!
" #$ %! &'$
#"%
( &
&
! &'$
#"%
(
) &
) ! &'$
* + ,
!
" #$ %! &'$
#"%
!" # $ % &' ($ ) ' &%(
!
*+,-. $ )' &%(
!!
*+,-.
$ ) '
/ 0
1 2 3 $ % &' ($ )' &%(
/ 0 4 5 1 ) 5
*+,-$ % &' ($ )' &%(
*+,-.
Segala puji dan syukur Saya panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah Nya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas – tugas dan memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh keahlian dalam bidang Obstetri dan Ginekologi. Sebagai manusia
biasa Saya menyadari bahwa tesis ini banyak kekurangannya dan masih jauh dari
sempurna, namun demikian besar harapan Saya kiranya tulisan sederhana ini dapat
bermanfaat dalam menambah perbendaharaan bacaan khususnya tentang :
“
”
Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah Saya menyampaikan rasa
terima kasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya kepada yang terhormat :
1.
Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H (CTM&H),
SpA (K) dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. dr.
Gontar Alamsyah Siregar, SpPD (KGEH), yang telah memberikan
kesempatan kepada Saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter
Spesialis di Fakultas Kedokteran USU Medan
2.
Ketua Departemen Obstetri dan Ginekologi FK USU Medan, Prof.dr. Delfi Lutan, MSc,
SpOG (K); Sekretaris Departemen Obstetri dan Ginekologi FK USU Medan, Dr. dr. M.
Fidel Ganis Siregar, M. Ked(OG), SpOG (K); Ketua Program Studi Dokter Spesialis
Obstetri dan Ginekologi FK USU Medan, dr. Henry Salim Siregar, SpOG (K);
Sekretaris Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK USU Medan,
dr. M. Rhiza Z. Tala, M.Ked(OG), SpOG (K); Prof. dr. M. Jusuf Hanafiah, SpOG (K);
dr. Hamonangan Hutapea, SpOG (K); Prof. dr. R. Haryono Roeshadi, SpOG (K); Prof.
dr. T. M. Hanafiah, SpOG (K); Prof. dr. Budi R. Hadibroto, SpOG (K); Prof. dr. M.
Fauzie Sahil, SpOG (K); Prof. dr. Daulat H. Sibuea, SpOG (K); yang telah
bersama sama berkenan menerima Saya untuk mengikuti pendidikan dokter
spesialis di Departemen Obstetri dan Ginekologi.
3.
Khususnya kepada Prof. Dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG (K); Prof. dr. R. Haryono
Roeshadi, SpOG (K); dr. Zulkarnaini Tala, SpOG; dr. M. Rhiza Z. Tala, M. Ked(OG),
SpOG (K) yang telah banyak sekali membantu Saya pada waktu memasuki dan
mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di Departemen Obstetri dan Ginekologi
FK USU. Semoga Allah SWT membalas kebaikan budi mereka tersebut.
4.
dr. Ichwanul Adenin, M. Ked(OG), SpOG (K) dan dr. Henry Salim Siregar, SpOG(K)
selaku pembimbing tesis Saya, bersama dr. Herbert Sihite, SpOG; dr. M. Rhiza Z. Tala,
M. Ked(OG), SpOG (K); dan dr. Sarah Dina K, M. Ked(OG), SpOG (K), selaku
penyanggah dan nara sumber yang penuh dengan kesabaran telah meluangkan waktu
yang sangat berharga untuk membimbing, memeriksa, dan melengkapi penulisan tesis
ini hingga selesai.
5.
Ketua Divisi Fertilitas Endokrinologi dan Reproduksi dr. Ichwanul Adeni n,
M.Ked(OG),Sp OG (K) yang tel ah m engizi nkan S a ya untuk melakukan
penelit ian t ent ang
6.
Khususnya kepada Dr. Binarwan Halim, M. Ked.(OG), SpOG (K) dan Staf Halim
Fertility Centre Medan yang telah memberikan ide dan mengizinkan untuk melakukan
penelitian di Halim Fertility Centre Medan.
7.
d r . R i sm a n F. K a b an , M . K ed ( O G ), S p O G s el a ku B a p ak An gk a t S a ya
s e l am a m e nj al a ni m a s a pendidikan, yang telah banyak mengayomi,
pendidikan.
8.
dr. Makmur Sitepu, M. Ked(OG), SpOG (K) selaku pembimbing minirefarat
Fetomaternal Saya yang berjudul:
!
; kepada dr. Binarwan
Halim, M. Ked(OG), SpOG (K) selaku pembimbing minirefarat Fertilitas Endokrinologi
dan Reproduksi Saya yang berjudul:
"
# "
kepada dr. Sarah Dina,
M. Ked(OG), SpOG (K) selaku pembimbing minirefarat Onkologi Ginekologi Saya
yang berjudul:
$
#
% &
&
#
" ' (
.
9.
Kepada dr. Surya Dharma, MPH, yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk
membimbing Saya dalam penyelesaian uji statistik tesis ini.
10.
Seluruh Staf Pengajar Departemen Obstetri dan Ginekologi FK USU Medan,
yang secara langsung telah banyak membimbing dan mendidik Saya sejak awal
hingga akhir pendidikan. Semoga Allah SWT membalas budi baik guru guru Saya
tersebut.
11.
Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan dan sarana
kepada Saya untuk bekerja sama selama mengikuti pendidikan di Departemen Obstetri
dan Ginekologi.
12.
Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan, dr. Amran Lubis, SpJP; dan Kepala SMF Obstetri
dan Ginekologi RSUD. Dr. Pirngadi Medan dr. Rushakim Lubis, SpOG; Wakil SMF
Obgin RSPM dr. Syamsul A. Nasution, SpOG (K); Ketua koordinator PPDS Obgin
RSUD Dr. Pirngadi Medan dr. Sanusi Piliang, SpOG; Ketua Komite Penelitian di RSUD
Dr. Pirngadi Medan dr. Fadjrir, SpOG beserta staf yang telah memberikan kesempatan
dan sarana kepada Saya dalam bekerja selama mengikuti pendidikan di Departemen
Obstetri dan Ginekologi. Dan kepada dr. John S. Khoman, SpOG (K), terima kasih
banyak atas segala nasehat, arahan, dan bimbingannya kepada Saya selama bertugas di
13.
Direktur Rumkit TK. II Puteri Hijau KESDAM II/BB Medan dan Kepala SMF Obstetri
dan Ginekologi Rumkit TK. II Puteri Hijau KESDAM II/BB Medan Dr. Gunawan
Rusuldi, SpOG beserta staf yang telah memberi kesempatan dan sarana serta bimbingan
selama Saya bertugas di Rumah Sakit tersebut.
14.
Direktur Rumah Sakit Umum PTPN II Tembakau Deli; dr. Sofyan Abdul Ilah, SpOG dan
dr. Nazaruddin Jaffar, SpOG (K) beserta staf yang telah memberikan kesempatan dan
bimbingan selama Saya bertugas menjalani pendidikan di rumah sakit tersebut.
15.
Direktur RSU Haji Medan dan Kepala SMF Obstetri dan Ginekologi RSU Haji Medan
dr. Muslich Perangin angin, SpOG beserta staf yang telah memberi kesempatan dan
sarana serta bimbingan kepada Saya selama bertugas di Rumah Sakit tersebut.
16.
Direktur RSU Sundari Medan dan Kepala SMF Obstetri dan Ginekologi RSU Sundari
Medan dr. H. M. Haidir, MHA, SpOG dan Ibu Sundari, Am.Keb beserta staf yang telah
memberi kesempatan dan bimbingan selama Saya bertugas di rumah sakit tersebut.
17.
Direktur RSUD Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas beserta staf yang telah memberikan
kesempatan untuk bekerja dan memberikan bantuan moril selama Saya bertugas di Rumah
Sakit tersebut.
18.
Ketua Departemen Anestesiologi dan Reanimasi FK USU Medan beserta staf, atas
kesempatan dan bimbingan yang telah diberikan selama Saya bertugas di Departemen
tersebut.
19.
Ketua Departemen Patologi Anatomi FK USU beserta staf, atas kesempatan dan
bimbingan yang telah diberikan selama Saya bertugas di Departemen tersebut.
20.
Bupati Kabupaten Bintan; Wakil Bupati Kabupaten Bintan; Sekda Kabupaten Bintan;
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan; dan Kepala Badan Kepegawaian Daerah
Kabupaten Bintan atas kesempatan tugas belajar dan beasiswa kepada Saya, sehingga
Saya dapat mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di Departemen Obstetri dan
21.
Laboratorium Klinik Thamrin Medan beserta staf yang telah membantu Saya dalam
suksesnya penelitian ini
22.
Kepada senior senior Saya, dr. Rachma B. Panjaitan, SpOG; dr. David Leo Ginting,
SpOG; dr. Nismah Situmorang, SpOG, dr. Juni Hardi Tarigan, SpOG; dr. Abdul Hadi,
SpOG; dr. David Luther, M. Ked(OG), SpOG; dr. Muara P. Lubis, M. Ked(OG),
SpOG; dr. Sukhbir Singh, SpOG; dr. Ferry Simatupang, SpOG; dr. Dessy S. Hasibuan,
SpOG; dr. Yusmardi, SpOG; dr. Dwi Paradina, M. Ked(OG), SpOG; dr. Riza H, SpOG;
dr. M. Rizky Yaznil, M. Ked(OG), SpOG; dr. T. Johan A, M. Ked(OG); dr. Tigor PH,
M. Ked(OG); dr. Elvira MS, M. Ked(OG), SpOG; dr. Hendry AS, M. Ked(OG); dr.
Riske EP; dr. Heika NS, M. Ked (OG), SpOG; dr. Janwar S, M. Ked(OG), SpOG; dr.
Irwansyah P, M. Ked(OG), SpOG; dr. Ulfah W.K., M. Ked(OG), SpOG; dr. Ali Akbar,
M. Ked(OG), SpOG; dr. Arjuna S, M. Ked(OG), SpOG; dr. Ismail Usman, M.
Ked(OG); dr. Aries. Saya berterima kasih atas segala bimbingan, bantuan dan
dukungannya yang telah diberikan selama ini.
23.
Kepada sejawat seangkatan periode 2008: dr. Robby Pakpahan, dr. Meity Elvina, M.
Ked(OG), dr. M. Yusuf, dr. Dany Ariyani, dan dr. Fatin Atifa terima kasih untuk
kebersamaan dan kerjasamanya sejak dari awal hingga sekarang selama pendidikan
24.
Tim jaga yang kompak dr. Nureliani Amni, dr. Hamima Nurul Adisty, M. Ked(OG), dr.
Hendrik Tarigan Tua, dr. Dina Kusuma, dr. Imran Porkas Lubis; terima kasih atas
kebersamaan kita selama ini, kenangan indah ini akan Saya ingat selamanya.
25.
Rekan rekan PPDS yang sangat baik dr. Sri Damayana; dr. Ferdiansyah Putra; dr. Morel
S; dr. Eka; dr. Rizky; dr. Pantas S; dr. Arief S; dr. Edy R; dr. Abdur Rohim; dr. Kiko M;
dr. Ika S; dr. Chandran; dr. Anindita; dr. Wahyu Wibowo; dr. Novrial; dr. Rahmanita; dr.
Alfred; dr. Reni; dr. Erwin; dr. Apriza; dr. Yufi; dr. Arvitamuryani; dr. Jesurun; dr. S.
Djaganata; dr. Wahyu; dr. Indra; dr. Reni J, dr. Tri Sugeng H, dr. Eva M; dr. Adrian S;
dr. Aurora; dr. Heikal; dr. Putra; dr. Irsyad; dr. Ahmad Syafik, dr. Abdul Ghafur; dr.
Yusrizal; dr. Tony Simarmata; dr. Iman Syahputra, dr. Irfan Hamidi, dr. Azano Syahriza,
26.
Seluruh teman sejawat PPDS yang tidak dapat Saya sebutkan satu persatu, terima kasih
atas kebersamaan, dorongan semangat dan doa yang telah diberikan selama ini
27.
Kepada almh. lbu Hj. Asnawati Hsb, Ibu Hj. Sosmalawaty, Ibu Zubaedah, Mimi, dan
seluruh Pegawai di lingkungan Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP H. Adam
Malik Medan terima kasih atas bantuan dan dukungannya
28.
Dokter Muda, Bidan, Paramedis, karyawan/karyawati, serta para pasien di Departemen
Obstetri dan Ginekologi FK USU/RSUP. H. Adam Malik RSUD Dr. Pirngadi Medan,
RS. Haji Medan, RS. Sundari yang dari padanya Saya banyak memperoleh pengetahuan
baru, terima kasih atas kerja sama dan saling pengertian yang diberikan kepada Saya
sehingga dapat sampai pada akhir program pendidikan ini.
Tiada kata yang dapat Saya ucapkan selain rasa syukur kepada Allah SWT dan
sembah sujud serta terima kasih yang tidak terhingga Saya sampaikan kepada kedua
orang tua Saya yang sangat Saya cintai, Ayahanda
) "
(
dan Ibunda
(
("
) *
(
+ '!%,
yan g
t el ah
m em b esa rk an,
m em b i m b i n g,
mendoakan, serta mendidik Saya dengan penuh kesabaran dan kasih sayang dari sejak
kecil hingga kini, memberi contoh yang baik dalam menjalani hidup serta memberikan motivasi
dan semangat kepada Saya selama mengikuti pendidikan ini.
Sembah sujud, hormat dan terima kasih yang tidak terhingga juga Saya sampaikan dan
ucapkan kepada Bapak mertua
(( % + '!,
, dan ibu mertua
-*
. %
, yang telah banyak
membantu, mendoakan, dan memberikan dorongan dan perhatian kepada Saya selama mengikuti
pendidikan ini.
Buat istriku yang tercinta dan tersayang,
# (*
/
#
tiada kata yang
yang terindah yang dapat Saya ucapkan selain rasa syukur kepada Allah SWT Yang
Maha Pengasih dan Penyayang, yang telah memberikan Saya seorang istri yang baik
dan pengertian. Terima kasih atas kesabaran, dorongan semangat, pengorbanan, semua
bantuan dan doa yang diberikan kepada Saya hingga dapat menyelesaikan pendidikan
Buat dua orang buah hatiku yang kucintai dan kusayangi; ananda tercinta
#
0 ' %
( #
!!
0 '
(
yang merupakan inspirasi dan
pendorong motivasi serta pemberi semangat untuk menyelesaikan pendidikan ini.
Kepada Kakanda : Suryani br. Ginting, Rosmawati br. Ginting, Roslina br.
Ginting, Nurlina br. Ginting, Nasaruddin Ginting, dan Nasib Ginting terima kasih atas
bantuan, dorongan semangat dan doa kepada Saya selama menjalani pendidikan .
Akhirnya kepada seluruh keluarga handai tolan yang tidak dapat Saya sebutkan
namanya satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang telah banyak
memberikan bantuan, baik moril maupun materil, Saya ucapkan banyak terima kasih
yang telah banyak memberikan bantuan, dukungan dan doa, Saya ucapkan terima kasih yang
sebesar besarnya.
S e m o ga A l l a h S W T s e n an t i as a m em b e r i k an r a hm at d a n hi d a ya h N ya
k e p a d a ki t a semua.
Amin Ya Rabbal ’Alamin
Medan, Januari 2013
i iii
i ii i
! ! "
# $%& !$! $ $
' ( $ $
) * $ $
+
* $!$ ,
- . . ,
# . $ $! ,
' $ &!$! ,
) $! $%$/ $ / ,
, , ,
# % 1 $ $
# # &% !$ % $ $
# ' ! %
# ) $ $ $ $
# 2 $ $ $
# 3 $ $
# 4 5 $ . $ $
# 6 $ $
# 7 ! ,% !$&
# $!$! $! $
5
5
) !$ %
)
5
+ 8 ,
+
+
# ,
' + ,
!
"
#
$%&' (
(
!
)
*
&
!
+
"
,- !
.!
)
&
!
( !
(
/
!
*
+
/
!
(
"
0$
1
!
2
!!3 . 4
.
*
$'5
$
'
&
!
56
!
'
$
7
&
!
(
0
8 $ !
8
/
8
/8 (
9
)
!
'
$
7
&
!
(
&
! 6
(
!
!
(
/
!
$
7
&
!
!
&
(
&
! 6
(
(
/
!
$
7
&
!
!
!
(
/ $
7
&
!
*
!
&
(
&
! 6
(
(
' !
/ $
7
&
!
*
!
!
(
9
$
7
&
!
"
!
&
(
&
! 6
(
(
9
$
7
&
!
)
!
/ ! & ! $ 7& !
!
#
!
(
& !
$
7
&
!
#+
!
#
&
(
' (
&
! 6
( $
(
& !
$/: '
:
,
;
(
4
4
4
52&,%$
;
(
5<4
( &,%$ $ 4
.
6&
;
-
4 6
&-
.
&%
;
!
;
(
$
;
4
$ 4
.
( 4 1
( 4
/
;
(.
/ ( <
,
;
,
!
(
!
.
!
,5
;
,- !
.! 5
,5 &
;
,- !
.! 5
&
,
;
,
,
;
,
(
-.
5 2$
;
-.(
(
$ !
-;
-.(
;
!!
5$
5
;
5
$ 4
.
( 4
( 5
!
.
5
;
5
'20$0
;
!
' (
0 1
$
0
6
;
-
. 6
6
;
4 6
$6
;
$
1 !
/ 6
;
/
(
. 6
/
2
;
/
! 26
3 -
4
2
/
;
/
(
! 4
!
4
/
;
/
!
4
6 6
;
6 3
. 6
6
;
6
=
&'
;
4 1
( &
'
&
;
4
!
!.4
( &
/
;
4
4 /
:/,
;
:
! /
% ,- !(
! -
(
1 !
&,%$
;
& !.4.
4 %1
. $. (
&/ '
;
&-
-
(.! /
!
'
&'
;
&
'
&& $
;
&
&
( (
$
!
$
;
$ <
(
!
!
$%&'
;
$ (
%1
& !
$ 2 /
;
$4 1
4
/
,
;
! ,- !
!
;
!
(
>6 6
;
> . 6 3
. 6
9,
;
9
, 4
4
9 %
;
9
!(
! - %
9
;
9
2 2
xiv
! " # $ % &'()
!
*
*
!
+
"#"
!
,
-
.
/0#$
1 2
3
*
$
!
*
-
-
4
4
4
!
%
&
# !
56
*
&'') !
.
! "
#
&'(&+ *
3 3
4
! +
,
,
('
(& .
-
,
7
+
-+
$ !
56
*
)6
/89 :;2
<
/(9;2
3
,
&9
/9& (;2
)9
/5: 8;2+ =
,
!
/0#$
1 2
-
,
3
,
-3
,
3
,
1
/ >' '52+
,
7
,
4
3
,
-
3
,
/ >' '52+
$ '("
!
=
,
!
+
xv
&
*
&
+ &
*
&
- 4 # 4 - $ - ! 4 4 !
- 4 ! 4 ! 4 ! - # 4
! " # $ % &'()
) ,"
!
. 4
3 , *"
,
4
4
4,
!
4
!
# ) - !
?
4
3
-
4
!
/0#$
1 2
. 4
3 , *"
$
!
?,
! 3
4
4
! 4
4
4
4, 3 , 4
4
+
%, !
- !
*"
. 4
&'')
4
,
,
! "
"
4 3
-# !
4
&'(&+ ?,
. 4
3
3
@
-
,
!
+ A
3
-
- (' (& ,
-
3
,
@
-
-
-
4
7
4
+ =
!
3
4
4
,
4
3
-
3 ,
4
!
+
$" $!
=-
!B
56
. 4
3 , *"
!
3
)6
. 4
/89 :;2
4
<
. 4
/(9;2
3
,
!
&9
. 4
/9& (;2
4
!
)9
. 4
/5: 8;2+
- 4
4
3
,
3
!
4
!
/0#$
1 2 3,
-
!
3
. 4
3,
3
3
,
4
!
4
. 4
3,
3
3
,
4
!
/ >' '52+
. 4 3,
3
3
,
4
!
3
3 ,
, ,
-
!
4 !
3
- 7 4
. 4
3, 3
3
,
4
!
/ >' '52+
&, ) "$ , !
?,
3
- 4
,
3
!
4
!
+
xiv
! " # $ % &'()
!
*
*
!
+
"#"
!
,
-
.
/0#$
1 2
3
*
$
!
*
-
-
4
4
4
!
%
&
# !
56
*
&'') !
.
! "
#
&'(&+ *
3 3
4
! +
,
,
('
(& .
-
,
7
+
-+
$ !
56
*
)6
/89 :;2
<
/(9;2
3
,
&9
/9& (;2
)9
/5: 8;2+ =
,
!
/0#$
1 2
-
,
3
,
-3
,
3
,
1
/ >' '52+
,
7
,
4
3
,
-
3
,
/ >' '52+
$ '("
!
=
,
!
+
xv
&
*
&
+ &
*
&
- 4 # 4 - $ - ! 4 4 !
- 4 ! 4 ! 4 ! - # 4
! " # $ % &'()
) ,"
!
. 4
3 , *"
,
4
4
4,
!
4
!
# ) - !
?
4
3
-
4
!
/0#$
1 2
. 4
3 , *"
$
!
?,
! 3
4
4
! 4
4
4
4, 3 , 4
4
+
%, !
- !
*"
. 4
&'')
4
,
,
! "
"
4 3
-# !
4
&'(&+ ?,
. 4
3
3
@
-
,
!
+ A
3
-
- (' (& ,
-
3
,
@
-
-
-
4
7
4
+ =
!
3
4
4
,
4
3
-
3 ,
4
!
+
$" $!
=-
!B
56
. 4
3 , *"
!
3
)6
. 4
/89 :;2
4
<
. 4
/(9;2
3
,
!
&9
. 4
/9& (;2
4
!
)9
. 4
/5: 8;2+
- 4
4
3
,
3
!
4
!
/0#$
1 2 3,
-
!
3
. 4
3,
3
3
,
4
!
4
. 4
3,
3
3
,
4
!
/ >' '52+
. 4 3,
3
3
,
4
!
3
3 ,
, ,
-
!
4 !
3
- 7 4
. 4
3, 3
3
,
4
!
/ >' '52+
&, ) "$ , !
?,
3
- 4
,
3
!
4
!
+
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sindroma ovarium polikistik (SOPK) adalah sindroma disfungsi ovarium dengan
karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.
Sindroma ini merupakan kelainan endokrin wanita yang paling umum, terdapat pada kira kira
5 7% dari semua wanita usia reproduksi. Diagnosis sindroma ovarium polikistik ditegakkan
berdasarkan kriteria Rotterdam yaitu minimal terdapat dua dari tiga kriteria berikut ini: 1)
oligomenore dan/atau anovulasi; 2) hiperandrogenisme (klinis dan/atau biokimia); 3) ovarium
polikistik dengan menyingkirkan etiologi lain. Kelainan ini memiliki gejala dan tanda antara
lain siklus menstuasi yang ireguler, anovulasi kronik, dan hiperandrogenisme. Wanita dengan
sindroma ovarium polikistik menunjukkan heterogenitas klinis yang jelas: gambaran yang
paling umum seperti hirsutisme, akne, ovarium polikistik, obesitas, dan akantosis nigrikans
tidaklah muncul bersamaan atau universal. Dalam waktu itu, kelainan ini mungkin
menyebabkan onset hiperinsulinemia, resistensi insulin, diabetes gestasional, onset dini DM
tipe 2, dislipidemia, dan penyakit kardiovaskuler.1,2
Sindroma ovarium polikistik memiliki karakteristik fisiologi yang kompleks
mengimplikasikan sebuah interaksi antara faktor lingkungan dan faktor genetik, yang
mengakibatkan kelainan reproduksi dan metabolik yang berspektrum luas. Wanita dewasa
dengan sindroma ovarium polikistik mungkin memiliki peningkatan resiko penyakit
kardiovaskuler aterosklerotik karena peningkatan prevalensi obesitas dan adipositas sentral
2 Dislipidemia adalah suatu kelainan metabolik yang umum terjadi pada wanita dengan
sindroma ovarium polikistik. Mengacu pada pedoman National Cholesterol Education
Program, hampir 70% wanita dengan SOPK memiliki paling sedikit satu kadar lipid yang
meningkat atau borderline.3 Pada penelitian lain disebutkan bahwa prevalensi dislipidemia
pada wanita SOPK adalah 24%, dan kejadian ini lebih tinggi lagi pada kelompok wanita
SOPK dengan resistensi insulin dibandingkan dengan wanita SOPK tanpa resistensi insulin
(39,9% vs 15,3%).3,4
Dislipidemia pada SOPK sering bermanifestasi khas sebagai peningkatan kadar
plasma low density lipoprotein (LDL), very low density lipoprotein (VLDL) dan trigliserida
(TG) dengan penurunan konsentrasi high density lipoprotein (HDL) walaupun banyak wanita
dengan SOPK memiliki profil lipid yang normal. Perubahan ini konsisten dengan profil lipid
yang secara tipikal ditemukan pada resistensi insulin.1,4
Resistensi insulin adalah gambaran umum pada SOPK dengan prevalensi 50%
sampai dengan 75%. Sensitifitas insulin menurun rata rata 35 40% pada wanita dengan
SOPK dibandingkan wanita normal, angka ini sesuai dengan yang diamati pada wanita
dengan DM tipe 2. Sampai 35% wanita dengan SOPK menunjukkan gangguan toleransi
glukosa dan 7 10% memenuhi kriteria DM tipe 2. Sebaliknya wanita dengan DM tipe 2 enam
kali lipat kemungkinannya mengalami SOPK dengan berat badan dan umur yang sama.5
Efek resistensi insulin pada metabolisme lipid telah dikenal dengan baik. Peningkatan
sekresi partikel VLDL oleh hati mengakibatkan peningkatan konsentrasi plasma TG.
Selanjutnya, TG dipertukarkan dengan cholesteryl ester (CE) oleh kerja CE transfer protein.
Proses ini menghasilkan partikel LDL yang diperkaya TG yang dikatabolisme lebih cepat,
3 Sebagai konsekuensinya, resistensi insulin berkontribusi terhadap penurunan kadar plasma
HDL C dan apolipoprotein (apo) A I, dan kadar apo B yang lebih tinggi.1,4
Selain resistensi insulin, metabolisme lipid pada wanita dengan SOPK mungkin juga
dipengaruhi oleh sekresi steroid seks oleh ovarium dan/atau adrenal. Efek steroid seks
terhadap metabolisme lipid adalah kompleks dan melibatkan kerja kedua hormon androgen
dan estrogen. Hiperandrogenisme telah dihubungkan dengan peningkatan aktifitas enzim
lipase hati. Enzim ini, yang memiliki peran dalam katabolisme partikel HDL, menunjukkan
dimorfisme seksual yang kuat, dengan androgen eksogen meningkatkan dan estrogen
menurunkan aktifitas enzim lipase hati. Penelitian pada 17 orang transeksual male to male
yang diekspose terhadap pengobatan testosteron eksogen menunjukkan peningkatan
bermakna pada enzim lipase hati dengan penurunan kadar plasma HDL C. Estrogen endogen
bisa mempengaruhi metabolisme LDL melalui up regulasi reseptor LDL, yang menghasilkan
pembersihan hepatik partikel LDL dari plasma.1
Penelitian penelitian dengan jelas menunjukkan bahwa peningkatan kolesterol LDL
yang bermakna dapat menjadi agen penyebab terhadap penyakit kardiovaskuler. Variasi
dalam kadar lipoprotein menyebabkan keadaan patologis yang bisa menyebabkan kerusakan
jaringan, proliferasi, dan inflamasi jaringan terutama kardiovaskular. Peningkatan bermakna
dalam kadar kolesterol menunjukkan adanya perubahan primer dalam metabolisme lipid pada
pasien dengan SOPK.6
Penurunan kolesterol HDL yang bermakna pada pasien SOPK dengan jelas
menunjukkan suatu resiko dini untuk terjadinya penyakit kardiovaskular. Karena kolesterol
HDL mengambil kolesterol dari jaringan jaringan, peran antiaterogenik dari HDL adalah
rendah pada kelompok ini. Penurunan dalam aktifitas scavenging memungkinkan lipid
4 Obesitas dilaporkan terjadi pada setengah dari populasi SOPK. Namun, dari catatan
terakhir, angka obesitas yang berhubungan dengan SOPK belum dikuatkan dan ada pendapat
yang berkembang bahwa insidensinya mungkin lebih besar, paling tidak di Amerika Serikat.
Obesitas pada SOPK nampak dari peningkatan waist to hip ratio atau tampilan android
sebagai lawan dari obesitas trunkal. Adanya obesitas menambah resiko klinis dari SOPK
dengan beberapa alasan. Pertama, obesitas berkorelasi dengan penurunan sex hormon binding
globulin, yang mana meningkatkan kadar testosterone dan estradiol bebas dalam sirkulasi.
Kedua, kemungkinan dislipidemia meningkat pada obesitas yang meningkatkan kekhawatiran
resiko kardiovaskular. Ketiga, obesitas berkaitan dengan resistensi insulin yang mana dapat
menjadi DM pada pasien dengan SOPK. Perbaikan abnormalitas ini dengan penurunan berat
badan menggarisbawahi peran obesitas pada SOPK.7
Dislipidemia, resistensi insulin, dan obesitas saling berkaitan satu sama lain dan
bekerja sama tidak saja menyebabkan gangguan metabolik tetapi juga menyebabkan secara
langsung maupun tidak langsung gangguan reproduksi akibat hiperandrogenisme klinis dan
atau biokimia yang pada akhirnya menyebabkan gangguan ovulasi berupa anovulasi dan /
atau oligo ovulasi. Anovulasi dan/ atau oligo ovulasi memiliki manifestasi berupa gangguan
menstruasi seperti amenore dan / atau oligomenore dan infertilitas. Sehingga dengan
memperbaiki gangguan metaboliknya seperti dislipidemia, resistensi insulin, dan obesitas
yang prevalensinya tinggi pada SOPK akan memiliki pengaruh yang baik terhadap gangguan
reproduksinya seperti gangguan ovulasi dan gangguan menstruasi. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa pemberian metformin untuk menangani resistensi insulin dan preparat
statin seperti simvastatin untuk menangani dislipidemia pada SOPK juga menyebabkan
penurunan kadar androgen dimana hal ini menyebabkan perbaikan gangguan reproduksi
5
1.2. Rumusan Masalah
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa wanita dengan SOPK mengalami
gangguan metabolisme lipid bukan saja akibat resistensi insulin dan obesitas tetapi juga
akibat hiperandrogenisme yang sering ditemukan pada SOPK dengan demikian akan
menyebabkan peningkatan lemak “jahat/aterogenik” seperti VLDL, LDL, dan TG serta
penurunan lemak “baik” yaitu HDL yang mungkin akan meningkat resiko penyakit
kardiovaskuler dan gangguan reproduksi. Berdasarkan penelusuran peneliti belum ada
penelitian mengenai profil lipid pada wanita SOPK yang dihubungkan dengan resistensi
insulin dan obesitas di Indonesia terutama sekali di FK USU sebagai persyaratan untuk
menyelesaikan PPDS Obgin di FK USU, sehingga peneliti membuat pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
“Apakah ada hubungan antara profil lipid dengan kejadian resistensi insulin pada wanita
dengan SOPK?”
1.3. Hipotesis Penelitian
“Profil lipid berhubungan dengan kejadian resistensi insulin pada wanita dengan
SOPK”
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
1. Untuk menilai hubungan antara profil lipid dengan kejadian resistensi insulin
6
1.4.1. Tujuan Khusus
1. Untuk melihat karakteristik profil lipid, resistensi insulin, dan marker obesitas
pada pasien SOPK
2. Untuk menilai hubungan antara profil lipid dengan BMI pada wanita dengan
SOPK.
3. Untuk menilai hubungan antara profil lipid dengan waist to hip ratio yang
merupakan parameter obesitas sentral.
1.5. Manfaat Penelitian
1. Meningkatkan pengertian mengenai metabolism lipid pada pasien SOPK
2. Mengetahui hubungan antara profil lipid dengan kejadian resistensi insulin pada
pasien dengan SOPK
3. Mengetahui hubungan antara profil lipid dengan kejadian obesitas pada pasien
dengan SOPK
4. Pendekatan pengobatan terhadap SOPK bersifat holistik yaitu menangani
masalah reproduksinya dan juga menangani masalah metabolik yang ditimbulkan
oleh sindroma ini seperti dislipidemia, resistensi insulin, gangguan toleransi
glukosa, diabetes mellitus, obesitas, hipertensi dan lain lain sehingga gangguan
7
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Definisi SOPK
Sindroma ovarium polikistik (SOPK) adalah sindroma disfungsi ovarium dengan
karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.
Sindroma ini merupakan kelainan endokrin wanita yang paling umum, terdapat pada kira kira
5 7% dari semua wanita usia reproduksi. Simptomatologi klasik adalah akibat dari produksi
androgen ovarium yang berlebihan dan anovulasi kronis. Sebagai tambahan, ovarium
menunjukkan pola morfologis yang tipikal yang menjadi keunikan tersendiri untuk sindroma
ini. Gambaran klinis lain yang berkaitan adalah obesitas dan resistensi insulin. Sementara
diagnosa umumnya ditunjukkan dengan presentasi klinis, tes laboratorium diperlukan untuk
menyingkirkan kondisi lain yang mungkin menyerupai SOPK.1,7
2.2. Penyebab SOPK
Patofisiologi yang pasti dari SOPK adalah kompleks dan kebanyakan masih tidak
jelas, akan tetapi suatu ketidakseimbangan hormonal yang mendasarinya yang diakibatkan
oleh kombinasi peningkatan androgen dan/atau insulin. Faktor genetik dan lingkungan
terhadap gangguan hormonal bergabung dengan faktor faktor lain termasuk obesitas,
disfungsi ovarium, dan abnormalitas hipofisis berkontribusi terhadap etiologi SOPK.8
Hiperandrogenisme adalah kontributor kuat terhadap etiologi SOPK (dideteksi pada
sekitar 60% 80% kasus). Resistensi insulin adalah juga kontributor terhadap SOPK dan
terdeteksi 50% 80% pada wanita dengan SOPK, terutama sekali pada pasien SOPK yang
8 derajat lebih ringan tampaknya memiliki resistensi insulin dan hiperinsulinemia yang kurang
berat. Resistensi insulin berkontribusi terhadap gambaran metabolik tetapi juga terhadap
gambaran reproduksi melalui peningkatan produksi androgen dan peningkatan androgen
bebas dengan cara menurunkan ex hormone binding globulin (SHBG).8
2.3. Gambaran Klinis SOPK
Secara umum, diagnosis SOPK didapat dari riwayat klinis. Gambaran klinis yang
paling jelas adalah hirsutism dengan derajat yang bervariasi dari ringan sampai berat. Derajat
pertumbuhan rambut adalah penting secara klinis karena pertumbuhan rambut yang gradual
dan progresif menunjukkan etiologi fungsional, sementara pemunculan cepat dari rambut
tebal hitam biasanya mengarah ke penyebab neoplasma yang memproduksi androgen. Area
area hirsutisme biasanya melibatkan muka dan dagu, juga perluasan pertumbuhan rambut
pubis di daerah midline menuju umbilikus. Sebagai tambahan, tidak biasanya untuk
menemukan kebotakan temporal dan jerawat sebagai hasil dari produksi androgen berlebihan.
Namun, ekspresi yang ekstrim dari produksi androgen berlebihan, seperti virilisasi dan
9 Pada wanita dengan SOPK, disfungsi menstruasi ditandai dengan perdarahan yang
tidak teratur atau tidak adanya siklus menstruasi. Pada khususnya, episode perdarahan yang
iregular secara tipikal tidak didahului oleh gejala premenstrual dengan demikian tidak dapat
diprediksi. Observasi klinis yang penting ini sangat menunjukkan suatu keadaan anovulasi.
Khasnya, dimulainya perdarahan ireguler pada SOPK dapat ditelusuri dari aktifitas ovarium
pada fase menarche dan postpubertal, dimana selama fase fase ini sangat sedikit aktifitas
siklus menstruasi. Dengan demikian pada remaja postpubertal dengan PCOS, perdarahan
iregular mungkin tidak bisa dibedakan dari pola perdarahan yang tidak konsisten yang
[image:29.612.94.448.64.385.2]menyertai kemunculan dari fungsi ovulasi yang regular setelah menarche pada remaja
10 normal. Pada beberapa kasus, onset dari anovulasi kronik ditemukan setelah masa remaja,
namun hal ini tidak biasa. Suatu persentasi kecil dari wanita datang dengan amenorrhea.
Gangguan perdarahan menstruasi yang regular tidaklah seragam pada semua wanita dengan
SOPK. Telah diketahui bahwa beberapa individu dengan sindroma ini akan memiliki fungsi
ovulasi yang normal yang secara tak langsung menunjukkan bahwa adanya menstruasi yang
regular tidak dapat menyingkirkan kemungkinan SOPK.7
Obesitas dilaporkan terjadi pada setengah dari populasi SOPK. Namun, dari catatan
terakhir, angka obesitas yang berhubungan dengan SOPK belum dikuatkan dan ada pendapat
yang berkembang bahwa insidensinya mungkin lebih besar, paling tidak di Amerika Serikat.
Obesitas pada SOPK nampak dari peningkatan waist to hip ratio atau tampilan android
sebagai lawan dari obesitas trunkal. Adanya obesitas menambah resiko klinis dari SOPK
dengan beberapa alasan. Pertama, obesitas berkorelasi dengan penurunan sex hormon binding
globulin, yang mana meningkatkan kadar testosterone dan estradiol bebas dalam sirkulasi.
Kedua, kemungkinan dislipidemia meningkat pada obesitas yang meningkatkan kekhawatiran
resiko kardiovaskular. Ketiga, obesitas berkaitan dengan resistensi insulin yang mana dapat
menjadi DM pada pasien dengan SOPK. Perbaikan abnormalitas ini dengan penurunan berat
11 Telah terdokumentasi dengan baik bahwa wanita dengan PCOS, terlepas dari obesitas,
memiliki resistensi insulin dan hiperinsulinemia kompensasi akibat dari kelainan ini. Secara
umum, derajat dari resistensi insulin adalah ringan, walaupun prevalensi dari intoleransi
glukosa dan diabetes telah dilaporkan setinggi 31% dan 7,5%. Meskipun resiko diabetes
meningkat, ada bukti tak langsung yang menunjukkan bahwa resistensi insulin dapat
memperburuk manifestasi klinis dari SOPK. Penggunaan obat penurun insulin telah
menunjukkan perbaikan sensitifitas insulin, mengurangi level androgen dan memperbaiki
ovulasi pada beberapa pasien dengan SOPK. Resistensi insulin mungkin berkontribusi pada
[image:31.612.95.424.65.432.2]gangguan metabolik pada SOPK termasuk meningkatnya kemungkinan abnormalitas lipid.7
Gambar 2. Obesitas bisa muncul sebagai distribusi lemak secara sentral yang disebut dengan pola seperti buah apel atau terdistribusi pada pinggul
12
Acanthosis nigricans sering pada pasien PCOS obesitas dan sering ditemukan pada
tengkuk, ketiak, dan area dibawah payudara dan area intertrigenus lain, juga pada permukaan
kulit yang terekspos seperti siku dan buku buku jari. Area kulit yang terlibat tampak
terpigmentasi namun tidak menunjukkan peningkatan deposisi melanosit atau melanin.
Sebenarnya, lesi muncul akibat dari hiperkeratosis epidermal dan proliferasi fibroblas dermis.
Faktor faktor yang bertanggung jawab terhadap temuan ini belum teridentifikasi walaupun
hubungan yang erat antara acanthosis nigricans dan resistensi insulin menunjukkan hubungan
kausatif. Peningkatan sensitifitas insulin setelah intervensi diet dan farmakologis dikaitkan
dengan berkurangnya proses hiperplastik dan perbaikan kosmetik.7
Wanita dengan SOPK bisa menunjukkan berbagai gambaran klinis yang serius
termasuk masalah psikologis (penurunan kualitas hidup, kurangnya penghargaan diri, depresi,
[image:32.612.94.418.306.613.2]13 implikasi metabolik (resistensi insulin, sindroma metabolik, IGT, DM tipe 2 dan penyakit
kardiovaskular yang potensial). Mengingat ciri yang beragam dari SOPK dan bermacam
macam gambaran klinis, presentasi klinis dapat bervariasi sepanjang masa kehidupan. SOPK
adalah kondisi kronis dengan manifestasi psikologis dan reproduktif yang biasanya mulai
terjadi pada masa remaja kemudian manifestasinya bergeser dengan berjalannya waktu
termasuk subfertilitas/infertilitas dan peningkatan komplikasi metabolik. Akan tetapi bila
dikombinasi dengan peningkatan prevalensi obesitas pada demografis yang lebih muda,
konsekuensi metabolik dari SOPK seperti gangguan toleransi glukosa dan diabetes mellitus
tipe 2 dapat muncul pada masa remaja.8
2.4. Diagnosa SOPK
Telah ada tiga usaha yang jelas dan terpisah untuk menegakkan atau memperbaharui
kriteria diagnosa untuk SOPK. Kriteria diagnosa yang pertama adalah hasil dari konferensi
yang dilakukan oleh National Institute of Child Health and Human Development (NICHD)
pada tahun 1990, yang menyimpulkan bahwa kriteria mayor untuk diagnosis SOPK adalah
(1) hiperandrogenisme dan/atau hiperandrogenemia, (2) disfungsi menstruasi, dan (3)
eksklusi penyebab lain yang memiliki presentasi klinis yang mirip. Kriteria diagnosa yang
kedua adalah hasil dari konferensi yang disponsori oleh European Society for Human
Reproduction and Embryologi (ESHRE) dan American Society for Reproductive Medicine
(ASRM), yang diputuskan di Rotterdam, Belanda, pada tahun 2003, yang menyimpulkan
bahwa diagnosis SOPK didasarkan adanya sekurang kurangnya dua dari tiga kriteria mayor,
termasuk (1) oligo/anovulasi, (2) tanda klinis dan biokimia hiperandrogenisme, dan (3)
ovarium polikistik (yang diidentifikasi melalui ultrasonografi), juga mengeksklusikan
kelainan kelebihan androgen lain. Kriteria diagnosa yang ketiga adalah hasil kerja dari
14
diagnosis PCOS sebagai berikut (1) hiperandrogenisme (hirsutisme dan/atau
hiperandrogenemia), (2) disfungsi ovarium (oligo/anovulasi dan/atau ovarium polikistik), dan
(3) eksklusi kelainan kelebihan androgen lain atau yang berhubungan dengan itu).3
Kriteria diagnostik NICHD 1990 yang asli adalah didasarkan pada konsep tradisional
dari SOPK yang membutuhkan fakta adanya hiperandrogenisme (hiperandrogenemia
dan/atau hirsutisme) dan disfungsi menstruasi (oligo/amenore). Kriteria Rotterdam
ESHRE/ASRM 2003 mencakup spektum yang lebih luas dari kelainan ini, mengenai ovarium
polikistik sebagai fakta disfungsi ovarium dan mencakup wanita yang tidak memiliki
hiperandrogenisme atau hirsutisme. Kriteria AE PCOS Society 2006 memungkinkan bahwa
ovarium polikistik mungkin dianggap suatu tanda disfungsi ovarium, tetapi lagi menekankan
bahwa PCOS dikarakterisasi, pertama dan paling sering oleh hiperandrogenisme, termasuk
wanita baik dengan oligo/amenore atau ovarium polikistik, tetapi menyingkirkan kelainan
yang tidak memiliki gejala baik hiperandrogenemia atau hirsutisme.3
Untuk wanita dengan dugaan SOPK, tes skrining laboratorium mencakup pengukuran
serum total testosteron, DHEA S, dan 17 OHP. Pengukuran gonadotropin serum tidak
diperlukan untuk diagnosa. Pada pasien yang menunjukkan hirsutisme moderat dan berat
dengan onset yang cepat, penilaian sebaiknya ditujukan untuk menentukan adanya neoplasma
yang memproduksi androgen. Testosteron total serum dan DHEA S serum adalah esensial.
Bila nilainya melebihi batas kadar tumor, kemudian pemeriksaan imaging seperti
ultrasonografi dan MRI atau CT diperlukan untuk menentukan lokasi lesi. Kadang kadang,
kadar androgen sirkulasi yang tinggi mungkin tidak berkaitan dengan lesi yang jelas, tetapi
merupakan akibat pembesaran ovarium bilateral nonkistik. Bila diikuti dengan onset gradual
15 Diagnosa kelainan adrenal mencakup CAH, defisiensi primer 21 hidroksilase,
indroma Cushing’s, dan tumor adrenal. CAH defisiensi 21 hidroksilase diduga pada pasien
pasien dengan peningkatan kadar 17 OHP lebih dari 3 ng/ml, dan tes stimulasi ACTH
sebaiknya dilakukan. Respon serum 17 OHP terhadap ACTH yang melebihi 10 ng/ml adalah
indikasi adanya defek enzim. Skrining laboratorium untuk sindroma Cushing’s paling baik
dicapai dengan pengukuran free kortisol dalam urin 24 jam. Respon abnormal membutuhkan
tes lebih lanjut termasuk tes supresi deksametason dosis rendah, dosis tinggi dan juga studi
imaging untuk menentukan adanya hyperplasia adrenal, sindroma Cushing’s, adenoma
adrenal, atau tempat produksi ACTH ektopik.7
2.5. Dislipidemia Pada SOPK
Dislipidemia adalah suatu kelainan metabolik yang umum terjadi pada wanita dengan
sindroma ovarium polikistik. Mengacu pada pedoman National Cholesterol Education
Programme, hampir 70% wanita dengan SOPK memiliki paling sedikit satu kadar lipid yang
meningkat atau borderline.3 Pada penelitian lain disebutkan bahwa prevalensi dislipidemia
pada wanita SOPK adalah 24%, dan kejadian ini lebih tinggi lagi pada kelompok wanita
SOPK dengan resistensi insulin dibandingkan dengan wanita SOPK tanpa resistensi insulin
(39,9% vs 15,3%).3,4
Dislipidemia pada pasien SOPK dihubungkan dengan resistensi insulin yang umum
dijumpai walaupun tidak semua wanita dengan SOPK mengalami resistensi insulin.
Dislipidemia pada pasien SOPK adalah multifaktorial. Faktor faktor yang berkontribusi
terhadap terjadinya dislipidemia pada pasien SOPK telah menjadi fokus penelitian kelompok
kami selama beberapa tahun. Memahami alasan alasan terjadinya dislipidemia memiliki
potensi untuk mengurangi penyakit kardiovaskular, mengingat pentingnya dislipidemia
16 mencegah atau melawan perubahan aterosklerotik dan penyakit vaskular sebagai
konsekuensinya. Wanita dengan SOPK memiliki kelebihan androgen, resistensi insulin,
paparan estrogen dalam jumlah bervariasi, dan banyak faktor lingkungan yang mana semua
dapat mempengaruhi metabolisme lipid.10,11
Dislipidemia pada SOPK sering bermanifestasi khas sebagai peningkatan kadar
plasma low density lipoprotein (LDL), very low density lipoprotein (VLDL) dan trigliserida
(TG) dengan penurunan konsentrasi high density lipoprotein (HDL) walaupun banyak wanita
dengan SOPK memiliki profil lipid yang normal.4,11 Perubahan ini konsisten dengan profil
lipid yang secara tipikal ditemukan pada resistensi insulin. Efek resistensi insulin pada
metabolisme lipid telah dikenal dengan baik. Peningkatan sekresi partikel VLDL oleh hati
mengakibatkan peningkatan konsentrasi plasma TG. Selanjutnya, TG dipertukarkan dengan
cholesteryl ester (CE) oleh kerja CE transfer protein. Proses ini menghasilkan partikel LDL
yang diperkaya TG yang dikatabolisme lebih cepat, dan partikel VLDL yang diperkaya CE
yang dikonversi menjadi partikel LDL yang kecil. Sebagai konsekuensinya, resistensi insulin
berkontribusi terhadap penurunan kadar plasma HDL C dan apolipoprotein (apo) A I, dan
kadar apo B yang lebih tinggi.1,4
Penemuan baru baru ini juga menunjukkan bahwa wanita dengan SOPK mengalami
perubahan kualitatif kolesterol LDL yang signifikan, yaitu terjadinya peningkatan kadar
partikel LDL aterogenik yang padat dan kecil. Peningkatan kadar trigliserida plasma (>150
mg/dl) dan penurunan kadar kolesterol HDL (<50 mg/dl) adalah biasanya diikuti dengan
adanya partikel LDL aterogenik yang padat dan kecil yang disebut dengan fenotif lipoprotein
aterogenik (ALP) atau triad lipid yang merupakan suatu bentuk dislipidemia dengan adanya 3
17
2.5.1. Patofisiologi Dislipidemia Pada Sindroma Ovarium Polikistik
Diantara kumpulan faktor resiko yang saling berhubungan yang ada pada SOPK,
penentuan penyebab dan efeknya terhadap dislipidemia telah menjadi tugas yang luar biasa
sulit.12
2.5.1.1.
Diantara mekanisme yang diusulkan yang mendasari dislipidemia pada obesitas
adalah produksi partikel VLDL yang berlebihan dan defek lipolisis yang diperantarai
[image:37.612.125.488.64.370.2]lipoprotein lipase.13
18
Pasien dengan SOPK memiliki kecenderungan waist to hip ratio (WHR) yang
meningkat (yaitu distribusi lemak sentripetal), menyebabkan lebih rentan menjadi
dislipidemia, karena jaringan adiposa yang terlokasi sentral tampaknya menyebabkan efek
yang merugikan pada lipid darah. Sebuah penelitian di United Kingdom melaporkan
prevalensi obesitas abdominal paling tinggi, dengan 83% pasien SOPK memiliki waist
circumference di atas 88 cm yang merupakan prediktor yang cost effective untuk resistensi
insulin dan resiko kardiovaskuler.15,16 Yang lebih menonjol adalah akumulasi lemak visera
intra abdomen yang berkontribusi menyebabkan kelainan metabolisme lemak bahkan pada
pasien SOPK non obesitas. Dibandingkan dengan lemak perifer, lemak sentral adalah
resisten insulin, mendaur ulang asam lemak lebih cepat dengan lipolisis sehingga melepaskan
lebih banyak asam lemak bebas, dan memproduksi sejumlah sitokin seperti tumor necrosis
factor α (TNF α), interleukin 6, leptin, dan resistin. Akumulasi asam lemak bebas dalam
jaringan menyebabkan lipotoksisitas dan resistensi insulin, sebagian melalui TNF α, yang
[image:38.612.94.390.66.283.2]19 mana meningkatkan fosforilasi serin sehingga menghambat pensinyalan insulin. Resistensi
insulin karena obesitas juga menginduksi resistensi leptin dan menurunkan kadar
adinopektin, sehingga menurunkan oksidasi asam lemak dan meningkatkan lipotoksisitas.5
Demikian juga bahwa peningkatan aktifitas androgen lebih sering pada wanita dengan
obesitas sentral dibandingkan dengan obesitas trunkal.17 Data data tambahan dari penelitian
in vitro memberikan fakta adanya kemungkinan defek lipolisis primer dan dini pada pasien
dengan SOPK. Secara spesifik, aktifitas kompleks protein kinase A (PKA) hormone sensitive
lipase (HSL) meningkat nyata dalam sel sel lemak visera yang diisolasi dari wanita muda
dengan SOPK. Ini akan menyebabkan perubahan pada tingkat post adrenoreceptor tanpa
perubahan dalam sifat antilipolitik pada sel sel lemak visera.13
Perubahan metabolisme lipid akibat akumulasi lemak pada abdomen/sentral
mencakup hipertrigliseridemia, penurunan kolesterol HDL, dan peningkatan partikel LDL
kecil dan padat. Gambaran dislipidemia lain dari adipositas abdomen adalah peningkatan
VLDL dan penurunan HDL2, yang merupakan subspesies dari HDL total yang
antiaterogenik.18
Hipertrigliseridemia yang ditemukan pada obesitas abdomen dan resistensi insulin
dihubungkan dengan sekresi yang berlebihan dari partikel VLDL kaya trigliserida. Suatu
peningkatan laju ambilan asam lemak bebas hati menstimulasi sekresi apoB 100, yang
menyebabkan peningkatan jumlah partikel yang mengandung apoB dan mungkin
hipertrigliseridemia. ApoB adalah protein struktural dari lipoprotein aterogenik termasuk
VLDL, intermediate density lipoprotein (IDL), dan LDL. Setiap dari lipoprotein ini
mengandung satu molekul apoB, dan kadar plasma apoB merefleksikan jumlah total partikel
aterogenik dalam darah. Partikel VLDL terpapar kepada lipoprotein lipase dalam sirkulasi
20 Di bawah kondisi normal, asam lemak bebas ini diambil oleh otot dan jaringan adiposa untuk
energi atau disimpan. Partikel sisanya kemudian diproses oleh hati menjadi LDL.18
Dalam kondisi trigliserida meningkat, partikel LDL diperkaya dengan trigliserida dan
mengalami deplesi inti ester kolesterol. Hepatic lipase kemudian bekerja menghidrolisis
LDL kaya trigliserida ini, membentuk partikel LDL yang lebih kecil dan lebih padat. Partikel
LDL yang baru terbentuk ini dihubungkan dengan resiko kardiovaskuler seperti penyakit
jantung koroner melalui beberapa mekanisme diantaranya: 1. partikel LDL yang lebih kecil
dan padat lebih mudah memasuki dinding arteri 2. berikatan dengan proteoglikan dinding
arteri lebih erat, dan 3. rentan terhadap modifikasi oksidatif yang menyebabkan uptake
makrofag dimana semua ini berkontribusi terhadap peningkatan aterogenesis.18
Gambar 6. Peningkatan asam lemak bebas (dengan resistensi
[image:40.612.92.394.66.289.2]21
Resistensi insulin dan hiperinsulinemia kompensasi dianggap terutama bertanggung
jawab terhadap kelainan lipidemia dari obesitas dimana keparahan resistensi insulin
dihubungkan dengan obesitas abdomen bahkan pada wanita dengan BMI yang normal.15
Analisa microarray gene expression baru baru ini terhadap jaringan biopsi adiposa omentum
dari wanita dengan SOPK telah menunjukkan abnormalitas pada ekspresi gen gen jalur
pensinyalan insulin spesifik. Ekspresi yang berlebihan dari PI3KR1, yang menyandi untuk
subunit p85α regulator dari fosfatidilinositol 3 kinase (PI3K), dan ektonukleotida
pirofosfatase/fosfodiesterase 1 ENPP1 (juga disebut PC 1), sebuah regulator negatif dari
aktifitas tirosin kinase reseptor insulin, mungkin berkontribusi kepada pensinyalan insulin
yang defektif. Penelitian yang akan datang sebaiknya mengklarifikasi peran spesifik dari gen
[image:41.612.93.469.65.271.2]gen ini dalam patofisiologi dislipidemia pada SOPK.13
Gambar 7. Cholesteryl ester transfer protein (CETP) memfasilitasi pertukaran ester kolesterol dalam partikel LDL dan HDL dengan trigliserida dalam partikel VLDL. Transfer trigliserida ke dalam partikel LDL dan HDL membuat partikel2 ini kaya trigliserida dan menjadi substrat yang lebih baik untuk hepatic lipase. Peningkatan aktivitas hepatic lipase menyebabkan peningkatan partikel LDL yang kecil dan padat dan penurunan partikel HDL2 , supspesies HDL
22
2.5.1.2.
Hiperandrogenisme dan metabolisme lipid adalah berkaitan dengan erat; akan tetapi
mekanisme patogenesisnya yang terlibat belum dapat ditentukan. Satu penelitian
mengungkapkan adanya efek yang menonjol dari testosteron terhadap jaringan adiposa yang
diisolasi dari jaringan adiposa subkutan wanita SOPK. Secara khusus, testosteron ditunjukkan
menginduksi resistensi insulin yang diperantarai oleh reseptor androgen (AR). Resistensi
insulin ini ditunjukkan menjadi selektif untuk jalur pensinyalan metabolik dan defek dalam
pensinyalan adalah independen dari aktivasi PI3 K yang melibatkan fosforilasi protein kinase
ζ (PK ζ) yang terganggu. Temuan ini memiliki kepentingan khusus karena menunjukkan
bahwa androgen, yang mensinyal via AR, berkontribusi terhadap terjadinya resistensi insulin
(IR) yang independen dari aktivasi PI3 K dalam jaringan adiposa, yang menjelaskan
potensiasi lebih lanjut resistensi insulin (IR). Hiperandrogenisme SOPK menyokong pola
sentral dan viseral dari distribusi lemak tubuh, walaupun faktor hormonal dan genetik lain
mungkin juga berkontribusi. Androgen mempengaruhi metabolisme lipoprotein dalam
beberapa langkah. Testosteron telah dihubungkan dengan kadar HDL yang lebih rendah.
Metabolisme HDL adalah suatu proses yang kompleks yang melibatkan enzim enzim yang
meremodelling HDL, protein transfer lipid dan reseptor permukaan sel. Setiap dari proses
proses ini bisa merupakan target potensial untuk androgen.13
Efek dari testosteron telah dikaitkan terutama sekali dengan upregulasi dua gen yang
terlibat dalam katabolisme HDL, disebut scavenger receptor B1 (SR B1) dan hepatic lipase
(HL). SR B1 memperantarai uptake selektif lipid HDL oleh sel sel hepatosit dan sel sel
steroidogenik, juga pengeluaran kolesterol dari sel sel perifer termasuk makrofag (Gambar
8). Pada tikus transgenik, ekspresi yang berlebihan dari SR B1 spesifik liver mengakibatkan
23 dosis pada hepatosit HepG2 yang dikultur dan makrofag primer yang berasal dari monosit
manusia, sebagaimana dinilai dengan kadar mRNA dan protein. Akibatnya, pengambilan
kolesterol oleh hepatosit dan pengeluaran kolesterol perifer distimulasi.13
Steroid seks juga mengurangi kadar HDL melalui HL, sebuah enzim yang sangat
sensitif terhadap steroid seks. HL mengkatalisa hidrolisis fosfolipid pada permukaan HDL,
yang menghasilkan konversi HDL2 menjadi HDL3 yang lebih kecil dan lebih padat yang
merupakan substrat yang lebih baik untuk liver, dengan demikian meningkatkan pembersihan
HDL. Pemberian testosteron eksogen mengakibatkan peningkatan aktifitas HL bila diberikan
pada dosis suprafisiologis pada laki laki eugonadal atau hipogonadal sebagai terapi substitusi.
Masih sedikit yang diketahui mengenai regulasi HL oleh androgen endogen. Juga, data
mengenai efek androgenik terhadap HL pada wanita masih jarang. Sebuah penelitian yang Gambar 8. Patofisiologi dislipidemia pada SOPK dan mekanisme yang mungkin. Dalam sel adiposit, resistensi insulin dan hiperandrogenemia mengakibatkan peningkatan lipolisis yang diinduksi katekolamin dan melepaskan asam-asam lemak ke dalam sirkulasi. Peningkatan fluks asam lemak bebas ke dalam hati menstimulasi penggabungan dan sekresi VLDL yang mengakibatkan hipertrigliseridemia. Abnormalitas lipid serum yang utama pada SOPK ditunjukkan oleh lingkaran merah. Panah yang patah menunjukkan interaksi potensial. aktivasi; deaktivasi; = inhibisi.13
[image:43.612.95.517.156.369.2]24 dilakukan pada wanita SOPK gagal menunjukkan korelasi signifikan antara kadar testosteron
dan aktifitas HL.13
Androgen, melalui interaksinya dengan AR, menurunkan pembuangan katabolik LDL
dengan cara menurunkan induksi aktifitas reseptor low density lipoprotein (LDLR) yang
diperantarai oleh reseptor estrogen (ER). Represi ini tampaknya bukan akibat dari supresi
umum dari transkripsi, tetapi karena AR yang diaktifkan ligand tidak memiliki efek terhadap
LDLR bila tidak ada ER. Mekanisme interaksi antara dua reseptor tersebut belum dapat
dijelaskan. Satu mekanisme potensial yang mungkin yaitu AR secara langsung berinteraksi
dengan ER, dengan demikian memblok aktivasi ER. Kemungkinan lain adalah adanya
kofaktor bersama antara AR dan ER, dimana dominansi AR menghambat aktivasi gen gen
yang diinduksi oleh ER.13
Kendali hormonal dari LPL dalam jaringan adiposa adalah kompleks, melibatkan
beberapa hormon, dengan regulasi yang terjadi pada tingkat transkripsi dan post transkripsi.
Walaupun telah terdokumentasi dengan baik bahwa hormon steroid seks meregulasi aktifitas
LPL, tidaklah jelas apakah regulasi tersebut adalah langsung atau tidak langsung, dan bila
langsung, apakah regulasi tersebut genomic atau nongenomic.12
Androgen juga terlibat dalam regulasi aktifitas LPL manusia. Pada wanita obesitas,
aktifitas LPL postprandial berkorelasi positif dengan plasma free testosteron, sedangkan
pada jaringan adiposa wanita SOPK memiliki hubungan berkebalikan antara konsentrasi
testosteron dan aktifitas LPL.13
Anderson dkk menginvestigasi efek androgen terhadap aktifitas LPL pada jaringan
adiposa abdomen subkutan wanita. Dihidrotestosteron (DHT) menstimulasi kadar protein
25 ekspresi protein LPL oleh DHT. Akan tetapi, kompleksitas dari antiandrogen terhadap
aberasi lipid pada SOPK sebaiknya diperiksa lebih lanjut, karena pemberian flutamid telah
menyebabkan hasil yang kontradiktif terhadap profil lipid wanita dengan SOPK.13
2.5.1.4.
Resistensi insulin didefinisikan sebagai keadaan dimana kerja insulin tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan metabolik jaringan perifer walaupun jumlah insulin yang
disekresikan ke sirkulasi darah meningkat.19
Observasi klinis mengkonfirmasi hubungan resistensi insulin (IR) dengan
dislipidemia pada SOPK. Wanita SOPK dengan IGT atau Diabetes Mellitus tipe 2 (DM2)
memiliki prevalensi abnormalitas lipid (88%) yang lebih besar secara signifikan
dibandingkan dengan wanita SOPK dengan toleransi glukosa yang normal (58%). Sebagai
tambahan, 81% wanita SOPK dengan resistensi insulin menunjukkan abnormalitas lipid
dibandingkan dengan 65% abnormalitas lipid pada wanita SOPK dengan sensitifitas insulin
yang normal.13
Produksi hepatik yang berlebihan dari VLDL yang mengandung apoB tampaknya
sangat penting diantara mekanisme mekanisme yang diusulkan yang menghubungkan IR dan
hipertrigliseridemia. Aberasi metabolisme apoB tampaknya berkontribusi secara signifikan
terhadap produksi hepatik yang berlebihan dari VLDL. Adanya kelebihan trigliserida dan
kolesterol (pada tingkat yang lebih kecil) dikombinasikan dengan peningkatan ekspresi
protein trigliserida mikrosomal (MTP) menyokong sekresi apoB dan produksi VLDL
berikutnya. Insulin secara akut menurunkan kadar mRNA dan protein MTP. Inhibisi
transkripsi gen MTP oleh insulin diperantarai melalui kaskade protein kinase yang diaktifkan
26 model binatang dengan hiperinsulinemia dan resistensi insulin kronis, menyokong pendapat
bahwa ekspresi yang berlebihan dari MTP mungkin terlibat dalam produksi yang berlebihan
dari VLDL yang dikaitkan dengan resistensi insulin. Penurunan pembersihan protein kaya
trigliserida adalah mekanisme dislipidemia lain yang mungkin pada SOPK.13
Dalam fibroblast, otot, dan adiposit 50% pasien SOPK ada penurunan autofosforilasi
residu tirosin dari reseptor insulin dan peningkatan fosforilasi residu serin dari reseptor
insulin. Fosforilasi residu serin atau treonin dari reseptor insulin akan menurunkan transduksi
[image:46.612.92.456.180.462.2]signal, dan ini menjadi mekanisme molekular dari resistensi insulin pada pasien SOPK.20
Gambar 9. Mekanisme Resistensi Insulin5
GLUT-4 translocation
Glucose Uptake
PKBP
27 Selain mekanisme di atas resistensi insulin juga mengakibatkan peningkatan androgen
pada pasien SOPK dimana peningkatan androgen ini akan mengakibatkan perubahan profil
lipid dengan patofisiologi yang telah dijelaskan di atas. Ada beberapa mekanisme mengapa
resistensi insulin menyebabkan androgenemia yaitu: hiperinsulinemia kompensasi akibat
resistensi insulin akan menurunkan sintesis hepatik SHBG sehingga androgen bebas
meningkat dalam darah; insulin yang berlebihan dapat berikatan dengan reseptor IGF 1
dalam ovarium, menyebabkan peningkatan produksi androgen oleh sel sel teka; fosforilasi
residu serin enzim P450c17 adrenal dan ovarium pada pasien SOPK meningkatkan aktifitas
enzim 17,20 lyase yang akan memproduksi hiperandrogenisme.20
Wanita dengan SOPK memiliki kadar kolesterol HDL yang lebih rendah secara
signifikan, prediktor metabolik yang kuat dari penyakit jantung koroner. Sebaliknya, peneliti
[image:47.612.92.375.65.337.2]lain melaporkan kadar kolesterol HDL yang lebih tinggi dari kadar normal pada pasien
28 SOPK, walaupun perbedaan ini tidak signifikan setelah menyesuaikan/mengontrol variabel
variabel lain seperti body mass index (BMI) dan insulin puasa. Pada keadaan resistensi
insulin, kadar HDL yang rendah sering dihubungkan dengan hipertrigliseridemia, walaupun
ada pengecualian.13
Sebagai kesimpulan, SOPK, suatu entitas kompleks yang heterogen, dihubungkan
dengan profil lipoprotein yang aterogenik, dikarakterisasi dengan peningkatan lipoprotein
kaya trigliserida, peningkatan LDL kecil yang padat dan penurunan HDL. Resistensi insulin
secara klasik dihubungkan dengan perubahan perubahan ini dan hiperandrogenemia mungkin
berkontribusi terhadap kadar HDL yang rendah dengan menstimulasi aktifitas lipase hepatik.
Dislipidemia adalah salah satu konsekuensi metabolik yang paling membingungkan, dan,
dalam hubungannya dengan IR, meningkatkan resiko untuk terjadinya diabetes dan penyakit
kardiovaskular pada wanita dengan sindroma ini. Dengan mempertimbangkan interaksi