Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 50
KESALAHAN PENGGUNAAN TINGKAT TUTUR BAHASA JAWA PADA KARANG TARUNA DI DESA GEMEKSEKTI KECAMATAN KEBUMEN KABUPATEN KEBUMEN
Oleh: Iham Rasidi
program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa ilhamrasidi12@gmail.com
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mendeskripsikan kesalahan tingkat tutur ragam ngoko pada penutur di Desa Gemaksekti Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen: 2) Mendeskripsikan kesalahan tingkat tutur ragam krama pada penutur di Desa Gemeksekti Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini berupa tuturan karang taruna yang ada di Desa Gemeksekti Kecamatan Kebumen. Subjek penelitian ini adalah warga Karang Taruna yang ada di Desa Gemeksekti Kecamatan Kebumen. Objek penelitiannya adalah tuturan bahasa Jawa ragam ngoko dan krama pada Karang Taruna di Desa Gemeksekti Kecamatan Kebumen. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik simak bebas libat cakap, teknik rekam dan teknik simak cakap. Instrumen yang digunakan adalah menggunakan dokumentasi sebagai instrumen penelitianya. Teknik analisis data digunakan untuk mendiskripsikan tuturan ngoko dan krama, dan hasil data yang telah dianalisis tersebut disajikan secara informal. Hasil penelitian ini adalah: 1) Kesalahan tingkat tutur bahasa Jawa ragam ngoko pada Karang Taruna di Desa Gemaksekti Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen dengan jumlah seluruh 741 kata. Kesalahan tutur 78 kata. tuturan yang benar 663 kata. 2) kesalahan tingkat tutur bahasa Jawa ragam krama pada penutur di Desa Gemeksekti Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen dengan jumlah seluruh 575 kata. Kesalahan tutur 73 kata. tuturan yang benar 502 kata.
Katakunci : Tingkat tutur ngoko dan krama di Desa Gemeksekti Pendahuluan
Bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi (arbiter) yang dipakai oleh kelompok masyarakat untuk saling berhubungan dan berinteraksi. Setiap ke-lompok masyarakat pasti mempunyai ciri khas bahasa betapapun sederhananya bahasa tersebut. Mereka mempunyai identitas bahasanya sendiri yang bisa di-pahami oleh mereka sendiri. Menurut Tarigan (2009:3) bahasa adalah milik manusia bahasa adalah salah satu ciri pembeda utama kita umat manusia dengan mahluk lain di dunia ini.
Bahasa Jawa merupakan bahasa yang memiliki jumlah penutur paling banyak di Indonesia. Jumlah penutur bahasa Jawa relatif dominan di Pulau Jawa. Bahasa Jawa bukan hanya sekedar sebagai bahasa komunikasi, tetapi juga sebagai bahasa ekspresi bagi pemakainya, pemakaian tingkat tutur bahasa Jawa secara tepat dapat menanamkan pendidikan berkarakter, nilai-nilai budi pekerti luhur, senang menghargai dan menghormati orang lain. Pada penelitian ini peneliti memilih karang taruna sebagai subjek penelitian. Melihat peran dalam masyarakat Desa Gemeksekti sebagai
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 51
tempat induk pemuda di Desa Gemeksekti yang tidak boleh dianggap remeh. keberadaannya seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Dengan melihat dan mempertimbangkan hal tersebut, penulis memilih karang taruna sebagai subjek penelitiannya.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah karang taruna di Desa Gemeksekti Kecamatan Kebumen. Objek dalam penelitian ini adalah Tingkat Tutur bahasa Jawa ragam ngoko dan krama pada karang taruna di Desa Gemeksekti Kecamatan Kebumen. Populasi ini adalah seluruh karang taruna di Desa Gemeksekti mulai dari umur 15 tahun sampai 25 tahun. Sampel dalam penelitian ini adalah karang taruna yang ada di Desa Gemeksekti Kecamatan Kebumen. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. (Menurut Sugiyono, 2012:193). Teknik pengumpulan data pada penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut: Teknik Simak Bebas Libat Cakap, Teknik Rekam, Teknik Simak Catat. Instrumen/alat bantu yang digunakan salah satunya adalah handphone, digunakan untuk merekam percakapan. Selanjutnya instrument/alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara teknik catat yaitu berupa alat tulis (kertas).
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Teknik analisis data dalam metode deskriptif kualitatif dilakukan melalui tiga tahapan yaitu (1) Pengumpulan kesalaham tuturan (2) Pembahasan, dan (3) Simpulan.
Penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode informal karena penelitian ini lebih tepat disajikan dengan kata-kata, tidak dengan lambang atau tanda-tanda.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 52
Pembahasan:
1. Data Kesalahan Tingkat Tutur Bahasa Jawa Ragam Ngoko
No Kosa kata Arti Jumlah Kode tutur
1 Cekap Cukup 1 (Az.25 - Am.23) (87)
2 Jawah Hujan 3 (Yu.24 - Am.23) (76)
3 Kados Seperti 2 (Az.25 - Am.23) (101)
4 Kathah Banyak 1 (Iw.28 - Yo.26) (93)
5 Kempal Rapat 1 (Ni.21-Ro.22) (72)
6 Kepripun Bagiamana `2 (Yo.26-Am.23) (30)
7 Leres Benar 1 (Iw.28-Az.25) (45)
2. Data Kesalahan Tingkat Tutur Bahasa Jawa Ragam Krama
No Kosa kata Arti Jumlah Kode tutur
1 Catat Tulis 2 Ri.21-Yo.26 (26)
2 Dipandang Dilihat 1 Az.25 - Yo.26 (31)
3 Diwaca Dibaca 1 Yo.26 - Anggota (56)
4 Enten Ada 3 Yo.26 - Anggota (106)
5 Dipandang Dilihat 1 Az.25 - Yo.26 (31)
Pembahasan:
a. Kesalahan Tuturan ragam ngoko.
1. Cekap
Kata ‘cekap’ yang terdapat dalam tuturan nomer (87) yang berarti cukup. Dalam tuturan ini penutur berkomunikasi langsung dengan anggota karang taruna dan lawan tuturnya lebih muda, sehingga tidak ada jarak antara keduanya, dengan perkataan lain hubungan keduanya tidak dibatasi oleh semacam rasa saling meng-hormati atau pakewuh (Yo26-Ro.22) sehingga tuturan yang digunakan akan lebih tepat jika penutur menggunakan ragam ngoko. Dalam tuturan di atas penggunaan kata ‘cekap’ lebih tepat apabila penutur menggunakan kata ‘cukup’
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 53
2. Jawah
Kata ‘jawah’ yang terdapat dalam tuturan nomer (76) yang berarti hujan. Dalam tuturan ini penutur berkomunikasi langsung dengan sesama anggota karang taruna atau dengan orang yang seumuran dan tidak ada jarak antara keduanya, sehingga dengan perkataan lain hubungan keduanya tidak dibatasi oleh semacam rasa saling menghormati atau pakewuh (Yu.24-Am.23) sehingga tuturan yang digunakan akan lebih tepat jika penutur menggunakan ragam ngoko. Dalam tuturan di atas penggunaan kata ‘jawah’ lebih tepat apabila penutur menggunakan kata ‘udan’
3. Kados
Kata ‘kados’ yang terdapat dalam tuturan nomer (101) yang berarti seperti. Dalam tuturan ini penutur berkomunikasi langsung dengan sesama anggota karang taruna atau dengan orang yang seumuran dan tidak ada jarak antara keduanya, sehingga dengan perkataan lain hubungan keduanya tidak dibatasi oleh semacam rasa saling menghormati atau pakewuh (Ya.19-Ri.22) sehingga tuturan yang digunakan akan lebih tepat jika penutur menggunakan ragam ngoko. Dalam tuturan di atas penggunaan kata ‘kados’ lebih tepat apabila penutur menggunakan kata ‘kaya’
4. Kathah
Kata ‘kathah’ yang terdapat dalam tuturan nomer (93) yang berarti banyak. Dalam tuturan ini penutur berkomunikasi langsung dengan anggota karang taruna atau dengan orang yang seumuran dan tidak ada jarak antara keduanya, sehingga dengan perkataan lain hubungan keduanya tidak dibatasi oleh semacam rasa saling meng-hormati atau pakewuh (Iw.28-Yo.26) sehingga tuturan yang di-gunakan akan lebih tepat jika penutur menggunakan ragam ngoko. Dalam tuturan di atas penggunaan kata ‘kathah’ lebih tepat apabila penutur menggunakan kata ‘akeh’.
5. Kempal
Kata ‘kempal’ yang terdapat dalam tuturan nomer (72) yang berarti rapat. Dalam tuturan ini penutur berkomunikasi langsung dengan
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 54
sesama anggota karang taruna atau dengan orang yang seumuran dan tidak ada jarak antara keduanya, sehingga dengan perkataan lain hubungan keduanya tidak dibatasi oleh semacam rasa saling menghormati atau
pakewuh (Ni.21-Ro.22) sehingga tuturan yang digunakan akan lebih tepat
jika penutur menggunakan ragam ngoko. Dalam tuturan di atas penggunaan kata ‘kempal’ lebih tepat apabila penutur menggunakan kata
‘kumpul’
6. Kepripun
Kata ‘kepripun’ yang terdapat dalam tuturan nomer (30) yang berarti bagimana. Dalam tuturan ini penurur ber-komunikasi langsung dengan anggota karang taruna atau dengan orang yang seumuran dan tidak ada jarak antara keduanya, sehingga dengan perkataan lain hubungan keduanya tidak dibatasi oleh semacam rasa saling meng-hormati atau
pakewuh (Yo.26-Az.25) sehingga tuturan yang di-gunakan akan lebuh tepat
jika penutur menggunakan ragam ngoko. Dalam ‘kepripun’ di atas penggunaan kata ‘kepripun’ akan lebih tepat apabila penutur menggunakan kata ‘keprie’.
7. Leres
Kata ‘leres’ yang terdapat dalam tuturan nomer (45) yang berarti benar. Dalam tuturan ini penutur berkomunikasi langsung dengan anggota karang taruna dan lawan tuturnya lebih muda, sehingga tidak ada jarak antara keduanya, dengan perkataan lain hubungan keduanya tidak dibatasi oleh semacam rasa saling menghornati atau pakewuh (Iw.28-Yu.24) sehingga tuturan yang digunakan akan lebih tepat jika penutur menggunakan ragam ngoko. Dalam tuturan di atas penggunaan kata ‘leres’ lebih tepat apabila penutur menggunakan kata ‘bener’
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 55
b. KesalahanTuturan ragam krama.
1. Bentuk
Kata ‘bentuk’ yang terdapat dalam tuturan nomer (10) yang berarti bentuk. Karena dalam tuturan ini penutur berkomunikasi langsung dengan seluruh anggota karang taruna dengan tujuan untuk menghormati lawan bicara atau menghargai seluruh anggota karang taruna. (Yo.26-Anggota) sehingga tuturan yang digunakan akan lebih tepat jika menggunakan ragam
krama. Dalam tuturan di atas peng-gunaan kata ‘bentuk’ akan lebih tepat
apabila penutur menggunakan kata ‘damel’ 1. Catat
Kata ‘catat’ yang terdapat dalam tuturan nomer (28) yang berarti tulis. Karena dalam tuturan ini penutur berkomunikasi langsung dengan ketua anggota karang taruna dengan tujuan untuk menghormati lawan bicara atau menghargai ketua anggota karang taruna. (Ri.21-Yo.26) sehingga tuturan yang digunakan akan lebih tepat jika menggunakan ragam krama. Dalam tuturan di atas penggunaan kata ‘catat’ akan lebih tepat apabila Penutur meng-gunakan kata ‘serat’
2. Dipandang
Kata ‘dipandang’ yang terdapat dalam tuturan nomer (31) yang berarti dilihat. Karena dalam tuturan ini penutur ber-komunikasi langsung dengan ketua anggota karang taruna dengan tujuan untuk menghormati lawan bicara atau menghargai ketua anggota karang taruna. (Az.25-Yo.26) sehingga tuturan yang digunakan akan lebih tepat jika menggunakan ragam krama. Dalam tuturan di atas penggunaan kata ‘dipandang’ akan lebih tepat apabila penutur menggunakan kata ‘dipunpirsani’
3. Diwaca
Kata diwaca yang terdapat dalam tuturan nomer (51) yang berarti ‘dibaca’. Karena dalam tuturan ini penutur ber-komunikasi langsung dengan seluruh anggota karang taruna dengan tujuan untuk menghormati lawan bicara atau menghargai seluruh anggota karang
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 56
taruna. (Yo.26-Anggota) sehingga tuturan yang digunakan akan lebih tepat jika menggunakan ragam krama. Dalam tuturan di atas penggunaan kata ‘diwaca’ akan lebih tepat apabila penutur menggunakan kata ‘dipunwaos’
4. Enten
Kata ‘enten’ yang terdapat dalam tuturan nomer (106) yang berarti ada. Karena dalam tuturan ini penutur berkomunikasi langsung dengan seluruh anggota karang taruna dengan tujuan untuk menghormati lawan bicara atau menghargai seluruh anggota karang taruna. (Yo.26-Anggota) sehingga tuturan yang digunakan akan lebih tepat jika menggunakan ragam krama. Dalam tuturan di atas penggunaan kata ‘enten’ akan lebih tepat apabila penutur menggunakan kata ‘womten’
5. Jagongan
Kata ‘jagongan’ yang terdapat dalam tuturan nomer (112) yang berarti ‘duduk-duduk’. Karena dalam tuturan ini penutur berkomunikasi langsung dengan seluruh anggota karang taruna dengan tujuan untuk menghormati lawan bicara atau menghargai seluruh anggota karang taruna. (Yo.26-Anggota) sehingga tuturan akan lebih tepat jika menggunakan ragam krama. Dalam tuturan di atas peng-gunaan kata ‘jagongan’ akan lebih tepat apabila penutur menggunakan kata ‘lenggahan’
Simpulan
Kesalahan penggunaan tingkat tutur bahasa Jawa pada karang taruna di Desa Gemeksekti sebagian besar masih menggunakan tingkat tutur ragam ngoko dan krama. Hal tersebut dapat kita lihat kesalahan tuturan yang diucapkan oleh orang muda kepada orang yang umurnya lebih tua, sehingga akan lebih tepat jika penutur menggunakan tingkat tutur krama. meskipun mereka berkomunikasi dengan orang yang status sosialnya lebih tinggi. Dan sebaliknya penggunaan tingkat tutur ngoko akan lebih tepat jika digunakan oleh orang yang lebih tua kepada yang lebih muda .
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 57
Daftar Pustaka
Chaer, Abdul dan agustina,leonie. 2010. Psikolinguistik Perkenalan Awal . Jakarta : PT Rineka Cipta.
Guntur Hendry. 2009. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Tim Penyunting Angkasa. Ohoiwutun, Paul. 2007. Sosiolinguistik Memahami Bahasa Dalam Konteks Masyarakat
Dan Budaya. Bekasi Timur: Herman Sudrajat.
Sasangka, S.S.T Wisnu.2004. Unggah-Ungguh Bahasa Jawa. Jakarta : Yayasam Paramalingua.