• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini adalah prevalensi seksio sesarea dengan indikasi disproporsi fetopelvik yang juga akan meninjau karakteristik ibu dan bayi.

3.2. Variabel dan Definisi Operasional 3.2.1. Seksio Sesarea

Seksio sesarea adalah suatu tindakan insisi perut dan uterus dengan tujuan untuk mengeluarkan janin, dilakukan oleh dokter-dokter ahli kebidanan pada ibu hamil atas indikasi tertentu di RSUP Haji Adam Malik dari tahun 2008-2009.

(2)

3.2.2. Disproporsi Fetopelvik

Disproporsi fetopelvik adalah ketidaksesuaian antara ukuran panggul ibu dengan janin yang akan dilahirkan sehingga membutuhkan tindakan seksio sesarea di RSUP Haji Adam Malik dari tahun 2008-2009.

Disproporsi fetopelvik di sini mencakup disproporsi absolut primer (penyempitan panggul ibu).

3.2.3. Umur

Umur merupakan usia ibu saat melahirkan sesuai yang tercantum dalam status ibu. Umur ibu dikategorikan menjadi:

a. Kehamilan risiko tinggi (< 20 tahun, atau > 35 tahun) b. Kehamilan risiko rendah (20 tahun – 35 tahun) (Mochtar, 1998)

3.2.4. Suku

Suku merupakan suku asal ibu yang tercantum dalam status ibu.

3.2.5. Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan tinggi badan ibu yang tercantum pada status ibu. Tinggi badan ibu dikategorikan menjadi:

a. Pendek : < 155 cm b. Tidak pendek : 155-165 cm (Nurmianto, 2003)

3.2.6. BMI

BMI merupakan hasil pembagian antara berat badan sebelum hamil dengan kuadrat dari tinggi badan ibu. BMI ibu dikategorikan menjadi:

a. Underweight : < 18,5 kg/m2 b. Normal : 18,5-22,9 kg/m2 c. Overweight : 23-24,9 kg/m2

d. Obese : ≥ 25 kg/m2

(WHO, 2000)

(3)

3.2.7. Paritas

Paritas merupakan jumlah persalinan bayi di atas 20 minggu yang pernah dialami ibu sebelum persalinan saat ini yang tercantum dalam satus ibu. Paritas ibu dikategorikan menjadi:

a. Nulipara : jumlah persalinan 0 b. Primipara : jumlah persalinan 1 c. Multipara : jumlah persalinan 2-5 d. Grandemultipara : jumlah persalinan > 5 (Mochtar, 1998)

3.2.8. Riwayat Persalinan

Riwayat persalinan merupakan cara persalinan serta kondisi pada kehamilan sebelumnya yang tercantum dalam status ibu. Dapat dikategorikan menjadi:

a. Normal b. Distosia

c. Ekstraksi vakum/ forsep d. Seksio sesarea

e. Fetal distress f. Makrosomia g. Abortus h. Malposisi

3.2.9. Riwayat Penyakit

Riwayat penyakit merupakan penyakit-penyakit yang pernah diderita ibu yang memiliki risiko terhadap kehamilan dan persalinan saat ini yang tercantum dalam status ibu. Dapat dikategorikan menjadi:

a. Tidak ada b. TBC c. Asma

d. Diabetes mellitus e. Hipertensi

f. Dan lain-lain

(4)

3.2.10. Komplikasi Persalinan

Komplikasi persalinan merupakan pengaruh negatif terhadap ibu berkaitan dengan tindakan seksio sesarea yang dijalaninya saat ini yang tercantum dalam rekam medis. Komplikasi persalinan dikategorikan menjadi:

a. Infeksi ringan : kenaikan suhu beberapa hari saja

b. Infeksi sedang : kenaikan suhu lebih tinggi, disertai dehidrasi, dan perut kembung

c. Infeksi berat : disertai peritonitis, sepsis, dan ileus paralitik d. Perdarahan

e. Tanpa komplikasi 3.2.11. Berat Badan Bayi

Berat badan bayi merupakan berat badan bayi yang ditimbang sesaat setelah persalinan secara seksio sesarea di RSUP Haji Adam Malik dari tahun 2008-2009. Berat badan bayi dikategorikan menjadi:

a. Berat badan normal : 2500 gram – 4000 gram b. Berat badan lahir rendah : < 2500 gram

c. Makrosomia : > 4000 gram 3.2.12. Nilai APGAR

Nilai APGAR merupakan nilai evaluasi pada bayi baru lahir, ditentukan oleh dokter yang bertugas di RSUP Haji Adam Malik.

Komponen-komponen yang ditinjau dalam menentukan nilai APGAR:

Tabel 3.1. Komponen-komponen dalam Penentuan Nilai APGAR

0 1 2

Tonus otot

(Activity) Tidak ada Fleksi lengan dan

tungkai bawah Gerakan aktif Denyut nadi

(Pulse) Tidak ada < 100 x/menit > 100x/menit Refleks

(Grimace)

Lemah/ tidak ada refleks saat

distimulasi

Meringis (Grimace)

Gerakan aktif (batuk, bersin,

menghindar)

(5)

Warna kulit

(Appearance) Pucat, biru

Badan merah muda, ekstremitas

kebiruan

Merah muda secara keseluruhan Pernafasan

(Respiration) Tidak ada Lambat, ireguler Menangis kuat Interpretasi nilai APGAR:

a. Kondisi baik : 7-10 b. Rendah : 4-6 c. Sangat rendah : 0-3

3.3. Cara Ukur

Penelitian dilakukan melalui analisa data yang tercantum dalam rekam medis (data sekunder) di bagian rekam medis RSUP Haji Adam Malik.

3.4. Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan adalah data-data yang tercantum dalam rekam medis di RSUP Haji Adam Malik dati tahun 2008-2009.

3.5. Skala Ukur

Skala ukur digunakan dalam penelitian ini adalah skala nominal dan ordinal.

(6)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah studi deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu keadaan melalui variabel-variabel pengukuran.

Disebut cross sectional karena pengukuran terhadap variabel-variabel dilakukan pada waktu tertentu. Di mana pada penelitian ini pengukuran dilakukan terhadap ibu-ibu yang menjalani seksio sesarea dengan indikasi disproporsi fetopelvik.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu Penelitian

Pengumpulan data dilakukan pada bulan September 2012.

4.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan, karena rumah sakit ini merupakan pusat pelayanan besar di kota Medan, mudah dijangkau oleh masyarakat, dengan jumlah pasien yang relatif banyak sehingga diharapkan populasi yang diperlukan untuk penelitian ini dapat tercapai. Selain itu, RSUP Haji Adam Malik merupakan rumah sakit umum yang memiliki ahli-ahli kebidanan dengan fasilitas memadai sehingga menjadi pusat rujukan dan penelitian di kota Medan.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien yang menjalani persalinan secara seksio sesarea di RSUP Haji Adam Malik Medan dari tahun 2008-2009.

(7)

4.3.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh populasi penelitian, yaitu seluruh pasien yang menjalani persalinan seksio sesarea di RSUP Haji Adam Malik periode Januari 2008 sampai Desember 2009 (total sampling).

Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah ketidaktersediaan data lengkap pada rekam medis pasien yang dijadikan subjek penelitian.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah mendapat rekomendasi izin pelaksanaan penelitian dari Institusi Pendidikan dan Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Selanjutnya, data pasien-pasien yang menjalani seksio sesarea periode Januari 2008 sampai Desember 2009 diambil dengan menggunakan data sekunder, yaitu data rekam medis pasien yang menjalani seksio sesarea di RSUP Haji Adam Malik.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

Semua data yang dikumpulkan dicatat, diolah, dan disajikan dalam bentuk tabel sesuai dengan kebutuhan penelitian dengan bantuan program komputer. Alur pengambilan data dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Alur Pengambilan Sampel

Persalinan Seksio Sesarea

N = 99

Kriteria Inklusi-Ekslusi

Memenuhi N = 91

Indikasi Disproporsi

Fetopelvik N = 28

Indikasi Lain N = 63

Tidak Memenuhi

N = 8

(8)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik, Medan terletak di kecamatan Medan Tuntungan, Jalan Bunga Lau No 17. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit tipe A dan menjadi rumah sakit rujukan untuk propinsi Sumatera Utara.

5.1.2. Karakteristik Subjek Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada bulan September 2012. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data rekam medis dari seluruh ibu yang menjalani seksio sesarea dari bulan Januari 2008 hingga Desember 2009. Dalam hal ini telah dilakukan penelitian cross sectional terhadap 91 subjek penelitian memenuhi kriteria inklusi. Hasil diperoleh dengan melihat dan menganalisa data rekam medis yang terdapat di Instalasi Rekam Medis RSUP. Haji Adam Malik, Medan.

5.1.3. Prevalensi Tindakan Seksio Sesarea dengan Indikasi Disproporsi Fetopelvik

% Disproporsi fetopelvik = __

Jumlah Tindakan Seksio Sesarea Jumlah Disproporsi fetopelvik__

= 28 91

= 30,8%

Prevalensi ibu yang menjalani seksio sesarea dengan indikasi disproporsi fetopelvik dibandingkan dengan keseluruhan tindakan seksio sesarea di RSUP Haji Adam Malik dari bulan Januari 2008 hinga desember 2009 adalah sebesar 30,8%

(9)

5.1.4. Distribusi Karakteristik Subjek Penelitian

Ada beberapa karakteristik yang dinilai dalam penelitian ini, antara lain: indikasi seksio sesarea, sosiodemografi (umur dan suku), fisik biologis ibu (tinggi badan dan BMI), mediko obstetrik (paritas, riwayat persalinan, riwayat penyakit, komplikasi persalinan), dan gambaran bayi (berat badan lahir, panjang badan lahir, dan nilai APGAR).

Tabel 5.1. Distribusi Indikasi Seksio Sesarea tahun 2008 – 2009

Indikasi N %

Riwayat seksio sesarea 30 33,0

Disproporsi fetopelvik 28 30,8

Permintaan 9 9,9

Malpresentasi 6 6,6

Makrosomia 6 6,6

Fetal distress 5 5,5

Preeklamsi 3 3,3

Distosia 2 2,2

Lain-lain 2 2,2

Total 91 100,0

Dari Tabel 5.1. dapat dilihat bahwa indikasi tersering dilakukannya tindakan seksio sesarea di RSUP Haji Adam Malik dari bulan Januari 2008 hingga December 2009 adalah riwayat seksio sesarea (33%). Disproporsi fetopelvik merupakan indikasi kedua tersering dilakukannya tindakan seksio sesarea (30,8%).

Tabel 5.2. Distribusi Sosiodemografi Ibu yang Melahirkan secara Seksio Sesarea

Sosiodemografi N %

Umur

< 20 tahun 3 3,3

20 – 35 tahun 72 79,1

(10)

> 35 tahun Suku

Batak Aceh Jawa

16

60 7 24

17,6

65,9 7,7 26,4

Total 91 100.0

Dari Tabel 5.2. terlihat bahwa proporsi terbanyak ibu yang menjalani persalinan seksio sesarea adalah ibu yang berusia 20-35 tahun, yaitu sebanyak 72 orang (79,1%), sementara ibu yang berusia di atas 35 tahun berjumlah 16 orang (17,6%), dan ibu yang berusia di bawah 20 tahun berjumlah 3 orang (3,3%). Selain itu, dapat dilihat bahwa ibu yang menjalani persalinan seksio sesarea adalah ibu bersuku Batak (60%), Jawa (26,4%) dan Aceh (7,7%).

Tabel 5.3. Distribusi Sosiodemografi Ibu yang Melahirkan secara Seksio Sesarea dengan Indikasi Disproporsi Fetopelvik

Sosiodemografi N %

Umur

<20 2 7,1

20-35 24 85,7

>35 Suku

Batak Aceh Jawa

2

20 4 4

7,1

71,4 14,3 14,3

Total 28 100,0

Dari Tabel 5.3. terlihat bahwa proporsi terbanyak ibu yang menjalani persalinan seksio sesarea dengan indikasi disproporsi fetopelvik adalah ibu yang berusia 20-35 tahun, yaitu sebanyak 24 orang (85,7%), sementara ibu yang berusia >35 tahun dan <20 tahun masing-masing berjumlah 2 orang (7,1%). Selain itu, dapat dilihat juga bahwa ibu yang menjalani seksio sesarea dengan indikasi disproporsi fetopelvik adalah ibu bersuku Batak (71,4%), Jawa (14,3%) dan Aceh (14,3%).

(11)

Tabel 5.4. Distribusi Karakteristik Fisik Biologis Ibu yang Melahirkan secara Seksio Sesarea

Fisik Biologis N %

Tinggi Badan

<155 155-164

>164 IMT

BB Kurang

47 40 4

21

51,6 44,0 4,4

23,1

Normal 61 67,0

BB Lebih 5 5,5

Obesitas 4 4,4

Total 91 100,0

Dari Tabel 5.4. dapat dilihat bahwa jumlah persalinan seksio sesarea yang dilakukan pada ibu dengan tinggi badan <155 cm adalah sebanyak 47 tindakan (51,6%), pada ibu dengan tinggi badan 155-164 cm sebanyak 40 tindakan (44%), dan pada ibu dengan tinggi badan >164 cm sebanyak 4 tindakan (4,4%). Seksio sesarea paling banyak dilakukan pada ibu dengan berat badan normal (67%), diikuti ibu dengan berat badan kurang (23,1%), berat badan lebih (5,5%), dan obesitas (4,4%).

Tabel 5.5. Distribusi Karakteristik Fisik Biologis Ibu yang Melahirkan secara Seksio Sesarea dengan Indikasi Disproporsi Fetopelvik

Fisik Biologis N %

Tinggi Badan

<155 155-164 IMT

BB Kurang

23 5

8

82,1 17,9

28,6

Normal 17 60,7

BB Lebih 2 7,1

Obesitas 1 3,6

Total 28 100,0

Dari Tabel 5.5. dapat dilihat bahwa persalinan seksio sesarea dengan indikasi disproporsi fetopelvik yang dilakukan pada ibu dengan tinggi badan

(12)

<155 cm berjumlah 23 tindakan (82,1%), dan pada ibu dengan tinggi badan 155-164 cm berjumlah 5 tindakan (17,9%). Tidak dijumpai ibu dengan tinggi badan >164 cm yang menjalani seksio sesarea dengan indikasi disproporsi fetopelvik. Seksio sesarea dengan indikasi disproporsi fetopelvik paling banyak dilakukan pada ibu dengan berat badan normal, yaitu berjumlah 17 orang (60,7%). sementara ibu dengan berat badan kurang berjumlah 8 orang (28,6%), ibu dengan berat badan lebih berjumlah 2 orang (7,1%), dan ibu obesitas berjumlah 1 orang (4,4%).

Tabel 5.6. Tabulasi Silang Tinggi Badan Ibu dengan Kejadian Disproporsi Fetopelvik

Disproporsi Fetopelvik Total

Ya % Tidak % N %

Tinggi Ibu

Pendek 23 48,9 24 51,1 47 100

Tidak Pendek 5 11,4 39 88,6 44 100

Dari Tabel 5.6. dapat dilihat bahwa dari 47 orang ibu dengan kategori tinggi badan pendek, 23 orang (48,9%) menjalani seksio sesarea dengan indikasi disproporsi fetopelvik. Dari 44 orang ibu dengan kategori tinggi badan tidak pendek, hanya 5 orang (11,4%) yang menjalani seksio sesarea dengan indikasi disproporsi fetopelvik.

Berdasarkan uji Pearson chi square didapat nilai signifikansi 0,001 (p value < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tinggi badan ibu dengan kejadian disproporsi fetopelvik.

Tabel 5.7. Distribusi Karakteristik Mediko Obstetrik Ibu yang Melahirkan secara Seksio Sesarea

Paritas N %

Paritas

Nulipara 17 18,7

Primipara 38 41,8

Multipara 33 36,3

Grandemultipara Riwayat persalinan

Seksio sesarea Tidak ada

3

43 30

3,3

47,3 33,0

(13)

Fetal distress Distosia Makrosomia Abortus Malposisi Riwayat penyakit

Tidak ada Alergi obat Hipertensi HIV Komplikasi

Tidak ada

11 2 2 2 1

87 2 1 1

91

12,1 2,2 2,2 2,2 1,1

95,6 2,2 1,1 1,1

100,0

Total 91 100,0

Dari Tabel 5.7. dapat dilihat bahwa persalinan seksio sesarea dilakukan oleh ibu nulipara (18,7%), primipara (41,8%), multipara (36,3%), dan grandemultipara (3,3%). Proporsi ibu yang menjalani persalinan seksio berdasarkan riwayat persalinan yaitu: seksio sesarea pada persalinan sebelumnya (47,3%), fetal distress (12,1%), distosia (2,2%), makrosomia (2,2%), abortus (2,2%), dan malposisi (1,1%). Selain itu, terdapat ibu-ibu yang tidak memiliki riwayat pada persalinan sebelumnya (33%). Seksio sesarea paling banyak dilakukan oleh ibu tanpa riwayat penyakit (95,6%).

Selain itu, didapati 2 orang subjek dengan riwayat alergi obat, 1 orang dengan riwayat hipertensi, dan 1 orang pengidap HIV.

Tabel 5.8. Distribusi Karakteristik Mediko Obstetrik Ibu yang Melahirkan secara Seksio Sesarea dengan Indikasi Disproporsi Fetopelvik

Paritas N %

Paritas

Nulipara 4 14,3

Primipara 12 42,9

Multipara 12 42.9

Riwayat persalinan Tidak ada Seksio sesarea Fetal distress

4 21

3

14,3 75,0 10,7

(14)

Riwayat penyakit Tidak ada Komplikasi Tidak ada

28

28

100,0

100,0

Total 28 100,0

Dari Tabel 5.8. dapat dilihat bahwa persalinan seksio sesarea dengan indikasi disproporsi fetopelvik dilakukan oleh ibu primipara (42,9%), multipara (42,9%), dan nulipara (14,3%). Sebagian besar ibu memiliki riwayat seksio sesarea (75%). Seluruh ibu yang menjalani seksio sesarea dengan indikasi disproporsi fetopelvik tidak memiliki riwayat penyakit dan tidak mengalami komplikasi oleh tindakan seksio sesarea yang dijalaninya.

Tabel 5.9. Distribusi Gambaran Bayi Dilahirkan secara Seksio Sesarea

Gambaran Bayi Frekuensi Persentase (%) Berat Badan Lahir

BBLR 11 12,1

Normal 74 81,3

BBLT

Nilai APGAR menit ke-1 Sangat rendah

Rendah Kondisi baik

Nilai APGAR menit ke-5 Rendah

Kondisi baik

6

1 9 81

2 89

6,6

1,1 9,9 89,0

2,2 97,8

Total 91 100,0

Dari Tabel 5.9. terlihat bahwa proporsi bayi dengan berat badan lahir normal berjumlah 74 orang (81,3%), dengan berat badan lahir rendah berjumlah 11 orang (12,1%), dan dengan berat badan lahir tinggi berjumlah 6 orang (6,6%). Sebagian besar bayi memiliki nilai APGAR yang baik pada menit pertama (89%) dan meningkat pada menit ke-5 (97,8%). Sementara bayi dengan nilai APGAR yang rendah (9,9%) dan sangat rendah (1,1%) pada menit pertama mengalami penurunan pada menit ke-5 (2,2%).

(15)

Tabel 5.10. Distribusi Gambaran Bayi yang Dilahirkan secara Seksio Sesarea dengan Indikasi Disproporsi Fetopelvik

Gambaran Bayi Frekuensi Persentase (%) Berat Badan Lahir

BBLR 4 14,3

Normal 24 85,7

Nilai APGAR menit ke-1 Rendah

Kondisi baik

Nilai APGAR menit ke-5 Kondisi baik

2 26

28

7,1 92,9

100,0

Total 28 100,0

Dari Tabel 5.10. terlihat bahwa proporsi bayi dengan berat badan lahir normal berjumlah 24 orang (85,7%), dengan berat badan lahir rendah berjumlah 4 orang (14,3%), dan tidak didapati bayi dengan berat badan lahir tinggi. Selain itu, dapat dilihat bahwa sebagian besar bayi memiliki kondisi baik pada menit pertama (92,9%) dan pada menit ke-5 seluruh bayi (100%) berada dalam kondisi yang baik.

5.2. Pembahasan

5.2.1. Distribusi Indikasi Seksio Sesarea di RSUP Haji Adam Malik tahun 2008 – 2009

Dalam suatu penelitian yang dilakukan pada tahun 2009 di Asia Tenggara untuk menilai proporsi masing-masing indikasi seksio sesarea, didapati bahwa indikasi tersering dilakukannnya tindakan seksio sesarea adalah riwayat seksio sesarea sebelumnya. Dalam penelitian tersebut didapati bahwa disproporsi fetopelvik menjadi indikasi kedua tersering dilakukannya tindakan seksio sesarea (Festin, et al, 2009). Proporsi yang sama didapati pada penelitian ini. Didapati bahwa indikasi tersering dilakukannya tindakan seksio sesarea adalah riwayat seksio sesarea (33%), sementara disproporsi fetopelvik menjadi indikasi kedua tersering tindakan seksio sesarea (30,8%). Menurut laporan World Health Organization (WHO) pada tahun 2005, disproporsi fetopelvik menyumbang sebanyak 8%

(16)

dari seluruh penyebab kematian ibu di seluruh dunia. Oleh karena itu, disproporsi fetopelvik menjadi salah satu indikasi dilakukannya tindakan seksio sesarea.

5.2.2. Distribusi Sosiodemografi Ibu yang Melahirkan secara Seksio Sesarea di RSUP Haji Adam Malik

Gambar 5.1. Diagram Distribusi Proporsi Ibu yang Menjalani Seksio Sesarea dengan Indikasi Disproporsi Fetopelvik menurut Umur

Dari Gambar 5.1. dapat dilihat bahwa proporsi umur ibu terbanyak yang menjalani seksio sesarea dengan indikasi disproporsi fetopelvik adalah 20-35 tahun, yaitu sebanyak 24 orang (85,7%), sementara ibu yang berusia di atas 35 tahun dan di bawah 20 tahun masing-masing berjumlah 2 orang (7,1%). Hal ini sesuai dengan penelitian Simangunsong D. pada tahun 2003 di RSUP Pematang Siantar. Dalam penelitian tersebut didapati tindakan seksio sesarea terbanyak dilakukan oleh kelompok umur 20-35 tahun (76%)

Usia di bawah 20 tahun merupakan usia dengan risiko tinggi untuk kehamilan dan persalinan karena usia ini masih merupakan masa pertumbuhan seorang ibu, sedangkan usia di atas 35 tahun juga digolongkan ke dalam kehamilan risiko tinggi karena pada usia ini terjadi penurunan fisik dan biologis ibu (Cunningham, 2007). Tingginya proporsi ibu bersalin dengan seksio sesarea pada kelompok umur 20-35 tahun merupakan kelompok umur reproduksi yang optimal bagi ibu untuk hamil dan

20-35 tahun 85,7%

<20 tahun 7,1%

>35 tahun 7,1%

(17)

melahirkan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ginting D tahun 2007 di Rumah Sakit dr.Pirngadi Medan, di mana dalam penelitian itu kelompok umur 20-35 tahun memiliki proporsi tertinggi tindakan seksio sesarea (79,3%).

Persalinan secara seksio sesarea di RSUP Adam Malik dilakukan oleh ibu bersuku Batak (71,4%), Jawa (14,3%) dan Aceh (14,3%).

Keanekaragaman ini disebabkan karena RSUP Haji Adam Malik merupakan rumah sakit rujukan di wilayah Sumatera Utara. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Anita V tahun 2007 di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar bahwa proporsi ibu yang mengalami persalinan dengan seksio sesarea tertinggi (67,7%) terdapat pada suku Batak.

5.2.3. Karakteristik Fisik Biologis Ibu yang Melahirkan secara Seksio Sesarea di RSUP Haji Adam Malik

Gambar 5.2. Diagram Distribusi Proporsi Ibu yang Menjalani Seksio Sesarea menurut Tinggi Badan

Berdasarkan Gambar 5.2. dapat dilihat bahwa sebanyak 52 % ibu yang menjalani seksio sesarea memiliki tinggi badan kurang dari 155 cm, dan sebanyak 44% memiliki tinggi badan antara 155 hingga 164 cm.

Didapati hanya 4% dari seluruh ibu yang menjalani seksio sesarea yang memiliki tinggi badan lebih dari 164 cm. Hal ini sesuai dengan penelitian

<155 cm 52%

155-164 cm 44%

>164 cm 4%

(18)

yang menyatakan terdapat hubungan antara tinggi badan dengan metode

persalinan (Okewolle, et al, 2011).

Gambar 5.3. Diagram Distribusi Proporsi Ibu yang Menjalani Seksio Sesarea dengan Indikasi Disproporsi Fetopelvik menurut Tinggi Badan

Berdasarkan Gambar 5.3. dapat dilihat bahwa sebanyak 82 % ibu yang menjalani seksio sesarea dengan indikasi disproporsi fetopelvik memiliki tinggi badan kurang dari 155 cm. Sebanyak 18% memiliki tinggi badan antara 155 hingga 164 cm, sementara tidak didapati ibu yang memiliki tinggi badan lebih dari 164 cm. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Philpott dan Castle, yang mendapati hanya 2 dari 14 ibu dengan tinggi badan kurang dari 155 cm yang dapat menjalani persalinan normal.

Gambar 5.4. Diagram Distribusi Proporsi Ibu yang Menjalani Seksio Sesarea dengan Indikasi Disproporsi Fetopelvik menurut IMT

<155 cm 82%

155-164 18% cm

Underweight

29% Normal

61%

Overweight 7%

Obese 3%

(19)

Dari Gambar 5.4. dapat dilihat bahwa persalinan seksio sesarea dengan indikasi disproporsi fetopelvik paling banyak dilakukan oleh ibu dengan berat badan normal (60,7%), sementara ibu dengan berat badan kurang berjumlah 8 orang (28,6%), ibu dengan berat badan lebih berjumlah 2 orang (7,1%), dan ibu obesitas berjumlah 1 orang (4,4%).

Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya ibu memiliki berat badan yang normal sebelum kehamilan. Hal ini sesuai dengan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang mendapati bahwa 60,8 % wanita dewasa Sumatera Utara memiliki berat badan normal.

5.2.4. Mediko Obstetrik

Gambar 5.5. Diagram Distribusi Proporsi Ibu yang Menjalani Seksio Sesarea menurut Paritas

Dari Gambar 5.5. dapat dilihat bahwa persalinan seksio sesarea terbanyak dilakukan oleh ibu primipara (42%), diikuti oleh ibu multipara (36%), nulipara (19%), dan grandemultipara (3%). Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tjipta GD tahun 2003 di RSU Dr.

Pirngadi Medan bahwa proporsi ibu bersalin dengan seksio sesarea tertinggi 47,8% pada paritas multipara. Hal ini memperlihatkan bahwa terjadi kecenderungan penurunan jumlah anak yang dimiliki oleh suatu keluarga.

Proporsi ibu terbanyak berdasarkan riwayat persalinan adalah seksio sesarea (47,3%). Seksio sesarea paling banyak dilakukan oleh ibu tanpa riwayat penyakit (95,6%). Selain itu, didapati 2 orang subjek dengan

Nullipara 19%

Primipara

42% Multipara

36%

Grandemu ltipara

3%

(20)

riwayat alergi obat, 1 orang dengan riwayat hipertensi, dan 1 orang pengidap HIV.

Gambar 5.6. Diagram Distribusi Proporsi Ibu yang Menjalani Seksio Sesarea dengan Indikasi Disproporsi Fetopelvik menurut Paritas

Dari Gambar 5.6. dapat dilihat bahwa persalinan seksio sesarea dengan indikasi disproporsi fetopelvik dilakukan oleh ibu primipara (43%), multipara (43%), dan nulipara (14%). Proporsi ibu terbanyak berdasarkan riwayat persalinan adalah riwayat seksio sesarea (75%), selain itu terdapat ibu dengan riwayat bayi yang mengalami fetal distress pada persalinan sebelumnya (10,7%), dan tidak memiliki riwayat persalinan (14,3%). Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian yang menyatakan bahwa indikasi tersering seksio sesarea adalah riwayat seksio sesarea.

Keseluruhan seksio sesarea dilakukan oleh ibu tanpa riwayat penyakit (100%). Keseluruhan ibu (100%) tidak mengalami komplikasi pasca tindakan seksio sesarea yang dijalaninya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Anita V tahun 2007 di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar bahwa proporsi ibu yang mengalami persalinan dengan seksio sesarea tertinggi 98,8% adalah pulang dalam keadaan sehat.

Nulipara 14%

Primipara 43%

Multipara 43%

(21)

5.2.5. Gambaran Bayi

Gambar 5.7. Diagram Distribusi Proporsi Berat Badan Bayi yang Lahir secara Seksio Sesarea dengan Indikasi Disproporsi Fetopelvik

Dari Gambar 5.7. terlihat bahwa proporsi bayi dengan berat badan lahir normal berjumlah 24 orang (86%), dengan berat badan lahir rendah berjumlah 4 orang (14%), dan tidak didapati bayi dengan berat badan lahir tinggi (makrosomia). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Philpott yang dilakukan di Zimbabwe. Dalam penelitian ini Philpott mendapati bahwa bayi yang lahir dari ibu dengan disproporsi fetopelvik memiliki berat badan normal (rata-rata 3118 gr). Hal ini juga dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Hofmeyr pada tahun 2004, yang mendapati bahwa berat badan lahir tidak dapat memperkirakan terjadinya kegagalan persalinan pervaginam.

Sementara dari keseluruhan bayi bayi yang lahir secara seksio sesarea didapati 9,9% bayi memiliki nilai APGAR yang rendah dan 1,1 % bayi memiliki nilai APGAR sangat rendah pada menit pertama. Hal ini mengalami penurunan bermakna pada menit ke-5 (2,2%). Sementara bayi yang lahir dengan indikasi disproporsi fetopelvik sebagian besar memiliki kondisi baik pada menit pertama (92,9%) dan pada menit ke-5 seluruh bayi (100%) berada dalam kondisi yang baik. Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Festin, yang mendapati Indonesia memiliki angka tertinggi kejadian bayi (yang lahir secara seksio sesarea) dengan nilai APGAR menit ke-5 <7 dibandingkan tiga negara Asia Tenggara lain yaitu:

Malaysia, Thailand, dan Philipina.

BBLR

14% Normal

86%

(22)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan:

a. Dari 91 orang ibu yang menjalani seksio sesarea di RSUP Haji Adam Malik tahun 2008-2009 didapati 28 orang ibu (30,8%) yang memiliki indikasi disproporsi fetopelvik.

b. Indikasi tersering seksio sesarea di RSUP Haji Adam Malik tahun 2008- 2009 adalah riwayat seksio sesarea sebelumnya. Disproporsi fetopelvik menjadi indikasi kedua tersering seksio sesarea.

c. Berdasarkan umur ibu, diperoleh proporsi tertinggi ibu yang menjalani seksio sesarea dengan indikasi disproporsi fetopelvik adalah ibu dengan usia 20-35 tahun (85,7%).

d. Berdasarkan suku, diperoleh proporsi tertinggi ibu yang menjalani seksio sesarea dengan indikasi disproporsi fetopelvik adalah ibu bersuku Batak (71,4%).

e. Berdasarkan tinggi badan, diperoleh proporsi tertinggi ibu yang menjalani seksio sesarea dengan indikasi disproporsi fetopelvik adalah ibu dengan tinggi badan <155 cm (82,1%). Hasil tabulasi silang menunjukkan adanya hubungan antara tinggi badan ibu dengan kejadian disproporsi fetopelvik.

f. Berdasarkan IMT, diperoleh proporsi tertinggi ibu yang menjalani seksio sesarea dengan indikasi disproporsi fetopelvik adalah ibu dengan IMT normal (60,7%).

g. Berdasarkan paritas, diperoleh proporsi terbesar ibu yang menjalani seksio sesarea dengan indikasi disproporsi fetopelvik adalah ibu dengan paritas primipara dan multipara (43%).

h. Berdasarkan riwayat persalinan, diperoleh proporsi tertinggi ibu yang menjalani seksio sesarea dengan indikasi disproporsi fetopelvik adalah ibu dengan riwayat seksio sesarea (75%).

(23)

i. Berdasarkan berat badan lahir bayi, diperoleh proporsi tertinggi bayi yang lahir secara seksio sesarea dengan indikasi disproporsi fetopelvik adalah bayi dengan berat badan normal (85,7%).

j. Berdasarkan nilai APGAR, didapati bahwa 100% bayi yang lahir secara seksio sesarea dengan indikasi disproporsi fetopelvik memiliki kondisi yang baik.

6.2. Saran

a. Bagi peneliti

Diharapkan bagi peneliti di masa yang akan datang untuk dapat melakukan penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor lain yang berkaitan dengan disproporsi fetopelvik.

b. Bagi institusi pelayanan kesehatan

Institusi pelayanan kesehatan diharapkan dapat melakukan evaluasi terus menerus terhadap tindakan seksio sesarea dengan indikasi disproporsi fetopelvik untuk meningkatkan luaran ibu dan bayi.

c. Bagi masyarakat

Diharapkan ibu dengan faktor risiko disproporsi fetopelvik yang ingin menjalani persalinan seksio sesarea, melakukan komunikasi dengan dokter untuk mendapatkan informasi yang tepat mengenai seksio sesarea.

Gambar

Tabel 3.1. Komponen-komponen dalam Penentuan Nilai APGAR
Gambar 4.1. Alur Pengambilan Sampel
Tabel 5.6.  Tabulasi Silang Tinggi Badan Ibu dengan Kejadian  Disproporsi Fetopelvik
Gambar 5.1. Diagram Distribusi Proporsi Ibu yang Menjalani Seksio  Sesarea dengan Indikasi Disproporsi Fetopelvik menurut Umur
+6

Referensi

Dokumen terkait

Populasi adalah seluruh pasien penderita penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Instalasi Hemodialisis RSUP H Adam Malik Medan dan sampel sebanyak 97 orang

Populasi penelitian adalah data rekam medis dari pasien ibu hamil yang melakukan persalinan dengan presentasi bokong di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2012 –

KARAKTERISTIK PELAKSANAAN SEKSIO SESAREA BERULANG DI RSUP H. ADAM MALIK DAN

Gambaran Tekanan Darah Pasien Saat Menjalani Hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik

Untuk mengetahui karakteristik penderita stroke hemoragik yang dirawat inap, dilakukan penelitian di RSUP Haji Adam Malik Medan dengan desain case series.. Populasi dan

RSUP Haji Adam Malik Medan periode tahun 2014 dan 2015. Mengetahui sebaran etiologi pasien CTS di RSUP Haji

Populasi dan sampel penelitian ini adalah 100 orang ibu yang berkunjung ke Poliklinik Anak RSUP Haji Adam Malik Medan.. Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik

Pada penelitian ini didapati keluhan tambahan penderita CTS di RSUP Haji Adam Malik Medan periode 2014 dan 2015 paling banyak adalah keluhan kebas pada tangan yaitu sebanyak 30