• Tidak ada hasil yang ditemukan

Volume 2, Nomor 1, Oktober 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Volume 2, Nomor 1, Oktober 2014"

Copied!
172
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

PENGUMUMAN STOCK BUYBACK DAN REAKSI PASAR SAHAM (STUDI KASUS PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA)

Adhi Suwanto, I Made Sudana

ANALISA PERANCANGAN ULANG (REDESAIN) MODEL OPERASIONALISASI PROGRAM BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN MEMENUHI HARAPAN MASYARAKAT

Hesti Maheswari, Luna Haningsih

IMPLEMENTASI TEKNOLOGI INFORMASI ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP) STUDI PADA PERUSAHAAN KEMASAN

Eko Purwanto. Prasetyohadi, dan Firman Dwilaksana Rahardianto

PERANCANGAN MODEL BISNIS CAFE ZAPATERIA Peggy Hariwan. Inggi Silviatni

MODEL PENGEMBANGAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONCIBILITY (CSR) MELALUI PEMBERDAYAAN MODAL INTELEKTUAL DALAM UPAYA PENINGKATAN PEMERATAAN PENDIDIKAN (SURVEY DI KOTA BANDUNG)

Wa Ode Zusnita. Ernie Tisnawati, dan Layinaturrobaniyah DIVERSIVIKASI USAHA DAN STRUKTUR MODAL

Wisudanto, Sugiarto

FACTORS FROM UNDERWRITER THAT INFLUENCE INITIAL RETURN OF THE COMPANIES DOING INITIAL PUBLIC OFFERINGS IN INDONESIA STOCK EXCHANGE IN THE PERIOD OF 2004-2011

Ferry Sugianto, Liliana Inggrit Wijaya

PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA PADA KOPERASI KOPERASI KARYAWAAN REDRYING DENGAN MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD DAN ANALITICAL HIERARCHICAL PROCESS DI BOJONEGORO

Indrianawati Usman, Mohammad Agung Laksono

MAPPING OF TABLET PC BASED ON CONSUMER PERCEPTION (CASE STUDY OF BANDUNG ELECTRONIC CENTER VISITORS)

Dini Turipanam Alamanda, Gamal Argi, Arif Partono

MEDIASI CITY BRANDING PADA PENGARUH KESADARAN MEREK, ASOSIASI MEREK, DAN KESAN KUALITAS TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH PERGURUAN TINGGI NEGERI DI SURABAYA

Ria Astuti Andrayani, Sri Setyo Iriani

1–19

20–37

38-52

53-67

68-76

77-89

90-103

104-123

124-135

136-153

(4)

a. Judul b. Nama Penulis

c. Jabatan dan Alamat Korespondensi Penulis

d. Abstrak: Disajikan di awal teks dan maksimal 200 kata dalam Bahasa Inggris. Abstrak diikuti dengan sedikitnya empat kata kunci (keywords).

e. Pendahuluan: Menguraikan latar belakang (motivasi) penelitian, rumusan masalah penelitian, pernyataan tujuan, dan (jika dipandang perlu) organisasi penulisan artikel.

f. Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis: Memaparkan kerangka teoritis berdasarkan telaah literatur yang menjadi landasan logis untuk mengembangkan hipotesis atau proposisi penelitian dan model penelitian (jika dipandang perlu).

g. Metode Penelitian: Memuat metode seleksi, pengumpulan data, pengukuran dan definisi operasional variabel, serta metode analisis data.

h. Hasil dan Pembahasan: Memuat hasil analisis penelitian dan pembahasan hasil penelitian.

i. Simpulan: Berisi pembahasan mengenai temuan dan simpulan penelitian.

j. Daftar Referensi: Memuat sumber-sumber yang dikutip dalam penulisan artikel. Hanya sumber yang diacu yang dimuat di daftar referensi ini.

4. Kutipan langsung yang panjang (lebih dari 3,5 baris) diketik dengan jarak baris satu dengan indented style (bentuk berinden).

5. Semua halaman termasuk lampiran dan referensi harus diberi nomor urut halaman.

6. Setiap tabel atau gambar diberi nomor urut, judul, dan sumber (bila relevan). Judul tabel ditulis di atas tabel sedangkan judul gambar ditulis di bawah gambar. Sumber gambar/tabel ditulis di bawah gambar/tabel.

7. Kutipan dalam teks sebaiknya ditulis di antara kurung buka dan kurung tutup yang menyebutkan nama akhir penulis, tahun tanpa koma, dan nomor halaman jika dipandang perlu.

Contoh:

a. Satu sumber kutipan dengan satu penulis (Miller 1977). Jika disertai nomor halaman: (Miller 1977: 245) b. Satu sumber kutipan dengan dua penulis (Jensen dan Meckling 1976)

c. Satu sumber kutipan dengan lebih dari dua penulis (Laporta dkk. 2000 atau Laporta et al. 2000) d. Dua sumber kutipan dengan penulis yang berbeda (Sharpe 1963; Litner 1964)

e. Dua sumber kutipan dengan penulis yang sama (Miller 2003, 2008). Jika tahun publikasi sama (Jensen 1986a, 1986b) f. Sumber kutipan yang berasal dari pekerjaan suatu institusi sebaiknya akronim institusi yang bersangkutan, misalnya

(UNAIR 2008)

8. Setiap artikel harus memuat daftar referensi (hanya yang menjadi sumber kutipan) dengan ketentuan penulisan sebagai berikut:

a. Daftar referensi disusun sesuai alfabet nama penulis atau nama institusi.

b. Susunan setiap referensi: nama penulis, tahun publikasi, judul jurnal atau buku teks, nama jurnal atau penerbit, nomor halaman.

Contoh:

Abel, A.B. 1983. Optimal Investment under Uncertainty. American Economics Review 73/1: 228-233.

Abowd J.M, dan D.S. Kaplan. 1999. Executives Compensation: Six Questions that need Answering. NBER working paper: 1-37.

American Accounting Association. 1977. Committee on Concepts and Standards for External Financial Reports. Statement on Accounting Theory and Theory Acceptance. Sarasota, FL: AAA.

Megginson, W.L. 1997. Corporate Finance Theory. Addison-Wesley Educational Publishers Inc.

9. Setiap penyerahan artikel harus melampirkan uraian singkat bibliografi penulis dan anggota tim penulis (jika ada).

10. Penyerahan artikel

Artikel diserahkan dalam bentuk soft copy melalui e-mail kepada:

Universitas Airlangga Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Kampus B, Jalan Airlangga 4, Surabaya 60286 Fax 031 5026288

Email fmi@feb.unair.ac.id

alamat redaksi

PENGURUS PUSAT FORUM MANAJEMEN INDONESIA

iii

(5)

1 PENGUMUMAN STOCK BUYBACK DAN REAKSI PASAR SAHAM

(STUDI KASUS PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA)

Adhi Suwanto

E-mail: adhi.suwanto@yahoo.com I Made Sudana

E-mail: imadesudana@yahoo.co.id Program Magister Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga

ABSTRACT

This study aims to examine the stock market reaction to the announcement of the stock buy back with two indicators of AAR and CAAR. The sample taken is a company that does the announcement of stock buy back in the period 2008 - 2013. Study also tested the market reaction between two groups of companies announcing stock buyback based on BAPEPAM- LK regulations are used. The first group are companies conducting announcements of stock but back by BAPEPAM-LK regulations number XI.B.2 which is rules on stock buy back under normal conditions and the second group by BAPEPAM-LK regulation number XI.B.3 which is rules on stock buy back on market conditions potentially crisis. The results showed that there was a significant positive market reaction around the announcement of the stock buy back as indicated by the value of AAR and CAAR are significant. The results also showed that there were significant differences in market reaction between companies that stock buy back announcements reference to BAPEPAM -LK regulations number XI.B.2 with the companies referring to BAPEPAM -LK regulations number XI.B.3. Market reaction to the company that conducting stock buy back announcements with reference to the rules BAPEPAM-LK number XI.B.2 have been reacted all positively, whereas the company that refers to BAPEPAM -LK regulation number XI.B.3 there are some that have been reacted negatively.

Keywords : Buy back, Abnormal return, BAPEPAM-LK Regulation,.

(6)

2 PENDAHULUAN

Ada dua cara bagi perusahaan dalam memperlakukan keuntungan bersih yang didapat perusahan, yaitu menhanan di perusahaan dalam bentuk laba ditahan ( retained earning ) dan dibagikan kepada pemegang saham ( payout policy ). Payout policy ini bisa dilakukan dengan dua cara juga yaitu dibagikan dalam bentuk deviden ( cash devidend ), dan melakukan pembelian kembali saham yang beredar ( stock buyback ). Sebagai salah satu alternatif pendistribusian dana kas kepada pemegang saham, pembelian kembali saham semakin banyak dilakukan oleh perusahaan sebagai alternatif pengganti pembayaran deviden.

Perusahaan akan melakukan pembelian saham kembali apabila memiliki dana lebih ( excessive cash ) yang diperoleh dari keuntungan perusahaan dan peluang investasi kedepan yang relatif kurang menjanjikan. Hasil pembelian saham kembali oleh perusahaan dapat disimpan sebagai treasury stock dengan tujuan untuk dijual kembali apabila harga saham perusahaan sudah sesuai dengan nilai seharusnya.

Pada tahun 2008, saat krisis ekonomi di Amerika Serikat membawa dampak ke hampir semua negara-negara di dunia termasuk di Indonesia. Di Indonesia, dampak dari krisis tersebut adalah terjadi penurunan yang signifikan indeks harga saham gabungan di Bursa Efek Indonesia. Hampir semua harga saham perusahaan-perusahaan yang tercatat di BEI mengalami koreksi yang cukup tajam terutama saham-saham papan atas ( blue chips), sehingga mengakibatkan IHSG turun hingga 51.17 % dari 2.830 menjadi 1.340.

BAPEPAM-LK sebagai otoritas bursa waktu itu merespon dengan mengeluarkan peraturan No. XI.B.3 pada tanggal 10 Oktober 2008 tentang pembelian kembali saham oleh emiten atau perusahaan publik dalam kondisi pasar yang berpotensi krisis sebagai pengganti peraturan tentang pembelian kembali saham No. XI.B.2. Dengan dikeluarkannya peraturan baru tentang stock buy back tersebut diharapkan dapat mengurangi penurunan indeks harga saham gabungan di bursa sebagai dampak dari krisis keuangan global yang melanda pasar modal di seluruh dunia. Dalam peraturan No. XI.B.3 tersebut BAPEPAM-LK memperlonggar aturan dalam pembelian saham kembali, seperti tidak wajib mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham, batas maksimal pembelian saham menjadi 20% dari modal disetor, serta tidak adanya pembatasan besarnya volume pembelian kembali saham dalam satu hari.

Peraturan baru yang mempermudah tata cara pembelian kembali saham tersebut direspon dengan baik oleh beberapa perusahaan yang ditandai dengan melonjaknya jumlah perusahaan yang melakukan pengumuman pembelian saham kembali pada periode tahun 2008 sampai tahun 2009. Setelah kondisi harga saham membaik, maka peraturan No. XI.B.3 ini kembali dicabut oleh BAPEPAM-LK pada tanggal 10 April 2010 dan memberlakukan kembali peraturan No. XI.B.2. Selama periode tahun 2008 - tahun 2013 terdapat 90 perusahaan yang melakukan pengumuman pembelian kembali saham, terdiri atas 49 perusahaan mengacu pada peraturan No. XI.B.3 dan 41 perusahaan mengacu pada peraturan No. XI.B.2 Dampak dari pengumuman pembelian kembali saham tampak pada reaksi pasar yang salah satunya diukur dengan abnormal return saham pada hari-hari selama pengamatan (Ariyanto dan Rinaningtias, 2009).

Menurut penelitian sebelumnya pengumuman pembelian kembali saham memberikan sinyal positif bagi investor, sehingga meningkatkan minat investor terhadap saham perusahaan yang melakukan buy back . (Stephens & Maxwell, 2003; Rahma, 2009; Nishikawa et al, 2011;

Rasbrant, 2011; Junizar, 2013).

(7)

3 Pada penelitian ini di samping menguji reaksi pasar terhadap pengumuman pembelian kembali saham pada semua perusahaan yang termasuk dalam sampel penelitian, juga akan membandingkan perbedaan reaksi pasar pada perusahaan yang dalam pembelian kembali sahamnya mengacu pada peraturan BAPEPAM-LK No. XI.B.2 dengan perusahaan yang mengacu pada peraturan BAPEPAM-LK No. XI.B.3 pada periode tahun 2008 – tahun 2013.

TINJAUAN PUSTAKA Penelitian sebelumnya

Maxwell dan Stephens (2003) meneliti dampak pengumuman buy back terhadap pasar saham dan pasar obligasi. Pada penelitian tersebut dilakukan pengamatan terhadap perubahan peringkat obligasi di sekitar tanggal pengumuman untuk melihat apakah terjadi wealth transfer dari pemegang obigasi ke pemegang saham. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa abnormal return saham bernilai positif, sedangkan untuk return obligasi bernilai negatif walaupun tidak signifikan.

Lestari (2008) meneliti dampak pengumuman pembelian kembali saham terhadap return saham berdasarkan alasan perusahaan melakukan pembelian kembali saham. Perusahaan dikelompokkan menjadi dua kelompok berdasarkan alasan melakukan buy back , yaitu meningkatkan harga saham melalui peningkatan laba bersih perlembar saham dan meningkatkan harga saham melalui peningkatan dividen perlembar saham. Dalam penelitian tersebut perusahaan yang melakukan pembelian kembali saham juga diuji berdasarkan tingkat pertumbuhannya dengan menggunakan Tobin Q, dimana perusahaan juga dibagi menjadi dua kelompok perusahaan berdasarkan nilai Tobin Q yaitu kelompok perusahaan dengan pertumbuhan tinggi dan kelompok perusahaan dengan pertumbuhan rendah. Hasil penelitian yang didapat adalah bahwa tidak terjadi perbedaan yang signifikan pada pengelompokan perusahaan berdasarkan alasan melakukan pembelian kembali saham. Pada pengelompokan perusahaan yang melakukan pembelian kembali saham berdasarkan tingkat nilai Tobin Q terjadi perbedaan yang signifikan antara perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tinggi dengan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan rendah.

Penelitian tentang buy back juga dilakukan oleh Mulia (2009), yang menguji pengaruh pengumuman pembelian kembali saham terhadap bondholder, stockholder dan value perusahaan. Data yang digunakan adalah 30 pengumuman pembelian kembali saham pada periode 2001-2007. Dari hasil penelitian ditemukan, bahwa nilai average abnormal return dan cummulative abnormal return yang secara signifikan bernilai positif disekitar tanggal pengumuman, yang mengindikasikan terjadinya wealth effect kepada pemegang saham. Di samping itu ditemukan bahwa cashflow dan undervaluation berpengaruh signifikan terhadap besar CAR. Dari sisi peringkat obligasi baik prediksi maupun aktual, sebagian besar tidak menunjukkan adanya penurunan peringkat setelah pengumuman buy back . Begitu juga dengan value perusahaan mengalami peningkatan, sehingga menguntungkan pemegang saham.

Nishikawa et al (2011) melakukan penelitian untuk menguji dampak wealth transfer dari

pemegang obligasi ke pemegang saham dengan adanya program pembelian kembali saham

dengan cara pembelian melalui pasar terbuka ( open market ). Dampak pembelian kembali

tersebut dilihat melalui reaksi pasar saham dan obligasi, serta memeriksa wealth effect

(8)

4 transfer dengan mengklasifikasikan subsampel berdasarkan atribut sensitif terhadap dampak transfer kekayaan, termasuk peringkat obligasi, ukuran pembelian kembali, keberadaan perjanjian dividen, dan pendapatan saham. Hasilnya adalah terjadi perubahan abnormal return saham positif secara signifikan, sedangkan untuk instrumen obligasi menunjukkan penurunan harga negatif secara signifikan.

Rasbrant (2011) melakukan penelitian untuk melihat pengaruh dari pengumuman transaksi buy back dengan metode open market repurchase terhadap reaksi pasar bursa di Swedia dengan data yang diperoleh dari NASDAQ OMX Stockholm. Reaksi pasar diproksikan dengan abnormal return dan uji melalui metode event study . Hasil penelitian mendokumentasikan bahwa pengumuman informasi buy back berpengaruh signifikan menaikkan abnormal return perusahaan-perusahaan Swedia yang melakukan buy back sebesar 1,94 %, adapun return perusahaan juga mengalami kenaikan positif.

Penelitian tentang buy back selanjutnya dilakukan oleh Nittayagasetwat et al (2013) dengan mengambil sampel 78 pengumuman di stock exchange of Thailand (SET). Metode penelitian untuk mengamati reaksi pasar yang digunakan adalah dengan event study . Penelitian tersebut ditujukan untuk mengetahui efek pengumuman pembelian kembali saham terhadap abnormal return perusahaan disekitar tanggal pengumuman. Hasil penelitian yang didapat adalah terdapat abnormal return positif sebesar rata-rata 2.23%, dengan level of significance 1% . Penelitian mengenai pengaruh suatu event atau kejadian terhadap reaksi pasar antara lain juga dilakukan oleh Junizar (2013). Dalam penelitian tersebut data yang digunakan sebagai sampel akhir adalah 20 pengumuman pembelian kembali saham. Sebagaimana penelitian yang lain metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui reaksi pasar di sekitar pengumuman adalah event study . Hasil penelitian tersebut menemukan adanya peningkatan positif signifikan terhadap variabel abnormal return dan trading volume activity di sekitar pengumuman. Pada penelitian tersebut juga ditemukan bahwa terjadi perbedaan average abnormal return (AAR) dan average trading volume activity (ATVA) yang signifikan pada 5 hari sebelum dengan 5 hari setelah pengumuman buy back dilakukan.

Tinjauan Teoritis Pendapatan Saham

Pendapatan merupakan hasil yang diperoleh dari sebuah investasi saham yang berupa pendapatan aktual ( actual return ) atau pendapatan ekpektasi ( expected return ). Pendapatan aktual merupakan pendapatan yang sudah terjadi maka perhitungannya didasarkan pada data historis harga saham. Pendapatan aktual merupakan salah satu pengukur kinerja perusahaan dan data historis dari pendapatan aktual dapat dipergunakan sebagai dasar dalam penentuan pendapatan ekspektasi. Pendapatan aktual merupakan pendapatan keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu. Pendapatan aktual terdiri dari keuntungan modal ( capital gain) atau kerugian modal ( capital loss) dan yield. Pendapatan aktual biasa disebut juga dengan return saja dan dinyatakan dalam rumusan :

Return = Capital Gain (Loss) + Yield . . . 1)

(9)

5 Capital gain ( loss ) merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode lalu. Jika harga investasi sekarang (P t ) lebih tinggi dari harga investasi periode lalu (P t-1 ) berarti terjadi keuntungan modal, jika sebaliknya maka terjadi kerugian modal. Yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu.

Untuk saham, yield adalah persentase deviden terhadap harga saham periode sebelumnya.

Pada penelitian ini pendapatan saham hanya memperhitungkan capiatal gain saja, yang dihitung berdasarkan harga penutupan harian. Pendapatan aktual dapat diformulasikan sebagai berikut :

………..2) Keterangan :

R it = Pendapatan saham i pada hari t P t = harga sekuritas pada periode t P t-1 = harga sekuritas pada periode t-1

Penelitian yang dilakukan Brown dan Warner (dalam Bahrum, 2009) menyatakan bahwa pendapatan ekspektasi merupakan return yang harus diestimasi. Mengestimasi pendapatan ekspektasi dapat menggunakan 3 model yaitu mean-adjusted model, market model, dan market adjusted model. Pada penelitian ini pendapatan yang diharapkan diukur dengan market adjusted model sebagai berikut:

……….3)

Pendapatan pasar (RM t ) diukur dengan rumus:

………4) Keterangan:

IHSG t = Indeks hagra saham gabunga pada hari t IHSG t-1 = Indeks harga saham gabungan hari t-1

Pendapatan abnormal atau abnormal return merupakan selisih antara pendapatan yang

sesungguhnya terjadi ( actual return ) dengan pendapatan ekspektasi ( expected return )

(Jogianto, 2001). Menurut Jogiyanto (2005), studi peristiwa menganalisis abnormal return

(10)

6 dari sekuritas yang mungkin terjadi disekitar pengumuman dari suatu peristiwa. Abnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Abnormal return dapat dihitung dengan rumus:

AR it = R it - E(R it ) . . . 5)

Keterangan :

AR it : Abnormal return saham i pada hari t

R it : Tingkat pengembalian i aktual saham i pada hari t

E(R it ) : Tingkat pengembalian yang diharapkan saham i pada hari t

Pengujian adanya abnormal return tidak dilakukan untuk masing-masing sekuritas, tetapi dilakukan secara agregat dengan menguji rata-rata abnormal return seluruh sekuritas secara cross section untuk tiap-tiap hari di periode peristiwa ( event periode ).

……….6) Keterangan :

AAR ,t : Average abnormal return pada hari ke-t ARi ,t : Abnormal return untuk saham i pada hari ke-t

N : Jumlah sekuritas

Akumulasi rata-rata pendapatan tidak normal atau cummulative average abnormal return merupakan penjumlahan rata-rata pendapatan tidak normal ( average abnormal return ) untuk hari sebelumnya. Cummulative average abnormal return dirumuskan sebagai berikut :

CAAR = ∑ AAR,t . . . .7)

Keterangan :

CAAR : akumulasi rata-rata pendapatan tidak normal ( average abnormal

return ) pada hari ke-t

(11)

7 Efisiensi Pasar Modal

Fama (1970) mengklasifikasikan bentuk pasar yang efisien ke dalam tiga efficient market hypothesis (EMH), yaitu:

1. Efisiensi Pasar Bentuk Lemah ( weak form )

Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga surat berharga saat ini betul-betul menggambarkan seluruh informasi yang terkandung dalam harga-harga surat berharga di masa-masa lalu. Informasi masa lalu merupakan informasi yang sudah terjadi. Jika pasar efisien dalam bentuk lemah, maka nilai-nilai masa lalu tidak dapat dipergunakan untuk memprediksi harga sekarang. Ini berarti bahwa untuk pasar yang efisien dalam bentuk lemah investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk mendapatkan abnormal return.

2. Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat ( semi strong form )

Pasar dikatakan efisien dalam bentuk setengah kuat jika harga-harga surat berharga betul- betul menggambarkan seluruh informasi yang dipublikasikan.

Jadi tak seorang pun investor yang mampu memperoleh tingkat pengembalian yang berlebihan dengan hanya menggunakan sumber-sumber informasi yang dipublikasikan.

Termasuk jenis informasi ini adalah laporan tahunan perusahaan atau informasi yang disajikan dalam prospektus, informasi mengenai posisi perusahaan pesaing, maupun harga saham historis.

3. Efisiensi Pasar Bentuk Kuat ( strong form )

Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang tersedia, termasuk informasi yang privat. Jika pasar modal efisien dalam bentuk ini maka tidak ada individual atau grup dari investor yang dapat memperoleh abnornal return .

MODEL ANALISIS

Untuk mengukur reaksi pasar terhadap suatu peristiwa yang terjadi pada perusahaan salah

satu metode yang digunakan adalah event study . Event window ditentukan selama 7 (tujuh)

dari sebelum event date (H-7) sampai dengan 7 (tujuh) hari setelah event date (H+7).

(12)

8 Kerangka pemikiran

PERUMUSAN HIPOTESIS

Pengumuman program pembelian saham kembali adalah sinyal yang berharga ke pasar. Jika pasar modal adalah semi-efisien, harga ekuilibrium baru harus segera sepenuhnya mencerminkan nilai yang “benar” dari informasi baru (Rasbrant, 2011). Transaksi buy back sebagai suatu event yang dianggap memiliki pengaruh penting ini diharapkan akan memberikan suatu dampak atau reaksi kepada return saham. Penelitian yang dilakukan Maxwell dan Stephens (2003) dan Nishikawa et al., (2011) menyimpulkan bahwa buy back memiliki kandungan informasi yang menguntungkan ( good news ) bagi pemegang saham, sehingga abnormal return saham akan cenderung bergerak ke arah positif, sejalan dengan signaling theory yang menyatakan bahwa informasi yang dianggap menguntungkan akan memberikan reaksi pasar yang positif Junizar (2013).

H 1 : Terdapat reaksi pasar yang positif atas pengumuman stock buy back di sekitar tanggal pengumuman pembelian kembali saham yang ditunjukkan oleh abnormal return yang siginifikan.

Dengan dikeluarkannya peraturan baru tentang pembelian kembali saham dalam kondisi pasar berpotensi krisis yaitu peraturan BAPEPAM-LK No. XI.B.3 yaitu diharapkan dapat membawa dampak pengurangan penurunan indeks harga saham gabungan (IHSG). Sesuai dengan hipotesis sinyal informasi bahwa perusahaan yang melakukan pembelian saham kembali bertujuan untuk memberikan informasi atau sinyal positif kepada para pemegang saham mengenai kondisi perusahaan. Akan tetapi ketika kondisi suatu negara menghadapi ancaman krisis keuangan, maka tingkat kepercayaan investor terhadap faktor fundamental

Pengumuman pembelian kembali saham

Pengumuman pembelian kembali saham mengacu

peraturan XI.B.2

Pengumuman pembelian kembali saham mengacu

peraturan XI.B.3

AAR2 dan CAAR2

Uji Beda

AAR1 dan CAAR1

(13)

9 ekonomi secara keseluruhan akan lebih berpengaruh daripada sinyal informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam bentuk pengumuman pembelian kembali saham.

H 2 : Terdapat perbedaan rata-rata abnormal return yang signifikan antara pengumuman stock buyback perusahaan yang mengacu pada peraturan BAPEPAM-LK No. XI.B.2 dengan pengumuman stock buyback perusahaan yang mengacu pada peraturan BAPEPAM-LK No. XI.B.3.

METODE PENELITIAN Definisi Operasional Variabel

A bnormal return (AR) , yaitu selisih antara pendapatan actual dengan pendapatan yang diharapkan dan diukur dengan rumus no. 5)

Untuk menguji rekasi pasar atas pengumuman pembelian kembali saham setiap hari selama periode uji digunakan average abnormal return (AAR) yang diukur dengan rumus 6) dan cummulative average abnormal return (CAAR) yang diukur dengan rumus 7)

Prosedur Penentuan Sampel

Dalam penelitian ini digunakan metode purposive sampling . Data yang digunakan diseleksi berdasarkan kriteria-kriteria, yaitu :

1. Data penelitian yang digunakan adalah data-data dari perusahaan yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2008 - tahun 2013 yang melakukan buy back .

2. Event date dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Perusahaan yang melakukan pengumuman pembelian kembali saham dengan mengacu pada peraturan BAPEPAM-LK No. XI.B.2 adalah tanggal persetujuan dari rapat umum pemegang saham luar biasa atas rencana perusahaan untuk melakukan stock buy back . b. Perusahaan yang melakukan pengumuman pembelian kembali saham dengan mengacu

pada peraturan BAPEPAM-LK No. XI.B.3 adalah tanggal pengumuman rencana pembelian kembali saham kepada PT. Bursa Efek Indonesia.

3. Saham perusahaan yang diteliti diperdagangkan secara aktif selama periode penelitian.

4. Perusahaan yang diteliti tidak melakukan aksi korporasi lain selain buy back saham seperti

pembagian deviden, stock split, stock reverse, dan lain-lain pada periode pengamatan.

(14)

10 GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

Pengelompokan Perusahaan yang Melakukan Pembelian Saham Berdasarkan Peraturan BAPEPAM-LK yang Digunakan

Perusahaan yang melakukan pembelian kembali saham yang mengacu pada peraturan BAPEPAM-LK No. XI.B.2 dikelompokkan dalam kelompok 1 dan perusahaan yang melakukan pengumuman pembelian kembali saham dengan mengacu pada peraturan BAPEPAM-LK No. XI.B.3 dikelompokkan dalam kelompok 2.

Tabel 1. Pengelompokkan Perusahaan yang Melakukan Pengumuman Pembelian Kembali Saham Berdasarkan Peraturan BAPEPAM-LK yang Digunakan.

No. Kode Emiten

Tanggal

Pengumuman No. Kode Emiten

Tanggal Pengumuman KELOMPOK

1

KELOMPOK 2

1 PNLF 28 Juni 2008 1 TLKM 12 Okt 2008

2 PNIN 28 Juni 2008 2 BUMI 13 Nop 2008

3 PNIN 18 Sept 2013 3 SCMA 13 Okt 2008

4 TLKM 20 Juni 2008 4 SGRO 11 Okt 2008

5 TLKM 25 Mei 2011 5 LSIP 12 Okt 2008

6 MEDC 17 Aprl 2008 6 WIKA 11 Okt 2008

7 BUMI 12 Juni 2008 7 ELSA 17 Des 2008

8 BUMI 23 Agst 2011 8 SMGR 12 Okt 2008

9 TBLA 30 April 2008 9 ANTM 12 Okt 2008

10 LSIP 23 April 2013 10 JSMR 12 Okt 2008

11 LPKR 15 Nop 2011 11 ADHI 12 Okt 2008

12 LPKR 13 Jan 2012 12 PGAS 22 Des 2008

13 AKPI 1 Juli 2011 13 APOL 12 Okt 2008

14 KPIG 26 Jan 2011 14 BUDI 16 Okt 2008

15 KPIG 23 Pebr 2012 15 TINS 12 Okt 2008

(15)

11 16 CTRP 9 Mei 2011 16 BTEL 15 Okt 2008

17 CTRP 10 Juni 2012 17 ELTY 14 Okt 2008 18 PTBA 3 Juli 2012 18 ACES 20 Okt 2008 19 SIMP 23 April 2013 19 JTPE 27 Okt 2008 20 WINS 21 Mei 2013 20 JPRT 15 Okt 2008 21 BMTR 29 Agst 2013 21 MICE 15 Okt 2008 22 BCAP 29 Agst 2013 22 BLTA 12 Okt 2008 23 BHIT 29 Agst 2013 23 MNCN 17 Okt 2008 24 PNBN 3 Sept 2013 24 PKPK 15 Okt 2008 25 CMNP 5 Sept 2013 25 INDF 1 Des2008 26 RBMS 10 Sept 2013 26 AKPI 19 Peb 2010 27 SSIA 11 Sept 2013 27 CPIN 19 Okt 2010

28 MSKY 13 Sept 2013

29 SMBR 16 Sept 2013

30 DILD 17 Sept 2013

31 MLIA 22 Okt 2013

32 ECII 27 Nop 2013

33 BBRM 16 Des 2013

Sumber: www.idx.com diolah

Diskripsi hasil penelitian

Diskripsi pendapatan aktual saham perusahaan berdasarkan pengelompokan penggunaan

peraturan BAPEPAM-LK dalam pembelian kembali saham, hasilnya dipaparkan pada Tabel

2.

(16)

12 Tabel 2: Pendapatan Aktual Saham Perusahaan Yang Melakukan Buy Back Saham

Berdasarkan Pengelompokan Penggunaan Peraturan BAPEPAM-LK

Hari Kelompok 1 Kelompok 2

Ke- Min Max Mean Min Max Mean

H-7 -0.1000 0.0684 -0.0094 -0.1304 0.0526 -0.0195 H-6 -0.0435 0.1157 0.0141 -0.1200 0.0548 -0.0210 H-5 -0.1857 0.0595 -0.0076 -0.0721 0.1234 0.0006 H-4 -0.1316 0.1111 0.0045 -0.2816 0.0200 -0.0842 H-3 -0.0235 0.2121 0.0170 -0.2030 0.0430 -0.0621 H-2 -0.1622 0.0821 -0.0102 -0.0994 0.1000 0.0069 H-1 -0.0656 0.1143 0.0128 -0.0966 0.0130 -0.0200 H0 -0.0735 0.0621 0.0012 -0.1724 0.0705 -0.0288 H+1 -0.0409 0.2261 0.0351 -0.1000 0.0973 0.0065 H+2 -0.0194 0.1348 0.0128 -0.0973 0.0999 0.0401 H+3 -0.0563 0.1571 0.0049 -0.1000 0.0994 0.0060 H+4 -0.0448 0.0313 -0.0012 -0.1765 0.0870 -0.0300 H+5 -0.0272 0.3600 0.0154 -0.1838 0.0884 -0.0429 H+6 -0.0435 0.0391 -0.0075 -0.1875 0.0252 -0.0422 H+7 -1.0000 0.0476 -0.0449 -0.0956 0.1449 -0.0056

Sumber: Data diolah

Pada kelompok 1, actual return tertinggi ditemukan pada H+5 dengan nilai 0.3600 dan actual

return terendah ditemukan pada H-7 dengan nilai -1.000. Untuk average actual return

tertinggi ditemukan pada H+1 dengan nilai 0.0643 dan average actual return terendah

ditemukan pada H+7 dengan nilai -0.0001. Pada kelompok 2, actual return tertinggi

ditemukan pada H+7 dengan nilai 0.1449 dan actual return terendah ditemukan pada H-4

dengan nilai -0.2816. Untuk average actual return tertinggi ditemukan pada H+2 dengan

nilai 0.0401 dan average actual return terendah ditemukan pada H-3 dengan nilai -0.0621.

(17)

13 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Reaksi pasar terhadap pengumuman pembelian kembali saham diukur dengan melakukan pengujian abnormal return selama periode uji ( event windows ). Abnormal return ini diukur dengan menggunakan indikator AAR dan CAAR . Untuk mengetahui apakah ada perbedaan reaksi pasar yang signifikan antara pengumuman pembelian kembali saham perusahaan yang mengacu pada peraturan BAPEPAM-LK No. XI.B.2 dengan yang mengacu pada peraturan BAPEPAM-LK No. XI.B.3, maka dilakukan pengelompokan sampel berdasarkan dua jenis perusahaan yang melakukan pengumuman pembelian saham kembali. Kemudian dengan menggunakan indikator AAR dan CAAR masing-masing kelompok tersebut dilakukan uji t dua sampel dua arah dengan (α) = 5 %.

Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Pembelian Kembali Saham

Hasil analisis dan pengujian hipotesis reaksi pasar terhadap pengumuman pembelian kembali saham untuk keseluruhan sampel dipaparkan pada Tabel 3.

Tabel 3: Average Abnormal Return (AAR) dan Cummulative Average Abnormal Return(CAAR)

Hari ke AAR Sig. 1-tailed CAAR Sig. 1-tailed

H-7 0.0189 0.0010* 0.0189 0.0013*

H-6 0.0300 0.0000* 0.0489 0.0000*

H-5 0.0221 0.0000* 0.0709 0.0000*

H-4 -0.0009 0.9300 0.0701 0.0001*

H-3 0.0111 0.1130 0.0812 0.0000*

H-2 0.0114 0.0130* 0.0926 0.0000*

H-1 0.0187 0.0070* 0.1113 0.0000*

H0 0.0184 0.0010* 0.1297 0.0000*

H+1 0.0392 0.0000* 0.1689 0.0000*

H+2 0.0297 0.0000* 0.1986 0.0000*

H+3 0.0255 0.0010* 0.2241 0.0000*

H+4 0.0114 0.0160* 0.2355 0.0000*

H+5 0.0190 0.0210* 0.2544 0.0000*

H+6 0.0107 0.0330* 0.2651 0.0000*

H+7 0.0005 0.9750 0.2657 0.0000*

Sumber: Data diolah *) significant (α) 5%

(18)

14 Berdasarkan Tabel 3. memperlihatkan bahwa reaksi pasar atas pengumuman pembelian kembali saham yang diukur dengan AAR , menunjukkan pasar bereaksi positif signifikan pada 12 hari selama periode event windows dan 3 hari lainnya pasar bereaksi tidak signifikan.

Berdasarkan indikator CAAR , pengumuman pembelian kembali direaksi pasar positif signifikan pada semua hari dalam periode event window. Dengan demikian berdasarkan indikator AAR, hasil pengujian hipotesis (H 1 ) terbukti pada 12 hari pengujian, dan berdasarkan indikator CAAR terbukti pada 15 hari pengujian, artinya hipotesis H 1 diterima pada sebagian besar hari pengujian.

Perbandingan Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Kembali Saham Perusahaan Yang Mengacu Pada Peraturan BAPEPAM-LK No. XI.B.2 dan Peraturan BAPEPAM-LK No. XI.B.3

Berdasarkan indikator AAR dan CAAR selama event windows , menunjukkan adanya reaksi pasar yang signifikan terhadap pengumuman pembelian kembali saham. Dalam melakukan pembelian kembali saham, ada perusahaan yang melakukannya dengan mengacu pada pada peraturan BAPEPAM-LK No. XI.B.2 sebagai kelompok 1 dan peraturan BAPEPAM-LK No.

XI.B.3 sebagai kelompok 2. Untuk mengetahui perbedaan reaksi pasar pada pengumuman pembelian kembali saham berdasarkan kelompok penggunaan peraturan BAPEPAM-LK dapat diuji dengan membandingan AAR dan CAAR pada kedua kelompok perusahaan tersebut dengan menggunakan uji t dua sampel independen dua arah dan α = 5 %, yang hasilnya dipaparkan pada Tabel 4.

Pada kelompok 1, average abnormal return ( AAR ) tertinggi pada H+1 terjadi akibat adanya abnormal return positif yang cukup tinggi pada beberapa perusahaan yang melakukan pengumuman kembali saham pada hari tersebut. AAR terendah pada H+7 terjadi akibat adanya abnormal return negatif yang cukup rendah pada beberapa perusahaan yang melakukan pengumuman kembali saham pada hari tersebut.

Pada kelompok 2, average abnormal return ( AAR ) tertinggi pada H+2 terjadi akibat adanya abnormal return positif yang cukup tinggi pada beberapa perusahaan yang melakukan pengumuman pembelian kembali saham pada hari tersebut. AAR terendah pada H-4 terjadi akibat adanya abnormal return negatif yang cukup rendah pada beberapa perusahaan yang melakukan pengumuman kembali saham pada hari tersebut.

Berdasarkan Tabel 4. hasil uji t dua dua kelompok sampel memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan AAR secara signifikan pada 11 hari periode event windows dan 4 hari lainnya tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini berarti berdasarkan indikator AAR, hipotesis H 2

terbukti pada 11 hari pengujian, sedangkan 4 hari pengujian tidak terbukti, dengan kata lain

hipotesis H 2 diterima pada sebagian besar hari pengujian.

(19)

15 Tabel 4. Perbandingan Data AAR dan CAAR Hasil Uji Signifikansi Sekitar Tanggal Pengumuman Pembelian Kembali Saham Berdasarkan Kelompok Perusahaan

Hari Ke -

AAR CAAR

Kelompok 1

Kelompok 2

Sig. 2- tailed

Kelompok 1

Kelompok 2

Sig. 2- tailed

H-7 0.0306 0.0046 0.0196* 0.0306 0.0046 0.0196*

H-6 0.0456 0.0109 0.0100* 0.0762 0.0155 0.0012*

H-5 0.0248 0.0187 0.5977 0.1010 0.0342 0.0045*

H-4 0.0263 -0.0341 0.0001* 0.1274 0.0001 0.0000*

H-3 0.0338 -0.0165 0.0002* 0.1611 -0.0164 0.0000*

H-2 0.0207 0.0000 0.0198* 0.1818 -0.0164 0.0000*

H-1 0.0463 -0.0152 0.0000* 0.2282 -0.0315 0.0000*

H0 0.0373 -0.0046 0.0001* 0.2654 -0.0361 0.0000*

H+1 0.0590 0.0150 0.0065* 0.3244 -0.0212 0.0000*

H+2 0.0360 0.0221 0.1451 0.3604 0.0009 0.0000*

H+3 0.0283 0.0220 0.6718 0.3887 0.0230 0.0000*

H+4 0.0252 -0.0056 0.0005* 0.4139 0.0174 0.0000*

H+5 0.0371 -0.0032 0.0111* 0.4510 0.0142 0.0000*

H+6 0.0313 -0.0144 0.0000* 0.4822 -0.0002 0.0000*

H+7 0.0011 -0.0001 0.9714 0.4833 -0.0004 0.0000*

Sumber: Data dio lah. *) Significant (α) 5%

.Berdasarkan indikator CAAR kelompok 1 mengindikasikan pasar bereaksi positif

disekitar tanggal pengumuman pembelian kembali saham. Pada kelompok 2, nilai CAAR

berfluktuasi sangat tipis dengan perbandingan nilai positif dan negatif yang seimbang. Hasil

uji hipotesis menunjukkan bahwa berdasarkan indikator CAAR terdapat perbedaan yang

signifikan antara kelompok 1 dan kelompok 2 pada semua hari pengujian. Hal ini berarti

hipotesis H 2 terbukti pada semua hari pengujian, dengan kata lain hipotesis H 2 dapat diterima.

(20)

16 PEMBAHASAN

Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Pembelian Kembali Saham

Berdasarkan hasil analisis Tabel 3 menunjukkan bahwa untuk keseluruhan sampel hasil uji AAR sebagian besar mengindikasikan terjadi reaksi pasar yang positif, kecuali pada H-4 terjadi reaksi pasar negatif. Hasil uji statistik menunjukkan 12 hari selama periode uji terjadi AAR yang signifikan sedangkan 3 hari tidak signifikan. Ditinjau dari indikator CAAR menunjukkan bahwa selama periode uji keseluruhan CAAR mengindikasikan reaksi pasar yang positif signifikan.

Hal ini terjadi karena pengumuman pembelian kembali saham merupakan tindakan korporasi yang akan berdampak pada peningkatan harga saham di pasar modal. Peningkatan harga saham akan berakibat pada peningkatan pendapatan saham ( actual return ) yang pada akhirnya akan meningkatkan AAR. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Rasbrant (2011), Nittayagasetwat et al (2013) dan Junizar (2013) yang menemukan adanya abnormal return yang positif secara signifikan disekitar tanggal pengumuman pembelian kembali saham.

Perbandingan Reaksi Pasar Terhadap Pengumuman Kembali Saham Perusahaan Yang Mengacu Pada Peraturan BAPEPAM-LK No. XI.B.2 dan Peraturan BAPEPAM-LK No. XI.B.3

Berdasarkan hasil analisis perbandingan Tabel 4, menunjukkan bahwa pengumuman pembelian kembali saham yang berdasarkan peraturan BAPEPAM-LK No. XI.B.2 (kelompok 1) selalu direaksi pasar secara positif selama periode pengujian baik dilihat dari indikator AAR maupun CAAR, dibandingkan dengan pengumuman pembelian kembali saham yang berdasarkan peraturan BAPEPAM-LK No. XI.B.3 (kelompok 2) yang menunjukkan terdapat reaksi pasar negatif selama periode pengujian.

Hal ini terjadi karena peraturan BAPEPAM-LK No. XI.B.2 dikeluarkan untuk perusahaan yang melakukan pembelian kembali saham pada kondisi normal, sehingga memberikan sinyal yang positif bagi investor. Dalam kondisi normal dengan adanya pengumuman pembelian kembali saham, investor berharap terjadi kenaikan harga saham, karena jumlah saham yang beredar akan berkurang. Apabila permintaan terhadap saham tetap, maka harga saham akan naik sehingga meningkatkan pendapatan saham.

Pengumuman pembelian kembali saham yang berdasarkan peraturan BAPEPAM-LK No.

XI.B.3 dikeluarkan sebagai respon atas krisis global tahun 2008 yang berdampak pada turunnya indeks harga saham gabungan (IHSG) di bursa efek Indonesia.

Dengan demikian pengumuman pembelian kembali saham berdasarkan peraturan BAPEPAM-LK No. XI.B.3 tidak semata-mata untuk kepentingan perusahaan secara individu, tetapi juga untuk meningkatkan IHSG yang saat itu sedang turun secara drastis.

Oleh karena itu terjadi reaksi pasar berbeda dibandingkan dengan pengumuman pembelian kembali saham pada kondisi pasar yang normal. Pada kondisi krisis, pengumuman pembelian kembali saham tidak bisa meningkatkan harga saham sebagaimana pada kondisi normal, sehingga masih terjadi AAR maupun CAAR yang negatif ketika kondisi krisis.

Bila dilihat dari perusahaan yang tergabung pada kelompok 2, dapat dilihat bahwa

perusahaan yang melakukan pengumuman pembelian kembali saham yang dijadikan sampel

(21)

17 penelitian mayoritas adalah perusahaan yang melakukan pengumuman pembelian kembali saham pada tahun 2008 yaitu 25 perusahaan dan hanya 2 perusahaan saja yang melakukan pengumuman pembelian kembali saham pada tahun 2010. Tahun 2008 adalah tahun dimana Indonesia menghadapi ancaman krisis keuangan akibat krisis keuangan yang terjadi di luar negeri, sehingga lebih berpengaruh daripada sinyal informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam bentuk pengumuman pembelian kembali saham.

Dengan demikian perusahaan sebaiknya melakukan pengumuman pembelian kembali saham jika kondisi ekonomi normal. Hal ini karena pada kondisi ekonomi yang normal reaksi pasar terhadap pengumuman pembelian kembali saham adalh positif, sedangkan pada kondisi krisis cendrung direaksi negatif.

SIMPULAN

Berdasarkan analisis dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Terjadi reaksi pasar positif signifikan di sekitar pengumuman pembelian kembali saham yang ditunjukkan dengan nilai AAR dan CAAR yang siginifikan.

2. Terdapat perbedaan reaksi pasar yang signifikan antara perusahaan yang melakukan pengumuman pembelian kembali saham dengan mengacu pada peraturan BAPEPAM- LK No. XI.B.2 tentang pembelian kembali saham emiten pada kondisi normal dengan yang mengacu pada peraturan BAPEPAM-LK No. XI.B.3 tentang pembelian kembali saham emiten pada kondisi pasar berpotensi krisis, ditunjukkan dengan adanya perbedaan AAR dan CAAR yang signifikan antara dua kelompok perusahaan tersebut.

3. Reaksi pasar terhadap perusahaan pada kelompok 1 yaitu perusahaan yang melakukan pengumuman pembelian kembali saham dengan mengacu pada peraturan BAPEPAM- LK No. XI.B.2 seluruhanya direaksi positif, sedangkan perusahaan pada kelompok 2 yaitu perusahaan yang mengacu pada peraturan BAPEPAM-LK no. XI.B.3 ada sebagian yang direaksi negatif.

4. Pengumuman pembelian kembali saham sebaiknya dilakukan pada kondisi ekonomi

yang normal, karena direaksi positif oleh pasar.

(22)

18 DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Nur S. 2010. “Reaksi Pasar atas Pengumuman PROPER Terhadap Abnormal Return dan Volume Perdagangan Saham”. Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro, Semarang.

Ariya nto, Budi. 2009. “Pengaruh Merger atau Akuisisi Terhadap Volume Perdagangan dan Harga Saham.” Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro, Semarang.

Asquith, Paul, and David W. Mullins, Jr. 1986. “ Signaling with Dividends, Stock epurchases, and Equity Issues ”. Financial Management. p. 27-44.

Bahrum, Devina. 2009. ”Pengaruh Pengumuman Marger dan Akuisisi Terhadap Reaksi Pasar pada Perusahaan di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro, Semarang.

Elton. E.J dan M. Gruber, 1995, Modern Portfolio Theory and Investment Analysis, Ed.5, John Willy and Sons Inc, Toronto.

Fama F. Eugene, 1991, Efficient Capital Market II, Journal of Finance, Vol.XLVI No. 5, December.

Grullon, Gustavo, and Roni Michaely. 2002 . “ Dividends, Share Repurchases and the Substitution Hypothesis”. Journal of Finance 57, h. 1649 -1684.

Muhammad Luky Junizar dan Aditya Septiani,2013 , “Pengaruh Pengumuman Pembelian Kembali Saham ( Buy Back ) Terhadap Respon Pasar: Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”, Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro, Semarang.

Jogiyanto Hartono, 2008, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, BPFEYogyakarta, Edisi Kelima, Yogyakarta.

Jogiyanto Hartono, 2005, Pasar Efisien secara Keputusan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Mackinlay, A. Craig, 1997. Event Studies in Economics and Finance, Journal ofEconomic Literature, Vol.XXXV (March), p.13-39.

Maxwell, William F. And Stephens Clifford P. 2003. ” The Wealth Effects of Repurchases on Bondholders .” The Journal of Finance , Vol. LVIII, No.2,h. 895-919.

Mulia, Rahma M. 2009. “Pengaruh Stock Repurchase Terhadap Stockholder , Bondholder , dan Value Perusahan di Indonesia Periode 2001- 2007”. Skripsi Fakultas Ekonomi Univetsitas Indonesia, Jakarta.

Nishikawa, Takeshi, Prevost, Andrew K., Rao, Ramesh P. 2011. “ Bond Market Reaction to Stock Repurchases : is There a Wealth Transfer Effect?” The Journal of Financial Research, Vol. XXXIV, No. 3, p. 503-522.

Peterson, Pamela. P. 1998. Event Studies: A Review of Issues and Methodology, Quarterly,

Journal of Business and Economics, Vol.28, No.3, Summer.

(23)

19 Rasbrant, Jonas. 2011. ”The Price Impact of Open Market Share Repurchases”, Department of Industrial Economics and Management, KTH Royal Institute of Technology, Sweden.

Rinaningtias, Resti D. 2009. ”Reaksi Pasar Modal Terhadap Peristiwa Bom J.W. Marriott dan Ritz Carlton 17 Juli 2009”. Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Semarang.

Rudi Hermawan. 2004. “Reaksi Pasar terhadap Pergantian Presiden”, Tesis (tidak dipublikasikan), Magister Manajemen Universitas Airlangga, Semarang

Samsul, Mohammad. 2006. “Pasar Modal dan Manajemen Portofolio”. Erlangga, Surabaya.

Saud Husnan. 2005. “Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas”. Edisi Kelima, BPFE, Yogyakarta.

Sant, Rajiv dan Ferris, Stephen, 1994, Seasoned Equity Offering: The Cases of All Equity Firm, Journal of Business Finance and Accounting (JBFA), 21 (3),April, p.429-444 Suda na, I Made. 2011. “Manajemen Keuangan Perusahaan, Teori dan Praktek”. Erlangga,

Jakarta.

Tandelilin, Eduardus. 2001. “Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio”. BPFE UGM:

Yogyakarta.

Treisye Arience Lamasigi. 2002. “Reaksi Pasar Modal Terhadap PeristiwaPergantian Presiden Republik Indonesia 23 Juli 2001: Kajian TerhadapReturn Saham LQ-45 di PT. Bursa efek Jakarta”, Simposium NasionalAkuntansi IV, 5-6 September, Semarang.

Vermaelen, T. (1981). Common stock repurchases and market signaling. Journal of Financial Economics, 9(2), 139-183.

Wansley, James W., William R. Lane, and Salil Sarkar. (1989). Management’s View on Share Repurchase and Tender Offer Premiums. Financial Management . 91-110.

WiyadaNittayagasetwat and Aekkachai Nittayagasetwat, 2013,Common Stock Repurchases:

Case of Stock Exchange of Thailand, International Journal of Business and Social

Science, Vol. 4 No. 2 (February)

(24)

20 ANALISA PERANCANGAN ULANG (REDESAIN) MODEL OPERASIONALISASI

PROGRAM BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN MEMENUHI

HARAPAN MASYARAKAT

Hesti Maheswari (Universitas Mercu Buana) Luna Haningsih (Universitas Mercu Buana)

hesti.maheswari@gmail.com ABSTRACT

This study aims to establish a model operationalization BOS program, through the analysis of Quality Function Deployment. This study was based on the presence of a variety of complaints that come from the communities to the BOS program that they can not benefit from the one hand, and the other side the Government felt that the implementation of BOS has reached three rights are the right time, the right amount, and on target. Public dissatisfaction conditions to the program evidenced by the high dropout rates.The extent to which the BOS program helps students in education funding, in turn raises a big question mark because of government policies and rhetoric seem apparent.Because it was the children of farmers, laborers, street vendors, low class servants, janitors still do not get the ease and lightness in education.Free school which echoed the Government would make society under increasingly sad to hear that.

The first results of this study is the expectationof the people to the BOS program, namely:most of BOS funds can be used to offset the cost of student transportation, schools have adequate science laboratories and maximum usage, quality textbooks provided by the school, BOS program can ease the burden of school, students can discuss with the teacher outside of school hours, andSchool Committee oversees use of the funds. From this analysis known gap formed between community expectations with the level of BOS concept is still very high, both western and central regions Indonesia.Researchers feel that there is no proper policy of the Government to secure the nation's ideals in improving quality through Learning Program 9 years.Therefore, we need strategies to be more comprehensive to narrow the gap between idealism with the realities on the ground, so that education becomes more obvious problems 'roots' and more 'effective and efficient' ways to overcome. Redesigns recommended are monitoring and evaluation, increase teacher motivation, integrated management system, operational guidelines for use of the funds, supervision attached, and additional facilities. To accomplish these results it is necessary to continue the research terms, that is for two eastern Indonesia: Maluku and Papua.

Keywords: recommendation of operationalization model BOS program, quality function

deployment

(25)

21 I. PENDAHULUAN

Keinginan pemerintah untuk meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan dapat kita lihat salah satunya melalui pemberlakuan wajib belajar (wajar) 9 tahun. Dengan program ini diharapkan tidak akan ada SDM bangsa yang tidak berpendidikan di tanah air, minimal pendidikan dasar. Pemerintah menargetkan program ini tuntas tahun depan. Hal ini didukung dengan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7 –15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya, sedangkan dalam ayat 3 menyebutkan bahwa wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat. Secara umum Program BOS bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajar 9 tahun yang bermutu. Secara khusus program BOS bertujuan untuk: 1) Menggratiskan seluruh siswa miskin di tingkat pendidikan dasar dari beban biaya operasional sekolah, baik di sekolah negeri maupun sekolah swasta; 2) Menggratiskan seluruh siswa SD dan SMP negeri terhadap biaya operasional sekolah, kecuali pada rintisan sekolah bertaraf internasional dan sekolah bertaraf internasional; 3) Meringankan beban biaya operasional sekolah bagi siswa di sekolah swasta.

Faktanya di lapangan, terlihat strategi ini tampaknya masih menghadapi persoalan.Salah satunya, kenaikan biaya pendidikan yang terkesan tidak terkendali, yaitu ada pembebasan biaya disatu komponen semisal SPP, namun banyak komponen lain yang harus dibayar dalam jumlah yang tidak murah,misalnya, pakaian seragam, uang pangkal, biaya ulangan umum atau ujian, dan lainnya, sehingga, terutama bagi masyarakat miskin, memenuhi standar pendidikan wajar 9 tahun bukan persoalan mudah. Keterpurukan ekonomi tidak boleh dijadikan alasan pemerintah untuk membiarkan biaya pendidikan menjadi tidak terkendali seperti saat ini, setidaknya strategi ini harus diamankan untuk wajar 9 tahun. Angka partisipasi murni SD saat ini sudah mencapai 90 persen lebih, sedangkan SMP di angka 60-an persen dengan kecenderungan membaik setiap tahun. Namun, jumlah anak putus sekolah SD setiap tahun rata-rata berjumlah 600.000 hingga 700.000 siswa.Sementara itu, jumlah mereka yang tidak menyelesaikan sekolahnya di SMP sekitar 150.000 sampai 200.000 orang (Litbang Kompas, Januari 2009).Tidak ada yang salah dengan ProgramBOS, hanya saja perlu dipahami, bahwa pertama;persepsi masyarakat yang berbeda tentang BOS dan harus secepatnya diluruskan.Masyarakat berpikir bahwa dengan adanya BOS, biaya sekolah benar-benar gratis seratus persen. Kedua,para pelaksana di lapangan sengajamemperbesarRencana Anggaran dan Pendapatan Belanja Sekolah, sehingga mereka mempunyai alasan untuk tetap memungut sejumlah dana.

Tujuan mulia saja dari program BOS tidak cukup untuk menjadikannya sebuah kebijakan

yang baik.Pada kenyataannya, BOS dikelilingi beberapa persoalan yang jika tidak diatasi

secara arif berpotensi mengurangi keberhasilan pencapaian tujuan mulia tersebut.Masalah

utama terkait dengan program BOS sebenarnya terletak pada pengendalian dan

pengawasannya.Ada dua level pengawasan yang diperlukan, yakni pengawasan penggunaan

dana BOS dan pengawasan terhadap efektivitas program BOS. Idealnya, komite sekolah

sebagai representasi masyarakat/orangtua diberi otoritas untuk mengawasi penggunaan BOS

(26)

22 di sekolah.Pemerintah perlu pula mengawasi apakah mekanisme pengawasan oleh komite sekolah berjalan, atau justru terjadi kolusi di antara keduanya. Sejauh mana efektivitas program BOS membantu siswa dalam pembiayaan pendidikan begitu juga bantuan-bantuan pembiayaan lainnya, pada akhirnya menimbulkan tanda tanya besar. Dalam upaya memaksimalkan manfaat Program BOS maka sebaiknya ada pihak yang aktif mengevaluasi pelaksanaan BOS dengan melihat langsung pada fenomena yang ada dilapangan yaitu pada masyarakat yang menikmati dana BOS.

Oleh karena itu, penelitian ini mempunyai tujuan khusus, yaitu :

1. Mendapatkan gambaran harapan masyarakat terhadap program BOS. Dalam hal ini peneliti ingin mendapatkan gambaran secara komprehensif tentang harapan, persepsi dan pandangan masyarakat terhadap Program BOS, sehingga Pemerintah dapat merealisasikannya.

2. Mendapatkan gambaran kepuasan masyarakat terhadap Program BOS. Seberapa jauh mereka merasa terbantu dalam membiayai sekolah anak-anaknya dengan adanya program ini.

3. Mendapatkan gambaran karakteristik teknis dari Program BOS yang sebenarnya.

Definisi, batasan, ruang lingkup dan model Program BOS, sehingga masyarakat dapat mengetahui dengan tepat dan jelas maksud dan tujuan dengan adanya Program BOS.

4. Mendapatkan gambaran antara idealisme pemerintah dalam tataran „konsep‟ dan „realitas pelaksanaan‟ Program BOS di lapangan, sehingga dapat diketahui seberapa jauh Program BOS ini sudah benar-benar tepat sasaran dan dirasakan manfaatnya oleh seluruh anak bangsa, sesuai visi, misi dan tujuannya.

5. Merumuskan modeloperasionalisasi dan kebijakan-kebijakan yang harus dilakukan oleh Pemerintah, agar tujuan Program BOS tercapai sesuai diamantkan dalam UU No. 20 ayat 2 dan 3.

II. KAJIAN PUSTAKA

BOS adalah program pemerintah untuk penyediaan pendanaan biaya nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar. Indikator utama efektivitas pelaksanaan Program BOS adalah (1) mayoritas anak usia pendidikan dasar bersekolah APM

> 95%, (2) berkurangnya Angka Putus Sekolah, dan (3) berkurangnya beban orangtua untuk

menyekolahkan anaknya di pendidikan dasar. Untuk kepentingan ini Pemerintah sebagai

pemilik program harus mengkaji, mengawasi, termasuk mengendalikan pelaksanaan

programnya. Proses pengawasan yang paling mudah adalah dengan mengetahui kepuasan

masyarakat terhadap program ini. Informasi ini kemudian dipadukan dalam desain Program

BOS, bagaimana agar tiap area fungsional dapat memahami dan melaksanakannya. Dengan

matriks house of quality ( metode QFD) , kita dapat mengetahui seberapa besar gap atau

penyimpangan dari apa yang diharapkan dengan apa yang dirasakan oleh masyarakat. Dari

matriks ini kita dapat melihat apakah karakteristik yang menjadi keunggulan sebuah Program

BOS telah dapat memuaskan masyarakat sesuai dengan tujuan Program BOS.Pada tahap

(27)

23 pertama penelitian, analisis dilakukan hingga ruang 3 bagan house of quality, yang menggambarkan harapan masyarakat terhadap program BOS, kepuasan masyarakat terhadap program tersebut, dan karakteristik teknis program BOS. Pada tahap kedua penelitian, penelitian akan dilanjutkan 3 langkah lagi, yaitu: 1) menganalisis hubungan harapan masyarakat terhadap program BOS dengan karakteristik teknis yaitu keunggulan dari program BOS yang memang Pemerintah Indonesia berikan untuk masyarakat. 2) Menghubungkan masing-masing karakteristik teknis untuk kepentingan perbaikan karakteristik yang satu dengan karakteristik lainnya. 3) Menentukan karakteristik teknis yang harus didesain ulang karena tidak sesuai dengan harapan masyarakat, yang kemudian akan diusulkan sebagai perbaikan pelaksanaan program BOS.

III. PEMBAHASAN

Harapan dan Persepsi Masyarakat Terhadap Program BOS

Dari hasil telaah terhadap kuesioner terbuka maka ditemukanrata-rata kebutuhan masyarakat terhadap sekolah yang nota bene memperoleh dana BOS untuk ketiga wilayah Indonesia, yaitu : 1) Murid mendapat kursi dan meja belajar; 2) Sirkulasi udara di ruang kelas baik; 3) Taman sekolah sebagai paru-paru sekolah; 4) Terdapat peralatan laboratorium IPA; 5) Sarana olahraga; 6) Buku-buku pelajaran tersedia; 7) Sanitary sekolah bersih; 8) Tulisan pada papan tulis terbaca; 9) Siswa berseragam dengan baik; 10) Masyarakat tidak dipungut uang pangkal/uang gedung; 11)Sekolah bebas dari iuran bulanan; 12) Kegiatan ekstra kurikuler tidak dipungut biaya; 13) Sekolah bebas biaya UTS; 14) Bebas biaya UAS; 15) Buku-buku dipinjamkan; 16) Lembar kerja siswa (LKS) diberikan cuma-cuma; 17) Program BOS meringankan beban biaya sekolah; 18) Pembebanan biaya melihat kemampuan keuangan masing-masing; 19) Kegiatan belajar mengajar sesuai dengan kalender akademik; 20) Sekolah tidak pernah memulangkan siswa lebih cepat dari jadwalnya; 21) Guru menguasi materi pelajaran; 22) Kemauan mengajar guru; 23) Guru banyak memberikan soal-soal latihan; 24) Guru membahas seluruh soal yang diberikan; 25) Guru seorang sarjana pendidikan; 26) Guru mengenal baik setiap siswa; 27) Siswa dapat berdiskusi dengan gurunya di luar jam belajar;

28) Materi yang disampaikan sesuai dengan satuan acara pelajaran/silabi; 29) Guru mengajar hingga siswa paham; 30) Guru membahas seluruh soal latihan yang diberikan; 31) Kurikulum sekolah sesuai dengan kurikulum pemerintah; 32) Guru memberikan pendalaman materi kepada siswa; 33) Program BOS meringankan beban biaya sekolah; 34) Sebagian dana BOS digunakan untuk meringankan biaya transportasi siswa ke sekolah; 35) Tidak ada pungutan sekolah yang harus dibayar; 36) Orang tua terlibatdalam penyusunan RAPBS; 37) Orang tua terlibat dalam pengawasan penggunaan dana BOS; 38) Komite sekolah mengawasi penggunaan dana BOS; dan 39) Kegiatan ekstra kurikuler terlaksana dengan baik

Gambaran Kepuasan Masyarakat Terhadap Program BOS

Populasi pada penelitian ini adalah Orang tua siswa dan siswa SDN dan SMPN di seluruh Indonesia yang terbagi dalam wilayah Indonesia Barat, Indonesia Tengah, dan Indonesia Timur dengan teknik penarikan sampel yaitu dengan metode convenience sampling . Dari hasil uji validitas tingkat kepentingan dan kepuasan (SD) terdapat 8 dan 6 atribut invalid untuk digunakan sebagai alat ukur, sehingga tidak dapat dijadikan instrumen dalam penelitian ini.

Sedangkan untuk hasil uji validitas tingkat kepentingan dan kepuasan (SMP), terdapat 9 dan 2

(28)

24 atribut yang tidak valid. Hasil pengujian reliabilitas instrument, instrumen penelitian reliable untuk kedua jenis sekolah.

Tabel 1.Analisa GAP Kepuasan Masyarakat SD Terhadap Program BOS N

o .

Atribut Pelayanan GAP

IB

GAP IT

GAP KB

1 Sirkulasi udara di ruang kelas baik -1,4 -0,3 -1,3

2 Sekolah memiliki peralatan laboratorium IPA -2,7 -3,2 -2,0 3 Buku-buku pelajaran disediakan oleh sekolah -2,6 -2,8 -1,7

4 Sanitary sekolah bersih -1,6 -0,7 -0,8

5 Tulisan pada papan tulis dapat terbaca dari tempat duduk siswa

-2,2 -1,6 -2,0

6 Siswa berseragam dengan baik -0,8 -0,7 0,2

7 Anda tidak dipungut uang pangkal/uang gedung oleh sekolah -1,9 -0,6 0 8 Sekolah bebas dari iuran bulanan seperti SPP atau BP3 -2,2 -0,2 0 9 Kegiatan ekstra kurikuler tidak dipungut biaya oleh sekolah -2,1 -1,9 -1,4 1

0

Sekolah ini bebas biaya ulangan tengah semester -1,6 0 0

1 1

Siswa dibebaskan dari biaya ulangan akhir semester -1,4 -0,8 0

1 2

Buku-buku dipinjamkan oleh sekolah kepada siswanya -1,2 -2,8 -0,3

1 3

Lembar kerja siswa (LKS) diberikan cuma-Cuma -2,2 -3,7 -2,0

1 4

Program BOS meringankan beban biaya sekolah yang harus Anda bayar

-2,4 -0,9 0

1 5

Pembebanan biaya dari sekolah tidak sama rata pada setiap murid, namun melihat kemampuan keuangan masing-masing

-2,4 -1,8 -2,0

1 6

Guru menguasi materi pelajaran yang diberikan kepada siswa -2,2 -1,2 -1,9

(29)

25 17 Guru mempunyai kemauan yang keras untuk mengajar -2,1 -2,7 -1,8 18 Guru banyak memberikan soal-soal latihan -2,3 -2,8 -1,4 19 Guru membahas seluruh soal yang diberikan -2,2 -3,3 -2,5 20 Siswa dapat berdiskusi materi pelajaran dengan gurunya di

luar jam belajar pada hari sekolah

-2,5 -2,2 -1,4

21 Materi yang disampaikan sesuai dengan satuan acara pelajaran/silabi

-2,2 -0,4 -1,0

22 Guru mengajar hingga siswa paham -2,3 -2,7 -1,4

23 Guru memberikan pendalaman materi kepada siswa yang terlambat dalam menyerap materi

-2,3 -3,7 -0,4

24 Program BOS meringankan beban biaya sekolah anak Anda -2,6 -1,4 0 25 Sebagian dana BOS digunakan untuk meringankan biaya

transportasi siswa ke sekolah

-2,8 -3,1 -2,3

26 Orang tua terlibat dalam penyusunan RAPBS -2,0 -2,8 -1,1 27 Orang tua terlibat dalam pengawasan penggunaan dana BOS -1,9 -2,8 -1,2 28 Komite sekolah mengawasi penggunaan dana BOS -2,5 -1,9 -1,4

- 2,093

- 1,899

- 1,099 Sumber : data diolah Peneliti

Temuan hasil penelitian pada tahap pertama (Indonesia Barat) menunjukkan bahwa program

BOS yang diharapkan oleh masyarakat (SD) adalah program yang harus dapat menyelesaikan

masalah mereka mulai dari mereka berangkat sekolah, mendapat pelajaran di sekolah sampai

dengan kembali lagi ke rumah (-2,8). Tingginya angka putus sekolah jelas bukan karena

biaya sekolah seperti biaya ekskul, LKS, dan kegiatan-kegiatan lain, namun karena tidak

adanya uang untuk biaya transportasi anak menuju sekolah. Pengadaan dan penggunaan

laboratorium IPA juga belum memadai(-2,7). Dari hasil wawancara pada level, ditemukan

bahwa laboratorium IPA memang ada di sekolah namun sekolah tidak memanfaatkannya

untuk praktek karena takut cepat rusak.Buku-buku sekolah elektronik memang dibagikan

sekolah(-2,6), namun kualitasnya yang kurang memadai menyebabkan guru lebih senang

menggunakan buku-buku dengan penerbit yang lebih terkenal karena banyak contoh-contoh

soal sekaligus pembahasan disamping kualitas kertas dan lem kertas yang lebih kuat sehingga

tidak mudah rusak.

Referensi

Dokumen terkait

Spesifikasi tidak sesuai ; Compression rasio yang disyaratkan minimal 17.5 ; 1 yang ditawarkan 16.0 ; 01. Brosur Tidak berstempel distributor 2.tidak melampirkan surat pernyataan

Pada hari ini Senin Tanggal Delapan Bulan April Tahun Dua Ribu Tiga Belas , Pokja Pengadaan Jasa Konsultansi Pengawasan Bidang Bina Marga Satuan Kerja Dinas Pekerjaan

Junior School teacher : Hi..mhmm I’ve just left IT solving the IT problem.hehe.. I see you all.I just want to say

[r]

Sedangkan Individu yang memiliki harga diri rendah memiliki karakteristik yaitu memiliki perasaan inferior, ta- kut dan mengalami kegagalan dalam mengadakan hubungan

Penerapan Pembelajaran D iscovery Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Kelas 7 Smp Pada Tema Perubahan Benda-Benda D i Sekitar Kita.. Universitas Pendidikan Indonesia

(2000) semakin tinggi rasio leverage yang ditunjukkan oleh sebuah perusahaan, semakin besar pula risiko kebangkrutan dan risiko kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya

kompetensi guru SLB Aditya Grahita dalam menyusun Program