• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh efek Country Of Origin pada sikap dan minat membaca komik Jepang vs Korea

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh efek Country Of Origin pada sikap dan minat membaca komik Jepang vs Korea"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH EFEK

COUNTRY OF ORIGIN

PADA SIKAP DAN

MINAT MEMBACA KOMIK JEPANG

VS

KOREA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh :

Yosephin Kurnia Christiani NIM : 102214013

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

PENGARUH EFEK

COUNTRY OF ORIGIN

PADA SIKAP DAN

MINAT MEMBACA KOMIK JEPANG

VS

KOREA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh :

Yosephin Kurnia Christiani NIM : 102214013

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Segala perkara

dapat kutanggung di dalam Dia

yang memberi kekuatan kepadaku

(Filipi 4:13)

“Hope the dream that doesn’t sleep”

Dan

JIKA ADA KEMAUAN PASTI ADA JALAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

(6)
(7)
(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Efek Country of Origin Pada Sikap dan Minat Membaca Komik

Jepang VS Korea”. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan, dukungan, bimbingan dari berbagai pihak, penulisan skripsi ini tidak akan terlaksana dengan baik. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang memberi berkatNya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

2. Bapak Albertus Yudi Yuniarto, S.E., M.B.A., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Dr. Lukas Purwoto, S.E., M.Si., selaku Kepala Program Studi Manajemen Universitas Sanata Dharma.

4. Ibu Ike Janita Dewi, S.E., M.B.A., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing I yang bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan, perhatian, dukungan serta koreksi, dan saran dalam penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

(9)

viii

bimbingan, perhatian, dukungan serta koreksi, dan saran dalam penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Seluruh dosen dan Staf Sekretariat Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup selama penulis menempuh proses perkuliahan dan selama proses penyusunan skripsi.

7. Orang tua saya Antonius Eko Permono dan Vincentia Sri Rahayu, yang selalu mendukung melalui doa, nasihat, kasih sayang, dan semangat untuk terus berjuang, tidak putus asa dan selalu tekun dalam mencapai cita-cita yang diinginkan.

8. Adikku tersayang Yohana Cristiani Dewi, Lek Semi, Melania Ela, dan Ricky Murtadana yang telah memberikan dukungan, doa, semangat, masukan-masukan, motivasi yang berguna bagi terwujudnya pembuatan skripsi ini.

9. Untuk teman-teman yang telah memberikan waktu dan semangatnya dalam pembuatan skripsi ini: Satria Simatupang, Angelina Putri, Yosua Irwan Sudarsono, Adhityo Prabowo, Gusti Adi, dan Melinda Kusumaningrum.

10.Teman-teman kelas MPT: Fari Rosa, Nurul D.T., Gloria Octa, dan Christianna.

11.Keluarga Manajemen Festival dan Taman Bacaan Vanila

(10)
(11)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Literatur... 9

6. Pengertian Minat Membeli (dalam konteks ini menjadi Minat Membaca) ... 22

B. Perumusan Hipotesis ... 27

(12)

xi

E. Teknik Pengambilan Sampel... 35

F. Jenis dan Sumber Data ... 35

G. Metode Pengumpulan Data ... 35

H. Variabel Penelitian ... 35

I. Operasionalisasi Variabel... 37

J. Skala Penelitian ... 38

K. Teknik Pengujian Instrumen ... 39

L. Teknik Analisis Data ... 40

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif Responden ... 55

B. Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 58

C. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ... 61

D. Uji Asumsi Klasik ... 64

E. Analisis Regresi Linear Sederhana ... 67

F. Uji Beda Rata-Rata (Independent Sample T-Test) ... 69

G. Uji Hipotesis ... 73

H. Pembahasan ... 76

BAB VI KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ... 79

B. Implikasi Manajerial ... 80

(13)

xii

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

5.1 Analisis Deskriptif Responden Menurut Jenis Kelamin pada

Komik Jepang dan Korea ... 55

5.2 Analisis Deskriptif Responden Menurut Usia pada Komik Jepang dan Korea ... 55

5.3 Analisis Deskriptif Responden Menurut Profesi pada Komik Jepang dan Korea ... 56

5.4 Analisis Deskriptif Responden Menurut Terakhir Membeli dan/ Mem- baca Komik pada Komik Jepang dan Korea ... 57

5.5 Hasil Uji Validitas Variabel Efek Country of Origin pada Komik Jepang ... 58

5.6 Hasil Uji Validitas Variabel Sikap Konsumen pada Komik Jepang .... 59

5.7 Hasil Uji Validitas Variabel Minat Membaca pada Komik Jepang ... 59

5.8 Hasil Uji Validitas Variabel Efek Country of Origin pada Komik Korea ... 59

5.9 Hasil Uji Validitas Variabel Sikap Konsumen pada Komik Korea ... 59

5.10 Hasil Uji Validitas Variabel Minat Membaca pada Komik Korea ... 60

5.11 Hasil Uji Reliabilitas pada Komik Jepang ... 60

5.12 Hasil Uji Reliabilitas pada Komik Korea ... 61

5.13 Hasil Interprestasi Rata-rata Respon dari Responden ... 62

5.14 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian Efek Country of Origin, Sikap Konsumen dan Minat Membaca ... 62

5.15 Hasil Uji Beda Independent Sample T-Test Efek Country of Origin pada Komik Jepang dan Korea ... 69

5.16 Hasil Uji Beda Independent Sample T-Test Sikap Konsumen pada Komik Jepang dan Korea ... 71

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Kuesioner ... 88

Lampiran 2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 93

Lampiran 3 Uji Asumsi Klasik ... 100

Lampiran 4 Uji Regresi ... 105

Lampiran 5 Independent Sample T Test ... 109

Lampiran 6 Tabulasi Data ... 113

(16)

xv ABSTRAK

PENGARUH EFEK COUNTRY OF ORIGIN PADA SIKAP DAN MINAT

MEMBACA KOMIK JEPANG VS KOREA

Yosephin Kurnia Christiani Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) pengaruh efek country of origin

pada sikap konsumen terhadap komik Jepang versus Korea, 2) pengaruh sikap konsumen terhadap komik Jepang versus Korea pada minat membaca, 3) perbedaan efek country of origin, sikap konsumen, dan minat membaca untuk komik Jepang versus Korea. Populasi penelitian ini adalah masyarakat umum yang membaca komik Jepang atau Korea di Kabupaten Sleman. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 orang terdiri dari 50 orang pembaca komik Jepang dan 50 orang pembaca komik Korea. Pengambilan sampel menggunakan

purposive sampling. Data yang dikumpulkan dengan cara membagikan kuesioner. Analisis data menggunakan teknik analisis regresi linear sederhana dan uji beda rata-rata independent sample T-Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) efek

(17)

xvi ABSTRACT

THE INFLUENCE OF COUNTRY OF ORIGIN EFFECTS ON THE ATTITUDE AND INTEREST IN READING JAPANESE VS KOREAN

COMIC BOOKS

Yosephin Kurnia Christiani Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2017

(18)

1 BAB I

PENDAHULAN

A. Latar Belakang

Komik (comic: sebutan Internasional) adalah cerita yang dituang lewat gambar di atas kertas. Komik di beberapa negara memiliki sebutannya masing-masing, misal Jepang dengan nama manga, Cina dengan sebutan

manhua, Korea dengan manhwa, dan Indonesia dengan cergam (dikutip dari Concept Magazine edisi 04 vol 20). Menurut McCloud (1993) komik adalah bentuk seni yang berturutan dan dispesifikasikan menjadi gambar-gambar dan lambang-lambang lain yang terjukstaposisi (berderetan atau bersebelahan) dalam urutan tertentu bertujuan untuk memberikan informasi dan/ atau mencapai tanggapan estetis dari pembaca. McCloud mengatakan jika komik merupakan suatu bahasa, maka kosakatanya adalah segenap simbol visual termasuk kekuatan metode kartun dan realisme, baik mandiri maupun dalam kondisi yang mengejutkan.

(19)

dengan berbagai macam komik dan cerita. Boneff (1998) dalam bukunya berjudul Komik Indonesia, mengaitkan komik dengan berbagai konteks sosial, ekonomi, dan politik pada masa yang berbeda. Komik akan selalu berkembang dengan mengikuti perkembangan zaman.

Di zaman sekarang, komik menunjukkan perkembangan yang pesat. Komik yang beredar dan masuk di pasaran Indonesia pun tidak hanya berasal dari Indonesia saja melainkan dari berbagai negara seperti Jepang, Korea, Amerika, dan Eropa. Komik-komik tersebut telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, diedarkan secara resmi dan dilindungi oleh badan yang berlaku di Indonesia. Di era 70-an, Indonesia sangat jaya dalam pembuatan komik. Tokoh-tokoh yang digunakan pun meliputi tokoh-tokoh pewayangan yang ada di Indonesia dengan gaya cerita kepahlawanan bergenre silat fantasi, contohnya Si Buta dari Goa Hantu kemudian memasuki era 80-an komik dari Amerika dan Eropa terbit ke pasaran Indonesia dengan mengangkat komik Pahlawan atau Superhero seperti Batman, Superman, dan Tintin dengan isi komik yang lebih segar kemudian Jepang mampu mengakomodir seluruh

genre dan lebih ekspresif (dikutip dari www.liputan6.com, 26 Juni 2007) mengikuti komik-komik dibelakangnya yang berasal dari Korea.

Fenomenal K-Wave membuat Korea khususnya Korea Selatan menjadi populer dan mulai memperkenalkan budayanya. Kepopuleran tersebut meliputi k-drama/perfilman, musik k-pop, fashion, makanan, bahasa, dan tempat wisata di Korea Selatan. Komik dari Korea masuk sejalan dengan

(20)

komik yang ada di Indonesia. Komik-komik impor menawarkan atribut-atribut meliputi dari cover komik yang didesain secara fresh, anak muda, dengan warna yang cerah dan menarik, isi seputar kehidupan remaja, kehidupan sehari-hari dengan masalah yang tidak terlalu kompleks serta isi cerita yang lucu, gambar dibuat sejelas mungkin agar pembaca dapat menikmati dan membaca dengan nyaman, serta harga yang terjangkau. Selain dari komiknya sendiri, beberapa orang menjual pakaian gaya animasi seperti di gambar-gambar komik atau yang disebut dengan cosplay serta accessories

berupa gantungan kunci, kalung, gelang, t-shirt, sepatu, dan hiasan rambut (www.detik.com, 27 Januari 2016).

(21)

menyukai komik tersebut, yang pada akhirnya konsumen tidak membeli komik tersebut.

Selain sikap konsumen, efek country of origin atau negara asal juga memberikan referensi konsumen untuk membeli komik. Czinkota dan Ronkainen (2001) mengatakan bahwa efek country of origin adalah efek yang muncul dalam persepsi konsumen yang dipengaruhi oleh lokasi di mana suatu produk dihasilkan. Menurut Räty (2009: 07) country of origin adalah label “made in” pada produk yang merujuk pada negara asal atau lokasi di mana

produk dibuat. Label “made in” tersebut besar kemungkinannya pada

keputusan pembelian konsumen

(http://administrasibisnis/studentjournal.ub.ac/idindex/phpjabarticleview/977 1159, 10 Juli 2015).

Efek country of origin masih dijadikan pertimbangan oleh konsumen ketika mengevaluasi fungsi dan kualitas produk. Citra negara asal pada persepsi konsumen dapat mempengaruhi keputusan pembelian dan minat membeli suatu produk. Bila melihat dan membandingkan komik-komik yang ada di Indonesia, komik impor masih menduduki peringkat pertama. Di pasaran, komik milik Jepang masih menduduki peringkat pertama penjualan komik di Indonesia dibandingkan dengan komik impor lainnya bahkan komik Indonesia (kompas.com, 25 Maret 2010).

(22)

tentang produk tersebut sehingga efek country of origin memegang peran penting pada pemasaran nasional dan internasional karena membawa persepsi yang positif dan negatif pada konsumen atas produk produsen itu berasal hingga mempengaruhi konsumen dalam minat pembelian (dikutip dari Widyaningrum, 2015). Efek country of origin mempengaruhi pula minat dan daya tarik konsumen untuk membaca komik yang beredar di Indonesia. Menurut kamus psikologi, minat (interest) adalah (1) sikap yang berlangsung secara terus menerus yang memaparkan perhatian seseorang, sehingga membuat dirinya semakin selektif terhadap objek minatnya (2) perasaan yang menyatakan bahwa aktivitas, pekerjaan, atau objek itu berharga bagi individu (3) satu keadaan motivasi, atau serangkaian motivasi yang menuntun tingkah laku menuju satu arah (sasaran) tertentu (Chaplin, 2008).

Persepsi akan sebuah daya tarik terhadap objek dapat menjadi faktor penentu konsumen terhadap minat beli (dalam konteks ini menjadi minat membaca) konsumen terhadap suatu produk atau jasa. Minat membeli (dalam konteks ini menjadi minat membaca) adalah tahap kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan. Sebuah rencana dan konsumen untuk membeli produk tertentu dalam periode tertentu (Howard dalam Durianto dan Liana, 2004).

(23)

B. Rumusan Masalah Penelitian

Asal mulanya, konsumen mengenal komik hanya berasal dari Jepang. Seiring dengan berjalannya waktu, lahirlah sebuah kejadian fenomenal yang diistilahkan dengan K-Wave atau Hallyu atau Gelombang Korea. Kemunculan

K-Wave ternyata memunculkan komik baru yang berasal dari Korea yang biasa disebut dengan sebutan Manhwa.

Seiring dengan perkembangan, Manhwa lahir sebagai salah satu bacaan yang mulai digandrungi pada zaman ini. Manhwa dan Manga (sebutan komik Jepang) tumbuh menjadi dua jenis komik yang memiliki kelompok pencinta masing-masing. Kedua komik ini disukai karena memiliki ciri khas tersendiri yang sangat dipengaruhi oleh negara asalnya. Sebagai contoh, komik Korea mengangkat cerita tentang fantasi, supernatural, dan bela diri sedangkan komik Jepang mengangkat cerita tentang petualangan, komedi, dan drama.

Melihat bahwa komik Korea dan komik Jepang sangat dipengaruhi oleh

country of origin (negara asal), maka penting rasanya untuk mempelajari bagaimana pengaruh country of origin pada sikap terhadap komik. Maka dari situ peneliti mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. a. Apakah efek country of origin berpengaruh pada sikap konsumen terhadap komik Jepang?

b. Apakah efek country of origin berpengaruh pada sikap konsumen terhadap komik Korea?

(24)

b. Apakah sikap konsumen terhadap komik Korea berpengaruh pada minat membeli (dalam konteks ini menjadi minat membaca)?

3. a. Apakah ada perbedaan efek country of origin untuk komik Jepang

versus Korea?

b. Apakah ada perbedaan sikap konsumen untuk komik Jepang versus

Korea?

c. Apakah ada perbedaan minat beli (dalam konteks ini menjadi minat membaca) untuk komik Jepang versus Korea?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh efek country of origin pada sikap konsumen terhadap komik Jepang versus Korea.

2. Untuk mengetahui pengaruh sikap konsumen terhadap komik Jepang

versus Korea pada minat membeli (dalam konteks ini menjadi minat membaca).

3. Untuk mengetahui perbedaan efek country of origin, sikap konsumen, minat membeli (dalam konteks ini menjadi minat membaca) untuk komik Jepang versus Korea.

D. Batasan Penelitian

(25)

penikmat komik yang beredar di Indonesia terutama di kawasan Kabupaten Sleman. Penelitian ini dilakukan dengan sudut pandang pemasaran dan perilaku konsumen terlebih dilihat dari efek country of origin dan sikap konsumen pada minat beli (dalam konteks ini menjadi minat membaca) terhadap komik Jepang dan Korea.

E. Manfaat Penelitian

(26)

BAB II

TINJAUAN LITERATUR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Literatur 1. Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen (consumer behavior) terdiri dari semua tindakan konsumen untuk memperoleh, menggunakan, dan membuang barang atau jasa. Perilaku konsumen adalah membeli sebuah produk atau jasa, memberikan informasi dari mulut ke mulut tentang sebuah produk atau jasa kepada orang lain, membuang sebuah produk, dan mengumpulkan informasi sebelum melakukan pembelian suatu produk atau jasa.

Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai studi tentang unit pembelian (buying units) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, kosumsi, dan pembuangan barang, jasa, pengalaman serta ide-ide (Mowen dan Minor, 2002).

American Marketing Association mendefinisikan bahwa perilaku konsumen (consumer behavior) sebagai interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian di sekitar kita di mana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka.

Menurut Peter dan Olson (2013), perilaku (behavior) mengacu kepada aksi fisik konsumen secara langsung dapat diamati dan diukur oleh pihak lainnya. Hal ini disebut juga sebagai perilaku terbuka (overt behavior)

untuk membedakannya dari aktivitas mental, seperti berpikir yang tidak

(27)

dapat diamati secara langsung. Perilaku konsumen melibatkan interaksi antara pemikiran seseorang, perasaan, dan tindakan serta lingkungan.

Menurut Kotler dan Keller (2009) perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh adanya faktor budaya, sosial dan pribadi. Faktor budaya merupakan faktor yang memberikan pengaruh luas dan dalam.

a. Faktor Budaya

Kelas budaya, sub budaya, dan sosial sangat mempengaruhi perilaku pembelian konsumen. Budaya adalah determinan dasar keinginan dan perilaku seseorang. Melalui keluarga dan istitusi utama lainnya.

b. Faktor Sosial

(28)

berpengaruh. Peran terdiri dari kegiatan yang diharapkan dapat dilakukan seseorang. Setiap peran menyandang status.

c. Faktor Pribadi

Kotler dan Keller (2009) menyatakan bahwa keputusan pembelian dipengaruhi oleh adanya karakteristik pribadi, meliputi: 1) Usia dan tahap dalam siklus hidup pribadi

2) Pekerjaan dan keadaan ekonomi 3) Kepribadian dan konsep diri 4) Gaya hidup dan nilai

Peter dan Olson (2013) menyatakan afeksi dan kognisi konsumen mengacu pada dua jenis respon mental yang ditunjukkan konsumen terhadap stimulus atau kejadian di sekitar mereka. Afeksi (affect) mengacu kepada hal yang mereka rasakan mengenai stimulus dan kejadian di sekitar mereka, seperti suka atau tidak terhadap suatu produk. Sedangkan kognisi

(cognition) mengacu kepada hal yang mereka pikirkan seperti kepercayaan terhadap produk.

2. Sikap

(29)

pengalaman langsung mengenai produk, informasi secara lisan dan berbagai bentuk pemasaran lainnya.

Sikap merupakan interaksi dengan objek tertentu. Menurut Peter dan Olson (2013) sikap (attitude) adalah evaluasi secara menyeluruh yang dilakukan seseorang atau suatu konsep.

Kata sikap berasal dari bahasa Latin aptus, yang berarti “kecocokan”

atau “kesesuaian”. Pada abad ke-18, sikap umumnya mengacu pada postur

fisik, dan saat ini kata tersebut dapat menunjukkan orientasi fisik secara umum untuk sesuatu yang lain. Menurut teori Thurstone (dalam Mowen dan Minor, 2002) mendefinisikan sikap sebagai afeksi atau perasaan untuk atau terhadap sebuah rangsangan (Mowen dan Minor, 2002).

Dalam ungkapan yang sederhana, sikap adalah bagaimana kita berpikir, merasa dan bertindak terhadap objek tertentu dalam lingkungan. Pengertian tersebut mengandung makna bahwa sikap mempelajari kecenderungan konsumen untuk mengevaluasi suatu produk baik disenangi ataupun tidak disenangi secara konsisten.

a. Fungsi Sikap

Daniel Katz dalam buku yang ditulis Mowen dan Minor (2002) mendefinisikan ada empat fungsi sikap yaitu:

1) Fungsi Utilitarian

(30)

2) Fungsi Pembelaan-Ego

Fungsi sikap sebagai pembelaan-ego adalah melindungi orang dari kebenaran mendasar tentang diri sendiri atau membela dirinya sendiri.

3) Fungsi Pengetahuan

Sikap dapat digunakan sebagai standar yang membantu seseorang untuk memahami dan mempengaruhi sikap seseorang. Sikap dapat membantu seseorang untuk bereaksi terhadap lingkungan sekitarnya yang selalu berubah.

4) Fungsi Nilai-Ekspresif

Fungsi nilai ekspresif dari sikap mengacu pada bagaimana seseorang mengekspresikan nilai sentral mereka pada orang lain.

b. Karakteristik Sikap

Menurut Sangadji (2013) ada beberapa karakteristik sikap yang akan diuraikan, yaitu:

1) Sikap memiliki objek

(31)

2) Konsistensi sikap

Sikap adalah gambaran perasaan dari seorang konsumen, dan perasaan tersebut akan direfleksikan oleh perilakunya karena sikap memiliki konsistensi dengan perilaku.

3) Sikap positif, negatif, dan netral

Sikap positif merupakan sikap yang dapat menerima atau menyukai suatu hal, sedangkan sikap negatif merupakan sikap tidak menyukai suatu hal. Netral berarti tidak memiliki sikap atas suatu hal.

4) Intensitas sikap

Adalah ketika konsumen menyatakan derajat tingkat kesukaannya terhadap suatu produk.

5) Resistensi sikap

Resistensi adalah seberapa besar sikap seorang konsumen dapat berubah.

6) Persistensi sikap

Persistensi adalah karakteristik sikap yang menggambarkan bahwa sikap akan berubah karena berlalunya waktu.

7) Keyakinan sikap

(32)

8) Sikap dan situasi

Sikap seseorang terhadap suatu objek sering kali muncul dalam konteks situasi, artinya, situasi akan memengaruhi sikap konsumen terhadap suatu objek.

3. Persepsi

Kotler dan Keller (2009) menyatakan persepsi (perception) adalah proses di mana kita memilih, mengatur, dan menerjemahkan masukan informasi untuk menciptakan gambaran dunia yang berarti. Persepsi menurut Sciffman dan Kanuk (2000), yaitu proses di mana individu memilih, mengatur, dan menafsirkan stimuli ke dalam gambar yang berarti dan masuk akal mengenai dunia. Proses ini dapat dijelaskan sebagai “bagaimana kita melihat dunia di sekeliling kita”. Dua individu mungkin

(33)

4. Country of Origin Effect (Efek Negara Asal)

Menurut Kotler dan Keller (2009) dalam pasar global yang semakin terhubung dan sangat kompetitif, pemasar perlu memperhatikan bagaimana sikap dan kepercayaan mengenai negara mereka dalam mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen dan bisnis. Persepsi negara asal adalah asosiasi dan kepercayaan mental yang dipicu oleh sebuah negara. Pemasar ingin menggunakan persepsi negara asal yang positif untuk menjual produk dan jasa mereka.

Menurut Chandra dan Gregorius (2004) country of origin effect adalah segala pengaruh dari negara produsen terhadap persepsi positif dan negatif konsumen atas produk tertentu. Menurut Kotabe dan Helsen (2000) bukti menunjukkan bahwa produk ”dibuat inisial / made in” karena label penting

untuk konsumen. Beberapa temuan mengatakan bahwa pengaruh efek negara asal menunjukkan fenomena yang kompleks:

a. Efek negara asal tidak stabil: citra negara akan berubah ketika konsumen menjadi lebih akrab dengan negara tersebut, praktik pemasaran produk belakangan ini meningkat dari waktu ke waktu. b. Penelitian juga menunjukkan bahwa ada peran kedua negara yaitu negara desain dan negara manufaktur / perakitan. Perusahaan asing dapat menargetkan konsumen patrotic dengan menjadi pemain lokal di pasar tuan rumah.

(34)

politik konservatif. Konsumen cenderung untuk menggunakan negara asal produk sebagai syarat ketika mereka tidak terbiasa dengan nama merek yang dibawa oleh produk tersebut.

d. Efek negara asal tergantung pada kategori produk.

Pemasar global mengetahui bahwa konsumen mempunyai sikap dan kepercayaan berbeda tentang merek atau produk dari berbagai negara. Persepsi negara asal dapat mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen secara langsung maupun tidak langsung. Persepsi bisa dimasukkan sebagai atribut dalam pengambilan keputusan atau dalam proses. Persepsi dapat dilihat dari hal sebagai berikut:

a. Orang sering bersifat etnosentris dan lebih suka menggunakan produk dalam negeri mereka sendiri, kecuali mereka berasal dari negara yang kurang maju.

b. Semakin bagus citra negara, semakin penting label “made in” harus ditampilkan.

c. Dampak asal negara bervariasi denga jenis produk. Konsumen ingin tahu di mana sebuah mobil dibuat, tetapi tidak untuk minyak pelumasnya.

(35)

Ketika konsumen cenderung memiliki sikap atau bahkan preferensi ketika datang ke suatu produk tertentu yang dibuat di negara tertentu, sikap ini mungkin positif, negatif, atau netral tergantung pada persepsi atau pengalaman (Sciffman dan Kanuk, 1997).

Adapun keuntungan dari country of origin dilihat dari marketing mix

perusahaan (4P), yaitu:

1. Product

Country of origin yang sesuai akan menguntungkan dalam keputusan produk sebab hal tersebut mendukung image barang yang akan diproduksi di negara tersebut. Misal memproduksi alat elektronik di Jepang yang sudah memiliki image suatu negara dengan teknologi maju, maka hal tersebut tentu akan mendukung

image produk di mata konsumen bahwa produk kita merupakan produk maju.

2. Price

(36)

3. Placement / Distribution

Alternatif lain dari strategi pemasaran adalah pemilihan saluran distribusi yang tepat untuk dapat mempengaruhi sikap konsumen terhadap produk.

4. Promotion

Berbagai alternatif komunikasi dapat digunakan oleh pemasar untuk mempengaruhi konsumen agar mengkonsumsi produk yang ditawarkan. Sehubungan dengan country of origin, maka pemasar dapat melakukan strategi promosi dengan lebih menonjolkan

country image produk serta menekankan pada brand image yang dimiliki oleh produk. Strategi ini bermanfaat untuk menekan pesaing yang menghasilkan produk serupa tetapi tidak memiliki keunggulan country of origin.

5. Produk

Produk adalah konsep keseluruhan atas objek atau proses yang memberikan berbagai nilai bagi pelanggan; barang dan jasa merupakan subkategori yang menjelaskan dua jenis produk. Dengan demikian, istilah „produk‟ kadangkala dipakai dalam pengertian yang luas untuk

(37)

a. Barang

Barang merupakan produk berwujud fisik, sehingga bisa dilihat, diraba/disentuh, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan, dan perlakuan fisik lainnya. Ditinjau dari aspek daya tahannya, terdapat dua macam barang, yaitu:

1) Barang Tidak Tahan Lama (Nondurable Goods)

Barang tidak tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya habis dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali pemakaian. Dengan kata lain umur ekonomisnya dalam kondisi pemakaian normal kurang dari satu tahun. Contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah sabun, minuman dan makanan ringan, kapur tulis, gula, dan garam. Oleh karena itu, barang jenis ini dikonsumsi dengan cepat (dalam waktu singkat) dan frekuensi pembeliannya sering terjadi maka strategi yang paling tepat adalah menyediakannya di banyak lokasi, menerapkan mark-up yang kecil, dan mengiklankannya secara gencar untuk merangsang orang agar mencobanya sekaligus untuk membentuk preferensi. 2) Barang Tahan Lama (Durable goods)

(38)

normal adalah satu tahun atau lebih). Contoh dari barang tahan lama meliputi TV, lemari es, mobil, komputer, dan lain-lain. Umumnya jenis barang tersebut membutuhkan personal selling dan pelayanan yang lebih banyak daripada barang tidak tahan lama, memberikan keuntungan yang lebih besar, dan membutuhkan jaminan atau garansi tertentu dari penjualannya.

b. Jasa (Service)

Jasa merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual. Contoh; bengkel reparasi, salon kecantikan, kursus, hotel, lembaga pendidikan, dan lain-lain.

(39)

c. Karakteristik Jasa

Dalam pemasaran jasa (services) terdapat faktor karakteristik unik jasa yang berbeda daripemasaran produk (goods). Keunikan karakteristik jasa dibandingkan produk terletak pada sifat:

intangibility, inseparability, variability, dan perishability.

Intangibility merupakan sifat jasa yang tidak berwujud dan diterima konsumen sebagai performance yang hanya dapat dirasakan.

Inseparability mencerminkan tidak terpisahkannya antara provider

dan konsumennya, keterlibatan konsumen dalam proses delivery

jasa dalam production process. Variability menunjukkan bahwa

performance jasa sangat sulit untuk dikontrol dan sangat bersifat relatif baik dari output provider maupun persepsi penerimaan konsumen. Perishability merupakan salah satu keterbatasan jasa, mengingat proses dan penggunaan dilakukan dalam waktu bersamaan dan memungkinkan dilakukannya penyimpangan (Czinkota & Ronkainen dalam T. Widjaja, 2009).

6. Pengertian Minat Membeli (dalam konteks ini menjadi Minat Membaca)

a. Minat

(40)

Minat atau interest adalah bila konsumen menjadi tertarik pada suatu produk, maka ia akan mengumpulkan informasi fakta-fakta mengenai produk tersebut (Cannon, McCarthy dan Perreault, 2008). Jika hal tersebut terjadi maka kemungkinannya konsumen membeli produk tersebut akan semakin besar dan mendapatkan respon positif, tetapi respon informasi mengenai produk tersebut negatif maka konsumen tidak mau mencoba produk tersebut (dikutip dari Widiyaningrum, 2015).

Menurut Slameto (2013) minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu aktivitas, tanpa adanya yang menyuruh. Minat pada dasarnya merupakan penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Apabila dikaitkan terhadap komik, maka adanya rasa ketertarikan pada suatu objek (komik) seperti membeli komik tersebut berdasarkan atribut-atribut seperti country of origin, cover atau desain. Menurut Hilgard (dalam Slameto, 2013) minat adalah kecenderungan untuk tetap mengenang dan memperhatikan beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati akan diperhatikan secara terus menerus yang disertai dengan rasa senang.

(41)

psikologis dapat berupa motivasi, persepsi, pembelajaran, keyakinan, dan sikap untuk membeli.

b. Minat Membeli (dalam konteks ini menjadi Minat Membaca) Kerin, et al (dalam Widyaningrum, 2015) mengatakan minat membeli (dalam konteks ini menjadi minat membaca) merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu produk atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian.

Menurut Kotler dan Keller (2009) minat membeli (dalam konteks ini menjadi minat membaca) adalah perilaku konsumen yang muncul sebagai respon terhadap objek yang menunjukkan keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian. Menurut McCarthy (2003) minat membeli (dalam konteks ini menjadi minat membaca) merupakan dorongan yang timbul dalam diri seseorang untuk membeli barang dan jasa dalam rangka pemenuhan kebutuhannya.

Menurut Ferdinand (2002), minat membeli (dalam konteks ini menjadi minat membaca) dapat diidentifikasikan melalui indikator-indikator sebagai berikut:

1) Minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli produk.

(42)

3) Minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki preferensi utama pada produk tersebut. Preferensi ini hanya dapat diganti jika terjadi sesuatu dengan produk preferensinya.

4) Minat eksploratif, yaitu minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut.

Adapun menurut Wingkel (dalam Febryanto, 2009) faktor-faktor yang mempengaruhi minat membeli (dalam konteks ini menjadi minat membaca) dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu:

1) Minat secara intrinsik yaitu minat yang berdasarkan suatu dorongan yang secara mutlak timbul dari individu sendiri tanpa ada pengganti dari luar, misalnya sumber daya konsumen, pengetahuan, sikap, dan gaya hidup.

2) Minat secara ekstrinsik yaitu minat yang berdasarkan dorongan atau pengaruh dari luar diri individu, misalnya: iklan, citra merek, harga, pendapat teman, faktor keluarga, dan pengalaman.

(43)

1) Rangsangan

Merupakan suatu isyarat yang ditunjukkan untuk mendorong atau menimbulkan seseorang untuk bertindak.

2) Kesadaran

Merupakan sesuatu yang memasuki pikiran seseorang. Kesadaran ini dipengaruhi atas pertimbangan barang atau jasa itu sendiri.

3) Pencarian informasi

Aspek pencarian informasi dinagi dalam 6 bagian, yaitu: a) Informasi Intern

Bersumber dari ingatan konsumen untuk memilih barang atau jasa yang memuaskan.

b) Informasi Ekstern

Informasi yang melibatkan iklan, penjualan langsung, atau atribut bauran promosi lainnya atau hal-hal yang bersumber dari lingkungan keluarga, sosial, teman, dan lainnya.

(44)

d) Pemilihan alternatif

Pemiihan ini terjadi jika beberapa barang dan jasa merupakan suatu pikiran yang sulit bagi konsumen untuk mengevaluasi alternatif-alternatif yang ada.

e) Pembelian

Tahapan di mana konsumen telah melalui pilihan dan siap untuk mengeluarkan uangnya sebagai alat tukar untuk barang atau jasa tersebut.

f) Tempat di mana membeli

Tempat pembelian atau toko merupakan salah satu tempat pencarian informasi. Sebuah toko penyalur memiliki citra yang baik serta merangsang konsumen untuk melakukan pembelian lebih lanjut, sehingga diharapkan konsumen menjadi terbiasa untuk membeli di tempat tersebut.

B. Perumusan Hipotesis

1. a. Relasi antara efek country of origin dengan sikap konsumen terhadap komik Jepang.

(45)

memiliki keunggulan di mata konsumen. Dengan adanya label “made

in”, konsumen semakin yakin bahwa produk yang dibelinya memiliki kualitas yang baik di antara komik-komik yang beredar di dalam negeri. Efek country of origin pun memberikan citra yang positif terhadap negara atau asal pembuat produk. Seperti halnya komik, konsumen membeli dan membaca komik buatan luar negeri terutama Jepang karena konsumen telah menilai komik buatan Jepang memiliki nilai-nilai atau unsur-unsur yang baik.

H1a: Efek country of origin berpengaruh positif pada sikap

konsumen terhadap komik Jepang.

b. Relasi antara efek country of origin dengan sikap konsumen

terhadap komik Korea.

Efek country of origin adalah segala pengaruh dari negara produsen terhadap persepsi positif dan negatif konsumen atas produk tertentu (Chandra dan Gregorius, 2004). Produk yang memiliki label “made in”

memiliki keunggulan di mata konsumen. Dengan adanya label “made

(46)

H1b: Efek country of origin berpengaruh positif pada sikap

konsumen terhadap komik Korea.

2. a. Relasi antara sikap konsumen terhadap komik Jepang dengan

minat membaca.

Sikap merupakan interaksi dengan objek tertentu. Sikap merupakan kecenderungan yang dapat dipelajari yang berkaitan dengan perilaku membeli (dalam konteks ini menjadi membaca) yang terbentuk sebagai hasil dari pengalaman langsung mengenai produk, informasi secara lisan dan berbagai bentuk pemasaran lainnya. Sikap sebagai afeksi atau perasaan untuk terhadap sebuah rangsangan (Mowen dan Minor, 2002). Konsumen yang melihat, menyukai suatu produk tergerak untuk mendekati produk tersebut. Konsumen yang melihat komik di sebuah toko buku atau taman bacaan, jika dia merasa tertarik terhadap komik tersebut, konsumen akan membeli komik tersebut atau meminjamnya untuk dibaca.

H2a: Sikap konsumen terhadap komik Jepang berpengaruh positif

pada minat membaca.

b. Relasi antara sikap konsumen terhadap komik Korea dengan

minat membaca.

(47)

lisan dan berbagai bentuk pemasaran lainnya. Konsumen melihat kemudian menyukai suatu produk tergerak untuk mendekati produk tersebut. Konsumen yang melihat komik Korea di sebuah toko buku atau taman bacaan, jika dia tertarik terhadap komik tersebut, maka konsumen akan membeli komik tersebut atau meminjamnya untuk dibaca.

H2b: Sikap konsumen terhadap komik Korea berpengaruh positif

pada minat membaca.

3. Perbedaan efek country of origin, sikap konsumen, dan minat membaca untuk komik Jepang dan Korea

a. Perbedaan efek country of origin untuk komik Jepang dan Korea Jepang yang menyadari bahwa negaranya adalah penghasil animasi terbesar di kawasan Asia, menyuguhkan karya-karya animasi terkenal melalui dekorasi-dekorasi di tempat umum seperti café, alat transportasi, dan poster-poster di jalanan. Selain itu Jepang menarik perhatian pembaca komik melalui game-game yang hadir pada

smartphone seperti permainan pokemon dan ninja. Jepang memanfaatkan anime atau manga, untuk memperkenalkan dan mempromosikan budayanya ke seluruh dunia (https://today.line.me/id/article/733ec12a5719fe27a79e4cb1f5b1c15b76

(48)

korea menarik perhatian pembaca melalui situs jaringan internet dengan menghadirkan webtoon atau web cartoon. Bekerjasama dengan Daum dan Naver, Korea merilis webtoon yang dapat dibaca melalui smartphone yang diterbitkan setiap 2 minggu sekali. Webtoon-webtoon

yang populer kemudian dijadikan buku komik dan drama korea. Selain itu komik-komik populer yang tidak diterbitkan melalui webtoon pun telah dirilis untuk dijadikan drama koreanya.

H3a: Ada perbedaan efek country of origin untuk komik Jepang

dan Korea

b. Perbedaan sikap konsumen untuk komik Jepang dan Korea

Komik yang hadir di Indonesia telah memiliki penggemar masing-masing. Konsumen pun memiliki sikap yang berbeda-beda bagi masing-masing komik yang telah beredar di Indonesia. Khususnya untuk komik Jepang dan Korea, konsumen memiliki hal ketertarikan dan kesukaan tersendiri. Berdasarkan pada tampilan fisik dari komik Jepang dan Korea adalah ukuran buku, isi cerita, tokoh, cara membaca komik, serta plot / alur dari buku komik tersebut.

H3b: Ada perbedaan sikap konsumen untuk komik Jepang dan

Korea

c. Perbedaan minat membaca untuk komik Jepang dan Korea

(49)

serupa. Komik Jepang memiliki genre fantasi, sport, action / laga, detektif, petualangan, supernatural, komedi dan drama yang biasanya terdapat pada serial komik cantik (shoujo). Sedangkan untuk komik Korea sering mengangkat genreshounen, fantasi, action / laga, komedi, supernatural, martial arts / bela diri dan serial cantik yang ditujukan bagi pembaca perempuan.

H3c: Ada perbedaan minat membaca untuk komik Jepang dan

Korea

C. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan ketiga hipotesis tersebut, maka secara sederhana peneliti dapat menggambarkan model penelitian sebagai berikut:

Efek Country of Origin Sikap Konsumen Minat Membaca

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Menurut Sugiyono (2014) metode penelitian merupakan sebagai dasar cara ilmiah mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Penelitian kuantitatif adalah kegiatan analisis data yang meliputi pengolahan data dan penyajian data, melakukan perhitungan untuk mendeskripsikan data dan melakukan pengujian hipotesis dengan uji statistik (Siregar, 2013). Tujuan dilakukan penelitian dengan menggunakan kuantitatif adalah menguji teori, membangun fakta, menunjukkan hubungan dan pengaruh serta perbandingan antar variabel, memberikan deskripsi statistik, menafsir, dan meramalkan hasilnya.

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah konsumen yang pernah membeli dan membaca komik Jepang atau Korea.

Objek penelitian ini adalah efek country of origin, sikap konsumen, dan minat beli (dalam konteks ini menjadi minat membaca) terhadap komik Jepang atau Korea.

(51)

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan terhadap konsumen komik Jepang dan Korea yang berada di wilayah Kabupaten Sleman. Pelaksanaannya pada bulan Juli - Agustus 2016.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004). Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat umum yang membaca komik Jepang atau Korea di Kabupaten Sleman.

2. Sampel

(52)

pernah membeli dan/ atau membaca komik Korea, dan 50 konsumen pernah membeli dan/ atau membaca komik Jepang.

E. Teknik Pengambilan Sampel

Untuk pengambilan sampel, peneliti menggunakan purposive sampling. Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2004). Pertimbangan tertentu dalam penelitian ini adalah konsumen yang pernah membaca komik Jepang dan Korea, membaca komik Jepang dan Korea minimal 3 judul komik, terakhir membaca komik Jepang dan Korea minimal 2 bulan yang lalu.

F. Jenis dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer yaitu data yang berasal dari sumbernya langsung atau data asli yang dikumpulkan oleh peneliti.

G. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah dengan membagikan kuesioner.

H. Variabel Penelitian

1. Identifikasi Variabel

(53)

variabel yang mempengaruhi variabel lain. Jadi, variabel bebas ditunjukkan dengan simbol (X) dan variabel terikat ditunjukkan dengan simbol (Y).Variabel yang diteliti adalah efek country of origin, sikap konsumen, dan minat membaca.

a. Hipotesis Satu

- Variabel Efek country of origin (X1)

- Variabel Sikap konsumen (Y) b. Hipotesis Dua

- Variabel Sikap konsumen (X1)

- Variabel Minat membaca (Y) 2. Definisi Variabel

 Efek Country of Origin: Segala pengaruh dari negara produsen

terhadap persepsi positif dan negatif konsumen atas produk tertentu.  Sikap: pemikiran konsumen untuk menyukai atau tidak menyukai

suatu objek dan apakah konsumen bergerak mendekati atau menjauhi objek tersebut.

 Minat Beli (dalam konteks ini menjadi minat membaca): Dorongan

(54)

I. Operasionalisasi Variabel

1. Efek Country of Origin Jepang:

 Jepang merupakan negara maju dalam hal budaya

 Jepang merupakan negara yang dihormati dalam hal budaya  Jepang merupakan negara yang memiliki budaya populer  Jepang memiliki produk budaya yang berkualitas

 Jepang merupakan negara maju dalam sektor industri kreatif

Korea:

 Korea merupakan negara maju dalam hal budaya

 Korea merupakan negara yang dihormati dalam hal budaya  Korea merupakan negara yang memiliki budaya populer  Korea memiliki produk budaya yang berkualitas

 Korea merupakan negara maju dalam sektor industri kreatif

2. Sikap Konsumen Jepang:

 Saya terkesan dengan komik Jepang  Saya mendukung komik Jepang  Saya antusias terhadap komik Jepang  Saya menyukai komik Jepang

Korea:

(55)

 Saya antusias terhadap komik Korea  Saya menyukai komik Korea

3. Minat Membeli (dalam konteks ini menjadi minat membaca) Jepang:

 Saya akan mencari informasi atau update tentang komik Jepang  Saya akan merekomendasikan komik Jepang pada teman saya  Saya akan membeli (membaca) komik Jepang

Korea:

 Saya akan mencari informasi atau update tentang komik Korea  Saya akan merekomendasikan komik Korea pada teman saya  Saya akan membeli (membaca) komik Korea

J. Skala Penelitian

Dalam penelitian ini, skala pengukuran yang digunakan adalah Skala

Likert . Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial, sehingga skala

Likert cocok untuk penelitian ini. Dalam skala Likert terdapat 5 kategori jawaban dengan skor sebagai berikut:

Sangat Setuju (SS) : 5

Setuju (S) : 4

Netral (N) : 3

(56)

K. Teknik Pengujian Instrumen

1. Uji Validitas

Uji Validitas adalah alat pengukuran yang menunjukkan seberapa jauh suatu alat ukur memiliki ketepatan dan kecermatan dalam melakukan fungsi ukurannya dengan menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment. Uji ini menunjukkan pada konsistensi hasil atau pengukuran yang dilakukan pada waktu berbeda, artinya membandingkan beberapa hasil pengukuran dari populasi yang sama pada waktu berbeda atau oleh peneliti yang lain. Perbandingan tersebut dihitung untuk mencari koefisien korelasinya. Validitas tercapai bila koefisien korelasi antara pengukuran pertama dan kedua menunjukkan angka positif yang tinggi. Rumus Product Moment (Sanusi, 2011):

Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi antara X dan Y (product moment)

X : Nilai total jawaban dari masing-masing responden Y : Total butir dari jawaban responden

∑ X : Jumlah skor butir

∑ XY : Jumlah hasil kali antara X dan Y

N : Banyaknya partisipan uji coba 2. Uji Reliabilitas

(57)

reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2011). Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Dalam menghitung reliabilitas peneliti menggunakan rumus Cronbach’s Alpha. Ketentuannya adalah suatu kuesioner dinilai reliable

jika nilai alpha > 0,60 (Noor, 2014). Rumus Cronbach’s Alpha:

⌋ [ ]

Keterangan:

r = Koefisien reliabilitas instrumen (cronbach‟s alpha) k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyak soal

= Total varian butir

= Total varian

L. Teknik Analisis Data

1. Analisis Statistika Deskriptif

(58)

2. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual memiliki distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik tidak valid. Cara untuk mengetahui normalitas adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk suatu garis lurus diagonal, dan plotting data akan dibandingkan dengan garis diagonal yang menggambarkan data sesungguhnya akan meliputi garis diagonalnya (Ghozali, 2005).

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas adalah untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika varians berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2005). Uji heteroskedastisitas pada penelitian ini menggunakan Uji Glejser.

3. Regresi Linear Sederhana

(59)

mengetahui pengaruh satu variabel bebas terhadap satu variabel terikat, dengan persamaan:

Y = a + bX + e Keterangan:

Y = Variabel terikat a = Konstanta

b = Kemiringan garis regresi X = Variabel bebas

e = Faktor pengganggu (error)

4. Uji Beda Rata-rata (Independent Sample T-Test)

Uji beda ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah ketiga. Tujuannya untuk mengetahui perbedaan efek country of origin, sikap konsumen, dan minat membaca untuk komik Jepang versus Korea. Uji beda yang digunakan adalah uji beda Independent Sample T Test dengan SPSS 16.

M. Uji Hipotesis

Uji ini digunakan mengetahui signifikansi dari pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara individual dan menganggap dependen yang lain konstan. Signifikasi pengaruh tersebut dapat diestimasi dengan membandingkan antara nilai ttabel dengan thitung.

Apabaila nilai thitung > ttabel maka variabel independen secara individual

(60)

independen secara individual tidak mempengaruhi variabel dependen. thitung > ttabel berarti H0 ditolak dan Hα diterima

thitung < ttabel berarti H0 diterima dan Hα ditolak

Uji t juga bisa dilihat pada tingkat signifikansinya:

Jika tingkat signifikansi ≤ 0,05, maka H0 ditolak dan Hα diterima. Jika tingkat

(61)

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Pengertian Komik

Komik adalah media komunikasi bergambar yang bersifat hiburan dan edukatif sehingga ikut merangsang pemahaman kognitif (Boneff, 1998). Komik berbeda dengan kartun, meskipun komik memiliki hubungan yang dekat dengan kartun. Komik lebih merupakan suatu pendekatan ketika membuat film atau sebuah gaya, sedangkan kartun adalah media yang sering menggunakan pendekatan tersebut (McCloud, 2002).

Menurut Hurlock (1998), bahwa komik merupakan cerita kartun yang unsur ceritanya kurang penting daripada gambarnya. Masdiono (2001) mendukung pernyataan Hurlock dan mengatakan bahwa komik adalah gambar yang bercerita karena di dalam komik teks atau tulisan berperan sebagai pelengkap gambar, misal dalam pemberian dialog, narasi, dan sebagainya. Komik jika digambar dengan sangat baik, bisa saja tercipta komik tanpa kata-kata.

Menurut penelitian Allison (1996) dan Grigsby (1999), didapatkan informasi tentang apa yang dilakukan oleh tokoh komik (cara makan, cara berpakaian, dan sebagainya) adalah tidak jauh berbeda dengan budaya dan apa yang dilakukan oleh masyarakat asalnya tersebut. Komik yang digambarkan dan dituang merupakan penggambaran dari budaya dan kondisi

(62)

yang berkembang di negara tersebut (dikutip dari www.animeresearch.com dan www.hieka.net, tahun 2002).

B. Keunggulan Komik

Komik mempunyai peran penting sebagai salah satu media pembelajaran, sehingga pembaca akan terkena pengaruh dari apa yang telah dipelajari (Boneff, 1998). Komik mempunyai beberapa keunggulan dan menurut Hurlock (1988), komik yang disenangi oleh konsumen dikarenakan:

a. Komik menyediakan beberapa karakter dalam cerita yang dapat digunakan untuk diidentifikasi dan juga mampu menyediakan kesempatan yang baik untuk mendapat wawasan mengenai masalah pribadi dan sosialnya. Kondisi seperti ini akan membantu seseorang dalam menyelesaikan masalahnya sendiri.

b. Komik menarik imajinasi seseorang dan rasa ingin tahu tentang masalah adikodrati.

c. Komik memberi anak pelarian sementara dari hiruk pikuk sehari-hari.

d. Komik mudah dibaca bahkan seseorang yang kurang mampu membaca juga dapat memahami artinya hanya dengan memahami gambarnya.

(63)

mendorong anak untuk membaca, yang tidak banyak diberikan jenis buku lain.

f. Komik bisa berbentuk serial atau bersambung, sehingga komik mampu memberikan sesuatu yang diharapkan.

g. Komik mengkondisikan tokoh dengan kemampuan yang lebih baik atau tampak sering melakukan atau mengatakan hal-hal yang tidak berani dilakukan oleh pembacanya, walaupun mereka ingin melakukannya. Kondisi seperti ini memberikan rasa kegembiraan. h. Komik menyediakan tokoh yang sering kali bersifat kuat, berani,

dan berwajah tampan atau cantik.

i. Komik menyediakan gambar-gambar yang berwarna-warni dan cukup sederhana untuk dimengerti.

Hurlock (1990) juga mengatakan bahwa komik dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat untuk berkenalan tentang kebudayaan dari negara lain. Pernyataan di atas menunjukkan bahwa komik memiliki keunggulan sebagai penyampai informasi, media hiburan, dan media pengenalan kebudayaan bangsa lain.

C. Klasifikasi Komik

a. Komik sebagai Media Komunikasi dan Hiburan

(64)

komunikasi tentang info pembelajaran dan pendidikan atau pikiran pengarang, sehingga hal ini dapat merangsang kognitif dan imajinasi, menimbulkan minat untuk berpikir dan memberi tanggapan (Hurlock, 1998; Boneff 1998; McCloud, 2002; animeresearch.com, 2002). Komik memiliki fungsi sebagai media hiburan di saat jenuh dengan rutinitas sehari-hari (Hurlock, 1988).

b. Jenis Komik berdasarkan Isi

Ada beberapa jenis komik yang beredar di masyarakat seperti silat, yaitu menceritakan seputar petualangan tokoh utama dalam mencapai tujuannya dengan latar belakang perilaku pertarungan antara kebaikan dan kejahatan. Cerita roman remaja, yang bercerita tentang kehidupan sehari-hari dan percintaan. Cerita humor, yaitu bercerita tentang kelucuan-kelucuan yang dialami tokoh utama. Cerita fantasi biasanya menggambarkan alam yang tidak nyata dengan makhluk yang berbentuk aneh. Komik dongeng bercerita tentang kisah-kisah legendaris, contohnya Baru Klinthing, dsb. Cerita detektif bercerita tentang penelusuran sebuah kasus misterius.

(65)

c. Jenis Komik berdasarkan Format dan Penerbitan

Komik dapat berbentuk buku, gambar-bgambar komik di edisi majalah atau surat kabar, dan dalam bentuk film kartun. Komik yang dikenal di masyarakat ada dalam dua jenis, yaitu komik strip dan buku komik. Komik strip dimuat dalam bentuk yang beredar mingguan atau harian secara bersambung atau berseri biasanya ada di dalam surat kabar atau majalah. Bentuk komik kedua adalah buku komik. Komik jenis ini diterbitkan secara terbuka menjadi satu buku (Niasari, 2002 dalam Aryanto). Buku komik merupakan bentuk perpanjangan dari komik strip dan berisi sejumlah karakter, dan gambar yang menceritakan sebuah kisah yang lengkap (Mc Cutchen dalam Niasari, 2002).

d. Asal dan Karakter Komik berdasarkan Negara Asalnya

(66)

Komik Jepang atau yang disebut dengan Manga (漫画) adalah

komik yang dibuat di Jepang. Manga dibuat khusus untuk membicarakan komik Jepang sesuai gaya perkembangan Jepang pada akhir abad 19. Istilah manga dalam bahasa Jepang merujuk pada kata untuk komik dan kartunis atau animasi. Manga dipengaruhi oleh karya-karya asli dari negara lain khususnya China, Hongkong, Taiwan, dan Korea Selatan.

Awal dari manga adalah pengaruh dari karakter Cina (manhua dalam bahasa Mandarin) yang diterjemahkan sebagai gambar aneh atau sketsa spontan. Istilah tersebut muncul pada abad ke 18 pada literati Cina yang kemudian menjadi istilah umum di Jepang dengan diterbitkannya karya-karya seperti Santō Kyōden dengan buku bergambar Shiji no yukikai (1798), dan pada awal abad ke-19 dengan karya-karya seperti Aikawa Minwa yang berjudul Manga hyakujo (1814) dan buku-buku terkenal Hokusai Manga (1814–1834) yang mengandung berbagai macam gambar dari sketsa dari seniman terkenal ukiyo-e Hokusai. Rakuten Kitazawa (1876–1955) pertama kali menggunakan kata manga

dalam pengertian modern (https://id.wikipedia.org/wiki/Manga, diunduh tanggal 11 Oktober 2016).

(67)

kemudian dilanjutkan dalam edisi majalah berikutnya. Seiring berjalannya waktu, para industri penerbit mengumpulkan cergam dan mencetaknya dalam volume buku berukuran khusus yang disebut dengan tankōbon.

Majalah manga di Jepang biasanya terdiri dari beberapa judul komik dengan masing-masing sekitar 30-40 halaman dalam satu chapter

/ bab. Majalah manga biasanya memiliki tebal berkisar 200 hingga 850 halaman. Kemudian jika pada salah satu judul manga di majalah memiliki minat pembaca yang tinggi biasanya penerbit mengumpulkan dan mencetaknya menjadi tankōbon. Apabila dalam bentuk tankōbon sukses hingga terbit selama bertahun-tahun dan banyak digemari oleh pembaca, manga tersebut diangkat untuk dijadikan dalam bentuk animasi atau anime.

Di Jepang ada pengelompokkan pembaca manga berdasarkan usia dan jenis kelaminnya. Toko buku di Jepang mengelompokkan buku dan majalah yang dijual untuk laki-laki (shōnen) dan perempuan (shōjo).

Manga untuk konsumen laki-laki dan perempuan memiliki desain sampul yang khas.

Manga memiliki beberapa genre dan genre tersebut berlaku juga untuk anime dan permainan komputer Jepang. Berikut genre-genre di

manga, anime, dan permainan komputer Jepang:

Akushon: Bercerita tentang pertempuran, perkelahian, atau

(68)

Fantajī: Bercerita tentang benda-benda aneh atau memiliki

kekuatan di luar logika, dan dunia yang tidak terlihat.

Hisutorikaru: Bercerita tentang sejarah seseorang, benda,

ataupun suatu tempat

Budō: Bercerita tentang berbagai seni bela diri

Nazo: Bercerita tentang sebuah misteri, kasus, teka-teki,

detective

Romansu: Bercerita tentang percintaan  Supōtsu: Bercerita tentang berbagai olahraga

Chō shizen: Orang-orang yang berada dalam cerita manga

memiliki kekuatan di luar logika

Adapula genre berdasarkan jenis pembacanya:

Kodomo: Manga yang khusus ditujukan untuk anak-anak  Josei / Redikomi: Manga yang ditujukan untuk wanita dewasa  Seinen: Manga yang ditujukan untuk pria dewasa

Shōjo: Manga yang ditujukan untuk remaja perempuan  Shōnen: Manga yang ditujukan untuk remaja laki-laki

Komik Jepang dalam penggambarannya rata-rata menggunakan gaya / style yang sederhana. Gambar latar belakang hampir semua mangadigambar serealistis mungkin. Penggambaran manga memiliki ciri khas mata yang besar, mulut kecil, dengan hidung sejumput.

(69)

sendiri merupakan sebutan bagi komik atau kartun cetak maupun animasi dari Korea. Manhwa ukiran kayu pertama pada tahun 1908. Seni manhwa dipengaruhi oleh sejarah modern Korea, sehingga berbagai bentuk, genre, maupun gaya penggambaran hampir mirip dengan manga yang saat ini banyak digemari.

Ciri-ciri umum manhwa adalah bentuk wajah dan mata yang besar, penggunaan metode screentone, cara baca dari kiri ke kanan, menggambarkan sifat dan karakter orang Korea pada umumnya, menampilkan kesan bunyi-bunyian dalam huruf hangul (pada manga

juga terdapat kesan bunyi-bunyian dalam huruf hiragana / katakana). Menurut Christopher Hart, seorang pelukis dari Amerika Serikat yang menulis buku tentang cara menggambar manga dan manhwa, gaya penggambaran komik Korea (manhwa) cenderung lebih realistis daripada manga. Seperti pada penggambaran pola rambut dan garis wajah. Rambut karakter dalam manhwa terlihat lebih natural (alami) dibandingkan manga. Selain itu, penggambaran garis wajah pada manhwa terlihat lebih Asia daripada manga (trilestari.blogspot.com, diunduh tanggal 11 Mei 2016).

(70)
(71)

BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas mengenai hasil pengumpulan dan pengolahan data serta pembahasannya. Untuk memperoleh data, penulis menyususn serangkaian pertanyaan dalam bentuk kuesioner sebanyak 100 kuesioner (50 responden komik Jepang dan 50 responden komik Korea). Penelitian dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2016 dan pengisian kuesioner dilakukan di Kabupaten Sleman. Tujuan dari diadakannya penelitian ini untuk mengetahui pengaruh efek country of origin

pada sikap dan minat membaca komik Jepang vs Korea. Pengolahan data dilakukan menggunakan SPSS 16.

Kuesioner yang telah dibagikan pada 100 responden terdiri dari 2 bagian yaitu:

Bagian 1: Berisi tentang identitas responden yang meliputi nama, jenis kelamin, usia, profesi, sering membeli dan/ membaca komik, judul komik yang dibeli dan/dibaca, terakhir membeli dan/ membaca komik.

Bagian 2: Berisi tentang pertanyaan-pertanyaan dari variabel penelitian yaitu pengaruh efek country of origin pada sikap dan minat membaca komik Jepang vs Korea.

(72)

A. Analisis Deskriptif Responden

1. Analisis Deskriptif Responden Menurut Jenis Kelamin TABEL 5.1

Analisis Deskriptif Responden Menurut Jenis Kelamin pada Komik Jepang dan Korea

Jenis Kelamin Jepang Korea

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

Perempuan 30 60% 38 76%

Laki-Laki 20 40% 12 24%

Total 50 100% 50 100%

Sumber: Data Primer yang diolah, 2016

a. Komik Jepang

Dilihat dari tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden yang mengisi kuesioner adalah perempuan dengan jumlah 30 orang (60%) dan laki-laki 20 orang (40%).

b. Komik Korea

Dilihat dari tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden yang mengisi kuesioner adalah perempuan dengan jumlah 38 orang (76%) dan laki-laki 12 orang (24%).

2. Analisis Deskriptif Responden Menurut Umur / Usia TABEL 5.2

Analisis Deskriptif Responden Menurut Usia pada Komik Jepang dan Korea

Usia Jepang Korea

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

17-23 tahun 29 58% 39 78%

24-30 tahun 16 32% 8 16%

>31 tahun 5 10% 3 6%

Total 50 100% 50 100%

(73)

a. Komik Jepang

Dilihat dari tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden yang mengisi kuesioner adalah usia 17-23 tahun dengan jumlah 29 orang (58%), kemudian disusul usia 24-30 tahun dengan jumlah 16 orang (32%), dan terakhir usia >31 tahun dengan jumlah 5 orang (10%).

b. Komik Korea

Dilihat dari tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden yang mengisi kuesioner adalah usia 17-23 tahun dengan jumlah 39 orang (78%), disusul usia 24-30 tahun dengan jumlah 8 orang (16%), dan terakhir usia >31 tahun dengan jumlah 3 orang (6%).

3. Analisis Deskriptif Responden Menurut Profesi TABEL 5.3

Analisis Deskriptif Responden Menurut Profesi pada Komik Jepang dan Korea

Profesi Jepang Korea

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

Pelajar 2 4% 2 4%

(74)

kemudian wiraswasta dengan jumlah 3 orang (6%), pelajar 2 orang (4%), dan lain-lain tidak ada (0).

b. Komik Korea

Dilihat dari tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden yang mengisi kuesioner adalah mahasiswa dengan jumlah 39 orang (78%), kemudian disusul oleh karyawan 7 orang (14%), pelajar sebanyak 2 orang (4%), kemudian wiraswasta dan lain-lain masing-masing 1 orang (2%).

4. Analisis Deskriptif Responden Menurut Terakhir Membeli dan/ Membaca Komik

TABEL 5.4

Analisis Deskriptif Responden Menurut Terakhir Membeli dan/ Membaca Komik pada Komik Jepang dan Korea

Terakhir membeli dan/ membaca

komik

Jepang Korea

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

2 bulan 37 74% 26 52%

Sumber: Data Primer yang diolah, 2016

a. Komik Jepang

(75)

bulan yang lalu dengan jumlah 2 orang (4%), dan 5 bulan yang lalu dengan jumlah 1 orang (2%).

b. Komik Korea

Dilihat dari tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden terakhir membeli dan/ membaca komik adalah sekitar 2 bulan yang lalu dengan jumlah 26 orang (52%), >6 bulan yang lalu dengan jumlah 15 orang (30%), kemudian 3 bulan yang lalu dengan jumlah 4 orang (8%), 4 bulan yang lalu dengan jumlah 3 orang (6%), 5 bulan yang lalu dengan jumlah 2 orang (4%).

B. Pengujian Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk menilai seberapa jauh suatu alat ukur memiliki tingkat keakuratan dalam penelitian ini. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment, taraf signifikansi 5%, dan derajat kebebasan (df) 50, diperoleh nilai rtabel

sebesar 0,2787. a. Komik Jepang

TABEL 5.5

Hasil Uji Validitas Variabel Efek Country of Origin pada Komik Jepang

Item Pertanyaan rtabel rhitung Keterangan

Gambar

Tabel Judul
gambar di atas kertas. Komik di beberapa negara memiliki sebutannya
Gambar 2.1
gambar yang bercerita karena di dalam komik teks atau tulisan berperan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian mengenai Pengaruh Country Of Origin, Brand Image , dan Perceived Quality terhadap Minat Beli Mobil Toyota di

Hasil analisis regresi mengenai Pengaruh Country of Origin, Brand Image, dan Perceived Quality terhadap Minat Beli produk Toyota menunjukan bahwa seluruh variabel

Dari faktor-faktor ekstrinsik tersebut, peneliti tertarik dengan persepsi konsumen pada Country Of Origin yang menjadi pertimbangan konsumen terhadap minat beli mereka

ANGKET COUNTRY OF ORIGIN, PERCEIVED VALUE.. DAN

Secara parsial country of origin berpengaruh terhadap secara signifikan niat beli konsumen produk mobil di Yogyakarta, niat beli konsumen produk mobil

Penelitian ini berjudul pengaruh country of origin terhadap minat beli smartphone OPPO dengan perceived quality sebagai variabel intervening (studi pada pengunjung

2015 Pengaruh Country of Origin terhadap Minat Beli dengan Perceived Quality sebagai Variabel Intervening (Studi Pada. Universitas Sumatera Utara.. Pengunjung Artomorro

Untuk negara yang memiliki country of origin image tinggi di pikiran konsumen, sa- ngat tepat jika mampu merancang strategi pemasaran yang menggabungkan antara kampanye