PENGARUH EFEK COUNTRY OF ORIGIN PADA SIKAP DAN
MINAT MEMBACA KOMIK JEPANG VS KOREA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Manajemen
Oleh :
Yosephin Kurnia Christiani
NIM : 102214013
PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
PENGARUH EFEK COUNTRY OF ORIGIN PADA SIKAP DAN
MINAT MEMBACA KOMIK JEPANG VS KOREA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Manajemen
Oleh :
Yosephin Kurnia Christiani
NIM : 102214013
PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Segala perkara
dapat kutanggung di dalam Dia
yang memberi kekuatan kepadaku
(Filipi 4:13)
“Hope the dream that doesn’t sleep”
Dan
JIKA ADA KEMAUAN PASTI ADA JALAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang senantiasa
menyertai dan memberikan berkat-Nya padaku
Keluargaku, yang selalu memanjatkan doa serta
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Efek Country of Origin Pada Sikap dan Minat Membaca Komik
Jepang VS Korea”. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan, dukungan, bimbingan
dari berbagai pihak, penulisan skripsi ini tidak akan terlaksana dengan baik. Oleh
karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang memberi berkatNya sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
2. Bapak Albertus Yudi Yuniarto, S.E., M.B.A., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Dr. Lukas Purwoto, S.E., M.Si., selaku Kepala Program Studi
Manajemen Universitas Sanata Dharma.
4. Ibu Ike Janita Dewi, S.E., M.B.A., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing I
yang bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan
bimbingan, perhatian, dukungan serta koreksi, dan saran dalam penulisan
skripsi ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Bapak L. Bambang Harnoto, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang
viii
bimbingan, perhatian, dukungan serta koreksi, dan saran dalam penulisan
skripsi ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
6. Seluruh dosen dan Staf Sekretariat Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi,
Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan dan pengalaman hidup selama penulis menempuh proses
perkuliahan dan selama proses penyusunan skripsi.
7. Orang tua saya Antonius Eko Permono dan Vincentia Sri Rahayu, yang
selalu mendukung melalui doa, nasihat, kasih sayang, dan semangat untuk
terus berjuang, tidak putus asa dan selalu tekun dalam mencapai cita-cita
yang diinginkan.
8. Adikku tersayang Yohana Cristiani Dewi, Lek Semi, Melania Ela, dan
Ricky Murtadana yang telah memberikan dukungan, doa, semangat,
masukan-masukan, motivasi yang berguna bagi terwujudnya pembuatan
skripsi ini.
9. Untuk teman-teman yang telah memberikan waktu dan semangatnya
dalam pembuatan skripsi ini: Satria Simatupang, Angelina Putri, Yosua
Irwan Sudarsono, Adhityo Prabowo, Gusti Adi, dan Melinda
Kusumaningrum.
10.Teman-teman kelas MPT: Fari Rosa, Nurul D.T., Gloria Octa, dan
Christianna.
11.Keluarga Manajemen Festival dan Taman Bacaan Vanila
12.Teman-teman Kos Beo 49: Destiana Restu, Friska Sinurat, Meta Nusati,
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Literatur... 9
6. Pengertian Minat Membeli (dalam konteks ini menjadi Minat Membaca) ... 22
B. Perumusan Hipotesis ... 27
xi
E. Teknik Pengambilan Sampel... 35
F. Jenis dan Sumber Data ... 35
G. Metode Pengumpulan Data ... 35
H. Variabel Penelitian ... 35
I. Operasionalisasi Variabel... 37
J. Skala Penelitian ... 38
K. Teknik Pengujian Instrumen ... 39
L. Teknik Analisis Data ... 40
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif Responden ... 55
B. Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 58
C. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ... 61
D. Uji Asumsi Klasik ... 64
E. Analisis Regresi Linear Sederhana ... 67
F. Uji Beda Rata-Rata (Independent Sample T-Test) ... 69
G. Uji Hipotesis ... 73
H. Pembahasan ... 76
BAB VI KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ... 79
B. Implikasi Manajerial ... 80
xii
DAFTAR PUSTAKA ... 82
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
5.1 Analisis Deskriptif Responden Menurut Jenis Kelamin pada
Komik Jepang dan Korea ... 55
5.2 Analisis Deskriptif Responden Menurut Usia pada Komik Jepang dan Korea ... 55
5.3 Analisis Deskriptif Responden Menurut Profesi pada Komik Jepang dan Korea ... 56
5.4 Analisis Deskriptif Responden Menurut Terakhir Membeli dan/ Mem- baca Komik pada Komik Jepang dan Korea ... 57
5.5 Hasil Uji Validitas Variabel Efek Country of Origin pada Komik Jepang ... 58
5.6 Hasil Uji Validitas Variabel Sikap Konsumen pada Komik Jepang .... 59
5.7 Hasil Uji Validitas Variabel Minat Membaca pada Komik Jepang ... 59
5.8 Hasil Uji Validitas Variabel Efek Country of Origin pada Komik Korea ... 59
5.9 Hasil Uji Validitas Variabel Sikap Konsumen pada Komik Korea ... 59
5.10 Hasil Uji Validitas Variabel Minat Membaca pada Komik Korea ... 60
5.11 Hasil Uji Reliabilitas pada Komik Jepang ... 60
5.12 Hasil Uji Reliabilitas pada Komik Korea ... 61
5.13 Hasil Interprestasi Rata-rata Respon dari Responden ... 62
5.14 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian Efek Country of Origin, Sikap Konsumen dan Minat Membaca ... 62
5.15 Hasil Uji Beda Independent Sample T-Test Efek Country of Origin pada Komik Jepang dan Korea ... 69
5.16 Hasil Uji Beda Independent Sample T-Test Sikap Konsumen pada Komik Jepang dan Korea ... 71
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1 Kuesioner ... 88
Lampiran 2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 93
Lampiran 3 Uji Asumsi Klasik ... 100
Lampiran 4 Uji Regresi ... 105
Lampiran 5 Independent Sample T Test ... 109
Lampiran 6 Tabulasi Data ... 113
xv
ABSTRAK
PENGARUH EFEK COUNTRY OF ORIGIN PADA SIKAP DAN MINAT MEMBACA KOMIK JEPANG VS KOREA
xvi
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF COUNTRY OF ORIGIN EFFECTS ON THE ATTITUDE AND INTEREST IN READING JAPANESE VS KOREAN
COMIC BOOKS
Yosephin Kurnia Christiani Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2017
1
BAB I
PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Komik (comic: sebutan Internasional) adalah cerita yang dituang lewat
gambar di atas kertas. Komik di beberapa negara memiliki sebutannya
masing-masing, misal Jepang dengan nama manga, Cina dengan sebutan
manhua, Korea dengan manhwa, dan Indonesia dengan cergam (dikutip dari
Concept Magazine edisi 04 vol 20). Menurut McCloud (1993) komik adalah
bentuk seni yang berturutan dan dispesifikasikan menjadi gambar-gambar dan
lambang-lambang lain yang terjukstaposisi (berderetan atau bersebelahan)
dalam urutan tertentu bertujuan untuk memberikan informasi dan/ atau
mencapai tanggapan estetis dari pembaca. McCloud mengatakan jika komik
merupakan suatu bahasa, maka kosakatanya adalah segenap simbol visual
termasuk kekuatan metode kartun dan realisme, baik mandiri maupun dalam
kondisi yang mengejutkan.
Keberadaan komik dalam dunia industri tidak dapat dipandang
sebelah mata. Di Amerika, komik dijuluki sebagai Sequential Art, dan di
Perancis komik sebagai seni kesembilan. Komik mempunyai peranan penting
di masyarakat. Tanpa disadari komik merupakan bacaan popular di kalangan
masyarakat. Selain itu, komik memiliki cerita yang mudah dipahami dan
menceritakan kegiatan sehari-hari pada dunia nyata. Di sebuah toko buku,
dengan berbagai macam komik dan cerita. Boneff (1998) dalam bukunya
berjudul Komik Indonesia, mengaitkan komik dengan berbagai konteks
sosial, ekonomi, dan politik pada masa yang berbeda. Komik akan selalu
berkembang dengan mengikuti perkembangan zaman.
Di zaman sekarang, komik menunjukkan perkembangan yang pesat.
Komik yang beredar dan masuk di pasaran Indonesia pun tidak hanya berasal
dari Indonesia saja melainkan dari berbagai negara seperti Jepang, Korea,
Amerika, dan Eropa. Komik-komik tersebut telah diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia, diedarkan secara resmi dan dilindungi oleh badan yang
berlaku di Indonesia. Di era 70-an, Indonesia sangat jaya dalam pembuatan
komik. Tokoh-tokoh yang digunakan pun meliputi tokoh-tokoh pewayangan
yang ada di Indonesia dengan gaya cerita kepahlawanan bergenre silat fantasi,
contohnya Si Buta dari Goa Hantu kemudian memasuki era 80-an komik dari
Amerika dan Eropa terbit ke pasaran Indonesia dengan mengangkat komik
Pahlawan atau Superhero seperti Batman, Superman, dan Tintin dengan isi
komik yang lebih segar kemudian Jepang mampu mengakomodir seluruh
genre dan lebih ekspresif (dikutip dari www.liputan6.com, 26 Juni 2007)
mengikuti komik-komik dibelakangnya yang berasal dari Korea.
Fenomenal K-Wave membuat Korea khususnya Korea Selatan
menjadi populer dan mulai memperkenalkan budayanya. Kepopuleran
tersebut meliputi k-drama/perfilman, musik k-pop, fashion, makanan, bahasa,
dan tempat wisata di Korea Selatan. Komik dari Korea masuk sejalan dengan
komik yang ada di Indonesia. Komik-komik impor menawarkan
atribut-atribut meliputi dari cover komik yang didesain secara fresh, anak muda,
dengan warna yang cerah dan menarik, isi seputar kehidupan remaja,
kehidupan sehari-hari dengan masalah yang tidak terlalu kompleks serta isi
cerita yang lucu, gambar dibuat sejelas mungkin agar pembaca dapat
menikmati dan membaca dengan nyaman, serta harga yang terjangkau. Selain
dari komiknya sendiri, beberapa orang menjual pakaian gaya animasi seperti
di gambar-gambar komik atau yang disebut dengan cosplay serta accessories
berupa gantungan kunci, kalung, gelang, t-shirt, sepatu, dan hiasan rambut
(www.detik.com, 27 Januari 2016).
Selain atribut-atribut yang ditawarkan, ada beberapa aspek yang dapat
dijadikan acuan atau referensi konsumen dalam membeli sebuah produk.
Aspek-aspek dalam penjualan dan pembelian tersebut bisa berdasarkan sikap
konsumen dan efek country of origin. Sikap dapat dijadikan sebagai acuan
keputusan pembelian. Sikap menempatkan semua hal itu dalam pemikiran
konsumen untuk menyukai atau tidak menyukai suatu objek dan apakah
konsumen bergerak mendekati atau menjauhi objek tersebut (Morissan,
2010). Sikap konsumen terhadap komik dapat diartikan seperti apakah
konsumen melihat komik tersebut, apakah konsumen membaca komik
tersebut, apakah konsumen berminat terhadap komik tersebut, apakah
konsumen menyukai komik tersebut, apakah konsumen membeli komik
tersebut dan dapat diartikan juga ke hal negatif konsumen terhadap komik
menyukai komik tersebut, yang pada akhirnya konsumen tidak membeli
komik tersebut.
Selain sikap konsumen, efek country of origin atau negara asal juga
memberikan referensi konsumen untuk membeli komik. Czinkota dan
Ronkainen (2001) mengatakan bahwa efek country of origin adalah efek yang
muncul dalam persepsi konsumen yang dipengaruhi oleh lokasi di mana suatu
produk dihasilkan. Menurut Räty (2009: 07) country of origin adalah label
“made in” pada produk yang merujuk pada negara asal atau lokasi di mana
produk dibuat. Label “made in” tersebut besar kemungkinannya pada
keputusan pembelian konsumen
(http://administrasibisnis/studentjournal.ub.ac/idindex/phpjabarticleview/977
1159, 10 Juli 2015).
Efek country of origin masih dijadikan pertimbangan oleh konsumen
ketika mengevaluasi fungsi dan kualitas produk. Citra negara asal pada
persepsi konsumen dapat mempengaruhi keputusan pembelian dan minat
membeli suatu produk. Bila melihat dan membandingkan komik-komik yang
ada di Indonesia, komik impor masih menduduki peringkat pertama. Di
pasaran, komik milik Jepang masih menduduki peringkat pertama penjualan
komik di Indonesia dibandingkan dengan komik impor lainnya bahkan komik
Indonesia (kompas.com, 25 Maret 2010).
Country of origin adalah negara pembuatan, produksi, atau
pertumbuhan di mana sebuah produk atau jasa berasal. Negara yang menjadi
tentang produk tersebut sehingga efek country of origin memegang peran
penting pada pemasaran nasional dan internasional karena membawa persepsi
yang positif dan negatif pada konsumen atas produk produsen itu berasal
hingga mempengaruhi konsumen dalam minat pembelian (dikutip dari
Widyaningrum, 2015). Efek country of origin mempengaruhi pula minat dan
daya tarik konsumen untuk membaca komik yang beredar di Indonesia.
Menurut kamus psikologi, minat (interest) adalah (1) sikap yang berlangsung
secara terus menerus yang memaparkan perhatian seseorang, sehingga
membuat dirinya semakin selektif terhadap objek minatnya (2) perasaan yang
menyatakan bahwa aktivitas, pekerjaan, atau objek itu berharga bagi individu
(3) satu keadaan motivasi, atau serangkaian motivasi yang menuntun tingkah
laku menuju satu arah (sasaran) tertentu (Chaplin, 2008).
Persepsi akan sebuah daya tarik terhadap objek dapat menjadi faktor
penentu konsumen terhadap minat beli (dalam konteks ini menjadi minat
membaca) konsumen terhadap suatu produk atau jasa. Minat membeli (dalam
konteks ini menjadi minat membaca) adalah tahap kecenderungan responden
untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan.
Sebuah rencana dan konsumen untuk membeli produk tertentu dalam periode
tertentu (Howard dalam Durianto dan Liana, 2004).
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
B. Rumusan Masalah Penelitian
Asal mulanya, konsumen mengenal komik hanya berasal dari Jepang.
Seiring dengan berjalannya waktu, lahirlah sebuah kejadian fenomenal yang
diistilahkan dengan K-Wave atau Hallyu atau Gelombang Korea. Kemunculan
K-Wave ternyata memunculkan komik baru yang berasal dari Korea yang
biasa disebut dengan sebutan Manhwa.
Seiring dengan perkembangan, Manhwa lahir sebagai salah satu bacaan
yang mulai digandrungi pada zaman ini. Manhwa dan Manga (sebutan komik
Jepang) tumbuh menjadi dua jenis komik yang memiliki kelompok pencinta
masing-masing. Kedua komik ini disukai karena memiliki ciri khas tersendiri
yang sangat dipengaruhi oleh negara asalnya. Sebagai contoh, komik Korea
mengangkat cerita tentang fantasi, supernatural, dan bela diri sedangkan
komik Jepang mengangkat cerita tentang petualangan, komedi, dan drama.
Melihat bahwa komik Korea dan komik Jepang sangat dipengaruhi oleh
country of origin (negara asal), maka penting rasanya untuk mempelajari
bagaimana pengaruh country of origin pada sikap terhadap komik. Maka dari
situ peneliti mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. a. Apakah efek country of origin berpengaruh pada sikap konsumen
terhadap komik Jepang?
b. Apakah efek country of origin berpengaruh pada sikap konsumen
terhadap komik Korea?
2. a. Apakah sikap konsumen terhadap komik Jepang berpengaruh pada
b. Apakah sikap konsumen terhadap komik Korea berpengaruh pada
minat membeli (dalam konteks ini menjadi minat membaca)?
3. a. Apakah ada perbedaan efek country of origin untuk komik Jepang
versus Korea?
b. Apakah ada perbedaan sikap konsumen untuk komik Jepang versus
Korea?
c. Apakah ada perbedaan minat beli (dalam konteks ini menjadi minat
membaca) untuk komik Jepang versus Korea?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh efek country of origin pada sikap konsumen
terhadap komik Jepang versus Korea.
2. Untuk mengetahui pengaruh sikap konsumen terhadap komik Jepang
versus Korea pada minat membeli (dalam konteks ini menjadi minat
membaca).
3. Untuk mengetahui perbedaan efek country of origin, sikap konsumen,
minat membeli (dalam konteks ini menjadi minat membaca) untuk komik
Jepang versus Korea.
D. Batasan Penelitian
Penelitian dilakukan di Kabupaten Sleman dengan responden adalah pria
dan wanita yang berumur 17 tahun ke atas yang pernah membaca dan
penikmat komik yang beredar di Indonesia terutama di kawasan Kabupaten
Sleman. Penelitian ini dilakukan dengan sudut pandang pemasaran dan
perilaku konsumen terlebih dilihat dari efek country of origin dan sikap
konsumen pada minat beli (dalam konteks ini menjadi minat membaca)
terhadap komik Jepang dan Korea.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat bermanfaat untuk masyarakat dalam menilai produk
lokal dan impor pada saat melakukan pembelian yang mempengaruhi
keputusan pembelian. Selain itu bermanfaat pula bagi pembaca sebagai acuan
referensi. Bagi perusahaan dapat melihat apakah memang efek country of
origin dan sikap konsumen benar-benar membawa pengaruh bagi penjualan
dan pembelian komik Jepang dan Korea. Bagi peneliti, agar skripsi ini dapat
BAB II
TINJAUAN LITERATUR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Literatur 1. Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen (consumer behavior) terdiri dari semua tindakan
konsumen untuk memperoleh, menggunakan, dan membuang barang atau
jasa. Perilaku konsumen adalah membeli sebuah produk atau jasa,
memberikan informasi dari mulut ke mulut tentang sebuah produk atau
jasa kepada orang lain, membuang sebuah produk, dan mengumpulkan
informasi sebelum melakukan pembelian suatu produk atau jasa.
Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai studi tentang unit
pembelian (buying units) dan proses pertukaran yang melibatkan
perolehan, kosumsi, dan pembuangan barang, jasa, pengalaman serta
ide-ide (Mowen dan Minor, 2002).
American Marketing Association mendefinisikan bahwa perilaku
konsumen (consumer behavior) sebagai interaksi dinamis antara pengaruh
dan kognisi, perilaku, dan kejadian di sekitar kita di mana manusia
melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka.
Menurut Peter dan Olson (2013), perilaku (behavior) mengacu kepada
aksi fisik konsumen secara langsung dapat diamati dan diukur oleh pihak
lainnya. Hal ini disebut juga sebagai perilaku terbuka (overt behavior)
untuk membedakannya dari aktivitas mental, seperti berpikir yang tidak
dapat diamati secara langsung. Perilaku konsumen melibatkan interaksi
antara pemikiran seseorang, perasaan, dan tindakan serta lingkungan.
Menurut Kotler dan Keller (2009) perilaku konsumen adalah studi
tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli,
menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk
memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Perilaku pembelian
konsumen dipengaruhi oleh adanya faktor budaya, sosial dan pribadi.
Faktor budaya merupakan faktor yang memberikan pengaruh luas dan
dalam.
a. Faktor Budaya
Kelas budaya, sub budaya, dan sosial sangat mempengaruhi
perilaku pembelian konsumen. Budaya adalah determinan dasar
keinginan dan perilaku seseorang. Melalui keluarga dan istitusi
utama lainnya.
b. Faktor Sosial
Selain faktor budaya, ada faktor sosial seperti kelompok
referensi, keluarga, serta peran sosial dan status sosial yang
mempengaruhi perilaku pembelian. Kelompok referensi adalah
semua kelompok yang mempunyai pengaruh langsung (tatap muka)
atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang tersebut.
Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling
penting dalam masyarakat, dan anggota keluarga
berpengaruh. Peran terdiri dari kegiatan yang diharapkan dapat
dilakukan seseorang. Setiap peran menyandang status.
c. Faktor Pribadi
Kotler dan Keller (2009) menyatakan bahwa keputusan
pembelian dipengaruhi oleh adanya karakteristik pribadi, meliputi:
1) Usia dan tahap dalam siklus hidup pribadi
2) Pekerjaan dan keadaan ekonomi
3) Kepribadian dan konsep diri
4) Gaya hidup dan nilai
Peter dan Olson (2013) menyatakan afeksi dan kognisi konsumen
mengacu pada dua jenis respon mental yang ditunjukkan konsumen
terhadap stimulus atau kejadian di sekitar mereka. Afeksi (affect) mengacu
kepada hal yang mereka rasakan mengenai stimulus dan kejadian di sekitar
mereka, seperti suka atau tidak terhadap suatu produk. Sedangkan kognisi
(cognition) mengacu kepada hal yang mereka pikirkan seperti kepercayaan
terhadap produk.
2. Sikap
Sikap biasanya memainkan peran utama dalam membentuk perilaku.
Untuk mengetahui apakah konsumen membeli atau tidak terhadap suatu
produk maka perlu diketahui adanya sikap konsumen dan minat beli
konsumen. Sikap merupakan kecenderungan yang dapat dipelajari yang
pengalaman langsung mengenai produk, informasi secara lisan dan
berbagai bentuk pemasaran lainnya.
Sikap merupakan interaksi dengan objek tertentu. Menurut Peter dan
Olson (2013) sikap (attitude) adalah evaluasi secara menyeluruh yang
dilakukan seseorang atau suatu konsep.
Kata sikap berasal dari bahasa Latin aptus, yang berarti “kecocokan”
atau “kesesuaian”. Pada abad ke-18, sikap umumnya mengacu pada postur
fisik, dan saat ini kata tersebut dapat menunjukkan orientasi fisik secara
umum untuk sesuatu yang lain. Menurut teori Thurstone (dalam Mowen
dan Minor, 2002) mendefinisikan sikap sebagai afeksi atau perasaan untuk
atau terhadap sebuah rangsangan (Mowen dan Minor, 2002).
Dalam ungkapan yang sederhana, sikap adalah bagaimana kita
berpikir, merasa dan bertindak terhadap objek tertentu dalam lingkungan.
Pengertian tersebut mengandung makna bahwa sikap mempelajari
kecenderungan konsumen untuk mengevaluasi suatu produk baik
disenangi ataupun tidak disenangi secara konsisten.
a. Fungsi Sikap
Daniel Katz dalam buku yang ditulis Mowen dan Minor (2002)
mendefinisikan ada empat fungsi sikap yaitu:
1) Fungsi Utilitarian
Fungsi sikap utilitarian mengacu pada ide bahwa orang
mengekspresikan perasaan untuk memaksimalkan penghargaan
2) Fungsi Pembelaan-Ego
Fungsi sikap sebagai pembelaan-ego adalah melindungi orang
dari kebenaran mendasar tentang diri sendiri atau membela
dirinya sendiri.
3) Fungsi Pengetahuan
Sikap dapat digunakan sebagai standar yang membantu
seseorang untuk memahami dan mempengaruhi sikap
seseorang. Sikap dapat membantu seseorang untuk bereaksi
terhadap lingkungan sekitarnya yang selalu berubah.
4) Fungsi Nilai-Ekspresif
Fungsi nilai ekspresif dari sikap mengacu pada bagaimana
seseorang mengekspresikan nilai sentral mereka pada orang
lain.
b. Karakteristik Sikap
Menurut Sangadji (2013) ada beberapa karakteristik sikap yang akan
diuraikan, yaitu:
1) Sikap memiliki objek
Pada konteks pemasaran, sikap konsumen harus terkait dengan
objek karena objek dapat terhubung dengan berbagai konsep
konsumsi dan pemasaran seperti produk, merek, iklan, harga,
2) Konsistensi sikap
Sikap adalah gambaran perasaan dari seorang konsumen, dan
perasaan tersebut akan direfleksikan oleh perilakunya karena
sikap memiliki konsistensi dengan perilaku.
3) Sikap positif, negatif, dan netral
Sikap positif merupakan sikap yang dapat menerima atau
menyukai suatu hal, sedangkan sikap negatif merupakan sikap
tidak menyukai suatu hal. Netral berarti tidak memiliki sikap
atas suatu hal.
4) Intensitas sikap
Adalah ketika konsumen menyatakan derajat tingkat
kesukaannya terhadap suatu produk.
5) Resistensi sikap
Resistensi adalah seberapa besar sikap seorang konsumen
dapat berubah.
6) Persistensi sikap
Persistensi adalah karakteristik sikap yang menggambarkan
bahwa sikap akan berubah karena berlalunya waktu.
7) Keyakinan sikap
Kepercayaan konsumen mengenai kebenaran sikap yang
8) Sikap dan situasi
Sikap seseorang terhadap suatu objek sering kali muncul dalam
konteks situasi, artinya, situasi akan memengaruhi sikap
konsumen terhadap suatu objek.
3. Persepsi
Kotler dan Keller (2009) menyatakan persepsi (perception) adalah
proses di mana kita memilih, mengatur, dan menerjemahkan masukan
informasi untuk menciptakan gambaran dunia yang berarti. Persepsi
menurut Sciffman dan Kanuk (2000), yaitu proses di mana individu
memilih, mengatur, dan menafsirkan stimuli ke dalam gambar yang berarti
dan masuk akal mengenai dunia. Proses ini dapat dijelaskan sebagai
“bagaimana kita melihat dunia di sekeliling kita”. Dua individu mungkin
menerima stimuli yang sama dalam kondisi nyata yang sama, tetapi
bagaimana setiap orang mengenal, memilih, mengatur, dan
menafsirkannya merupakan proses yang sangat individual berdasarkan
kebutuhan, nilai-nilai, dan harapan setiap orang. Kotler (dalam
Simatupang, 2011) mengungkapkan hal serupa bahwa seorang individu
yang memilih, mengorganisasi dan menafsirkan masukan-masukan
informasi untuk menciptakan sebuah gambaran yang bermakna. Persepsi
dibentuk oleh karakteristik dari stimuli, hubungan stimuli dengan
sekelilingnya, dan kondisi-kondisi di dalam diri kita sendiri. Persepsi
memiliki sifat subjektif. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah persepsi
4. Country of Origin Effect (Efek Negara Asal)
Menurut Kotler dan Keller (2009) dalam pasar global yang semakin
terhubung dan sangat kompetitif, pemasar perlu memperhatikan
bagaimana sikap dan kepercayaan mengenai negara mereka dalam
mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen dan bisnis. Persepsi
negara asal adalah asosiasi dan kepercayaan mental yang dipicu oleh
sebuah negara. Pemasar ingin menggunakan persepsi negara asal yang
positif untuk menjual produk dan jasa mereka.
Menurut Chandra dan Gregorius (2004) country of origin effect adalah
segala pengaruh dari negara produsen terhadap persepsi positif dan negatif
konsumen atas produk tertentu. Menurut Kotabe dan Helsen (2000) bukti
menunjukkan bahwa produk ”dibuat inisial / made in” karena label penting
untuk konsumen. Beberapa temuan mengatakan bahwa pengaruh efek
negara asal menunjukkan fenomena yang kompleks:
a. Efek negara asal tidak stabil: citra negara akan berubah ketika
konsumen menjadi lebih akrab dengan negara tersebut, praktik
pemasaran produk belakangan ini meningkat dari waktu ke waktu.
b. Penelitian juga menunjukkan bahwa ada peran kedua negara yaitu
negara desain dan negara manufaktur / perakitan. Perusahaan
asing dapat menargetkan konsumen patrotic dengan menjadi
pemain lokal di pasar tuan rumah.
c. Demografi membuat perbedaan. Efek negara asal sangat
politik konservatif. Konsumen cenderung untuk menggunakan
negara asal produk sebagai syarat ketika mereka tidak terbiasa
dengan nama merek yang dibawa oleh produk tersebut.
d. Efek negara asal tergantung pada kategori produk.
Pemasar global mengetahui bahwa konsumen mempunyai sikap dan
kepercayaan berbeda tentang merek atau produk dari berbagai negara.
Persepsi negara asal dapat mempengaruhi pengambilan keputusan
konsumen secara langsung maupun tidak langsung. Persepsi bisa
dimasukkan sebagai atribut dalam pengambilan keputusan atau dalam
proses. Persepsi dapat dilihat dari hal sebagai berikut:
a. Orang sering bersifat etnosentris dan lebih suka menggunakan
produk dalam negeri mereka sendiri, kecuali mereka berasal dari
negara yang kurang maju.
b. Semakin bagus citra negara, semakin penting label “made in”
harus ditampilkan.
c. Dampak asal negara bervariasi denga jenis produk. Konsumen
ingin tahu di mana sebuah mobil dibuat, tetapi tidak untuk
minyak pelumasnya.
d. Negara tertentu menikmati reputasi atas barang tertentu: Jepang
untuk mobil dan elektronik konsumen; Amerika Serikat untuk
inovasi teknologi tinggi, minuman ringan, dan jins; Perancis
Ketika konsumen cenderung memiliki sikap atau bahkan preferensi
ketika datang ke suatu produk tertentu yang dibuat di negara tertentu, sikap
ini mungkin positif, negatif, atau netral tergantung pada persepsi atau
pengalaman (Sciffman dan Kanuk, 1997).
Adapun keuntungan dari country of origin dilihat dari marketing mix
perusahaan (4P), yaitu:
1. Product
Country of origin yang sesuai akan menguntungkan dalam
keputusan produk sebab hal tersebut mendukung image barang
yang akan diproduksi di negara tersebut. Misal memproduksi alat
elektronik di Jepang yang sudah memiliki image suatu negara
dengan teknologi maju, maka hal tersebut tentu akan mendukung
image produk di mata konsumen bahwa produk kita merupakan
produk maju.
2. Price
Menjual produk dengan harga yang lebih murah mungkin dapat
dilakukan pada konsumen yang tidak peduli terhadap country of
origin produk tersebut, demikian juga berlaku sebaliknya,
perusahaan dapat menentukan harga suatu produk menyesuaikan
dengan image dari country of origin yang sudah melekat pada suatu
3. Placement / Distribution
Alternatif lain dari strategi pemasaran adalah pemilihan saluran
distribusi yang tepat untuk dapat mempengaruhi sikap konsumen
terhadap produk.
4. Promotion
Berbagai alternatif komunikasi dapat digunakan oleh pemasar
untuk mempengaruhi konsumen agar mengkonsumsi produk yang
ditawarkan. Sehubungan dengan country of origin, maka pemasar
dapat melakukan strategi promosi dengan lebih menonjolkan
country image produk serta menekankan pada brand image yang
dimiliki oleh produk. Strategi ini bermanfaat untuk menekan
pesaing yang menghasilkan produk serupa tetapi tidak memiliki
keunggulan country of origin.
5. Produk
Produk adalah konsep keseluruhan atas objek atau proses yang
memberikan berbagai nilai bagi pelanggan; barang dan jasa merupakan
subkategori yang menjelaskan dua jenis produk. Dengan demikian, istilah
„produk‟ kadangkala dipakai dalam pengertian yang luas untuk
mengartikan barang atau produk manufaktur atau jasa (Payne, 2000).
Klasifikasi produk bisa dilakukan atas berbagai macam sudut
pandang. Berdasarkan berwujud tidaknya, produk dapat diklasifikasikan
a. Barang
Barang merupakan produk berwujud fisik, sehingga bisa dilihat,
diraba/disentuh, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan, dan
perlakuan fisik lainnya. Ditinjau dari aspek daya tahannya, terdapat
dua macam barang, yaitu:
1) Barang Tidak Tahan Lama (Nondurable Goods)
Barang tidak tahan lama adalah barang berwujud yang
biasanya habis dikonsumsi dalam satu atau beberapa
kali pemakaian. Dengan kata lain umur ekonomisnya
dalam kondisi pemakaian normal kurang dari satu
tahun. Contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah
sabun, minuman dan makanan ringan, kapur tulis, gula,
dan garam. Oleh karena itu, barang jenis ini dikonsumsi
dengan cepat (dalam waktu singkat) dan frekuensi
pembeliannya sering terjadi maka strategi yang paling
tepat adalah menyediakannya di banyak lokasi,
menerapkan mark-up yang kecil, dan mengiklankannya
secara gencar untuk merangsang orang agar
mencobanya sekaligus untuk membentuk preferensi.
2) Barang Tahan Lama (Durable goods)
Barang tahan lama merupakan barang berwujud yang
biasanya bisa bertahan lama dengan banyakn
normal adalah satu tahun atau lebih). Contoh dari
barang tahan lama meliputi TV, lemari es, mobil,
komputer, dan lain-lain. Umumnya jenis barang
tersebut membutuhkan personal selling dan pelayanan
yang lebih banyak daripada barang tidak tahan lama,
memberikan keuntungan yang lebih besar, dan
membutuhkan jaminan atau garansi tertentu dari
penjualannya.
b. Jasa (Service)
Jasa merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan
untuk dijual. Contoh; bengkel reparasi, salon kecantikan, kursus,
hotel, lembaga pendidikan, dan lain-lain.
Pembedaan antara produk dan jasa sulit dilakukan, karena
pembelian suatu produk seringkali disertai dengan jasa-jasa tertentu (misal
instalasi), dan pembelian suatu jasa seringkali meliputi barang-barang
yang melengkapinya (makan di restoran). Meskipun demikian, Kotler, et
al. (dalam Simatupang, 2014) mendefinisikan jasa sebagai setiap tindakan
atas perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain
yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak
menghasilkan kepemilikan sesuatu. Walau begitu, produksi jasa bisa
c. Karakteristik Jasa
Dalam pemasaran jasa (services) terdapat faktor karakteristik unik
jasa yang berbeda daripemasaran produk (goods). Keunikan
karakteristik jasa dibandingkan produk terletak pada sifat:
intangibility, inseparability, variability, dan perishability.
Intangibility merupakan sifat jasa yang tidak berwujud dan diterima
konsumen sebagai performance yang hanya dapat dirasakan.
Inseparability mencerminkan tidak terpisahkannya antara provider
dan konsumennya, keterlibatan konsumen dalam proses delivery
jasa dalam production process. Variability menunjukkan bahwa
performance jasa sangat sulit untuk dikontrol dan sangat bersifat
relatif baik dari output provider maupun persepsi penerimaan
konsumen. Perishability merupakan salah satu keterbatasan jasa,
mengingat proses dan penggunaan dilakukan dalam waktu
bersamaan dan memungkinkan dilakukannya penyimpangan
(Czinkota & Ronkainen dalam T. Widjaja, 2009).
6. Pengertian Minat Membeli (dalam konteks ini menjadi Minat Membaca)
a. Minat
Minat (interest) dapat didefinisikan sebagai keinginan seseorang
untuk memahami lebih dalam tentang sesuatu karena tertarik pada suatu
hal sehingga akhirnya orang tersebut akan mencari tahu dan
Minat atau interest adalah bila konsumen menjadi tertarik pada suatu
produk, maka ia akan mengumpulkan informasi fakta-fakta mengenai
produk tersebut (Cannon, McCarthy dan Perreault, 2008). Jika hal
tersebut terjadi maka kemungkinannya konsumen membeli produk
tersebut akan semakin besar dan mendapatkan respon positif, tetapi
respon informasi mengenai produk tersebut negatif maka konsumen
tidak mau mencoba produk tersebut (dikutip dari Widiyaningrum,
2015).
Menurut Slameto (2013) minat adalah rasa lebih suka dan rasa
ketertarikan pada suatu aktivitas, tanpa adanya yang menyuruh. Minat
pada dasarnya merupakan penerimaan akan suatu hubungan antara diri
sendiri dengan sesuatu di luar diri. Apabila dikaitkan terhadap komik,
maka adanya rasa ketertarikan pada suatu objek (komik) seperti
membeli komik tersebut berdasarkan atribut-atribut seperti country of
origin, cover atau desain. Menurut Hilgard (dalam Slameto, 2013)
minat adalah kecenderungan untuk tetap mengenang dan
memperhatikan beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati akan
diperhatikan secara terus menerus yang disertai dengan rasa senang.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) minat adalah
kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Minat sering disebut
juga gairah atau keinginan (http://kbbi.web.id/minat). Minat sering
psikologis dapat berupa motivasi, persepsi, pembelajaran, keyakinan,
dan sikap untuk membeli.
b. Minat Membeli (dalam konteks ini menjadi Minat Membaca)
Kerin, et al (dalam Widyaningrum, 2015) mengatakan minat
membeli (dalam konteks ini menjadi minat membaca) merupakan
kecenderungan konsumen untuk membeli suatu produk atau mengambil
tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan
tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian.
Menurut Kotler dan Keller (2009) minat membeli (dalam konteks
ini menjadi minat membaca) adalah perilaku konsumen yang muncul
sebagai respon terhadap objek yang menunjukkan keinginan pelanggan
untuk melakukan pembelian. Menurut McCarthy (2003) minat membeli
(dalam konteks ini menjadi minat membaca) merupakan dorongan yang
timbul dalam diri seseorang untuk membeli barang dan jasa dalam
rangka pemenuhan kebutuhannya.
Menurut Ferdinand (2002), minat membeli (dalam konteks ini
menjadi minat membaca) dapat diidentifikasikan melalui
indikator-indikator sebagai berikut:
1) Minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk
membeli produk.
2) Minat referensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk
3) Minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku
seseorang yang memiliki preferensi utama pada produk
tersebut. Preferensi ini hanya dapat diganti jika terjadi sesuatu
dengan produk preferensinya.
4) Minat eksploratif, yaitu minat ini menggambarkan perilaku
seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk
yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung
sifat-sifat positif dari produk tersebut.
Adapun menurut Wingkel (dalam Febryanto, 2009) faktor-faktor
yang mempengaruhi minat membeli (dalam konteks ini menjadi minat
membaca) dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu:
1) Minat secara intrinsik yaitu minat yang berdasarkan suatu
dorongan yang secara mutlak timbul dari individu sendiri tanpa
ada pengganti dari luar, misalnya sumber daya konsumen,
pengetahuan, sikap, dan gaya hidup.
2) Minat secara ekstrinsik yaitu minat yang berdasarkan dorongan
atau pengaruh dari luar diri individu, misalnya: iklan, citra
merek, harga, pendapat teman, faktor keluarga, dan
pengalaman.
Menurut Bearman (dalam Widyaningrum, 2015) tumbuhnya minat
beli konsumen (dalam konteks ini menjadi minat membaca) disebabkan
1) Rangsangan
Merupakan suatu isyarat yang ditunjukkan untuk mendorong
atau menimbulkan seseorang untuk bertindak.
2) Kesadaran
Merupakan sesuatu yang memasuki pikiran seseorang.
Kesadaran ini dipengaruhi atas pertimbangan barang atau jasa
itu sendiri.
3) Pencarian informasi
Aspek pencarian informasi dinagi dalam 6 bagian, yaitu:
a) Informasi Intern
Bersumber dari ingatan konsumen untuk memilih barang
atau jasa yang memuaskan.
b) Informasi Ekstern
Informasi yang melibatkan iklan, penjualan langsung, atau
atribut bauran promosi lainnya atau hal-hal yang bersumber
dari lingkungan keluarga, sosial, teman, dan lainnya.
c) Memastikan sifat yang khas dari setiap pilihan yang ada.
Tahap ini konsumen mengumpulkan informasi yang
berhubungan dengan ciri dan sifat dari setiap pilihan.
Setelah diketahui akan pilihannya maka konsumen
d) Pemilihan alternatif
Pemiihan ini terjadi jika beberapa barang dan jasa
merupakan suatu pikiran yang sulit bagi konsumen untuk
mengevaluasi alternatif-alternatif yang ada.
e) Pembelian
Tahapan di mana konsumen telah melalui pilihan dan siap
untuk mengeluarkan uangnya sebagai alat tukar untuk
barang atau jasa tersebut.
f) Tempat di mana membeli
Tempat pembelian atau toko merupakan salah satu tempat
pencarian informasi. Sebuah toko penyalur memiliki citra
yang baik serta merangsang konsumen untuk melakukan
pembelian lebih lanjut, sehingga diharapkan konsumen
menjadi terbiasa untuk membeli di tempat tersebut.
B. Perumusan Hipotesis
1. a. Relasi antara efek country of origin dengan sikap konsumen terhadap komik Jepang.
Efek country of origin adalah segala pengaruh dari negara produsen
terhadap persepsi positif dan negatif konsumen atas produk tertentu
(Chandra dan Gregorius, 2004). Pada pembelian produk, konsumen
zaman sekarang pintar dalam memilih dan menggunakan produk untuk
memiliki keunggulan di mata konsumen. Dengan adanya label “made
in”, konsumen semakin yakin bahwa produk yang dibelinya memiliki
kualitas yang baik di antara komik-komik yang beredar di dalam negeri.
Efek country of origin pun memberikan citra yang positif terhadap
negara atau asal pembuat produk. Seperti halnya komik, konsumen
membeli dan membaca komik buatan luar negeri terutama Jepang
karena konsumen telah menilai komik buatan Jepang memiliki
nilai-nilai atau unsur-unsur yang baik.
H1a: Efek country of origin berpengaruh positif pada sikap konsumen terhadap komik Jepang.
b. Relasi antara efek country of origin dengan sikap konsumen
terhadap komik Korea.
Efek country of origin adalah segala pengaruh dari negara produsen
terhadap persepsi positif dan negatif konsumen atas produk tertentu
(Chandra dan Gregorius, 2004). Produk yang memiliki label “made in”
memiliki keunggulan di mata konsumen. Dengan adanya label “made
in”, konsumen semakin yakin bahwa produk yang dibelinya memiliki
kualitas yang baik di antara komik-komik yang beredar di dalam negeri.
Efek country of origin pun memberikan citra yang positif terhadap
negara atau asal pembuat produk. Melalui K-Wave, Korea sebagai
negara maju memperkenalkan salah satu bentuk budaya populernya
H1b: Efek country of origin berpengaruh positif pada sikap
konsumen terhadap komik Korea.
2. a. Relasi antara sikap konsumen terhadap komik Jepang dengan
minat membaca.
Sikap merupakan interaksi dengan objek tertentu. Sikap merupakan
kecenderungan yang dapat dipelajari yang berkaitan dengan perilaku
membeli (dalam konteks ini menjadi membaca) yang terbentuk sebagai
hasil dari pengalaman langsung mengenai produk, informasi secara
lisan dan berbagai bentuk pemasaran lainnya. Sikap sebagai afeksi atau
perasaan untuk terhadap sebuah rangsangan (Mowen dan Minor, 2002).
Konsumen yang melihat, menyukai suatu produk tergerak untuk
mendekati produk tersebut. Konsumen yang melihat komik di sebuah
toko buku atau taman bacaan, jika dia merasa tertarik terhadap komik
tersebut, konsumen akan membeli komik tersebut atau meminjamnya
untuk dibaca.
H2a: Sikap konsumen terhadap komik Jepang berpengaruh positif
pada minat membaca.
b. Relasi antara sikap konsumen terhadap komik Korea dengan
minat membaca.
Sikap merupakan interaksi dengan objek tertentu. Sikap merupakan
kecenderungan yang dapat dipelajari yang berkaitan dengan perilaku
membeli (dalam konteks ini menjadi membaca) yang terbentuk sebagai
lisan dan berbagai bentuk pemasaran lainnya. Konsumen melihat
kemudian menyukai suatu produk tergerak untuk mendekati produk
tersebut. Konsumen yang melihat komik Korea di sebuah toko buku
atau taman bacaan, jika dia tertarik terhadap komik tersebut, maka
konsumen akan membeli komik tersebut atau meminjamnya untuk
dibaca.
H2b: Sikap konsumen terhadap komik Korea berpengaruh positif pada minat membaca.
3. Perbedaan efek country of origin, sikap konsumen, dan minat membaca untuk komik Jepang dan Korea
a. Perbedaan efek country of origin untuk komik Jepang dan Korea
Jepang yang menyadari bahwa negaranya adalah penghasil animasi
terbesar di kawasan Asia, menyuguhkan karya-karya animasi terkenal
melalui dekorasi-dekorasi di tempat umum seperti café, alat
transportasi, dan poster-poster di jalanan. Selain itu Jepang menarik
perhatian pembaca komik melalui game-game yang hadir pada
smartphone seperti permainan pokemon dan ninja. Jepang
memanfaatkan anime atau manga, untuk memperkenalkan dan
mempromosikan budayanya ke seluruh dunia
(https://today.line.me/id/article/733ec12a5719fe27a79e4cb1f5b1c15b76
9337eb79d4bf4bccfcaba9c7ecdce9?utm_source=timelineutm-medium=post&utm_campaign=timeline_a, 6 Desember 2016). Korea
korea menarik perhatian pembaca melalui situs jaringan internet dengan
menghadirkan webtoon atau web cartoon. Bekerjasama dengan Daum
dan Naver, Korea merilis webtoon yang dapat dibaca melalui
smartphone yang diterbitkan setiap 2 minggu sekali. Webtoon-webtoon
yang populer kemudian dijadikan buku komik dan drama korea. Selain
itu komik-komik populer yang tidak diterbitkan melalui webtoon pun
telah dirilis untuk dijadikan drama koreanya.
H3a: Ada perbedaan efek country of origin untuk komik Jepang
dan Korea
b. Perbedaan sikap konsumen untuk komik Jepang dan Korea
Komik yang hadir di Indonesia telah memiliki penggemar
masing-masing. Konsumen pun memiliki sikap yang berbeda-beda bagi
masing-masing komik yang telah beredar di Indonesia. Khususnya
untuk komik Jepang dan Korea, konsumen memiliki hal ketertarikan
dan kesukaan tersendiri. Berdasarkan pada tampilan fisik dari komik
Jepang dan Korea adalah ukuran buku, isi cerita, tokoh, cara membaca
komik, serta plot / alur dari buku komik tersebut.
H3b: Ada perbedaan sikap konsumen untuk komik Jepang dan
Korea
c. Perbedaan minat membaca untuk komik Jepang dan Korea
Selain pada sikap, perbedaan dapat dilihat berdasarkan minat membaca
konsumen terhadap komik Jepang dan Korea. Berdasarkan genre,
serupa. Komik Jepang memiliki genre fantasi, sport, action / laga,
detektif, petualangan, supernatural, komedi dan drama yang biasanya
terdapat pada serial komik cantik (shoujo). Sedangkan untuk komik
Korea sering mengangkat genre shounen, fantasi, action / laga, komedi,
supernatural, martial arts / bela diri dan serial cantik yang ditujukan
bagi pembaca perempuan.
H3c: Ada perbedaan minat membaca untuk komik Jepang dan Korea
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan ketiga hipotesis tersebut, maka secara sederhana peneliti dapat
menggambarkan model penelitian sebagai berikut:
Efek Country of Origin Sikap Konsumen Minat Membaca
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Menurut Sugiyono (2014) metode penelitian merupakan sebagai dasar
cara ilmiah mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Penelitian kuantitatif adalah kegiatan analisis data yang meliputi pengolahan
data dan penyajian data, melakukan perhitungan untuk mendeskripsikan data
dan melakukan pengujian hipotesis dengan uji statistik (Siregar, 2013).
Tujuan dilakukan penelitian dengan menggunakan kuantitatif adalah menguji
teori, membangun fakta, menunjukkan hubungan dan pengaruh serta
perbandingan antar variabel, memberikan deskripsi statistik, menafsir, dan
meramalkan hasilnya.
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah konsumen yang pernah membeli
dan membaca komik Jepang atau Korea.
Objek penelitian ini adalah efek country of origin, sikap konsumen,
dan minat beli (dalam konteks ini menjadi minat membaca) terhadap komik
Jepang atau Korea.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan terhadap konsumen komik Jepang dan Korea
yang berada di wilayah Kabupaten Sleman. Pelaksanaannya pada bulan Juli -
Agustus 2016.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2004). Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat umum yang membaca
komik Jepang atau Korea di Kabupaten Sleman.
2. Sampel
Sampel adalah suatu prosedur di mana hanya sebagian populasi saja yang
diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki
dari suatu populasi (Siregar, 2010) dikarenakan banyak responden.
Responden dalam penelitian ini adalah pembaca komik dengan ciri- ciri pria
dan wanita berumur > 17 tahun dan pernah membeli dan/ atau membaca
komik Jepang dan Korea. Penentuan jumlah responden mengacu pada
pemikiran yang dikemukakan oleh Roscoe (1975) yang berasumsi bahwa
ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk
kebanyakan penelitian (dikutip dari teoriline-jurnal, diunduh 13 Juni 2016).
pernah membeli dan/ atau membaca komik Korea, dan 50 konsumen pernah
membeli dan/ atau membaca komik Jepang.
E. Teknik Pengambilan Sampel
Untuk pengambilan sampel, peneliti menggunakan purposive sampling.
Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu (Sugiyono, 2004). Pertimbangan tertentu dalam penelitian ini adalah
konsumen yang pernah membaca komik Jepang dan Korea, membaca komik
Jepang dan Korea minimal 3 judul komik, terakhir membaca komik Jepang
dan Korea minimal 2 bulan yang lalu.
F. Jenis dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer yaitu data
yang berasal dari sumbernya langsung atau data asli yang dikumpulkan oleh
peneliti.
G. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah dengan membagikan kuesioner.
H. Variabel Penelitian
1. Identifikasi Variabel
Variabel terikat atau variabel tergantung (dependent variable) adalah
variabel yang mempengaruhi variabel lain. Jadi, variabel bebas ditunjukkan
dengan simbol (X) dan variabel terikat ditunjukkan dengan simbol
(Y).Variabel yang diteliti adalah efek country of origin, sikap konsumen, dan
minat membaca.
a. Hipotesis Satu
- Variabel Efek country of origin (X1)
- Variabel Sikap konsumen (Y)
b. Hipotesis Dua
- Variabel Sikap konsumen (X1)
- Variabel Minat membaca (Y)
2. Definisi Variabel
Efek Country of Origin: Segala pengaruh dari negara produsen
terhadap persepsi positif dan negatif konsumen atas produk tertentu.
Sikap: pemikiran konsumen untuk menyukai atau tidak menyukai
suatu objek dan apakah konsumen bergerak mendekati atau menjauhi
objek tersebut.
Minat Beli (dalam konteks ini menjadi minat membaca): Dorongan
yang timbul dalam diri seseorang untuk membeli barang dan jasa
I. Operasionalisasi Variabel
1. Efek Country of Origin
Jepang:
Jepang merupakan negara maju dalam hal budaya
Jepang merupakan negara yang dihormati dalam hal budaya
Jepang merupakan negara yang memiliki budaya populer
Jepang memiliki produk budaya yang berkualitas
Jepang merupakan negara maju dalam sektor industri kreatif
Korea:
Korea merupakan negara maju dalam hal budaya
Korea merupakan negara yang dihormati dalam hal budaya
Korea merupakan negara yang memiliki budaya populer
Korea memiliki produk budaya yang berkualitas
Korea merupakan negara maju dalam sektor industri kreatif
2. Sikap Konsumen
Jepang:
Saya terkesan dengan komik Jepang
Saya mendukung komik Jepang
Saya antusias terhadap komik Jepang
Saya menyukai komik Jepang
Korea:
Saya terkesan dengan komik Korea
Saya antusias terhadap komik Korea
Saya menyukai komik Korea
3. Minat Membeli (dalam konteks ini menjadi minat membaca)
Jepang:
Saya akan mencari informasi atau update tentang komik Jepang
Saya akan merekomendasikan komik Jepang pada teman saya
Saya akan membeli (membaca) komik Jepang
Korea:
Saya akan mencari informasi atau update tentang komik Korea
Saya akan merekomendasikan komik Korea pada teman saya
Saya akan membeli (membaca) komik Korea
J. Skala Penelitian
Dalam penelitian ini, skala pengukuran yang digunakan adalah Skala
Likert . Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial, sehingga skala
Likert cocok untuk penelitian ini. Dalam skala Likert terdapat 5 kategori
jawaban dengan skor sebagai berikut:
Sangat Setuju (SS) : 5
Setuju (S) : 4
Netral (N) : 3
Tidak Setuju (TS) : 2
K. Teknik Pengujian Instrumen
1. Uji Validitas
Uji Validitas adalah alat pengukuran yang menunjukkan seberapa jauh
suatu alat ukur memiliki ketepatan dan kecermatan dalam melakukan
fungsi ukurannya dengan menggunakan teknik korelasi Pearson Product
Moment. Uji ini menunjukkan pada konsistensi hasil atau pengukuran
yang dilakukan pada waktu berbeda, artinya membandingkan beberapa
hasil pengukuran dari populasi yang sama pada waktu berbeda atau oleh
peneliti yang lain. Perbandingan tersebut dihitung untuk mencari
koefisien korelasinya. Validitas tercapai bila koefisien korelasi antara
pengukuran pertama dan kedua menunjukkan angka positif yang tinggi.
Rumus Product Moment (Sanusi, 2011):
√
Keterangan:
rxy : Koefisien korelasi antara X dan Y (product moment)
X : Nilai total jawaban dari masing-masing responden
Y : Total butir dari jawaban responden
∑ X : Jumlah skor butir
∑ XY : Jumlah hasil kali antara X dan Y
N : Banyaknya partisipan uji coba
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2011). Reliabilitas
menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah
baik. Dalam menghitung reliabilitas peneliti menggunakan rumus
Cronbach’s Alpha. Ketentuannya adalah suatu kuesioner dinilai reliable
jika nilai alpha > 0,60 (Noor, 2014).
Rumus Cronbach’s Alpha:
⌊ ⌋ [ ]
Keterangan:
r = Koefisien reliabilitas instrumen (cronbach‟s alpha)
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyak soal
= Total varian butir
= Total varian
L. Teknik Analisis Data
1. Analisis Statistika Deskriptif
Statistika deskriptif merupakan teknik analisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa maksud membuat kesimpulan yang berlaku
2. Pengujian Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa
nilai residual memiliki distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar
maka uji statistik tidak valid. Cara untuk mengetahui normalitas
adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan
distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk suatu garis
lurus diagonal, dan plotting data akan dibandingkan dengan garis
diagonal yang menggambarkan data sesungguhnya akan meliputi
garis diagonalnya (Ghozali, 2005).
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas adalah untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan
ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika
varians berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik
adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas
(Ghozali, 2005). Uji heteroskedastisitas pada penelitian ini
menggunakan Uji Glejser.
3. Regresi Linear Sederhana
Regresi linear sederhana digunakan untuk menjawab rumusan
mengetahui pengaruh satu variabel bebas terhadap satu variabel terikat,
dengan persamaan:
Y = a + bX + e
Keterangan:
Y = Variabel terikat
a = Konstanta
b = Kemiringan garis regresi
X = Variabel bebas
e = Faktor pengganggu (error)
4. Uji Beda Rata-rata (Independent Sample T-Test)
Uji beda ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah ketiga.
Tujuannya untuk mengetahui perbedaan efek country of origin, sikap
konsumen, dan minat membaca untuk komik Jepang versus Korea. Uji
beda yang digunakan adalah uji beda Independent Sample T Test dengan
SPSS 16.
M. Uji Hipotesis
Uji ini digunakan mengetahui signifikansi dari pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen secara individual dan menganggap dependen
yang lain konstan. Signifikasi pengaruh tersebut dapat diestimasi dengan
membandingkan antara nilai ttabel dengan thitung.
Apabaila nilai thitung > ttabel maka variabel independen secara individual
independen secara individual tidak mempengaruhi variabel dependen.
thitung > ttabel berarti H0 ditolak dan Hα diterima
thitung < ttabel berarti H0 diterima dan Hα ditolak
Uji t juga bisa dilihat pada tingkat signifikansinya:
Jika tingkat signifikansi ≤ 0,05, maka H0 ditolak dan Hα diterima. Jika tingkat
BAB IV
GAMBARAN UMUM
A. Pengertian Komik
Komik adalah media komunikasi bergambar yang bersifat hiburan dan
edukatif sehingga ikut merangsang pemahaman kognitif (Boneff, 1998).
Komik berbeda dengan kartun, meskipun komik memiliki hubungan yang
dekat dengan kartun. Komik lebih merupakan suatu pendekatan ketika
membuat film atau sebuah gaya, sedangkan kartun adalah media yang sering
menggunakan pendekatan tersebut (McCloud, 2002).
Menurut Hurlock (1998), bahwa komik merupakan cerita kartun yang
unsur ceritanya kurang penting daripada gambarnya. Masdiono (2001)
mendukung pernyataan Hurlock dan mengatakan bahwa komik adalah
gambar yang bercerita karena di dalam komik teks atau tulisan berperan
sebagai pelengkap gambar, misal dalam pemberian dialog, narasi, dan
sebagainya. Komik jika digambar dengan sangat baik, bisa saja tercipta
komik tanpa kata-kata.
Menurut penelitian Allison (1996) dan Grigsby (1999), didapatkan
informasi tentang apa yang dilakukan oleh tokoh komik (cara makan, cara
berpakaian, dan sebagainya) adalah tidak jauh berbeda dengan budaya dan
apa yang dilakukan oleh masyarakat asalnya tersebut. Komik yang
digambarkan dan dituang merupakan penggambaran dari budaya dan kondisi
yang berkembang di negara tersebut (dikutip dari www.animeresearch.com
dan www.hieka.net, tahun 2002).
B. Keunggulan Komik
Komik mempunyai peran penting sebagai salah satu media
pembelajaran, sehingga pembaca akan terkena pengaruh dari apa yang telah
dipelajari (Boneff, 1998). Komik mempunyai beberapa keunggulan dan
menurut Hurlock (1988), komik yang disenangi oleh konsumen dikarenakan:
a. Komik menyediakan beberapa karakter dalam cerita yang dapat
digunakan untuk diidentifikasi dan juga mampu menyediakan
kesempatan yang baik untuk mendapat wawasan mengenai
masalah pribadi dan sosialnya. Kondisi seperti ini akan membantu
seseorang dalam menyelesaikan masalahnya sendiri.
b. Komik menarik imajinasi seseorang dan rasa ingin tahu tentang
masalah adikodrati.
c. Komik memberi anak pelarian sementara dari hiruk pikuk
sehari-hari.
d. Komik mudah dibaca bahkan seseorang yang kurang mampu
membaca juga dapat memahami artinya hanya dengan memahami
gambarnya.
e. Harga komik terjamin, sehingga semua orang bisa memilikinya.
mendorong anak untuk membaca, yang tidak banyak diberikan
jenis buku lain.
f. Komik bisa berbentuk serial atau bersambung, sehingga komik
mampu memberikan sesuatu yang diharapkan.
g. Komik mengkondisikan tokoh dengan kemampuan yang lebih
baik atau tampak sering melakukan atau mengatakan hal-hal yang
tidak berani dilakukan oleh pembacanya, walaupun mereka ingin
melakukannya. Kondisi seperti ini memberikan rasa kegembiraan.
h. Komik menyediakan tokoh yang sering kali bersifat kuat, berani,
dan berwajah tampan atau cantik.
i. Komik menyediakan gambar-gambar yang berwarna-warni dan
cukup sederhana untuk dimengerti.
Hurlock (1990) juga mengatakan bahwa komik dapat memberikan
pengetahuan kepada masyarakat untuk berkenalan tentang kebudayaan dari
negara lain. Pernyataan di atas menunjukkan bahwa komik memiliki
keunggulan sebagai penyampai informasi, media hiburan, dan media
pengenalan kebudayaan bangsa lain.
C. Klasifikasi Komik
a. Komik sebagai Media Komunikasi dan Hiburan
Komik merupakan media komunikasi yang juga mempunyai fungsi
sama baiknya dengan koran, majalah, televisi, radio, internet, yaitu