• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAX AMNESTY DALAM PEREKONOMIAN MAKRO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TAX AMNESTY DALAM PEREKONOMIAN MAKRO"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

Dr. Mahartono, M.M.

Kepala Bagian Pelayanan, Penyuluhan dan Hubungan Masyarakat Kantor Wilayah DJP Jawa Timur III

Disampaikan pada Seminar Nasional Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Malang

4 Maret 2017

TAX AMNESTY DALAM PEREKONOMIAN

MAKRO

(2)

Curriculum Vitae

Dr. Mahartono, M.M.

Kepala Bidang Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan Masyarakat Kanwil DJP Jawa Timur III

R IWAYAT PENDIDIKAN

S1. Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Gajah Mada Yogyakarta

S2. Magister Manajemen

Universitas Gajah Mada Yogyakarta

S3. Doktor Ilmu Administrasi Pubik

Universitas Padjajaran Bandung

(3)

GAMBARAN UMUM APBN 2017 dan

PERPAJAKAN INDONESIA

(4)
(5)
(6)

APBN 2017

(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)

Sistem Pemungutan Pajak

Sistem perpajakan kita menganut self-assessment system yang memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk melaksanakan sendiri kewajiban perpajakannya yang meliputi

daftar – hitung – bayar - lapor

(15)

Tujuan & Destination Statement

optimalisasi penerimaan negara dan reformasi administrasi perpajakan Tujuan

2015 2016 2017 2018 2019

Tax Ratio*

13,2% 14,2% 14,6% 15,2% 16%

Penerimaan

Pajak

1.294

Triliun

1.512 Triliun

1.737 Triliun

2.007 Triliun

2.329 Triliun

SPT melalui

e-filing

2 Juta 7 Juta 14 Juta 18 Juta 24 Juta

Jumlah WP

terdaftar

32 Juta 36 Juta 40 Juta 42 Juta 44 Juta

Destination Statement

* Termasuk 1% pajak

daerah

(16)

Pajak untuk Mengurangi Kesenjangan

KALIMANTAN 11,08 T (3,8%) 70,9 T (9,7%) 108,99 T

SULAWESI 9,13 T (3,1%) 73,8 T 10,1%) 85,81 T

PAPUA & MALUKU 4,77 T (1,6%) 144,7 T (19,7%) 64,86 T PULAU

PPh & PPN Dana Transfer Belanja APBD

PULAU PPh & PPN Dana Transfer Belanja APBD

JAWA

737,65 T (81,3%) 198,3 T (27,0%) 383,61 T

BALI & NUSA TENGGARA 3,96 T (1,4%)

38,8 T (5,3%) 53,74 T SUMATERA

25,75 T (8,8%) 207,3 T (28,3%) 322,51 T

Distribusi

per Pulau

(17)
(18)

18 triliun Rp

(19)

19

(20)

Penerimaan Pajak 10 Tahun Terakhir

Uraian 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Target 425,832 525,746 567,157 650,501 759,476 879,395 989,812 1,067,197 1,282,529 1,355,200

Realisasi 416,683 562,499 534,953 616,231 738,815 831,623 916,461 978,839 1,055,269 1,104,900

% Capaian 98% 107% 94% 95% 97% 95% 93% 92% 82% 82%

- 200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,000 1,200,000 1,400,000 1,600,000

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Target Realisasi

(21)

Rasio Kepatuhan

Penyampaian SPT Tahunan PPh

URAIAN 2013 2014 2015 2016

WP TERDAFTAR 24.35 27.38 30.04 32.77 WP TERDAFTAR WAJIB

SPT 17.73 18.36 18.16 20.17

REALISASI SPT 9.97 10.85 10.97 12.56 RASIO KEPATUHAN 56.21% 59.2% 60.42% 62.28%

56% 59% 60% 62%

40%

50%

60%

70%

80%

0 jt 10 jt 20 jt 30 jt 40 jt

2013 2014 2015 2016

WP TERDAFTAR WP TERDAFTAR WAJIB SPT

(22)
(23)

23

(24)

24

(25)

25

(26)

Prioritas Pengawasan Kepatuhan

(27)

REFORMASI PERPAJAKAN DAN

CAPAIAN PENERIMAAN 2016

(28)

Roadmap Reformasi Perpajakan

(29)

Optimalisasi Penerimaan Pajak

Institusi Perpajakan yang Kuat, Kredibel, dan Akuntabel

SDM

SDM yang professional, kompeten, kredibel, berintegritas, dan dapat menjalankan proses bisnis DJP dalam rangka menghimpun penerimaan negara sesuai dengan potensi yang ada

struktur

organisasi yang ideal (best fit) dengan

memperhatikan cakupan

geografis, karakteristik organisasi, ekonomi, kearifan lokal, potensi

penerimaan dan rentang kendali (span of control)

yang memadai

Organisasi

Peraturan Perundang-

undangan Peraturan perundang- undangan yang memberikan kepastian hukum, menampung

dinamika kegiatan perekonomian yang berkembang, mengurangi biaya kepatuhan,

memperluas basis perpajakan, dan meningkatkan penerimaan pajak Teknologi

Informasi dan Basis Data

Proses Bisnis

sistem

informasi yang reliable dan handal untuk mengolah data perpajakan yang akurat berbasis

teknologi sesuai dengan core business DJP

Proses bisnis yang sederhana untuk membuat pekerjaan

menjadi efektif, efisien,

akuntabel,

berbasis IT, dan mencakup

seluruh

pekerjaan DJP

ANGGARAN

SARANA DAN PRASARANA

SINERGI PIHAK LAIN

PILAR REFORMASI

PERPAJAKAN

(30)

PETA FUNGSI

DJP

(31)

FUNGSI PROSES BISNIS JUMLAH SUB PROSES BISNIS

PELAYANAN

Registrasi 5

Layanan

Administrasi 3

Pembayaran 4

Keberatan 4

Non Keberatan 7

Edukasi 3

PENGAWASA N

Ekstensifikasi 4

Pengawasan

(Intensifikasi) 3

Pemeriksaan 3

Pengenaan PBB 3

Penilaian 3

PENEGAKAN HUKUM

Pemeriksaan Bukti Permulaan dan Penyidikan

4

Penagihan 3

Intelijen Perpajakan 4

TOTAL 53

FUNGSI PROSES BISNIS

JUMLAH SUB PROSES

BISNIS

PENDUKUNG

Pengelolaan SPT 2

Pengolahan Data Pihak

ketiga 3

Hubungan Masyarakat 4 Litigasi (Beracara) 5 Non Litigasi (Bantuan

Hukum) 6

Regulasi 1

Hubungan Internasional 6 Pengelolaan Pengetahuan 6 Penelitian dan

Pengembangan 2

Kerjasama Pihak Ketiga 4 Pengelolaan Aset,

Logistik, dan Keuangan 2 Teknologi Informasi dan

Komunikasi 6

Sumber Daya Manusia 9

Organisasi 3

TOTAL 59

PROSES BISNIS (PETA FUNGSI

DJP)

(32)
(33)

1 Rp

triliun

infrastruktur

3.541 m jembatan

3.541m

jembatan

155 km

jalan

52.631 ha

sawah

9,4 ribu

gaji guru senior

10 ribu

Gaji Polri setahun

11.900

rumah prajurit

3.541 m jembatan beras

729 ribu RTS 93 ribu

ton

benih

306 ribu

ton

pupuk

2,2 juta/

1,3 juta/1 juta

siswa SD/SMP/SMA

355 ribu

keluarga miskin

3,6 juta

PBI

orang miskin

subsidi

belanja pegawai bantuan sosial

Penggunaan Pajak pada Belanja K/L

(34)

1 Rp

triliun

DAK Fisik

3.541 m jembatan

23.585

org

Tunj.prof guru setahun

rumah sakit 50 2.018

BOK Puskesmas

4,2 juta

Jampersal ibu hamil

2.144

Akreditasi RS

BOS

tunj.profesi guru BOK

6.765

ruang

kelas SD

5.511

ruang

kelas SMP

4.182

ruang

kelas SMA

+

24.911

org

Tunj.khss guru setahun

1,25 juta

BOS siswa SD/

Ibtidaiyah setahun

1 juta

BOS siswa SMP/

Tsanawiyah setahun

714.286

BOS siswa SMA/

Aliyah setahun +

Penggunaan Pajak pada Transfer ke

Daerah dan Dana Desa

(35)

35

(36)

36

(37)

37

(38)

38

(39)

AMNESTI PAJAK

Merupakan langkah awal reformasi perpajakan Tujuan:

NILAI ASET

Rp

4.325

triliun

RP

110

trilliun

UANG TEBUSAN

656.281

Wajib Pajak

PESERTA

• Mendukung pertumbuhan ekonomi

• Memperluas tax base

• Memperbaiki peneriamaan negara

• Memperbaiki hubungan dan kepercayaan antara Wajib

Pajak dan Pemerintah

(40)
(41)

KONDISI EKONOMI GLOBAL

MODERASI PERTUMBUHAN EKONOMI GLOBAL PEREKONOMIAN AMERIKA YANG BELUM STABIL PERLAMBATAN PERTUMBUHAN TIONGKOK

KETIDAKPASTIAN KEBIJAKAN MONETER HARGA KOMODITAS MENURUN

RISIKO GEOPOLITIK: TIMUR TENGAH & BREXIT

(42)

BAGI

INDONESIA

DAMPAK PERLAMBATAN EKONOMI INDONESIA DEFISIT NERACA PERDAGANGAN

DEFISIT ANGGARAN MEMBESAR

PENURUNAN LAJU PERTUMBUHAN SEKTOR INDUSTRI/ MANUFAKTUR

INFRASTRUCTURE GAP YANG MASIH TINGGI

(43)

AKIBAT KONDISI TERSEBUT

PENGANGGURAN

KEMISKINAN

KESENJANGAN

MAKIN

MENINGKAT

(44)

SUMBER

PERTUMBUHAN EKONOMI

BARU!

KITA HARUS

TEMUKAN!

(45)

PERTUMBUHAN

EKONOMI

MENURUN

Indonesia mencari

sumber investasi dari LUAR NEGERI

Peluang INVESTASI di

Indonesia TERBUKA

LEBAR

(46)

DENGAN CARA

REPATRIASI

KITA HARUS

TEMUKAN!

(47)

HARTA WNI TERSEBAR DI SELURUH DUNIA

WAKTUNYA UNTUK KEMBALI, SEKARANG!

(48)

“Negara ini membutuhkan banyak dana untuk

pembangunan yang inklusif”

MENGAPA SEKARANG?

(49)

MENGAPA SEKARANG?

AUTOMATIC EXCHANGE

OF INFORMATION (AEOI)

PALING LAMBAT MULAI 2018 REVISI UU PERBANKAN

UNTUK KETERBUKAAN DATA BAGI PERPAJAKAN

WP tidak akan bisa lagi menyembunyikan asetnya (di mana pun) dari otoritas pajak

MANFAATKAN PENGAMPUNAN PAJAK SEKARANG, SEBELUM:

(50)

MANFAAT DAN TUJUAN AMNESTI PAJAK

Meningkatkan PERTUMBUHAN EKONOMI melalui Repatriasi Aset, yang ditandai:

 Peningkatan likuiditas domestik;

 Perbaikan nilai tukar Rupiah;

 Penurunan Suku Bunga;

 Peningkatan investasi

Bagian dari Reformasi Perpajakan menuju sistem yang berkeadilan, serta perluasan basis data perpajakan

Meningkatkan Penerimaan Pajak

(51)

penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara mengungkap Harta dan membayar Uang Tebusan

Pengampunan Pajak

PENGERTIAN

Pasal 1 Angka 1.

(52)

TARIF

(53)

2%

3%

5%

01 Juli-30 Sept 2016

01 Okt-31 Des 2016

01 Jan-31 Mar 2017

Harta yang berada di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

TARIF

Deklarasi

Dalam Negeri

(54)

4%

6%

10%

01 Juli-30 Sept 2016

01 Okt-31 Des 2016

01 Jan-31 Mar 2017

Harta yang berada di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tidak dialihkan ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

TARIF

Deklarasi

Luar Negeri

(55)

2%

3%

5%

01 Juli-30 Sept 2016

01 Okt-31 Des 2016

01 Jan-31 Mar 2017

LUAR NEGERI DALAM NEGERI

TARIF

Repatriasi

(56)

TARIF KHUSUS

DENGAN PEREDARAN USAHA SAMPAI DENGAN

Rp4,8 M

PELAKU USAHA

TARIF

(57)

WAJIB PAJAK DENGAN PEREDARAN USAHA S.D. 4,8MILIAR

0,5% 2%

JIKA PENGUNGKAPAN HARTA LEBIH DARI

10 MILIAR JIKA PENGUNGKAPAN

HARTA SAMPAI DENGAN 10 MILIAR

1 JULI 2016 S.D. 31 MARET 2017

TARIF

(58)

Referensi

Dokumen terkait

Kajian ini mencangkup upaya untuk mengeksplorasi materi- materi yang telah direkam secara digital ( digitized materials ) dan materi-materi baru yang terdigitalisasikan

Manfaat penelitian ini dapat menjadikan gambaran maupun pengetahuan kesejahteraan psikologis pada relawan yang menjadi informan di yayasan X, sehingga dari relawan yang

Level MPV yang tinggi merupakan salah satu faktor untuk infark miokard pada pasien dengan penyakit jantung koroner dan untuk kematian atau kejadian vaskular rekuren setelah

Laporan Pemisahan dan Penentuan Kadar Asam lemak dari sabun ( online ).. Pembagian solut antara dua cairan yang tak saling campur memberikan banyak kemungkinan yang

Pada minyak B, C dan D yang berasal dari minyak kedelai, minyak kelapa dan minyak sawit peningkatan asam lemak bebas dapat disebabkan karena kadar asam lemak yang cukup tinggi pada

Beberapa persyaratan terahdap aspek yang dipilih untuk dievaluasi adalah sebagai berikut : - aspek – aspek tersebut harus tidaak tumpang tindih. - harus membedakan perbedaan yang

[r]

Kriteria abut yang dapat dijadikan bibit adalah pohon induk yang telah dewasa atau telah dipanen, tidak menempel pada induk sagu, kondisi abut sehat, tidak terkena hama dan