• Tidak ada hasil yang ditemukan

*Mulyo Aji Sulistyo,**Imam Fathoni,***Leo Yosdimyati R

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "*Mulyo Aji Sulistyo,**Imam Fathoni,***Leo Yosdimyati R"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

THE INFLUENCE OF PERSONAL HYGIENE ELUCIDATION TO THE HAND WASHING BEHAVIOR OF SCHOOL AGED CHILDREN (STUDY AT BANJARDOWO 2 STATE ELEMENTARY

SCHOOL KABUPATEN JOMBANG)

*Mulyo Aji Sulistyo,**Imam Fathoni,***Leo Yosdimyati R

ABSTRACT

Personal hygiene is someone’s effort to keep his or her cleaning to get physically and psychologically safety. Hand washing is one of healthy behavior, generally this behavior has been known to the children since they were young, not only from the parents at home, and moreover it becomes children’s daily routine. The purpose of this research is to know the influence of personal hygiene elucidation to the hand washing behavior of school aged children at Banjardowo 2 State Elementary school in Kabupaten Jombang. Research design is one group pre-post test. The population is 69 repondents from students in 4th, 5th, and 6th grade at Banjardowo 2 State Elementary school Kabupaten Jombang with 41 respondents as a sample. Sampling used is stratified random sampling. Variable Independent is elucidation of personal hygiene. Variable Dependent is hand washing behaviour. Frequency of hand washing behaviour before elucidation is less than 21 respondents (51,2%) and hand washing behaviour after elucidation is good with 23 respondents (56,1%). From Wilcoxon test we get score p = 0,000 < α (0,05) so H1 is accepted. From the result of data analysis show that there is an influence between personal hygiene to the the influence of personal hygiene elucidation to the hand washing behavior of school aged children at Banjardowo 2 State Elementary school Jombang.

Keyword : Personal Hygiene, hand washing, elucidation

PENDAHULUAN

Personal hygiene (Kebersihan diri) merupakan upaya seseorang dalam memelihara kebersihan dirinya untuk memperoleh kesejahteran fisik dan psikologis. Kebersihan diri mempengaruhi kesehatan manusia, baik dewasa maupun anak-anak. Kebersihan diri kebersihan gigi dan mulut, kebersihan tangan, kebersihan kuku,kebersihan rambut, kebersihan kulit dan kebersihan telinga pada anak usia 6-12 tahun salah satunya yaitu kebersihan tangan (Ernawati, 2012) dalam Damanik). Mencuci tangan dilaksanakan untuk menjaga kebersihan diri, dan salah satu upaya untuk pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan seringkali menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung maupun tidak langsung (Hidayat, 2010). Masalah tersebut timbul karena kurangnya pengetahuan serta kesadaran akan pentingnya kesehatan terutama kebiasaan mencuci tangan. Selama ini yang terjadi adalah anak-anak dalam menerapkan 7 langkah mencuci tangan masih belum benar, kesalahannya yaitu pada langkah ketiga menggosok kedua telapak sampai rata sering tidak dilakukan oleh anak-anak usia sekolah pada saat mencuci tangan (Dinkes Magetan, 2011).

Survei Kemenkes RI tahun 2010 menyatakan 10 propinsi di Indonesia memiliki prevalensi kecacingan sangat tinggi, dan di Kabupaten Pesisir Selatan sejumlah 85,8% lebih tinggi dari

kabupaten lain. Angka infeksi kecacingan tinggi dipengaruhi oleh kebersihan diri, sanitasi lingkungan dan kebiasaan penduduk tidak mencuci tangan sebelum makan dengan air dan sabun (Soemirat, 2011). Kemudian pada Penelitian Sri Wahyuni, (2012) tentang personal hygiene yang berjudul faktor- faktor yang mempengaruhi personal hygiene anak usia sekolah di SD Inpres Manuruki 2 Daya Makasar 2012 pengaruh sikap dan pengetahuan anak terhadap kebersihan diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang baik yaitu (20,5%) dan yang buruk yaitu (79,5%).

Cuci tangan merupakan salah satu perilaku sehat yang pasti sudah dikenal, perilaku ini pada umumnya sudah diperkenalkan pada anak-anak sejak kecil tidak hanya oleh orangtua dirumah, bahkan menjadi kegiatan rutin sehari hari. Tetapi, kenyataannya perilaku sehat ini belum menjadi budaya masyarakat kita dan biasanya hanya dilakukan sekedarnya (Depkes, 2010). Anak – anak merupakan kelompok yang paling rentang terkena penyakit akibat jarangnya mencuci tangan. Dengan merebaknya penyakit, maka peningkatan kesadaran tentang mencuci tangan dengan menggunakan sabun ditunjukkan kepada mereka yang berisiko tinggi untuk terjangkit antara lain anak di sekolah. Kemudian faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku meliputi faktor predisposisi mencakup pengetahuan dan sikap siswa terhadap kesehatan, faktor pemungkin

(2)

mencakup ketersediaan sumber daya kesehatan, keterjangkauan pelayanan kesehatan, keterjangkauan petugas kesehatan dan keterpaparan informasi, sedangkan faktor penguat mencakup sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama dan petugas kesehatan.

Berdasarkan studi pendahuluan di SD Negeri 2 Banjardowo Kabupaten Jombang tahun 2012 didapatkan jumlah siswa sebanyak 176. Kemudian hasil wawancara dengan kepala sekolah SD Negeri 2 Banjardowo mengatakan bahwa kesadaran siswa masih rendah dalam menjaga atau memelihara kebersihan diri. Hasil dari pengamatan kepada siswa kelas 4, 5, dan 6 yang masing-masing kelas diambil 5 siswa ternyata semuanya makan gorengan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu.

Berdasarkan uraian dan temuan masalah tersebut, maka perlu dilakukan penyuluhan kesehatan tentang mencuci tangan dengan 7 langkah, Penerapan mencuci tangan di sekolah dapat dilakukan dengan penyuluhan kesehatan tentang mencuci tangan. siswa sekolah tidak hanya sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa mencuci tangan sesuai anjuran yang telah diajarkan. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh penyuluhan kesehatan personal hygiene terhadap perilaku mencuci tangan pada anak usia sekolah di SD Negeri 2 banjardowo kabupaten Jombang. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Jenis penelitian pada penelitian ini adalah pra eksperimen yaitu suatu rancangan penelitian yang digunakan untuk mencari hubungan sebab akibat dengan adanya keterlibatan penelitian dalam melakukan manipulasi terhadap variabel bebas (Nursalam, 2013). Desain penelitian yang digunakan adalah one group pre test post test design yang merupakan rancangan eksperimen dengan cara dilakukan pre test terlebih dahulu sebelum diberikan intervensi kemudian setelah diberi intervensi dilakukan post test (Hidayat, 2009).

Populasi adalah seluruh subjek (misalnya manusia : klien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah kelas 4, 5,dan 6 sejumlah 69 siswa..

Sampel adalah sebagian objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo 2010). Sampel pada penelitian ini adalah sebagian siswa kelas 4, 5 dan 6 di SD Negeri 2 Banjardowo Kabupaten Jombang. besar sampel adalah sejumlah 41 siswa.

Kriteria inklusi : Siswa SD 2 Banjardowo, Siswa bersedia untuk menjadi responden, Siswa dengan usia 10 - 12 tahun, Siswa kelas 4, 5 dan 6. Kriteria eklusi : Siswa tidak masuk pada saat penelitian, Siswa sakit, Siswa tersebut pulang karena ada keperluan, Siswa yang diobservasi pada saat studi pendahuluan

Menurut Nursalam (2013) sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Probability Sampling yaitu setiap subyek dalam populasi memunyai kesempatan untuk untuk terpilih atau tidak terpilih sebagai sampel dengan metode stratified random sampling yaitu penentuan sampel memperhatikan strata (tingkatan) yang ada dalam populasi.

Instrumen penelitian adalah alat pada waktu penelitian dengan menggunakan suatu metode (Arikunto, 2006). Instrumen untuk penyuluhan kesehatan dengan menggunakan SAP sebagai media penyuluhan. Sedangkan instrumen untuk menilai perilaku mencuci tangan sebelum dan sesudah pnyuluhan kesehatan personal hyegiene dengan menggunakan kuesioner.

Analisa data univariat dilakukan menggunakan distribusi frekuensi dan analisa bivariat menggunakan Uji Wilcoxon yang dihitung dengan menggunakan Program Komputerisasi dengan tingkat kemaknaan ρ < 0,05. Jadi, jika ρ < 0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak yang artinya ada pengaruh penyuluhan kesehatan personal hygiene terhadap perilaku cuci tangan, begitu pula sebaliknya

HASIL PENELITIAN

Tabel 1 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan umur di SDN 2 Banjardowo Kabupaten Jombang Agustus tahun 2012

Umur Frekuensi Presentase (%)

9 tahun 23 56,1

10 tahun 17 41,5

11 tahun

12 tahun 1 0 2,4 0

Jumlah 41 100

Sumber : Data Primer Yang Diolah Peneliti, 2012

Berdasarkan tabel 1 diatas menunjukkan bahwa dari 41 responden sebagian besar berumur 9 tahun yaitu 23 responden (56,1%).

(3)

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan jenis kelamin di SDN 2 Banjardowo bulan Agustus tahun 2012

Jenis kelamin Frekuensi Presentase (%)

Laki-laki 13 31,7

Perempuan 28 68,3

Jumlah 41 100

Sumber : Data Primer Yang Diolah Peneliti, 2012

Berdasarkan tabel 2 diatas menunjukkan bahwa dari 41 responden sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu 28 responden (68,3).

Tabel 3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan anak ke di SDN 2 Banjardowo bulan agustus tahun 2012

Anak Frekuensi Presentase (%)

1 13 31,7

2 24 58,5

3 4 9,8

Jumlah 41 100

Sumber : Data Primer Yang Diolah Peneliti, 2012

Berdasakan tabel 3 di atas menujukkan dari 41 responden sebagian besar responden merupakan anak ke 2 yaitu 28 responden (58,5).

Tabel 4 distribusi frekuensi responden berdasarkan kebiasaan kebiasaan mencuci tangan sebelum makan di SDN 2 Banjardowo bulan agustus tahun 2012 Kebiasaan mencuci tangan Frekuensi Presentase (%) Ya 20 48,8 Tidak 21 51,2 Jumlah 41 100

Sumber : Data Primer Yang Diolah Peneliti, 2012

Berdasarkan tabel 4 di atas menunjukkan bahwa dari 41 responden sebagian besar tidak mempunyai kebiasan mencuci tangan sebelum makan yaitu 21 responden (51,2%).

Tabel 5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan orang tua memberi contoh mencuci tangan di SDN 2 Banjardowo bulan agustus tahun 2012

Contoh

orangtua Frekuensi Presentase (%)

Ya 25 61,0

Tidak 16 31,0

Jumlah 41 100

Sumber : Data Primer Yang Diolah Peneliti, 2012

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan dari 41 responden sebagian besar orangtua memberi contoh mencuci tangan yaitu 25 (61,0%)

Tabel 6 Perilaku mencuci tangan responden sebelum penyuluhan di SDN 2 Banjardowo bulan agustus tahun 2012 Perilaku mencuci tangan Frekuensi Presentase (%) Baik 5 12,2 Cukup 15 36,6 Kurang 21 51,2 Jumlah 41 100

Sumber : Data Primer Yang Diolah Peneliti, 2012

Berdasarkan tabel 6 di atas menujukkan bahwa dari 41 responden sebagian besar mempunyai perilaku mencuci tangan yang kurang sebelum penyuluhan yaitu 21 responden (51,2%).

Tabel 7 Perilaku mencuci tangan responden setelah penyuluhan di SDN 2 Banjardowo bulan agustus tahun 2012 Perilaku mencuci tangan Frekuensi Presentase (%) Baik 23 56,1 Cukup 13 31,7 Kurang 5 12,2 Jumlah 41 100

Sumber : Data Primer Yang Diolah Peneliti, 2012

Berdasarkan tabel 7 di atas menunjukkan bahwa dari 41 responden sebagaian besar mempunyai perilaku mencuci tangan yang baik setelah penyuluhan yaitu 23 responden (56,1%).

Tabel 8 crosstab perilaku mencuci tangan responden sebelum dan setelah penyuluhan di SDN 2 Banjardowo bulan agustus tahun 2012

(4)

Berdasarkan tabel 8 menunjukkan bahwa dari 41 responden perilaku mencuci tangan sebelum penyuluhan kurang dan setelah penyuluhan kurang yaitu 5 responden (12,2%), perilaku mencuci tangan sebelum penyuluhan kurang dan setelah penyuluhan baik yaitu 11 (28,8%). Perilaku mencuci tangan sebelum penyuluhan cukup dan setelah penyuluhan cukup yaitu 8 responden (19,5%), perilaku mencuci tangan sebelum penyuluhan cukup dan setelah penyuluhan baik yaitu 7 responden (17,1) dan perilaku mencuci tangan sebelum penyuluhan baik dan setelah penyuluhan baik yaitu 5 responden (12,2%). Kemudian hasil uji wilcoxon dengan menggunakan program komputerisasi didapatkan nilai p = 0,000 < α (0,05) yang artinya H1 diterima dan H0 ditolak yaitu ada pengaruh penyuluhan kesehatan personal hygiene terhadap perilaku cuci tangan, begitu pula sebaliknya. PEMBAHASAN

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur 9 tahun yaitu sebanyak 23 responden (56,1). Umur 9 tahun bisa disebut akhir masa kanak – kanak. Menurut peneliti pada tahap ini anak tidak mau lagi menuruti perintah dan dimana lebih banyak di pengaruhi oleh teman sebaya daripada orangtua dan anggota keluarga yang lain. Menurut ahli psikologi , akhir masa kanak-kanak adalah usia berkelompok suatu masa dimana perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok, terutama kelompok yang bergengsi dalam pandangan teman-temannya. Oleh karena itu, anak ingin menyesuaikan dengan standart yang disetujui kelompok dalam penampilan, berbicara dan perilaku (Hurlock, 1998).

Pada tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden merupakann anak ke 2 yaitu 24 responden (58,5%).Menurur peneliti status urutan anak di keluarga biasanya berdampak pada peran dan hubungan anggota keluarga yang kurang erat pada saat berkomunikasi bisa mempengaruhi pola perilaku pada anak. Anak ke 2 cenderung berani mengambil resiko, biasanya mereka melawan aturan yang berlaku di masyarakat walaupun tidak terlalu sering.

Pada tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar tidak mempunyai kebiasaan mencuci tangan sebelum makan yaitu 21 responden (51,2%). Menurut peneliti anak biasanya pada saat di rumah tidak membiasakan mencuci tangan sebelum makan disebabkan oleh jarangnya orangtu memberi kebiasaan tersebut. Menurut lowrence Green faktor predisposisi perilaku mencakup pengetahuan, tingkat pendidikan,

sikap, sistem nilai, kepercayaan, dan tradisi atau kebiasaan masyarakat (Notoatmojo, 2008). Pada tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar orangtua memberi contoh mencuci tangan yaitu 25 responden (61,0%). Menurut peneliti sebenarnya orangtua sudah bisa memberi contoh mencuci tangan tetapi anak-anak cenderung tidak memperdulikannya dan tidak mencontoh kebiasaan orangtua tersebut. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Notoatmojo (2008) yang menyatakan bahwa perilaku dipengaruhi oleh faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, dan para petugas kesehatan. Termasuk perilaku orangtua di rumah sebagai figur bagi anaknya.

Pada gambar 8 didapatkan 23 responden (56,1%) masuk dalam kriteria baik. Hal itu disebabkan dari hasil observasi di dapatkan kurangnya fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan sekolah mereka misalnya tidak tersedia tempat mencuci tangan serta kurangnya sikap dan perilaku dari orang tua dan guru dalam mengawasi perilaku anak baik di lingkungan sekolah maupun tempat tinggal responden. Teori Lawrence Green yang menganalisa perilaku manusia yaitu dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor pendukung (Enabling factor) dan faktor pendukung (Reinforcing factor). Pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap perilaku mencuci tangan, dari tabel 5.9 menunjukkan adanya pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap perilaku cuci tangan pada anak usia sekolah (7-12 tahun) yang ditunjukkan oleh hasil uji statistik Wilcoxon dengan nilai signifikansi p = 0,000. Menurut peneliti dari hasil penelitian tentang perilaku cuci tangan pada anak usia sekolah (7-12 tahun) pada responden sebagian adalah baik sehingga kemungkinan untuk terjadinya suatu penyakit lebih kecil dibandingkan mereka yang perilakunya cukup bahkan perilakunya kurang. Menurut wawan (2010) pendidikan seseorang dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam memotivasi sikap , pada umumnya makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin tinggi mudah menerima informasi yang didapatkan.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat dirumuskan beberapa simpulan sesuai dengan tujuan penelitian sebagai berikut:

Perilaku mencuci tangan pada anak usia sekolah di SDN 2 Banjardowo Jombang sebelum

(5)

dilakukan penyuluhan kesehatan personal hygiene kurang.

Perilaku mencuci tangan pada anak usia sekolah di SDN 2 Banjardowo Jombang setelah dilakukan penyuluhan kesehatan personal hygiene baik. Ada pengaruh penyuluhan kesehatan personal hygiene terhadap perilaku mencuci tangan pada anak usia sekolah di SDN 2 Banjardowo Jombang.

Saran

Bagi Tenaga Pendidik. Untuk guru dan kepala sekolah dapat mengawasi perilaku mencuci tangan dan memberikan fasilitas fisik pendukung seperti menyediakan tempat mencuci tangan agar anak sekolah dapat menerapkan perilaku mencuci tangan dengan baik karena di sekolah tersebut belum tersedia.

Bagi Tenaga Kesehatan di Puskesmas. Tenaga kesehatan dapat memberikan penyuluhan, mengajarkan serta mengevaluasi. cara mencuci tangan dengan baik dan benar sesuai dengan pemahaman yang bisa di terapkan oleh anak usia sekolah .

Bagi Peneliti Selanjutnya. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti tentang teknik mencuci tangan dengan baik dan benar pada anak usia sekolah.

KEPUSTAKAAN

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Depkes. 2007. Tujuan dan cara mencuci tangan Dinkes magetan, 2011. 7 Langkah Mencuci

Tangan

Hidayat. 2010. Mencuci Tangan Yang Baik Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika

Hurlock. 1998. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.

Notoatmodjo. 2008. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Renika.

Notoatmojo. 2010. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta , Renika.

Nursalam. 2013. Metode Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis, edisi 3 . Jakarta. Salemba Medika.

Penelitian Sri Wahyuni. 2012. Tentang personal hygiene.

Soemirat. 2011. Dalam Penelitian Sri Wahyuni Tentang kebersihan diri

Gambar

Tabel  1  Distribusi        Frekuensi        responden  berdasarkan  umur  di  SDN  2  Banjardowo  Kabupaten Jombang Agustus tahun 2012

Referensi

Dokumen terkait

muslupaa marraskuussa 2014 ja sain tutkimusluvan joulukuussa 2014. Aloitin aineiston- keruun Duurissa joulukuussa 2014 ja tiedonkeruun lopetin helmikuussa 2015. Olin sopi- nut

BIC merupakan salah satu cara untuk bisa membentuk koordinasi antar tiga lembaga yaitu pemerintah, universitas, dan industri yang nantinya bisa memberikan nilai tambah

Tujuan dari tugas akhir ini adalah menyelesaikan permasalahan di Toko AF yaitu manajemen transaksi jual beli dan manajemen gudang dengan membuat aplikasi yang bisa

Topik yang akan dibahas meliputi evaluasi Sistem Informasi Persediaan Barang Jadi pada PT TUWBI; Pengendalian terhadap prosedur dan pelaksanaan sistem informasi yang terfokus pada dua

Dalam bisnis jasa Laundry ini, produk yang ditawarkan adalah sebuah.. jasa pencucian, pembersihan, dan pengeringan pakaian dalam dan

Dalam catatan buku laporan kebebasan beragama yang diterbitkan oleh Wahid Institute, di tahun 2013 MTA merupakan salah satu lembaga dakwah yang paling sering

Kondisi rangsangan jangka pendek lainnya adalah postulasi faktor kepala yang berkaitan dengan makan, seperti pengunyahan, salivasi, penelanan, dan pengecapan yang terjadi

Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh sebagai lembaga independent dan mitra setaraf dengan Gubenur dan Dewan Perwaki- lan Rakyat Aceh (DPRA) telah memberikan peran yang