• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan memiliki kualitas tinggi apabila dapat memenuhi spesifikasi yang. dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dikatakan memiliki kualitas tinggi apabila dapat memenuhi spesifikasi yang. dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring perkembangan zaman yang terus menawarkan berbagai pilihan produk. Kualitas menjadi kriteria penting dalam memilih suatu produk. Produk dikatakan memiliki kualitas tinggi apabila dapat memenuhi spesifikasi yang diinginkan konsumen. Tjiptono (2012) menyatakan bahwa kualitas merupakan sebuah kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.

Kualitas baik diharapkan menambah penjualan produk dan meningkatkan brand image perusahaan. Ahyari (2012) menyatakan bahwa kualitas merupakan

suatu aktivitas menjaga dan mengarahkan agar kualitas produk dan jasa perusahaan dapat dipertahankan sebagaimana yang telah direncanakan. Kualitas baik meningkatkan nilai yang diberikan produk kepada pelanggan.

Kualitas yang baik juga memberikan peluang konsumen menjadi lebih puas dan loyal. Munjiati (2015) kepuasan pelanggan akan tercapai apabila kualitas produk yang diberikan sesuai dengan kebutuhan. Kualitas membuat persaingan semakin baik karena para pesaing akan berlomba membuat produk berkualitas tinggi agar bertahan dalam persaingan. Heizer dan Render (2015) kualitas adalah keseluruhan fitur dan karakteristik sebuah produk atau jasa yang mengandalkan pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dijanjikan dan tersirat.

Perkembangan industri konveksi sangat pesat seiring peningkatan jumlah

(2)

penduduk. Pakaian merupakan kebutuhan primer setiap individu untuk melindungi dan menutup dirinya. Menurut Ridwan (2017) seiring perkembangan kehidupan manusia, pakaian juga digunakan sebagai simbol status, jabatan, ataupun kedudukan seseorang yang memakainya.

Perkembangan jenis-jenis pakaian bisa berbeda sesuai dengan adat-istiadat, kebiasaan, dan budaya yang memiliki ciri khas masing-masing. Industri konveksi tersebar di berbagai daerah Indonesia. Industri konveksi merupakan sebuah usaha produksi pakaian masal seperti kemeja, kaos, jaket, celana, dan lain sebagainya.

Jerusalem (2012) konveksi adalah usaha bidang busana besar-besaran atau secara massal dalam banyak literatur.

Industri konveksi dituntut memberikan perhatian penuh terhadap kualitas produk agar bertahan dalam persaingan. Persaingan bertujuan merebut hati konsumen dengan menawarkan jasa dan produk yang menarik. David (2011) mendefinisikan persaingan sebagai apa pun yang perusahaan lakukan lebih baik dibandingkan perusahaan pesaing.

Level skala usaha Industri konveksi terdiri dari 2 jenis. Andy (2020) konveksi skala besar disebut dengan istilah pabrik garmen. Pabrik garmen menggunakan banyak sekali tenaga kerja dan penjualannya sering menembus pasar internasional. Industri dalam skala kecil disebut dengan istilah home industry atau UMKM. UMKM tidak banyak menggunakan tenaga kerja dan melayani jumlah pemesanan jahit pakaian dalam partai kecil. UMKM Shaka Store adalah sebuah toko yang berada di Jalan Pelita No 23 Tamansari, Kabupaten Bondowoso. Toko

(3)

ini menjual berbagai macam produk pakaian yang sebagian produknya di produksi sendiri oleh pihak konveksi shaka store seperti kaos, kemeja, topi, dan lain sebagainya.

UMKM Shaka Store berdiri sejak tahun 2015 dan telah menyuplai hasil produksinya ke beberapa toko pakaian di daerah Jember dan Banyuwangi. Menurut data kompas (2020) Menteri Tenaga Kerja Ida Fauziah menyatakan UMKM berperan penting meningkatkan perekonomian nasional dan menciptakan lapangan kerja masyarakat sekitar. UMKM Shaka Store memproduksi lebih dari 1000 pakaian setiap tahunnya namun masih terdapat beberapa kecacatan pada proses produksinya.

Kecacatan yang terjadi diantaranya adalah kecacatan proses pemotongan kain, proses penyablonan, hingga pada proses penjahitan. UMKM ini memerlukan penangan yang tepat guna mengurangi tingkat kecacatan yang terjadi agar mendapatkan kepercayaan konsumen dan laba lebih banyak. Perusahaan konveksi di Kabupaten Bondowoso saat ini semakin banyak dan beragam. Kualitas menjadi pertimbangan utama bagi seorang konsumen dalam memenuhi kebutuhannya, hal ini karena pada era globalisasi seperti sekarang ini jumlah produk sejenis yang beredar di pasaran sangat banyak dan rata-rata produk tersebut memiliki harga dan fungsi dasar yang sama. Jadi, satu-satunya dimensi yang dapat digunakan untuk membedakan produk sejenis tersebut adalah kualitas produk tersebut.

Standarisasi produk kaos combed UMKM Shaka Store harus tercapai agar dapat bersaing diantara ketatnya perusahaan raksasa yang ada. Setidaknya dalam

(4)

setahun terdapat kecacatan produk yang melebihi batas toleransi UMKM yang terdata seperti pada tabel 1.1 berikut:

Tabel 1.1

Data Produk Kaos Combed Dan Produk Cacat UMKM Shaka Store Tahun 2020

Bulan Jumlah produksi

Cacat pemotongan

kain

Cacat sablon

Cacat penjahitan

Jumlah kecacatan

Presentase kecacatan

Januari 240 4 8 8 20 8,3%

Februari 240 5 7 6 18 7,5%

Maret 480 10 12 12 34 7,1%

April 480 9 11 15 35 7,2%

Mei 480 10 12 10 32 6,6%

Juni 240 4 6 8 18 7,5%

Juli 240 5 8 7 20 8,3%

Agustus 240 5 8 8 21 8,7%

September 240 8 5 6 19 7,9%

Oktober 480 10 12 18 40 8,3%

November 480 9 10 11 30 6,2%

Desember 480 15 15 9 39 8,1%

Jumlah 4320 94 114 118 326

Rata-Rata Produk Cacat Tahun 2020 7,5%

Batas Toleransi Perusahaan 5%

Sumber: Data Produksi UMKM Shaka Store 2020

Berdasarkan Tabel 1.1, dapat diketahui data produksi kaos combed dan produk cacat pada UMKM Shaka Store selama Januari sampai Desember 2020 terdapat beberapa kerusakan yang terjadi selama kegiatan produksi. UMKM Shaka Store memproduksi 4320 kaos combed dengan kerusakan sebesar 326 kaos combed. UMKM ini memerlukan pengendalian kualitas agar kualitas yang dihasilkan bisa memenuhi kebutuhan konsumen. Karena dalam proses produksinya masih terdapat produk yang belum memenuhi batas toleransi standar kualitas yang ditentukan oleh perusahaan yaitu 5% dari total produksi dalam tahun tersebut.

(5)

Dampak yang terjadi akibat dari kecacatan produk kaos combed UMKM Shaka Store adalah kerugian perusahaan dan kepuasan konsumen.

Berdasarkan hasil penelitian Yovita (2018) mengenai Pengendalian Kualitas Dengan Menggunakan Metode Seven Tools Dan FMEA Di CV.Babypro Jakarta menyatakan pada diagram pareto menunjukan jenis cacat terbanyak adalah cacat obras. Diagram sebab-akibat menggambarkan 4 faktor jenis kecacatan yaitu faktor bahan baku, faktor tenaga kerja, faktor lingkungan, dan faktor mesin.

Sedangkan pada FMEA terdapat 5 penyebab utama dari permasalahan di CV.

Babypro dan penyebab yang menjadi prioritas utama adalah pekerja lalai dan ceroboh saat obras. Rekomendasi yang diberikan adalah menambah operator baru yang terampil.

Hasil penelitian Ahmad (2019) mengenai Analisis Pengendalian Kualitas Produk Celana Di PT.Alpina Menggunakan Peta Kendali Dan FMEA menunjukan bahwa tidak ada proporsi cacat yang keluar dari batas toleransi. Jenis cacat yang mempengaruhi produksi celana di PT. Alpina adalah benang terbuka, resleting macet dan noda. Penyebab cacat karena faktor manusia. Rekomendasi yang diberikan adalah dengan mengganti operator baru yang terampil.

Penelitian Marissa (2017) mengenai Implementasi Pengendalian Kualitas Produk Sepatu Wanita Menggunakan Metode FMEA Dan FTA Pada Home Industri Vielin Creation Bandung menunjukan bahwa terdapat 5 faktor penyebab cacat yaitu faktor manusia, metode, bahan baku, mesin, dan lingkungan. Hasil implementasi metode FMEA dan FTA didapatkan dua mode kegagalan dengan nilai

(6)

kritis 100 yaitu mesin sering macet dan lem tidak merekat sempurna dengan rpn 180 lalu diolah menggunakan metode FTA dan didapatkan 5 akar penyebab kemudian diberikan usulan perbaikan dari 5 akar penyebab tersebut.

Pada penelitian Bayu (2015) mengenai Analisis Pengendalian Kualitas Dengan Menggunakan Failure Mode Error Analysis (FMEA) Pada Divisi Sewing PT. Pisma Garment Indo menunjukan bahwa Jenis cacat yang paling tinggi pada divisi sewing yaitu jenis cacat run of stitch. Diagram sebab-akibat menggambarkan faktor penyebab kecacatan yaitu manusia, bahan baku, metode, dan lingkungan.

Berdasarkan metode FMEA perusahaan perlu memperhatikan faktor manusia dalam hal operator sewing.

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu dan uraian latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengendalian Kualitas Produk Umkm Shaka Store Di Kabupaten Bondowoso”

B. Batasan Masalah

Berdasarkan penulisan latar belakang dan perumusan masalah diatas, penulis menetapkan batasan masalah agar terfokus pada bahasan penelitian.

sehingga penelitian ini dapat mencapai tujuannya serta mendapatkan data yang dibutuhkan sesuai dalam penelitian. Maka dari itu, batasan masalah dalam penelitian ini adalah pengendalian kualitas pada produk kaos combed UMKM Shaka Store mulai dari Januari sampai Desember tahun 2020.

(7)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Jenis kecacatan apa yang harus di perhatikan UMKM Shaka Store?

2. Apa penyebab kecacatan produk kaos combed UMKM Shaka Store?

3. Bagaimana cara mengatasi dan menekan angka kecacatan produk kaos combed UMKM Shaka Store?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan perusahaan berdasarkan uraian latar belakang diatas adalah

1. Untuk mengetahui dan menganalisis jenis kecacatan tertinggi produk kaos combed UMKM Shaka Store.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis penyebab kecacatan produk kaos combed UMKM Shaka Store.

3. Untuk mengetahui solusi mengatasi kecacatan produk kaos combed UMKM Shaka Store.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini untuk membantu dalam pengambilan keputusan.

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi UMKM Shaka Store, khususnya UMKM Shaka Store agar lebih baik dalam evaluasi serta perbaikan mengenai pengendalian kualitas produk.

(8)

2. Diharapkan pada peneliti selanjutnya agar dapat menambah wawasan, pengetahuan serta kemampuan dalam mengaplikasikan ilmu manajemen terutama di bidang manajemen operasional selama menempuh studi perkuliahan dan diharapkan dapat memecahkan permasalahan nyata di lapangan, khususnya dalam mengatasi permasalahan di bidang pengendalian kualitas.

Referensi

Dokumen terkait

szeptember 18: Tankó Albert csikszentgyörgyi plébános és Mászáros Antal gyergyói esperes leve Kovács Miklós

 KDB ditetapkan 70%  KLB maksimal 2,8 - 3,2  KDH 10 %  GSB Minimum 2/5 dari lebar Ruang Milik Jalan (Rumija)  Tinggi Bangunan(TB ) Maksimal 16 m •

Dalam penelitian ini, yang dimaksud Biology Smart Comics adalah komik yang digunakan sebagai media pembelajaran pada materi pencemaran lingkungan yang dikemas semenarik mungkin

Di PT INTI khususnya pada Divisi Human Capital Management yang bertugas dan bertanggung jawab dalam mengelola seluruh sumber daya manusia, Atasan selalu

Sehingga dapat disimpulkan bahwa LKPD berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) yang dikembangkan menggunakan model ADDIE layak digunakan sebagai bahan ajar

1A+. 'ata #@%"U'CCN merupakan penebutan resmi untuk menun)uk #embukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Istilah lain ang dipakai

Gambar 4.4 Distribusi temperatur maksimal pada bagian shell skirt junction saat akhir pemanasan awal coke drum tanpa hot box

Kemampuan ice breaking tidak sekedar menjalankan permainan-permainan, namun juga penting untuk memilih kata-kata yang menarik dan tepat untuk menciptakan peserta yang