas jasa bengkel “X” ideal, dan 33 konsumen (63,5 %) sisanya menilai bahwa kualitas jasa bengkel “X” buruk.

(2)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA DAFTAR ISI

PENGESAHAN ... PERNYATAAN ORSINALITAS LAPORAN PENELITIAN... PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN …... KATA PENGANTAR ... ABSTRAK ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR BAGAN ...

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1.2 Identifikasi Masalah ... 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 1.3.1 Maksud Penelitian ... 1.3.2 Tujuan Penelitian ... 1.4 Kegunaan Penelitian ...

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 1.4.2 Kegunaan Praktis ... 1.5 Kerangka Pemikiran ...

(3)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 1.6 Asumsi ...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kualitas Jasa ……... 2.1.1 Definisi Jasa ... 2.1.2 Karakteristik Jasa ... 2.1.3 Perspektif Kualitas Jasa ... 2.1.4 Definisi Kualitas Jasa ... 2.1.5 Dimensi Kualitas Jasa ... 2.1.6 Harapan Konsumen ... 2.1.7 Persepsi Konsumen ... 2.1.7.1 Service Encounter... 2.1.7.2 Bukti Jasa ... 2.1.7.2.1 Bauran Pemasaran ... 2.1.7.2.2 Bauran Pemasaran yang Diperluas Untuk Jasa ... 2.1.8 Model Gap Kualitas Jasa ... 2.2 Perilaku Konsumen Jasa ……...

2.2.1 Kepuasan vs Kualitas Jasa …...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

(4)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 3.2 Bagan Rancangan Penelitian ... 3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 3.3.1 Variabel Penelitian ... 3.3.2 Definisi Operasional ... 3.4 Alat Ukur ... 3.4.1 Kuesioner Kualitas Jasa ... 3.4.2 Skoring ... 3.4.3 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 3.4.4 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ...

3.4.4.1 Validitas Alat Ukur ... 3.4.4.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ...

3.5.1 Populasi Sasaran ... 3.5.2 Karakteristik populasi ... 3.5.3 Teknik Penarikan Sampel ... 3.6 Teknik Analisis Data ...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Sampel ... 4.2 Hasil Penelitian ... 4.3 Pembahasan ...

(5)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 5.2 Saran ...

5.2.1 Saran Penelitian Selanjutnya ... 5.2.2 Saran Guna Laksana ...

DAFTAR PUSTAKA ... DAFTAR RUJUKAN ...

LAMPIRAN

69 70 70 70

72 74

LAMPIRAN A Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

LAMPIRAN B Alat Ukur

(6)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... Tabel 3.2 Indikator dan Nomor Item ... Tabel 3.3 Skor Respon ... Tabel 3.4 Kriteria Kualitas Jasa ... Tabel 4.1 Tabulasi Silang Usia dan Frekuensi Menggunakan Jasa Perawatan .... Tabel 4.2 Tabulasi Silang Usia dan Frekuensi Menggunakan Jasa Perbaikan ... Tabel 4.3 Hasil Penelitian per Bukti Jasa dan Dimensi Kualitas Jasa ... Tabel 4.4 Hasil Penelitian Keseluruhan ...

(7)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran ... Bagan 2.1 Harapan Konsumen ... Bagan 2.2 Bukti Jasa ... Bagan 2.3 Perilaku Konsumen Jasa ... Bagan 2.4 Kepuasan vs Kualitas Jasa ... Bagan 3.1 Bagan Rancangan Penelitian ...

(8)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Secara umum, tujuan suatu industri adalah memperoleh profit dengan menukarkan penawarannya kepada konsumen. Penawaran suatu industri, dapat dibedakan menjadi lima kategori, yaitu produk fisik murni, produk fisik yang didukung oleh jasa pendukung, hybrid, jasa utama yang didukung oleh barang dan jasa pendukung, dan jasa murni ( Tjiptono, 2002 ). Semakin maju sebuah negara, industri – industri yang dimilikinya semakin tidak didominasi oleh industri manufaktur yang menawarkan barang, melainkan oleh industri jasa yang perkembangannya mungkin lebih pesat daripada industri manufakturnya. Perkembangan industri jasa tersebut berhubungan dengan hirarki kebutuhan manusia yang mula – mula hanya membutuhkan terpenuhinya kebutuhan fisik, seperti makanan, minuman, pakaian, kemudian menginjak kepada kebutuhan yang lebih abstrak, yaitu kebutuhan akan jasa ( Umar, 2005 ). Sejalan dengan era globalisasi, kebutuhan manusia di Indonesia terus menerus berkembang, kebutuhan – kebutuhan tersebut semakin kompleks dan merambah ke berbagai sektor termasuk sektor jasa.

(9)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA terperinci, diantaranya adalah perumahan atau penginapan, operasi rumah tangga, rekreasi dan hiburan, personal care, perawatan kesehatan, pendidikan swasta, jasa professional, asuransi dan perbankan, komunikasi, dan transportasi ( Stanton dkk, 1991 dalam Tjiptono, 2002 ).

Perkembangan industri jasa yang terkait dengan transportasi, terlebih dahulu diawali dengan perkembangan industri manufaktur di bidang transportasi. Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah wahana yang digerakkan oleh manusia atau mesin ( http://id.wikipedia.org/wiki/Transportasi ). Seiring berkembangnya kebutuhan manusia, keberadaan transportasi menjadi sangat penting, transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktifitas sehari-harinya. Transportasi terbagi menjadi tiga, yaitu transportasi darat, laut, dan udara.

(10)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Kelebihan – kelebihan tersebut menyebabkan sepeda motor menjadi alat transportasi yang populer di masyarakat.

Perkembangan industri sepeda motor tersebut menjadi awal bagi perkembangan industri jasa yang terkait dengan sepeda motor, salah satunya adalah bengkel motor. Merujuk pada jenis – jenis penawaran yang diungkapkan oleh Tjiptono ( 2002 ), bengkel merupakan salah satu industri yang menawarkan jasa utama yang didukung oleh barang dan jasa pendukung. Jasa utama bengkel sepeda motor misalnya berupa perawatan dan perbaikan. Jasa utama tersebut didukung oleh barang pendukung berupa suku cadang, dan jasa – jasa pendukung lainnya seperti misalnya cuci motor.

(11)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA motor tertentu, sedangkan bengkel umum biasanya menerima lebih dari satu merek sepeda motor.

Perkembangan bengkel umum, terjadi akibat kurangnya keberadaan bengkel resmi. Meskipun salah satu tujuan dari bengkel resmi adalah memberikan pelayanan purna jual, kenyataannya jumlah dari bengkel resmi itu sendiri tidak dapat mengejar ledakan kebutuhan perbaikan dan perawatan standar sepeda motor yang dipicu oleh jumlah sepeda motor yang terus bertambah. Menurut AISI, jumlah sepeda motor di tahun 2007 saja sedikitnya mencapai 38,1 juta unit, sedangkan kendaraan yang terlayani oleh jaringan bengkel resmi dan ATPM baru

sekitar 18,4 juta unit, atau sekitar 47,88 % dari populasinya ( http://manajerial.blogspot.com/2007_05_01_archive.html ). Kurangnya

keberadaan bengkel resmi tersebut menyebabkan munculnya peluang usaha yang diminati oleh berbagai pengusaha sehingga berbagai bengkel umum mulai muncul di berbagai wilayah di kota Bandung, salah satunya adalah bengkel “X”.

Bengkel “X” didirikan bulan September tahun 2005. Bengkel “X” merupakan Castrol Bike Point yang berada di salah satu jalan protokol di kota Bandung. Bengkel “X” memiliki lokasi yang strategis dan mudah dijangkau. Jasa utama yang ditawarkan bengkel “X” adalah jasa perawatan dan perbaikan sepeda motor standar. Produk berupa suku cadang yang dijual di bengkel “X” cukup

beragam, mulai dari suku cadang orsinil sampai suku cadang buatan lokal.

(12)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 2006, tercatat sebelas bengkel baru muncul dalam radius satu km dari bengkel “X”. Apabila mengacu pada yang diungkapkan oleh Kotler ( 1994 dalam Tjiptono, 2002 ), untuk bersaing dalam pasar dengan persaingan yang ketat, maka

bengkel “X” harus berkomitmen untuk menciptakan dan mempertahankan

kepuasan konsumen. Untuk perusahaan jasa, salah satu elemen yang paling dominan dalam menentukan kepuasan konsumen adalah kualitas jasa ( Zeithaml dan Bitner, 2006 ). Kualitas suatu jasa harus didasarkan pada sudut pandang atau persepsi konsumen, dan ditentukan oleh konsumen ( Kotler, 1994 ).

Kualitas jasa merupakan suatu evaluasi terfokus yang mencerminkan perbandingan antara harapan dan kenyataan yang diterima konsumen mengenai reliability, responsiveness, assurance, empathy, dan tangibles dari bukti - bukti jasa, yaitu people, process, dan physical evidence ( Zeithaml dan Bitner, 2006 ). Kualitas jasa yang ditentukan oleh konsumen, secara signifikan akan menentukan kepuasan konsumen. Kepuasan konsumen yang terjadi terus menerus, pada gilirannya akan menciptakan kesetiaan, dimana kesetiaan tersebut akan berdampak pada profitabilitas perusahaan ( Tjiptono, 2002 ). Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai profit yang diharapkan dalam persaingan yang ketat, bengkel “X” harus memperhatikan kualitas jasanya.

(13)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA – mekanik tersebut terus ditingkatkan dengan cara disertakan dalam kursus – kursus yang diadakan oleh berbagai lembaga pendidikan khusus otomotif. Demikian pula dengan kasir dan karyawan bagian suku cadang, karyawan yang melamar sebagai kasir dan karyawan bagian suku cadang diwajibkan memiliki pengalaman bekerja minimal satu tahun dalam posisi yang sama, dan diberikan tiga bulan on the job training di awal masa bekerja.

Proses kerja di bengkel “X” dibagi menjadi tiga, yaitu preservice, service, dan pascaservice. Pada tahap preservice, sepeda motor konsumen akan dicek keseluruhannya, diberitahukan apabila ada kerusakan, dan ditanyakan mengenai permintaan dan keluhan konsumen, lalu data tersebut akan dicatat di lembar kerja mekanik, apabila semua sudah dilakukan, konsumen akan diberikan informasi lengkap mengenai pekerjaan yang akan dilakukan dan perkiraan biayanya. Pada tahap service, mekanik akan bekerja sesuai dengan prosedur, pada tahap ini konsumen dipersilahkan duduk di ruang tunggu dan diberi minuman gratis. Pada tahap pasca service, konsumen akan diberikan informasi mengenai pekerjaan yang telah dikerjakan beserta biayanya, konsumen juga diberitahukan garansi dari pekerjaan yang telah dilakukan, dan diberikan stiker atau cinderamata.

(14)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA di bengkel “X”, mengenakan baju seragam Castrol, dan di setiap bike lift tertera dengan jelas nama dari mekanik yang bersangkutan.

Berbagai upaya yang dilakukan oleh kepala bengkel “X” ternyata belum

dapat membawa bengkel “X” mencapai target yang diharapkan. Menurut manajer

umum AHASS “Z” motor, mekanik bengkel umum maupun bengkel resmi idealnya melayani sekitar tujuh sepeda motor perhari, target tersebut biasanya tercapai setelah bengkel berusia satu sampai dua tahun, “Z” Motor sendiri mencapai target tersebut dalam waktu empat bulan. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti tertarik untuk menelusuri lebih lanjut kebenaran dari target tersebut ke bengkel – bengkel yang sekiranya sebanding dengan bengkel “X”, berdasarkan hasil penelusuran, “V” Motor mencapai target tersebut dalam waktu 13 bulan, begitu pula dengan Castrol Bike Point “W” Motor, Castrol Bike Point “W” Motor mencapai target tersebut dalam waktu 16 bulan. Menurut kepala bengkel “X”, sampai bulan Agustus 2009 setiap mekanik di bengkel “X” tercatat melayani empat sampai lima konsumen setiap harinya, artinya selama 3 tahun 11 bulan dari sejak didirikan, bengkel “X” sendiri belum dapat mencapai target yang seharusnya tercapai dalam waktu satu sampai dua tahun. Dampak dari kondisi ini adalah profit perusahaan yang belum maksimal.

(15)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA kerusakan sepeda motornya. E dan I mengatakan karyawan bagian suku cadang di

bengkel “X” lambat dalam memberikan suku cadang yang diminta. H mengatakan

kasir di bengkel “X” kurang ramah, terutama ketika ia menawar harga. B mengeluhkan tidak adanya pelayanan antar jemput motor konsumen. Apabila mengacu pada apa yang diungkapkan oleh Zeithaml dan Bitner ( 2006 ), kekurangan yang diungkapkan AG, E, dan I tergolong kedalam dimensi reliability, kekurangan yang diungkapkan oleh H tergolong ke dalam dimensi assurance, dan kekurangan yang diungkapkan oleh B tergolong ke dalam dimensi empathy.

Konsumen lainnya, S menyayangkan kebijakan di bengkel “X” yang melarang konsumen untuk melihat proses servis dari dekat. Sd mengeluhkan ruang tunggu bengkel “X” yang panas dan berdebu karena terlalu dekat ke jalan raya. F mengeluhkan tidak adanya TV atau majalah di ruang tunggu bengkel “X”, sehingga ia seringkali merasa bosan ketika menunggu. J berpendapat sebaiknya bengkel “X” memiliki kantin tersendiri sehingga konsumen tidak perlu membeli makanan dan minuman dari luar. A mengatakan selama ini cinderamata yang ia terima dari bengkel “X” kurang bernilai. Apabila mengacu pada apa yang diungkapkan oleh Zeithaml dan Bitner ( 2006 ), kekurangan yang diungkapkan S tergolong kedalam dimensi empathy, sedangkan kekurangan yang diungkapkan oleh Sd, F, J, dan A tergolong ke dalam dimensi tangibles.

(16)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Berdasarkan hasil wawancara dengan konsumen, belum tercapainya target tersebut mungkin disebabkan oleh adanya kekurangan - kekurangan pada jasa yang disajikan bengkel “X” yang dapat digolongkan ke dalam beberapa dimensi yakni dimensi reliability, assurance, empathy, dan tangibles. Mengacu pada yang diungkapkan Zeithaml dan Bitner ( 2006 ), dari dimensi - dimensi tersebutlah konsumen dapat menilai kualitas jasa bengkel “X”. Menurut Tjiptono ( 2002 ), kualitas jasa ini secara signifikan akan menentukan kepuasan konsumen, yang dalam jangka panjang dapat menciptakan kesetiaan konsumen, dimana kesetiaan tersebut berpengaruh terhadap pencapaian target di bengkel “X”. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti Kualitas Jasa Bengkel “X” Bandung Menurut Konsumennya.

1.2Identifikasi Masalah

Penelitian ini ingin melihat bagaimana kualitas jasa bengkel “X” Bandung menurut konsumennya.

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Memperoleh gambaran mengenai perbandingan antara harapan konsumen dan persepsi konsumen terhadap bukti jasa bengkel “X” Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

(17)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 1.4Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoretis

- Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi tambahan bagi peneliti lain yang berminat untuk melakukan penelitian tentang kualitas jasa.

- Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memahami lebih lanjut mengenai aplikasi teori kualitas jasa dalam industri jasa perawatan dan perbaikan sarana transportasi.

1.4.2 Kegunaan Praktis

- Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada kepala bengkel “X” mengenai penilaian konsumen terhadap jasa bengkel “X”, sehingga kepala bengkel “X” dapat mengetahui tindakan yang harus dilakukan

untuk meningkatkan atau mempertahankan bukti jasa bengkel “X” dalam

rangka mencapai target perusahaan

- Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi bengkel – bengkel lain yang sekiranya memiliki masalah yang serupa dengan bengkel “X”, yakni belum tercapainya target di tengah – tengah persaingan.

1.5Kerangka Pemikiran

(18)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA kondisi pasar demikian, suatu produsen jasa harus berpikir bagaimana caranya menyediakan jasa yang sesuai dengan keinginan konsumennya ( Alma, 2004 ). Melihat pentingnya posisi konsumen dalam pasar, maka menjadi penting untuk memperhatikan perilaku konsumen dalam menggunakan jasa, salah satunya adalah perilaku konsumen dalam menggunakan jasa di suatu bengkel.

Sebelum menggunakan jasa di suatu bengkel, konsumen harus mengenali kebutuhannya terlebih dahulu. Maslow ( dalam Zeithaml dan Bitner, 2006 ) membagi kebutuhan menjadi lima kategori dari kebutuhan tingkat dasar sampai kebutuhan dalam tingkat yang lebih tinggi, yaitu physiological needs, safety and security needs, social needs, ego needs, dan self actualization needs. Jasa dapat memenuhi semua need tersebut, dan jasa menjadi semakin penting untuk memenuhi social, ego, dan self actualization needs.

(19)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Kualitas jasa merupakan suatu evaluasi terfokus yang mencerminkan perbandingan antara harapan dan kenyataan yang diterima konsumen mengenai reliability, responsiveness, assurance, empathy, dan tangibles dari bukti - bukti jasa, yaitu people, process, dan physical evidence. Reliability, responsiveness, assurance, empathy, dan tangibles merupakan lima dimensi kualitas jasa. Reliability adalah kemampuan yang dapat diandalkan dan akurat dalam melaksanakan jasa yang dijanjikan. Responsiveness adalah kemauan untuk membantu konsumen dan menyediakan jasa dengan tanggap. Assurance adalah pengetahuan dan kesopanan karyawan bengkel “X”, dan kemampuan bengkel “X” dan karyawan bengkel “X” untuk membangkitkan kepercayaan dan keyakinan. Empathy adalah perhatian, perhatian personel bengkel “X” yang menunjukan

bahwa bengkel “X” memperhatikan konsumennya. Tangibles adalah penampilan

fasilitas fisik, peralatan, personel, dan materi komunikasi di bengkel “X” ( Zeithaml dan Bitner, 2006 ).

(20)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Personal needs adalah keadaan atau kondisi yang dianggap perlu oleh konsumen bengkel “X” untuk kesejahteraan fisik dan psikologisnya. Personal needs merupakan faktor yang sangat penting yang membentuk keinginan konsumen bengkel “X” akan jasa. Lasting service intensifiers adalah faktor individual yang stabil yang mengarahkan konsumen bengkel “X” untuk meningkatkan sensitivitasnya terhadap jasa. Faktor individual tersebut adalah derived service expectations dan personal service philosophy. Derived service expectations muncul ketika harapan konsumen bengkel “X” digerakkan oleh orang lain atau sekelompok orang lainnya, seperti misalnya ketika harapan konsumen bengkel “X” didapatkan dari atasannya. Sedangkan personal service philosophy merupakan sikap umum yang mendasar yang dimiliki konsumen

bengkel “X” mengenai makna jasa bengkel dan bagaimana tingkah laku personel

bengkel yang baik. Konsumen bengkel “X” yang juga berperan sebagai penyedia jasa bengkel, atau pernah bekerja di suatu bengkel, memiliki personal philosophies yang kuat, karena memiliki standar yang dibentuk melalui pelatihan dan pengalaman mereka sebagai penyedia jasa bengkel.

(21)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA memaksakan pengaruhnya dalam mutu jasa yang diterimanya. Sebagian harapan konsumen bengkel “X”, dibentuk oleh seberapa baik mereka percaya bahwa mereka memainkan aturannya sendiri dalam penyampaian jasa. Situational factors adalah kondisi performa jasa yang dilihat konsumen bengkel “X” berada di luar kontrol personel bengkel “X”, seperti misalnya mati listrik atau gempa.

Explicit service promises adalah pernyataan personal dan non personal mengenai jasa yang dibuat oleh bengkel “X” untuk konsumen, seperti misalnya janji yang diucapkan oleh personel bengkel “X” kepada konsumen atau

pernyataan – pernyataan yang didapatkan konsumen dari iklan atau brosur yang disebarkan oleh bengkel “X”. Implicit service promises adalah petunjuk terkait jasa lainnya diluar explicit promises yang mengarahkan pada kesimpulan mengenai bagaimana dan akan seperti apa jasa yang disampaikan bengkel “X”, petunjuk tersebut didominasi oleh harga dan tangibles terkait jasa. Word of mouth communication adalah pernyataan personal dan kadang non personal yang dibuat seseorang atau sekelompok orang diluar yang disampaikan bengkel “X” kepada konsumen bengkel “X” mengenai akan seperti jasa yang disampaikan, seperti misalnya pernyataan – pernyataan yang diperoleh konsumen bengkel “X” dari teman atau keluarga. Past experience adalah pembukaan jasa sebelumnya yang dialami konsumen bengkel “X” yang relevan dengan jasa yang dialami konsumen di bengkel “X” saat ini.

(22)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA bengkel “X” adalah service encounter atau “moment of truth”. Dari sudut pandang konsumen bengkel “X”, gambaran jelas mengenai jasa akan tampil saat service encounter, yaitu saat konsumen berinteraksi dengan bengkel “X”. Mengingat karakteristik jasa yang intangible, maka konsumen mencari bukti jasa dalam setiap encounter dengan bengkel “X”. Bukti jasa tersebut menggambarkan jasa

bengkel “X” dan menyediakan bukti yang mewujudkan penawaran bengkel “X”.

Bukti dari jasa ada tiga, yaitu people ( penyedia jasa ), process ( penyampaian jasa dan sistem operasi ), dan physical evidence ( desain eksterior, desain interior, dan other tangibles seperti misalnya kartu nama, stationery, nota, pakaian karyawan, brosur, dsb ) ( Zeithaml dan Bitner, 2006 ).

Di tahun 1996, Zeithaml dan Bitner mengungkapkan faktor – faktor yang dapat mempengaruhi persepsi konsumen terhadap jasa, faktor – faktor tersebut adalah service encounters, evidence of service, image, dan price. Apabila konsumen bengkel “X” mempersepsi jasa berdasarkan evidence of service pada saat service encounter, maka dari keempat faktor tersebut, yang mempengaruhi persepsi konsumen bengkel “X” terhadap bukti jasa adalah image dan price.

(23)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA “X” baik. Apabila persepsi konsumen bengkel “X” lebih rendah dari harapannya, maka kualitas jasa bengkel “X” buruk ( Tjiptono, 2002 ).

Bagan 1.1 Kerangka pemikiran. Konsumen Kebutuhan menggunakan jasa bengkel “X” Perceived service Evidence of service

- People - Process

- Physical evidence

Image Price

Expected service

Tidak ada gap : PS = ES → Kualitas jasa Ada gap : PS > ES → Kualitas jasa ideal

PS < ES → Kualitas jasa buruk

Explicit service promises Implicit service promises Word of mouth

communications Past experience Situational factors Personal needs

Lasting service intensifiers Temporary service intensifier Perceived service

alternatives

Customer’s self – perceived

(24)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 1.6Asumsi

Berdasarkan kerangka pikir, dapat ditarik asumsi sebagai berikut :

- Kebutuhan konsumen akan jasa bengkel “X” akan mendorong konsumen

untuk menggunakan jasa di bengkel “X”.

- Ketika menggunakan jasa bengkel “X”, konsumen akan menilai kualitas jasa bengkel “X” dengan cara membandingkan antara harapan dan kenyataan yang diterimanya mengenai reliability, responsiveness, assurance, empathy, dan tangibles dari bukti – bukti jasa bengkel “X”, yaitu people, process, dan physical evidence.

- Apabila persepsi konsumen bengkel “X” melampaui harapannya, kualitas jasa bengkel “X” ideal. Apabila persepsi konsumen bengkel “X” sesuai dengan harapannya, kualitas jasa bengkel “X” baik. Apabila persepsi konsumen bengkel “X” lebih rendah dari harapannya, maka kualitas jasa

(25)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai kualitas jasa bengkel “X” Bandung

menurut konsumennya, sebagian besar konsumen menilai kualitas jasa bengkel “X” buruk. Gambaran umum penilaian 52 konsumen adalah sebagai berikut :

- 24 konsumen (46,2 %) menilai personel di bengkel “X” sangat handal dan akurat dalam melaksanakan jasa yang dijanjikan.

- 30 konsumen (57,7 %) menilai personel bengkel “X” belum memiliki kemauan untuk membantu mereka dan menyediakan jasa dengan tanggap. - 26 konsumen (50 %) menilai penyesuaian proses penyampaian jasa di bengkel “X” mencerminkan personel bengkel “X” memiliki kemauan yang

tinggi untuk membantu mereka dan menyediakan jasa dengan tanggap. - 34 konsumen (65,4 %) menilai pengetahuan, kesopanan, dan kemampuan

personel bengkel “X” belum dapat membuat mereka merasa percaya dan

yakin.

- 30 konsumen (57,7 %) menilai penampilan fasilitas fisik dan semua komponen berwujud di bengkel “X” sangat meyakinkan.

- 28 konsumen (53,8 %) menilai personel bengkel “X” belum memperhatikan mereka.

(26)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA - 28 konsumen (53,8 %) menilai penampilan personel bengkel “X” baik. - 29 konsumen (55,8 %) menilai penampilan fasilitas fisik dan semua

komponen berwujud di bengkel “X” kurang baik.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Penelitian Lanjutan

- Peneliti mengajukan saran kepada peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian terkait perilaku konsumen, untuk meneliti kepuasan konsumen secara menyeluruh pada perusahaan yang menawarkan produk utama berupa barang yang didukung oleh jasa.

- Selain itu peneliti juga mengajukan saran untuk meneliti faktor – faktor yang paling dominan dalam membentuk atau mempengaruhi harapan konsumen, khususnya konsumen yang berdomisili di Indonesia.

5.2.2 Saran Guna Laksana

- Berdasarkan penilaian konsumen mengenai kurangnya kemauan karyawan bengkel “X” untuk membantu konsumen dan menyediakan jasa dengan

(27)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA - Berdasarkan penilaian konsumen mengenai kurangnya kemampuan karyawan bengkel “X” untuk dapat meyakinkan konsumen dalam

menggunakan oli merk tertentu, maka peneliti menyarankan kepala bengkel “X” untuk memberitahukan cara menawarkan oli sepeda motor yang tidak membingungkan konsumen pada karyawan suku cadang di bengkel “X”.

- Berdasarkan penilaian konsumen mengenai lambatnya karyawan bagian suku cadang bengkel “X” dalam menemukan suku cadang yang diminta,

(28)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. 2004. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa Edisi Revisi. Bandung : CV. ALFABETA.

Atkinson, Rita L., Richard C. Atkinson., Edward E. Smith., dan Daryl J. Bem. Pengantar Psikologi Jilid 1 Edisi Kesebelas. Batam : Interaksa.

Bidgoli, Hossein. 2004. The Internet Encyclopedia. Penerbit : John Wiley and Sons.

Brown, Stephen Walter., Evert Gumesson., dan Bo Edvardsson. 1991. Service Quality : Multidiciplinary and Multinational Perspectives. Penerbit : Lexington Books.

Foxall, Gordon., Ronald Goldsmith., dan Stephen Brown. 1998. Consumer Psychology for Marketing 2nd Edition. London : Thomson Learning.

Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing: Design, Analysis, and Use. Pennsylvania : Allyn and Bacon.

Guilford, J. P. 1956. Fundamental Statistics in Psychology and Education 3rd Edition. New York : McGraw - Hill Company.

Hawkins, Del. I., Roger J. Best., dan Kenneth A. Coney. 2001. Consumer Behaviour Building Marketing Strategy. New York : McGraw - Hill Company.

Kotler, Philip. 2004. Manajemen Pemasaran Jilid 1. Jakarta : PT. INDEKS Kelompok Gramedia.

(29)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Kumar, Ranjit. 1999. Research Method A Step By Step Guide For Beginners.

London : SAGE Publications.

Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Schneider, Benjamin., Susan S. White. 2003. Service Quality : Research Perspectives. California : SAGE.

Siegel, Sidney. 1997. Statistik Nonparametrik Untuk Ilmu – Ilmu Sosial. Jakarta : PT. Gramedia.

Sudarma, Hartoto. 2006. Menjadi Kaya Dengan UKM Otomotif Roda Dua. Jakarta : PT. Kawan Pustaka.

Tjiptono. Fandy. 2002. Manajemen Jasa Cetakan Ketiga. Yogyakarta : ANDI Offset.

Traub, Ross E. 1994. Reliability for The Social Sciences : Theory and Applications. California : SAGE.

Umar, Husein. 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Zeithaml, V.A. dan M. J. Bitner. 1996. Services Marketing. New York : McGraw - Hill Company.

Zeithaml, V.A. dan M. J. Bitner. 2003. Services Marketing 3rd Edition. New York : McGraw - Hill Company.

(30)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA DAFTAR RUJUKAN

____. 2009. Modul Daya Basic Management Training. Bandung : PT. Daya Adira Mustika.

____. Februari 2009. Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Edisi Revisi III. Bandung : Universitas Kristen Maranatha.

____. Panduan Operasional Bengkel “X”. Bandung : Bengkel “X”.

____. Panduan Operasional Jaringan Sepeda Motor Honda Jawa Barat. Bandung : PT. Daya Adira Mustika.

http://id.wikipedia.org/wiki/Transportasi, diakses 15 Juli 2009.

Nurochman, Arif. 11 Mei 2007. Bengkel Motor, Ladang Subur Bagi Wirausahawan Baru. Fakultas Ekonomi Universitas Singaperbangsa Karawang ( http://manajerial.blogspot.com/2007_05_01_archive.html, diakses 20 April 2009 ).

Referensi

Dokumen terkait

[r]

glucosyltransferase yang dihasilkan oleh bakteri Streptococcus mutans yang merupakan bakteri utama penyebab terjadinya karies gigi.. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah

Tujuan penelitian skripsi ini adalah mengidentifikasi masalah – masalah dan kelemahan – kelemahan yang terjadi pada sistem yang sedang berjalan di TOKO TIGA PUTRI,

Menurut data dari Survey Kesehatan Reproduksi Remaja (SKRRI) tahun 2015, pelaku seks bebas tertinggi yaitu di Kota Bandung, yaitu sebesar 54% penduduknya sudah

Berdasarkan Tabel 2 ringkasan hasil analisa bivariat dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan antara kebersihan pakian, kebersihan kulit, kebersihan tangan dan

Based on the observation and interview above, the expressive function is often used in her classroom. Teacher B feels that changing the expressive sentence into Indonesian

1). Untuk saat ini manfaat ekonomi sumberdaya perikanan kawasan konservasi laut TNKj belum dirasakan secara nyata, baik bagi komunitas nelayan lokal maupun bagi perekonomian

Untuk melihat gambaran partisipasi sekolah pada tingkat pendidikan wajar 9 tahun di Kabupaten Agam perlu dilakukan analisa crosstabulasi, pada penelitian ini partisipasi