• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH METODE DISCOVERY LERNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 3 MERANGIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH METODE DISCOVERY LERNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 3 MERANGIN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)Rini Widarti | Mat-Edukasia: Jurnal Pendidikan Matematika PENGARUH METODE DISCOVERY LERNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 3 MERANGIN Rini Widarti Pendidikan Matematika STKIP YPM Bangko Email:[email protected] ABSTRACK This study aims to describe the ability to solve mathematical problems using the Discovery Learning method better than conventional learning in the form of algebraic material for class VIII students of SMPN 3 Merangin. Sampling using simple random sampling technique. The selected sample is class VIIIC as an experimental class and class VIIID as a control class. Data collection techniques through tests of mathematical problemsolving ability in the form of essay questions on Algebra material. The data analysis technique used to test hypotheses is the ttest. From the analysis of the final test data in the experimental class obtained an average of 50.25 while the control class obtained an average of 34.248. Hypothesis test results obtained, = 7.260 and = 1.685. Because> then H rejected and H accepted. The conclusion of this research is the mathematical problemsolving ability of students of class VIII SMP N 3 Merangin using Discovery Learning Method is better than students' mathematical problemsolving abilities taught by Conventional Learning. 0 is. 1 is. Keywords: Mathematical ProblemSolving Ability, Discovery Learning method PENDAHULUAN Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam dunia pendidikan. Besarnya peranan tersebut telah menjadikan matematika sebagai salah satu ilmu yang dipelajari mulai dari jenjang pendidikan sekolah dasar, sekolah menengah sampai perguruan tinggi. Matematika juga menjadikan seseorang memiliki sikap penuh perhitungan dalam kehidupannya, dengan matematika seseorang akan lebih kritis, kreatif dan logis dalam menyikapi suatu persoalan. Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa adalah sebagai subjek dan objek dari kegiatan pengajaran. Sehingga inti dari proses pengajaran adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan. Idealnya dalam pembelajaran matematika, siswa harus menguasai berbagai kemampuan matematis. Kemampuan yang harus dikuasai siswa dalam mempelajari matematika yaitu kemampuan pemahaman konsep, kemampuan penalaran. dan komunikasi, serta kemampuan pemecahan masalah. Pembelajaran matematika selalu berhubungan dengan kemampuan pemahaman konsep, kemampuan penalaran dan komunikasi, serta kemampuan pemecahan masalah. Masalah merupakan suatu konflik, hambatan bagi siswa dalam menyelesaikan tugas belajarnya dalam kelas. Namun masalah harus diselesaikan agar proses berpikir siswa terus berkembang. Menurut Fauzan (2012:6) bahwa “masalah berasosiasi dengan soal tidak rutin yang mana untuk menyelesaikannya diperlukan suatu analisis dan proses berpikir yang lebih mendalam”. Pemecahan masalah memerlukan strategi dalam menyelesaikannya. Kebenaran, ketepatan, keuletan, dan kecepatan adalah suatu hal yang diperlukan dalam pemecahan masalah. Keterampilan siswa dalam menyusun suatu strategi adalah suatu kemampuan yang harus dilihat oleh guru. Jawaban benar bukan standar ukur mutlak, namun proses yang lebih. Mat-Edukasia | Vol. 4 No. 2, Oktober 2019. e-ISSN 2656-5552. 74.

(2) Rini Widarti | Mat-Edukasia: Jurnal Pendidikan Matematika penting darimana siswa dapat mendapatkan jawaban tersebut. Dalam pembelajaran strategi yang diterapkan guru kurang bervariasi dan cenderung menggunakan pembelajaran konvensional yang belangsung selama ini terlihat hanya guru yang aktif. Sedangkan siswa hanya duduk mendengarkan penjelasan guru kemudian mengerjakan soal-soal yang diberikan. Sebagai contoh ketika mereka dihadapkan pada suatu soal untuk pendalaman materi. Sebagian besar siswa tidak dapat mengerjakan soal tersebut dengan benar dan tampak bingung dalam mengerjakannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa belum begitu memahami setiap materi yang diberikan oleh guru. Permasalahan di atas dapat diatasi dengan menerapkan pembaharuan dalam pembelajaran matematika. Sampai saat ini sudah cukup banyak metode pembelajaran yang digunakan seperti metode Discovery lerning yang digunakan oleh peneliti. Menurut Musdika, dkk (2012:110) “metode disovery learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai pada suatu kesimpulan.” Pada metode ini siswa dilatih belajar dengan melibatkan mental misalnya mengamati, menggolongkan, mengukur menduga, dan mengambil kesimpulan. Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri. Terdapat kekurangan dalam metode discovery learning yaitu Metode ini banyak menyita waktu, juga tidak menjamin siswa tetap bersemangat mencari penemuanpenemuan, tidak tiap guru mempunyai selera atau kemampuan mengajar dengan cara penemuan, kecuali tugas guru sekarang cukup berat, tidak semua anak mampu melakukan penemuan. Apabila bimbingan guru tidak sesuai dengan kesiapan intelektual siswa, ini dapat merusak struktur pengetahuanya, juga bimbingan terlalu banyak dapat mematikan inisiatifnya, metode ini tidak dapat digunakan untuk mengajarkan tiap topik, dan kelas yang banyak siswanya akan sangat merepotkan guru dalam memberikan bimbingan dan pengarahan belajar dengan metode penemuan. Keberhasilan proses kegiatan. belajar mengajar pada pembelajaran matematika dapat diukur dari keberhasilan siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut. Keberhasilan ini dapat dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan materi serta prestasi siswa maka semakin tinggi pula tingkat pembelajaran keberhasilan pembelajaran. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode Discovery Learning lebih baik daripada siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional pada materi aljabar siswa kelas VIII SMP N 3 Merangin 2016/2017. Sudarmoko (2013:108) mengemukakan langkah-langkah discovery learning sebagai berikut: 1. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan) 2. Problem statment (pernyataan/identifikasi masalah) 3. Data collection (pengumpulan data) 4. Data processing (pengolahan data) 5. Verification (pembuktian) 6. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi) Pemecahan masalah adalah proses, cara menemukan solusi, Masalah bisa dikatakan sesuatu yang kurang meyakinkan, ketidak pastian yang menimbulkan kesulitan yang perlu diatasi atau diselesaikan. Menurut Negoro (2013:70) “Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah suatu tindakan untuk menyelesaikan masalah atau proses yang menggunakan kekuatan dan manfaat matematika dalam menyelesaikan, yang juga merupakan metode penemuan solusi melalui tahap-tahap pemecahan masalah.” Langkah-langkah pemecahan masalah yang dianjurkan polya (dalam Fauzan, 2012:15) sebagai berikut: 1. Memahami masalah 2. Merencanakan dan memilih strategi pemecahan masalah 3. Melaksanakan rencana 4. Mereviu kembali. Mat-Edukasia | Vol. 4 No. 2, Oktober 2019. e-ISSN 2656-5552. 75.

(3) Rini Widarti | Mat-Edukasia: Jurnal Pendidikan Matematika METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, metode eksperimen dengan desain penelitian yang digunakan adalah True Eksperimental Desaign dalam bentuk Posttest-Only Control Desaign. Karena, penelitian ini hanya memberi perlakuan pada satu kelas yaitu kelas eksperimen, dan hanya menggunakan tes akhir. Populasi Penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP N 3 Merangin Tahun Pelajaran 2015/2016. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik simple random sampling dengan sampel kelas VIII C sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII D sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data pada penelitian menggunakan soal tes kemampuan pemecahan masalah matematis. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan lembar tes tertulis yang berbentuk uraian yang terdiri dari 5 soal uji coba. Setelah dilakukan uji coba dan soal diananlisis untuk mengetahui validitas, daya pembeda, indek kesukaran dan reliabilitas. Dari hasil analisis item soal ada 5 soal yang dipakai dalam tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Teknik analisis data untuk menguji normalitas menggunakan rumus kolmogorov smirnov, uji homogenitas menggunakan uji F dan pengujian hipotesis menggunakan Uji-t.. diberikan tes yang terdiri dari 5 butir soal uraian. Tes kemampuan pemecahan masalah matematis tersebut telah diuji cobakan di kelas VIII B SMP N 3 Merangin dan telah dianalisis karakteristiknya berupa uji validitas, uji reliabilitas, uji taraf kesukaran soal, dan uji taraf daya pembeda soal. Sebelum diberikan tes, pada kelas eksperimen diberikan perlakuan yaitu pembelajaran dengan menggunakan metode Discovery Learniing dan pada kelas kontrol diberikan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan menggunakan metode discovery learning. Setelah kedua kelas sampel yaitu kelas VIII C dan VIII D diberikan perlakuan yang berbeda pada proses pembelajaran, kemudian diberikan tes kemampuan pemecahan masalah matematis, maka diperoleh skor kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dari kedua kelas tersebut. Kemudian dilakukan perhitungan pengujian prasyarat analisis dan pengujian hipotesis. Berikut ini akan disajikan data hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang berupa hasil perhitungan akhir. Data pada penelitian ini ialah data yang terkumpul dari tes akhir yang telah diberikan kepada 2 sampel penelitian.. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 3 Merangin. Peneliti mengambil dua kelas untuk dijadikan kelompok penelitian. Sampel yang digunakan sebanyak 41 siswa yang terdiri dari 20 siswa di kelompok eksperimen dan 21 siswa di kelompok kontrol. Pada penelitian ini, kelas VIII C sebagai kelompok eksperimen yang diajar dengan menggunakan metode discovery learning dan kelas VIII D sebagai kelompok kontrol yang diajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Proses belajar mengajar pada pokok bahasan Aljabar dengan dua kali pertemuan dan satu kali pertemuan uji akhir. Untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah siswa pada kedua kelompok tersebut. a. Hasil Analisa Tes Akhir Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Data hasil tes yang diberikan kepada kelompok eksperimen yang menggunakan pendekatan Discovery Learning sejumlah 20 siswa memiliki skor terendah adalah 36 dan skor tertinggi adalah 59. Dari hasil perhitungan analisa tes akhir pada kelas eksperimen diperoleh skor rata-rata sebesar 50,25 dan varians 59,013. Hasil tes yang diberikan kepada kelompok kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional sejumlah 21 siswa memiliki skor terendah adalah 17 dan skor tertinggi adalah 46. Dari hasil. Mat-Edukasia | Vol. 4 No. 2, Oktober 2019. e-ISSN 2656-5552. 76.

(4) Rini Widarti | Mat-Edukasia: Jurnal Pendidikan Matematika perhitungan analisa tes akhir pada kelas kontrol diperoleh skor rata-rata sebesar 34,428 dan varians 59,013. Deskripsi data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Tabel berikut: Tabel 14. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Deskripsi Nilai N X Max X Min. Kelas Eksperimen 20 59 36. Kelas Kontrol 21 46 17. ∑𝑥. 1005. 723. ̅ X S2. 50,25 39,356. 34,428 59,013. b. Deskripsi Perbandingan Data Kedua Kelas Ekperimen Dan Kontrol Berdasarkan Tabel 14 di atas menunjukkan adanya perbedaan perhitungan statistik deskriptif hasil antar kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari tabel diketahui bahwa skor rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari pada skor ratarata kelas kontrol dengan selisih 13. skor siswa tertinggi pada kedua kelas tersebut terdapat pada kelas eksperimen dengan skor 59, artinya kemampuan pemecahan masalah matematis perorangan tertinggi terdapat di kelas eksperimen, sedangkan kemampuan pemecahan masalah matematis perorangan terendah terdapat di kelas kontrol dengan skor 46. Dilihat dari varians kedua kelas, varians kelas eksperimen sebesar 39,356 lebih kecil daripada varians kelas kontrol sebesar 59,013 ini berarti nilai siswa di kelas kontrol lebih beragam dari pada nilai siswa di kelas eksperimen. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data hasil kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal atau tidak. Untuk uji normalitas ini menggunakan uji. Kolmogorov-Smirnov. Hasil normalitas dapat dilihat pada. dari. uji. Tabel 15. Hasil Uji Normalitas 𝑫(𝜶, 𝒏). Ket.. Eksperimen 0,107. 0,294. Normal. 0,085. 0,287. Normal. Kelas. Kontrol. 𝑫𝒎𝒂𝒙. Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa kelas eksperimen (VIII C) dan kelas kontrol (VIII D) keduanya berdistribusi normal. Uji Homogenitas Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah kedua data sampel mempunyai variansi yang homogen atau tidak. Menurut Riduwan (2013:120) uji homogenitas dapat dilakukan dengan uji F, dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut: Jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 berarti tidak homogen, dan Jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 berarti homogen. Hasil dari perhitungan uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel dibawah ini: Tabel 16. Hasil Uji Homogenitas Sampel Kelas. 𝑭𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈. 𝑭𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍. Ket.. Eksperimen 2,135 Homogen 1,499 Kontrol Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat bahwa kedua kelas bervarians homogen. Pengujian Hipotesis Setelah dilakukan uji normalitas data pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh kesimpulan bahwa kedua data berdistribusi normal dan dilanjutkan uji homogenitas pada kedua kelas diperoleh kesimpulan bahwa data bervarians homogen. Karena kedua data pada kelas berdistribusi normal dan bervarians homogen maka dapat disimpulkan untuk melakukan uji hipotesis menggunakan rumus uji-t. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah matematis. Mat-Edukasia | Vol. 4 No. 2, Oktober 2019. e-ISSN 2656-5552. 77.

(5) Rini Widarti | Mat-Edukasia: Jurnal Pendidikan Matematika yang diajarkan dengan metode discovery learning lebih baik dari pada kemampuan pemecahan masalah matematis yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Hasil perhitungan uji-t diperoleh 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 7, 260 kemudian dibandingkan dengan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada taraf signifikansi 0,05 dengan 𝑑𝑘 = 𝑛1 + 𝑛 2 – 2 = 20 + 21 – 2 = 39 diperoleh 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,685 atau 7,260 > 2,1,685 . Sehingga terbukti bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis menggunakan metode discovery learning lebih baik dari pada kemampuan pemecahan masalah matematis menggunakan pembelajaran konvensional. Adapun selama penelitian peneliti melakukan penelitian selama kurang lebih 2 minggu, di mulai dari tanggal 15 – 23 Agustus 2016. Adapun sebelum peneliti melakukan penelitian terlebih dahulu melakukann uji coba soal instrumen di luar kelas sampel pada tanggal 11 Agustus, yaitu peneliti mengambil kelas VIII B yang di ikuti oleh 20 siswa. Setelah itu peneliti melakukan pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebanyak dua kali pertemuan. Pada kelas ekperimen peneliti menggunakan metode discovery learning dan pada kelas kontrol peneliti menggunakan pembelajaran konvensional. Pada pertemuan pertama baik kelas eksperimen atau kontrol peneliti mengajarkan materi tentang operasi penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar, pertemuan kedua pada perkalian dan pembagian bentuk aljabar. Setelah di lakukan proses pembelajaran selama dua kali pertemuan dan soal uji coba sudah selesai di analisis maka peneliti memberikan tes pada kelas ekperimen dan kontrol untuk mengetahui pemecahan masalah siswa tersebut. Adapun kendala yang di alami peneliti selama penelitian terdapat siswa yang ribut sendiri dibelakang ketika proses pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis data tes akhir (post-test) kemampuan pemecahan masalah matematis dari kedua kelas sampel diperoleh bahwa terdapat pengaruh metode discovery learning terhadap pemecahan masalah matematis siswa kelas VIII SMP N 3. Merangin Tahun Pelajaran 2016/2017, yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran Discovery Learning Pemecahan Masalah Matematisnya lebih baik dari pada menggunakan pembelajaran konvesional. Dengan skor rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis kelas eksperimen yaitu 50,25 dan kelas kontrol yaitu 34,428. Dari hasil ini terlihat bahwa pemecahan masalah matematis siswa pada kelas eksperimen dalam memecahkan masalah lebih baik dari pada kelas kontrol. Hal ini disebabkan pada proses pembelajaran dengan menggunakan metode discovery learning mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri karena dengan metode discovery learning siswa belajar melibatkan proses mental yaitu; melakukan pengamatan, memahami, menjelaskan dan menyimpulkan apa yang diketahi berkenaan dengan materi dimana siswa dituntut untuk menemukan konsep atau hal baru baik membaca sendiri, lalu mencoba, belajar sendiri maupn diskusi sehingga dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah matematis pada materi yang dipelajari. Hal ini sesuai dengan pendapat Roestiyah (2008:20) menyatakan “Discovery Learning ialah suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri, agar anak belajar sendiri.” Sedangkan pembelajaran yang menggunakan pembelajaran konvensional, siswa hanya mendengar penjelasan dari guru saja tanpa bisa berdiskusi dengan teman untuk mencari solusi/ penyelesaian dari sebuah topik yang dibahas, sehingga membuat siswa menjadi pasif dan merasa bosan serta sulit untuk memecahkan masalah matematis. Berdasarkan analisis data tes akhir (post test) terdapat pengaruh yang signifikan antara kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimendengan kontrol. Pada kelas eksperimen (kelas VIII C) diperoleh skor rata-rata 50,25 standar deviasi 6,273 yang diajarkan dengan metode discovery learning. Sementara itu kelas kontrol (kelas VIII D). Mat-Edukasia | Vol. 4 No. 2, Oktober 2019. e-ISSN 2656-5552. 78.

(6) Rini Widarti | Mat-Edukasia: Jurnal Pendidikan Matematika diperoleh rata-rata 34,428 standar deviasi 7,682 yang diajarkan dengan pembelajaran konvesional. Hasil perhitungan lebih lanjut menggunakan uji-t diperoleh 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =7,260 pada taraf signifikansi 0,05 dengan dk =39 diperoleh 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,685. Karena nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 atau 7,260 > 1,685 berarti 𝐻1 diterima maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis menggunakan metode discovery learning lebih baik dari pada kemampuan pemecahan masalah matematis menggunakan pembelajaran konvesional siswa kelas VIII SMP N 3 Merngin tahun pelajaran 2016/2017. Hasil penelitian ini diperkuat oleh hasil penelitian Yepi Agustini (20111) dalam penelitianya yang berjudul meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode discovery pada materi aljabar di kelas VIII SMP N 3 Tahun pelajaran 2016/2017. Hasil penelitianya menunjukkan penggunaan metode discovery pada materi aljabar, hasil belajar siswa meningkat. Berdasarkan penjelasan di atas, penggunaan metode discovery learning dalam proses pembelajaran matematika dapat menciptakan pembelajaran yang efektif, menyenangkan serta dapat membangkitkan minat siswa dalam belajar yang akhirnya dapat mempengaruhi tingkat kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajar dengan metode discovery lerning lebih baik dari pada kemampuan pemecahan masalah matematis menggunakan pembelajaran konvesional. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data diperoleh skor rata-rata kelas eksperimen 50,25 dan kelas kontrol 34,428 hal ini berarti bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII SMP N 3 Merangin Tahun Pelajaran 2016/2017 yang diajarkan dengan metode discovery learning lebih baik dari pada siswa yang di ajarkan dengan pembelajaran konvensional. Berdasarkan perhitungan statistik menggunakan rumus t-. tes polled varians. Karena nilai thitung > ttabel atau 7,260 > 1,685 berarti Ha diterima dan Ho ditolak, maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh metode discovery learning terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VIII SMP N 3 Merangin Tahun Pelajaran 2016/2017. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih diucapkan kepada segala pihak yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (edisirevisi). Jakarta: Rineka Cipta. Fauzan. Ahmad. 2012. Kemampuan Matematika. Padang: UNP. Musdika, Djamarah. 2011.Model pembelajaran Yang Efektif Untuk Guru. Jakarta: Pustaka Media. Nazir, Moh. 2011. Metode Penelitian. Bogor: GHALIA INDONESIA. Negoro, Sukerno & Rahmen Wijaya. 2008. Kemampuan Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik. Jakarta: Pustaka Gramedia. Riduwan. 2010. Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung: ALFABETA. . 2013. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Pemula. Bandung: ALFABETA. Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Sudarmoko. 2011. Menjadi Guru Profesional. Jakarta: Gramedia. . 2011. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: ALFABETA. Suherman, Erman, dkk. 2003. Strategi Pemelajaran Matematika Kontemporer. Badung: UPI.. Mat-Edukasia | Vol. 4 No. 2, Oktober 2019. e-ISSN 2656-5552. 79.

(7)

Gambar

Tabel  14.  Hasil  Tes  Kemampuan  Pemecahan Masalah Matematis

Referensi

Dokumen terkait

tumbuh dan berproduksi lebih baik pada kondisi tanah salin dengan batas seleksi.. minimum untuk varietas Grobogan (2.82 g) Siahaan (2011)

Isi dari Akumulator A akan ditambahkan dengan isi dari memori RAM Internal di alamat 00H beserta carry flag dan hasilnya disimpan di Akumulator A, Apabila carry flag set maka

Hal ini senada dengan Dapat disimpulkan bahwa upaya meningkatkan minat baca siswa Madrasah Aliyah Negeri Mangempang Barru salah satunya dilakukan dengan menambah

Selanjutnya label sebagai fungsi pemenuhan peraturan perundang- undangan, memiliki konsekuensi bahwa hal yang tercantum pada label harus sesuai dengan kandungan bahan pangan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perkembangan kontribusi pajak daerah di Pemerintah Kota Yogyakarta tahun anggaran 2004 hingga 2008.. Jenis penelitian

serum yang dihubungkan dengan derajat keparahan psoriasis vulgaris. Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa terdapat kecenderungan peningkatan kadar continine

Dalam UU nomor 23 tahun 2011 masjid ditunjuk sebagai organisasi untuk mengelola dana kesejahteraan umat yaitu, zakat, infak dan sedekah, akan tetapi masjid harus bersedia menjadi

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IIS 4 SMA PGII 1 Bandung..