• Tidak ada hasil yang ditemukan

FOCUS HUKUM UPMI e-issn : Vol I No 2 Edisi 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FOCUS HUKUM UPMI e-issn : Vol I No 2 Edisi 2020"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Hukum UPMI 56 - 63 Page 56 ANALISIS YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENIPUAN BILYET GIRO PASAL 378 KUHPidana JUNCTO PERATURAN BANK INDONESIA (BI) NOMOR

18/41/PBI/2016 TENTANG BILYET GIRO

Taufika Hidayati

Dosen Tetap Program Studi Ilmu Hukum Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia

Email : taufikahidayati@gmail.com Abstrak

Bentuk perlindungan hukum terhadap penerima bilyet giro kosong, upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah bilyet giro kosong, akibat hukum bagi penerbit bilyet giro kosong serta pertimbangan hakim dalam putusan nomor 18/41/PBI/2016 PN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh hasil sebagai berikut: (1) Bentuk perlindungan terhadap pemegang bilyet giro yaitu melalui peradilan hukum pidana dan peradilan hukum perdata. (2) Upaya yang dilakukan dari bank yaitu dengan memperhatikan prosedur penerimaan nasabah bilyet giro dan upaya dari masyarakat adalah lebih memperhatikan pengggunaan bilyet giro.

(3) Akibat hukum bagi penerbit bilyet giro kosong dapat berupa sanksi pidana, sanksi perdata, dan pencantuman nama dalam daftar hitam nasional. (4) Hakim dalam menjatuhkan putusan nomor 18/41/PBI/2016 /PN, sudah memperhatikan berbagai macam pertimbangan dan sudah memutus perkara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Kata Kunci : Bilyet giro, Perlindungan Hukum, Pertimbangan Hakim PENDAHULUAN

Perkembangan dalam bidang usaha yang semakin pesat menyebabkan orang-orang menginginkan segala sesuatu bersifat praktis dan aman dalam lintas pembayaran. Kerjasama antara pengusaha dengan bank keduanya rekan yang saling membantu dan menolong demi kemajuan masing-masing serta demi kelancaran lalu lintas pembayaran dan saat ini sudah mulai banyak pembayaran yang bersifat giral. Dalam hal ini dirasakan cukup hanya dengan menerbitkan surat wesel, surat cek yang dapat diuangkan.

Salah satu bentuk surat berharga yang baru dan menjadi latar belakang penulisan ini adalah bilyet giro. Bilyet giro adalah Surat perintah nasabah kepada Bank penyimpan dana untuk memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada pihak penerima yang disebut namanya pada bank yang sama atau berlainan. Dengan demikian pembayaran dana bilyet giro tidak dapat dilakukan dengan uang tunai yang berarti bahwa sistem pembayaran dengan boking transfer dan tidak dapat dipindah tangankan dengan endosemen, bilyet giro merupakan jenis surat berharga yang baru dibanding surat berharga yang lainnya secara giral.

Bilyet giro adalah surat perintah pemindahbukuan yang berfungsi sebagai alat pembayaran termasuk juga surat yang berharga. Maksud giro disini adalah simpanan pihak

(2)

Jurnal Hukum UPMI 56 - 63 Page 57 ketiga pada bank yang penarikannya dilakukan setiap saat dengan menggunakan bilyet giro, surat perintah pembayaran lainya, atau dengan cara pemindahbukuan (Pasal 1 ayat 6 Undang- Undang Perbankan).

Penggunaan bilyet giro sebagai alat pembayaran giral telah memasyarakat. Dalam praktek sehari-hari penggunaan bilyet giro sering terjadi pada pengusaha sebagai pemegang bilyet giro menggunakan bilyet giro sebagai alat bayar kredit dengan memindahtangankan bilyet giro kepada pengusaha lain. Perlu diketahui bahwa bilyet giro tidak dapat dipindahtangankan dari tangan ke tangan maupun endosemen.

Bilyet giro yang sudah dirasa aman tidak seperti cek dan wesel yang dapat diuangkan oleh orang yang tidak bertanggung-jawab, tetapi masih bisa dimanfaatkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab yang dilakukan dengan bilyet giro kosong. Penerbit disini memiliki wewenang untuk membatalkan (Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No 28/32/Dir tanggal 4 juli 1995). Pembatalan karena dana penerbit tidak cukup. Permasalahan disini muncul ketika dana tidak cukup atau tidak ada tetapi bilyet giro tersebut sudah beredar atau dipegang oleh pemegang dan merugikan pemegang bilyet giro. Bilyet giro ini merupakan surat berharga yang tidak diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), yang tumbuh dan berkembang dalam praktik perbankan karena kebutuhan dalam lalu lintas pembayaran secara giral.

KAJIAN TEORI Pengertian Bilyet Giro

Bilyet giro adalah salah satu dari surat berharga, sehingga pengertian dan unsur surat berharga melekat pada bilyet giro. Surat berharga adalah surat yang diterbitkan oleh seseorang sebagai pelaksanaan kewajiban, yaitu pembayaran sejumlah uang karena adanya suatu perikatan dasar atau perjanjian latar belakang. Bilyet giro memiliki fungsi yang melekat dengan fungsi suatu surat berharga. Surat berharga memiliki fungsi sebagai:

1. Alat bukti terhadap hutang yang telah ada yang terbit dari perikatan 2. Alat bukti diri atau legitimasi untuk menagih

3. Objek transaksi perdagangan.

Sifat Sifat Bilyet Giro

1) Bilyet giro tidak bisa dibayar dengan bentuk tunai dan hanya dapat dilakukan melalui pemindah bukuan.

2) Pembayaran bisa dilakukan pada jatuh tempo.

(3)

Jurnal Hukum UPMI 56 - 63 Page 58 3) Masa berlaku warkatnya ialah 70 (tujuh puluh) hari dari tanggal pembukaan. Bila tidak tercantum tanggal pembukaan, maka tanggal efektif dapat dijadikan sebagai dasar perhitungannya.

4) Bilyet Giro dapat dibatalkan langsung oleh penarik secara sepihak dengan catatan saldo mencukupi. Pada saat jatuh tempo, tidak dapat lagi dibatalkan apabila saldo tidak cukup untuk menutupi nilai yang tercantum. Pembatalan harus disertai alasan pembatalan yang jelas.

Bentuk Bilyet Giro

a. Memiliki personalisasi nasabah jika ada, b. Memiliki tanggal efektif,

c. Memiliki logo Bank, d. Nominal dalam angka,

e. Memiliki nominal dalam huruf, f. Memiliki nomor seri bilyet giro, g. Memiliki sandi Bank ,

h. Terdapat nomor rekening nasabah, i. Memiliki sandi transasksi bilyet giro,

j. Nama perusahan percetakan warkat dan dukomen kiring.

k. Memiliki sandi transaksi antara Bank dengan nasabah.

Syarat Bilyet Giro

Bilyet giro kosong menurut pasal 1 angka 27 Peraturan Bank Indonesia No.

18/43/PBI/2016 perubahan atas Peraturan Bank Indonesia No. 8/29/PBI/2006 adalah bilyet giro yang diunjukan oleh pemegang baik melalui kliring maupun melaui loket bank secara langsung (over the counter) dan ditolak pemindahbukuannya oleh bank tertarik dengan alasan penolakan sebagaimana ditetapkan dalam peraturan Bank Indonesia ini. Pengertian ini tidak semata-mata karena tidak adanya dana, akan tetapi bisa juga karena sebab lain di luar dari tidak adanya dana di tertarik.

Penerbit yang dalam kewajibannya tidak memenuhi perjanjian atau wanprestasi, dapat menyebabkan penerbit digugat ke depan hakim. Pihak penuntut disini adalah pihak yang berpiutang atau kreditur dan pihak yang wajib memenuhi tuntutan adalah debitur. Pasal 1234 KUHPerdata menetukan prestasi yang dapat dituntut berupa :

(4)

Jurnal Hukum UPMI 56 - 63 Page 59 1. Menyerahkan sesuatu barang.

2. Melakukan suatu perbuatan dan tidak melakukan suatu perbuatan.

Penyelesaian perkara secara pidana mengenai bilyet giro ”blanko” pemegang terakhir ini juga dapat mengajukan tuntutan pidana yaitu tindak pidana penipuan yang diatur dalam pasal 378 KUHPidana yang berbunyi “Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum dengan memakai nama palsu atau martabat palsu; dengan tipu muslihat, atau rangkaian kebohongan, dengan menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang maupun menghapuskan piutang, diancam karena penipuan, dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun”. Dapat simpulkan bila seorang penerbit memenuhi unsur-unsur penipuan yang ada di pasal 378 KUHPidana dapat di kenakan sanksi pidana.

Kewajiban membayar timbul ketika adanya perjanjian antara pihak-pihak lebih dahulu kemudian menerbitkan surat berharga sebagai pelaksanaan pembayaran. Jadi, perjanjian adalah perikatan yang menjadi dasar terbitnya surat berharga yang disebut perikatan dasar. Perikatan dasar ini menjadi dasar dari terbitnya bilyet giro dan akan menjadi perjanjian yang sah antar kedua belah pihak. Perjanjian sah disini yaitu perjanjian yang memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh undang-undang sehingga perjanjian tersebut diakui oleh hukum (legally concluded contract). menurut pasal 1320 KUH Perdata, syarat sah perjanjian adalah :

1. Adanya persetujuan kehendak antara pihak-pihak yang membuat perjanjian (consesus) 2. Adanya kecakapan pihak-pihak untuk membuat perjanjian (capacity)

3. Ada suatu hal tertentu (uncertain subject matter) 4. Adanya suatu sebab yang halal

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Bilyet Giro Menurut Undang-Undang Perbankan.

Menurut Undang-Undang Perbankan dan Peraturan Bank Indonesia Undang-undang Perbankan tidak mengatur tentang perlindungan hukum bagi pemegang Bilyet Giro, di dalamnya hanya memberikan pengertian dari Bilyet Giro. Bilyet giro secara khusus diatur dalam dalam Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) Nomor 18/41/PBI/2016 tentang Bilyet Giro, yang disempurnakan dengan: Surat Keputusan Direksi No18/41/PBI/2016 . tentang Bilyet Giro, Surat Edaran No. 28/32/UPG tanggal 4 Juli 2016, dan Surat Edaran No.

2/10/DASP/ tanggal 8 Juni 2016 Tentang Tata Usaha Penarikan Cek/Bilyet Giro Kosong yang di ubah dengan Surat Edaran Bank Indonesia No18/41/PBI/2016. Dengan adanya surat

(5)

Jurnal Hukum UPMI 56 - 63 Page 60 edaran dari Bank Indonesia tersebut maka mulailah diadakan penyeragaman dalam penggunaan dan persyaratan-persyaratan yang menyangkut bilyet giro, peraturan lama yang mengatur tentang bilyet giro yaitu SEBI No. 18/41/PBI/2016 dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi. Namun dengan adanya surat edaran tersebut tidak pula mengatur tentang perlindungan hukum terhadap pemegang Bilyet Giro kosong. Dalam surat edaran tersebut tidak terdapat aturan yang melindungi pemegang, sehingga pemegang tidak dapat pemindahan uang ke rekening pemegang dan lebih sulit menerima pembayaran.

2. Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Bilyet Giro Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Dalam lingkup hukum perdata terjadi hubungan hukum berupa perjanjian kedua belah pihak antara penerbit dan penerima bilyet giro, yang berkaitan dengan azas-azas hukum adalah buku ketiga tentang perikatan. Buku ketiga memuat berbagai hubungan hukum.

Seperti perikatan, baik yang terjadi berdasarkan perjanjian saja maupun yang lahir berdasarkan Undangundang. Hubungan ini juga dapat kita lihat pada ketentuan Pasal 1313 sampai Pasal 1351 KUH Perdata. Hubungan hukum ini menimbulkan hak dan kewajiban pada masing-masing pihak.

Berdasarkan putusan No. 18/41/PBI/2016 PN.Ska perbuatan terdakwa menurut putusan pengadilan merupakan tindak pidana penipuan. Karena terdakwa bermaksud untuk mengguntukan diri sendiri atau orang lain dengan tipu muslihat atau rangkaian kebohongan, bujuk rayu yang Pasal 1234, dilakukan terdakwa agar korban sepakat menggunakan bilyet giro sebagai alat pembayaran.

3. Sanksi Pidana Bagi Pelanggar Atau Tersangka Penipuan Bilyet Giro Kosong Yang Telah Diterbikan

Peredaran bilyet giro kosong dapat berkurang tentuya sangat berkaitan dengan kemauan dan partisipasi pihak-pihak yang terkait dengan bilyet giro untuk memenuhi ketentuan penggunaannya. Dalam hal ini terutama Bank sebagai pengelola rekening giro dan anggota masyarakat sebagai pengguna jasa bank perlu menyadari dan memahami ketentuan bilyet giro. Bank merupakan pihak yang sangat terkait dengan pengelolaan rekening giro nasabah sehingga diharapkan dapat berpartisipasi penuh dalam mencegah peredaran bilyet giro kosong. Sehubungan dengan itu, bank dalam kaitannya dengan penerapannya prinsip mengenal nasabah, perlu lebih berhati-hati dalam menerima nasabah giro antara lain pada saat mengidentifikasi calon nasabah, dan dalam memantau pelaksanaan transaksi keuangannya.

(6)

Jurnal Hukum UPMI 56 - 63 Page 61 KESIMPULAN

1. Upaya penegakan hukum pidana terhadap tindak pidana pemalsuan bilyet giro di lakukan melalui 3 (tiga) tahap yaitu tahap formulasi di atur dalam pasal 378 (KUHP) yaitu tentang penipuan, 263 (KUHP) yaitu tentang pemalsuan dan UU nomor 10 tahun 1992 yaitu tentang perbankan selanjutnya tahap aplikasi yaitu di lakukan penyelidikan oleh pihak kepolisian apakah benar telah terjadi peristiwa penipuan dan pemalsuan tentang bilyet giro.

2. Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis mengenai tindak pidana penipuan bilyet giro (studi kasus di Pengadilan Negeri Medan), setelah dianalisa dan didukung dengan hasil wawancara dengan hakim Pengadilan Negeri Medan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

a. Diterbitkannya suatu bilyet giro atas nama suatu pemegang berarti melakukan pembayaran dari suatu transaksi jual beli yang sebelumnya telah ada di antara penerbit bilyet giro dan pemegang bilyet giro. Yang menimbulkan kewajiban seorang penerbit adalah menyediakan dana pada bank tersangkut serta dana yang tersedia harus cukup dalam rekeningnya pada tertarik.

b. Bentuk perlindungan hukum terhadap penerima bilyet giro kosong adalah melalui perlindungan hukum perdata dan perlindungan hukum pidana

c. Berdasarkan uraian diatas upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah bilyet giro kosong yaitu upaya dari pihak bank dan upaya dari masyarakat

d. Pertimbangan hakim pada putusan No. 18/41/PBI/2016 /PN. sudah sesuai dengan hukum yang berlaku bahwa terdakwa melakukan penipuan dan memenuhi unsur-unsur Pasal 378 KUHP.

SARAN

1. Bank harus jeli dalam menerima nasabah giro baru karena dalam praktik perbankan terdapat kemungkinan penggunaan dokumen identitas yang dimanipulasi oleh calon nasabah yang sudah tercantum dalam daftar hitam. Karena dengan itu dapat memberikan rasa percaya terhadap masyarakat akan fasilitas atau produk bank tersebut.

2. Pemerintah untuk membuat undang-undang mengenai bilyet giro agar penegak hukum dalam hali ini hakim dalam memutuskan perkara tidak melanggar asas undang-undang.

Bagaimanapun juga undang-undang merupakan sarana untuk mencapai kesejahteraan spiritual dan materiel bagi masyarakat maupun pribadi.

(7)

Jurnal Hukum UPMI 56 - 63 Page 62 3. Warga masyarakat agar dapat menambah wawasan yang akan dijadikan masukan atau informasi mengenai surat-surat berharga khususnya bilyet giro, serta lebih waspada dalam penggunaan bilyet giro sebagai alat pembayaran.

4. Upaya penegakan hukum pidana terhadap tindak pidana pemalsuan bilyet giro di lakukan melalui 3 (tiga) tahap yaitu Tahap formulasi di atur dalam pasal 378 (KUHP) yaitu tentang penipuan, 263 (KUHP) yaitu tentang pemalsuan dan UU nomor 10 tahun 1992 yaitu tentang perbankan

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Anwari, 1981, Apakah bilyet giro itu, Balai aksara, Jakarta

Afifuddin dan Beni Ahmad. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.

Andi Hamzah, Pengantar Hukum Acara Pidana, Liberty, Yogyakarta, 1996

Elips, 1998, Surat Berharga, kerjasama Elips dan fakultas hukum Universitas Indonesia, Jakarta.

Emmy Pangaribuan, 1979, Hukum Dagang surat-surat berharga, Penerbit seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum UGM Yogyakarta,

Hermansyah, 2008, Hukum Perbankan Indonesia, Kencana Prenada Media Group,Jakarta Imam Prayogo Suryohadibroto & Djoko Prakoso, 1995, Surat Berharga: Alat Pembayaran

Dalam Masyarakat Modern, Jakarta: Rineka Cipta

M.Bahsan, 2005, Giro Dan Bilyet Giro Perbankan Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

Muhammad, Abdul Kadir, 2003, Hukum Dagang Tentang Surat Berharga, Citra Aditya Bakti, Bandung

Peraturan No.8/29/PBI/2006 Tentang Daftar Hitam Nasional Penerbit Cek/Giro Bilyet Kosong

Purwosutjipto,H.M.N,2000, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 7 Hukum Surat Berharga, Djambatan, Jakarta

R. Subekti & R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Jakarta, PT Pradnya Paramita

Sentosa Sembiring, 2016, Hukum Surat Berharga, Penerbit Nuansa Aulia, Bandung

Simanjuntak, Emmy Pangaribuan, 1982, Hukum Dagang Surat Surat Berharga, Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada 1982 Yogyakarta

Subekti, 2001, Pokok Pokok Hukum Perdata, cetakan XXIX, PT. Intermasa, Jakarta

(8)

Jurnal Hukum UPMI 56 - 63 Page 63 Surat Edaran Bank Indonesia No. 4/437/UPPB/PbB tanggal 16 mei 1975 mengenai

pelaksanaan dewan moneter No 53/1962

Surat Edaran Bank Indonesia No 2/10/DASP tanggal 8 juni 2000 Tentang Tata Usaha Cek atau Bilyet Giro Kosong

Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No 28/32/Dir tanggal 4 juli 1995 Tentang Bilyet Giro.

Suryohadibroto, Imam prayogo dan Prakoso, Djoko, 1987, Surat Berharga Alat Pembayaran Masyarakat Modern, cetakan pertama, Bina Aksara, Jakarta

Usman, Rachmadi, 2001, Dimensi Hukum Surat Berharga Warkat Perbankan dan Pasar Uang, Djambatan, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Teks ini dapat diinterprestasikan secara eksperensial karena dalam melakukan umpan balik dari pembaca dan narator tertunda (tidak langsung) delayed feedback. Hal

sama dengan 45,2% artinya bahwa penggunaan aplikasi whatsapp mampu untuk menjelaskan penyampaian informasi kepada pegawai di Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan

Untuk properties dari masing-masing objek, saya contohkan seperti Gambar diatas dengan letak masing-masing objek disesuaikan dengan gambar.. MODUL XII

Salah satu kasus hukum dari kesenjangan ( gap ) pelaksanaan Undang undang (dalam hal ini Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016), adalah kasus yang menjadi

Oleh karena pada masyarakat manapun tak mungkin dapat mengelakkan terjadinya konflik tentang pembagian barang-barang yang ada di dalam masyarakat; konflik tentang

Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Implementasi Undang-undang No.02 Tahun 2008 tentang Partai Politik telah dilakukan secara baik oleh Dewan Pimpinan Wilayah Partai

 Penataan/Peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh Kelurahan Pancuran Bambu Kecamatan Sibolga Sambas.  Pembangunan

Rencana yang akan dilakukan pada rencana tindakan adalah menyiapkan silabus, materi, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, lembar observasi