commit to user
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI
DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE LEARNING TOGETHER PADA SISWA KELAS X KEUANGAN
SMK KRISTEN 1 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN
2010/2011
(Penelitian Tindakan Kelas)
SKRIPSI
Oleh:
TRI SWANDAYANI
NIM K7407147
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user ii
DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE LEARNING TOGETHER PADA SISWA KELAS X KEUANGAN
SMK KRISTEN 1 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN
2010/2011
(Penelitian Tindakan Kelas)
Oleh:
TRI SWANDAYANI
NIM K7407147
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing,
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Wahyu Adi, M.Pd Sri Sumaryati, S.Pd, M.Pd
commit to user iv
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk
memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Sudiyanto, M.Pd ...
Sekretaris : Drs. Sukirman, M.M . ...
Anggota I : Drs. Wahyu Adi, M.Pd. ...
commit to user v PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Sudiyanto, M.Pd ...
Sekretaris : Drs. Sukirman, M.M ...
Anggota I : Drs. Wahyu Adi, M.Pd ...
Anggota II : Sri Sumaryati, S.Pd, M.Pd ...
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
commit to user vi
Tri Swandayani. PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER PADA SISWA X
KEUANGAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN
2010/2011. Skripsi. Surakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2011.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe learning together pada mata pelajaran Akuntansi Siswa Kelas X Keuangan SMK Kristen 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas
(classroom action research) dengan menggunakan strategi siklus. Subyek penelitian adalah siswa kelas X Keuangan SMK Kristen 1 Surakarta berjumlah 47 siswa. Obyek penelitian pada penelitian ini adalah berbagai kegiatan yang terjadi di dalam kelas selama proses pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan dengan kolaborasi antara peneliti, guru kelas dan melibatkan siswa. Sumber data yang digunakan dalam antara lain informan, tempat atau lokasi, peristiwa, dokumen dan arsip. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Prosedur penelitian meliputi tahap: (1) pengenalan masalah, (2) persiapan, (3) penyusunan rencana tindakan, (4) implementasi tindakan, (5) observasi dan interpretasi, (6) refleksi, dan (7) penyusunan laporan. Proses penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. Setiap siklus dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan, alokasi waktu masing-masing pertemuan 8 x 45 menit.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran
commit to user vii ABSTRACT
Tri Swandayani. THE IMPROVEMENT OF ACCOUNTING SUBJECT LEARNING ACHIEVEMENT USING LEARNING TOGETHER TYPE OF COOPERATIVE LEARNING MODEL IN THE FINANCE X GRADERS OF SMK KRISTEN 1 SURAKARTA IN THE SCHOOL YEAR OF 2010/2011. Thesis. Surakarta. Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, July 2011.
The objective of research is to find out the improvement of learning achievement using the Learning Together Type of Cooperative Learning Model in accounting subject of the Finance X Graders of SMK Kristen 1 Surakarta in the school year of 2010/2011.
This study employed a classroom action research with cycle strategy. The subject of research was the Finance X Graders of SMK Kristen 1 Surakarta consisting of 47 students. The object of research was a variety of activity occurring in the classroom during learning process. This research was carried out in the collaboration between the author, classroom teacher and by involving the students. The data sources employed were informant, place or location, event, document and archive. Techniques of collecting data used were observation, interview, test, and documentation. The research procedure included: (1) problem identification, (2) preparation, (3) action plan arrangement, (4) action implementation, (5) observation, (6) reflection, and (7) report writing. The process of research was carried out in two cycles, each of which consisted of four stages: (1) planning, (2) acting, (3) observing and interpreting, and (4) analyzing and reflecting. Each cycle was implemented in 4 meetings; the time allotment for each meeting was 8 x 45 minutes.
commit to user viii
“ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan),
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. “
{ Q.S Al-Insyirah 6-7 }
“ Dalam pendidikan kehidupan pikiran berangsur secara bertahap
dari percakapan–percakapan ilmiah menuju teori–teori intelektual,
menuju perasaan spiritual, dan kemudian sampai pada Tuhan “
{ Kahlil Gibran }
“ Kesuksesan adalah hasil usaha kerja keras, ketekunan, kesabaran, kebenaran
dalam tindak dan berfikir.
Akhirnya menyerahkan segala sesuatu Kepada Yang Maha Kuasa “
{ R.A. Kartini }
“ Suatu kegagalan atau keberhasilan yang didapat bukanlah sebuah takdir
melainkan suatu pilihan “
commit to user ix PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur mendalam kepada Allah SWT , skripsi ini
penulis persembahkan sebagai wujud rasa sayang, cinta kasih dan
terimakasih penulis kepada:
- Ibu dan Ayah yang teramat penulis hormati dan sayangi, terima kasih atas doa, bimbingan, nasehat dan kasih sayang yang terus
menerus mengalir sehingga skripsi ini selesai dengan lancar.
- Kakak-kakak tersayangku, Mbak Wenny, Mas Andri, Mas Untung, Mbak Linda sertasemua keponakanku yang selalu
memberi senyum kebahagiaan.
- Pemacu semangatku, Fajar Budiyono yang selalu setia menemani dan mendukung dalam suka maupun duka.
- Bapak Drs. Wahyu Adi, M.Pd dan Ibu Sri Sumaryati S.Pd, M.Pd terimakasih untuk kesabarannya membimbing penulis.
- Teman-teman senasib seperjuangan Mahmudah, Umi, Nurul, Sapto, Erlin, dan semua teman-teman kelas Akuntansi A dan B
yang membantu penyelesaian skripsi ini.
- Sahabatku Ritha, Rini, Riza, Via dan juga mbak Donita, mbak Mia, mbak Dina atas semangatnya walau dari jauh. Serta teman
kost PALUPI terutama Indah Arsita dan Teteh Yani yang
selalu memberikan tawa dan semangat.
- Ibu Setia Pratiwi, S.Pd serta keluarga besar SMK Kristen 1 Surakarta yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini.
- Teman-teman PPL 2010 SMK Kristen 1 Surakarta.
commit to user x
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia rancangan-Nya yang sempurna sehingga skipsi ini dapat diselesaikan
dengan baik oleh penulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan
penulisan skipsi ini dapat diatasi berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,
atas segala bentuk bantuannya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang
telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
2. Bapak Drs. Saiful Bachri, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial yang telah menyetujui atas permohonan penyusunan
skripsi ini.
3. Bapak Drs. Wahyu Adi, M.Pd selaku Ketua Bidang Keahlian Khusus
Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan
dengan bijaksana.
4. Bapak Drs. Wahyu Adi, M.Pd selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan dan motivasi dalam menyusun skripsi ini hingga
selesai.
5. Ibu Sri Sumaryati, S.Pd, M.Pd selaku pembimbing II yang telah memberikan
dukungan, nasehat dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik.
6. Bapak Drs. Siwi Widi Asmoro, selaku Kepala SMK Kristen 1 Surakarta yang
telah memberikan ijin penelitian.
7. Ibu Setia Pratiwi, S.Pd, selaku guru akuntansi SMK Kristen 1 Surakarta dan
siswa kelas X Keuangan SMK Kristen 1 Surakarta yang telah membantu
commit to user xi
8. Bapak dan Ibu Dosen yang telah mendidik, membimbing dan memberikan
bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
9. Ibu dan ayah tercinta, yang selalu memberikan dorongan baik moril maupun
spiritual, kasih sayang serta doa yang tak henti-hentinya mengiringi penulis
hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per
satu, yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi dunia pendidikan dan
dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan. Sejalan dengan harapan ini,
penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan kekeliruan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran penulis
nantikan dengan hormat.
Surakarta, Juli 2011
commit to user xii
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGAJUAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN ABSTRAK ... vi
HALAMAN MOTTO ... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR... xvii
DAFTAR LAMPIRAN... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Perumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 7
1. Manfaat Teoretis ... 7
2. Manfaat Praktis ... 7
BAB II LANDASAN TEORI A.Tinjauan Pustaka 1. Pendidikan ... 8
a. Pengertian Pendidikan ... 8
b. Tujuan Pendidikan ... 9
2. Proses Belajar Mengajar ... 9
commit to user xiii
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 11
3. Model Pembelajaran ... 12
a. Pengertian Model Pembelajaran ... 12
b. Jenis Model Pembelajaran ... 12
4. Pembelajaran Kooperatif ... 13
a. Pembelajaran Kooperatif ... 13
1) Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 13
2) Macam-macam Tipe Pembelajaran Kooperatif ... 15
3) Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 17
b. Tipe Learning Together ... 19
1) Pengertian Tipe Learning Together ... 19
2) Unsur-unsur Tipe Learning Together ... 20
3) Langkah-langkah Tipe Learning Together... 21
5. Hasil Belajar ... 21
a. Pengertian Hasil Belajar ... 21
b. Pengukuran Hasil Belajar ... 22
6. Mata Pelajaran Akuntansi ... 23
B. Penelitian yang Relevan ... 24
C. Kerangka Berpikir ... 26
D. Hipotesis Tindakan ... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29
1. Tempat Penelitian ... 29
2. Waktu Penelitian ... 29
B. Subjek dan Objek Penelitian ... 30
1. Subjek Penelitian... 30
2. Objek Penelitian ... 30
C. Sumber Data ... 30
D. Pendekatan Penelitian ... 31
commit to user xiv
2. Observasi ... 36
3. Dokumentasi ... 36
4. Tes ... 36
F. Prosedur Penelitian ... 36
G. Proses Penelitian ... 38
1. Rancangan Siklus I... 38
2. Rancangan Siklus II ... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 42
1. Riwayat Singkat ... 42
2. Keadaan Lingkungan Belajar ... 44
3. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Sekolah ... 44
B. Identifikasi Masalah Pembelajaran Mata Pelajaran Akuntansi PadaKompetensi Dasar Menyusun Laporan Keuangan Perusahaan Jasa di Kelas X Keuangan SMK Kristen 1 Surakarta ... 45
1. Ditinjau dari Segi Siswa ... 45
2. Ditinjau dari Segi Guru ... 46
C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 47
1. Siklus I ... 47
a. Perencanaan Tindakan Siklus I ... 47
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 50
c. Observasi dan Interpretasi ... 55
d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus I ... 57
2. Siklus II ... 58
a. Perencanaan Tindakan Siklus II ... 58
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 62
c. Observasi dan Interpretasi ... 67
d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus II ... 69
commit to user xv BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan ... 74
B. Implikasi ... 75
1. Implikasi Teoritis ... 75
2. Implikasi Praktis... 76
C. Saran ... 76
DAFTAR PUSTAKA
commit to user xvi
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan dalam Penelitian ... 29
Tabel 2. Indikator Ketercapaian ... 39
Tabel 3. Partisipasi dan Ketuntasan Hasil Belajar pada Siklus I... 56
Tabel 4. Partisipasi dan Ketuntasan Belajar pada Siklus II ... 68
commit to user xvii DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran ... 28
Gambar 2. Siklus Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ... 32
Gambar 3. Grafik Tingkat Partisipasi Siswa dan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada SiklusI ... 56
Gambar 4. Grafik Tingkat Partisipasi Siswa dan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Siklus II ... 68
Gambar 5. Grafik Hasil Penelitian Siklus I dan Siklus II ... 72
Gambar 6. Guru Menjelaskan Materi ... 155
Gambar 7. Siswa Bertanya dan Guru Memberi Pengarahan ... 155
Gambar 8. Peneliti Membantu Memberi Pengarahan pada Siswa ... 156
Gambar 9. Siswa Mengerjakan Soal dengan Kelompok Masing-masing ... 156
Gambar 10. Siswa Berdiskusi dengan Kelompok Masing-masing ... 157
Gambar 11. Siswa Saling Membagi Tugas dengan Kelompoknya ... 157
Gambar 12. Siswa Mempresentasikan Hasil Diskusi ... 158
commit to user xviii
Lampiran 1. Catatan Lapangan 1... 81
Lampiran 2. Daftar Nilai Awal Siswa ... 83
Lampiran 3. Hasil Wawancara dengan Guru dan Siswa... 85
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 93
Lampiran 5. Materi Ajar Siklus I ... 98
Lampiran 6. Soal diskusi Learning Together siklus I ... 103
Lampiran 7. Kunci Jawaban Soal diskusi Learning Together siklus I ... 104
Lampiran 8. Soal Evaluasi Learning Together Siklus I ... 106
Lampiran 9. Kunci Jawaban Soal evaluasi Learning Together siklus I ... 107
Lampiran 10.Daftar Partisipasi Siswa pada Siklus I ... 109
Lampiran 11. Daftar Nilai Siswa pada Siklus I ... 112
Lampiran 12. Catatan Lapangan 2 ... 114
Lampiran 13. Lembar Pengamatan ... 119
Lampiran 14. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 121
Lampiran 15. Materi Ajar SiklusII ... 126
Lampiran 16. Soal diskusi Learning Together siklus II ... 129
Lampiran 17. Kunci Soal diskusi Learning Together siklus II ... 130
Lampiran 18. Soal Evaluasi Learning Together Siklus II ... 131
Lampiran 19. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Learning Together Siklus II... 132
Lampiran 20. Daftar Partisipasi Siswa pada Siklus II... 134
Lampiran 21. Daftar Nilai Siswa pada Siklus II... 137
Lampiran 22. Catatan Lapangan 3 ... 139
Lampiran 23. Lembar Pengamatan ... 143
Lampiran 24. Hasil Wawancara Setelah Penerapan Learning Together ... 144
Lampiran 25. Daftar Hadir Siswa Siklus I dan Siklus II ... 151
Lampiran 26. Daftar Kelompok Siswa Siklus I dan Siklus II ... 153
Lampiran Dokumentasi ... 154
commit to user 1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan nasional adalah salah
satu cita-cita nasional yang harus diperjuangkan oleh bangsa Indonesia. Masa
depan bangsa selain ditentukan oleh sumber alam juga ditentukan oleh kualitas
sumber daya manusia itu sendiri. Upaya untuk membentuk sumber daya manusia
(SDM) yang cerdas dan berkualitas serta berkepribadian baik adalah bagian dari
misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab profesional setiap guru. Sesuai
dengan yang diamanatkan oleh Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Bab II pasal 3:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan, membentuk watak, serta peradaban yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sesuai amanat Undang-undang di atas jelaslah bahwa tugas seorang guru
tidak hanya menyampaikan ilmu saja tetapi juga diharapkan mampu
meningkatakan mutu pendidikan secara menyeluruh mencakup aspek moral,
akhlak, budi pekerti, perilaku, pengetahuan, kesehatan, keterampilan dan seni.
Seorang guru dituntut menguasai berbagai kemampuan sebagai guru yang
professional. Tidak hanya dituntut untuk memiliki kemampuan dalam pengalaman
teoretis tapi juga harus memiliki kemampuan praktis. Hal ini penting karena
seorang guru dalam pembelajaran tidak hanya sekedar menyampaikan materi
semata tetapi juga harus berupaya agar mata pelajaran yang disampaikan dapat
mudah dipahami siswa dan kegiatan pembelajaran juga menyenangkan. Apabila
commit to user
menimbulkan kesulitan belajar bagi siswa, sehingga hasil belajarnya tidak
maksimal. Ketuntasan dan keberhasilan pembelajaran siswa sangat dipengaruhi
oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan metode
pembelajaran. Namun, dalam pembelajaran dibutuhkan juga partisipasi dari siswa
sebagai dasar pengembangan materi karena pembelajaran pasif akan menghambat
kreatifitas pola pikir siswa dalam memahami suatu konsep.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu dari beberapa
lembaga pendidikan yang bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang siap untuk
diterjunkan kedunia kerja. Lulusan dari SMK tentunya sudah dibekali berbagai
ilmu pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh selama dibangku
sekolah. SMK Kristen 1 Surakarta merupakan salah satu Sekolah Menengah
Kejuruan yang mempunyai visi dan misi yang unggul dalam meningkatkan
prestasi. SMK Kristen 1 Surakarta mempunyai 4 bidang keahlian yaitu keuangan,
administrasi, tata niaga dan multimedia.
Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru dan siswa yang
dilakukan peneliti selama Program Pengalaman Lapangan (PPL) tahun 2010
berlangsung, terdapat beberapa permasalahan yang ditemukan pada kelas X
Keuangan seperti terbatasnya sarana dan prasarana di sekolah. Siswa cenderung
lebih bergantung dari catatan yang diberikan guru karena tidak tersedianya Buku
Paket atau buku pendamping lainnya. Selain itu, peralatan dan media
pembelajaran yang dipakai sangat terbatas dan lebih cenderung manual. Kelas
masih berfokus pada guru, proses pembelajaran masih banyak yang tidak
melibatkan siswa sehingga siswa kurang kreatif. Guru masih menggunakan model
pembelajaran konvensional dengan menggunakan metode ceramah dan penugasan
dimana guru sebagai pusat informasi menerangkan materi dan siswa duduk manis
mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan, serta hanya sedikit
commit to user
Permasalahan lain yaitu ketuntasan hasil belajar siswa SMK Kristen 1
Surakarta kelas X Keuangan dalam Mata Pelajaran Akuntansi masih rendah. Hal
ini dapat dilihat dari nilai rata-rata ulangan hanya 69,89. Selain itu, dari 47 siswa
kelas X Keuangan, hanya 27 siswa atau sebesar 57,45% yang memenuhi KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran kompetensi kejuruan akuntansi
perusahaan jasa yaitu 73, sisanya 20 siswa atau sebesar 42,55% belum memenuhi
KKM tersebut. Untuk tugas-tugas rumah yang diberikan oleh guru, mayoritas
siswa juga masih mengerjakan didalam kelas sebelum pelajaran akuntansi
dimulai. Ini menunjukkan rendahnya keaktifan dan tanggung jawab siswa dalam
mengikuti pelajaran Akuntansi.
Model pembelajaran kooperatif adalah merupakan salah satu model
pembelajaran yang cocok untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam pembelajaran
kooperatif, interaksi siswa dalam proses belajar mengajar dapat dilaksanakan
secara lebih optimal. Dengan adanya interaksi yang baik maka akan
meningkatkan keaktifan dan kreatifitas siswa sehingga hasil belajar akan
meningkat. Interaksi ditandai dengan tujuan saling tergantung dengan individu
yang lain. Bila dalam suatu kelompok siswa diberi tugas, tetapi hanya satu siswa
saja yang mengerjakan semua tugas tersebut dan yang lain tidak mendukungnya,
ini bukan suatu kelompok kooperatif. Semua siswa dalam kelompok kooperatif
perlu mengetahui materi yang sedang dikerjakan dan memberikan kontribusi agar
seluruh kelompok berhasil. Karena model pembelajaran ini adalah model yang
menekankan aspek kerja sama dalam memecahkan suatu persoalan. Sebuah model
pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar dari teman sebayanya dalam
sebuah kelompok kooperatif.
Berbagai model atau strategi pembelajaran dikembangkan para ahli untuk
mengoptimalkan kualitas proses dan hasil belajar siswa. Dari berbagai model
pembelajaran kooperatif, Learning Together adalah tipe pembelajaran kooperatif
commit to user
dalam kelompok atau belajar secara bersama-sama. Tipe pembelajaran ini
menunjukkan adanya keseimbangan peran antara guru sebagai salah satu sumber
belajar dan peran aktif siswa dalam mengkontruksi pengetahuan secara individual
dan sosial. Pembelajaran kooperatif tipe Learning Together dilakukan dengan
membagi siswa menjadi kelompok heterogen yang terdiri dari empat sampai enam
siswa kemudian diberi satu pelajaran atau worksheet dimana mereka harus belajar
dan melengkapinya bersama-sama. Tidak ada kompetisi antar kelompok, sehingga
metode ini sangat cocok digunakan untuk mengatasi masalah yang dikemukakan
di atas, yakni : pembagian kelompok presentasi yang tidak merata dan kegiatan
diskusi kelompok yang kurang optimal, sehingga menyebabkan proses
pembelajaran dan hasil belajar siswa kurang maksimal.
Tipe pembelajaran Learning Together juga dapat diterapkan untuk semua
mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik, karena tipe ini adalah
termasuk tipe yang paling sederhana dibandingkan tipe pembelajaran kooperatif
lain. Sehingga tipe ini juga cocok diterapkan untuk Mata Pelajaran Akuntansi di
SMK. Dalam Mata Pelajaran Akuntansi sangat dibutuhkan adanya ketelitian dan
kesabaran. Maka, seorang guru akuntansi dituntut tidak hanya menyampaikan
materi secara lisan atau ceramah saja tetapi harus memilih metode yang dapat
melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran, salah satunya adalh menggunakan
model pembelajaran kooperaif tipe Learning Together.
Untuk mengantisipasi agar masalah tersebut tidak berkelanjutan, maka
guru harus terus berusaha menyusun dan menetapkan berbagai pendekatan yang
bervariasi. Pembelajaran yang dapat menarik minat siswa dalam belajar
diantaranya dengan menempatkan siswa belajar berkelompok, dengan begitu
siswa dapat berfikir sendiri dan bekerja sama dengan siswa lain sehingga akan
lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit karena tidak jarang
banyak siswa yang masih malu dan canggung untuk bertanya. Guru dapat
commit to user
mampu meningkatkan kualitas belajar siswa dengan pembelajaran yang tepat dan
tentunya menyenangkan. Selain sistem pendidikan yang perlu diperbaharui lagi,
proses pembelajaran yang lebih inovatif perlu dikembangkan untuk mencapai
kompetensi peserta didik, agar hasil belajar yang dicapai siswa dapat optimal.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul : “Peningkatan Hasil Belajar Mata
Pelajaran Akuntansi dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Learning Together Pada Siswa Kelas X Keuangan SMK Kristen 1
Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah dapat di
identifikasikan sebagai berikut:
1. Siswa cenderung lebih bergantung dari catatan yang diberikan guru karena
tidak tersedianya Buku Paket atau buku pendamping lainnya.
2. Sarana dan prasarana serta media pembelajaran yang dipakai masih sangat
terbatas dan lebih cenderung manual.
3. Kelas masih berfokus pada guru, proses pembelajaran masih banyak yang
tidak melibatkan siswa sehingga siswa kurang kreatif.
4. Siswa umumnya kurang antusias mengikuti pembelajaran karena kesulitan
memahami konsep yang diberikan guru, yang hanya menggunakan metode
ceramah, penugasan dan hanya sedikit diselingi tanya jawab maupun diskusi.
5. Hasil belajar yang dapat dilihat dari prestasi belajar belum menunjukkan hasil
yang maksimal, hal ini ditandai dengan nilai rata-rata kelas untuk Mata
Pelajaran Akuntansi masih rendah.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah serta identifikasi masalah di atas,
commit to user
belajar siswa kelas X Keuangan SMK Kristen 1 Surakarta tahun ajaran 2010/2011
pada mata pelajaran Akuntansi dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Learning Together.
Agar tidak menyimpang dari permasalahan yang diteliti serta untuk
mendapatkan hasil penelitian yang lebih berguna, maka penelitian ini membatasi
masalah sebagai berikut:
1. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dicapai siswa dalam penguasaan
pengetahuan dan keterampilan mata pelajaran tertentu sesuai dengan tujuan
yang diharapkan. Peneliti membatasi pada hasil belajar yang dilihat dari
peningkatan prestasi belajar siswa dan partisipasi siswa setelah mengikuti
pembelajaran.
2. Learning Together
Learning Together merupakan suatu model pembelajaran kooperatif yang
melibatkan siswa yang bekerja dalam kelompok-kelompok yang
beranggotakan 4 sampai dengan 5 orang yang heterogen menangani tugas
tertentu. Kelompok-kelompok tersebut menyerahkan satu hasil kelompok.
Mereka menerima pujian dan ganjaran berdasarkan pada hasil kelompok
tersebut.
3. Mata Pelajaran Akuntansi
Akuntansi adalah suatu proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan
pelaporan dari transaksi-transaksi yang bersifat keuangan yang terjadi pada
suatu entitas (badan usaha) dalam suatu periode tertentu yang digunakan oleh
pihak-pihak yang berkaitan untuk pemgambilan keputusan.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan
commit to user
learning together dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi siswa kelas X
Keuangan SMK Kristen 1 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka secara umum tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe learning together pada
mata pelajaran Akuntansi Siswa Kelas X Keuangan SMK Kristen 1 Surakarta
Tahun Pelajaran 2010/2011.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain
sebagai berikut :
1. Manfaat teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dalam bidang pendidikan khususnya motode pembelajaran yang paling efektif,
serta mendorong calon peneliti lain untuk mengadakan penelitian yang lebih
mendalam mengenai dunia pendidikan.
2. Manfaat Praktis
1. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan
pertimbangan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan variasi bagi guru
akuntansi maupun guru mata pelajaran lain dalam memilih metode
pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan prestasi
commit to user
3. Bagi Siswa
Peningkatan kualitas mereka dalam aspek pengetahuan, ketrampilan dan
sikapnya. Siswa lebih menguasai materi yang mereka pelajari lebih
menyenangi belajar yang bernuansa perhitungan dan analisa, lebih berani dan
commit to user 9 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pendidikan
a. Pengertian Pendidikan
Pendidikan yang berkualitas merupakan faktor yang sangat vital dalam
meningkatkan kemajuan suatu bangsa, karena masa depan seseorang sangat
tergantung pada pendidikannya. Pendidikan adalah usaha sadar untuk
menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia melalui proses
pengajaran. Nana Syaodih Sukmadinata dalam bukunya (2006:24)
menyatakan bahwa “Pendidikan merupakan kegiatan mengoptimalkan
perkembangan potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik.”
Sejalan dengan definisi tersebut, pengertian pendidikan menurut
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab I Pasal 1:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan sarana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Sesuai dengan pengertian pendidikan menurut kedua ahli tersebut,
pendidikan diharapkan mampu mengembangkan dimensi manusia Indonesia
seutuhnya yakni aspek moral, akhlak, budi pekerti, perilaku, pengetahuan,
kesehatan, keterampilan dan seni. Pengembangan aspek tersebut bermuara
pada peningkatan dan pengembangan kecakapan hidup yang diwujudkan
melalui pencapaian kompetensi siswa untuk bertahan hidup, menyesuaikan
commit to user
Pendidikan merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan
banyak unsur atau komponen didalamnya, dimana masing-masing unsur
saling berkaitan membentuk suatu sistem yang tidak dapat dipisahkan.
Apabila salah satu komponen tidak ada atau kurang maka pelaksanaan
pendidikan tidak akan efektif dan efisien. Jadi, pendidikan melibatkan
komponen-komponen sebagai sarana pendukung pelaksanaan pendidikan.
Unsur-unsur pendidikan menurut Tirtahardja, dkk (2005: 51) meliputi:
subjek yang dibimbing (peserta didik), orang yang membimbing (pendidik),
interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif), ke arah
mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan), pengaruh yang diberikan
dalam bimbingan (materi pendidikan), cara yang digunakan dalam bimbingan
(alat dan metode), dan tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung
(lingkungan pendidikan).
b. Tujuan Pendidikan
Salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia yang diamanatkan dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu mencerdaskan bangsa. Dengan
demikian upaya mencerdaskan kehidupan bangsa telah menjadi bagian dari
strategi pembangunan nasional yang sangat penting dan dilandasi serta dengan
perangkat perundang-undangan yang mantap.
Sistem Pendidikan Nasional adalah suatu upaya yang dilaksanakan
oleh pemerintah Indonesia untuk mencerdaskan bangsa. Hal tersebut sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional Indonesia dalam Undang-Undang
Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 (2003:7) yang berbunyi :
commit to user
2. Proses Belajar Mengajar
Proses Belajar Mengajar (PBM) adalah kegiatan utama dari pendidikan.
Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik sedangkan
mengajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik. Pendidik bertugas untuk
memberikan sejumlah pengetahuan dan bimbingan kepada peserta didiknya ke
arah yang lebih baik, sedangkan peserta didik berusaha mencapai tujuan itu
dengan bantuan dan bimbingan dari pendidik. Dalam proses belajar mengajar
tersebut terjadi komunikasi antar peserta didik dan pendidiknya atau sering
disebut dengan interaksi pendidikan. Komponen PBM terdiri dari siswa, guru,
tujuan, bahan dan materi, metode, media dan evaluasi. Komponen-komponen
tersebut sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan PBM. Dari pengertian
tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar adalah proses interaksi
antara guru dan siswa yang didukung seluruh komponen proses belajar mengajar
dan berlangsung dalam situasi edukatif guna mencapai tujuan pengajaran.
Dalam PBM interaksi yang terjadi berfokus pada kegiatan dari peserta
didik. Peserta didik adalah pelaksana primer dalam pendidikan. Peserta didik
adalah anak yang belum dewasa, yang memerlukan usaha, bantuan, bimbingan
orang lain untuk menjadi dewasa, guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai
makhluk Tuhan, sebagai umat manusia, sebagai warga negara, sebagai anggota
masyarakat dan sebagai suatu pribadi atau individu. Kegiatan yang dilakukan oleh
peserta didik adalah belajar. Maka, interaksi pendidikan juga berfokus pada
kegiatan belajar dari peserta didik.
a. Pengertian Belajar
Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang tak pernah lepas dari proses
belajar. Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan setiap orang untuk
mengembangkan dirinya. Aktivitas ini berlangsung sejak seseorang dilahirkan
dan terus berlangsung sepanjang hidupnya. Kata belajar mengandung berbagai
makna, maka dari itu arti dari kata belajar mempunyai banyak definisi sesuai
commit to user
adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Sejalan dengan pengertian tersebut Gage dalam Ratna Wilis Dahar
(1989:11) menyatakan belajar adalah “suatu proses dimana suatu organisme
berubah perilakunya akibat pengalaman. Sedangkan belajar dalam arti luas
adalah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk
penguasaan, penggunaan, dan penilaian mengenal sikap, nilai-nilai
pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi
atau pengalaman yang terorganisasi”.
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan para ahli diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku
yang terjadi pada diri seseorang yang disebabkan karena adanya hasil dari
pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya. Adanya kemauan dan juga
kemampuan untuk berubah akan menjadikan seseorang dapat secara bebas
untuk mengeksplorasi, memilih dan menetapkan suatu keputusan atau pilihan
dalam kehidupannya. Seseorang dapat menjadi lebih dewasa karena adanya
perubahan-perubahan yang terjadi selama proses belajar dalam kehidupannya
tersebut.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Dalam proses pembelajaran untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan
belajar dipengaruhi juga oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang
mempengaruhi proses belajar dapat berasal dari dalam diri siswa maupun dari
luar diri siswa. Faktor dari dalam diri siswa disebut faktor internal, sedangkan
faktor dari luar diri siswa disebut faktor eksternal.
Ngalim Purwanto (2007:102) mengemukakan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar ada dua golongan, yaitu:
commit to user
antara lain: faktor kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi.
2) Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial. Yang termasuk ke dalam faktor sosial antara lain: faktor keluarga atau keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang digunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia serta motivasi sosial.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ada dua faktor
yang mempengaruhi belajar siswa yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal pada penelitian ini adalah sikap dan aktivitas siswa.
Sedangkan faktor eksternal meliputi guru, media belajar, bahan ajar dan
pendekatan pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe
Learning Together.
3. Model Pembelajaran
a. PengertianModelPembelajaran
Dalam proses belajar mengajar tugas seorang guru adalah membantu
siswa mencapai kemampuan secara optimal untuk dapat belajar lebih mudah
dan efektif di masa yang akan datang, karena hal ini adalah merupakan tujuan
dari kegiatan pembelajaran. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan model
pembelajaran yang menentukan tercapainya tujuan pembelajaran. Menurut
Winataputra yang dikutip oleh Sugiyanto (2008: 7) menjelaskan bahwa:
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Sesuai dengan pengertian tersebut, model pembelajaran berfungsi
sebagai pedoman. Bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar,
model pembelajaran yang akan dipakai berpengaruh penting dalam aktivitas
pembelajaran di dalam kelas. Maka, untuk dapat mencapai tujuan belajar yang
commit to user
pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kondisi kelas terutama kondisi
siswa, karena kondisi di dalam kelas setiap sekolah pasti sangat beragam dan
tidak semua model pembelajaran dapat diterapkan untuk berbagai kondisi..
b. Jenis Model Pembelajaran
Dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa, ada banyak model
pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli. Namun, tidaklah berarti
semua pengajar menerapkan semuanya untuk setiap mata pelajaran. Hal ini
disebabkan karena tidak semua model pembelajaran cocok untuk setiap mata
pelajaran. Sehingga diperlukan pemahaman yang lebih mendalam mengenai
masing-masing model pembelajaran. Anita Lie (2008: 23) menyebutkan tiga
macam model pembelajaran yaitu model kompetensi, model individual, dan
model pembelajaran kooperatif.
Dalam model pembelajaran kompetensi, siswa belajar dalam suasana
persaingan. Tidak jarang guru memakai imbalan dan ganjaran sebagai sarana
memotivasi siswa dalam memenangkan kompetensi dengan sesama
pembelajar. Tujuan utama evaluasi dalam model pembelajaran kompetensi
adalah menempatkan anak didik dalam urutan mulai dari yang paling baik
sampai dengan yang paling jelek.
Model pembelajaran yang kedua yaitu pembelajaran individu. Dalam
pembelajaran ini, anak didik belajar dengan kecepatan yang sesuai dengan
kemampuan mereka sendiri. Penilaian dalam model ini dilakukan dengan cara
pengajar menetapkan standar untuk setiap siswa. Jadi kelulusan siswa tidak
ditentukan nilai rata-rata teman sekelas melainkan usaha anak didik sendiri
dan standar dari pengajar. Model pembelajaran ini sudah diterapkan di
Amerika Serikat. Di Indonesia jalur pendidikan formal belum menerapkan
model ini kecuali Universitas Terbuka dengan sistem modulnya.
Model pembelajaran yang ketiga adalah pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan
commit to user
kooperatif sangat cocok jika diterapkan dalam pembelajaran. Namun belum
banyak pendidik yang mengetahiu mengenai model pembelajaran ini.
Sehingga perlu dikaji lebih dalam mengenai pembelajaran kooperatif.
4. Pembelajaran Kooperatif
a. Pembelajaran Kooperatif
1)Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar melalui
penempatan siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat
kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap
anggota saling bekerja sama dan membantu memahami suatu bahan
pelajaran artinya bahan belum selesai jika salah satu teman dalam
sekelompok belum menguasai bahan pembelajaran. Apabila salah satu
anggota kelompok belum paham, maka teman sekelompoknya harus
membantu temannya dalam memahami bahan pelajaran tersebut.
Robert E. Slavin (2009:4) menyatakan bahwa pembelajaran
kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para
siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu
satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas
kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling
mendiskusikan dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang
mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman
masing-masing.
Anita Lie (2008:18) menjelaskan bahwa yang diperkenalkan dalam
metode pembelajaran cooperatif learning bukan sekedar kerja
kelompoknya, melainkan pada penstrukturannya. Jadi sistem pengajaran
cooperatif learning bisa didefinisikan sebagai kerja/belajar kelompok yang
terstruktur. Yang termasuk dalam struktur ini adalah lima unsur pokok
commit to user
tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama dan
proses kelompok.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan pembelajaran
kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang, dengan struktur
kelompoknya yang bersifat heterogen. Setiap siswa mempunyai
kesempatan yang sama untuk sukses. Aktivitas belajar berpusat pada siswa
dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan
saling mendukung dalam memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar
yang efektif, siswa lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan
strategi berpikir, serta mampu membangun hubungan interpersonal.
Model pembelajaran kooperatif memungkinkan semua siswa dapat
menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar.
Untuk mencapai hasil maksimal, maka harus diterapkan lima unsur model
pembelajaran gotong royong, yaitu: saling ketergantungan positif,
tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota,
evaluasi proses kelompok. Dengan model pembelajaran ini diharapkan
siswa menjadi semakin aktif dalam memperoleh dan mempelajari berbagai
konsep atau teori, pengetahuan dan ketrampilan serta bekerja sama dengan
siswa lainnya. Mereka akan saling membutuhkan dalam setiap kegiatan
belajar karena tiap anggota mempunyai peranan penting untuk
menyelesaikan tugas-tugas atau latihan.
2)Macam-macam Tipe Pembelajaran Kooperatif
Seorang guru yang professional hendaknya mempunyai
pengetahuan tentang strategi-strategi pembelajaran. Tidak semua strategi
ataupun model pembelajaran yang diketahuinya bisaatau cocok untuk
diterapkan dalam pembelajaran sehari-hari di ruang kelas. Meski
commit to user
pembelajaran saja. Guru harus mengetahui model pembelajaran yang pasti
akan bermanfaat dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar sehari-
hari di dalam kelas. Guru bisa memilih dan juga memodifikasi sendiri
model-model pembelajaran yang tepat agar lebih sesuai dengan kondisi
kelas. Dalam model pembelajaran kooperatif, terdapat beberapa teknik
atau tipe pembelajaran yaitu:
a) Student Teams-Achievement Divisions (STAD).
Dalam STAD, para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas
empat orang yang berbeda - beda tingkat kemampuan, jenis kelamin dan
latar belakang etniknya. Guru menyanpaikan pelajaran, lalu siswa
bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim
telah menguasai pelajaran. Selanjutnya, semua siswa mengerjakan kuis
mengenai materi secara sendiri-sendiri.
b) Teams Games- Tournament (TGT).
Metode ini menggunakan pelajaran yang sama yang disampaikan guru
dan tim kerja yang sama seperti dalam STAD, tetapi menggantikan kuis
dengan turnamen mingguan, dimana siswa memainkan game akademik
dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya.
Siswa memainkan game ini bersama tiga orang pada “meja-turnamen”,
dimana ketiga peserta dalam satu meja ini adalah para siswa yang
memiliki rekor nilai terakhir yang sama.
c) Jigsaw II.
Jigsaw II adalah adaptasi dari teknik teka-teki Elliot Aronson (1978).
Dalam teknik ini siswa bekerja dalam anggota kelompok yang sama,
yaitu empat orang, dengan latar belakang yang berbeda seperti STAD
dan TGT. Para siswa ditugaskan membaca materi dan tiap anggota tim
ditugaskan secara acak mencari ‘ahli’ dalam aspek tertentu dari tugas
membaca tersebut. Setelah membaca materinya, para ahli dari tim
commit to user
lalu mereka kembali kepada timnya untuk mengajarkan topic mereka itu
kepada teman satu timnya.
d) Team Accelerated Instruction (TAI).
Sama dengan STAD dan TGT menggunakan bauran kemampuan empat
anggota yang berbeda dan memberi sertifikat untuk tim dengan kinerja
terbaik. Bedanya TAI menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan
pengajaran yang individual. TAI dirancang khusus untuk mengajarkan
matematika kepada siswa kelas 3-6 (atau siswa pada kelas lebih tinggi
yang belum siap meneria materi aljabar lengkap).
e) Cooperatif Integrated Reading and Composition (CIRC).
CIRC merupakan program komprehensif untuk mengajarkan membaca
dan menulis pada kelas sekolah dasar pada tingkat yang lebih tinggi dan
juga pada sekolah menengah. Dalam CIRC, guru menggunakan novel
atau bahan bacaan yang berisi latihan soal dan cerita. Siswa ditugaskan
untuk berpasangan dalam tim mereka untuk belajar dalam serangkaian
kegiatan yang bersifat kognitif, termasuk membacakan cerita satu sama
lain, membuat prediksi mengenai bagaimana akhir dari sebuah cerita
naratif, saling merangkum cerita satu sama lain, menulis tanggapan
terhadap cerita, dan melatih pengucapan, penerimaan, dan kosa kata.
f) Group Investigation (Kelompok Investigasi).
Dalam metode ini para siswa dibebaskan membentuk kelompoknya
sendiri yang terdiri dari dua sampai enam orang anggota. Kelompok ini
kemudian memilih topik-topik dari unit yang telah dipelajari oleh
seluruh kelas, membagi topik-topik ini menjadi tugas-tugas pribadi dan
melakukan kegiatan untuk mempersiapkan laporan kelompok.
g) Learning Together (Belajar Bersama).
Metode ini melibatkan siswa yang dibagi dalam kelompok yang terdiri
atas empat atau lima orang dengan latar belakang yang berbeda
commit to user
lembar tugas, dan menerima pujian dan penghargaan berdasarkan hasil
kerja kelompok.
h) Complex Instruction (Pengajaran Kompleks).
Fokus utama dari complex instruction adalah pada membangun respek
terhadap semua kemampuan yang dimiliki para siswa, dan guru
menunjukkan bagaimana tiap siswa punya kelebihan dalam sesuatu
yang akan membantu keberhasilan kelompok.
i) Stucture Dyadic Methods (Metode Struktur Berpasangan).
Didalam metode ini ada peningkatan, dimana dua orang murid saling
mengajarkan. Siswa saling bergantian menjadi guru dan murid untuk
mempelajari berbagai macam prosedur atau mencari informasi dari teks.
(Robert E. Slavin, 2009: 10-26)
3)Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif dapat dicapai dengan
menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi kelas
maupun siswa. Masing-masing model pembelajaran mempunyai tujuan
yang berbeda. Namun pada dasarnya tujuan dari penerapan suatu model
pembelajaran adalah untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar
mengajar. Sama halnya seperti model pembelajaran yang lain, model
pembelajaran kooperatif juga dikembangkan untuk mencapai suatu tujuan.
Tujuan dikembangkannya model pembelajaran kooperatif antara lain
adalah:
a) Hasil belajar akademik
Dalam cooperative learning meskipun mencakup beragam tujuan
sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis
penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul
dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para
pengembang model ini telah menunjukkan, model struktur penghargaan
commit to user
dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
Disamping itu, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan
baik siswa kelompok atas maupun siswa kelompok atas yang bekerja
bersama menyelesaikan tugas akademik.
b) Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang
berbeda berdasarkan ras, agama, budaya, kelas sosial, kemampuan dan
ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi
siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan
saling bergantung pada tugas akademik dan melalui struktur
penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.
c) Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga cooperative learning adalah mengajarkan kepada
siswa keterampilan bekerja sama dengan kolaborasi. Keterampilan
sosial penting , sebab saat ini banyak anak muda yang kurang dalam
keterampilan sosial. (Ibrahim dalam Isjoni, 2007:27).
b. Tipe Learning Together
1)Pengertian Tipe LearningTogether
Pembelajaran kooperatif tipe Learning Together merupakan salah
satu model pembelajaran yang sederhana. Metode ini dikembangkan dan
diteliti oleh David dan Roger Johnson beserta rekan-rekan mereka di
University of Minnetosa. Robert E. Slavin (2009: 48-56) menjelaskan
bahwa Learning Together dari model pembelajaran kooperatif a la David
dan Roger Johnson mungkin merupakan yang paling banyak digunakan
dari semua metode kooperatif, dan telah dievaluasi dalam sejumlah besar
kajian. Kajian-kajian terhadap tipe Learning Together tanpa tanggung
jawab individual membuahkan hasil yang sering kali berbeda-beda. Salah
satu kajian yang dilakukan oleh Johnson, Johnson, & Scott (1978)
commit to user
sementara kajian yang lain yang dilakukan oleh Johnson, Johnson, Scott,
& Ramolae (1985) menemukan tidak ada perbedaan. Serangkaian kajian di
Nigeria yang dilakukan oleh Peter Okebuka (1984, 1985, 1986a, b)
menemukan beberapa pengaruh positif dan negatif dibandingkan dengan
kondisi yang individualistik dan kompetitif.
Sebaliknya, kajian-kajian terhadap Learning Together yang
melibatkan tanggung jawab individual cukup konsisten dalam
menunjukkan pengaruh positif yang signifikan. Terbukti pada
pembelajaran individual dari anggota kelompok menghasilkan
pembelajaran yang lebih baik dibandingkan metode individualistik atau
kontrol.
Learning Together adalah suatu model pembelajaran kooperatif
yang melibatkan siswa yang bekerja dalam kelompok-kelompok
beranggota 4 sampai 6 orang menangani tugas tertentu.
Kelompok-kelompok tersebut menyerahkan 1 hasil Kelompok-kelompok. Mereka menerima
pujian dan ganjaran berdasarkan pada hasil kelompok tersebut.
Secara umum, Learning Together dapat diuraikan sebagai berikut:
guru memotivasi siswa untuk saling ketergantungan satu sama lain secara
positif, saling berinteraksi, memiliki tanggung jawab secara individu dan
sosial serta melakukan kerja kelompok. Sebagai contoh, siswa yang
mengajukan pertanyaan kepada guru akan dikembalikan kepada
kelompoknya untuk menemukan jawabannya. Penskoran didasarkan pada
kinerja individual dan kesuksesan kelompoknya, tetapi individu–individu
dan kelompok-kelompok tidak bersaing dengan yang lainnya (tidak ada
kompetisi antar kelompok). Learning Together melibatkan tanggung
jawab individu terhadap pencapaian siswa.
Learning Together juga mempunyai kelemahan, yakni: tipe ini
terkadang mempunyai tanggung jawab individual yang rendah. Dalam
commit to user
memberi tahu jawabannya kepada yang lain. Akan tetapi tipe ini lebih baik
dan memberikan pengaruh positif terhadap siswa dibandingkan metode
individualistik atau kontrol.
2)Unsur-unsur Tipe Learning Together
Ada beberapa unsur-unsur yang ditekankan dalam model
pembelajaran kooperatif tipe Learning Together. Seperti dikemukakan
oleh Robert E. Slavin (2009:250) yang menyatakan bahwa Learning
Together menekankan empat unsur, yaitu:
a) Interaksi tatap muka: Para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan empat sampai lima orang).
b) Interpendensi positif: Para siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan kelompok.
c) Tanggung jawab individual: Para siswa harus memperlihatkan bahwa mereka secara individual telah menguasai materinya.
d) Kemampuan-kemampuan interpersonal dan kelompok kecil: Para siswa diajari mengenai sarana-sarana yang efektif untuk bekerja sama dan mendiskusikan seberapa baik kelompok mereka bekerja dalam mencapai tujuan mereka.
3)Langkah-langkah Tipe LearningTogether
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Learning Together
dalam Peningkatan Profesionalitas Guru (2010:29) menjelaskan setiap
kelompok heterogen beranggota empat-lima siswa untuk membahas materi
secara bersama-sama, setiap kelompok bekerja sama untuk membahas
suatu materi. Setiap kelompok mengumpulkan hasil pembahasan dan
menerima penghargaan berdasarkan apa yang dihasilkan oleh kelompok
tersebut. Model ini menekankan pada kegiatan-kegiatan untuk
pembentukan untuk pembentukan kebersamaan kelompok sebelum bekerja
commit to user
5. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku, bagi
siswa tentunya perubahan yang dimaksud adalah berupa pengetahuan dan
kecakapan baru maupun penyempurnaan dari hasil belajar yang telah
dicapai sebelumnya. Sebagai individu yang sedang belajar mempunyai
kepentingan agar berhasil dalam belajar. Berhasil atau tidaknya suatu
proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil belajarnya. Menurut Nana
Sudjana (2009: 3) “Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai
terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu”.
Hasil belajar merupakan kemampuan yang telah dicapai siswa selama
mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Bukti bahwa seseorang telah belajar adalah terjadinya perubahan
tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu
dan tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku memiliki unsur
subjektif dan motoris. Unsur subjektif adalah unsur rohaniah, sedangkan
unsur motoris adalah unsur jasmaniah. Tingkah laku manusia terdiri dari
sejumlah aspek dan hasil belajar akan tampak pada perubahan aspek-aspek
tersebut. Adapun aspek-aspek itu adalah pengetahuan, pengertian,
kebiasaan, keterampilan, apersepsi, emosional, hubungan sosial, jasmani,
budi pekerti, dan sikap.
Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah
laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup
bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Oleh sebab itu, dalam penilaian
hasil belajar, peranan tujuan pembelajaran yang berisi kemampuan dan
tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur penting
sebagai dasar dan acuan penilaian.
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
commit to user
aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap
yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi,
penilaian, organisasi dan internalisasi. Ranah psikimotoris berkenaan
dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang berupa
gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual,
kaharmonisan, gerakan keterampilan kompleks, gerakan ekspresif dan
interpretative.
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah kemampuan yang dicapai oleh siswa dalam
penguasaan pengetahuan dan keterampilan suatu mata pelajaran tertentu
sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Hasil belajar yang diperoleh dapat
berupa keterampilan, pengetahuan, kebiasaan dan cita-cita. Hasil belajar
juga dapat diketahui dengan menentukan nilai hasil belajar dari peserta
didik dengan menggunakan patokan-patokan tertentu guna mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya. Hasil belajar
terdiri dari tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotoris.
b. PengukuranHasilBelajar
Upaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
mencapai tujuan yang ditetapkan adalah dengan cara evaluasi hasil belajar.
Evaluasi hasil belajar memiliki sasaran berupa ranah-ranah yang
terkandung dalam tujuan. Ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil
belajar siswa secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu ranah
afektif, kognitif, dan psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil
belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni pengetahuan atau
ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Aspek
pertama, kedua dan ketiga termasuk kognitif tingkat rendah, sedangkan
aspek keempat, kelima dan keenam termasuk kognitif tingkat tinggi.
commit to user
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni:
gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual,
keharmonisan atau ketetapan, gerakan keterampilan kompleks, dan
gerakan ekspresif dan interpretatif. Ketiga ranah tersebut menjadi objek
penilaian hasil belajar.
Peneliti ingin meneliti hasil belajar yang berdasarkan pedoman
diatas, yaitu hasil belajar yang berorientasi pada proses dan produk. Proses
merupakan suatu kegiatan untuk menuju hasil, sedangkan hasil merupakan
produk dari suatu kegiatan. Dalam hal ini indikator yang digunakan adalah
partisipasi siswa dalam PBM dan prestasi belajar siswa. Partisipasi siswa
dalam PBM dapat dilihat dari keikutsertaan siswa dalam melaksanakan
tugas belajarnya dan bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila
tidak memahami persoalan yang dihadapinya. Sedangkan prestasi belajar
dapat dilihat dari jumlah siswa yang mendapat nilai diatas KKM yang
telah ditentukan sekolah.
6. Mata Pelajaran Akuntansi
Akuntansi merupakan mata pelajaran yang diajarkan pada siswa
tingkat menengah atas terutama siswa SMK jurusan akuntansi. American
Accounting Association dalam Alam S (2004:2) mendefinisikan pengertian
akuntansi sebagai “suatu proses pengidentifikasian, pengukuran dan pelaporan
informasi ekonomi, yang memungkinkan adanya penilaian dan pengambilan
keputusan yang jelas dan tegas oleh mereka yang menggunakan informasi
keuangan tersebut.”
American Institute of Certified Publik Accountants (AICPA) dalam
Agus Suranto, dkk (2005:2) menjelaskan pengertian akuntansi adalah “seni
commit to user
dan dalam nilai uang terhadap kejadian atau transaksi yang paling sedikit atau
sebagian bersifat keuangan dan penafsiran terhadap hasil-hasilnya.”
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka secara garis besar
pengertian akuntansi adalah suatu proses pencatatan, penggolongan,
peringkasan, dan pelaporan dari transaksi-transaksi yang bersifat keuangan
yang terjadi pada suatu entitas (badan usaha) dalam suatu periode tertentu
yang digunakan oleh pihak-pihak yang berkaitan untuk pengambilan sebuah
keputusan.
Dilihat dari sudut kegiatan usahanya perusahaan secara garis besar
dapat digolongkan menjadi tiga yaitu: perusahaan jasa, perusahaan dagang,
dan perusahaan manufaktur/industri. Untuk SMK kelas X Keuangan
mempelajari siklus akuntansi perusahaan jasa dan siklus akuntansi perusahaan
dagang.
Karakteristik yang sangat menonjol dari mata pelajaran akuntansi
adalah banyak hitungan serta pembuatan kolom yang diperlukan pada hampir
setiap pokok bahasan. Sehingga untuk mata pelajaran akuntansi harus
memahami konsep, siswa juga dituntut untuk terampil dan teliti dengan cara
mempraktikkannya.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan merupakan penelaahan dari hasil penelitian
terdahulu yang diperlukan untuk mempertajam penelitian yang akan dilakukan.
Penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan penulis lakukan adalah yang
dilakukan oleh Hinomarus Masu dan Muntari. Hinomarus Masu (2008) dalam
penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Learning Together untuk meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar
Akuntansi Pokok Bahasan Jurnal Siswa Ilmu Pengetahuan Sosial SMAK Sang
Timur Yogjakarta”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui model
commit to user
proses pembelajaran dan hasil belajar Akuntansi pokok bahasan Jurnal telah
mencapai indikator keberhasilan (target) yang telah ditentukan, yaitu: partisipasi
siswa dalam diskusi kelas yang semula 3% menjadi 6,5%, interaksi antar siswa
dalam kelompok kooperatif dari kondisi awal 50% meningkat menjadi 84%,
kemampuan kelompok dalam mengerjakan lembar kerja siswa mencapai 93% dan
kemampuan siswa dalam merangkum presentasi guru mencapai 55%.
Muntari (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Strategi
Pembelajaran (Kooperatif Model Learning Together dan Langsung) terhadap
Pemahaman Konseptual dan Algoritmik Kimia pada Siswa SMA dengan
kemempuan Matematika Berbeda”. Hasil menunjukkan: (1) tidak ada perbedaan
dalam pemahaman konseptual antara kelompok siswa yang belajar dengan
menerapkan strategi pembelajaran kooperatif dan kelompok siswa yang belajar
dengan menerapkan strategi pembelajaran langsung (F=2,177, p=0,142>0,05); (2)
kemampuan matematika yang berbeda menberikan pengaruh yang berbeda
terhadap pemahaman konseptual siswa (F=12,855, p=0,000>0,05). Siswa yang
memiliki kemampuan matmatika tinggi lebih baik pemahaman konseptualnya bila
dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan rendah; (3) tidak ada
pengaruh interaksi dalam penerapan strategi pembelajaran dan kemampuan
matematika siswa terhadap pencapaian pemahaman konseptual kimia (F=0,150,
p=0,699>0,05); (4) penerapan strategi pembelajaran kooperatif dan strategi
pembelajaran langsung memberikan pengaruh berbeda dalam pencapaian
algoritmik siswa (F=59,537, p=0,000<0,05). Strategi pembelajaran kooperatif
lebih unggul bila dibandingkan dengan strategi pembelajaan langsung dalam
pencapaian pemahaman algoritmik kimia siswa; (5) kemampuan matematika yang
berbeda memberikan pengaruh yang berbeda dalam pencapaian algoritmik kimia
(F=19,485, p=0,000<0,05). Siswa yang memiliki kemampuan matematika lebih
tinggi lebih baik pemahaman algoritmiknya dibandingkan dengan siswa yang