• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara pengawasan pemimpin dengan kedisiplinan kerja karyawan pada perusahaan mikro, kecil dan menengah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara pengawasan pemimpin dengan kedisiplinan kerja karyawan pada perusahaan mikro, kecil dan menengah."

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

Intan Riana Dewi

ABSTRACT

This study were aimed to determine the relationship between leader supervision with discipline employees. The hypothesis purposed in this research: there the positive correlation between leader supervision with employees discipline. Subjects in this study were 177 employees from 14 micro, small, medium enterprise who have worked for minimum three months. Realibility in this research were tested using Alpha Cronbach. The leader supervision scale consist of 24 items with realibility value 0,921. Employee discipline scale filled by employee consist of 16 items and realibility value was 0,843 and scale of discipline employee filled by supervisor consist of 8 items and realibility value was 0,791. The data was analyzed by Spearman Rho technique. The result of hypothesis test showed that correlation of leader supervision and employee discipline was 0,0471 with p = 0,000 (p<0,05). This result indicated that there was a significant positive correlation between leader supervision and employee discipline.

(2)

Intan Riana Dewi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengawasan pemimpin dengan kedisiplinan kerja karyawan. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang positif antara pengawasan pemimpin dengan kedisiplinan kerja karyawan. Subjek penelitian ini adalah 177 karyawan dari 14 perusahaan mikro, kecil, menengah yang berbeda dengan masa kerja minimal 3 bulan. Reliabilitas skala diuji menggunakan teknik Alpha Cronbach. Skala pengawasan pemimpin yang terdiri dari 24 aitem dengan reliabilitas 0,921. Skala kedisiplinan kerja yang diisi oleh karyawan yang terdiri dari 16 aitem dengan nilai reliabilitas 0,843 dan skala kedisiplinan kerja yang dinilai pengawas terdiri dari 8 aitem dengan nilai reliabilitas 0,791. Data penelitian ini termasuk dalam distribusi data yang tidak normal. Uji hipotesis data penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Spearman Rho Hasil uji hipotesis menunjukkan nilai korelasi sebesar 0,471 dengan p = 0,000 (p < 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara pengawasan pemimpin dengan kedisiplinan kerja.

(3)

i

HUBUNGAN ANTARA PENGAWASAN PEMIMPIN DENGAN KEDISIPLINAN KERJA KARYAWAN PADA PERUSAHAAN MIKRO,

KECIL, DAN MENENGAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi PSikologi

Disusun Oleh:

Nama : Intan Riana Dewi NIM : 119114127

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Aku ceritakan kesedihanku, Kepada sungai..

agar sungai mengajariku

Bagaimana mengalir tanpa sedikitpun mengeluh.”

(Khrisna Pabhicara, Sepatu Dahlan)

“Aku tidak berusaha menjadi lebih baik dari orang lain

Aku berusaha menjadi lebih baik dari diriku yang dulu.”

(Pidi Baiq)

Karya sederhana ini aku persembahakan untuk…

(7)
(8)

vi

HUBUNGAN ANTARA PENGAWASAN PEMIMPIN DENGAN KEDISIPLINAN KERJA KARYAWAN PADA PERUSAHAAN MIKRO,

KECIL, DAN MENENGAH

Intan Riana Dewi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengawasan pemimpin dengan kedisiplinan kerja karyawan. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang positif antara pengawasan pemimpin dengan kedisiplinan kerja karyawan. Subjek penelitian ini adalah 177 karyawan dari 14 perusahaan mikro, kecil, menengah yang berbeda dengan masa kerja minimal 3 bulan. Reliabilitas skala diuji menggunakan teknik Alpha Cronbach. Skala pengawasan pemimpin yang terdiri dari 24 aitem dengan reliabilitas 0,921. Skala kedisiplinan kerja yang diisi oleh karyawan yang terdiri dari 16 aitem dengan nilai reliabilitas 0,843 dan skala kedisiplinan kerja yang dinilai pengawas terdiri dari 8 aitem dengan nilai reliabilitas 0,791. Data penelitian ini termasuk dalam distribusi data yang tidak normal. Uji hipotesis data penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Spearman Rho Hasil uji hipotesis menunjukkan nilai korelasi sebesar 0,471 dengan p = 0,000 (p < 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara pengawasan pemimpin dengan kedisiplinan kerja.

Kata kunci: Pengawasan pemimpin, kedisiplinan kerja, perusahaan mikro kecil menengah

(9)

vii

RELATIONSHIP BETWEEN LEADER WITH DISCIPLINE WORK OF EMPLOYEE

Intan Riana Dewi

ABSTRACT

This study were aimed to determine the relationship between leader supervision with discipline employees. The hypothesis purposed in this research: there the positive correlation between leader supervision with employees discipline. Subjects in this study were 177 employees from 14 micro, small, medium enterprise who have worked for minimum three months. Realibility in this research were tested using Alpha Cronbach. The leader supervision scale consist of 24 items with realibility value 0,921. Employee discipline scale filled by employee consist of 16 items and realibility value was 0,843 and scale of discipline employee filled by supervisor consist of 8 items and realibility value was 0,791. The data was analyzed by Spearman Rho technique. The result of hypothesis test showed that correlation of leader supervision and employee discipline was 0,0471 with p = 0,000 (p<0,05). This result indicated that there was a significant positive correlation between leader supervision and employee discipline.

(10)
(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas ridho dan

penyertaan-Nya selama penyusunan skripsi sehingga pada akhirnya penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini tidak akan selesai

tanpa bantuan dari berbagai pihak yang terlibat dari awal hingga kahir selama

proses pengerjaan skripsi. Atas segala bantuan yang diberikan penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Y. B. Cahya Widiyanto, S.Psi., M.Si. selaku Wakil Dekan Fakultas

Psikologi Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Psi. selaku Kepala Program Studi Psikologi

Universitas Sanata Dharma yang telah memilih dan menetapkan dosen

pembimbing skripsi terbaik bagi saya.

4. Bapak C. W. Adinugroho, M.Psi selaku Dosen Pendamping Akademik yang

telah membimbing saya dari awal kuliah sampai akhir, membimbing saya

dalam masa galau akademik.

5. Bapak TM. Raditya Hernawa, M.Psi. selaku Dosen Pembimbig Skripsi yang

telah meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya, perhatian dan kerendahan

hatinya untuk membimbing saya menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu P. Henrietta P. D. A. S., M.A. selaku dosen seminar pada semester 7 yang

(12)

x

7. Segenap dosen, staff akademik, dan karyawan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma atas segala bantuan selama penulis menjalani

studi.

8. Seluruh Karyawan dan Pemilik Usaha yang bersedia menjadi subjek

penelitian ini, untuk meluangkan waktu demi meingisi kuisioner yang saya

bagikan.

9. Mamah kribo, terimakasih atas segala doa yang telah dipanjatkan disetiap

ibadah mamah untuk putrimu satu-stunya. Terimakasih atas semua

ocehan-ocehan yang didalamnya penuh dengan harapan yang besar.

10.Papah, salah satu kebanggaan tersendiri memiliki dan disayangi oleh laki-laki

sepertimu. Terimakasih atas segala nasehat, doa, dan omelan yang kau beri

untuk putri kecilmu satu-satunya di dunia ini,

11.Oh Willy dan Oh Fendy, kedua kakak laki-laki saya yang sangat

menginsipirasi kehidupanku. Terimakasih atas semua ajaran-ajaran baikmu,

yang mengajariku untuk selalu kuat dan keras agar tidak kalah dengan dunia.

Sungguh aku ingin menjadi sepertimu.

12.Dhani Wurianto, manusia yang selalu berikan kesabaran dan motivasi seperti

Mario teguh. Orang sederhana yang memandang kehidupan secara sempurna,

dan selalu bersyukur. Tak perlu kujelaskan kebaikanmu karena tak akan

cukup lembaran-lembaran ini menceritakanmu.

13.Seluruh teman dan sahabat di Purwokerto, kampung halamanku, yang selalu

menghinaku dan mendukungku. Terimakasih atas semua kaceriaan dan

(13)

xi

14.Sahabatku di sini, Komar yang selalu ada saat senang duka hujan panas.

Hahaha. Terimakasih atas tingkah laku dan cerita-cerita yang aneh yang

membuatku ketagihan.

15.Teman-teman kosan, sebelah kamar, yang di atas yang di bawah.

Terimakasih atas keceriaan dan perhatian serta semangat-semangat yang

kalian tularkan kepadaku.

16.Teman-teman PSIKOLOGI 2011, khususnya kelas C.

Dulu kami menyebut dengan nama GKC. Terimakasih atas segala keceriaan

yang diberikan dari awal kuliah sampai sekarang semoga pertemanan kita

tiada ujungnya. Semoga tak ada satupun dari kalian yang melupakanku.

Muahaha

17.Teman-teman seangkatan sedosen pembimbing Pak Tius. Terimakasih ya

atas dukungan dan semangat yang diberikan. Terimakasih juga saat ngerjain

bareng kalian, aku Cuma dapet satu kalimat dan dapet gossip yang banyak.

Hahahaha. I’m to Glad to meet you!

18.Semua teman-teman Psikologi Universitas Sanata Dharma yang tak bisa

kusebutkan satu-satu, yang pernah satu tim dengan ku disebuah kepanitiaan.

Terimakasih atas smua pihak yang membantuku, mengajariku ketika aku

kebingungan. Aku bahagia menjadi keluarga Psikologi Universitas Sanata

Dharma.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penelitian

(14)

xii

memperbaiki karya ilmiah ini. Penulis juga berharap penelitian ini dapat

bermanfaat bagi pembaca. Terima kasih.

(15)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERESTUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

HALAMAN PERYATAAN PERSETUJUAN... viii

KATA PENGANTAR ... ix

1. Pengertian Kepemimpinan Dan Pemimpin ... 11

2. Tugas Pemimpin ... 13

(16)

xiv

2. Aspek-aspek Kedisiplinan Kerja ... 22

3. Faktor-Faktor Kedisiplinan Kerja ... 24

4. Tujuan Kedisiplinan Kerja ... 30

D. Perusahaan Mikro, Kecil, Menengah ... 33

E. Hubungan Pengawasan dengan Kedisiplinan Kerja ... 36

F. Kerangka Penelitian ... 38

G. Hipotesis ... 39

BAB III. METODE PENELITIAN... 40

A. Jenis Penelitian ... 40

B. Variabel Penelitian ... 40

C. Definisi Operasional... 40

1. Pengawasan Pemimpin... 41

2. Kedisiplinan Kerja ... 41

D. Subjek Penelitian ... 42

E. Metode Pengumpulan Data ... 42

1. Skala Penilaian Pengawasan Pemimpin ... 43

2. Skala Penilaian Kedisiplinan Kerja ... 44

F. Validitas dan Reliabilitas ... 47

1. Validitas ... 47

2. Seleksi Aitem ... 48

a. Skala Pengawasan ... 50

b. Skala Kedisiplinan Kerja Karyawan ... 51

1. Reliabilitas ... 54

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60

A. Pelaksanaan Penelitian ... 60

(17)

xv

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 62

D. Hasil Penelitian ... 65

1. Uji Asumsi ... 65

a. Uji Normalitas ... 65

b. Uji Linearitas ... 68

1) Uji Linearitas Pengawasan Pemimpin dengan Kedisiplinan Kerja (diisi Karyawan) ... 68

2) Uji Linearitas Pengawasan Pemimpin dengan Kedisiplinan Kerja (diisi Pengawas) ... 70

3) Uji Lineritas antar SkalaKedisiplinan Kerja ... 72

2. Uji Hipotesis ... 73

E. Pembahasan ... 76

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 83

A. Kesimpulan ... 83

B. Saran ... 83

1. Bagi Subjek Penelitian ... 83

2. Bagi Perusahaan Mikro, Kecil dan Menengah ... 84

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Blue Print Skala Pengawasan Pemimpin ... 44

Tabel 2. Penilaian Skala Pengawasan Pemimpin ... 44

Tabel 3. Blue Print Skala Kedisiplinan Kerja (diisi Karyawan) ... 46

Tabel 4. Blue Print Skala Kedisiplinan Kerja (diisi Pengawas) ... 46

Tabel 5. Penilaian Skala Kedisiplinan Kerja... 47

Tabel 6. Sebaran Aitem Skala Pengawasan ... 50

Tabel 7. Skala Penelitian Pengawasan Pemimpin... 51

Tabel 8. Sebaran Aitem Skala Kedisiplinan Kerja (diisi Karyawan)... 52

Tabel 9. Skala Penelitian Kedisiplinan Kerja (diisi Karyawan) ... 53

Tabel 10. Sebaran Aitem Skala Kedisiplinan Kerja (diisi Pengawas) ... 53

Tabel 11. Skala Penelitian Kedisiplinan Kerja (diisi Pengawas) ... 54

Tabel 12. Nilai Koefisien Reliabilitas ... 59

Tabel 13. Data Demografis Subjek Penelitian ... 62

Tabel 14. Deskripsi Data Penelitian ... 62

Tabel 15. Hasil Uji T Mean Skala Pengawasan Pemimpin ... 63

Tabel 16. Hasil Uji T Mean Skala Kedisiplinan Kerja (diisi Karyawan) ... 64

Tabel 17. Hasil Uji T Mean Skala Kedisiplinan Kerja (diisi Pengawas) ... 64

Tabel 18. Hasil Uji Normalitas ... 65

Tabel 19. Hasil Uji Linearitas 1 ... 68

Tabel 20. Hasil Uji Linearitas 2 ... 70

Tabel 21. Uji Korelasi Skala Pengawasan dengan Skala Kedisiplinan Kerja (diisi karyawan) ... 74

(19)

xvii

DAFTAR BAGAN

(20)

xviii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Kurva Pengawasan Pemimpin ... 66

Grafik 2. Kurva Kedisiplinan Kerja (diisi Karyawan) ... 67

Grafik 3. Kurva Kedisiplinan Kerja (diisi Pengawas) ... 67

Grafik 4. Scatterplot Hasil Uji Linearitas 1 ... 69

Grafik 5. Scatterplot Hasil Uji Linearitas 2 ... 71

(21)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Tryout Pengawasan Pemimpin dan Kedisiplinan Kerja (diisi

oleh karyawan) ... 89

Lampiran 2. Skala Tryout Kedisiplinan Kerja (diisi oleh pengawas) ... 99

Lampiran 3. Skala Penelitian Pengawasan Pemimpin dan Kedisiplinan Kerja (diisi oleh karyawan) ... 104

Lampiran 4. Skala Penelitian Kedisiplinan Kerja (diisi oleh pengawas) ... 118

Lampiran 5. Uji Reliabilitas Skala ... 128

Lampiran 6. Deskriptif Data Penelitian ... 128

Lampiran 7. Uji Normalitas ... 130

Lampiran 8. Uji Linearitas ... 131

(22)
(23)

ada beberapa faktor yang menentukan kualitas tenaga kerja yaitu tingkat

kecerdasan, bakat, sifat kepribadian, kualitas fisik, etos (semangat kerja),

dan disiplin kerja.

Selain itu, suatu ulasan empiris pada penelitian yang sejenis oleh

Sanjaya (2009) tentang “Pengaruh Kedisiplinan Terhadap Produktivitas

Kerja Karyawan Pada Perusahaan Keripik Kentang Di Junrejo Batu”juga

menyatakan bahwa suatu perusahaan tidak terlepas dari unsur karyawan

sebagai pekerja dalam kegiatan bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa salah

satu sikap kerja yang mempengaruhikeberhasilan suatu perusahaan adalah

kedisiplinan sehingga kedisiplinan karyawan diharapkan dapat mendorong

perusahaan untuk lebih produktif. Tujuan perusahaan tidak akan tercapai

tanpa peran aktif tenaga kerja yang disiplin, oleh sebab itu kedisiplinan

merupakan salah faktor yang penting dalam keberhasilan suatu perusahaan

itu sendiri.

Inayati (2014) menyatakan bahwa pegawai merupakan motor

penggerak utama dalam organisasi. Sebagai karyawan yang baik, maka

karyawan itu harus memiliki disiplin kerja. Disiplin kerja yang baik

mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap

tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Disiplin kerja pada dasarnya merupakan

suatu sikap kepatuhan terhadap peraturan-peraturan, norma, hukum dan

tata tertib yang berlaku. Disiplin kerja sangat perlu dalam organisasi,

(24)

Hasibuan (2004) berpendapat bahwa kedisiplinan adalah sikap

seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma

sosialyang berlaku. Karyawan dengan disiplin kerja yang baik diharapkan

mampu melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan yang menjadi

tanggung jawabnya dengan efektif dan efisien. Seseorang yang

mempunyai kedisiplinan cenderung akan bekerja sesuai dengan peraturan

dan kewajiban yang dibebankan kepadanya. Disiplin kerja pegawai yang

tinggi, akan mampu mencapai efektivitas kerja yang maksimal, baik itu

disiplin waktu, tata tertib atau peraturan yang telah ditetapkan oleh

perusahaan.

Pada pengertian disiplin terdapat dua hal yang penting, yaitu hal yang

berkaitan dengan waktu dan hal yang berkaitan dengan kegiatan atau

perbuatan. Seorang pekerja yang berdisiplin tinggi, masuk kerja tepat pada

waktunya, demikian juga pulang pada waktunya, dan selalu taat pada tata

tertib (Anoraga, 1992). Disiplin kerja seorang karyawan tidak hanya

dilihat dari absensi, tetapi juga bisa dinilai dari sikap karyawan tersebut

dalam melaksanakan pekerjaan. Karyawan yang mempunyai disiplin

tinggi tidak menunda-nunda pekerjaan dan selalu berusaha menyelesaikan

tepat waktu (Setiawan, 2013).

Menurut Saydam (2005) terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhitimbulnya perilaku disiplin kerja, yaitu: besar kecilnya

pemberian kompensasi, ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam

(25)

keberanian pemimpin dalam mengambil tindakan, ada tidaknya

pengawasan pimpinan, ada tidaknya perhatian kepada para karyawan, dan

terciptanya kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin.

Berdasarkan hasil wawancara pribadi yang dilakukan peneliti pada

tanggal 2 Februari 2015 dengan beberapa pemilik usaha mikro, kecil dan

menengah tersebut, beberapa dari pemilik tempat usaha mengeluhkan

tentang kedisiplinan kerja karyawan mereka. Permasalahan ini nampak

dari beberapa fenomena yaitu karyawan yang datang terlambat,

meninggalkan tempat kerja tanpa izin, tidak masuk kerja tanpa

pemberitahuan terlebih dahulu, tidak serius dalam bekerja, dan menunda

pekerjaan.

Plunkett dan Attner (dalam Anoraga & Suyati, 1995) mengemukakan

bahwa leadership atau kepemimpinan adalah sebagai proses mempengaruhi grup atau individual untuk merencanakan tujuan dan

mencapai tujuan tersebut. Ia harus dapat membuat perencanaan,

pengorganisasian dan pengawasan serta keputusan yang efektif. Salah

satu tugas seorang pemimpin adalah mengendalikan tingkah laku

kelompok. Tugas ini adalah mengawasi, memantau, dan mengendalikan

tingkah laku kelompok yang mungkin dapat merugikan atau tingkah laku

individu yang dapat merugikan kelompok.

Salah satu fungsi pemimpin menurut Fleishman & Haris dalam

Schultz, D. & Schulttz, S.E (2010) berkaitan dengan fungsi

(26)

kegiatan kerja bawahan. Atasan harus menetapkan tugas khusus untuk

karyawan, mengarahkan cara dimana tugas harus dilakukan, dan

memantau pekerjaan untuk memastikan bahwa pekerjaan itu sedang

dilakukan dengan benar (Schultz, D. & Schulttz, S.E.,2010). Hal ini

selaras dengan proses pengawasan yang dikemukakan oleh Winardi (1989)

yaitu penetapan standar pelaksanaan, membandingkan hasil pekerjaan

dengan standar yang ada dan melaksanakan tindakan koreksi guna

memperbaiki penyimpangan dari standar.

Selain itu, pengawasan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi tinggi rendahnya disiplin kerja, dimana pengawasan ini

adalah tindakan nyata dan efektifitas dalam mewujudkankedisiplinan

karyawan perusahaan. Suatu pengawasan dikatakan penting karenatanpa

adanya pengawasan yang baik tentunya akan menghasilkan tujuan yang

kurang memuaskan, baik bagi perusahaan itu sendiri maupun bagi para

pekerjanya. Pengawasan juga merupakan salah satu upaya pemimpinuntuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan (Agustina &

Bismala, 2014).

Pengawasan pemimpin adalah kegiatan yang dilakukan untuk

mengendalikan pelaksanaan tugas atau pekerjaan yang dilakukan

seseorang, agar proses pekerjaan tersebut sesuai dengan hasil yang

diinginkan. Pengawasan dilakukan ketika kegiatan operasional itu sedang

(27)

terlaksananya kesepakatan pencapaian sasaran organisasi (Kadarisman,

2012).

Fungsi pengawasan adalah mengecek seluruh kegiatan dan menjaga

agar kegiatan tersebut terarah dengan tepat menuju pencapaian tujuan

seperti yang direncanakan dan apabila ditemukan peyimpangan maka

diambil tindakan koreksi (Mansoer, 1989).

Sementara itu, orang yang paling tepat melaksanakan pengawasan

terhadap disiplin ini tentulah atasan langsung para karyawan yang

bersangkutan. Hal ini disebabkan para atasan itulah yang paling tahu dan

paling dekat dengan para karyawan (Saydam, 2005). Hal ini sama dengan

apa yang diutarakan Nawawi (1989) bahwa fungsi pengawasan dapat

dilakukan sendiri oleh setiap pemimpin, terutama jika jumlah bawahannya

dan unit kerja di lingkungannya tidak terlalu banyak. Namun, di samping

itu, pengawasan pun dapat dilakukan dengan menunjuk orang lain atau

mempercayakannya pada suatu unit kerja yang khusus dibentuk untuk

menjalankan fungsi pengawasan. Cara kedua ini dilakukan apabila

pemimpin sangat sibuk dengan kegiatan yang lain.

McCromick &Ilgen (1980) juga menyatakan individu yang

berkedudukan sebagai pengawas diharapkan untuk merencanakan,

mengkoordinasikan, dan mengendalikan kegiatan orang-orang untuk lebih

tanggung jawab, sehingga mencapai tujuan yang ditetapkan untuk

(28)

dengan mempengaruhi anggota kelompok untuk berkontribusi di setiap

kegiatan organisasi.

Setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan perlu ada pengawasan

yang akan mengarahkan para karyawan agar dapat melaksanakan

pekerjaan dengan tepat dan sesuai dengan apa yang telah diciptakan.

Namun sudah seperti hal yang tidak asing lagi bahwa pada dasarnya

manusia selalu ingin bebas. Hal ini sama dengan karyawan yang

cenderung ingin bebas dari segala peraturan yang ada. Para karyawan akan

terbiasa melaksanakan disiplin kerja dengan adanya pengawasan seperti

demikian, maka kurang lebih para karyawan akan terbiasa melaksanakan

disiplin kerja sehingga mereka tidak berbuat semaunya di dalam

perusahaan (Saydam, 2005).

Berdasarkan hasil wawancara dan uraian tersebut, maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian yang berfokus pada hubungan antara

pengawasan pemimpin dan kedisiplinan kerja karyawan.

Suatu ulasan empiris pada penelitian yang sejenis oleh Agustina &

Bismala (2014) dengan judul “Dampak Pengawasan Dan Kepuasan Kerja

DalamMempengaruhi Disiplin Kerja Karyawan PT. Perkebunan Nusantara

IV (Persero) Medan” menyatakan bahwa pengawasan tidak berpengaruh

terhadap disiplin kerja. Namun, pada penelitian yang sejenis pula pada

tahun 2004 oleh Desy Arisandy dengan judul “Hubungan Antara Persepsi

Karyawan Terhadap Kontrol Supervisor dan Kedisiplinan Kerja Karyawan

(29)

menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara persepsi

terhadap kontrol atasan dengan disiplin kerja. Artinya, semakin positif

persepsi karyawan terhadap kontrol atasan maka semakin tinggi disiplin

kerja. Selain itu hasil penelitian tersebut juga menyatakan bahwakontrol

atasan mampu memberikan kontribusi yang berarti pada disiplin kerja

sebesar 45,96%. Hasil yang berbeda dari penelitian yang sejenis tersebut,

semakin membuat peneliti sangat tertarik untuk membuktikan hal tersebut

dalam penelitian ini.

Penelitian ini melakukan saran dari penelitian sejenis yang sebelumnya

yang dilakukan oleh Putri pada tahun 2012, dimana aspek kedisiplinan

kerja hanya dinilai oleh karyawan sendiri tanpa ada penilaian dari atasan

sehingga besar kemungkinan adanya bias dari karyawan dan juga kurang

menggambarkan keadaan perusahaan yang sesungguhnya sehingga saran

yang diberikan kepada peneliti selanjutnya adalah atasan sebaiknya

memberikan penilaian juga tentang karyawannya. Berdasarkan saran

tersebut, maka penilaian kedisiplinan kerja pada penelitian ini akan

melibatkan penilaian dari atasan dengan cara memberikan skala

kedisiplinan kerja untuk menilai kedisiplinan karyawan yang

(30)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena tersebut, penulis merumuskan masalah yang akan

dikaji dalam penelitian ini yaitu apakah ada hubungan antara pengawasan

pemimpin dengan kedisiplinan kerja karyawan pada perusahaan mikro, kecil,

menengah?

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti bertujuan untuk mengetahui apakah

pengawasan pemimpin memiliki hubungan dengan kedisiplinan kerja

karyawan pada perusahaan mikro, kecil dan menengah. Selain itu tujuan dari

penelitian ini adalah dengan melaksanakan pengawasan pemimpin, peneliti

mengharapkan semakin baik pengawasan pemimpin semakin tinggi

kemungkinan karyawan lebih disiplin dalam bekerja.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari peneilitian ini bermanfaat bagi perkembangan

beberapa ilmu psikologi yaitu Psikologi Industri Organisasi, Psikologi

Kepemimpinan dan Ilmu Psikologi dalam Perusahaan. Selain itu

menambah sumbangan pada teori perilaku organisasi, dan manajemen

sumber daya manusia khususnya untuk memperkaya pemahaman

mengenai pengawasan pemimpin yang dapat berdampak pada peningkatan

(31)

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan refleksi, evaluasi dan

pembelajaran bagi atasan atau pimpinan atau pemilik usaha dalam

melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas pegawai sehingga

mampu meningkatkan kedisiplinan kerja para karyawan, dan kedua belah

pihak mampu bekerja dengan etos kerja yang baik serta lebih professional

(32)
(33)

Menurut Hogg (dalam Day, Kelloway, Hurrel 2014)

kepemimpinan merupakan hal yang berkaitan dengan bagaimana

beberapa individu yang memiliki pengaruh dalam mengatur agenda,

mendefinisikan identitas organisasi dan mengarahkan orang untuk

mencapai tujuan.

Sementara itu, pemimpin adalah seseorang yang memimpin dengan

jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur,

menunjukkan, mengorganisasikan atau mengendalikan orang lain

melalui prestise, kekuasaan atau posisi (Henry Pratt dalam Anoraga &

Suyati, 1995). John Gage Alle dalam Kartono (2003) juga menyatakan

hal yang senada bahwa pemimpin itu adalah pemandu, penunjuk,

penuntun dan komandan.

Plunkett dan Attner (dalam Anoraga & Suyati, 1995) seorang

pemimpin atau manajer harus dapat membuat perencanaan,

pengorganisasian dan pengawasan serta keputusan yang efektif. Salah

satu tugas seorang pemimpin adalah mengendalikan tingkah laku

kelompok. Tugas ini adalah mengarahkan, memantau, dan

mengendalikan tingkah laku kelompok yang mungkin dapat merugikan

atau tingkah laku individu yang dapat merugikan kelompok. Pemimpin

mempunyai tugas untuk menjadi pengamat dan pengendali kelancaran

hubungan-hubungan yang terjadi.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa

(34)

pemimpin untuk mempengaruhi suatu kelompok atau individual untuk

bekerja sama secara sukarela dalam rangka merencanakan tujuan dan

mencapai tujuan tersebut. Sedangkan seorang pemimpin adalah

seseorang yang harus memimpin, mengatur, menunjukkan,

mengorganisasikan, membuat perencanaan, membuat keputusan, serta

mengendalikan dan mengawasi tingkah laku kelompok yang mungkin

merugikan perusahaan atau tingkah laku individu yang dapat

merugikan kelompok.

2. Tugas Pemimpin

Menurut Anoraga & Suyati (1995) dan Floyd D. Rusch (dalam

Santoso, 2010) tugas seorang pemimpin ada 3 yaitu :

1) Memberikan struktur terhadap situasi (Sructuring The Situation)

Dalam hal ini pemimpin menyederhanakan dan mencarikan

alternative pemecahan/solusi terhadap berbagai masalah serta

memahami struktur situasi yang jelas yang sedang dihadapi

kelompoknya.

2) Mengendalikan tingkah laku kelompok (Controlling Group

Behavior)

Dalam tugas ini, pemimpin bertugas untuk mengawasi, memantau

dan mengendalikan tingkah laku kelompok yang mungkin dapat

merugikan atau tingkah laku individu yang dapat merugikan

kelompok atau menyimpang dari tujuan yang diinginkan.

(35)

Pemimpin harus menjadi juru bicara kelompoknya dalam

berhubungan dengan keadaan kelompok terhadap pihak luar serta

memberikan informasi kepada masyarakat tentang sesuatu yang

diperlukan dalam rangka mengamankan kelompoknya dan juga

memberikan informasi ke bawahan tentang sesuatu yang

dibutuhkan bawahan.

B. Pengawasan Pemimpin

1. Pengertian Pengawasan Pemimpin

Pengawasan pemimpin merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

mengendalikan pelaksanaan tugas atau pekerjaan yang dilakukan

seseorang, agar proses pekerjaan tersebut sesuai dengan hasil yang

diinginkan. Pengawasan dilakukan ketika kegiatan operasional itu

sedang berlangsung.Pengawasan yang telah dilakukan adalah untuk

membantu terlaksananya kesepakatan pencapaian sasaran organisasi

(Kadarisman, 2012).

Pengawasan dapat dirumuskan sebagai proses pemantauan

kegiatan untuk menjaga bahwa kegiatan tersebut memang

dilaksanakan terarah dan menuju kepada pencapaian tujuan yang

direncanakan dan mengadakan koreksi terhadap kegiatan yang

menyimpang. Fungsi pengawasan adalah mengecek seluruh kegiatan

(36)

pencapaian tujuan seperti yang direncanakan dan apabila ditemukan

peyimpangan maka diambil tindakan koreksi (Mansoer, 1989)

Manullang (1996) menyatakan bahwa pengawasan pemimpin

merupakan proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang sudah

dilaksanakan, menilainya, dan bila perlu mengoreksi dengan maksud

supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula.

Berdasarkan penjelasan diatas peneliti menyimpulkan bahwa

pengawasan pemimpin merupakan proses atau tindakan pimpinan

untuk mengarahkan karyawan pada suatu pekerjaan,memantau

pekerjaan seseorang untuk memastikan bahwa pekerjaan tersebut

dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat, dan melakukan

tindakan koreksi terhadap tindakan menyimpang.

2. Tipe-tipe Pengawasan

Menurut Winardi (1989) fungsi pengawasan dapat dibagi dalam

tiga macam tipe atas dasar fokus aktivitas pengawasan yaitu:

1) Pengawasan pendahuluan (Preliminary Control), yaitu pengawasan

yang memusatkan perhatian pada masalah mencegah timbulnya

deviasi-deviasi pada kualitas serta kuantitas sumber-sumber daya

yang digunakan pada organisasi.Sumber daya manusia harus

memenuhi syarat-syarat pekerjaan yang ditetapkan oleh struktur

(37)

2) Pengawasan pada saat pekerjaan berlangsung (Concurrent

Control), yaitu pengawasan yang memonitor pekerjaan yang

berlangsung guna memastikan bahwa sasaran-sasaran

dicapai.Pengawasan dilaksanakan dengan aktivitas para manajer

memberikan arahan atau melaksanakan supervisi.

3) Pengawasan Feedback (Feedback Control) yaitu pengawasan yang

memusatkan perhatian pada hasil akhir tindakan korektif dan

mengungkapkan fakta bahwa hasil-hasil historical mempengaruhi

tindakan-tindakan masa mendatang.

Menurut Handoko (2003) juga ada tiga tipe dasar pengawasan

yaitu :

1) Pengawasan pendahuluan (Feedforward Control) atau yang sering

disebut dengan steering control, dirancang untuk antisipasi

masalah atau penyimpangan dari standar atau tujuan dan

memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap kegiatan

tertentu diselesaikan.

2) Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan

kegiatan (Concurrent Control) yaitu pengawasan yang merupakan

proses dimana aspek tertentu dari prosedur harus disetujui dulu,

atau syarat tertentu harus dipenuhi dulu sebelum kegiatan-kegiatan

bisa dilanjutkan atau semacam menjadi alat “double-check” yang

(38)

3) Pengawasan umpan balik (Feedback Control) yaitu pengawasan ini

dikenal dengan istilah past-action controls, yang mengukur

hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan. Pengawasan ini

bersifat historis, pengukuran dilakukan setelah kegiatan terjadi.

Sedangkan menurut Mansoer (1989) ada tiga bentuk-bentuk

pengawasan yaitu :

1) Pengawasan pra-kerja (Feedforward Control) yang merupakan

bentuk pengawasan yang mengantisipasi permasalahan yang akan

datang sehingga sifatnya mengarahkan keadaan yang akan terjadi

di masa datang, sebagai peringatan untuk tidak dilanggar.

2) Pengawasan pada saat kerja (Concurrent Control) yang merupakan

pengawasan yang dilakukan saat tugas-tugas diselenggarakan, dan

pengawasan ini memungkinkan manajer melakukan perbaikan di

tempat pada waktu terjadi penyimpangan sebelum penyimpangan

tersebut terjadi lebih jauh.

3) Pengawasan pasca-kerja (Feedback Control) merupakan

pengawasan yang dilaksanakan sesudah pekerjaan berlangsung dan

malah sudah berselang waktu yang lama.

Berdasarkan dari beberapa tokoh diatas, peneliti menyimpulkan

bahwa ada tiga bentuk atau tipe pengawasan, yaitu :

1) Pengawasan pendahuluan atau pra-kerja

Pengawasan yang memusatkan perhatian pada pencegahan

(39)

yang telah ditentukan sehingga sifatnya mengarahkan keadaan

yang akan terjadi di masa datang, sebagai peringatan untuk tidak

dilanggar.

2) Pengawasan pada saat kerja

Pengawasan yang merupakan proses memonitor pekerjaan atau

tugas-tugas yang sedang berlangsungdengan memberikan arahan

atau melaksanakan supervisi, dimana aspek tertentu dan

syarat-syarat tertentu harus dipenuhi terlebih dahulu untuk menjamin

ketepatan pelaksanaan suatu kegiatan serta dalam pengawasan

memungkinkan manajer melakukan perbaikan di tempat pada

waktu terjadi penyimpangan sebelum penyimpangan itu terjadi

lebih jauh.

3) Pengawasan setelah kerja

Pengawasan yang dilakukan setelah kegiatan atau pekerjaan

berlangsung dan memusatkan perhatian pada hasil akhir tindakan

korektif yang mengungkapkan fakta bahwa hasil tersebut mampu

mempengaruhi tindakan di masa mendatang.

2. Dampak Pengawasan

Menurut Hasibuan (2009) dengan adanya pengawasan yang

dilakukan oleh pemimpin maka :

a) Proses pelaksanaan dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan

(40)

b) Adanya tindakan perbaikan (corrective), jika terdapat penyimpangan-penyimpangan

c) Tujuan yang dihasilkan sesuai dengan rencananya

Controlling bukan hanya untuk mencari kesalahan-kesalahan,

tetapi berusaha untuk menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan

serta memperbaikinya jika terjadi kesalahan.

Selain itu, dengan adanya pengawasan, perusahaan yang

bersangkutan dapat memastikan bahwa perusahaan tersebut sedang

menuju ke arah pencapaian sasaran-saran yang telah ditetapkan.

Apabila terjadi penyimpangan, manajer harus segera mencari

sebab-sebab yang menimbulkan hal tersebut dan setelah itu mereka harus

segera memperbaikinya (Winardi, 2004). Pendapat tersebut sama

dengan penyataan Wursanto (2005) yang menyatakan bahwa dengan

adanya pengawasan, penyimpangan dapat diketahui lebih dini dan

dapat segera diperbaiki sehingga tujuan perusahaan bisa dicapai.

Dampak dari pengawasan pemimpin yang terkait dengan

kedisiplinan kerja, dengan adanya pengawasan pemimpin, pegawai

akan bekerja dengan tekun, bersemangat, dan bertanggung jawabkerja

yang tinggi, sehingga hasil kerja menjadi optimal (Inayati, 2014)

Berdasarkan penejelasan dari beberapa pendapat tersebut, peneliti

menyimpulkan bahwa dampak adanya pengawasan adalah dapat

memastikan pelaksanaan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan yang

(41)

yang telah ditetapkan dan melakukan tindakan koreksi sedini mungkin

bila ada penyimpangan. Selain itu, karyawan juga merasa diperhatikan

sehingga karyawan bekerja dengan tekun, bersemangat dan

bertanggung jawab tinggi sehingga tercipta disiplin kerja yang optimal

demi pencapaian tujuan organisasi.

C. KEDISIPLINAN KERJA

1. Pengertian Kedisiplinan Kerja

Disiplin kerja adalah sikap kejiwaaan seseorang atau kelompok

yang senantiasa berkehendak untuk mengikuti atau mematuhi segala

peraturan yang telah ditentukan.disiplin kerja mempunyai hubungan

yang sangat erat dengan motivasi. Kedisiplinan dapat dibina melalui

latihan antara lain dengan bekerja menghargai waktu dan biaya yang

akan memberikan pengaruh positif terhadap produktivitas kerja

karyawan (Anoraga & Suyati, 1995)

Sedangkan Hasibuan (2004) berpendapat bahwa kedisiplinan

adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan

perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Karyawan dengan

disiplin kerja yang baik diharapkan mampu melaksanakan dan

menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya dengan

efektif dan efisien. Seseorang yang mempunyai kedisiplinan cenderung

akan bekerja sesuai dengan peraturan dan kewajiban yang dibebankan

(42)

efektivitas kerja yang maksimal, baik itu disiplin waktu, tata tertib atau

peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Menurut Mangkuprawira & Hubeis (2007) karyawan dikatakan

disiplin apabila dia secara sadar mematuhi aturan dan peraturan dari

perusahaan atau tempat kerjanya. Sedangkan menurut Sastrohadiwiryo

(2005) disiplin kerja merupakan suatu sikap menghormati,

menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku,

baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya.

Disiplin adalah suatu sikap, perbuatan untuk selalu menaati tata

tertib.Pada pengertian disiplin juga tersimpul dua hal yang penting,

yaitu tentang waktu dan kegiatan atau perbuatan. Seorang pekerja yang

berdisiplin tinggi, masuk kerja tepat pada waktunya, demikian juga

pulang pada waktunya, dan selalu taat pada tata tertib (Anoraga, 1992).

Disiplin kerja seorang karyawan tidak hanya dilihat dari absensi,

tetapi juga bias dinilai dari sikap karyawan tersebut dalam

melaksanakan pekerjaan. Karyawan yang mempunyai disiplin tinggi

tidak menunda-nunda pekerjaan dan selalu berusaha menyelesaikan

tepat waktu (Setiawan, 2013).

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan

bahwa kedisiplinan kerja adalah sikap seseorang atau kelompok yang

secara sadar mematuhi, menghormati, menghargai, patuh, serta taat

pada segala peraturan yang telah ditentukan baik tertulis maupun tidak

(43)

2. Aspek-Aspek Kedisiplinan Kerja

Saydam (2005), menyatakan bahwa aspek – aspek kedisiplinan

kerja meliputi;

a. Aspek keteraturan jam masuk, pulang kerja dan istirahat

b. Aspek cara berpakaian, dan bertingkah laku dalam pekerjaan

c. Aspek cara kerja

d. Aspek keteraturan terhadap apa yang boleh dan tidak boleh

dilakukan oleh para karyawan selama dalam perusahaan

Menurut Moekijat (1990) disiplin kerja dapat dilihat sebagai

berikut:

a. Disiplin Waktu

Disiplin waktu diberi pengertian sebagai ketaatan karyawan

terhadap waktu kerja. Hal ini meliputi ketaatan karyawan terhadap

jam masuk kerja, pulang kerja dan kehadiran.

b. Disiplin terhadap peraturan-peraturan

Disiplin terhadap peraturan-peraturan dapat diartikan sebagai

ketaatan karyawan terhadap ketentuan-ketentuan yang berlaku di

lingkungan kerjanya, hal ini meliputi peraturan yang tertulis

maupun yang tidak tertulis. Disiplin ini dapat berupa ketaatan

untuk memberitahukan bila tidak masuk kerja, berpakaian dengan

ketentuan, ketaatan dalam menggunakan alat-alat perlengkapan

(44)

c. Disiplin terhadap tanggung jawab

Disiplin terhadap tugas dan tanggung jawab ini dapat diberi

pengertian sebagai ketaatan karyawan dalam melaksanakan tugas

dan tanggung jawab yang dibebankan keapdanya.Hal ini meliputi

ketaatan karyawan untuk mematuhi cara-cara yang telah

ditentukan, menerima tugas yang dibebankan dan ketaatan untuk

menyelesaikan setiap tugas.

Sedangkan Amriyani (dalam Prestawan, 2010) menyimpulkan

bahwa aspek kedisiplinan kerja mencakup aspek-aspek:

a. Kepatuhan terhadap perintah, yaitu karyawan melakukan

sesuatu yang telah diperintahkan kepadana.

b. Waktu kerja, yaitu merupakan ketentuan yang diberikan kepada

karyawan mengenai jangka waktu kerja yang harus dijalani

atau waktu untuk memulai pekerjaan dan meninggalkan

pekerjaan.

c. Kepatuhan terhadap peraturan yaitu karyawan wajib untuk

patuh kepada serangkaia aturan-aturan yang telah ditetapkan

oleh perusahaan.

d. Pemakaian seragam atau alat kerja dengan hati-hati. Setiap

karyawan wajib menggunakan seragam yang telah ditetapkan

oleh perusahaan dan menggunakan alat kerja sesuai dengan

(45)

Beberapa aspek yang telah diutarakan tersebut peneliti

menyimpulkan bahwa aspek-aspek untuk mengukur kedisiplinan

kerja pada penelitian ini adalah ketaatan dan kepatuhan pada

peraturan-peraturan perusahaan, ketepatan waktu dalam hal

memulai pekerjaan dan meninggalkan pekerjaan, tanggung jawab

terhadap pekerjaan yang diberikan, dan memakai bahan serta

perlengkapan kerja sesuai dengan fungsinya.

3. Faktor-Faktor Kedisiplinan Kerja

Helmi (1996) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi disiplin kerja berasal dari dua faktor yaitu faktor

internal dan eksternal yaitu faktor kepribadian dan faktor lingkungan.

a. Faktor kepribadian

Faktor yang penting dalam kepribadian seseorang adalah

sistem yang dianut. Sistem nilai dalam hal ini yang berkaitan

langsung dengan disiplin. Nilai-nilai yang menjunjung disiplin

yang diajarkan orang tua, guru, dan masyarakat akan digunakan

sebagai kerangka acuan bagi penerapan disiplin di tempat

kerja.Sistem nilai akan terlihat dari sikap sesorang. Sikap

diharapkan akan tercermin dalam perilaku. Perubahan sikap ke

(46)

1) Disiplin karena kepatuhan

Kepatuhan terhadap aturan-aturan yang didasarkan atas

perasaan takut. Disiplin kerja dalam tingkatan ini dilakukan

semata untuk mendapatkan reaksi positif dari pimpinan atau

atasan yang memiliki wewenang. Sebaliknya, jika pengawas

tidak ada di tempat disiplin kerja tidak nampak.

2) Disiplin karena identifikasi

Kepatuhan aturan yang didasarkan pada identifikasi adalah

perasaan kekaguman atau penghargaan pada pimpinan.

Pemimpin yang kharismatik adalah figur yang dihormati,

dihargai, dna sebagai pusat identifikasi. Karyawan yang

menunjukkan disiplin terhadap aturan-aturan organisasi bukan

disebabkan karena menghormati aturan tersebut tetapi lebih

disebabkan keseganan pada atasannya. Karyawan merasa tidak

enak jika tidak menaati peraturan. Penghormatan dan

penghargaan karyawan pada pemimpin dapat disebabkan

karena kualitas kepribadian yang baik atau mempunyai kualitas

professional yang tinggi di bidangnya. Jika pusat identifikasi

ini tidak ada maka disiplin kerja akan menurun dna

pelanggaran akan meningkat frekuensinya.

3) Disiplin karena internalisasi

Disiplin kerja dalam tingkat ini terjadi karena karyawan

(47)

nilai-nilai kedisiplinan. Dalam taraf ini, orang dikategorikan telah

mempunyai disiplin diri.

b. Faktor Lingkungan

Disiplin kerja yang tinggi tidak muncul begitu saja tetapi

merupakan suatu prosese belajar yang terus menerus. Proses

pembelajaran efektif bila pemimpin memperhatikan prinsip-prinsip

konsistensi, adil, bersikap positif dan terbuka. Konsisten adalah

memperlakukan aturan secara konsisten dari waktu ke waktu.

Sekali aturan yang telah disepakati dilaknggar, maka rusaklah

sistem aturan tersebut. Adil dalam hal ini adalah memperlakukan

seluruh karyawan dengan tidak membeda-bedakan.

Sedangkan Menurut Saydam (2005) faktor-faktor yang

mempengaruhi disiplin kerja dalam suatu organisasi yaitu besar

kecilnya pemberian kompensasi, ada tidaknya keteladanan

kepemimpinan dalam perusahaan, ada tidaknya aturan pasti yang

dapat dijadikan pegangan, keberanian pimpinan dalam mengambil

tindakan, ada tidaknya pengawasan pimpinan, ada tidaknya

perhatian kepada para pegawai, dan yang terakhir diciptakannya

(48)

Sementara itu, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

tingkat kedisiplinan menurut Hasibuan (2009), yaitu sebagai

berikut:

a. Tujuan dan kemampuan

Hal ini ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan.

Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara

ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan. Hal

ini berarti bahwa tujuan (pekerjaan) yang dibebankan kepada

karyawan harus sesuai dengan kemampuan karyawan

bersangkutan, agar karyawan bekerja sungguh-sungguh dan

disiplin dalam mengerjakannya. Akan tetapi, jika pekerjaan itu

di luar kemampuannya atau jauh di bawah kemampuannya,

maka kesungguhan dan kedisiplinan karyawan rendah.

b. Kepemimpinan

Hal ini juga sangat berperan dalam menentukan

kedisiplinan karyawan karena pimpinan dijadikan teladan dan

panutan oleh para bawahannya. Pimpinan jangan

mengharapkan kedisiplinan bawahannya baik jika dia sendiri

kurang disiplin. Pimpinan harus menyadari bahwa perilakunya

akan dicontoh dan diteladani bawahannya. Pimpinan harus

memberi contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta

(49)

c. Insentif (tunjangan dan kesejahteraan),

Faktor ini ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan

karena adanya insentif akan memberikan kepuasan dan

kecintaan karyawan terhadap perusahaan atau pekerjaannya.

Artinya semakin besar insentif semakin baik kedisiplinan

karyawan. Sebaliknya, apabila insentif kecil kedisiplinan

karyawan menjadi rendah. Karyawan sulit untuk berdisiplin

baik selama kebutuhan-kebutuhan primernya tidak terpenuhi

dengan baik.

d. Keadilan

Keadilan juga ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan

karyawan, karena ego dan sifat manusia yang selalu merasa

dirinya penting dan minta diperlakukan sama dengan manusia

lainnya. Keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam

pemberian balas jasa (pengakuan) atau hukuman akan

merangsang terciptanya kedisiplinan karyawan yang baik.

Manajer yang cakap dalam memimpin selalu berusaha

bersikap adil terhadap semua bawahannya. Dengan

keadilan yang baik akan menciptakan kedisiplinan yang baik

pula.

e. Pengawasan melekat

Hal ini merupakan tindakan nyata dan paling efektif dalam

(50)

atasan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral,

sikap, gairah kerja dan prestasi kerja bawahannya. Hal ini

berarti atasan harus selalu ada hadir di tempatkerja agar dapat

mengawasi dan memberikan petunjuk, jika ada bawahannya

yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaannya.

Waskat yang efektif merangsang kedisiplinan dan moral kerja

karyawan.Karyawan merasa mendapat perhatian, bimbingan,

petunjuk, pengarahan dan pengawasan dari atasannya.

f. Sanksi hukuman

Faktor ini berperan penting dalam memelihara kedisiplinan

karyawan. Sanksi hukuman harus ditetapkan berdasarkan

pertimbangan logis, masuk akal dan diinformasikan secara jelas

kepada semua karyawan. Sanksi hukuman seharusnya tidak

terlalu ringan atau terlalu berat agar hukuman itu tetap

mendidik karyawan untuk mengubah perilakunya. Sanksi

hukuman hendaknya cukup wajar untuk setiap tingkatan yang

indisipliner, bersifat mendidik dan menjadi alat motivasi untuk

memelihara kedisiplinan dalam perusahaan.

g. Ketegasan

Pimpinan harus berani dan tegas, bertindak untuk

menghukum setiap karyawan yang indisipliner sesuai dengan

sanksi hukuman yang telah ditetapkan. Pimpinan seperti ini

(51)

Ketegasan pimpinan menegur dan menghukum setiap

karyawan yang indisipliner akan mewujudkan kedisiplinan

yang baik.

h. Hubungan kemanusiaan

Manajer harus berusaha menciptakan suasana hubungan

kemanusiaan yang serasi serta mengikat, vertikal maupun

horizontal di antara semua karyawannya. Terciptanya human

relationship yang serasi akan mewujudkan lingkungan dan

suasana kerja yang nyaman. Hal ini akanmemotivasi

kedisiplinan yang baik pada perusahaan. Jadi, kedisiplinan

karyawan akan tercipta apabila hubungan kemanusiaan dalam

organisasi tersebut baik.

4. Tujuan Kedisiplinan kerja

Redeker (dalam Chirasha, 2013) menyebutkan bahwa disiplin

bertujuan untuk menciptakan dan memelihara, saling menghormati dan

kepercayaan antaramanajemen dan karyawan. Sedangkan pernyataan

Wheeler mencatat bahwa disiplin dilihat dari dua dimensi, yaitu positif

dan negatif disiplin. Disiplin positif menyiratkan disiplin tanpa

hukuman. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan dan mendorong

disiplin diri pada karyawan. Disiplin negatif adalah seperti mematuhi

aturan dalam ketakutan akan hukuman yang mungkin dalam bentuk

(52)

karyawan mungkin tidak melihat organisasi sebagai tujuan mereka

sendiri karena mereka lebih fokus pada mengikuti aturan dan

menghindari hukuman. Hal ini menyebabkan perasaan tidak aman

dalam karyawan dalam bekerja.

Namun pendapat tersebut senada dengan Monnapa (dalam

Chirasha, 2013) yang menyatakan bahwa disiplin sangat penting untuk

suasana industri yang sehat dan pencapaian tujuan organisasi.

Mekanisme dapat dimanipulasi dalam organisasi yang meliputi

penguatan positif dan negatif. Pernyataan tersebut didukung dengan

pernyataan Martin (dalam Chellilah, J. & Tyrone, P.,2010) tujuan

penguatan tersebut yaitu membantu karyawan dalam meningkatkan

kinerja dengan memberikan umpan balik dan dukungan untuk

memperbaiki masalah yang dihadapi. Namun, setelah karyawan

diberikan kesempatan yang wajar untuk meningkatkan kinerja nya dan

tidak ada progress, maka konsekuensinya menjadi lebih serius dan

akhirnya menyebabkan penghentian.

Selain itu, penerapan disiplin dalam kehidupan perusahaan

ditujukan agar semua karyawan yang ada dalam perusahaan bersedia

dengan sukarela mematuhi dan meaati segala peraturan dan tata tertib

yang berlaku tanpa paksaan (Saydam, 2005)

Disiplin mampu menciptakan kerja sama yang baik antar

karyawan. Kerja sama berarti bekerja bersama-sama ke arah tujuan

(53)

pegawai, perusahaan akan sulit untuk mewujudkan tujuaanya dan

pegawai perlu menyadari bahwa setiap organisasi kerja itu perlu diatur

sedemikian rupa sehingga tidak semua keinginan dan kemauan

perseorangan dapat dilakukan, maka semua pegawai dipimpin untuk

bekerja secara teratur untuk berusaha memenuhi tujuan kerja yang

telah ditentukan (Rofi, 2012)

Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan Sanjaya (2009), tujuan

perusahaan tidak akan tercapai tanpa peran aktif tenaga kerja yang

terampil dan disiplin. Oleh sebab itu kedisiplinan merupakan salah satu

faktor yang penting dalam keberhasilan suatu perusahaan itu sendiri.

Hasibuan (2004) menyatakan dengan disiplin kerja pegawai yang

tinggi, pegawai juga akan mampu mencapai efektivitas kerja yang

maksimal, baik itu disiplin waktu, tata tertib atau peraturan yang sudah

ditetapkan oleh perusahaan.

Dengan adanya kedisiplinan kerja diharapkan pekerjaan akan

dilakukan seefektif mungkin. Bilamana kedisiplinan tidak dapat

ditegakan maka kemungkinan tujuan yang telah ditetapkan tidak dapat

dicapai secara efektif dan efisien (Kembuan, 2011). Oleh karena itu,

kedisiplinan merupakan salah satu faktor yang penting dalam

perusahaan.

Berdasarkan pendapat tokoh diatas, peneliti menyimpulkan bahwa

tujuan dari kedisiplinan kerja adalah menciptakan suasana saling

(54)

bekerja sama ke arah tujuan yang sama dan mencapai tujuan tersebut

secara efektif dan efisien. Selain itu,dengan terciptanya kedisiplinan

kerja karyawan maka perusahaan mampu menwujudkan tujuannya dan

pegawai juga akan mampu mencapai efektivitas kerja yang maksimal,

baik itu disiplin waktu, tata tertib atau peraturan yang sudah ditetapkan

oleh perusahaan.

D. Perusahaan mikro, kecil, menengah

Perusahaan merupakan bentuk kerja sama untuk mencapai tujuan

bersama dan di dalamnya terikat hubungan antara seseroang atau kelompok

yang disebut atasan atau pimpinan dan seorang atau kelompok yang disebut

bawahan (Anoraga & Suyati, 1995).

Peranan UMKM di bidang Sosial, UMKM mampu memberikan manfaat

sosial yaitu mereduksi ketimpangan pendapatan, terutama di negara-negara

berkembang. Peranan usaha kecil tidak hanya menyediakan barang-barang

dan jasa bagi konsumen yang berdaya beli rendah, tetapi juga bagi

konsumen perkotaan lain yang berdaya beli lebih tinggi. Selain itu, usaha

kecil juga menyediakan bahan baku atau jasa bagi usaha menengah dan

besar, termasuk pemerintah lokal. Tujuan sosial dari UMKM adalah untuk

mencapai tingkat kesejahteraan minimum, yaitu menjamin kebutuhan dasar

rakyat (Sulistyastuti, 2004).

Sementara itu, peranan psikologis sesuai dengan aktivitas perusahaan,

produsen perlu menilai keinginan-keinganan serta kebutuhan para konsumen

(55)

untuk memproduksi atau menjual suatu barang maka perlu dipikirkan

tentang barang atau product apa yang saat ini dirasa sangat dibutuhkan,

dalam bentuk apa barang tersebut disajikan agar konsumen dapat

mempergunakan dengan lebih efisien, target social class manakah yang

diharapkan kelak menjadi konsumen dari barang tersebut, dan strategi harga

bagaimanakah yang akan dibuat (As’ad, 1978).

Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan batasan definisi UKM

berdasarkan kuantitas tenaga kerja, yaitu untuk industri rumah tangga

memiliki jumlah tenagakerja 1 sampai 4 orang, usaha kecil memiliki jumlah

tenaga kerja 5 sampai dengan 19 orang, sedangkan usaha menengah

memiliki tenaga kerja 20 sampai dengan 99 orang.

Pengertian dari usaha mikro, kecil, menengah yang diatur dalam

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2008 adalah ekonomi

produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan

atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan

cabang perusahaan. Yang membedakan dari ketiga perusahaan tersebut

adalah jumlah kekayaan bersih dan asset yang dimiliki. Kriteria dari usaha

mikro, kecil, menengah sebagai berikut:

1) Usaha Mikro

a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima

puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

(56)

b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00

(tiga ratus juta rupiah).

2) Usaha Kecil

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00

(lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00

(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

3) Usaha Menengah

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00

(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00

(dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan data omset dari setiap

perusahaan untuk mengkategorikan mikro, kecil atau menengah. Data

tersebut diperoleh dari wawancara yang dilakukan kepada pemilik

(57)

E. Hubungan Pengawasan dan Kedisiplinan Kerja Pada Perusahaan Mikro, Kecil dan Menengah

Hasibuan (2009) menyatakan bahwa pengawasan yang baik berarti

atasan langsung harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral,

sikap, gairah kerja dan prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti atasan

harus selalu hadir di tempat kerja agar dapat mengawasi dan memberikan

petunjuk, jika ada bawahannya yang mengalami kesulitan dalam

menyelesaikan tugasnya. Pengawasan yang efektif akan merangsang

kedisiplinan dan moral kerja pegawai begitu pula sebaliknya.

Sementara itu Saydam (2005) menyatakan bahwa dalam setiap kegiatan

yang dilakukan oleh perusahaan perlu ada pengawasan yang akan

mengarahkan para karyawan agar dapat melaksanakan pekerjaan dengan

tepat dan sesuai dengan apa yang telah diciptakan. Pengawasan pemimpin

mampu membuat karyawan terbiasa melaksanakan disiplin kerja, sehingga

mereka tidak berbuat semaunya di dalam perusahaan. Selain itu, pegawai

juga merasa mendapat perhatian, bimbingan dan petunjuk dari atasannya,

begitu pula sebaliknya (Hasibuan, 2009)

Disiplin kerja seorang karyawan tidak hanya dilihat dari absensi, tetapi

juga bisa dinilai dari sikap karyawan tersebut dalam melaksanakan

pekerjaan (Setiawan, 2013). Seorang pekerja yang berdisiplin tinggi, akan

(58)

selalu taat pada tata tertib dan berpakaian serta menggunakan alat kerja

sesuai aturan,begitu pula sebaliknya (Anoraga, 1992).

Hubungan ini dibuktikan pula oleh Inayati (2014) dalam penelitiannya

yang berjudul “Hubungan Pengawasan Dengan Disiplin Kerja Pegawai Pada

Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga Kabupaten Dharmasraya” yang

menyatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara pengawasan

dengan disiplin kerja menunjukkan bahwa salah satu faktor yang

mempengaruhi disiplin kerja adalah pengawasan. Hasil ini memperlihatkan

adanya hubungan yang signifikan antara pengawasan dengan disiplin kerja.

Hal ini berarti dengan adanya pengawasan memungkinkan pegawai bekerja

dengan disiplin. Pegawai akan bekerja dengan tekun, semangat, dan

bertanggung jawab kerja yang tinggi, sehingga hasil kerja optimal. Namun

sebaliknya pengawasan yang kurang akan membuat pegawai merasa tidak

(59)

F. Kerangka Penelitian

BAGAN 1

Skema Pengawasan Pemimpin dan Disiplin Karyawan Pengawasan Pemimpin

Baik Buruk

 Adanya pengarahan dalam melaksanakan pekerjaan

 Aktif mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja & prestasi  Memberi petunjuk dalam

penyelesaian masalah serta melakukan tindakan koreksi apabila terjadi penyimpangan

 Tidak adanya pengarahan dalam melaksanakan pekerjaan

 Tidak aktif dalam mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja dan prestasi

 Tidak memberi petunjuk dalam penyelesaian masalah dan tidak melakukan tindakan koreksi apabila terjadi penyimpangan

Karyawan tidak berbuat semaunya di dalam perusahaan, karyawan merasa mendapat perhatian, bimbingan, pengarahan, petunjuk dan pengawasan dari atasannya

Karyawan akan berbuat semaunya sendiri di dalam perusahaan, karyawan merasa tidak mendapat perhatian, bimbingan, pengarahan, petunjuk dan pengawasan dari atasannya.

Disiplin kerja rendah Disiplin kerja tinggi

 Karyawan taat pada tata tertib  Tanggung jawab terhadaptugas

yang diberikan

 Datang dan pulang sesuai waktunya

 Berpakaian dan menggunakana alat kerja sesuai aturan

 Karyawan tidak taat pada tata tertib

 Tidak bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan  Datang dan pulang semaunya

sendiri

(60)

G. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitan ini adalah adanya hubungan

yang positif antara pengawasan pemimpin dengan kedisiplinan kerja

karyawan. Semakin tinggi nilai pengawasan, maka semakin tinggi pula

kedisiplinan karyawan yang terbentuk. Sebaliknya, semakin rendah

pengawasan maka semakin rendah pula kedisiplinan kerja karyawan

(61)
(62)

1. Pengawasan Pemimpin

Pengawasan pemimpin adalah proses atau tindakan pimpinan

untuk mengarahkan karyawan pada suatu pekerjaan, memantau

pekerjaan seseorang untuk memastikan bahwa pekerjaan tersebut

dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat, dan melakukan

tindakan koreksi terhadap tindakan menyimpang. Alat ukur yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah skala pengawasan pemimpin

yang dibuat sendiri oleh peneliti dimana skala tersebut akan diberikan

kepada karyawan. Semakin tinggi skor total, semakin baik penilaian

karyawan terhadap pengawasan pemimpin. Sebaliknya, semakin

rendah skor total, semakin buruk penilaian karyawan terhadap

pengawasan pemimpin.

2. Kedisiplinan Kerja

Kedisiplinan Kerja adalah sikap kejiwaaan seseorang atau

kelompok yang secara sadar untuk mematuhi, menghormati,

menghargai, patuh, serta taat pada segala peraturan yang telah

ditentukan baik tertulis maupun tidak tertulis dan mematuhi

norma-norm yang berlaku. Pada penelitian ini, alat ukur yang akan digunakan

adalah skala kedisiplinan kerja yang dibuat sendiri oleh peneliti. Skala

kedisiplinan kerja akan diisi oleh karyawan dan atasan langsung dari

karyawan tersebut. Semakin tinggi skor total, maka semakin tinggi

kedisiplinan karyawan tersebut. Sedangkan semakin rendah skor total,

(63)

D. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah karyawan yang bekerja pada perusahaan

mikro,kecil, menengah. Teknik sampling adalah merupakan teknik

pengambilan sampel untuk penelitian. Pengambilan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling. Teknik ini

merupakan teknik pengambilan anggota sampel dari populasi yang

dialkukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam

populasi itu (Sugiyono, 2014).

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah penyebaran

skala yang telah dibuat oleh peneliti. Ada tiga skala yang digunakan dalam

penelitian ini. Pertama, skala pengawasan pemimpin yang akan diisi oleh

karyawan. Kedua skala kedisiplinan kerja karyawan yang diisi sendiri oleh

karyawan, dan ketiga skala kedisiplinan kerja karyawan yang diisi oleh

pengawas. Menurut peneliti, pengawasan pemimpin di tempat kerja perlu

dinilai oleh bawahannya, agar kedua belah pihak dapat saling terbuka dan

memperbaiki diri sehingga pekerjaan dapat berjalan sesuai rencana. Selain

itu, penilaian kedisiplinan kerja tidak hanya dilihat dari karyawan saja

melainkan juga perlu dinilai dari sisi pengawas, dengan demikian adanya

timbal balik antara atasan dan bawahan sehingga dapat mencapai visi dan

Gambar

Grafik 1. Kurva Pengawasan Pemimpin .........................................................
Tabel 1 Blue Print Skala Pengawasan Pemimpin
Tabel 3 Blue Print Skala Kedisiplian Kerja
Tabel 5 Penilaian Skala Kedisiplinan Kerja
+7

Referensi

Dokumen terkait

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI INTER CLUB INDONESIA KORDINATOR DAERAH SUMATERA UTARA BERBASIS WEB..

Tanaman nangka ( Artocarpus heterophyllus Lmk.) adalah jenis tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia, jerami nangka ini memiliki kandungan serat yang cukup tinggi. Abon

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) untuk mengetahui kondisi awal keterampilan motorik halus dalam kegiatan menggambar, (2) untuk mengetahui

Pembelajaran menulis karangan deskripsi berbasis multiple intelligence pada siswa kelas IVB di SDN 3 Cibodas Kabupaten Bandung Barat. Universitas Pendidikan Indonesia |

2 % penilaian pre market alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) yang diselesaikan tepat waktu sesuai Good Review Practices.

Pada penelitian ini dilakukan uji XRD, untuk identifikasi struktur kristal dan ukuran kristal, uji sifat optik untuk mengetahui energi band gap, sehingga dapat diaplikasikan

Program Pendidikan Dokter Spesialis Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Masyarakat Jawa khususnya pecinta budaya Jawa, sudah tidak asing atas kebesaran nama Raden Ngabei Ranggawarsita, seorang santri, ahli agama Islam, dan seorang pujangga