BAB II
KERANGKA / DASAR PEMIKIRAN
2.1 Perspektif Fenomenologis
Wayang kulit betawi merupakan salah satu tradisi budaya warga Jakarta . sampai saat ini, di setiap daerah masyarakat sudah mulai terjadi pergeseran fungsi baru. Masyarakat yang kurang mengenal sejarah Indonesia yaitu wayang kulit betawi membuat perkembangan wayang kulit betawi samakin lama.semakin merosot kepopulerannya.
Ini di sebabkan oleh suatu fenomena yang sebenarnya tampak dari refleksirealitas yang tidak berdiri sendiri, oleh karena itu objek yang tampak adalah objek yang penuh makna transendal. Karena untuk memperoleh kebenaranya harus melampaui yang tampak tersebut.45 Pandangan ini di sempurnakan oleh schutz yang menggabungkan fenomena transendal dari konsep Husser dan konsep Verstehen Weber. Pendapat schutz bahwa social keseharian merupakan suatu yang inter-subyektif dan pegalaman penuh makna. 46
Fenomenologi berusaha untuk memahami pehaman informan terhadap suatu fenomena yang muncul dan kesadarannya, dan fenomena yang
45Berger, L. Peter & Thomas Luckman, 1994. Tafsir Sosial Atas Kenyataan
46Waters, Malcolm, 1994. Modern Sociological Theory. London, Thousand Oaks, New Delhi: Sage Publications
di alami oleh informan dan di anggap bahwa objek yang keberadaannya dapat dibedakan terhadap objek lain (entitis). sebagai sesuatu yang ada di dalam dunia.47 Fenomenologi juga tidak pernah untuk mencari pendapat dari informan apakah itu sesuatu yang benar atau salah, akan tetapi fenomenologi ini berusaha untuk mengurangi kesadaran informan dalam memahami fenomena itu sendiri.
Tekhnik fenomenologi berger lebih mengarah kepada makna-makna yang berkembang diluar makna umum,oleh karena itu ia berpendapat bahwa manusia memiliki naluri-naluri yang relatife stabil dan bersifat kepada beberapa pendekatan sosiologis dalam penelitian wayang kulit betawi. 48
2.2 Definisi Penulis
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga ada empat pengertian naskah, yaitu :
a. Karangan yang masih ditulis dengan tangan b. Karangan seseorang yang belum diterbitkan c. Bahan-bahan berita yang siap untuk diriset d. Rancangan (2001:776).
Ada bermacam-macam sumber naskah bagi penerbit, diantaranya : a. Naskah spontan
b. Naskah pesanan
47Collin, Finn, 1997. Social Reality. USA and Canada: Routledge Simultaneously Published.
48 Achmad Juniarto, Achadiati Ikram; Ensiklopedia Jakarta;
c. Naskah yang dicari editor d. Naskah terjemahan e. Naskah hasil sayembara f. Naskah kerja sama49
2.3 . Penulis Naskah
Scriptwriter yaitu memiliki peran penting khususnya pada tahap pra produksi. Seorang penulis script memberikan garis-garis besar cerita dan dalam banyak hal menentukan struktur keseluruhan suatu produksi. Penulis naskah terlebih dahulu menulis ringkasan awal suatu proyek produksi yang disebut dengan treatment yang menjadi dasar penulisan script. Suatu script memberikan penjelasan mengenai lokasi, gerakan (action) dan dialog secara detail (adegan demi adegan). Dalam hal ini script berfungsi sebagai cetak biru yang akan memandu produksi yang sebenarnya.50
Menurut Mabruri, Penulis Naskah adalah “broadcaster yang bertugas menulis naskah untuk kebutuhan karya visual.”51
Kesimpulannya, penulis naskah adalah seseorang yang harus memiliki peran penting dalam pra produksi dan menentukan keseluruhan suatu produksi yang dituangkan menjadi tulisan atau naskah untuk kebutuhan karya visual.
49Eneste, Pamusuk. Buku Pintar Penyuntingan Naskah. Jakarta. 2009. Gramedia Pustaka Utama.
hlm 5,6.
50 Morissan M.A, Jurnalistik Televisi Mutakhir, hal. 275
51 Anton Mabruri, Managemen Produksi Program Acara TV, hal. 96
Sebagai langkah awal menawarkan langkah ide, kita perlu menyusun sebuah naskah atau draf untuk diajukan kepada pihak-pihak yang berminat.
Menulis naskah bukan seperti menulis catatan kecil, tetapi kita harus menuliskan semua informasi dari data riset. Umumnya draft naskah ditulis dalam susunan-susunan pembagian sekuens, agar saat merampungkan pada tahap produksi dapat dijabarkan secara terinci dalam susunan shot dan adegan yang lebih jelas.
Dari hasil riset, kurang lebih penulis naskah harus mengetahui bagaimana struktur penuturan yang akan ditulis. Penulis juga harus mengetahui adegan apa yang dapat divisualisasikan dan yang tidak, serta kemungkinan-kemungkinannya.”52
Pada prisipnya, penyusunan konsep naskah, terbagi dalam lima tahapan yakni:
1. Ide merupakan jantung sebuah karya seni, konsep stuktur, dan batasan dari isi keseluruhan cerita.
2. Treatment atau storyline merupakan sketsa yang dapat memberikan gambaran pendekatan dan keseluruhan isi cerita, treatment mutlak diperlukan bagi dokumenter, meskipun tak ada yang baku dalam penulisan bentuk atau gaya treatment.
3. Naskah syuting atau skenario, disebut juga shooting script, sangat penting untuk mendapat gambaran gambaran konkret dan jelas sebagai
52 Op.cit., hal. 58-59
cetak biru atau master plan. Skenario sangat diperlukan bagi dokumenter bentuk penuturan sejarah, rekontruksi, atau film edukasi.
4. Naskah editing atau editing script merupakan penentuan visualisasi struktur cerita. Umumnya editing script dapat beberapa kali diubah karena proses editing atau penyuntingan juga melalui beberapa tahapan hingga mencapai hasil akhir.
5. Naskah narasi atau naration script lebih merupakan susunan penulisan narasi yang nantinya akan dibacakan secara voice over – oleh narator ketika proses mixing melalui proses dubbing pada Tata Suara.53
2.4 Revitalisasi
Suatu proses, cara menghidupkan atau mengkiatkan kembali suatu kelompok yang sudah hampir punah Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Memberi “ energy ” dalam kaitan ini dimaksudkan menghidupkan seni tradisional dengan cara, khususnya terkait dengan penciptaan karya seni atau design yang dikomodifikasikan. Dalam proses ada kemungkinan akan terciptanya karya yang mengarah kepada postmodern. dan kontemporer yang dilakukan dengan cara
Dekonstruksi adalah suatu strategi untuk membongkar apa saja yang menjadi elemen-elemen seni tradisional dan kemudia menyusun kembali apa saja
53Anton Mabruri, Penulisan Naskah TV, hal. 75-76
yang harus dilakukan untuk tujuan menciptakan karya seni dengan bentuk dan makna baru.54
Disisi lain agar tidak dieliminasi oleh budaya asing perlu dilakukan revitalisasi dangan menghidupkan kembali seni budaya tradisional dan memberi
“energy “ baru.
Dari tindakan tersebut diharapkan dapat terciptanya karya seni yang mencerminkan karakter bangsa. Selain itu juga perlu memberikan ruang untuk perkembangan karya.karya inovasi baru, dalam artian yang bersumber kepada seni tradisional hasil dari imajinasi para seniman.
2.5 Film
Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia ini. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film televise dan film video laser setiap minggunya. Di Amerika Serikat dan Kanada lebih dari satu juta tiket film terjual setiap tahunnya. Film lebih dahulu menjadi hiburan dibanding radio siaran dan televise. Menonton film bioskop ini menjadi aktifitas popular bagi orang Amerika pada tahun 1920-an sampai 1950-an.55
Film dalam pengertian sempit adalah penyajian gambar lewat layar lebar, tetapi dalam pengertian lebih luas bisa juga termasuk yang disiarkan di TV.
54Kamus Besar Bahasa Indonesia 1994. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka
55 Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, Siti Karlinah, 2005, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Bandung, Simbiosa Rekatama Media, Hal 143
Memang sejak Tv menyajikan film-film seri yang di putar di gedung-gedung bioskop, terdapat kecenderungan orang lebih senang menonton dirumah, karena selain lebih praktis juga tidak perlu membayar. Akibatnya banyak gedung bioskop gulung tikar karena tidak mampu menutup biaya operasionalnya seperti sewa film, pajak, listrik dan sebagainya.56
Pengertian film ada beberapa pengertian tentang film. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, terbitan Balai Pustaka, film adalah selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop). Film juga diartikan sebagai lakon (cerita) gambar hidup. Dari definisi yang pertama, kita dapat membayangkan film sebagai sebuah benda yang sangat rapuh, ringkih, hanya sekeping Compact Disc (CD). Sedangkan film diartikan sebagai lakon artinya adalah film tersebut merepresentasikan sebuah cerita dari tokoh tertentu secara utuh dan berstruktur.
2.5.1 Jenis-Jenis Film
Jenis film berdasarkan bahan pembuatnya dibedakan menjadi jenis film 8 mm, 16 mm, 35 mm, 70 mm. Jenis film 8 mm dan 16 mm banyak digunakan untuk memproduksi filmfilm pendidikan dan penerangan serta dokumentasi pada zamannya. Untuk kepentingan rumah tangga banyak
56 Hafied Cangara, 2008, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, Hal 136
menggunakan film 8 mm. Sedangkan film untuk diputar di gedunggedung bioskop menggunakan film jenis 35 mm dan 70 mm.
Sebagai komunikator adalah penting mengetahui jenis-jenis film agar dapat memanfaatkan film tersebut sesuai dengan karakteristiknya. Film dapat dikelompokkan pada jenis film cerita, film berita, film documenter dan film kartun.57
1. Film cerita
Film cerita (story film), adalah jenis film yang mengandung suatu cerita yang lazim dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan bintang film tenar dan film ini di distribusikan sebagai barang dagangan. Cerita yang diangkat menjadi topic film bisa berupa cerita fiktif atau berdasarkan kisah nyata yang dimodifikasi, sehingga ada unsure menarik, baik dari jalan ceritanya maupun dari segi gambar yang artistik.
2. Film berita
Film berita atau newsreel adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada public harus mengandung berita (news value).
3. Film Dokumenter
Berbeda dengan film berita yang merupakan rekaman kenyataan, maka film documenter merupakan hasil interpretasi pribadi(pembuatnya)
57 Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, 2007, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Bandung Simbiosa Rekatama Media, Hal 139-140
mengenai kenyataan tersebut. Misalnya, seorang sutradara ingin membuat film dokumenter mengenai para pembatik di kota Pekalongan, maka ia akan membuat naskah yang ceritanya bersumber pada kegiatan para pembatik sehari-hari dan sedikit merekayasanya agar dapat menghasilkan kualitas film cerita dengan gambar yang baik.
4. Film Kartun
Film kartun (cartoon film) dibuat untuk dikonsumsi anak-anak.
Sebagai besar film-film kartun, sepanjang film itu diputar akan membuat kita tertawa karena kelucuan-kelucuan dari para tokoh pemainnya.
2.5.2 Fungsi Film
Seperti halnya televise siaran, tujuan khalayak menonton film terutama adalah ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi dalam film dapat terkandung fungsi informative maupun edukatif, bahkan persuasive. Hal ini sejalan dengan misi perfilman nasional dapat digunakan sebagai media edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam rangka nation and character building.58
Fungsi edukasi dapat tercapai apabila film nasional memproduksi film-film sejarah yang objektif, atau film documenter dan film yang diangkat dari kehidupan sehari-hari secara berimbang.59
58 Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, 2007, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Bandung, Simbiosa Rekatama media, hal 136
59 Ibid Hal 136
2.6 Dokumenter
Dokumenter adalah Mendokumentasikan cerita nyata, dilakukan pada lokasi yang sesungguhnya. Juga sebuah gaya dalam memfilmkan dengan efek realitas yang diciptakan dengan cara penggunaan kamera, suara, dan lokasi.
Selain mengandung fakta.60
Dokumenter sering dianggap sebagai rekaman ‘aktualitas’ potongan rekaman sewaktu kejadian sebenarnya berlangsung, saat orang yang terlibat di dalamnya berbicara, kehidupan nyata seperti apa adanya, spontan dan tanpa media perantara. Walaupun kadang menjadi materi dalam pembuatan dokumenter, faktor ini jarang menjadi bagian dari keseluruhan film dokumenter itu sendiri, karena materi-materi tersebut harus diatur, diolah kembali, dan diatur strukturnya. Terkadang bahkan dalam pengambilan gambar sebelumnya, berbagai pilihan harus diambil oleh para pembuat film dokumenter untuk menentukan sudut pandang, ukuran shot (type of shot), pencahayaan dan lain-lain agar dapat mencapai hasil akhir yang diinginkan.John Grierson pertama-tama menemukan istilah dokumenter dalam sebuah pembahasan film karya Robert Flaherty,
Moana(1925), yang mengacu pada kemampuan sebuah media untuk menghasilkan dokumen visual suatu kejadian tertentu.
Grierson sangat percaya bahwa “Sinema bukanlah seni atau hiburan, melainkan suatu bentuk publikasi dan dapat dipublikasikan dengan 100 cara
60 Ilham Zoebazary, Kamus Istilah Televisi dan Film, Jember 2009
berbeda untuk 100 penonton yang berbeda pula.” Oleh karena itu dokumenter pun termasuk didalamnya sebagai suatu metode publikasi sinematik, yang dalam istilahnya disebut “creative treatment of actuality”(perlakuan kreatif atas keaktualitasan).
Karena ada perlakuan kreatif, sama seperti dalam film fiksi lainnya, dokumenter dibangun dan bisa dilihat bukan sebagai suatu rekaman realitas, tetapi sebagai jenis representasi lain dari realitas itu sendiri. Kebanyakan penonton dokumenter di layar kaca sudah begitu terbiasa dengan kode dan bentuk yang dominan sehingga mereka tak lagi mempertanyakan lebih jauh tentang isi dari dokumenter tersebut. Misalnya penonton sering menyaksikan dokumenter yang dipandu oleh voiceover, wawancara dari para ahli, saksi dan pendapat anggota masyarakat, set lokasi yang terlihat nyata, potongan- potongan kejadian langsung dan materi yang berasal dari arsip yang ditemukan.
Semua elemen khas tersebut memiliki sejarah dan tempat tertentu dalam perkembangan dan perluasan dokumenter sebagai sebuah bentuk sinematik.Ini penting ditekankan, karena dalam berbagai hal, bentuk dokumenter sering diabaikan dan kurang dianggap di kalangan film seni karena seakan-akan dokumenter cenderung menjadi bersifat jurnalistik dalam dunia pertelevisian. Bukti-bukti menunjukkan bahwa, bagaimanapun, dengan pesatnya perkembangan dokumenter dalam bentuk pemberitaan, terdapat perubahan. kembali ke arah pendekatan yang lebih sinematik oleh para pembuat film dokumenter akhir-akhir ini.
Dan kini perdebatannya berpindah pada segi estetik dokumenter karena ide kebenaran dan keaslian suatu dokumenter mulai dipertanyakan, diputarbalikkan dan diubah sehubungan dengan pendekatan segi estetik dokumenter dan film-film non-fiksi lainnya. Satu titik awal yang berguna adalah daftar kategori Richard Barsam yang ia sebut sebagai “film non-fiksi”
Daftar ini secara efektif menunjukkan jenis-jenis film yang dipandang sebagai dokumenter dan dengan jelas memiliki ide dan kode etik tentang dokumenter yang sama.61
2.7 Komunikasi massa
Komunikasi Massa (Mass Communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (Surat kabar, Majalah) atau elektronik (Radio, Televisi), yang dikelolah oleh suatu lembaga, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen.
Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak dan selintas (Khususnya media elektronik).62
Kemudian Werner J. Severin dan James W. Tankard Jr., mendefinisikan Komunikasi Massa sebagai sebagian keterampilan, sebagian seni, dan sebagian ilmu. Ia adalah keterampilan dalam pengertian meliputi teknik-teknik tertentu yang secara fundamental dapat dipelajari seperti memfokuskan kamera televisi, mengoperasikan perekam pita atau mencatat ketika berwawancara. Ia adalah
61 http://imamsuryanto.wordpress.com/category/film-dokumenter/
62 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, hal 75
seni dalam pengertian tantangan-tantangan kreatif seperti menulis skrip untuk program televisi, mengembangkan tata letak untuk iklan majalah atau menampilkan teras berita yang memikat bagi sebuah kisah berita. Ia adalah ilmu dalam pengertian meliputi prinsip-prinsip tertentu tentang bagaimana berlangsungnya komunikasi yang dapat dikembangkan dan dipergunakan untuk membuat berbagai hal menjadi lebih baik.63
Sedangkan komunikasi massa secara sederhana dirumuskan oleh Bitner
“Mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people.” (Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang).64
Peranan media massa dalam kehidupan sehari-hari saat ini semakin terlihat nyata dan begitu terasa, karena kebutuhan manusia pun semakin meningkat. Perkembangan teknologi saat ini yang pesat memudahkan kita untuk mendapatkan informasi dari belahan dunia manapun.
Dominasi media massa dalam kehidupan masyarakat tidak saja dalam bentuk perangkat keras semata, melainkan juga dalam bentuk penyajian isi. Isi yang disajikan oleh media sering dibentuk sedemikian rupa, sehinggamenimbulkan rasa percaya khalayak yang mengkonsumsinya.
Ahli komunikasi massa Dennis McQuail mengatakan “Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok
63Onong Uchjana Effendy. Televisi Siaran Teori dan Praktek, Penerbit Mandar Maju. Bandung, 1993. Hal 13-14.
64Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung,1994.
secara kolektif”. Media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan.65
TV adalah paduan radio (Broadcast) dan film (Moving Picture). Para penonton di rumah-rumah tak mungkin menangkap siaran TV, kalau tidak ada unsur-unsur radio. Dan tak mungkin mendapat melihat gambar-gambar yang bergerak pada layar pesawat TV, jika tak ada unsur-unsur film. TV sifatnya langsung. Suatu pesan yang akan disampaikan kepada penonton tidak mengalami proses yang berbelit-belit seperti halnya dengan menggunakan bahan tercetak.66
2.7.1 Media Massa
Sesuai dengan definisinya, komunikasi massa membutuhkan media massa dalam penyampaian pesannya. Media massa dalam cakupan komunikasi massa adalah surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film. Perihal peranan media massa dalam kehidupan manusia dapat dirumuskan secara singkat antara lain :
a) Media massa juga dikenal sebagai media hiburan
b) Media massa membantu mensosialisasikan pribadi manusia
c) Media massa membantu kita untuk menyusun agenda, menyusun jadwal kehidupan sehari-hari
d) Media massa berfungsi membantu untuk berhubungan dengan berbagai kelompok masyarakat lain di luar masyarakat kita
65 Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa, Erlangga, Jakarta, 1989, hal 3
66 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, Edisi Tiga, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007, hal 174
e) Media massa memberikan informasi dan membantu kita untuk mengetahui secara jelas segala ikhwal tentang dunia sekelilingnya kemudian menyimpannya dalam ingatan kita.
f) Media massa digunakan untuk membujuk khalayak yang mencari keuntungan dari pesan-pesan yang diterimanya.67
Hiburan yang diinginkan oleh masyarakat akan terpenuhi dengan adanya kehadiran media massa sebagai alat penyampaian pesan yang semakin beragam dan berkembang. Televisi merupakan salah satu media komunikasi massa yang paling berkembang di dunia karena wujudnya yang berupa audio visual. Oleh karena itu dipembahasan selanjutnya, peneliti akan mengkhususkan pembahasannya pada media televisi.
Media massa memiliki fungsi dan peranan untuk menyampaikan informasi, mendidik, menghibur, dan memberi kontrol sosial, baik kepada masyarakat maupun pemerintah yang sedang berkuasa. Media sesunguhnya memainkan peran khusus dalam mempengaruhi budaya tertentu melalui informasi.
Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (Human Communication). Komunikasi massa adalah alat-alat percetakan (Press Printed) yang menghasilkan surat kabar, majalah, tabloid, buku-buku, brosur dan materi percetakan lainnya. Gejala ini makin meluas pada dasa warsa pertama abad 20, ketika film dan radio mulai digunakan secara luas. Kemudian disusul oleh televisi pada dekade berikutnya. Kini kita sudah memasuki era
67Alo Liliweri, Memahami Peran Komunikasi Massa Dalam Masyarakat, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991.
telekomunikasi, komunikasi dan informasi dengan menggunakan sistem satelit ruang angkasa, serat optik dan jaringan komputer muncul media online (Media Dotcom)68. Peran media sangat penting karena menampilkan sebuah cara dalam menampilkan realita.
Oleh karena itu, keempat peranan media tersebut dapat dijadikan acuan bagi media dalam menyajikan informasi atau hal apapun kepada masyarakat, sebab segala sesuatu yang disajikan media secara tidak langsung dapat membentuk ataupun menentukan persepsi masyarakat atas sesuatu yang ia serap dari media. Di era globalisasi ini Media sudah banyak mengalami perkembangan. Dalam Seven Big Mass Media yang terdiri dari Televisi, Radio, Internet, Cetak, Film, DVD/VCD/rekaman, dan Mobile Phone. Salah satu bentuk media massa adalah Televisi. Saat ini Televisi sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat oleh karenanya dalam menyajikan berita atau informasi, media memiliki tanggung jawab kepada masyarakat mengenai fakta dari topik yang sedang disiarkan.
2.8 Observasi
Observasi adalah pencarian data dengan melakukan pengamatan terhadap objek dan subjek yang hendak kita angkat dalam film dokumenter.
Prinsip penting dalam observasi adalah kita harus selalu berfikir terbuka terhadap apapun yang kita amati. Observasi sendiri bisa berupa observasi berjarak, dengan objek dan subjek yang hendak diangkat maupun obsevasi
68Wiryanto. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta. Grasindo.
terlibat, dimana kita bersifat partisipan dalam interaksi sosial dengan objek dan subjek yang hendak kita angkat69. Mengapa kita harus berinteraksi dengan subjek? Karena film dokumenter yang akan dibuat adalah film yang menggambarkan atau kisah hidup dari narasumber yang berkaitan / subjek.
Maka diperlukannya untuk berkomunikasi antara Director dengan Narasumber tersebut agar visualisasinya terjaga.
2.9 Wawancara
Wawancara dilakukan dengan melakukan sesi tanya jawab dengan narasumber. Umumnya narasumber yang diwawancarai adalah narasumber yang dianggap memiliki pengetahuan atau kompetensi pada bidang yang hendak kita angkat dalam film dokumenter. Dengan kata lain, pemilihan narasumber lebih didasarkan pada tujuan produksi film dokumenter. Safiya McClinton, seorang produser film dokumenter menyatakan bahwa wawancara adalah cara terbaik dalam riset film dokumenter. Menurutnya langkah terbaik dalam praproduksi film dokumenter adalah dengan membawa camcorder, kemudian kita mewawancarai sebanyak-banyaknya informan tersebut. Informan pertama yang harus didatangi adalah dengan narasumber primer, kemudian berlanjut dengan narasumber lainnya.
Tahapan dalam wawancara adalah : a. Riset
b. Persiapan wawancara
69 Junaedi, Fajar. Membuat Film Dokumenter. 2011. Yogyakarta. Lingkar Media. hlm 14
c. Wawancara70 2.10 Narasi
Narasi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam sebuah tulisan yang rangkaian peristiwa dari waktu ke waktu dijabarkan dengan urutan awal, tengah, dan akhir. Narasi ekspositorik adalah narasi yang memiliki sasaran penyampaian informasi secara tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas pengetahuan orang tentang kisah seseorang.
Dalam narasi ekspositorik, penulis menceritakan suatu peristiwa berdasarkan data yang sebenarnya. Pelaku yang ditonjolkan biasanya, satu orang. Pelaku diceritakan mulai dari kecil sampai saat ini atau sampai terakhir dalam kehidupannya. Karangan narasi ini diwarnai oleh eksposisi, maka ketentuan eksposisi juga berlaku pada penulisan narasi ekspositprik. Ketentuan ini berkaitan dengan penggunaan bahasa yang logis, berdasarkan fakta yang ada tidak memasukan unsur sugestif atau bersifat objektif71.
70 Junaedi, Fajar (2011). Membuat Film Dokumenter. Yogyakarta. Lingkar Media. hlm 15, 71, 72.
71 http://id.m.wikipedia.org/wiki/Narasi