• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER PADA SISWA KELAS X KEUANGAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 20102

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER PADA SISWA KELAS X KEUANGAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 20102"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI

DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE LEARNING TOGETHER PADA SISWA KELAS X KEUANGAN

SMK KRISTEN 1 SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN

2010/2011

(Penelitian Tindakan Kelas)

SKRIPSI

Oleh:

TRI SWANDAYANI

NIM K7407147

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user ii

DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE LEARNING TOGETHER PADA SISWA KELAS X KEUANGAN

SMK KRISTEN 1 SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN

2010/2011

(Penelitian Tindakan Kelas)

Oleh:

TRI SWANDAYANI

NIM K7407147

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan

gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user iii

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Persetujuan Pembimbing,

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Wahyu Adi, M.Pd Sri Sumaryati, S.Pd, M.Pd

(4)

commit to user iv

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk

memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Sudiyanto, M.Pd ...

Sekretaris : Drs. Sukirman, M.M . ...

Anggota I : Drs. Wahyu Adi, M.Pd. ...

(5)

commit to user v PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Sudiyanto, M.Pd ...

Sekretaris : Drs. Sukirman, M.M ...

Anggota I : Drs. Wahyu Adi, M.Pd ...

Anggota II : Sri Sumaryati, S.Pd, M.Pd ...

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd

(6)

commit to user vi

Tri Swandayani. PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER PADA SISWA X

KEUANGAN SMK KRISTEN 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

2010/2011. Skripsi. Surakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2011.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe learning together pada mata pelajaran Akuntansi Siswa Kelas X Keuangan SMK Kristen 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas

(classroom action research) dengan menggunakan strategi siklus. Subyek penelitian adalah siswa kelas X Keuangan SMK Kristen 1 Surakarta berjumlah 47 siswa. Obyek penelitian pada penelitian ini adalah berbagai kegiatan yang terjadi di dalam kelas selama proses pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan dengan kolaborasi antara peneliti, guru kelas dan melibatkan siswa. Sumber data yang digunakan dalam antara lain informan, tempat atau lokasi, peristiwa, dokumen dan arsip. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Prosedur penelitian meliputi tahap: (1) pengenalan masalah, (2) persiapan, (3) penyusunan rencana tindakan, (4) implementasi tindakan, (5) observasi dan interpretasi, (6) refleksi, dan (7) penyusunan laporan. Proses penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. Setiap siklus dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan, alokasi waktu masing-masing pertemuan 8 x 45 menit.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran

(7)

commit to user vii ABSTRACT

Tri Swandayani. THE IMPROVEMENT OF ACCOUNTING SUBJECT LEARNING ACHIEVEMENT USING LEARNING TOGETHER TYPE OF COOPERATIVE LEARNING MODEL IN THE FINANCE X GRADERS OF SMK KRISTEN 1 SURAKARTA IN THE SCHOOL YEAR OF 2010/2011. Thesis. Surakarta. Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, July 2011.

The objective of research is to find out the improvement of learning achievement using the Learning Together Type of Cooperative Learning Model in accounting subject of the Finance X Graders of SMK Kristen 1 Surakarta in the school year of 2010/2011.

This study employed a classroom action research with cycle strategy. The subject of research was the Finance X Graders of SMK Kristen 1 Surakarta consisting of 47 students. The object of research was a variety of activity occurring in the classroom during learning process. This research was carried out in the collaboration between the author, classroom teacher and by involving the students. The data sources employed were informant, place or location, event, document and archive. Techniques of collecting data used were observation, interview, test, and documentation. The research procedure included: (1) problem identification, (2) preparation, (3) action plan arrangement, (4) action implementation, (5) observation, (6) reflection, and (7) report writing. The process of research was carried out in two cycles, each of which consisted of four stages: (1) planning, (2) acting, (3) observing and interpreting, and (4) analyzing and reflecting. Each cycle was implemented in 4 meetings; the time allotment for each meeting was 8 x 45 minutes.

(8)

commit to user viii

“ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan),

kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. “

{ Q.S Al-Insyirah 6-7 }

“ Dalam pendidikan kehidupan pikiran berangsur secara bertahap

dari percakapan–percakapan ilmiah menuju teori–teori intelektual,

menuju perasaan spiritual, dan kemudian sampai pada Tuhan “

{ Kahlil Gibran }

“ Kesuksesan adalah hasil usaha kerja keras, ketekunan, kesabaran, kebenaran

dalam tindak dan berfikir.

Akhirnya menyerahkan segala sesuatu Kepada Yang Maha Kuasa “

{ R.A. Kartini }

“ Suatu kegagalan atau keberhasilan yang didapat bukanlah sebuah takdir

melainkan suatu pilihan “

(9)

commit to user ix PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur mendalam kepada Allah SWT , skripsi ini

penulis persembahkan sebagai wujud rasa sayang, cinta kasih dan

terimakasih penulis kepada:

- Ibu dan Ayah yang teramat penulis hormati dan sayangi, terima kasih atas doa, bimbingan, nasehat dan kasih sayang yang terus

menerus mengalir sehingga skripsi ini selesai dengan lancar.

- Kakak-kakak tersayangku, Mbak Wenny, Mas Andri, Mas Untung, Mbak Linda sertasemua keponakanku yang selalu

memberi senyum kebahagiaan.

- Pemacu semangatku, Fajar Budiyono yang selalu setia menemani dan mendukung dalam suka maupun duka.

- Bapak Drs. Wahyu Adi, M.Pd dan Ibu Sri Sumaryati S.Pd, M.Pd terimakasih untuk kesabarannya membimbing penulis.

- Teman-teman senasib seperjuangan Mahmudah, Umi, Nurul, Sapto, Erlin, dan semua teman-teman kelas Akuntansi A dan B

yang membantu penyelesaian skripsi ini.

- Sahabatku Ritha, Rini, Riza, Via dan juga mbak Donita, mbak Mia, mbak Dina atas semangatnya walau dari jauh. Serta teman

kost PALUPI terutama Indah Arsita dan Teteh Yani yang

selalu memberikan tawa dan semangat.

- Ibu Setia Pratiwi, S.Pd serta keluarga besar SMK Kristen 1 Surakarta yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini.

- Teman-teman PPL 2010 SMK Kristen 1 Surakarta.

(10)

commit to user x

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

karunia rancangan-Nya yang sempurna sehingga skipsi ini dapat diselesaikan

dengan baik oleh penulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan

penulisan skipsi ini dapat diatasi berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,

atas segala bentuk bantuannya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang

telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.

2. Bapak Drs. Saiful Bachri, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial yang telah menyetujui atas permohonan penyusunan

skripsi ini.

3. Bapak Drs. Wahyu Adi, M.Pd selaku Ketua Bidang Keahlian Khusus

Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan

dengan bijaksana.

4. Bapak Drs. Wahyu Adi, M.Pd selaku pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan, pengarahan dan motivasi dalam menyusun skripsi ini hingga

selesai.

5. Ibu Sri Sumaryati, S.Pd, M.Pd selaku pembimbing II yang telah memberikan

dukungan, nasehat dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

dengan baik.

6. Bapak Drs. Siwi Widi Asmoro, selaku Kepala SMK Kristen 1 Surakarta yang

telah memberikan ijin penelitian.

7. Ibu Setia Pratiwi, S.Pd, selaku guru akuntansi SMK Kristen 1 Surakarta dan

siswa kelas X Keuangan SMK Kristen 1 Surakarta yang telah membantu

(11)

commit to user xi

8. Bapak dan Ibu Dosen yang telah mendidik, membimbing dan memberikan

bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

9. Ibu dan ayah tercinta, yang selalu memberikan dorongan baik moril maupun

spiritual, kasih sayang serta doa yang tak henti-hentinya mengiringi penulis

hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per

satu, yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi dunia pendidikan dan

dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan. Sejalan dengan harapan ini,

penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan dan kekeliruan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran penulis

nantikan dengan hormat.

Surakarta, Juli 2011

(12)

commit to user xii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN ABSTRAK ... vi

HALAMAN MOTTO ... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

1. Manfaat Teoretis ... 7

2. Manfaat Praktis ... 7

BAB II LANDASAN TEORI A.Tinjauan Pustaka 1. Pendidikan ... 8

a. Pengertian Pendidikan ... 8

b. Tujuan Pendidikan ... 9

2. Proses Belajar Mengajar ... 9

(13)

commit to user xiii

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 11

3. Model Pembelajaran ... 12

a. Pengertian Model Pembelajaran ... 12

b. Jenis Model Pembelajaran ... 12

4. Pembelajaran Kooperatif ... 13

a. Pembelajaran Kooperatif ... 13

1) Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 13

2) Macam-macam Tipe Pembelajaran Kooperatif ... 15

3) Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 17

b. Tipe Learning Together ... 19

1) Pengertian Tipe Learning Together ... 19

2) Unsur-unsur Tipe Learning Together ... 20

3) Langkah-langkah Tipe Learning Together... 21

5. Hasil Belajar ... 21

a. Pengertian Hasil Belajar ... 21

b. Pengukuran Hasil Belajar ... 22

6. Mata Pelajaran Akuntansi ... 23

B. Penelitian yang Relevan ... 24

C. Kerangka Berpikir ... 26

D. Hipotesis Tindakan ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

1. Tempat Penelitian ... 29

2. Waktu Penelitian ... 29

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 30

1. Subjek Penelitian... 30

2. Objek Penelitian ... 30

C. Sumber Data ... 30

D. Pendekatan Penelitian ... 31

(14)

commit to user xiv

2. Observasi ... 36

3. Dokumentasi ... 36

4. Tes ... 36

F. Prosedur Penelitian ... 36

G. Proses Penelitian ... 38

1. Rancangan Siklus I... 38

2. Rancangan Siklus II ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 42

1. Riwayat Singkat ... 42

2. Keadaan Lingkungan Belajar ... 44

3. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Sekolah ... 44

B. Identifikasi Masalah Pembelajaran Mata Pelajaran Akuntansi PadaKompetensi Dasar Menyusun Laporan Keuangan Perusahaan Jasa di Kelas X Keuangan SMK Kristen 1 Surakarta ... 45

1. Ditinjau dari Segi Siswa ... 45

2. Ditinjau dari Segi Guru ... 46

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 47

1. Siklus I ... 47

a. Perencanaan Tindakan Siklus I ... 47

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 50

c. Observasi dan Interpretasi ... 55

d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus I ... 57

2. Siklus II ... 58

a. Perencanaan Tindakan Siklus II ... 58

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 62

c. Observasi dan Interpretasi ... 67

d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus II ... 69

(15)

commit to user xv BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan ... 74

B. Implikasi ... 75

1. Implikasi Teoritis ... 75

2. Implikasi Praktis... 76

C. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA

(16)

commit to user xvi

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan dalam Penelitian ... 29

Tabel 2. Indikator Ketercapaian ... 39

Tabel 3. Partisipasi dan Ketuntasan Hasil Belajar pada Siklus I... 56

Tabel 4. Partisipasi dan Ketuntasan Belajar pada Siklus II ... 68

(17)

commit to user xvii DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran ... 28

Gambar 2. Siklus Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ... 32

Gambar 3. Grafik Tingkat Partisipasi Siswa dan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada SiklusI ... 56

Gambar 4. Grafik Tingkat Partisipasi Siswa dan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Siklus II ... 68

Gambar 5. Grafik Hasil Penelitian Siklus I dan Siklus II ... 72

Gambar 6. Guru Menjelaskan Materi ... 155

Gambar 7. Siswa Bertanya dan Guru Memberi Pengarahan ... 155

Gambar 8. Peneliti Membantu Memberi Pengarahan pada Siswa ... 156

Gambar 9. Siswa Mengerjakan Soal dengan Kelompok Masing-masing ... 156

Gambar 10. Siswa Berdiskusi dengan Kelompok Masing-masing ... 157

Gambar 11. Siswa Saling Membagi Tugas dengan Kelompoknya ... 157

Gambar 12. Siswa Mempresentasikan Hasil Diskusi ... 158

(18)

commit to user xviii

Lampiran 1. Catatan Lapangan 1... 81

Lampiran 2. Daftar Nilai Awal Siswa ... 83

Lampiran 3. Hasil Wawancara dengan Guru dan Siswa... 85

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 93

Lampiran 5. Materi Ajar Siklus I ... 98

Lampiran 6. Soal diskusi Learning Together siklus I ... 103

Lampiran 7. Kunci Jawaban Soal diskusi Learning Together siklus I ... 104

Lampiran 8. Soal Evaluasi Learning Together Siklus I ... 106

Lampiran 9. Kunci Jawaban Soal evaluasi Learning Together siklus I ... 107

Lampiran 10.Daftar Partisipasi Siswa pada Siklus I ... 109

Lampiran 11. Daftar Nilai Siswa pada Siklus I ... 112

Lampiran 12. Catatan Lapangan 2 ... 114

Lampiran 13. Lembar Pengamatan ... 119

Lampiran 14. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 121

Lampiran 15. Materi Ajar SiklusII ... 126

Lampiran 16. Soal diskusi Learning Together siklus II ... 129

Lampiran 17. Kunci Soal diskusi Learning Together siklus II ... 130

Lampiran 18. Soal Evaluasi Learning Together Siklus II ... 131

Lampiran 19. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Learning Together Siklus II... 132

Lampiran 20. Daftar Partisipasi Siswa pada Siklus II... 134

Lampiran 21. Daftar Nilai Siswa pada Siklus II... 137

Lampiran 22. Catatan Lapangan 3 ... 139

Lampiran 23. Lembar Pengamatan ... 143

Lampiran 24. Hasil Wawancara Setelah Penerapan Learning Together ... 144

Lampiran 25. Daftar Hadir Siswa Siklus I dan Siklus II ... 151

Lampiran 26. Daftar Kelompok Siswa Siklus I dan Siklus II ... 153

Lampiran Dokumentasi ... 154

(19)

commit to user 1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan nasional adalah salah

satu cita-cita nasional yang harus diperjuangkan oleh bangsa Indonesia. Masa

depan bangsa selain ditentukan oleh sumber alam juga ditentukan oleh kualitas

sumber daya manusia itu sendiri. Upaya untuk membentuk sumber daya manusia

(SDM) yang cerdas dan berkualitas serta berkepribadian baik adalah bagian dari

misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab profesional setiap guru. Sesuai

dengan yang diamanatkan oleh Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Bab II pasal 3:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan, membentuk watak, serta peradaban yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sesuai amanat Undang-undang di atas jelaslah bahwa tugas seorang guru

tidak hanya menyampaikan ilmu saja tetapi juga diharapkan mampu

meningkatakan mutu pendidikan secara menyeluruh mencakup aspek moral,

akhlak, budi pekerti, perilaku, pengetahuan, kesehatan, keterampilan dan seni.

Seorang guru dituntut menguasai berbagai kemampuan sebagai guru yang

professional. Tidak hanya dituntut untuk memiliki kemampuan dalam pengalaman

teoretis tapi juga harus memiliki kemampuan praktis. Hal ini penting karena

seorang guru dalam pembelajaran tidak hanya sekedar menyampaikan materi

semata tetapi juga harus berupaya agar mata pelajaran yang disampaikan dapat

mudah dipahami siswa dan kegiatan pembelajaran juga menyenangkan. Apabila

(20)

commit to user

menimbulkan kesulitan belajar bagi siswa, sehingga hasil belajarnya tidak

maksimal. Ketuntasan dan keberhasilan pembelajaran siswa sangat dipengaruhi

oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan metode

pembelajaran. Namun, dalam pembelajaran dibutuhkan juga partisipasi dari siswa

sebagai dasar pengembangan materi karena pembelajaran pasif akan menghambat

kreatifitas pola pikir siswa dalam memahami suatu konsep.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu dari beberapa

lembaga pendidikan yang bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang siap untuk

diterjunkan kedunia kerja. Lulusan dari SMK tentunya sudah dibekali berbagai

ilmu pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh selama dibangku

sekolah. SMK Kristen 1 Surakarta merupakan salah satu Sekolah Menengah

Kejuruan yang mempunyai visi dan misi yang unggul dalam meningkatkan

prestasi. SMK Kristen 1 Surakarta mempunyai 4 bidang keahlian yaitu keuangan,

administrasi, tata niaga dan multimedia.

Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru dan siswa yang

dilakukan peneliti selama Program Pengalaman Lapangan (PPL) tahun 2010

berlangsung, terdapat beberapa permasalahan yang ditemukan pada kelas X

Keuangan seperti terbatasnya sarana dan prasarana di sekolah. Siswa cenderung

lebih bergantung dari catatan yang diberikan guru karena tidak tersedianya Buku

Paket atau buku pendamping lainnya. Selain itu, peralatan dan media

pembelajaran yang dipakai sangat terbatas dan lebih cenderung manual. Kelas

masih berfokus pada guru, proses pembelajaran masih banyak yang tidak

melibatkan siswa sehingga siswa kurang kreatif. Guru masih menggunakan model

pembelajaran konvensional dengan menggunakan metode ceramah dan penugasan

dimana guru sebagai pusat informasi menerangkan materi dan siswa duduk manis

mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan, serta hanya sedikit

(21)

commit to user

Permasalahan lain yaitu ketuntasan hasil belajar siswa SMK Kristen 1

Surakarta kelas X Keuangan dalam Mata Pelajaran Akuntansi masih rendah. Hal

ini dapat dilihat dari nilai rata-rata ulangan hanya 69,89. Selain itu, dari 47 siswa

kelas X Keuangan, hanya 27 siswa atau sebesar 57,45% yang memenuhi KKM

(Kriteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran kompetensi kejuruan akuntansi

perusahaan jasa yaitu 73, sisanya 20 siswa atau sebesar 42,55% belum memenuhi

KKM tersebut. Untuk tugas-tugas rumah yang diberikan oleh guru, mayoritas

siswa juga masih mengerjakan didalam kelas sebelum pelajaran akuntansi

dimulai. Ini menunjukkan rendahnya keaktifan dan tanggung jawab siswa dalam

mengikuti pelajaran Akuntansi.

Model pembelajaran kooperatif adalah merupakan salah satu model

pembelajaran yang cocok untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam pembelajaran

kooperatif, interaksi siswa dalam proses belajar mengajar dapat dilaksanakan

secara lebih optimal. Dengan adanya interaksi yang baik maka akan

meningkatkan keaktifan dan kreatifitas siswa sehingga hasil belajar akan

meningkat. Interaksi ditandai dengan tujuan saling tergantung dengan individu

yang lain. Bila dalam suatu kelompok siswa diberi tugas, tetapi hanya satu siswa

saja yang mengerjakan semua tugas tersebut dan yang lain tidak mendukungnya,

ini bukan suatu kelompok kooperatif. Semua siswa dalam kelompok kooperatif

perlu mengetahui materi yang sedang dikerjakan dan memberikan kontribusi agar

seluruh kelompok berhasil. Karena model pembelajaran ini adalah model yang

menekankan aspek kerja sama dalam memecahkan suatu persoalan. Sebuah model

pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar dari teman sebayanya dalam

sebuah kelompok kooperatif.

Berbagai model atau strategi pembelajaran dikembangkan para ahli untuk

mengoptimalkan kualitas proses dan hasil belajar siswa. Dari berbagai model

pembelajaran kooperatif, Learning Together adalah tipe pembelajaran kooperatif

(22)

commit to user

dalam kelompok atau belajar secara bersama-sama. Tipe pembelajaran ini

menunjukkan adanya keseimbangan peran antara guru sebagai salah satu sumber

belajar dan peran aktif siswa dalam mengkontruksi pengetahuan secara individual

dan sosial. Pembelajaran kooperatif tipe Learning Together dilakukan dengan

membagi siswa menjadi kelompok heterogen yang terdiri dari empat sampai enam

siswa kemudian diberi satu pelajaran atau worksheet dimana mereka harus belajar

dan melengkapinya bersama-sama. Tidak ada kompetisi antar kelompok, sehingga

metode ini sangat cocok digunakan untuk mengatasi masalah yang dikemukakan

di atas, yakni : pembagian kelompok presentasi yang tidak merata dan kegiatan

diskusi kelompok yang kurang optimal, sehingga menyebabkan proses

pembelajaran dan hasil belajar siswa kurang maksimal.

Tipe pembelajaran Learning Together juga dapat diterapkan untuk semua

mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik, karena tipe ini adalah

termasuk tipe yang paling sederhana dibandingkan tipe pembelajaran kooperatif

lain. Sehingga tipe ini juga cocok diterapkan untuk Mata Pelajaran Akuntansi di

SMK. Dalam Mata Pelajaran Akuntansi sangat dibutuhkan adanya ketelitian dan

kesabaran. Maka, seorang guru akuntansi dituntut tidak hanya menyampaikan

materi secara lisan atau ceramah saja tetapi harus memilih metode yang dapat

melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran, salah satunya adalh menggunakan

model pembelajaran kooperaif tipe Learning Together.

Untuk mengantisipasi agar masalah tersebut tidak berkelanjutan, maka

guru harus terus berusaha menyusun dan menetapkan berbagai pendekatan yang

bervariasi. Pembelajaran yang dapat menarik minat siswa dalam belajar

diantaranya dengan menempatkan siswa belajar berkelompok, dengan begitu

siswa dapat berfikir sendiri dan bekerja sama dengan siswa lain sehingga akan

lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit karena tidak jarang

banyak siswa yang masih malu dan canggung untuk bertanya. Guru dapat

(23)

commit to user

mampu meningkatkan kualitas belajar siswa dengan pembelajaran yang tepat dan

tentunya menyenangkan. Selain sistem pendidikan yang perlu diperbaharui lagi,

proses pembelajaran yang lebih inovatif perlu dikembangkan untuk mencapai

kompetensi peserta didik, agar hasil belajar yang dicapai siswa dapat optimal.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan judul : “Peningkatan Hasil Belajar Mata

Pelajaran Akuntansi dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Learning Together Pada Siswa Kelas X Keuangan SMK Kristen 1

Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah dapat di

identifikasikan sebagai berikut:

1. Siswa cenderung lebih bergantung dari catatan yang diberikan guru karena

tidak tersedianya Buku Paket atau buku pendamping lainnya.

2. Sarana dan prasarana serta media pembelajaran yang dipakai masih sangat

terbatas dan lebih cenderung manual.

3. Kelas masih berfokus pada guru, proses pembelajaran masih banyak yang

tidak melibatkan siswa sehingga siswa kurang kreatif.

4. Siswa umumnya kurang antusias mengikuti pembelajaran karena kesulitan

memahami konsep yang diberikan guru, yang hanya menggunakan metode

ceramah, penugasan dan hanya sedikit diselingi tanya jawab maupun diskusi.

5. Hasil belajar yang dapat dilihat dari prestasi belajar belum menunjukkan hasil

yang maksimal, hal ini ditandai dengan nilai rata-rata kelas untuk Mata

Pelajaran Akuntansi masih rendah.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah serta identifikasi masalah di atas,

(24)

commit to user

belajar siswa kelas X Keuangan SMK Kristen 1 Surakarta tahun ajaran 2010/2011

pada mata pelajaran Akuntansi dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Learning Together.

Agar tidak menyimpang dari permasalahan yang diteliti serta untuk

mendapatkan hasil penelitian yang lebih berguna, maka penelitian ini membatasi

masalah sebagai berikut:

1. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dicapai siswa dalam penguasaan

pengetahuan dan keterampilan mata pelajaran tertentu sesuai dengan tujuan

yang diharapkan. Peneliti membatasi pada hasil belajar yang dilihat dari

peningkatan prestasi belajar siswa dan partisipasi siswa setelah mengikuti

pembelajaran.

2. Learning Together

Learning Together merupakan suatu model pembelajaran kooperatif yang

melibatkan siswa yang bekerja dalam kelompok-kelompok yang

beranggotakan 4 sampai dengan 5 orang yang heterogen menangani tugas

tertentu. Kelompok-kelompok tersebut menyerahkan satu hasil kelompok.

Mereka menerima pujian dan ganjaran berdasarkan pada hasil kelompok

tersebut.

3. Mata Pelajaran Akuntansi

Akuntansi adalah suatu proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan

pelaporan dari transaksi-transaksi yang bersifat keuangan yang terjadi pada

suatu entitas (badan usaha) dalam suatu periode tertentu yang digunakan oleh

pihak-pihak yang berkaitan untuk pemgambilan keputusan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan

(25)

commit to user

learning together dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi siswa kelas X

Keuangan SMK Kristen 1 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka secara umum tujuan yang ingin

dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe learning together pada

mata pelajaran Akuntansi Siswa Kelas X Keuangan SMK Kristen 1 Surakarta

Tahun Pelajaran 2010/2011.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain

sebagai berikut :

1. Manfaat teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

dalam bidang pendidikan khususnya motode pembelajaran yang paling efektif,

serta mendorong calon peneliti lain untuk mengadakan penelitian yang lebih

mendalam mengenai dunia pendidikan.

2. Manfaat Praktis

1. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan

pertimbangan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa.

2. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan variasi bagi guru

akuntansi maupun guru mata pelajaran lain dalam memilih metode

pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan prestasi

(26)

commit to user

3. Bagi Siswa

Peningkatan kualitas mereka dalam aspek pengetahuan, ketrampilan dan

sikapnya. Siswa lebih menguasai materi yang mereka pelajari lebih

menyenangi belajar yang bernuansa perhitungan dan analisa, lebih berani dan

(27)

commit to user 9 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pendidikan

a. Pengertian Pendidikan

Pendidikan yang berkualitas merupakan faktor yang sangat vital dalam

meningkatkan kemajuan suatu bangsa, karena masa depan seseorang sangat

tergantung pada pendidikannya. Pendidikan adalah usaha sadar untuk

menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia melalui proses

pengajaran. Nana Syaodih Sukmadinata dalam bukunya (2006:24)

menyatakan bahwa “Pendidikan merupakan kegiatan mengoptimalkan

perkembangan potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik.”

Sejalan dengan definisi tersebut, pengertian pendidikan menurut

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional Bab I Pasal 1:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan sarana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

Sesuai dengan pengertian pendidikan menurut kedua ahli tersebut,

pendidikan diharapkan mampu mengembangkan dimensi manusia Indonesia

seutuhnya yakni aspek moral, akhlak, budi pekerti, perilaku, pengetahuan,

kesehatan, keterampilan dan seni. Pengembangan aspek tersebut bermuara

pada peningkatan dan pengembangan kecakapan hidup yang diwujudkan

melalui pencapaian kompetensi siswa untuk bertahan hidup, menyesuaikan

(28)

commit to user

Pendidikan merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan

banyak unsur atau komponen didalamnya, dimana masing-masing unsur

saling berkaitan membentuk suatu sistem yang tidak dapat dipisahkan.

Apabila salah satu komponen tidak ada atau kurang maka pelaksanaan

pendidikan tidak akan efektif dan efisien. Jadi, pendidikan melibatkan

komponen-komponen sebagai sarana pendukung pelaksanaan pendidikan.

Unsur-unsur pendidikan menurut Tirtahardja, dkk (2005: 51) meliputi:

subjek yang dibimbing (peserta didik), orang yang membimbing (pendidik),

interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif), ke arah

mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan), pengaruh yang diberikan

dalam bimbingan (materi pendidikan), cara yang digunakan dalam bimbingan

(alat dan metode), dan tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung

(lingkungan pendidikan).

b. Tujuan Pendidikan

Salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia yang diamanatkan dalam

pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu mencerdaskan bangsa. Dengan

demikian upaya mencerdaskan kehidupan bangsa telah menjadi bagian dari

strategi pembangunan nasional yang sangat penting dan dilandasi serta dengan

perangkat perundang-undangan yang mantap.

Sistem Pendidikan Nasional adalah suatu upaya yang dilaksanakan

oleh pemerintah Indonesia untuk mencerdaskan bangsa. Hal tersebut sesuai

dengan tujuan pendidikan nasional Indonesia dalam Undang-Undang

Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 (2003:7) yang berbunyi :

(29)

commit to user

2. Proses Belajar Mengajar

Proses Belajar Mengajar (PBM) adalah kegiatan utama dari pendidikan.

Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik sedangkan

mengajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik. Pendidik bertugas untuk

memberikan sejumlah pengetahuan dan bimbingan kepada peserta didiknya ke

arah yang lebih baik, sedangkan peserta didik berusaha mencapai tujuan itu

dengan bantuan dan bimbingan dari pendidik. Dalam proses belajar mengajar

tersebut terjadi komunikasi antar peserta didik dan pendidiknya atau sering

disebut dengan interaksi pendidikan. Komponen PBM terdiri dari siswa, guru,

tujuan, bahan dan materi, metode, media dan evaluasi. Komponen-komponen

tersebut sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan PBM. Dari pengertian

tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar adalah proses interaksi

antara guru dan siswa yang didukung seluruh komponen proses belajar mengajar

dan berlangsung dalam situasi edukatif guna mencapai tujuan pengajaran.

Dalam PBM interaksi yang terjadi berfokus pada kegiatan dari peserta

didik. Peserta didik adalah pelaksana primer dalam pendidikan. Peserta didik

adalah anak yang belum dewasa, yang memerlukan usaha, bantuan, bimbingan

orang lain untuk menjadi dewasa, guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai

makhluk Tuhan, sebagai umat manusia, sebagai warga negara, sebagai anggota

masyarakat dan sebagai suatu pribadi atau individu. Kegiatan yang dilakukan oleh

peserta didik adalah belajar. Maka, interaksi pendidikan juga berfokus pada

kegiatan belajar dari peserta didik.

a. Pengertian Belajar

Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang tak pernah lepas dari proses

belajar. Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan setiap orang untuk

mengembangkan dirinya. Aktivitas ini berlangsung sejak seseorang dilahirkan

dan terus berlangsung sepanjang hidupnya. Kata belajar mengandung berbagai

makna, maka dari itu arti dari kata belajar mempunyai banyak definisi sesuai

(30)

commit to user

adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Sejalan dengan pengertian tersebut Gage dalam Ratna Wilis Dahar

(1989:11) menyatakan belajar adalah “suatu proses dimana suatu organisme

berubah perilakunya akibat pengalaman. Sedangkan belajar dalam arti luas

adalah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk

penguasaan, penggunaan, dan penilaian mengenal sikap, nilai-nilai

pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi

atau pengalaman yang terorganisasi”.

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan para ahli diatas, maka

dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku

yang terjadi pada diri seseorang yang disebabkan karena adanya hasil dari

pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya. Adanya kemauan dan juga

kemampuan untuk berubah akan menjadikan seseorang dapat secara bebas

untuk mengeksplorasi, memilih dan menetapkan suatu keputusan atau pilihan

dalam kehidupannya. Seseorang dapat menjadi lebih dewasa karena adanya

perubahan-perubahan yang terjadi selama proses belajar dalam kehidupannya

tersebut.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Dalam proses pembelajaran untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan

belajar dipengaruhi juga oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang

mempengaruhi proses belajar dapat berasal dari dalam diri siswa maupun dari

luar diri siswa. Faktor dari dalam diri siswa disebut faktor internal, sedangkan

faktor dari luar diri siswa disebut faktor eksternal.

Ngalim Purwanto (2007:102) mengemukakan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi belajar ada dua golongan, yaitu:

(31)

commit to user

antara lain: faktor kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi.

2) Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial. Yang termasuk ke dalam faktor sosial antara lain: faktor keluarga atau keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang digunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia serta motivasi sosial.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ada dua faktor

yang mempengaruhi belajar siswa yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal pada penelitian ini adalah sikap dan aktivitas siswa.

Sedangkan faktor eksternal meliputi guru, media belajar, bahan ajar dan

pendekatan pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe

Learning Together.

3. Model Pembelajaran

a. PengertianModelPembelajaran

Dalam proses belajar mengajar tugas seorang guru adalah membantu

siswa mencapai kemampuan secara optimal untuk dapat belajar lebih mudah

dan efektif di masa yang akan datang, karena hal ini adalah merupakan tujuan

dari kegiatan pembelajaran. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan model

pembelajaran yang menentukan tercapainya tujuan pembelajaran. Menurut

Winataputra yang dikutip oleh Sugiyanto (2008: 7) menjelaskan bahwa:

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Sesuai dengan pengertian tersebut, model pembelajaran berfungsi

sebagai pedoman. Bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar,

model pembelajaran yang akan dipakai berpengaruh penting dalam aktivitas

pembelajaran di dalam kelas. Maka, untuk dapat mencapai tujuan belajar yang

(32)

commit to user

pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kondisi kelas terutama kondisi

siswa, karena kondisi di dalam kelas setiap sekolah pasti sangat beragam dan

tidak semua model pembelajaran dapat diterapkan untuk berbagai kondisi..

b. Jenis Model Pembelajaran

Dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa, ada banyak model

pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli. Namun, tidaklah berarti

semua pengajar menerapkan semuanya untuk setiap mata pelajaran. Hal ini

disebabkan karena tidak semua model pembelajaran cocok untuk setiap mata

pelajaran. Sehingga diperlukan pemahaman yang lebih mendalam mengenai

masing-masing model pembelajaran. Anita Lie (2008: 23) menyebutkan tiga

macam model pembelajaran yaitu model kompetensi, model individual, dan

model pembelajaran kooperatif.

Dalam model pembelajaran kompetensi, siswa belajar dalam suasana

persaingan. Tidak jarang guru memakai imbalan dan ganjaran sebagai sarana

memotivasi siswa dalam memenangkan kompetensi dengan sesama

pembelajar. Tujuan utama evaluasi dalam model pembelajaran kompetensi

adalah menempatkan anak didik dalam urutan mulai dari yang paling baik

sampai dengan yang paling jelek.

Model pembelajaran yang kedua yaitu pembelajaran individu. Dalam

pembelajaran ini, anak didik belajar dengan kecepatan yang sesuai dengan

kemampuan mereka sendiri. Penilaian dalam model ini dilakukan dengan cara

pengajar menetapkan standar untuk setiap siswa. Jadi kelulusan siswa tidak

ditentukan nilai rata-rata teman sekelas melainkan usaha anak didik sendiri

dan standar dari pengajar. Model pembelajaran ini sudah diterapkan di

Amerika Serikat. Di Indonesia jalur pendidikan formal belum menerapkan

model ini kecuali Universitas Terbuka dengan sistem modulnya.

Model pembelajaran yang ketiga adalah pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan

(33)

commit to user

kooperatif sangat cocok jika diterapkan dalam pembelajaran. Namun belum

banyak pendidik yang mengetahiu mengenai model pembelajaran ini.

Sehingga perlu dikaji lebih dalam mengenai pembelajaran kooperatif.

4. Pembelajaran Kooperatif

a. Pembelajaran Kooperatif

1)Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar melalui

penempatan siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat

kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap

anggota saling bekerja sama dan membantu memahami suatu bahan

pelajaran artinya bahan belum selesai jika salah satu teman dalam

sekelompok belum menguasai bahan pembelajaran. Apabila salah satu

anggota kelompok belum paham, maka teman sekelompoknya harus

membantu temannya dalam memahami bahan pelajaran tersebut.

Robert E. Slavin (2009:4) menyatakan bahwa pembelajaran

kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para

siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu

satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas

kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling

mendiskusikan dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang

mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman

masing-masing.

Anita Lie (2008:18) menjelaskan bahwa yang diperkenalkan dalam

metode pembelajaran cooperatif learning bukan sekedar kerja

kelompoknya, melainkan pada penstrukturannya. Jadi sistem pengajaran

cooperatif learning bisa didefinisikan sebagai kerja/belajar kelompok yang

terstruktur. Yang termasuk dalam struktur ini adalah lima unsur pokok

(34)

commit to user

tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama dan

proses kelompok.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan pembelajaran

kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan

bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang

anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang, dengan struktur

kelompoknya yang bersifat heterogen. Setiap siswa mempunyai

kesempatan yang sama untuk sukses. Aktivitas belajar berpusat pada siswa

dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan

saling mendukung dalam memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar

yang efektif, siswa lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan

strategi berpikir, serta mampu membangun hubungan interpersonal.

Model pembelajaran kooperatif memungkinkan semua siswa dapat

menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar.

Untuk mencapai hasil maksimal, maka harus diterapkan lima unsur model

pembelajaran gotong royong, yaitu: saling ketergantungan positif,

tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota,

evaluasi proses kelompok. Dengan model pembelajaran ini diharapkan

siswa menjadi semakin aktif dalam memperoleh dan mempelajari berbagai

konsep atau teori, pengetahuan dan ketrampilan serta bekerja sama dengan

siswa lainnya. Mereka akan saling membutuhkan dalam setiap kegiatan

belajar karena tiap anggota mempunyai peranan penting untuk

menyelesaikan tugas-tugas atau latihan.

2)Macam-macam Tipe Pembelajaran Kooperatif

Seorang guru yang professional hendaknya mempunyai

pengetahuan tentang strategi-strategi pembelajaran. Tidak semua strategi

ataupun model pembelajaran yang diketahuinya bisaatau cocok untuk

diterapkan dalam pembelajaran sehari-hari di ruang kelas. Meski

(35)

commit to user

pembelajaran saja. Guru harus mengetahui model pembelajaran yang pasti

akan bermanfaat dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar sehari-

hari di dalam kelas. Guru bisa memilih dan juga memodifikasi sendiri

model-model pembelajaran yang tepat agar lebih sesuai dengan kondisi

kelas. Dalam model pembelajaran kooperatif, terdapat beberapa teknik

atau tipe pembelajaran yaitu:

a) Student Teams-Achievement Divisions (STAD).

Dalam STAD, para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas

empat orang yang berbeda - beda tingkat kemampuan, jenis kelamin dan

latar belakang etniknya. Guru menyanpaikan pelajaran, lalu siswa

bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim

telah menguasai pelajaran. Selanjutnya, semua siswa mengerjakan kuis

mengenai materi secara sendiri-sendiri.

b) Teams Games- Tournament (TGT).

Metode ini menggunakan pelajaran yang sama yang disampaikan guru

dan tim kerja yang sama seperti dalam STAD, tetapi menggantikan kuis

dengan turnamen mingguan, dimana siswa memainkan game akademik

dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya.

Siswa memainkan game ini bersama tiga orang pada “meja-turnamen”,

dimana ketiga peserta dalam satu meja ini adalah para siswa yang

memiliki rekor nilai terakhir yang sama.

c) Jigsaw II.

Jigsaw II adalah adaptasi dari teknik teka-teki Elliot Aronson (1978).

Dalam teknik ini siswa bekerja dalam anggota kelompok yang sama,

yaitu empat orang, dengan latar belakang yang berbeda seperti STAD

dan TGT. Para siswa ditugaskan membaca materi dan tiap anggota tim

ditugaskan secara acak mencari ‘ahli’ dalam aspek tertentu dari tugas

membaca tersebut. Setelah membaca materinya, para ahli dari tim

(36)

commit to user

lalu mereka kembali kepada timnya untuk mengajarkan topic mereka itu

kepada teman satu timnya.

d) Team Accelerated Instruction (TAI).

Sama dengan STAD dan TGT menggunakan bauran kemampuan empat

anggota yang berbeda dan memberi sertifikat untuk tim dengan kinerja

terbaik. Bedanya TAI menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan

pengajaran yang individual. TAI dirancang khusus untuk mengajarkan

matematika kepada siswa kelas 3-6 (atau siswa pada kelas lebih tinggi

yang belum siap meneria materi aljabar lengkap).

e) Cooperatif Integrated Reading and Composition (CIRC).

CIRC merupakan program komprehensif untuk mengajarkan membaca

dan menulis pada kelas sekolah dasar pada tingkat yang lebih tinggi dan

juga pada sekolah menengah. Dalam CIRC, guru menggunakan novel

atau bahan bacaan yang berisi latihan soal dan cerita. Siswa ditugaskan

untuk berpasangan dalam tim mereka untuk belajar dalam serangkaian

kegiatan yang bersifat kognitif, termasuk membacakan cerita satu sama

lain, membuat prediksi mengenai bagaimana akhir dari sebuah cerita

naratif, saling merangkum cerita satu sama lain, menulis tanggapan

terhadap cerita, dan melatih pengucapan, penerimaan, dan kosa kata.

f) Group Investigation (Kelompok Investigasi).

Dalam metode ini para siswa dibebaskan membentuk kelompoknya

sendiri yang terdiri dari dua sampai enam orang anggota. Kelompok ini

kemudian memilih topik-topik dari unit yang telah dipelajari oleh

seluruh kelas, membagi topik-topik ini menjadi tugas-tugas pribadi dan

melakukan kegiatan untuk mempersiapkan laporan kelompok.

g) Learning Together (Belajar Bersama).

Metode ini melibatkan siswa yang dibagi dalam kelompok yang terdiri

atas empat atau lima orang dengan latar belakang yang berbeda

(37)

commit to user

lembar tugas, dan menerima pujian dan penghargaan berdasarkan hasil

kerja kelompok.

h) Complex Instruction (Pengajaran Kompleks).

Fokus utama dari complex instruction adalah pada membangun respek

terhadap semua kemampuan yang dimiliki para siswa, dan guru

menunjukkan bagaimana tiap siswa punya kelebihan dalam sesuatu

yang akan membantu keberhasilan kelompok.

i) Stucture Dyadic Methods (Metode Struktur Berpasangan).

Didalam metode ini ada peningkatan, dimana dua orang murid saling

mengajarkan. Siswa saling bergantian menjadi guru dan murid untuk

mempelajari berbagai macam prosedur atau mencari informasi dari teks.

(Robert E. Slavin, 2009: 10-26)

3)Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan pembelajaran kooperatif dapat dicapai dengan

menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi kelas

maupun siswa. Masing-masing model pembelajaran mempunyai tujuan

yang berbeda. Namun pada dasarnya tujuan dari penerapan suatu model

pembelajaran adalah untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar

mengajar. Sama halnya seperti model pembelajaran yang lain, model

pembelajaran kooperatif juga dikembangkan untuk mencapai suatu tujuan.

Tujuan dikembangkannya model pembelajaran kooperatif antara lain

adalah:

a) Hasil belajar akademik

Dalam cooperative learning meskipun mencakup beragam tujuan

sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis

penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul

dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para

pengembang model ini telah menunjukkan, model struktur penghargaan

(38)

commit to user

dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.

Disamping itu, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan

baik siswa kelompok atas maupun siswa kelompok atas yang bekerja

bersama menyelesaikan tugas akademik.

b) Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang

berbeda berdasarkan ras, agama, budaya, kelas sosial, kemampuan dan

ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi

siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan

saling bergantung pada tugas akademik dan melalui struktur

penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

c) Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga cooperative learning adalah mengajarkan kepada

siswa keterampilan bekerja sama dengan kolaborasi. Keterampilan

sosial penting , sebab saat ini banyak anak muda yang kurang dalam

keterampilan sosial. (Ibrahim dalam Isjoni, 2007:27).

b. Tipe Learning Together

1)Pengertian Tipe LearningTogether

Pembelajaran kooperatif tipe Learning Together merupakan salah

satu model pembelajaran yang sederhana. Metode ini dikembangkan dan

diteliti oleh David dan Roger Johnson beserta rekan-rekan mereka di

University of Minnetosa. Robert E. Slavin (2009: 48-56) menjelaskan

bahwa Learning Together dari model pembelajaran kooperatif a la David

dan Roger Johnson mungkin merupakan yang paling banyak digunakan

dari semua metode kooperatif, dan telah dievaluasi dalam sejumlah besar

kajian. Kajian-kajian terhadap tipe Learning Together tanpa tanggung

jawab individual membuahkan hasil yang sering kali berbeda-beda. Salah

satu kajian yang dilakukan oleh Johnson, Johnson, & Scott (1978)

(39)

commit to user

sementara kajian yang lain yang dilakukan oleh Johnson, Johnson, Scott,

& Ramolae (1985) menemukan tidak ada perbedaan. Serangkaian kajian di

Nigeria yang dilakukan oleh Peter Okebuka (1984, 1985, 1986a, b)

menemukan beberapa pengaruh positif dan negatif dibandingkan dengan

kondisi yang individualistik dan kompetitif.

Sebaliknya, kajian-kajian terhadap Learning Together yang

melibatkan tanggung jawab individual cukup konsisten dalam

menunjukkan pengaruh positif yang signifikan. Terbukti pada

pembelajaran individual dari anggota kelompok menghasilkan

pembelajaran yang lebih baik dibandingkan metode individualistik atau

kontrol.

Learning Together adalah suatu model pembelajaran kooperatif

yang melibatkan siswa yang bekerja dalam kelompok-kelompok

beranggota 4 sampai 6 orang menangani tugas tertentu.

Kelompok-kelompok tersebut menyerahkan 1 hasil Kelompok-kelompok. Mereka menerima

pujian dan ganjaran berdasarkan pada hasil kelompok tersebut.

Secara umum, Learning Together dapat diuraikan sebagai berikut:

guru memotivasi siswa untuk saling ketergantungan satu sama lain secara

positif, saling berinteraksi, memiliki tanggung jawab secara individu dan

sosial serta melakukan kerja kelompok. Sebagai contoh, siswa yang

mengajukan pertanyaan kepada guru akan dikembalikan kepada

kelompoknya untuk menemukan jawabannya. Penskoran didasarkan pada

kinerja individual dan kesuksesan kelompoknya, tetapi individu–individu

dan kelompok-kelompok tidak bersaing dengan yang lainnya (tidak ada

kompetisi antar kelompok). Learning Together melibatkan tanggung

jawab individu terhadap pencapaian siswa.

Learning Together juga mempunyai kelemahan, yakni: tipe ini

terkadang mempunyai tanggung jawab individual yang rendah. Dalam

(40)

commit to user

memberi tahu jawabannya kepada yang lain. Akan tetapi tipe ini lebih baik

dan memberikan pengaruh positif terhadap siswa dibandingkan metode

individualistik atau kontrol.

2)Unsur-unsur Tipe Learning Together

Ada beberapa unsur-unsur yang ditekankan dalam model

pembelajaran kooperatif tipe Learning Together. Seperti dikemukakan

oleh Robert E. Slavin (2009:250) yang menyatakan bahwa Learning

Together menekankan empat unsur, yaitu:

a) Interaksi tatap muka: Para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan empat sampai lima orang).

b) Interpendensi positif: Para siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan kelompok.

c) Tanggung jawab individual: Para siswa harus memperlihatkan bahwa mereka secara individual telah menguasai materinya.

d) Kemampuan-kemampuan interpersonal dan kelompok kecil: Para siswa diajari mengenai sarana-sarana yang efektif untuk bekerja sama dan mendiskusikan seberapa baik kelompok mereka bekerja dalam mencapai tujuan mereka.

3)Langkah-langkah Tipe LearningTogether

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Learning Together

dalam Peningkatan Profesionalitas Guru (2010:29) menjelaskan setiap

kelompok heterogen beranggota empat-lima siswa untuk membahas materi

secara bersama-sama, setiap kelompok bekerja sama untuk membahas

suatu materi. Setiap kelompok mengumpulkan hasil pembahasan dan

menerima penghargaan berdasarkan apa yang dihasilkan oleh kelompok

tersebut. Model ini menekankan pada kegiatan-kegiatan untuk

pembentukan untuk pembentukan kebersamaan kelompok sebelum bekerja

(41)

commit to user

5. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku, bagi

siswa tentunya perubahan yang dimaksud adalah berupa pengetahuan dan

kecakapan baru maupun penyempurnaan dari hasil belajar yang telah

dicapai sebelumnya. Sebagai individu yang sedang belajar mempunyai

kepentingan agar berhasil dalam belajar. Berhasil atau tidaknya suatu

proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil belajarnya. Menurut Nana

Sudjana (2009: 3) “Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai

terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu”.

Hasil belajar merupakan kemampuan yang telah dicapai siswa selama

mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Bukti bahwa seseorang telah belajar adalah terjadinya perubahan

tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu

dan tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku memiliki unsur

subjektif dan motoris. Unsur subjektif adalah unsur rohaniah, sedangkan

unsur motoris adalah unsur jasmaniah. Tingkah laku manusia terdiri dari

sejumlah aspek dan hasil belajar akan tampak pada perubahan aspek-aspek

tersebut. Adapun aspek-aspek itu adalah pengetahuan, pengertian,

kebiasaan, keterampilan, apersepsi, emosional, hubungan sosial, jasmani,

budi pekerti, dan sikap.

Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah

laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup

bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Oleh sebab itu, dalam penilaian

hasil belajar, peranan tujuan pembelajaran yang berisi kemampuan dan

tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur penting

sebagai dasar dan acuan penilaian.

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang

(42)

commit to user

aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap

yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi,

penilaian, organisasi dan internalisasi. Ranah psikimotoris berkenaan

dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang berupa

gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual,

kaharmonisan, gerakan keterampilan kompleks, gerakan ekspresif dan

interpretative.

Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar adalah kemampuan yang dicapai oleh siswa dalam

penguasaan pengetahuan dan keterampilan suatu mata pelajaran tertentu

sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Hasil belajar yang diperoleh dapat

berupa keterampilan, pengetahuan, kebiasaan dan cita-cita. Hasil belajar

juga dapat diketahui dengan menentukan nilai hasil belajar dari peserta

didik dengan menggunakan patokan-patokan tertentu guna mencapai

tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya. Hasil belajar

terdiri dari tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah

psikomotoris.

b. PengukuranHasilBelajar

Upaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam

mencapai tujuan yang ditetapkan adalah dengan cara evaluasi hasil belajar.

Evaluasi hasil belajar memiliki sasaran berupa ranah-ranah yang

terkandung dalam tujuan. Ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil

belajar siswa secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu ranah

afektif, kognitif, dan psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil

belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni pengetahuan atau

ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Aspek

pertama, kedua dan ketiga termasuk kognitif tingkat rendah, sedangkan

aspek keempat, kelima dan keenam termasuk kognitif tingkat tinggi.

(43)

commit to user

penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni:

gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual,

keharmonisan atau ketetapan, gerakan keterampilan kompleks, dan

gerakan ekspresif dan interpretatif. Ketiga ranah tersebut menjadi objek

penilaian hasil belajar.

Peneliti ingin meneliti hasil belajar yang berdasarkan pedoman

diatas, yaitu hasil belajar yang berorientasi pada proses dan produk. Proses

merupakan suatu kegiatan untuk menuju hasil, sedangkan hasil merupakan

produk dari suatu kegiatan. Dalam hal ini indikator yang digunakan adalah

partisipasi siswa dalam PBM dan prestasi belajar siswa. Partisipasi siswa

dalam PBM dapat dilihat dari keikutsertaan siswa dalam melaksanakan

tugas belajarnya dan bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila

tidak memahami persoalan yang dihadapinya. Sedangkan prestasi belajar

dapat dilihat dari jumlah siswa yang mendapat nilai diatas KKM yang

telah ditentukan sekolah.

6. Mata Pelajaran Akuntansi

Akuntansi merupakan mata pelajaran yang diajarkan pada siswa

tingkat menengah atas terutama siswa SMK jurusan akuntansi. American

Accounting Association dalam Alam S (2004:2) mendefinisikan pengertian

akuntansi sebagai “suatu proses pengidentifikasian, pengukuran dan pelaporan

informasi ekonomi, yang memungkinkan adanya penilaian dan pengambilan

keputusan yang jelas dan tegas oleh mereka yang menggunakan informasi

keuangan tersebut.”

American Institute of Certified Publik Accountants (AICPA) dalam

Agus Suranto, dkk (2005:2) menjelaskan pengertian akuntansi adalah “seni

(44)

commit to user

dan dalam nilai uang terhadap kejadian atau transaksi yang paling sedikit atau

sebagian bersifat keuangan dan penafsiran terhadap hasil-hasilnya.”

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka secara garis besar

pengertian akuntansi adalah suatu proses pencatatan, penggolongan,

peringkasan, dan pelaporan dari transaksi-transaksi yang bersifat keuangan

yang terjadi pada suatu entitas (badan usaha) dalam suatu periode tertentu

yang digunakan oleh pihak-pihak yang berkaitan untuk pengambilan sebuah

keputusan.

Dilihat dari sudut kegiatan usahanya perusahaan secara garis besar

dapat digolongkan menjadi tiga yaitu: perusahaan jasa, perusahaan dagang,

dan perusahaan manufaktur/industri. Untuk SMK kelas X Keuangan

mempelajari siklus akuntansi perusahaan jasa dan siklus akuntansi perusahaan

dagang.

Karakteristik yang sangat menonjol dari mata pelajaran akuntansi

adalah banyak hitungan serta pembuatan kolom yang diperlukan pada hampir

setiap pokok bahasan. Sehingga untuk mata pelajaran akuntansi harus

memahami konsep, siswa juga dituntut untuk terampil dan teliti dengan cara

mempraktikkannya.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan merupakan penelaahan dari hasil penelitian

terdahulu yang diperlukan untuk mempertajam penelitian yang akan dilakukan.

Penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan penulis lakukan adalah yang

dilakukan oleh Hinomarus Masu dan Muntari. Hinomarus Masu (2008) dalam

penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Learning Together untuk meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar

Akuntansi Pokok Bahasan Jurnal Siswa Ilmu Pengetahuan Sosial SMAK Sang

Timur Yogjakarta”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui model

(45)

commit to user

proses pembelajaran dan hasil belajar Akuntansi pokok bahasan Jurnal telah

mencapai indikator keberhasilan (target) yang telah ditentukan, yaitu: partisipasi

siswa dalam diskusi kelas yang semula 3% menjadi 6,5%, interaksi antar siswa

dalam kelompok kooperatif dari kondisi awal 50% meningkat menjadi 84%,

kemampuan kelompok dalam mengerjakan lembar kerja siswa mencapai 93% dan

kemampuan siswa dalam merangkum presentasi guru mencapai 55%.

Muntari (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Strategi

Pembelajaran (Kooperatif Model Learning Together dan Langsung) terhadap

Pemahaman Konseptual dan Algoritmik Kimia pada Siswa SMA dengan

kemempuan Matematika Berbeda”. Hasil menunjukkan: (1) tidak ada perbedaan

dalam pemahaman konseptual antara kelompok siswa yang belajar dengan

menerapkan strategi pembelajaran kooperatif dan kelompok siswa yang belajar

dengan menerapkan strategi pembelajaran langsung (F=2,177, p=0,142>0,05); (2)

kemampuan matematika yang berbeda menberikan pengaruh yang berbeda

terhadap pemahaman konseptual siswa (F=12,855, p=0,000>0,05). Siswa yang

memiliki kemampuan matmatika tinggi lebih baik pemahaman konseptualnya bila

dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan rendah; (3) tidak ada

pengaruh interaksi dalam penerapan strategi pembelajaran dan kemampuan

matematika siswa terhadap pencapaian pemahaman konseptual kimia (F=0,150,

p=0,699>0,05); (4) penerapan strategi pembelajaran kooperatif dan strategi

pembelajaran langsung memberikan pengaruh berbeda dalam pencapaian

algoritmik siswa (F=59,537, p=0,000<0,05). Strategi pembelajaran kooperatif

lebih unggul bila dibandingkan dengan strategi pembelajaan langsung dalam

pencapaian pemahaman algoritmik kimia siswa; (5) kemampuan matematika yang

berbeda memberikan pengaruh yang berbeda dalam pencapaian algoritmik kimia

(F=19,485, p=0,000<0,05). Siswa yang memiliki kemampuan matematika lebih

tinggi lebih baik pemahaman algoritmiknya dibandingkan dengan siswa yang

Gambar

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan dalam Penelitian .............................
Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan dalam Penelitian
Gambar 2. Siklus Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas commit to user
+7

Referensi

Dokumen terkait

(2) Di KJA Gundil Situbondo prevalensi ektoparasit pada ikan Kerapu Cantang yaitu Benedenia sebesar 100% dan Dactylogyrus sebesar 0% serta intensitas ektoparasit

Pada penulisan ilmiah ini yang berjudul â Sistem penerimaan calon siswa pada SMUN 4 Depok dengan menggunakan Microsoft Access 2000 â menjelaskan bagaimana bagian pendaftaran

Tumbuhan Artocarpus juga menghasilkan senyawa-senyawa turunan piranoflavon, senyawa jenis ini dihasilkan dari siklisasi antara gugus hidroksil pada posisi C-2’ di cincin B

Muhammad Anwar Rosad, A210080005. Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012. Tujuan dari penelitian ini

Hal serupa juga disampaikan oleh 3 riset partisipan yang lain bahwa mengkonsumsi alkohol hanya untuk sekedar minum. dan membantu untuk dapat

[r]

Dengan demikian pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan penerapan alat peraga telah meningkatkan hasil belajar matematika materi kubus dan balok pada siswa

Berdasarkan pertimbangan di atas, perusahaan harus bisa meningkatkan implementasi TQM karena melalui penggunaan TQM, perusahaan mampu meningkatkan audit operasional,