• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 4.1. Keluarga Ke-1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Gambar 4.1. Keluarga Ke-1"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

45 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Penelitian

Penelitian sudah terlaksana di Dukuh Jaten, Teloyo, Wonosari, Klaten. Dukuh Jaten merupakan Rukun Warga ke 5 dari desa Teloyo yang terbagi menjadi 3 Rukun Tetangga yaitu RT 01, RT 02, RT 03.

Penelitian lebih tepatnya dilaksanakan di RT 01 dan RT 03 dimana merupakan lingkungan tempat tinggal peneliti. Alasan peneliti mengambil lokasi di Dukuh Jaten ialah di masa pandemi ini untuk melakukan penelitian di luar daerah rentan terkena virus COVID-19 sehingga peneliti melakukan penelitian di lingkungan sekitar tanpa harus keluar wilayah dan penelitian dilakukan dengan protokol kesehatan yang baik.

Penelitian ini ditujukan kepada keluarga yang memiliki anak usia dini dan melaksanakan program belajar dari rumah (BDR).

Peneliti mengambil 3 keluarga yang dimana anak diasuh oleh kedua orang tuanya. Bukti yang mendukung pernyataan tersebut:

Gambar 4.1. Keluarga Ke-1

(2)

Gambar 4.2. Keluarga Ke-2

Gambar 4.3. Keluarga Ke-3

Latar belakang dari ketiga keluarga tersebut sebagai berikut kepala keluarga yaitu ayah memiliki pekerjaan seperti buruh, pedagang, dan karyawan swasta, sedangkan ibu rata-rata sebagai ibu rumah tangga dan salah satunya bekerja sebagai guru. Peneliti melakukan wawancara hanya bersama ibu saja lantaran ayah sibuk bekerja, namun dalam memberikan pola asuh kepada anak antara ayah dan ibu bersikap sama atau konsisten dalam bertindak agar anak merasakan sikap orang tua yang searah serta tidak membuat anak bimbang harus mengikuti pola asuh yang mana dan anak tidak memihak salah satu dari ayah atau ibu. Bukti yang mendukung pernyataan tersebut:

“Pekerjaan Bapak: Buruh, Pekerjaan Ibu: Guru” (CW.OR.01.3)

(3)

“Pekerjaan Bapak: Pedagang, Pekerjaan Ibu: Ibu Rumah Tangga” (CW.OR.02.3)

“Pekerjaan Bapak: Karyawan Swasta, Pekerjaan Ibu: Ibu Rumah Tangga” (CW.OR.03.3)

“Kedua orang tua memberikan pola asuh yang sama kepada anak supaya anak tumbuh dengan searah tanpa harus memihak salah satu orang tua” (CW.OR.01.28), (CW.OR.02.28) &

(CW.OR.03.28)

Kaitannya dengan topik penelitian bahwa di masa pandemi COVID-19 mengharuskan pembatasan kegiatan di luar rumah supaya menurunkan angka penyebaran virus. Berdampak pada proses belajar anak sekolah yang mengharuskan belajar dari rumah sesuai dengan Surat Edaran Sekretaris Jendral Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 15 Tahun 2020 “semua proses belajar di sekolah dilakukan di rumah guna memutus mata rantai penyebaran virus COVIS-19”. Proses belajar dari rumah (BDR) dianggap kurang efektif oleh orang tua karena sistem belajar yang berbeda dari sekolah kadang membuat anak jenuh belajar ketika belajar dari rumah. Bukti yang mendukung pernyataan tersebut:

Gambar 4.4. Anak mulai jenuh dalam belajar

“Program BDR dianggap kurang efektif karena lingkungan belajar berbeda dengan sekolah sehingga anak tidak tertarik

(4)

belajar di rumah” (CW.OR.01.1), (CW.OR.02.1) &

(CW.OR.03.1)

2. Deskripsi Data

Berdasarkan hasil dari penelitian di Dukuh Jaten RW 05, Teloyo, Wonosari, Klaten mengenai peran orang tua dalam meningkatkan motivasi belajar anak usia dini selama belajar dari rumah degan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Peneliti akan menjabarkan secara umum dan detail mengenai peran orang tua dalam meningkatkan motivasi belajar anak selama belajar dari rumah sebagai berikut:

a. Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Hasil penelitian ini orang tua di Dukuh Jaten, Teloyo, Wonosari, Klaten memberikan yang terbaik untuk anak seperti melindungi anak, merawat anak dengan setulus hati, mendidik anak, dan mencukupi kebutuhan anak secara fisik maupun rohani. Masa pandemi ini orang tua memiliki peran ekstra pada pendidikan anak, karena peraturan pemerintah yang mengharuskan kegiatan belajar dilakukan di rumah guna memutus mata rantai virus COVID-19, maka tugas guru yang biasanya mengajar di sekolah harus digantikan oleh orang tua guna keberhasilan belajar anak di masa pandemi ini. Semua kegiatan belajar selama di rumah anak didampingi orang tua supaya anak dalam belajar dapat terkontrol. Bukti yang mendukung pernyataan tersebut:

Gambar 4.5. Orang tua mendampingi anak belajar

(5)

“Orang tua dituntut menggantikan guru di sekolah sehingga peran orang tua sangat ekstra pada program BDR”

(CW.POT.OR.01.2), (CW.POT.OR.02.2), &

(CW.POT.OR.03.2)

Orang tua sebagai motivator ekstrinsik yang memberikan dorongan kepada anak untuk semangat dalam belajar walaupun dari rumah saja. Hasil penelitian menyatakan bahwa orang tua di Dukuh Jaten memberikan motivasi belajar anak dengan cara memberikan gambaran positif mengenai anak yang rajin belajar maka mendapatkan nilai yang bagus dan cita-cita yang diimpikan akan tercapai, hal tersebut dirasakan oleh orang tua mampu meningkatkan motivasi belajar anak. Cara lain yang dilakukan oleh orang tua dalam meningkatkan motivasi belajar dengan membuat kesepakatan dengan anak apabila belajar dengan baik dan rajin nanti diakhir belajar anak diberi hadiah sebagai apresiasi untuk anak telah semangat dalam belajar, hal ini anak mendapatkan dorongan untuk belajar dengan baik.

Bukti yang mendukung pernyataan tersebut:

Gambar 4.6. Orang tua memberikan motivasi kepada anak

“Orang tua memberikan gambaran positif dan negatif dari proses belajar yang anak lakukan, hal tersebut mampu meningkatkan motivasi belajar anak” (CW.MBR.OR.01.5)

(6)

“Orang tua mengarahkan dan memberi gambaran bahwa anak yang rajin belajar akan tercapai cita-citanya, hal tersebut ditanamkan kepada anak secara konsisten hasilnya motivasi belajar anak meningkat dengan baik” (CW.MBR.OR.02.5)

“Orang tua membuat kesepakatan dengan anak mengani situasi saat ini, jika anak rajin belajar maka akan mendapat hadiah, hal ini efektif untuk meningkatkan motivasi belajar anak di masa pandemi” (CW.MBR.OR.03.5)

Hasil penelitian menyatakan bahwa di masa pandemi COVID- 19 peran orang tua sangat penting dalam proses belajar anak selama belajar dari rumah (BDR). Orang tua tidak hanya mendampingi anak dalam belajar saja, namun orang tua juga tokoh utama dalam meningkatkan motivasi belajar anak selama program belajar dari rumah (BDR). Hasil dari penelitian ini melihatkan bagaimana peran orang tua dalam meningkatkan motivasi belajar anak selama belajar dari rumah (BDR), sebagai berikut:

1) Pemberian Perhatian

Perhatian yang cukup kepada anak merupakan kunci utama dalam meningkatkan motivasi belajar anak selama belajar dari rumah. Orang tua di Dukuh Jaten dalam meningkatkan motivasi belajar memberikan perhatian yang cukup kepada anak guna memberikan kenyamanan pada anak, serta memberikan bukti nyata kepada anak bahwa orang tua akan selalu ada membantu anak di masa sulit sekarang ini yang mengharuskan anak belajar dari rumah saja. Bukti yang mendukung pernyataan tersebut:

“Orang tua tentu membantu kesulitan anak sebab mereka menyadari peran orang tua dalam program BDR merupakan kunci keberhasilan anak dalam belajar”

(7)

(CW.POT.OR.01.24), (CW.POT.OR.02.24), &

(CW.POT.OR.03.24)

“Orang tua membantu anak ketika mengalami kesulitan”

(CW.POT.AK.01.9), (CW.POT.AK.02.9), &

(CW.POT.AK.03.9)

Gambar 4.7. Orang tua membantu kesulitan anak

Perhatian yang diberikan oleh orang tua di Dukuh Jaten juga berupa mengenali kesulitan anak dalam belajar, lalu orang tua membantu kesulitan anak sesuai dengan kondisi anak seperti memberikan waktu kepada anak untuk memahami apa yang tidak bisa lalu ketika anak benar-benar tidak mengerti harus bagaimana orang tua dengan tulus membantu dan mengarahkan anak dalam mengatasi kesulitan belajar anak, memberikan waktu untuk istirahat, dan memberikan kegiatan yang mampu meningkatkan mood anak menjadi baik, hal tersebut mampu meningkatkan motivasi belajar anak. Bukti yang mendukung pernyataan tersebut:

“Orang tua dapat mengenali kesulitan anak yaitu menghafal, cara menanganinya dengan memberikan perhatian serta memberi rekaman atau memberikan kegiatan yang mampu mengembalikan mood anak”

(CW.POT.OR.01.4)

(8)

“Orang tua mengenali kesulitan anak yaitu sulit fokus, cara mengatasinya dengan memberikan waktu kepada anak untuk melakukan hal yang disukai kemudian orang tua pelan-pelan mengarahkan anak untuk fokus dalam belajar” (CW.POT.OR.02.4)

“Orang tua mengenali kesulitan anak yaitu hafalan, orang tua mengatasi dengan memancing anak dengan hafalan terlebih dahulu, mendukung apa yang disukai anak dalam hal hafalan seperti anak suka ikut sholat berjamaah di masjid” (CW.POT.OR.03.4)

Memberikan perhatian kepada anak dalam dunia pendidikan salah satunya ialah orang tua berperan sebagai korektor, dimana sikap orang tua mengarahkan dan mengoreksi hasil belajar anak supaya dalam perkembangan belajar anak dapat terpantau dengan baik. Ketika anak mendapatkan nilai yang kurang baik maka orang tua memberikan masukan dan semangat kepada anak agar nanti ke depannya anak mendapat nilai yang lebih baik lagi, serta orang tua mengarahkan anak untuk mengulangi materi yang sudah dipelajari sebelumnya dengan tujuan agar anak memahami materi dengan baik. Bukti yang mendukung pernyataan tersebut:

“Orang tua bersikap dengan positif, bertanya kepada anak mengapa mendapat hasil yang kurang setelah mengetahui orang tua memberikan arahan agar ke depan anak mendapatkan hasil yang baik” (CW.POT.OR.03.6)

(9)

“Orang tua mengarahkan anak untuk mengulangi materi yang sudah dipelajari supaya anak semakin memahami apa yang telah dipelajari anak” (CW.POT.OR.02.12)

2) Pemberian Reward

Pembelajaran yang dilakukan dari rumah akibat pandemi COVID-19 mengakibatkan penurunan motivasi belajar anak.

Orang tua memiliki andil yang penting dalam meningkatkan motivasi belajar anak selama dari rumah, salah satunya dengan memberikan reward berupa hadiah kepada anak ketika mendapatkan nilai yang baik atau anak belajar dengan rajin. Orang tua di Dukuh Jaten menganggap memberikan hadiah kepada anak di masa belajar dari rumah ini adalah langkah yang tepat untuk menumbuhkan motivasi belajar anak, karena keterbatasan anak untuk berinteraksi dengan orang luar serta proses belajar yang hanya dilakukan di rumah saja. Orang tua tidak secara terus menerus memberikan hadiah berupa barang kepada anak, namun hal tersebut dilakukan jika anak sudah merasa jenuh dalam belajar dan melihat momen yang tepat ketika anak mendapatkan hasil belajar hadiah diberikan bertujuan untuk mengapresiasi anak yang telah berhasil dalam belajarnya. Bukti yang mendukung pernyataan tersebut:

“Orang tua memberikan hadiah kepada anak guna mengapresiasi hasil belajar anak” (CW.POT.OR.01.16)

“Orang tua memberikan hadiah secara berkala tidak terus menurus supaya anak tidak tergantung pada hadiah saja”

(CW.POT.OR.02.16)

(10)

“Orang tua memberikan hadiah karena hal tersebut dianggap mampu meningkatkan motivasi belajar anak selama pandemi COVID-19” (CW.POT.OR.03.16)

“Anak diberi hadiah oleh orang tua ketika rajin belajar”

(CW.POT.AK.01.4), (CW.POT.AK.02.4), &

(CW.POT.AK.03.4)

Pemberian reward tidak melulu tentang hadiah namun bisa diberikan dengan sebuah pujian yang membangun kepada anak mengani hal yang telah berhasil anak lakukan. Orang tua di Dukuh Jaten juga memberikan pujian kepada anaknya ketika anak rajin dalam belajarnya, ketika anak berhasil dalam menghafal, dan anak mendapatkan nilai baik dalam belajarnya, pujian yang diberikan berupa kalimat yang positif yaitu anak baik, anak pintar, anak hebat, anak shaleh dan sholehah, dan memberikan acungan jempol pada anak. Kalimat pujian tersebut mampu memberikan dampak baik pada anak yaitu anak menjadi semangat dalam belajarnya dan termotivasi untuk melakukan yang lebih baik lagi ke depannya.

Bukti yang mendukung pernyataan tersebut:

“Orang tua memberikan pujian berupa kalimat sederhana seperti hebat, pintar, dan mengacungkan dua jempol hal tersebut anak merasa dihargai dan mampu meningkatkan semangat belajar anak” (CW.POT.OR.01.17)

“Orang tua memberikan pujian, karena pujian yang membangun semangat belajar maka motivasi belajar anak akan meningkat secara otomatis” (CW.POT.OR.02.17)

“Orang tua selalu memberikan pujian sederhana seperti anak hebat, subhanallah anak salihah, anak pintar, hal

(11)

tersebut dilakukan guna menghargai kerja keras anak dalam belajar” (CW.POT.OR.03.17)

“Anak diberikan pujian dengan kalimat anak hebat guna menghargai hasil belajar anak yang didapat”

(CW.POT.AK.01.5), (CW.POT.AK.02.5), &

(CW.POT.AK.03.5)

3) Mendampingi

Selama program belajar dari rumah (BDR) orang tua berperan aktif dalam mendampingi anak dalam proses belajar.

Orang tua di Dukuh Jaten menyadari pentingnya mendampingi anak belajar selama program belajar dari rumah, karena peran guru yang biasa mengajar di sekolah tidak bisa melakukan peran seutuhnya sebab pandemi COVID-19. Ketika orang tua sedang sibuk melakukan pekerjaan rumah mereka selalu mengutamakan kepentingan anak dalam belajar, sehingga pekerjaan rumah ditinggalkan sementara untuk mendampingi anak belajar. Peran orang tua yang selalu mendampingi ketika anak belajar dapat memberikan dampak positif pada perkembangan anak seperti anak merasa kasih sayang yang cukup dari orang tua dan anak menjadi percaya diri dalam beraktivitas. Bukti yang mendukung pernyataan tersebut:

“Orang tua selalu mendampingi anak belajar karena mereka sadar bahwa program BDR orang tua diminta untuk menggantikan peran guru di sekolah” (CW.POT.OR.01.8)

“Orang tua menyadari keadaan sekarang sehingga sadar pentingnya pendampingan belajar selama program BDR”

(CW.POT.OR.02.8)

(12)

“Orang tua selalu mendampingi anak dalam proses belajar dari rumah” (CW.POT.OR.03.8)

“Orang tua lebih mengutamakan anak untuk mendampingi belajar sehingga pekerjaan bisa dilakukan setelah anak selesai belajar” (CW.OR.03.26)

Proses belajar anak selama belajar dari rumah tentunya tidak selalu mulus, sebab belajar anak usia dini perlu eksplorasi yang luas terhadap lingkungan sekitar dan anak usia dini dalam belajar bersifat belajar sambil bermain. Peran orang tua untuk mendampingi anak memang dibutuhkan ketika anak mengalami kesulitan dalam belajar orang tua dapat membantu kesulitan anak.

Orang tua di Dukuh Jaten telah melakukan peran tersebut dengan senantiasa mendampingi anak belajar, sehingga ketika anak mengalami kesulitan dalam memahami materi orang tua dengan sigap membantu anak untuk menjelaskan materi sesuai dengan usia anak serta orang tua dapat memberikan contoh yang nyata mengenai kesulitan anak tersebut, serta dalam membantu kesulitan belajar anak mampu memberikan keberhasilan belajar pada anak selama belajar dari rumah. Bukti yang mendukung pernyataan tersebut:

“Orang tua membantu kesulitan belajar anak selama program BDR” (CW.POT.OR.01.24)

“Orang tua tentu membantu kesulitan anak sebab mereka menyadari peran orang tua dalam program BDR merupakan kunci keberhasilan anak dalam belajar”

(CW.POT.OR.02.24)

(13)

“Orang tua selalu berupaya untuk membantu kesulitan belajar anak” (CW.POT.OR.03.24)

“Orang tua selalu membantu kesulitan anak”

(CW.POT.AK.01.9), (CW.POT.AK.02.9), &

(CW.POT.AK.03.9)

4) Membangun Komunikasi

Proses belajar memerlukan komunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak guna keberhasilan dalam proses belajar. Masa pandemi COVID-19 pembelajaran dilakukan di rumah saja sehingga harus ada keterbukaan yang baik antara orang tua dan anak agar dalam proses belajar anak tidak tertekan.

Orang tua di Dukuh Jaten berupaya membangun komunikasi yang positif dengan anak agar dalam proses belajar anak berjalan dengan baik. Orang tua membangun komunikasi dengan terbuka seperti memberi tahu apa yang orang tua inginkan ketik anak belajar, orang tua mengajak diskusi anak dan orang tua memberikan kesempatan kepada anak mengenai apa yang anak inginkan juga dari orang tua. Interaksi positif lainnya dilakukan dengan mengajak anak untuk bercerita mengani apa yang dialami anak selama kegiatan belajar, bermain, dan kegiatan lainnya, lalu orang tua merespon cerita anak dengan antusias dan memberikan feedback yang searah dengan cerita anak. Orang tua juga memberikan role model positif kepada anak di setiap aspek salah satunya saat berkomunikasi dengan orang lain harus sopan santun, tidak boleh memotong pembicaraan orang, meminta izin terlebih dahulu sebelum berbicara, dll. Komunikasi yang dilakukan orang tua dan anak tersebut dapat membantu anak dalam meningkatkan motivasi belajar selama dari rumah saja. Bukti yang membuktikan pernyataan tersebut:

(14)

“Orang tua membangun komunikasi dengan merespon secara aktif apa yang anak tanyakan dari situ komunikasi terjalin dengan baik karena anak merasa ada feedback baik dari orang tuanya” (CW.POT.OR.02.10) &

(CW.POT.OR.01.10)

“Orang tua selalu memberikan respon yang positif dan antusias saat anak bercerita, protes, atau menginginkan sesuatu, kemudian orang tua juga memberikan role model yang positif kepada anak dalam berkomunikasi dengan orang yang lebih tua” (CW.POT.OR.03.10)

“Interaksi anak dan orang tua terbangun dengan baik seperti apa yang anak alami selalu diceritakan kepada orang tua dan orang tua selalu memberikan respon yang positif dan antusias sehingga hal tersebut menghasilkan komunikasi yang baik” (CL.POT.01.6), (CL.POT.02.6), &

(CL.POT.03.6)

5) Manajemen Waktu Belajar

Program belajar dari rumah (BDR) selama masa pandemi COVID-19 memerlukan tatanan baru dalam waktu belajar anak, oleh karena itu orang tua perlu memberikan manajemen waktu yang sesuai dengan program belajar dari rumah (BDR). Orang tua di Dukuh Jaten berupaya memberikan manajemen waktu yang sesuai dengan program belajar dari rumah (BDR) dan melihat kondisi anak.

Orang tua di keluarga ke-1 membuat manajemen waktu sesuai dengan jam kerja orang tua dan kondisi anak, penerapan manajemen waktu yang konsisten membantu anak untuk beradaptasi dengan program belajar dari rumah (BDR) dan anak mampu belajar dengan baik. Orang tua di kelurga ke-2 membuat

(15)

manajemen waktu belajar sesuai dengan jadwal sekolah, sehingga anak merasakan suasana yang sama dengan waktu belajar di sekolah, kemudian selesai belajar anak akan istirahat orang tua memberikan kebebasan kepada anak untuk melakukan apa yang anak sukai dan tak lupa tidur siang, ketika malam hari tiba anak kembali belajar dengan mengulang materi yang dipelajari tadi pagi serta anak mempelajari materi selanjutnya, dalam belajar di malam hari juga melihat kondisi anak apabila mood baik maka akan belajar dengan baik, namun jika mood sedang tidak baik maka untuk belajar di malam hari akan tertunda. Orang tua di keluarga ke-3 juga memiliki manajemen waktu belajar untuk anak ketika harus belajar dari rumah (BDR), namun semua kembali kepada kondisi anak karena anak usia dini belum dapat mengelola emosi dengan baik, sehingga orang tua perlu mengamati kondisi anak dengan tepat serta memberikan perlakuan yang tepat supaya anak bersedia untu belajar. Bukti yang membuktikan pernyataan tersebut:

“CD.AK.KBR.01 lampiran 21 halaman 192”

“CD.AK.KBR.02 lampiran 22 halaman 196”

“CD.AK.KBR.03 lampiran 23 halaman 200”

“Orang tua membuat manajemen waktu menyesuaikan dengan kondisi pekerjaan dan kondisi anak, manajemen diterapkan dengan konsisten maka anak sudah terbiasa dengan waktu belajar dari rumah saat ini”

(CW.POT.OR.01.7)

“Orang tua membuat manajemen waktu sesuai dengan jadwal sekolah untuk belajar di pagi hari lalu memberikan

(16)

waktu istirahat setelah selesai dan mengulang kembali materi di malam hari, namun juga menyesuaikan mood anak” (CW.POT.OR.02.7)

“Orang tua memiliki manajemen waktu belajar untuk anak namun kembali lagi disesuaikan dengan kondisi emosi anak yang tidak menentu” (CW.POT.OR.03.7)

6) Fasilitator

Selama pandemi COVID-19 belajar dilakukan di rumah, oleh karena itu orang tua memiliki peran sebagai fasilitator yang baik dari segi rohani hingga penyedia fasilitas penunjang proses belajar anak selama belajar dari rumah.

Orang tua di Dukuh Jaten berupaya memberikan fasilitas pembelajaran yang terbaik untuk anak. Fasilitas yang disediakan orang tua untuk anak berupa alat elektronik seperti laptop, handphone, dan speaker (pengeras suara) digunakan untuk anak mendapatkan materi secara online dari sekolah serta sarana mengerjakan tugas anak. Orang tua juga menyediakan buku non- akademik guna menambah wawasan anak dan membantu anak untuk mengurangi kejenuhan dalam belajar. Orang tua juga menyediakan APE sederhana supaya dapat digunakan anak bermain saat anak merasa jenuh belajar atau di waktu istirahat anak dari kegiatan belajar, orang tua menyediakan APE di rumah supaya anak sedikit merasakan suasana yang sama ketika belajar di sekolah walaupun APE yang tersedia tidak sebanyak yang disediakan oleh sekolah. Orang tua juga memberikan fasilitas lain berupa bimbingan belajar atau les privat untuk membantu anak dalam mengatasi kesulitan belajar anak yang lain. Bukti yang mendukung pernyataan tersebut:

(17)

“Fasilitas yang disediakan yaitu buku non akademik, handphone dan laptop” (CW.FAS.OR.01.14)

“Orang tua memberikan fasilitas handphone dan buku akademik serta non akademik” (CW.FAS.OR.02.14)

“Fasilitas yang disediakan ialah handphone, speaker, serta memberikan fasilitas tambahan yaitu les”

(CW.FAS.OR.03.14)

7) Motivator

Proses belajar selama belajar dari rumah orang tua memiliki kewajiban untuk memberikan motivasi belajar kepada anak supaya anak memiliki semangat dalam belajar.

Orang tua di Dukuh Jaten mengerahkan segala cara untuk menumbuhkan motivasi belajar anak selama belajar dari rumah.

Orang tua menyadari bahwa belajar hanya dari rumah akan membuat anak merasa terbatasi dalam eksplorasi lingkungan sekitar, anak juga akan merasa bosan dengan suasana belajar yang hanya di rumah hal tersebut akan membuat anak menjadi malas dalam belajar. Ketika anak malas dalam belajar orang tua memiliki peran untuk menumbuhkan semangat belajarnya lagi, orang tua di Dukuh Jaten memberikan motivasi atau dorongan kepada anak dengan memberikan gambaran mengenai dampak dari anak yang malas dalam belajar maka akan mendapat nilai yang kurang baik serta anak yang malas belajar tidak akan mendapat ilmu yang berguna, serta orang tua memberikan motivasi dengan rayuan seperti memberikan gambaran jika rajin belajar anak cita-cita anak akan tercapai apabila anak malas belajar maka cita-cita anak tidak akan tercapai, hal tersebut dilakukan oleh orang tua guna kebaikan anak ke depannya serta motivasi yang diberikan orang tua secara kontinyu akan memberikan dampak yang positif pada anak yaitu

(18)

anak mulai menyadari pentingnya belajar. Bukti yang mendukung pernyataan tersebut:

“Orang tua memberikan gambaran mengenai dampak negatif dari malas belajar yang diambil dari lingkungan sekitar anak, orang tua memberitahu kalau rajin belajar nanti mendapat nilai A dan bintang hal tersebut pelan-pelan membuat anak sadar bagaimana pentingnya belajar”

(CW.MBR.OR.01.23)

“Orang tua menggunakan trik rayuan agar anak kembali bersemangat dalam belajarnya” (CW.MBR.OR.02.23)

“Orang tua memberikan teguran berupa memberitahu dampak anak yang malas dalam belajar itu tidak tau apa- apa dan sedikit mengancam akan dilaporkan pada guru di sekolah” (CW.MBR.OR.03.23)

Proses belajar selama masa pandemi COVID-19 hanya dilakukan dari rumah saja, sehingga memberikan dampak yang kurang baik pada hasil belajar anak, dimana anak merasakan kejenuhan belajar dari rumah belajar harus dilakukan sendiri tidak bersama guru dan teman seperti di sekolah pada biasanya, dari situ anak merasa semangat bersaing bersama teman tidak ada, kemudian berdampak pada hasil belajar anak yang tidak maksimal.

Bukti yang mendukung pernyataan tersebut:

“Hasil belajar anak dirasa kurang maksimal karena suasana sistem belajar yang berbeda antara di sekolah dan di rumah sehingga mempengaruhi nilai anak” (CW.HBR.OR.01.15)

(19)

“Hasil belajar anak mengalami penurunan karena anak sangat sulit dikendalikan ketika belajar di rumah berbeda ketika di sekolah ada guru dan teman yang dapat menjadi acuan anak semangat dalam belajar” (CW.HBR.OR.03.15)

Orang tua tentu menyadari penurunan hasil belajar anak selama belajar dari rumah karena banyak faktor yang mendasari hal tersebut. Orang tua di Dukuh Jaten memberikan sikap positif terhadap hasil belajar anak, orang tua terus memberikan dorongan kepada anak berupa nasihat dan semangat kepada anak bahwa nilai itu dapat diperbaiki yang terpenting adalah proses dalam belajar, jika anak memahami proses belajar maka ke depannya anak akan berhati-hati dan cermat dalam mengerjakan tugas. Bukti yang mendukung pernyataan tersebut:

“Orang tua memaklumi karena situasi sekarang yang harus belajar dari rumah dan terus memberikan semangat serta motivasi agar ke depannya anak bisa mendapatkan nilai yang baik” (CW.POT.OR.01.6)

b. Hambatan dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak

Meningkatkan motivasi belajar anak selama belajar dari rumah tidak semudah yang dibayangkan. Orang tua di Dukuh Jaten merasakan beberapa hambatan saat meningkatkan motivasi belajar anak, antara lain:

1) Kondisi Anak

Anak memiliki kondisi emosi yang belum menentu. Rata- rata di Dukuh Jaten hambatan yang dijumpai pada anak ialah kondisi anak yang tidak menentu atau emosi anak naik turun, sehingga dalam kegiatan belajar perlu waktu yang lama karena harus menstabilkan emosi anak terlebih dahulu. Bukti yang mendukung pernyataan tersebut:

(20)

“Hambatan yang dijumpai orang tua yaitu pada emosi anak yang tidak menentu” (CW.HMB.OR.03.9)

“Hambatan yang orang tua alami dalam meningkatkan motivasi belajar di masa pandemi yaitu kondisi anak atau mood anak” (CW.HMB.OR.01.11)

“Hambatan yang dihadapi berupa mood anak yang tidak menentu, ketika awal program BDR anak memiliki antusias tinggi, namun kelamaan belajar dari rumah saja anak merasa bosan” (CW.HMB.OR.02.11)

Pelaksanaan kegiatan belajar hanya dari rumah memunculkan rasa jenuh pada anak, dimana biasanya mereka belajar bersama teman dan guru di sekolah sekarang harus belajar dari rumah sendiri tanpa teman dan suasana kelas ketika belajar di sekolah. Anak merasa suasana rumah sangat berbeda dan tidak ada daya saing dalam mengerjakan tugas seperti dulu saat belajar di sekolah. Bukti yang mendukung pernyataan tersebut:

“Hambatan yang dirasakan orang tua ialah anak mulai jenuh dengan suasana belajar di rumah tanpa teman”

(CW.HMB.OR.02.9)

Belajar dari rumah anak menjadi manja kepada orang tua terutama ibu, karena anak merasa bahwa belajar di rumah suasana berbeda dengan di sekolah jadi anak merasa aman ketika sedang hafalan, menyelesaikan tugas, dan membaca i’qro tidak perlu secepatnya di selesaikan sebab anak beranggapan orang tua tidak akan marah kepada anak. Sikap manja anak berdampak buruk pada kegiatan belajar anak yang dimana membutuhkan waktu yang relatif lama. Bukti yang mendukung pernyataan tersebut:

(21)

“Hambatan yang dirasakan oleh orang tua yaitu anak menjadi manja, memerlukan waktu yang cukup lama dalam menyelesaikan tugas, dan anak dalam belajar”

(CW.HMB.OR.01.9)

Kegiatan belajar yang dilakukan dari rumah saja membuat anak merasa bosan. Anak merasa bahwa tidak memiliki kebebasan dalam bereksplorasi di dunia luar serta anak merasa belajar dari rumah hanya mengerjakan tugas saja tidak ada kegiatan yang melibatkan anak secara langsung seperti eksperimen, sehingga anak bosan dengan sistem belajar mengerjakan tugas secara terus menerus. Bukti yang mendukung pernyataan tersebut:

“Hambatan yang dihadapi orang tua saat meningkatkan motivasi belajar saat di rumah yaitu bosan dengan suasana belajar yang di rumah terus menerus”

(CW.HMB.OR.03.11)

2) Kesibukan Orang Tua

Mendampingi anak belajar merupakan peran orang tua dalam tumbuh kembang anak, namun tidak dapat dipungkiri bahwa orang tua juga memiliki tugas wajib yaitu bekerja. Keluarga ke-1 merasakan bahwa dalam memberikan motivasi belajar dan mendampingi anak belum maksimal karena terkendala pada jam kerja yang mengharuskan fokus pada pekerjaan terlebih dahulu, setelah itu baru mendampingi anak belajar, sehingga waktu belajar anak dilaksanakan setelah orang tua selesai bekerja. Bukti yang mendukung pernyataan tersebut:

“Kendala yang ditemui saat kedua orang tua bekerja maka waktu belajar anak akan mundur setelah pekerjaan orang tua selesai” (CW.HMB.OR.01.13)

(22)

Keluarga ke-2 juga memiliki kesibukan dalam bekerja namun mereka selalu berupaya untuk mengutamakan kegiatan belajar anak. Orang tua lebih baik meninggalkan pekerjaan sementara kemudian mendampingi anak belajar, setelah kegiatan belajar selesai orang tua akan melanjutkan pekerjaan yang tertunda tadi. Bukti yang mendukung pernyataan tersebut:

“Orang tua berupaya untuk mengutamakan waktu belajar anak” (CW.HMB.OR.02.13)

Keluarga ke-3 hambatan yang dirasakan yaitu pekerjaan rumah menjadi tertunda akibat harus menyesuaikan waktu belajar anak serta kondisi mood anak dalam belajar. Anak dalam kondisi mood baik maka kegiatan belajar anak akan berjalan dengan lancar, namun jika anak merasa mood kurang baik maka akan membutuhkan waktu yang relatif lama untuk melaksanakan kegiatan belajar. Bukti yang mendukung pernyataan tersebut:

“Kendala yang dihadapi yaitu pekerjaan rumah dapat tertunda karena harus menyesuaikan mood anak untuk mendampingi belajar” (CW.HMB.OR.03.13)

Hambatan yang dialami orang tua di Dukuh Jaten berdampak pada motivasi belajar anak yang menurun dan hasil belajar anak. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa motivasi belajar anak selama belajar dari rumah (BDR) mengalami penurunan, dibuktikan dengan anak setiap akan memulai belajar tidak memiliki semangat, kemudian anak mengatakan bahwa belajar dari rumah itu membosankan tidak bisa belajar bersama teman seperti di sekolah dulu. Orang tua juga merasakan bahwa anak mulai jenuh dengan program belajar dari rumah (BDR) ditandai dengan mood anak yang tidak menentu saat

(23)

waktu belajar tiba, anak selalu membuat alasan untuk menunda belajarnya. Bukti yang mendukung pernyataan tersebut:

“Penurunan motivasi belajar anak dirasakan orang tua dimana anak mulai bosan dengan belajar dari rumah saja tidak bisa belajar langsung bersama teman di sekolah dan semangat anak dalam mengerjakan tugas menurun” (CW.MBR.OR.01.29)

“Penurunan motivasi belajar anak sangat terlihat dimana anak mengulur waktu belajar dengan membuat alasan supaya belajar dapat dilaksanakan nanti hal tersebut dilandasi dengan anak yang merasa tidak bisa belajar bersama dengan teman dan guru seperti dulu di sekolah” (CW.MBR.OR.02.29)

“Penurunan motivasi belajar anak diakibatkan anak merasa jenuh dengan proses belajar saat ini dimana anak harus belajar secara mandiri dari rumah dan anak dalam mengerjakan tugas kurang antusias” (CW.MBR.OR.03.29)

“Anak ingin belajar bersama teman di sekolah” (CW.AK.01.10), (CW.AK.02.10), & (CW.AK.03.10)

Penurunan motivasi belajar berdampak pada hasil belajar anak.

Orang tua di Dukuh Jaten menyadari bahwa hasil belajar anak selama belajar dari rumah memang tidak stabil, sehingga orang tua berusaha untuk memberikan motivasi kepada anak dengan menunjukkan sikap positif kepada anak bahwa nilai yang kurang bukan akhir dari proses belajar anak, dapat memperbaiki nilai dengan usaha yang tekun yaitu rajin belajar dan tidak mudah menyerah. Bukti yang mendukung pernyataan tersebut:

(24)

“Orang tua tetap memberikan semangat kepada anak dan memberikan masukan serta arahan terhadap kelalaian anak dalam mengerjakan tugas agar anak memahami kesalahannya” (CW.POT.OR.02.6)

Hambatan yang dijumpai orang tua dapat ditangani dengan strategi yang dibuat oleh orang tua dan dilakukan secara konsisten setiap harinya dapat mengatasi kendala yang dijumpai orang tua dalam meningkatkan motivasi belajar anak. Orang tua di Dukuh Jaten merancang beberapa strategi untuk meningkatkan motivasi belajar anak, antara lain:

1) Membuat Kegiatan yang Menarik

Orang tua berupaya memberikan strategi terbaik guna meningkatkan motivasi belajar anak selama belajar dari rumah.

Orang tua di Dukuh Jaten memberikan berbagai strategi guna meningkatkan motivasi belajar anak diantaranya, keluarga ke-1 memiliki strategi khusus yaitu melakukan kegiatan yang menarik minat anak. Kegiatan yang menarik anak serta menumbuhkan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap anak ialah membuat kerajinan bersama orang tua sebelum masuk ke dalam kegiatan belajar anak, orang tua menganggap kegiatan membuat kerajinan mampu meningkatkan semangat belajar anak. Tidak hanya membuat kerajinan namun kegiatan yang menarik anak minat anak ialah belajar rutin bersama orang tua, dimana anak merasa belajar bersama orang tua tidak bisa dilakukan saat di sekolah, sehingga saat belajar dari rumah anak merasa diberikan perhatian khusus dapat belajar bersama orang tua. Apabila anak sudah tertarik pada kegiatan tersebut maka orang tua akan menyelipkan beberapa nasihat kepada anak bahwa belajar itu baik untuk anak, jika rajin belajar maka anak akan mengetahui berbagai ilmu pengetahuan, dari kegiatan tersebut antara anak dan orang tua dapat membuat

(25)

kesepakatan dalam kegiatan belajar anak. Bukti yang mendukung pernyataan tersebut:

“Strategi khusus yang diberikan memberikan sesuatu yang menarik anak dalam belajar” (CW.STRA.OR.01.3)

“Kegiatan yang dilakukan dalam meningkatkan motivasi belajar anak selama BDR dengan melakukan kegiatan rutin belajar bersama dengan materi baru yang anak belum tau, membuat kerajinan, hal tersebut mampu menumbuhkan rasa ingin tau anak dari situ mampu meningkatkan motivasi belajar anak” (CW.KBR.OR.01.19)

Orang tau di keluarga ke-2 juga memiliki kegiatan yang menarik dilakukan bersama anak untuk meningkatkan motivasi belajar anak selama belajar dari rumah yaitu melakukan kegiatan bermain bersama orang tua, walaupun kegiatan bermain sederhana seperti bermain bola di teras rumah namun hal kecil tersebut mampu membuat anak merasa senang dan mampu memberikan ruang untuk anak melupakan apa yang anak rasakan. Kegiatan lain yang dilakukan orang tua dan anak di akhir pekan ialah memasak bersama, kegiatan memasak bersama ini dapat mendekatkan hubungan antara anak dan orang tua dimana saat meracik bahan orang tua dapat memberikan masukan atau saran terhadap kegiatan belajar anak selama belajar dari rumah, lalu orang tua juga memberikan semangat kepada anak bahwa belajar dari rumah bukanlah masalah besar serta orang tua memberi tahu bahwa ada ayah dan ibu yang selalu membantu kamu untuk melewati masa sulit ini, dari situ anak merasa tenang dan mampu mengembalikan motivasi belajar anak. Bukti yang mendukung pernyataan tersebut:

(26)

Gambar 4.8. Kegiatan memasak bersama

“CD.STRA.02 lampiran 22 halaman 197”

“Kegiatan yang dilakukan dalam meningkatkan motivasi belajar anak ialah melakukan kegiatan yang disukai anak seperti bermain bersama orang tua, masak bersama, bercerita bersama” (CW.KBR.OR.02.19)

Orang tua di keluarga ke-3 memberikan kegiatan yang menarik anak guna meningkatkan motivasi belajar anak yaitu melakukan kegiatan yang anak sukai bersama orang tua seperti bermain bersama atau bercerita bersama. Kemudian melakukan eksperimen bersama, dimana saat melakukan kegiatan yang melibatkan anak secara langsung dapat memberikan rasa ingin tahu yang tinggi pada anak seperti berkebun anak diajak untuk menanam bunga, anak merasakan dengan sendiri bagaimana menyiapkan media tanam, lalu memasukan tanaman dalam pot, memberi pupuk serta menyiram tanaman dengan rutin hal tersebut mampu meningkatkan semangat dalam belajar anak. Orang tua juga mengajak anak untuk melakukan olahraga bersama yaitu berenang bersama agar anak memiliki waktu yang intens bersama orang tua, serta dalam kegiatan berenang bersama orang tua sering memberikan nasihat kepada anak bahwa kegiatan belajar dimanapun asalkan dilakukan dengan setulus hati maka akan berdampak positif bagi yang melakukannya, dari situ anak mampu memahami situasi sekarang sehingga membantu anak untuk

(27)

semangat dalam belajar. Bukti yang mendukung pernyataan tersebut:

Gambar 4.9. Kegiatan berenang bersama

“CD.STRA.03 lampiran 23 halaman 201”

“Melakukan kegiatan yang disukai anak secara bersama seperti bermain, bereksperimen, olahraga bersama, mengajak anak untuk melakukan hal baru”

(CW.KBR.OR.03.19)

2) Membuat Kreasi dalam Belajar

Proses belajar anak usia dini memerlukan kreasi dalam belajar sebab anak usia dini belajar sambil bermain serta eksplorasi lingkungan sekitar secara nyata. Selama belajar dari rumah tentunya proses belajar anak sangat berbeda dengan di sekolah, namun orang tua dapat melakukan kreasi belajar yang sederhana namun berkesan pada anak.

Orang tua di Dukuh Jaten berupaya membuat kreasi belajar anak sesuai dengan kondisi rumah masing-masing. Orang tua di keluarga ke-1 membuat kreasi belajar dengan memberikan penjelasan materi berbeda dari biasanya yaitu dengan memberikan gambaran secara nyata atau menggunakan media APE yang ada di

(28)

rumah agar dalam belajar anak tidak merasa bosan dan anak mampu memahami materi dengan mudah. Kemudian orang tua menyediakan media pasir sintesis dengan tujuan anak dapat belajar menulis atau menggambar menggunakan media yang berbeda dari biasanya seperti buku tulis dan buku gambar. Orang tua juga menyediakan puzzle guna membantu anak jika melakukan proses belajar anak mulai bosan maka orang tua mengalihkan pada puzzle agar emosi anak dapat terkontrol. Bukti yang mendukung pernyataan tersebut:

“Kreasi kegiatan belajar selama BDR dilakukan dengan memberikan gambar yang berbeda dari materi ajar, lalu mengaitkan dengan APE yang tersedia seperti puzzle, pasir sintesis guna memberikan suasana pembelajaran yang menarik anak” (CW.KBR.OR.01.20)

Orang tua di keluarga ke-2 dan ke-3 mengkreasikan kegiatan belajar anak dengan belajar sambil bermain. Orang tua menyadari bahwa anak usia dini dalam belajar belum dapat fokus 100% sehingga orang tua memberikan kebebasan belajar sambil bermain apa yang disukai anak, namun tetap orang tua mengawasi agar anak tidak terlena dalam bermain saja, jika anak sudah asik bermain maka orang tua pelan-pelan mengarahkan anak untuk belajar kembali, dengan belajar sambil bermain anak dapat melakukan eksplorasi yang luas pada belajar anak dengan benda yang anak mainkan. Bukti yang mendukung pernyataan tersebut:

“Orang tua mengkreasikan kegiatan belajar dengan belajar sambil bermain dan membuat hal baru yang belum pernah anak lakukan” (CW.KBR.OR.02.20)

(29)

“Kreasi yang dilakukan orang tua selama BDR yaitu belajar sambil bermain, karena orang tua menyadari bahwa anak usia dini dalam belajar masih perlu eksplorasi yang luas”

(CW.KBR.OR.03.20)

3) Apresiasi Hasil Belajar Anak

Di masa pandemi COVID-19 ini anak harus belajar dari rumah sehingga apa yang anak dapatkan dari hasil belajarnya tidak dapat diperlihatkan kepada temannya seperti dulu saat belajar di sekolah. Orang tua di Dukuh Jaten membuat strategi dengan mengapresiasi hasil belajar anak dengan mem-posting di media sosial, sehingga hasil belajar dapat diketahui oleh anak lainnya dan dari situ antara teman lainnya saling memberikan pujian secara online dari postingan yang dilihatnya tersebut. Cara tersebut dirasakan oleh orang tua mampu menumbuhkan motivasi belajar anak karena anak merasa hasil belajarnya dihargai dan membuat orang lain memberikan pujian kepadanya. Motivasi anak tumbuh dengan baik supaya ke depannya mampu memberikan hasil belajar yang lebih baik lagi. Bukti yang mendukung pernyataan tersebut:

“Strategi yang orang tua lakukan yaitu dengan Memberikan rayuan, memposting hasil belajar anak di media sosial, memberikan gambaran mengenai anak yang rajin belajar akan tercapai cita-citanya, dan memberikan perhatian yang ekstra” (CW.STRA.OR.02.3)

4) Menciptakan Lingkungan Kondusif

Pembelajaran dilakukan dari rumah selama pandemi COVID-19 anak memerlukan kondisi lingkungan yang mendukung saat anak melakukan kegiatan belajar.

Orang tua di Dukuh Jaten berupaya menciptakan lingkungan yang kondusif saat anak belajar. Orang tua berupaya

(30)

menghentikan sementara waktu hal yang mengganggu konsentrasi belajar anak seperti mematikan televisi, pekerjaan rumah, meminta kerjasama kepada teman sebaya anak jika sedang belajar mohon untuk tidak bermain di sekitar rumah supaya anak tidak beralih pada suara di sekitar anak. Tujuan dari menghentikan beberapa kegiatan sementara waktu agar anak merasakan lingkungan yang tenang dan aman, sehingga dalam belajar anak tetap bisa fokus pada materinya walaupun kegiatan belajar anak dilakukan dengan bermain sambil belajar. Bukti yang mendukung pernyataan tersebut:

“Orang tua menciptakan suasana rumah yang kondusif (aman, nyaman, dan tenang) dengan menghentikan sementara kegiatan yang mengganggu belajar anak”

(CW.STRA.OR.01.27)

“Orang tua berusaha menciptakan lingkungan yang nyaman ketika anak mulai belajar dengan manajemen waktu yang baik serta menghentikan sementara kegiatan yang dapat mengganggu konsentrasi anak” (CW.STRA.OR.02.27)

“Orang tua berusaha menciptakan kondisi yang kondusif seperti memberhentikan sementara kegiatan yang mengganggu belajar anak” (CW.STRA.OR.03.27)

5) Komunikasi Terbuka

Komunikasi terbuka juga salah satu dalam strategi meningkatkan motivasi belajar anak. Orang tua memberikan kebebasan dalam mengekspresikan apa yang anak rasakan, sehingga anak dapat memberitahu apa yang sedang mereka rasakan lalu orang tua mampu membantu menyelesaikan permasalahan emosi yang anak rasakan.

(31)

Orang tua di Dukuh Jaten berupaya memberikan keterbukaan dalam komunikasi. Ketika anak merasakan bosan atau malas belajar maka orang tua sudah mengetahui apa yang harus dilakukan yaitu memberikan waktu pada anak untuk menstabilkan emosi anak dengan memberikan anak istirahat dari kegiatan belajar, mengizinkan anak untuk bermain apa yang anak sukai, menyediakan makanan bergizi yang mampu mengembalikan emosi anak menjadi stabil, dan mengajak anak untuk bercerita apa keluh- kesah anak hingga anak malas belajar, hal tersebut dilakukan secara perlahan maka anak akan merasa dirinya sedang dibantu dan didukung oleh orang tuanya, sedikit demi sedikit anak akan mulai mencair dan dapat diberikan masukan agar mau kembali belajar.

Bukti yang mendukung pernyataan tersebut:

“Orang tua memberikan kelonggaran waktu untuk istirahat supaya kondisi anak kembali stabil” (CW.POT.OR.03.25)

“Orang tua memberikan waktu kepada anak untuk melakukan hal yang membuat anak nyaman”

(CW.POT.OR.02.25)

“Orang tua mengatasi kondisi anak yang tidak menentu saat belajar dengan mengikuti perubahan mood anak, menuruti apa yang anak mau, kemudian pelan-pelan orang tua menyelipkan materi belajar dengan bahasa yang mudah dimengerti anak” (CW.POT.OR.01.25)

Orang tua membuat strategi guna mengatasi hambatan dalam meningkatkan motivasi belajar anak, strategi dilakukan secara konsisten setiap harinya dapat memberikan dampak positif dalam meningkatkan motivasi belajar anak. Anak di Dukuh Jaten yang dimana awalnya mendapat hasil belajar kurang stabil akibat

(32)

penyesuaian proses pembelajaran dari rumah (BDR), mulai menunjukkan perubahan pada hasil belajar yang sekarang dapat dikatakan hasil belajar anak mulai stabil, dilihat dari peran orang tua yang selalu memberikan motivasi positif kepada anak. Bukti yang mendukung pernyataan tersebut:

“CD.AK.HBR.01 lampiran 21 halaman 190“

“CD.AK.HBR.02 lampiran 22 halaman 194“

“CD.AK.HBR.03 lampiran 23 halaman 198“

Motivasi belajar anak di Dukuh Jaten tumbuh baik dengan adanya strategi yang diterapkan orang tua pada diri anak oleh karena itu dapat membantu anak dalam menumbuhkan kemandirian dalam belajar dan ketekunan dalam menyelesaikan tugas. Kemandirian anak dapat dilihat dari kemauan anak dalam melakukan kegiatan belajar dengan sendiri tanpa harus orang tua meminta anak belajar, walaupun pada kenyataannya anak usia dini mau belajar sesuai dengan kondisi mood anak, jika mood baik maka anak akan belajar dengan sendirinya, apabila mood kurang baik maka proses belajar anak perlu orang tua yang meminta atau menyuruh agar anak mau belajar, tetap saja jika anak ingin melakukan belajar dengan sendiri itu perlu diapresiasi supaya ke depannya kemandirian anak tumbuh alami pada diri anak.

Bukti yang mendukung pernyataan tersebut:

“Kemandirian anak dalam belajar dilihat dari kondisi anak apabila mood anak baik maka anak akan belajar dengan sendiri sebaliknya mood buruk maka belajar perlu diperintah”

(CW.KMD.OR.01.21), (CW.KMD.OR.02.21), &

(CW.KMD.OR.03.21)

(33)

“Kemauan anak dalam belajar sesuai dengan mood anak”

(CW.KMD.AK.01.6), (CW.KMD.AK.02.6), &

(CW.KMD.AK.03.6)

“Kemauan belajar anak sesuai dengan kondisi anak”

(CL.AK.01.3), (CL.AK.02.3), & (CL.AK.03.3)

“Kemandirian anak dalam belajar menyesuaikan mood anak”

(CL.KMD.01.1), (CL.KMD.02.1), & (CL.KMD.03.1)

Strategi yang diberikan orang tua kepada anak dapat menumbuhkan sikap tekun pada anak, hal tersebut dapat dilihat dari pantang menyerah anak dalam mengerjakan tugas, ketika mengalami kesulitan belajar anak mencoba untuk bertanya kepada orang tua terlebih dahulu mengenai apa yang anak tidak ketahui, kemudian setelah anak mengetahui kesulitan tersebut anak akan melanjutkan mengerjakan tugas hingga selesai. Bukti yang mendukung pernyataan tersebut:

Gambar 4.10. Anak bertanya kesulitan belajar kepada Ibu

“Anak selalu mengutamakan bertanya kepada orang tua mengenai apa yang tidak diketahui sehingga anak dapat menyelesaikan tugasnya” (CW.KTK.OR.02.22)

“Anak mengutamakan bertanya terlebih dahulu”

(CW.KTK.AK.03.8)

(34)

“Anak berusaha untuk menyelesaikan tugas dengan sungguh- sungguh dan berusaha bertanya mengenai apa yang tidak diketahui” (CL.KTK.02.2)

B. Pembahasan

1. Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Orang tua memiliki peran penting dalam tumbuh kembang anak.

Orang tua di Dukuh Jaten memberikan kasih sayang yang tulus kepada anak, memenuhi kebutuhan anak, melindungi dan merawat anak, serta memberikan pendidikan kepada anak guna bekal anak di masa depan.

Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Cake & Murati (2016) menyatakan bahwa orang tua sumber kasih sayang serta pemdidikam pertama untuk anak dan orang tua bertanggung jawab pada tumbuh kembang anak. Linde-Krieger & Yates (2020) menyatakan bahwa kedua orang tua harus memberikan sikap konsisten dalam mendidik di segala aspek seperti belajar agama, bersosial, kegiatan belajar, dsb, agar dalam proses tumbuh kembang anak tidak mengalami kebimbangan harus mengikuti pengasuahan ayah atau ibu. Orang tua di Dukuh Jaten antara ayah dan ibu memberikan konsistensi dalam mengasuh anak, sehingga perlakuan yang didapat anak dari ayah atau ibu sama rata tanpa ada perbedaan pengasuhan. Tujuan dari sikap konsisten dalam mengasuh anak agar ke depannya anak tidak bimbang harus mengikuti aturan ayah atau ibu, karena ayah dan ibu adalah kesatuan yang penting dalam tumbuh kembang anak dan cerminan anak dalam bersikap.

Motivasi belajar salah satu aspek penunjang keberhasilan dalam proses belajar anak. Motivasi belajar sendiri merupakan dorongan secara ekstrinsik maupun intrinsik yang diberikan kepada anak dalam proses belajar guna mewujudkan keberhasilan dalam belajar (Uno, 2019). Masa pandemi COVID-19 saat ini, orang tua menyadari penurunan motivasi belajar pada anak, hal tersebut dilihat dari anak

(35)

sulit untuk diminta belajar, anak mudah menyerah dalam mengerjakan tugas dari sekolah, serta anak merasa jenuh ketika harus belajar dari rumah terus menerus, dan hasil belajar anak kurang stabil. Orang tua di Dukuh Jaten berupaya untuk memberikan motivasi belajar secara ekstrinsik dengan cara memberikan dorongan semangat kepada anak, orang tua memberikan gambaran positif kepada anak mengenai anak yang rajin belajar maka cita-cita yang diinginkan akan tercapai serta nilai yang didapat akan mendapat bintang yang banyak, orang tua juga memberikan reward kepada anak ketika berhasil menyelesaikan tugas atau melakukan kegiatan belajar dengan semangat.

Peran orang tua dalam memberikan motivasi belajar selama belajar dari rumah adalah hal penting bagi anak guna keberhasilan proses belajar anak selama belajar dari rumah, sebab motivasi belajar yang biasa di dapatkan anak ketika belajar di sekolah seperti dorongan dari guru dan persaingan antar teman sebaya untuk sementara waktu ini tidak dapat di rasakan oleh anak, sehingga orang tua sebagai kunci utama dalam meningkatkan motivasi belajar anak. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat ahli Winingsih (2020), menyatakan bahwa selama belajar dari jarak jauh orang tua berperan sebagai motivator guna memberikan semangat belajar pada anak dan menghasilkan prestasi pada proses belajar anak. Peran orang tua di Dukuh Jaten dalam meningkatkan motivasi belajar anak selama belajar dari rumah antara lain:

a. Memberikan Perhatian

Perhatian yang diberikan orang tua kepada anak mampu menumbuhkan rasa percaya diri anak dan semangat dalam beraktivitas salah satunya kegiatan belajar (Djamarah, 2004).

Perhatian yang diberikan kepada anak tidak hanya memberikan apa yang anak butuhkan, namun ketika orang tua mengenali kesulitan anak dalam berbagai hal salah satunya kegiatan belajar anak.

Ketika orang tua mampu mengenali kesulitan anak, maka anak merasa mendapatkan perhatian dari orang tua sebab orang tua

(36)

mampu membantu kesulitan anak serta memberikan arahan kepada anak apa yang harus dilakukan dalam mengatasi kesulitan tersebut.

Orang tua di Dukuh Jaten dalam memberikan perhatian ketika anak mengalami kesulitan belajar dari rumah dengan memberikan waktu sendiri kepada anak (me time kids) bertujuan agar anak dapat mengelola emosinya secara mandiri, lalu memberikan waktu untuk istirahat kepada anak agar anak kembali fresh, dan mengarahkan anak dalam mengatasi kesulitan belajar, orang tua melakukan hal tersebut secara konsisten maka motivasi anak dalam belajar dapat tumbuh dengan baik secara bertahap.

Orang tua di Dukuh Jaten memberikan perhatian kepada anak dengan melibatkan dirinya pada pendidikan anak salah satunya menjadi korektor untuk anak. Korektor yang dimaksud ialah mengkoreksi dan mengarahkan anak dalam berbagai aspek salah satunya pada kegiatan belajar anak, orang tua mengoreksi hasil belajar anak untuk memantau sampai mana perkembangan belajar anak, apabila anak mendapatkan nilai yang kurang baik maka orang tua mengarahkan kepada anak untuk memahami apa kesalahnya serat membrikan semangat agar kedepannya anak mendapatkan nilai yang lebih baik. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Salahudin, (2011), menyatakan bahwa orang tua memiliki peran penting pada pendidikan anak salah satunya sebagai korektor dimana orang tua mengarahkan dan mengoreksi perilaku anak serta kegiatan belajar anak.

b. Pemberian Reward

Memberikan hadiah kepada anak merupakan apresiasi yang diberikan orang tua kepada anak yang telah berhasil dalam proses belajar (Chick & G. Clifton, 2020). Reward yang diberikan kepada anak tidak hanya hadiah berupa barang, namun bisa diberikan dengan memberikan pujian kepada anak seperti anak pintar, hebat, luar biasa, dsb, ungkapan yang positif dan membangun mampu menumbuhkan motivasi belajar anak.

(37)

Di masa pandemi COVID-19 saat ini pembelajaran dilakukan dari rumah, sehingga banyak anak yang mengalami bosan dalam belajar. Banyak orang tua membuat perjanjian dengan anak, apabila anak belajar dengan baik maka akan diberikan hadiah (Fadlilah, 2020). Orang tua di Dukuh Jaten berupaya memberikan apa yang terbaik untuk anak selama belajar dari rumah agar anak semangat dalam belajar, salah satunya dengan memberikan hadiah kepada anak guna mengapresiasi anak dalam kegiatan belajarnya.

Pemberian hadiah kepada anak merupakan jalan yang tepat di situasi saat ini, sebab dengan diberikan hadiah anak memiliki rasa berjuang guna mendapatkan apa yang diinginkan ketika selesai dalam proses belajarnya. Orang tua tidak memberikan hadiah kepada anak secara terus menerus, mereka memberikan variasi dalam pemberian reward yaitu dengan memberikan pujian kepada anak ketika anak berhasil menyelesaikan tugas dari sekolah dan ketika anak belajar dengan baik. Pujian yang mendukung seperti anak baik, anak pintar, anak hebat, anak sholeh dan sholehah, dan memberikan acungan jempol pada anak, kalimat positif yang diberikan kepada anak mampu meningkatkan motivasi belajar anak.

c. Mendampingi

Mendampingi anak ketika belajar merupakan peran penting orang tua, sebab orang tua dapat memantau perkembangan anak dengan terkontrol dan orang tua dapat membantu anak ketika mengalami kesulitan dalam belajar (Prasetyono, 2007). Masa pandemi COVID-19 yang dimana proses belajar dilakukan dari rumah maka orang tua berperan aktif dalam mendampingi belajar anak, sebab peran guru terbatasi dalam memberikan arahan kepada anak saat belajar dari rumah. Orang tua di Dukuh Jaten berupaya selalu mendampingi anak dalam belajar walaupun sedang sibuk dengan pekerjaan rumah, orang tua menganggap belajar adalah hal penting untuk anak sejak dini sehingga lebih mengutamakan

(38)

kegiatan belajar anak. Orang tua mendampingi anak belajar mampu memberikan perasaan nyaman pada anak, rasa nyaman tersebut mampu menumbuhkan motivasi belajar anak. Orang tua mendampingi anak dalam belajar mampu membantu anak dalam mengatasi kesulitan belajar anak, ketika anak tidak mengetahui materi dengan mudah anak bertanya kepada orang tua, hal tersebut berdampak positif pada jalannya kegiatan belajar anak.

d. Membangun Komunikasi

Komunikasi yang baik antara orang tua dan anak merupakan kunci utama dalam keberhasilan tumbuh kemang anak.

Masa pandemi COVID-19 membuat situasi pembelajaran harus berubah, proses pembelajaran dilakukan dari rumah dan kondisi anak juga ada perubahan. Komunikasi yang baik antara orang tua dan anak dapat membantu anak mengatasi kesulitan belajar selama belajar dari rumah. Orang tua di Dukuh Jaten membangun komunikasi yang baik dengan anak supaya saat anak merasakan hal yang kurang baik maka anak dapat terbuka kepada orang tua dengan bercerita, dari situ orang tua dan anak dapat berdiskusi untuk mencari jalan keluar dari yang di rasakan anak tersebut.

Komunikasi yang terbuka mampu membantu orang tua mengontrol hasil belajar anak (Sari, 2107). Masa pandemi COVID- 19 orang tua di Dukuh Jaten merasakan penurunan dari hasil belajar anak, dengan komunikasi yang terbuka orang tua dapat memperbaiki proses belajar anak yang awalnya belajar semau anak, disini orang tua dapat membuat kesepakatan dengan anak mengenai kegiatan belajar yang sesuai dengan kondisi anak, hal tersebut mampu membantu memperbaiki hasil belajar anak.

e. Manajemen Waktu Belajar

Masa pandemi COVID-19 berdampak pada jam belajar anak di rumah. Orang tua perlu mengatur waktu belajar anak agar seimbang dalam beraktivitas akademik dan non akademik (Sari, 2017). Orang tua di Dukuh Jaten dalam membuat manajemen

(39)

waktu belajar anak selama belajar dari rumah itu berbeda-beda keluarga pertama membuat manajemen waktu belajar disesuaikan dengan jadwal sekolah serta mempertimbangkan waktu kerja orang tua, kadang anak belajar di pagi hari jika pekerjaan orang tua dapat ditinggal, apabila pekerjaan orang tua tidak dapat di tinggal maka anak akan belajar ketika orang tua telah selesai bekerja. Keluarga kedua membuat manajemen waktu belajar disesuaikan dengan kondisi anak, orang tua menyadari bahwa anak usia dini memiliki emosi yang tidak menentu sehingga orang tua perlu memperhatikan kondisi anak sebelum melaksanakan kegiatan belajar. Keluarga ketiga membuat manajemen waktu belajar dengan pembagian waktu yang akurat, orang tua mengajari anak untuk disiplin waktu sejak dini saat pagi hari waktu belajar anak akan langsung belajar walaupun kadang anak perlu dibujuk orang tua tetap konsisten bahwa pagi harus belajar sesuai jadwal sekolah, siang hingga sore hari anak diberikan waktu untuk istirahat anak dapat memanfaatkan untuk tidur atau bermain guna mengembalikan mood anak, lalu malam hari anak mengulangi materi yang telah dipelajari dan menyiapkan materi selanjutnya, manajemen waktu ini diberikan orang tua dengan konsisten dengan tujuan anak belajar menghargai waktu.

f. Fasilitator

Orang tua berperan sebagai fasilitator dimana menyediakan kebutuhan anak di segala aspek salah satunya pada dunia pendidikan anak. Fasilitas yang terpenuhi dapat membantu meningkatkan motivasi belajar anak. Orang tua di Dukuh Jaten berupaya memberikan fasilitas untuk mendukung keberhasilan kegiatan belajar anak selama belajar dari rumah seperti alat elektronik handphone, speaker, dan laptop, kemudian alat APE guna membantu anak dalam belajar dan menciptakan suasana serupa saat di sekolah supaya anak tidak bosan walaupun APE yang disediakan tidak sebanyak seperti di sekolah, dan buku non-

(40)

akademik guna menambah wawasan untuk anak. Orang tua sebagai fasilitator tidak melulu hanya menyediakan fasilitas saja namun orang tua juga menjembatani minat bakat anak (Anurraga , 2018).

Orang tua memberikan fasilitas berupa penyaluran bakat anak dengan menyediakan bimbingan belajar anak guna mengembangkan bakat anak.

g. Motivator

Orang tua berperan menjadi motivator di semua keadaan anak. Anak tentu mengalami masa sulit selama belajar dari rumah akibat pandemi COVID-19, orang tua berusaha menunjukkan sikap positif kepada anak dalam menghadapi masa sulit saat ini. Orang tua membantu anak dengan memberikan gambaran positif dari anak yang rajin belajar maka cita-citanya akan tercapai, orang tua menyadari bahwa hasil belajar anak mengalami penurunan maka tindakan orang tua memberikan semangat serta arahan yang positif guna memperbaiki hasil belajar anak ke depannya, orang tua memberikan pengaruh positif pada anak seperti bersikap sabar dalam mengatasi permasalahan, berjuang tanpa menyerah dalam menggapai apa yang diinginkan, apa yang orang tua contoh kan kepada anak maka anak terpengaruh apa yang dilakukan orang tua sebab orang tua memiliki sifat pengaruh atau director (Winingsih, 2020).

2. Hambatan dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak

Meningkatkan motivasi belajar anak tidak terus-menerus berjalan lancar pastinya orang tua menemui hambatan dalam proses meningkatkan motivasi belajar anak. Masa pandemi COVID-19 saat ini orang tua menyadari banyak hambatan dalam meningkatkan motivasi belajar anak. Hambatan yang dirasakan orang tua di Dukuh Jaten salah satunya kesibukan orang tua yaitu pekerjaan orang tua.

Karmawan, Supriadi, & Donatianus (2012) berpendapat bahwa keadaan ekonomi mampu menghambat orang tua dalam meningkatkan

(41)

motivasi belajar anak, sebab orang tua sibuk bekerja guna memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-hari. Di masa pandemi COVID-19 banyak pekerjaan yang ditunda bahkan ada yang dikeluarkan dari pekerjaanya, dari situ orang tua merasa harus mencari pekerjaan baru guna bertahan hidup di masa pandemi ini.

Orang tua di Dukuh Jaten berupaya menyediakan waktu untuk mendampingi anak belajar serta meningkatkan motivasi belajar anak, apabila ayah sibuk dalam pekerjaan maka ibu dapat membantu anak dalam proses belajarnya, walaupun tidak dapat berperan bersama antara ayah dan ibu dalam mendampingi anak belajar orang tua bekerja sama untuk semaksimal mungkin dengan berbagi peran dan mendukung satu sama lain. Apabila pagi belajar bersama ibu maka diwaktu yang luang seperti sore, malam hari, atau weekend anak dapat belajar atau berkegiatan bersama ayah, sehingga anak tetap mendapatkan peran ayah dalam proses tumbuh kembang anak.

Orang tua berupaya dalam meningkatkan motivasi belajar dengan berbagai cara, namun tidak bisa dipungkiri bahwa kondisi anak juga dapat menghambat orang tua dalam meningkatkan motivasi belajar anak. Hening (2019) mengemukakan bahwa setiap anak memilikin kondisi emosi yang berbeda-beda, mereka masih mencari mana yang benar mana yang salah, dari situ kondisi anak perlu dipantau guna membentuk sikap yang positif pada anak.

Orang tua di Dukuh Jaten menyadari bahwa selama belajar dari rumah anak mengalami perubahan emosi setiap harinya. Di awal pembelajaran dari rumah anak masih mempunyai semangat serta antusias belajar yang tinggi, sebab anak merasakan pembelajaran yang berbeda dengan di sekolah seperti anak harus belajar di rumah dengan alat eletronik dan benda seadanya di rumah, namun lama kelamaan anak merasakan kejenuhan pada proses belajar yang setiap hari harus dari rumah. Anak merasa bahwa belajar dari rumah suasananya berbeda dengan di sekolah, anak sudah lama tidak merasakan berangkat ke sekolah menggunakan seragam sekolah, belajar bersama

(42)

guru dan teman yang banyak, bermain di taman sekolah, bereksplorasi bersama teman-teman di lingkungan sekolah, belajar eksperimen bersama guru dan teman-teman, dan anak merasa suasana rumah tidak semenarik di sekolah. Selama belajar dari rumah anak tidak merasakan hal tersebut, sehingga emosi anak setiap harinya mengalami perubahan dan orang tua perlu membujuk anak supaya anak bersedia untuk belajar dan mengerjakan tugas dari sekolah.

Hambatan yang ditemu orang tua dalam meningkatkan motivasi belajar anak selama belajar dari rumah dapat diatasi dengan juga membuat strategi, dengan adanya strategi mampu membantu orang tua mengatasi kejenuhan anak dalam belajar anak saat belajar dari rumah.

Strategi yang di gunakan Orang tua di Dukuh Jaten dalam meningkatkan motivasi belajar anak antara lain:

a. Membuat Kegiatan yang Menarik

Pembelajaran yang dilakukan dari rumah akibat pandemi COVID-19 sudah berjalan cukup lama, hal tersebut menimbulkan kejenuhan belajar pada anak. Orang tua berupaya meningkatkan motivasi belajar dengan berbagai hal salah satunya membuat kegiatan yang menarik untuk anak. Kegiatan yang menarik perhatian dapat di manfaatkan orang tua untuk meningkatkan motivasi belajar anak (Djamarah, 2008).

Orang tua di Dukuh Jaten berupaya memberikan kegiatan yang menarik untuk anak dalam kegiatan belajar maupun di luar jam belajar. Keluarga pertama mengajak anak untuk membuat kerajinan berupa gelang atau kalung, hal tersebut dipercaya dapat menarik perhatian anak dan orang tua dapat memanfaatkan momen tersebut untuk meningkatkan motivasi belajar anak dengan mendengarkan keluah kesah anak saat belajar dari rumah, lalu orang tua dan anak mencari jalan keluar bersama mengenai kejenuhan anak dalam belajar, dan orang tua memberikan pengertian kepada anak mengenai situasi sekarang anak diminta

(43)

untuk bersabar dan selalu berdoa kepada Allah untuk kebaikan disituasi saat ini.

Keluarga ke dua selalu mengajak anak untuk bermain bersama di saat weekend seperti bermain bola di teras rumah, bermain secara sederhana namun dilakukan bersama orang tua mampu menumbuhkan rasa saling menyemangati satu sama lain, dimana saat bermain bersama orang tua dapat memberikan pesan kepada anak megenai situasi saat ini bahwa anak harus bersabar melalu masa sulit ini, jika merasa lelah dan takut tenang saja ada ayah dan ibu di belakang siap untuk membantu. Pesan tersebut mampu menumbuhkan rasa aman pada anak, sehingga motivasi anak dalam belajar disituasi saat ini dapat tumbuh dengan baik.

Keluarga ke tiga membuat kegiatan berkebun bersama dimana kegiatan tersebut anak diajak langsung bereksperimen mengani proses pertumbuhan tanaman, hal tersebut mampu menarik daya ingin tahu anak dan momen tersebut anak mampu belajar hal baru yang menyenangkan serta orang tua dapat memberikan masukan dan semangat mengenai kegeitan belajar dari rumah. Kegiatan yang bermanfaat seperti eksperimen langsung dapat meningkatkan motivasi belajar anak, sebab anak menyukai kegiatan yang mengetahui hasilnya langsung (Sari, 2017). Orang tua juga mengajak anak untuk berkegiatan di luar jam belajar seperti olahraga bersama yaitu berenang, kegiatan tersebut mampu mebuat anak meluapkan emosi dan menumbuhkan rasa bahagia pada diri anak. Kegiatan tersebut mampu menumbuhkan motivasi belajar anak.

b. Membuat Kreasi dalam Belajar

Orang tua menyadari bahwa anak usia dini dalam proses belajar sistemnya belajar sambil bermain. Wiyani & Barnawi (2012) mengatakan bahwa pembelajaran anak usia dini perlu adanya kegiatan yang menarik dan eksplorasi lingkungan sekitar sebab anak usia dini memerlukan bukti nyata bukan teori.

(44)

Orang tua di Dukuh Jaten berupaya memberikan kreasi belajar untuk anak selama belajar dari rumah agar anak tidak kesulitan dalam memahami materi yang diberikan dari sekolah.

Orang tua di keluarga pertama mengkreasikan dengan menggunakan media APE seperti puzzle, pasir sintetis, dan buku non-akademik. Media tersebut diberikan guna membantu anak dalam memahami materi yang diberikan dan digunakan sebagai alat bantu anak ketika mengalami jenuh dalam belajar maka anak dialihkan pada media APE supaya anak dapat bermain sambil belajar hal baru dari APE tersebut.

Oarng tua di keluarga ke dua dan ke tiga mengkreasikan belajar sambil bermain apa yang anak sukai namun tetap dikontrol oleh orang tua, apabila sudah melewati batas anak lebih asik bermain maka orang tua mengembalikan anak untuk fokus lagi dalam belajar. Kreasi pembelejaran sambil bermain bertujuan memberikan kebebasan anak untuk bereksplorasi benda sekitar dan membantu anak untuk mengembangkan imajinasi dari permaianan yang anak mainkan.

c. Apresiasi Hasil Belajar Anak

Orang tua di Dukuh Jaten meningkatkan motivasi belajar anak melalui apresiasi hasil belajar anak dengan mengupload karya atau hasil belajar anak di sosial media. Tujuan dari mengupload karya anak di media sosial yaitu menumbuhkan rasa percaya diri anak akan hasil belajarnya, serta dapat dilihat oleh orang banyak dan dapat saling bertukar cerita dengan teman lainnya melalui media sosial sebab tidak bisa bertemu akibat pandemi COVID-19, dari situ anak mengetahui bahwa hasil belajarnya mendapat pujian maka ke depannya anak termotivasi untuk mendapatkan nilai yang baik dan menghasilkan karya yang lebih baik lagi. Fadlilah (2020), menyatakan bahwa mengapresisai hasil belajar anak dengan cara mengupload hasil belajar anak di media sosial dapat meningkatkan motivasi belajar anak.

Gambar

Gambar 4.1. Keluarga Ke-1
Gambar 4.2. Keluarga Ke-2
Gambar 4.4. Anak mulai jenuh dalam belajar
Gambar 4.5. Orang tua mendampingi anak belajar
+3

Referensi

Dokumen terkait

menyelenggarakan pemberian jasa terhadap pelayanan kesehatan masyarakat yang meliputi rawat inap dan rawat jalan. Jasa yang diberikan atau disediakan berupa jasa

Data hasil penelitian, diperoleh skor rata- rata hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang memiliki kemampuan berpikir logis tinggi yang diberikan metode CTL

kategorikan dalam beberapa jenis, diantaranya adalah film dokumenter, film cerita pendek, film cerita panjang, film perusahaan (company profile), iklan televisi, program

antara PMA dengan disparitas pembangunan ekonomi di Provinsi Jambi dan dengan arah yang negatif ini menunjukkan peningkatan investasi PMA menyebabkan penurunan

Seingga dalam kerjan$a tra&o menuntut sistem pendinginan $ang baik% ole karena itu sistem pendinginann$a arus mempun$ai kinerja $ang baik% dari berbagai macam

Dynamically Allocated: Maksud dari jenis ini adalah Hard disk Virtual yang akan digunakan oleh Ubuntu nantinya, semakin lama semakin besar, jika kamu menambahkan data

di Bali memiliki cara yang bersumber dari sastra agama dan kearifan lokal dalam menyikapi wabah dengan mengembalikan keseimbangan alam semesta secara niskala, antara

Dari data yang terlihat pada tabel 2 dan gambar 6 diatas, apabila kita melihat dari data rata-rata (avg) flow /detik vs jumlah dari host yang ditampilkan pada tabel 2, kontroler