9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Media Sosial2.1.1 Definisi Media Sosial
Istilah media sosial tersusun dari dua kata, yaitu “media” dan “sosial”. “Media” diartikan sebagai alat komunikasi. Sedangkan kata “sosial” bisa diartikan sebagai kenyataan sosial bahwa setiap individu melakukan aksi yang memberikan kontribusi kepada masyarakat. Pernyataan ini menegaskan bahwa pada kenyataannya, media dan semua perangkat lunak merupakan “sosial” atau dalam makna bahwa keduanya merupakan produk dari proses sosial (Mulawarman & Nurfitri, 2017).
Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, media sosial adalah laman atau aplikasi yang memungkinkan pengguna dapat membuat dan berbagi isi atau terlibat dalam jaringan sosial. Gohar F. Khan dalam bukunya Social Media for Government menyatakan bahwa secara sederhana, media sosial adalah sebuah platform berbasis internet yang mudah digunakan sehingga memungkinkan para pengguna untuk membuat dan berbagi konten (informasi, opini, dan minat) dalam konteks yang beragam (Informatif, Edukatif, Sindiran, Kritik dan sebagainya) kepada khalayak yang lebih banyak lagi. Oleh karena itu, media sosial mempunyai efek berantai sehingga proses transmisi yang terjadi tidak berhenti pada satu audiens pokok saja (Widiastuti, 2017).
2.1.2 Karakteristik Media Sosial
(Sulianta, 2015) menuliskan beberapa karakteristik yang dijumpai dalam media sosial modern:
1) Transparansi: keterbukaan informasi karena konten media sosial ditujukan untuk konsumsi publik atau sekelompok orang.
2) Dialog dan komunikasi: terjalin hubungan dan komunikasi interaktif menggunakan ragam fitur, misalnya antara “Brand Bisnis” dengan para “fans”nya.
3) Jejaring relasi: hubungan antara pengguna layaknya jaring-jaring yang terhubung satu sama lain dan semakin kompleks seraya mereka menjalin komunikasi dan terus membangun pertemanan. Komunitas jejaring sosial memiiki peranan kuat yang akan memengaruhi audiensinya (influencer).
4) Multi opini: setiap orang dengan mudahnya berargumen dan mengutarakan pendapatnya.
5) Multi form: informasi disajikan dalam ragam konten dan ragam channel, wujudnya dapat berupa: social media release, video news release, portel web dan elemen lainnya
6) Kekuatan promosi online: media sosial dipandang sebagai tool yang memunculkan peluang-peluang guna mewujudkan visi misi organisasi
Adapun pendapat lain dari (Nasrullah, 2015) karakteristik media sosial meliputi:
a) Jaringan
Jaringan yang terbentuk antar pengguna adalah jaringan yang secara teknologi dimediasi oleh perangkat teknologi, seperti komputer, telepon genggam atau tablet melalui suatu jaringan atau internet. Jaringan yang
terbentuk antar pengguna ini pada akhirnya membentuk komunitas, contohnya seperti Facebook, twitter dan lain-lain.
b) Informasi
Informasi akan menjadi “komoditas” yang dikonsumsi oleh pengguna media sosial yang mana diproduksi dan didistribusikan antar pengguna media sosial itu sendiri. Dari kegiatan tersebut secara tidak langsung membentuk suatu jaringan di masyarakat.
c) Arsip
Karakter ini menjelaskan bahwa informasi telah tersimpan, bisa diakses kapan pun dan melalui perangkat apa pun. Setiap informsi apa pun yang telah diunggah tidak akan hilang begitu saja.
d) Interaktif
Karakter dasar dari media sosial adalah terbentuknya jaringan antar pengguna melalui interaksi antar penggunanya.
2.1.3 Jenis Media Sosial
Menurut (Puntoadi, 2011) bahwa terdapat beberapa macam jenis media sosial, yaitu sebagai berikut :
1. Bookmarking Bookmarking memberikan sebuah kesempatan untuk meshare link dan tag yang diminati. Hal demikian bertujuan agar setiap orang dapat menikmati yang kita sukai..
2. Wiki Sebagai situs yang memiliki macam-macam karakteristik yang berbeda, misalnya situs knowledge sharing, wikitravel yang memfokuskan sebagai suatu informasi pada suatu tempat.
3. Flickr Situs yang dimiliki yahoo, yang mengkhusukan sebuah image sharing dengan contributor yang ahli pada setiap bidang fotografi di seluruh dunia. Flickr menjadikan sebagai photo catalog yang setiap produknya dapat dipasarkan. 4. Creating opinion Media sosial tersebut memberikan sarana yang dapat untuk
berbagi opini dengan orang lain di seluruh dunia. Melalui media sosialtersebut, semua orang dapat menulis jurnal, sekaligus sebagai komentator.
5. Jejaring sosial Melalui situs-situs konten sharing tersebut orang-orang mencptakan berbagai media dan juga publikasi untuk berbagi kepada orang lain.
Selain hal diatas, menurut (Rahmadi, 2016) ada juga media sosial yang memfasilitasi para profesional seperti Linkedin.com yang menjadi medium untuk mempublikasikan riwayat hidup dan pekerjaan pengguna serta dimanfaatkan oleh pencari kerja maupun perusahaan. Goodread.com sosial media ini diperuntukan bagi para pecinta buku, sosial media yang bernama foursquere yaitu sosial media yang digunakan untuk berbagi lokasi, dan sosial media untuk chat antara lain, BBM, Whatsapp, Telegram.
2.1.4 Dampak Positif dan Negatif Media Sosial
Perkembangan media sosial tentu bisa membawa banyak dampak, baik itu dampak positif maupun negatif terhadap minat belajar pada mahasiswa dan itu bisa saja berpangaruh kepada prestasi akademik mahasiswa (Sulidar, 2017).
a. Dampak Positif
Adapun dampak positif media sosial adalah:
1. Jika sosial media digunakan untuk membuat pertemanan dengan pembicaraan mengenai diskusi pelajaran maka hal tersebut akan memberikan sisi positif, dengan berteman secara publik dan mengelola
jaringan pertemanan, serta membuat anak mudah menyelesaikan mata pelajaran yang dijadikan tugas, maka akan berdampak positif.
2. Kemudahan mengakses materi untuk tugas, bahan diskusi dari materi pelajaran sampai memberikan pertemanan yang lebih luas bagi anak-anak yang sangat pendiam di dunia nyata.
b. Dampak Negatif
Selain dampak positif, media sosial juga memiliki dampak negatif. Adapun dampak negatif media sosial adalah:
1. Kemerosotan moral di kalangan warga masyarakat, khususnya di kalangan remaja dan mahasiswa.
2. Kenakalan dan tindak menyimpang di kalangan remaja semakin meningkat semakin lemahnya kewibawaan tradisi-tradisi yang ada di masyarakat, kenakalan dan tindak menyimpang di kalangan remaja dan pelajar semakin meningkat dalam berbagai bentuknya, seperti perkelahian, corat-coret, pelanggaran lalu lintas sampai tindak kejahatan.
3. Pola interaksi antarmanusia yang berubah. Kehadiran komputer maupun telfon genggam pada kebanyakan rumah tangga golongan menengah ke atas telah merubah pola interaksi keluarga.
2.2 Minat Belajar
2.2.1 Definisi Minat Belajar
Minat belajar merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong siswa untuk belajar mandiri. Siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi akan melakukan aktivitas yang mereka senangi dan ikut terlibat dalam proses pembelajaran. Mandiri dalam belajar berarti bahwa siswa belajar karena kesadarannya sendiri, mampu berpikir
dengan inisiatif sendiri dan mampu menyelesaikan tugas tanpa bantuan orang lain. (Nurlia, Hala, Muchtar, Jumadi, & Taiyeb, 2017)
Minat belajar adalah kecenderungan individu untuk memiliki rasa senang tanpa ada paksaan sehingga dapat menyebabkan perubahan pengetahuan. Dalam proses belajar mengajar, minat salah satu faktor yang dapat mempengaruhi dalam proses belajar. Minat yang kuat akan menimbulkan usaha yang gigih, serius dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi suatu tantangan, sehingga tidak hanya dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang tetapi juga dapat mendorong orang untuk tetap melakukan dan memperoleh sesuatu karena minat belajar (Safitri & Nurmayanti, 2018). Minat belajar merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan pembelajaran. Kecenderungan yang tetap untuk memerhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat belajar perlu mendapatkan perhatian khusus karena minat belajar menjadi salah satu faktor penunjang keberhasilan proses belajar. Minat yang timbul dari kebutuhan siswa merupakan faktor yang sangat penting bagi siswa dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan atau usaha-usahanya. Anak akan belajar dengan baik apabila mempunyai minat belajar yang besar. Jika memiliki keinginan untuk belajar yang tinggi, ia akan cepat mengingat dan mengerti apa yang ia pelajari (Pratiwi, 2015). 2.2.2 Faktor Yang Mempengaruhi
Menurut (Pratiwi, 2015) faktor-faktor yang dapat memengaruhi keberhasilan belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu:
a. Internal
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa meliputi dua aspek, yaitu aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniah) yaitu:
1. Aspek fisiologis (jasmaniah) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, kesehatan jasmani sangatlah besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar.
2. Aspek psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh seperti minat bakat, intelegensi, motivasi, dan kemampuan kognitif seperti kemampuan persepsi, ingatan berpikir, dan kemampuan dasar bahan pengetahuan yang dimilikinya.
b. Ekternal
Faktor-faktor yang berasal dari luar diri atau eksternal siswa yang bersangkutan juga digolongkan ke dalam dua bagian, yaitu faktor sosial dan faktor nonsosial:
1. Faktor Sosial
Kehidupan manusia dengan lainnya saling membutuhkan dan di antara mereka tidak bisa hidup tanpa ada manusia lain yang membantu. Keluarga mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pendidikan anak. Pengaruh itu dapat berupa cara orang tua mendidik, hubungan antara anggota keluarga, dan suasana rumah tangga. Faktor sosial lain yang memengaruhi prestasi belajar adalah seperti guru, staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi semangat belajar seorang siswa. 2. Faktor Nonsosial
Yang termasuk ke dalam faktor nonsosial adalah sarana dan prasarana belajar, seperti keadaan suhu udara, waktu belajar, alat-alat yang digunakan untuk belajar dapat pula memengaruhi prestasi belajar.
2.2.3 Intensitas Penggunaan Media Sosial
a. Pengertian Intensitas Penggunaan Media Sosial
Penggunaan media sosial merupakan kegiatan yang membuat remaja harus duduk menetap selama waktu yang lama. Penggunaan media sosial dalam waktu yang lama, akan menyebabkan seseorang malas untuk bergerak sehingga pemakaian energi untuk berolahraga menjadi rendah. Rendahnya kebiasaan dalam berolahraga dapat disebabkan oleh adanya berbagai sarana dan fasilitas dari kemajuan teknologi salah satunya adalah media sosial sehingga menyebabkan remaja malas untuk bergerak (Setiawati, Mahmudiono, Ramadhani, & Hidayati, 2019).
b. Aspek-Aspek Intensitas Penggunaan Media Sosial
Aspek intensitas penggunaan internet mencakup frekuensi dan durasi dalam menggunakan internet (Kilamanca, 2010) diantaranya :
1. Frekuensi
Frekuensi mencakup mengenai seberapa sering seseorang mengakses internet untuk keperluannya. Frekuensi penggunaan internet ini dinyatakan dalam satuan kurun waktu (Contoh : Per-hari, per-minggu, dan per-tahun).
2. Durasi
Durasi mencakup gambaran sebarapa lama seseorang mengakses internet biasanya dinyatakan dalam menit atau jam.
2.2.4 Hubungan Intensitas Penggunaan Media Sosial Dengan Minat Belajar Menurut Muhibbin Syah (2005: 132-139) pemanfaatan media sosial sebagai sumber belajar merupakan salah satu upaya untuk membantu kegiatan belajar agar lebih efektif karena kekayaan informasi yang tersedia dan akan mempermudah
mahasiswa untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan dunia pendidikan. Sedangkan minat belajar merupakan faktor internal dari siswa itu sendiri untuk menunjang kegiatan belajar. Menurut Arsyad Azhar (2009: 12) pemanfaatan media internet sebagai sumber belajar dan adanya minat belajar yang tinggi dapat meningkatkan prestasi belajar karena semakin banyak siswa yang mengakses internet sebagai sumber belajar maka akan meningkat juga minat belajar siswa.
Minat belajar berhubungan dengan hasil belajar karena adanya minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya begitu juga sebaliknya. Minat menjadi salah satu faktor dari dalam diri seseorang yang bisa berhubungan terhadap prestasi belajar mahasiswa. Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang ingin dilakukan (Hardono et al, 2019).
Berikut sejumlah hal yang berkaitan dengan penggunaan media sosial untuk pendidikan (Abdussalam, 2015):
1. Menciptakan Komunitas
Banyak mahasiswa ditantang untuk bisa menyesuaikan diri dengan sistem pembelajaran yang baru. Media sosial membantu memusatkan pengetahuan kolektif seluruh kelas untuk membuat kegiatan belajar dan berkomunikasi menjadi lebih efisien. Contohnya :
a. Memulai daftar kontak kelas untuk berkolaborasi dan saling membagikan tips-tips pelajaran tertentu
b. Mengundang guru yang menggunakan media sosial untuk bergabung dengan kelompok belajar sehingga bisa memberi masukan.
2. Melanjutkan Pembahasan Pelajaran
Melanjutkan pembahasan pelajaran dapat dimanfaatkan bagi pelajar yang tak dapat menghadiri kelas dan berpengaruh positif yaitu dengan memanfaatkan media sosial seperti Periscope, Skype atau SnapChat bisa membantu pelajar.
3. Mengatur Sumber Pembelajaran
Media sosial dapat membantu untuk menjaga semua informasi agar terorganisir dan mudah diakses. Dengan media sosial, maka data yang pelajar miliki akan aman, akurat dan bisa saling dibagikan menggunakan tools seperti Pinterest atau Tumblr. Jika dokumen yang dibutuhkan tidak atau belum diposting ke media sosial, gunakan Google Drive, Box atau Dropbox untuk mengumpulkan materi pembelajaran.
4. Mendukung Materi Pembelajaran
Media sosial dapat membantu mengidentifikasikan konten tambahan untuk memperkuat atau memperluas pembelajaran pelajar. Misalnya saja YouTube membantu menyediakan video bagi pelajar secara audio visual ketika dibutuhkan untuk memperjelas materi pembelajaran.
2.2.5 Resiko Penggunan Media Sosial Terhadap Keperawatan Jiwa
Remaja memiliki ketertarikan yang lebih besar terhadap penggunaan smartphone, hal ini membuat remaja lebih rentan mengalami smartphone addiction. Prestasi akademik di Indonesia masih tergolong rendah hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor eksternal adalah penggunaan smartphone. Indikator terbesar smartphone addiction sedang yaitu overuse. Responden menggunakan smartphone secara berlebihan dan tak terkendali. Penggunaan yang berlebihan ini dapat membuat siswa tidak konsentrasi dalam belajar dan dapat kehilangan motivasi dalam belajar (Noviani, 2015). Internet tidak hanya sekadar teknologi untuk berbagi
data, tetapi juga menyediakan berbagai situs seperti jejaring sosial (whatsapp, path, twitter dan line) yang saat ini sangat populer di kalangan remaja. Internet atau media social menjadi solusi yang dapat memudahkan para penggunanya terutama pada remaja.karena multifungsi tersebut remaja banyak menggunakan teknologi secara positif maupun negatif (Ma’rifatul Laili & Nuryono, 2015). Diantara dampak negatif dari penggunaan internet
· kedisiplinan belajar remaja menurun · muncul stres
· kecemasan,
· kehilangan konsep diri (Barseli, Ifdil and Nikmarijal, 2017; Fitri, Zola and Ifdil, 2018).
Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran Tahun Akademik 2016/2017 menyatakan bahwa mahasiswa keperawatan merupakan calon tenaga kesehatan professional yang harus bertanggung jawab terhadap peran dan fungsi keperawatan. Salah satu peran dan fungsi tersebut mahasiswa harus mampu mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu kesehatan, khususnya ilmu keperawatan dalam upaya mencapai penyelesaian masalah kesehatan klien baik secara individu, maupun masyarakat secara luas. Perawat bertanggung jawab terhadap peningkatan derajat kesehatan seseorang tidak hanya berfokus pada masalah fisik tetapi juga dalam masalah psikologis. Apabila psikologis mahasiswa keperawatan terganggu, maka mahasiswa keperawatan akan mengalami hambatan dalam memberikan asuhan keperawatan. Sehingga sebagai calon perawat profesional dirinya terlebih dahulu harus sehat secara fisik maupun psikologis termasuk salah satunya terhindar dari kecanduan media sosial.
Menurut Rudiantara dan Rusli (2017) ada tiga cara bijak sederhana penggunaan media sosial diantaranya :
· menggunakan media sosial sesuai dengan kebutuhan atau minat, · membatasi penggunaan media sosial agar tidak menjadi kecanduan
· mencoba mengalokasikan waktu yang singkat untuk mengakses media sosial. Cara bijak tersebut dapat dilakukan untuk pencegahan terjadinya kecanduan media sosial sebagai upaya promotif dan preventif. Selain itu perawat juga dapat melakukan upaya kuratif dan rehabilitatif pada mahasiswa keperawatan yang telah mengalami kecanduan media sosial. Intervensi keperawatan dapat dilakukan dengan cara melakukan pendekatan interpersonal agar mendorong mahasiswa memiliki minat dan aktivitas sosial lain tanpa menggunakan media sosial secara berlebihan. Selain itu penanganan mahasiswa yang mengalami gejala kecanduan media sosial tinggi juga dapat dilakukan dengan cara mengatasi etiologi yang menyebabkan kecanduan media sosial itu sendiri.